Anda di halaman 1dari 18

STATUS PASIEN

IDENTITAS
PASIEN

• Nama pasien : An. S


• Umur : 6 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Suku : Jawa
• Alamat : Teluk Pucung

ORANG TUA
Ibu
• Nama : Ny. S
• Umur : 35 tahun
• Pekerjaan : Ibu rumah tangga
• Pendidikan : SMP
• Agama : Islam
• Suku : Jawa
• Alamat : Teluk Pucung
Ayah
• Nama : Tn. S
• Umur : 36 tahun
• Pekerjaan : Buruh
• Pendidikan : SMA
• Agama : Islam
• Suku : Jawa
• Alamat : Teluk Pucung

RIWAYAT PENYAKIT

Keluhan utama :
Mencret
Keluhan tambahan :
Muntah, demam

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT :

± 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien muntah-muntah sebanyak 5-10x, muntah
tidak menyemprot. Muntah berisi cairan dan makanan, sebanyak ± ¼ gelas aqua. Muntah
terjadi setiap pasien minum air atau setelah makan makanan.

[0]
± 10 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mencret sebanyak ± 5x. Mencret
berwarna kuning, konsistensi cair, banyaknya ± ½ gelas aqua, tidak ada ampas, tidak ada
lendir, tidak ada darah. Menurut ibu pasien, mencret berbau amis dan sekitar anus pasien
berwarna merah. Selain itu, pasien juga demam. Demam muncul mendadak tinggi dan
berlangsung terus menerus, namun tidak diukur suhunya.

Pasien memiliki kebiasaan jajan sembarangan. Karena tidak ada perbaikan, malam
harinya pasien dibawa ke RSUD Bekasi. Selama sakit nafsu makan pasien menjadi
berkurang. Pasien tampak lemas, gelisah, sulit tidur, dan rewel. Jumlah BAK pasien juga
menjadi berkurang.

RIWAYAT KELAHIRAN
Tanggal lahir : 1 Juli 2005
Anak ke :1
Tempat bersalin : Klinik
Penolong Persalinan : Bidan
Cara persalinan : Spontan pervaginam
Usia kehamilan : Cukup bulan (35 minggu)
Berat badan lahir : 3500 gram
Panjang badan lahir : 50 cm

RIWAYAT PERKEMBANGAN

Perkembangan fisik/motorik
Umur
5 bulan
Gigi pertama
Duduk 6 bulan

Jalan sendiri 11 bulan

Bicara 9 bulan

Membaca -

Kesan: perkembangan fisik motorik sesuai umur

IMUNISASI DASAR
Jenis I II III Ulangan

[1]
BCG 0 bulan

DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan

Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan

Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan

Campak 9 bulan 5 tahun

KESAN : Imunisasi Dasar PPI Lengkap dan sesuai umur

RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA


Disangkal

RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA


Disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Frekwensi Nadi : 86x/menit(cukup, reguler, kuat angkat, )
Frekwensi Pernafasan : 42 x/menit
Suhu tubuh : 38,8 O C (axilla)
Tensi : - mmHg
Berat badan : 14 kg
Panjang badan : 110 cm
Kepala : Normocephali, distribusi rambut merata, warna hitam,
tidak mudah dicabut, fontanel sudah menutup.
Mata : Kelopak mata agak cekung, air mata +, konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -/-.
Telinga : Liang telinga lapang/lapang, serumen -/-

Hidung : Cavum nasi lapang/lapang, sekret -/-


Mulut : Mukosa bibir kering, lidah kering, tonsil T1-T1 , faring
hiperemis -.

Leher : Kelenjar Getah bening tidak teraba membesar

Toraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Palpasi : Vokal fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor
Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

[2]
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak buncit
Auskultasi : Bising usus meningkat : 8x/menit
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-). Hepar dan lien tidak teraba membesar. Turgor
baik.
Perkusi : Hipertymphani

Ekstremitas
Atas : Akral hangat, capillary refill < 2 detik, edema (-), sianosis (-)
Bawah : Akral hangat, capillary refill < 2 detik, edema (-), sianosis (-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal : 1 Juli 2011
Darah Rutin
• Hb : 11,7 g/dL
• Eritrosit : 4,76 juta/uL
• Leukosit : 15.600 /uL
• Trombosit : 633.000 /uL
• Hematokrit : 35,4 %
• Index Eritrosit
MCV : 74,4 fl
MCH : 24,6 pg
MCHC : 33,1 %

Kimia Klinik
Diabetes
• GDS 81 mg/dl
Elektrolit
 Na + = 133 mmol/L
 K + = 2,9 mmol/L
 Cl - = 100 mmol/L

DIAGNOSIS KERJA
Diare Akut Dehidrasi Ringan-Sedang et causa virus

DIAGNOSIS BANDING
 Diare akut dehidrasi ringan-sedang et causa Intoleransi Laktosa
 Diare akut dehidrasi ringan-sedang et causa bakteri

RENCANA PEMERIKSAAN
- Darah Lengkap
- Elektrolit
- Feses lengkap

PENATALAKSANAAN
- Rawat Inap
- Diet : Biasa, rendah serat
- IVFD: KAEN 3A 16 tetes/ menit (Makro)

[3]
- MM/ : Paracetamol 3 x 1 1/2 cth
L-Bio 3 x 1 sach
Interzinc 2 x 1 cth
Ondancentrone drip I amp
- Edukasi keluarga pasien

ANALISA KASUS
Seorang bayi laki-laki, berumur 6 tahun dengan berat badan 14 kg. Diagnosa kerja :
Diare Akut Dehidrasi Ringan-Sedang
Anamnesa :
 Mencret
 Demam
 Muntah
Pemeriksaan fisik :
Keluhan tersebut diatas sesuai dengan perjalanan penyakit Diare Akut Dehidrasi
Ringan-Sedang yaitu : diawali dengan muntah 5-10 x, yang kemudian diikuti dengan buang
air besar 10 kali sehari, disertai dengan demam.
Dari pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Frekwensi Nadi : 86x/menit (cukup, reguler, kuat angkat)
Frekwensi Pernafasan : 42 x/menit
Suhu tubuh : 38,8 O C (axilla)
Tensi : - mmHg
Berat badan : 14 kg
Panjang badan : 110 cm
Kepala : Normocephali, distribusi rambut merata, warna hitam, tidak mudah dicabut,
fontanel sudah menutup.
Mata : Kelopak mata agak cekung, air mata +, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik
-/-.
Telinga : Liang telinga lapang/lapang, serumen -/-

Hidung : Cavum nasi lapang/lapang, sekret -/-


Mulut : Mukosa bibir kering, lidah kering, tonsil T1-T1 , faring hiperemis -.

Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba membesar

Toraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Palpasi : Vokal fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor
Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler,Ronki -/-, Wheezing -/-
Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak buncit
Auskultasi : Bising usus meningkat : 8 x/menit
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-). Hepar dan lien tidak teraba membesar. Turgor

[4]
baik.
Perkusi : Hipertymphani

Ekstremitas
Atas : Akral hangat, capillary refill < 2 detik
Bawah : Akral hangat, capillary refill < 2 detik

Pembahasan :

Pemeriksaan fisik menunjang hasil anamnesis. Suhu tubuh yang meningkat, frekuensi
pernapasan meningkat, kelopak mata agak cekung, mukosa bibir kering, lidah kering. Ini
sesuai dengan Diare akut dehidrasi ringan-sedang.
Suhu tubuh meningkat, karena diduga ada infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau
virus. Kelopak mata cekung dapat terjadi karena kehilangan cairan yang banyak, hal ini dapat
terjadi karena jaringan pada kelopak mata sangat elastis.
Urin yang sedikit jumlahnya atau kadang nyaris tidak ada disebabkan karena sirkulasi
ke jaringan berkurang demikian juga sirkulasi ke ginjal, sehingga ginjal akan mengalami
hipoksia dan bila hal ini berlanjut terus maka ginjal akan mengalami Akut Tubular Nekrosis.
Pemeriksaan fisik cukup menunjang anamnesa untuk menegakkan diagnosa Diare
Akut Dehidrasi Ringan-Sedang.

FOLLOW UP (2 JULI 2011, PH = 2)

S : BAB mencret (± 5x, cair, ampas -, lender -, darah -), muntah 1x, demam

O :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang (aktivitas berkurang dan rewel)
Kesadaran : Komposmentis (Pasien menangis kuat, kontak mata positif)
Frekuensi Nadi : 100x/menit (Reguler, kuat angkat, isi cukup)
Frekuensi Pernafasan : 39x/menit
Suhu : 38ºC (Axilla)
Kepala : Normocephali, distribusi rambut merata, warna hitam, tidak
mudah dicabut, fontanel sudah menutup.
Mata : Kelopak mata cekung, air mata sedikit, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik.
Telinga : Normotia, liang telinga lapang/lapang, serumen -/-.
Hidung : Bentuk biasa, lapang/lapang, sekret -/- .
Mulut : Mukosa bibir kering, lidah tidak kotor , Tonsil T1-T1, faring tidak
hiperemis.
Leher : KGB tidak teraba membesar.

Toraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Palpasi : Vokal fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor

[5]
Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler,Ronki -/-, Wheezing -/-
Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak buncit
Auskultasi : Bising usus meningkat : 7x/menit
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+). Hepar dan lien tidak teraba membesar, Turgor
baik.
Perkusi : Hipertymphani

Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill < 2 detik


Kulit : Turgor baik

A : Diare akut Dehidrasi Ringan-Sedang e.c bakteri


P : - Diet : lunak, rendah serat
- IVFD : KAEN 3B 16 tetes/menit ( Makro )
- MM/ : Paracetamol 3 x ½ cth
L-Bio 3 x 1 sach
Interzinc 2 x 1 cth
Ondancentrone drip I amp

FOLLOW UP (3 JULI 2011, PH = 3)

S : Mencret 1x (masih cair, ampas +, darah -, lendir -, warna kuning, bau busuk -, bau
amis +)

O :
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Komposmentis (kontak mata positif)
Frekuensi Nadi : 108x/menit (Reguler, kuat angkat, isi cukup)
Frekuensi Pernafasan : 32x/menit (Reguler, adekuat)
Suhu : 36ºC (Axilla)
Kepala : Normocephali, distribusi rambut merata, warna hitam, tidak mudah
dicabut, fontanel sudah menutup.
Mata : Kelopak mata tidak cekung, air mata + , konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik.
Telinga : Normotia, liang telinga lapang/lapang, serumen -/-.
Hidung : Bentuk biasa, lapang/lapang, sekret -/- pernafasan cuping hidung –.
Mulut : Mukosa bibir kering, sianosis sirkumoral -, lidah tidak kotor dan tidak
kering, Tonsil T1-T1 hiperemis, faring hiperemis.
Leher : KGB tidak teraba membesar.

Toraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Palpasi : Vokal fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor
Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler, Ronki -/-, Wheezing -/-
Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar

[6]
Auskultasi : Bising usus (+) normal : 5x/menit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba membesar. Turgor baik.
Perkusi : Tymphani

Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill < 2 detik


Kulit : Turgor baik
Kesan : Mencret dan muntah frekuensinya berkurang dan sudah tidak
demam. Pasien sudah mau minum ASI agak banyak tetapi makan
masih belum banyak.

A : Diare akut sudah terehidrasi


P : - Diet : Bubur
- IVFD : KAEN 3B 16 tetes/menit ( Makro )
- MM/ : Paracetamol 3 x ½ cth
L-Bio 3 x 1 sach
Interzinc 2 x 1 cth
Ondancentrone drip I amp

FOLLOW UP (4 JULI 2011, PH = 4)

S : BAB sudah tidak mencret lagi, muntah -, demam -

O :
Keadaan Umum : Tampak sehat (pasien bergerak aktif)
Kesadaran : Komposmentis (kontak mata positif)
Frekuensi Nadi : 108x/menit (Reguler, kuat angkat, isi cukup)
Frekuensi Pernafasan : 32x/menit (Reguler, adekuat)
Suhu : 36ºC (Axilla)
Kepala : Normocephali, distribusi rambut merata, warna hitam, tidak mudah
dicabut, fontanel sudah menutup.
Mata : Kelopak mata tidak cekung, air mata + , konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik.
Telinga : Normotia, liang telinga lapang/lapang, serumen -/-.
Hidung : Bentuk biasa, lapang/lapang, sekret -/- pernafasan cuping hidung –.
Mulut : Mukosa bibir baik, sianosis sirkumoral -, lidah tidak kotor dan tidak
kering, Tonsil T1-T1 hiperemis, faring hiperemis.
Leher : KGB tidak teraba membesar.

Toraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Palpasi : Vokal fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor
Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler, Ronki -/-, Wheezing -/-
Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal : 5x/menit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba membesar. Turgor baik.
Perkusi : Tymphani

[7]
Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill < 2 detik
Kulit : Turgor baik
Kesan : Keadaan pasien sudah membaik, nafsu makan pasien juga sudah
meningkat.

A : Diare akut dalam perbaikan


P : - Diet : biasa
- Aff infus
- MM/ : Paracetamol 3 x ½ cth
L-Bio 3 x 1 sach
Interzinc 2 x 1 cth

Visite konsulen : pasien diperbolehkan pulang

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu.

EPIDEMIOLOGI

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk


di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak,
terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya

[8]
karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai
gambaran 17 % kematian anak di dunia disebabkan oleh diare, sedangkan di Indonesia, hasil
Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang
terbanyak yaitu 42 % dibanding pneumonia 24 %, untuk golongan 1-4 tahun penyebab
kematian karena diare 25,2 % dibanding pneumonia 15,5 %.

ETIOLOGI

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :


1. Faktor infeksi
 Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi :
- Infeksi bakteri : vibrio, E coli, Salmonella, Shigella, dan Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
- Infeksi virus : Enteroovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
- Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis), Jamur (Candida albicans).
Sampai beberapa tahun yang lalu kuman-kuman patogen hanya dapat
diidentifikasi dari 25% tinja penderita diare akut. Pada saat ini dengan
menggunakan tehnik yang baru, tenaga laboratorium yang berpengalaman dapat
mengidentifikasi pada sekitar 75% kasus yang datang ke sarana kesehatan dan
pada sekitar 50% kasus-kasus ringan dimasyarakat.
Beberapa kuman patogen ini adalah penyebab penting diare akut disemua negara
berkembang yaitu:
- rotavirus
- escherichia coli enterotoksik
- shigella
- campylobacter jejuni
- cryptosporidium
 Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti
Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2
tahun.
2. Faktor malabsorbsi
 Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa

[9]
 Malabsorbsi lemak
 Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.

PATOGENESIS

1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung.
2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin
4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Mekanisme diare
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare cair : sekretorik dan osmotik. Infeksi usus
dapat menyebabkan diare melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik lebih sering
terjadi, dan keduanya dapat terjadi pada satu penderita.
Diare sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang
terjadi akibat gangguan absorbsi natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan sekresi klorida
tetap berlangsung terus atau meningkat. Keadaan ini mengakibatkan air dan elektrolit keluar
dari tubuh sebagai tinja cair. Diare sekretorik ditemukan pada diare yang disebabkan oleh
infeksi bakteri akibat rangsangan pada mukosa usus oleh toksin E.coli atau V. Cholera.
Diare osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan
cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus dengan cairan ekstrasel.
Oleh karena itu, bila di dalam lumen usus terdapat bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap akan menyebabkan diare. Bila bahan tersebut adalah larutan isotonik, air atau bahan
yang larut, maka akan melewati mukosa usus halus tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare.

Mekanisme patogenesis
Jasad renik menyebabkan diare melalui sejumlah mekanisme antara lain , sebagai berikut:
Virus
Beberapa jenis virus seperti rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus halus,
menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara
normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk
kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elektrolit. Kerusakan vili

[10]
dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase, menyebabkan berkurangnya
absorbsi disakarida terutama laktosa. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan
epitel vilinya menjadi matang.
Bakteri
 Penempelan dimukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus pertama-
tama menempel pada mukosa untuk menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan
terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut getar, disebut pili atau fimbria, yang
melekat pada reseptor dipermukaan usus. Hal ini terjadi pada E. coli enterotoksigenik
dan V. cholerae. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan
perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau
menyebabkan sekresi cairan ( misalnya infeksi E. coli enteropatogenik atau
enteroaggregasi )
 Toksin yang menyebabkan sekresi E. coli enterotoksigenik, V. cholerae dan beberapa
bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini
mengurangi absorpsi natrium melalui vili dan mungkin meningkatkan sekresi
chlorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan
terjadi bila sel yang sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2 – 4 hari.
 Invasi mukosa. Shigella, C. jejuni, E. coli enteroinvasif dan salmonela dapat
menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa. Ini
terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi mungkin diikuti
dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superficial yang menyebabkan adanya sel
darah merah dan sel darah putih atau terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang
dihasilkan oleh kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga
sekresi air dan elektrolit dari mukosa.

Protozoa
 Penempelan mukosa. G. lamblia dan Cryptosporidium menempel pada epitel usus
halus dan menyebabkan pemendekan vili, yang kemungkinan menyebabkan diare.
 Invasi mukosa. E.histolitica menyebabkan diare dengan cara menginvasi epitel
mukosa di colon ( atau ileum) yang menyebabkan mikroabses dan ulkus. Namun
begitu keadaan ini baru terjadi bila strainnya sangat ganas. Pada manusia 90 %
infeksi terjadi oleh strain yang tidak ganas; dalam hal ini tidak ada invasi ke mukosa
dan tidak timbul gejala atau tanda-tanda, meskipun kista amoeba dan tropozoit
mungkin ada di dalam tinjanya.

[11]
PATOFISIOLOGI

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:


1. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam lumen usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya, sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul
diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

Akibat-akibat diare cair


Diare cair disebabkan karena kehilangan air dan elektrolit tubuh melalui tinja.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium,
klorida, kalsium dan bikarbonat. kehilangan sejumlah air dan elektrolit bertambah bila ada
muntah, dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Kehilangan ini menyebabkan
dehidrasi (karena kehilangan air dan natrium klorida) asidosis kekurangan basa (karena
kehilangan bikarbonat) dan kekurangan kalium. Dehidrasi adalah keadaan yang paling
bahaya karena dapat menyebabkan penurunan volume darah (hipovolemia), kolaps
kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.

DERAJAT DEHIDRASI

Berdasarkan jumlah cairan yang hilang derajat dehidrasi dibagi menjadi :


Kehilangan berat badan
 Tanpa dehidrasi, bila kehilangan cairan < 5% berat badan
 Dehidrasi ringan – sedang, bila kehilangan cairan diantara 5% - 10% berat badan
 Dehidrasi berat, bila kehilangan cairan > 10% berat badan.
Untuk menilai derajat dehidrasi dapat dilakukan penilaian derajat dehidrasi menurut WHO,
yaitu:

Penilaian Derajat Dehidrasi Menurut WHO

[12]
Kolom A Kolom B Kolom C

Anamnesis
Diare < 4 x sehari 4-10 x sehari 10x sehari
Muntah ≠ ada / sedikit Kadang – kadang Sering sekali
Haus Tidak ada Haus Sgt haus
kencing Normal Sedikit pekat ≠ kencing ( 6 jam )

Inspeksi
Keadaan umum Baik Jelek, mengantuk ≠ sadar / gelisah
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mata N Cekung Sgt cekung, kering
Mulut & lidah Basah Kering Sgt kering
Nafas N Lebih cepat Sgt cepat, dalam

Palpasi kulit
Turgor Cepat kembali Kembali pelan Sgt pelan
Nadi N N/cepat Sgt cepat, lemah
Ubun-ubun N Cekung Sgt cekung

Berat badan Kehilangan 2,5 Kehilangan 2,5 – 10 % Kehilangan 10 %


%

Kesimpulan Tanpa dehidrasi 2 tanda / lebih → dehidrasi 2 tanda / lebih → dehidrasi


ringan - sedang berat

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasakan gejala klinis dan dibantu dengan sarana penunjang
pemeriksaan laboratorium.

1. Anamnesis

Kepada penderita atau keluarga perlu ditanyakan mengenai riwayat perjalanan penyakit
antara lain :

- Lamanya diare (sudah berapa jam, hari)


- Frekuensi (berapa kali sehari)

[13]
- Banyaknya / volumenya (berapa banyak setiap kali buang air besar)
- Warnanya (biasa, kuning berlendir, berdarah, seperti cucian beras)
- Baunya (amis, asam busuk)
- Buang air kecil (banyaknya, warnanya, kapan terakhir kencing)
- Ada tidaknya batuk, panas pilek, dan kejang (sebelum, selama atau setelah diare)
- Jenis, bentuk dan banyaknya makanan dan minuman sebelum dan sesudah dan sakit
- Penderita diare disekitar rumah
- Berat badan sebelum sakit (bila diketahui)

2. Pemeriksaan jasmani
Dilihat dari derajat dehidrasi menurut WHO

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis yang tepat


sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:


1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dan kertas lakmus dan tablet clinitest bila
diduga terdapat intoleransi glukosa.
c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
2. Pemeriksaan gangguan dan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa
gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam
serum.
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit
secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita kronik.

PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan

 Mencegah dehidrasi
 Mengatasi dehidrasi yang telah ada
 Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan setelah diare
 Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan
memberikan suplemen zinc.

Dalam garis besarnya pengobatan diare dapat dibagi dalam:


a. Pengobatan cairan

[14]
Sistematika pengobatan yang dapat dilaksanakan secara sederhana ialah pada dehidrasi
berat diberikan cairan rehidrasi parenteral, dehidrasi sedang dan ringan diberikan cairan
rehidrasi oral (oralit) dan yang belum menderita dehidrasi dapat diberikan segala macam
cairan rumah tangga.
b. Pengobatan dietetic
c. Obat-obatan

Pemberian cairan
1. Jenis cairan
 Cairan rehidarasi oral
- Formula lengkap mengandung NaCl, NaHO3, KCl dan glukosa. Kadar
natrium 90 mEq/l untuk kolera dan diare akut pada anak diatas 6 bulan dengan
dehidarasi ringan atau sedang atau tanpa dehidrasi. Kadar Natrium 50-60mEq/l
untuk diare akut non kolera pada anak dibawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan,
sedang, tanpa dehidrasi
- Formula sederhana hanya mengandung NaCl, dan sukrosa, karbohidrat lain.
 Cairan parenteral
- Larutan Darrow & glukosa
- Ringer Laktat
2. Jalan pemberian cairan
a. Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang, & tanpa dehirasi & bila anak mau
minum serta kesadaran baik.
b. Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang, tanpa dehidrasi tetapi anak tidak
mau minum, atau kesadaran menurun intravena untuk dehidrasi berat.
3. Jumlah cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare harus
diperhatikan hal-hal berikut: jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan
- Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan muntah (PWL ).
- Banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin & pernapasan (NWL).
- Banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung (CWL )
Jumlah ini bergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing anak
atau golongan umur.
4. Jadwal pemberian cairan
a. Belum ada dehidrasi
- Oral sebanyak anak mau minum ( ad libitum ) atau 1 gelas setiap kali buang
air besar.
- Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
b. Dehidrasi ringan
- 1 jam pertama : 25-50 ml/kgbb peroral atau intragastrik
- selanjutnya 125 ml/kgbb/hr atau ad libitum
c. Dehidrasi sedang
- 1 jam pertama 50-100 ml/kgbb peroral atau intragastrik

[15]
- selanjutnya 125 ml/kgbb/hari atau ad libitum
dehidrasi berat
 untuk anak 1 bulan-2 tahun dengan berat badan 3-10 kg:
 1 jam pertama 40 ml/kgbb/jam atau 10 tetes/kgbb/menit
 7 jam kemudian 12 ml/kgbb/menit atau 3 tetes/kgbb/menit
 16 jam berikut 125 ml/kgbb atau 2 tetes/kgbb/menit
 untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg:
 1 jam pertama 30 ml/kgbb/jam atau 8 tetes/kgbb/menit
 7 jam kemudian 10 ml/kgbb/jam atau 3 tetes/kgbb/menit
 16 jam berikut 125 ml/kgbb/jam atau 2 tetes/kgbb/menit
 untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25kg:
 1 jam pertama 20 ml/kgbb/jam atau 5 tetes/kgbb/menit
 7 jam kemudian 10 ml/kgbb/jam atau 3 tetes/kgbb/menit
 16 jam berikut 105 ml/kgbb/oral atau bila anak tidak mau minum dapat
diberikan darrow glukosa 1 tetes/kgbb/menit

Pengobatan dietetik
1. Untuk anak dibawah 1 tahun & anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari
7 kg. Jenis makanan yang diberikan:
- Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah & asam lemak
tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron )
- Makanan setengah padat ( bubur susu ) atau makanan padat ( nasi tim ) bila anak
tidak mau minum susu.
- Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan asam
lemak berantai seluler sesuai dengan kelainan yang ditemukan
2. Untuk anak diatas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg jenis makanan padat
atau makanan air/ susu sesuai kebiasaan makan dirumah
Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan
atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit & glukosa atau karbohidrat
lain.
1. Obat anti sekresi
- Asetosal 25 mg/tahun dengan dosis minimum 3 mg
- Klorpromazin 0,5-1 mg/kgbb/hari
2. Antibiotika
Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut, kecuali bila
penyebabnya jelas seperti :
- Tetrasiklin 25-50mg/kgbb/hari (kolera)
- Eritromisin 40-50 mg/kgbb/hari ( Campylobater ).

KOMPLIKASI

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai komplikasi seperti :
1. Dehidrasi

[16]
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia
4. Intoleransi laktosa sekunder
5. Kejang
6. Malnutrisi energi protein

DAFTAR PUSTAKA

1. Suraatmaja, Sudaryat. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi. Sagung Seto: Jakarta


2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak 1. Infomedika:
Jakarta.
3. Suharyono,dkk. 1988. Gastroenterologi Anak Praktis. FK UI : Jakarta

[17]

Anda mungkin juga menyukai