Keluhan Utama :
Nyeri pada pinggang kanan dan kiri sejak beberapa
jam sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan Tambahan:
Nyeri + menjalar ke perut, mual + .
PRESENTASI KASUS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD RSPAU Dr. Esnawan Antariksa
dengan keluhan mengalami nyeri pada pinggang
kanan dan kiri sejak beberapa jam sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri dirasakan sangat hebat dan nyeri
juga dirasakan menjalar ke seluruh perut. Penjalaran
ini menyebabkan pasien merasa mual, melilit dan
kembung pada perutnya. Pasien mengaku sulit buang
air kecil, tetapi buang air besar lancar. Pasien
menyangkal adanya pusing dan demam.
PRESENTASI KASUS
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku pernah mengalami kencing batu
kurang lebih dua tahun yang lalu. Pasien menyangkal
adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, alergi,
asma.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien juga menyangkal adanya riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, alergi, asma di dalam keluarganya.
Pasien juga menyangkal di dalam keluarga ada yang
mengalami penyakit yang sama dengannya.
PRESENTASI KASUS
III. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
B. Tanda Vital
Tekanan darah: 130/80 mmHg, di voler lengan kanan.
Nadi : 80 x/menit, irama regular, cukup.
Suhu : 36,7o C, di aksila kanan.
Pernafasan : 24 x/menit, abdominothorakal.
PRESENTASI KASUS
C. Kepala:
Bentuk : normocephali.
Conjunctiva anemis +/+ , sklera ikterik -/- .
D. Leher:
Tiroid dan kelenjar getah bening regional tidak tampak
membesar. JVP tidak meningkat.
E. Dada:
Cor : Bunyi jantung 1 dan 2 reguler, murmur - ,
gallop - .
Pulmo : Suara napas vesikuler, rhonki - , wheezing - .
PRESENTASI KASUS
F. Abdomen:
Supel, distended, nyeri tekan +, bising usus + normal.
G. Ekstremitas:
Akral hangat dan tidak terdapat oedem pada seluruh
ekstremitas.
PRESENTASI KASUS
IV. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Darah Lengkap:
Leukosit : 14.800 /mm3.
Hemoglobin : 8,0 g/dl.
Hematokrit : 25 %.
Trombosit : 574.000 ribu/mm3.
Gula darah : 93
Ureum : 100 mg/dl.
Kreatinin : 2,93 mg/dl.
PRESENTASI KASUS
Pemeriksaan urin rutin:
Lekosit : 10-12.
Eritrosit : 45-47.
Protein : ++.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Röntgent thorax: gambaran kardiomegali,
suspect nodul paru di lobus kanan bilateral.
Direncanakan pasien melakukan pemeriksaan USG
setelah dipindahkan ke ruangan.
PRESENTASI KASUS
VI. RESUME
Pasien datang dengan nyeri pada kedua pinggang yang menjalar ke
seluruh perut sehingga menimbulkan mual, rasa melilit,
kembung di perut. Sulit buang air kecil. Pasien mengalami
anemia, dan didapatkan distended pada seluruh lapang
abdomen. Pasien juga mengalami peningkatan kadar ureum dan
kreatinin di dalam darahnya.
A: Suspect ileus.
Ascites.
Insufisiensi renal. (Stad 4?)
Anemia.
PRESENTASI KASUS
P: Konsul dokter Spesialis Penyakit Dalam:
Transfusi PRC 1000 cc tanpa lasix.
Ulangi pemeriksaan DPL.
P: Mobilisasi.
Tetap puasa karena ada melena.
Omeprazole 2x40 mg (IV).
Terapi lain lanjut sesuai dengan konsulen.
Setelah terapi dilakukan selama 3 hari keluhan melena hilang.
PERDARAHAN SALURAN CERNA
DAN MELENA
Perdarahan saluran cerna merupakan masalah yang sering dihadapi
beberapa tahun belakangan ini.
Manifestasi dari perdarahan saluran cerna ini sangat bervariasi yang
dimulai dengan perdarahan masif yang mengancam jiwa hingga
perdarahan samar yang tidak dirasakan sama sekali.
Pendekatan yang dilakukan terhadap pasien dengan perdarahan
saluran cerna adalah dengan menentukan beratnya perdarahan dan
lokasi perdarahan.
Lokasi perdarahan dapat diketahui dengan adanya keluhan berupa
hematemesis dan melena untuk perdarahan saluran cerna bagian atas;
dan adanya hematokezia untuk perdarahan saluran cerna bagian
bawah.
PERDARAHAN SALURAN CERNA
DAN MELENA
Pembagian lokasi terjadinya perdarahan ditandai dengan ligamentum
Treitz:
Perdarahan di proksimal dari ligamentum ini perdarahan saluran
cerna bagian atas
Perdarahan di distal dari ligamentum ini perdarahan saluran cerna
bagian bawah.
PERDARAHAN SALURAN CERNA
DAN MELENA
Definisi melena: Tinja yang berwarna hitam ter dengan bau yang
khas yaitu bau busuk yang kebanyakan berasal dari saluran
cerna bagian atas.
Melena timbul bilamana hemoglobin dikonversi menjadi
hematin atau hemokrom lainnya oleh bakteri di saluran
pencernaan setelah 14 jam.
Umumnya melena menunjukkan adanya perdarahan yang
terjadi di saluran cerna bagian atas atau usus halus, namun
demikian melena juga dapat berasal dari perdarahan kolon
sebelah kanan yang terjadi disertai dengan perlambatan
mobilitas usus tersebut. Pada kasus ini biasanya disebut sebagai
pseudo-melena.1
PERDARAHAN SALURAN CERNA
DAN MELENA
Pada beberapa kasus harus diperhatikan dengan
seksama apakah tinja berwarna hitam merupakan
kasus melena atau hanya kotoran biasa yang
diperngaruhi obat-obatan yang mengandung besi
misalnya.
Pemeriksaannya dengan tes Guaiac bila terdapat
hemoglobin maka ini adalah kasus melena.
Lokasi perdarahan pada saluran cerna pun harus
ditentukan mulai dari esofagus sampai ke ligamentum
Treitz.
PERDARAHAN SALURAN CERNA
DAN MELENA
Biasa kasus perdarahan yang sering dilaporkan:
• Hematemesis.
• Hematokezia (berak darah segar).
• Darah segar pada aspirasi pipa nasogastrik dan
dengan lavase tidak segera jernih.
• Hipotensi persisten.
• Dalam 24 jam menghabiskan transfusi darah
melebihi 800-1000 ml.
PERDARAHAN SALURAN CERNA
DAN MELENA
Stabilisasi hemodinamik:
Pada kondisi hemodinamik tidak stabil, infuse cairan kristaloid misalnya
cairan garam fisiologis dgn tetesan cepat menggunakan dua jarum berdiameter
besar (minimal 16G) & pasang monitor CVP (central venous pressure) dengan
tujuan memulihkan tanda-tanda vital dan mempertahankan tetap stabil.
Biasanya tidak sampai memerlukan cairan koloid (misalnya dekstran) kecuali
pada kondisi hipoalbuminemia berat.
Secepatnya lakukan pemerksaan darah untuk menentukan golongan darah, kadar
hemoglobin, hematokrit, trombosit, lekosit.
Adanya kecurigaan diathesis hemoragik perlu ditindaklanjuti dengan melakukan
tes Rumple-Leede, pemeriksaan waktu perdarahan, waktu pembekuan, retraksi
bekuan darah, PTT dan aPTT.
PERDARAHAN SALURAN CERNA
DAN MELENA
Pemberian transfusi darah sangat individual, tergantung jumlah
darah yang hilang, perdarahan masih aktif atau sudah berhenti,
lamanya perdarahan berlangsung dan akibat klinis perdarahan
tersebut.
Pemberian transfusei dipertimbangkan pada keadaan berikut ini:
• Perdarahan dalam kondisi hemodinamik tidak stabil.
• Perdarahan baru atau masih berlangsung dan diperkirakan jumlahnya 1
liter atau lebih.
• Perdarahan baru atau masih berlangsung dengan hemoglobin < 10 g%
atau hematokrit < 30%.
• Terdapat tanda-tanda oksigenasi jaringan yang menurun.
PERDARAHAN SALURAN CERNA
DAN MELENA
Pemeriksaan lanjutan dgn anamnesis:
Sejak kapan terjadi perdarahan dan berapa perkiraan darah yang keluar.
Riwayat perdarahan sebelumnya.
Riwayat perdarahan pada keluarga.
Ada tidaknya perdarahan di bagian tubuh lain.
Penggunaan obat-obatan terutama antiinflamasi non-steroid dan anti
koagulan.
Kebiasaan minum alkohol.
Mencari adanya kemungkinan penyakit hati kronik, demam berdarah, demam
tifoid, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus, hipertensi, alergi obat-obatan.
Riwayat transfuse sebelumnya.
PERDARAHAN SALURAN CERNA
DAN MELENA
Pemeriksaan fisik lanjutan:
Stigmata penyakit hati kronik.
Suhu badan dan perdarahan di tempat lain.
Tanda-tanda kulit dan mukosa penyakit sistematik yang bisa disertai perdarahan saluran
cerna, misalnya pigmentasi mukokutaneus pada sindrom Peutz-Jegher.
Pemeriksaan lain:
Elektrokardiogram; terutama pasien berusia > 40 tahun.
BUN, kreatinin serum; pada perdarahan SCBA pemecahan darah oleh kuman usus akan
meningkatkan BUN, sedangkan kreatinin serum akan tetap normal atau sedikit
meningkat.
Elektrolit (Na, K, Cl); perubahan elekrolit bisa terjadi karena perdarahan, transfuse atau
kumbah lambung.
Pemeriksaan lainnya tergantung macam kasus yang dihadapi.
PERDARAHAN SALURAN CERNA
DAN MELENA
Membedakan perdarahan saluran cerna bagian atas atau
bawah:
Terdapat 3 metode:
Contact thermal (monopolar atau bipolar elektrokoagulasi,
heather probe).
Noncontact Thermal (laser).
Nonthermal (misalnya suntikan adrenalin, polidokanol, alkohol,
cyanoacrylate, atau pemakaian klip)
PERDARAHAN SALURAN CERNA
DAN MELENA
Berbagai metode endoskopi efektif dan aman bila dilakukan ahli endoskopi
yg terampil dan berpengalaman
Endoskopi terapeutik ini dapat diterapkan pada 90% kasus perdarahan saluran
cerna bagian atas, sedangkan 10% sisanya tidak dapat dilakukan oleh karena
alasan teknis seperti darah terlalu banyak sehingga menghalangi pengamatan
atau letak lesi tidak dapat dijangkau.
Secara keseluruhan 80% perdarahan tukak peptik dapat berhenti spontan,
namun pada kasus perdarahan arterial yang dapat berhenti spontan hanya 30%
kasus.
Keberhasilan terapi endoskopi dalam menghentikan perdarahan dapat
mencapai di atas 95% dan tanpa terapi tambahan lainnya perdarahan ulang
frekuensinya sekitar 15-20%.5
PERDARAHAN SALURAN CERNA
DAN MELENA
Terapi perdarahan saluran cerna bagian atas:
3. Terapi radiologi terapi angiografi:
Dilakukan bila endoskopi gagal dan pembedahan
berisiko
Tindakan hemostasis yang dapat dilakukan adalah
dengan penyuntikan vasopressin atau embolisasi arterial
Bila dinilai tidak ada kontraindikasi dan fasilitas
memungkinkan, pada perdarahan varises dapat
dipertimbangkan TIPS (Transjugular Intrahepatic
Portosystemic Shunt)
PERDARAHAN SALURAN CERNA
DAN MELENA
Terapi perdarahan saluran cerna bagian atas:
4. Terapi pembedahan
Pembedahan pada dasarnya dilakukan bila terapi medic,
endoskopi dan radiologi dinilai gagal.
Ahli bedah seyogyanya dilibatkan sejak awal dalam bentuk
tim multidisipliner pada pengelolaan kasus perdarahan
saluran cerna bagian atas untuk menentukan waktu yang
tepat untuk tindakan bedah dilakukan
PERDARAHAN SALURAN CERNA
DAN MELENA
Pembahasan kasus Tn. J:
Penatalaksanaan perdarahan saluran cerna yang dialami oleh
tuan J seharusnya lebih ditingkatkan lagi dengan menjalankan
setiap langkah-langkah yang ada.