Anda di halaman 1dari 43

DOKUMENTASI KEPERAWATAN

DOKUMENTASI PADA PASIEN POST PARTUM


NORMAL

DISUSUN OLEH :
1. MEGGI ASRI TYASMATIRTASARI
NIM : 72.20.001.D.16.020
2A

AKADEMI KEPERAWATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR


TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,

Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan asuhan keperawatan ini

dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga asuhan keperawatan ini dapat

dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam

keperawatan.

Harapan saya semoga asuhan keperawatan ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi asuhan

keperawatan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Asuhan keperawatan ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang

saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk

memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan asuhan

keperawatan ini.

Samarinda, 21 April 2018

2
Daftar Isi

Kata pengantar ………………………………………………….. i

Daftar isi …………………………………………………. ii

BAB I Pendahuluan

1. Latar Belakang ………………………………………………… 1

2. Tujuan …………………………………………………. 2

BAB II Tinjauan Teori

A. Kontrasepsi ………………………………………………… 3

1. Pengertian …………………………………………………. 3

2. Cara kerja kontrasepsi …………………………………………………. 3

3. Macam-macam kontrasepsi………………………………………………. 3

1) Kontrasepsi Teknik………………………………………………… 3

2) Kontrasepsi mekanik………………………………………………. 4

3) Kontrasepsi hormonal……………………………………………… 8

4) Kontrasepsi mantap………………………………………………… 22

B. Karakteristik Aseptor KB …………………………………………………… 27

BAB III Implementasi

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) …………………………………………………… 29

SOP pemasangan alat kontrasepsi IUD……………………………………………. 32

BAB IV Penutup

3
1. Kesimpulan ………………………………………………………. 35

2. Saran ………………………………………………………. 36

Daftar Pustaka ………………………………………………………. 37

4
BAB I

Pendahuluan

1. Latar belakang

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan
perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami
oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya
karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu
mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan
individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi.
(Gunawan,1998)

Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan
mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan
tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan
masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan
penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak
reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas serta
memperhatikan hak-hak dari klien/ masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang
diinginkan .Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu.
Sebelumnya ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan
informasi yang lengkap, akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara
kontrasepsi sebaiknya mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan
efisien. KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran
anak pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau membatasi (limiting) jumlah
anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase
kesuburan.

5
2. Tujuan
Umum :
1) Diharapkan mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan kontrasepsi
2) Diharapkan mahasiswa mampu memahami jenis-jenis kontrasepsi
3) Diharapkan mahasiswa mampu memahami manfaat serta fungsi dari alat kontrasepsi

Khusus :

Diharapkan mahasiswa mampu melakukan implementasi kepada pasien maupun


masyarakat mengenai alat kontrasepsi dan penggunaannya

6
BAB II

Tinjauan Teori

A. Kontrasepsi
1. Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti “melawan” atau “mencegah” dan konsepsi
adalah pertemuan antara sel telur yang matan dengan sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilansebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma. Untuk
itu maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan
intim atau seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki
kehamilan (Suratun, 2008).
Dari 61,4% pengguna metode kontrasepsi di Indonesia, sebanyak 31,6% menggunaakan
suntik. Sedangkan yang memakai pil ganya 13, 2 persen, memakai IUD (Intra Uterine
Device) atau spiral 4, 8 persen, implant 2, 8 persen, sisanya vasektomi dan tubektomi.

2. Cara Kerja Kontrasepsi


Pada dasarnya prinsip kerja menurut Sudarmo, dkk (2001) adalah meniadakan pertemuan
antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) dengan cara:
a. Menekan keluarnya sel telur (ovum)
b. Menghalangi masuknya sperma ke dalam saluran kelamin wanita sampai mencapai
ovum.
c. Menghalangi nidasi

3. Macam – Macam Kontrasepsi


1) Kontrasepsi Teknik

Kontrasepsi ini merupakan kontrasepsi tanpa alat dan bisa dibilang tidak mudah,
kontrasepsi teknik pada dasarnya merupakan suatu teknik untuk mencegah kehamilan.

7
a) Senggama Terputus
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria
mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi sehingga
sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.(Saifuddin, 2003)

b) Pantang Berkala (Sistem Kalender)


Pantang berkala adalah tidak melakukan senggama pada masa subur seorang wanita
yaitu waktu terjadinya ovulasi. Agar kontrasepsi dengan cara ini berhasil, seorang
wanita harus benar benar mengetahui masa ovulasinya (waktu dimana sel telur siap
untuk dibuahi). Kerugian dengan cara ini adalah masa puasa bersenggama sangat
lama sehingga menimbulkan rasa kecewa dan kadang-kadang berakibat pasangan
tersebut tidak mentaati. (BKKBN, 2003)

2) Kontrasepsi Mekanik
a) Kondom
Kondom merupakan salah satu pilihan untuk
mencegah kehamilan yang sudah populer di
masyarakat. Kondom adalah suatu kantung karet
tipis, biasanya terbuat dari lateks, tidak berpori,
dipakai untuk menutupi penis yang berdiri
(tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang
vagina. Kondom sudah dibuktikan dalam
penelitian di laboratorium sehingga dapat mencegah penularan penyakit seksual,
termasuk HIV/AIDS.

Manfaat pemakaian kontrasepsi kondom:


 Efektif bila digunakan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik
 Murah dan dapat dibeli secara umum

8
 Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
 Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda

Kerugian menggunakan kondom adalah :


 Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung)
 Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
 Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
(Saifuddin, 2003)

a) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks(karet) yang di
insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
Jenis kontrasepsi diafragma:
 Flat spring (flat metal band)
 Coil spring (coiled wire)
 Arching spring

Cara kerja kontrasepsi diafragma:

Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi
bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermisida.

9
Manfaat kontrasepsi diafragma:

 Efektif bila digunakan dengan benar


 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam
sebelumnya
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak mengganggu kesehatan sistemik

Kerugian menggunakan diafragma adalah :


 Pemasangannya membutuhkan keterampilan
 Untuk pemakaian¸ perlu instruksi dan cara pemasangan oleh tenaga
klinik yang terlatih .
Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra
( Saifuddin, 2003)

b) Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menon-
aktifkan atau membunuh sperma.
Jenis kontrasepsi spermasida:
 Aerosol
 Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvablefilm
 Krim/jelly

10
Cara kerja kontrasepsi spermisida:

Menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan


menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

Manfaat kontrasepsi spermisida:

 Efektif seketika (busa dan krim)


 Tidak mengganggu produksi ASI
 Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik
 Mudah digunakan
 Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
 Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus

Petunjuk umum :

1. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar sebelum


melakukan hubungan seksual.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa
atau krim) dan insersi spermisida.
3. Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan
hubungan seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan
waktu tunggu karena langsung larut dan bekerja aktif.
4. Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun
penyimpanan dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke
dalam aplikator).
5. Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum terjadi
senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang
kali.

11
6. Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup
secara keseluruhan.

3) Kontrasepsi Hormonal
a) Kontrasepsi injeksi/Suntik
Keluarga berencana suntik merupakan metode kontrasepsi efektif yaitu metode
yang dalam penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan
pemakaian relatif lebih tinggi serta angka kegagalan relatif lebih rendah bila
dibandingkan dengan alat kontrasepsi sederhana (BKKBN, 2002:166).
Kontrasepsi hormonal dalam bentuk injeksi merupakan bentuk sediaan suspensi,
dikemas dalam vial/flacon untuk sekali pakai, yang diberikan secara suntikan
IM. . Metode suntikan ini diberikan pada hari ke 3-5 pasca persalinan, segera
setelah keguguran, dan pada masa interval sebelum hari kelima haid.

Jenis Kontrasepsi injeksi/suntik


Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain:
a. Suntikan / bulan ; contoh : cyclofem
b. Suntikan /2 bulan : Noristerat
c. Suntikan/3 bulan ; contoh : Depo provera, Depogeston (Harnawati, 2008).

Cara kerja KB suntik


a. Menghalangi ovulasi (masa subur)
b. Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental
c. Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada rahim
d. Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma
e. Mengubah kecepatan transportasi sel telur.

Efek Samping
Menurut BKKBN (2002:176) metode suntikan memiliki efek samping yaitu:
1. Gangguan siklus haid

12
2. Perdarahan bercak (spotting), yang dapat berlangsung cukup lama.
3. Keputihan
4. Sering menjadi penyebab bertambahnya Berat Badan.
5. Bisa menyebabkan (tidak pada semua akseptor) terjadinya sakit kepala,
nyeri pada payudara, "moodiness", timbul jerawat dan berkurangnya libido
seksual.

Keuntungan kontrasepsi injeksi/suntikan

Keuntungan metode suntik menurut Manuaba (2002:445) yaitu:

1. Tingkat efektifitasnya tinggi.


2. Hubungan seks dengan metode suntikan bebas.
3. Pengawasan medis yang ringan.
4. Dapat diberikan pasca persalinan, pasca keguguran atau pasca menstruasi.
5. Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.
6. Praktis, efektif dan aman.
7. Tidak mempengaruhi ASI.
8. Cocok digunakan untuk ibu menyusui.
9. Dapat menurunkan kemungkinan anemia.

Kontraindikasi metode suntikan

Kontra indikasi metode suntikan menurut beberapa sumber dari Hartanto


(2003:149), WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntikan
pada:

1. Kehamilan.
2. Karsinoma payudara.
3. Karsinoma traktus genitalia.
4. Perdarahan akibat kelainan ginekologi (perdarahan dari liang senggama)
yang tidak diketahui penyebabnya.

13
5. Penyakit jantung, hati, darah, kencing manis (penyakit metabolisme) paru
berat.
6. Terdapat tromboflebitis atau riwayat tromboflebitis.
7. Varises berat

b) Kontrasepsi PIL
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah diperkenalkan
sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan
cara pencegah kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum secara
teratur. Minum pil dapat dimulai segera sesudah terjadinya keguguran, setelah
menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu yang tidak menyusui
bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil
ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui)
dan disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan yang lain.

Jenis-jenis kontrasepsi Pil:


 Pil gabungan atau kombinasi
Tiap pil mengandung dua hormon sintetis, yaitu hormon estrogen dan
progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara kerja kedua hormon
yang mencegah kehamilan, dan hampir 100% efektif bila diminum secara
teratur.

Jenis – jenis pil kombinasi:


a. Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormone aktif estrogen/progesterone dalam dosis yang sama, dengan 7
tablet tanpa hormone aktif.
b. Bipasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormone aktif estrogen/progesterone dalam dua dosis yang berbeda adalah
estrogen dan progesteron, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.

14
c. Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone
aktif estrogen/progesterone dalam tiga dosis yang berbeda adalah
mengandung berbagai dosis progestin. Pada sejumlah jenis obat tertentu,
dosis estrogen didalam ke 21 pil aktif bervariasi. Maksud dari variasi ini
adalah mempertahankan besarnya dosis pada pasien serendah mungkin
selama siklus dengan tingkat kemampuan dalam pencegahan kehamilan
yang setara.

 Pil khusus – Progestin (pil mini)


Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki
sifat pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari leher
rahim (merubah sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit
pengangkutan sperma. Selain itu, juga mengubah lingkungan
endometrium (lapisan dalam rahim) sehingga menghambat perletakan
telur yang telah dibuahi.

Kontra indikasi Pemakaian Pil:


Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita
hepatitis, radang pembuluh darah, kanker payudara atau kanker
kandungan, hipertensi, gangguan jantung, varises, perdarahan abnormal
melalui vagina, kencing manis, pembesaran kelenjar gondok (struma),
penderita sesak napas, eksim, dan migraine (sakit kepala yang berat pada
sebelah kepala).

Efek Samping Pemakaian Pil

Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping berupa perdarahan di luar


haid, rasa mual, bercak hitam di pipi (hiperpigmentasi), jerawat, penyakit
jamur pada liang vagina (candidiasis), nyeri kepala, dan penambahan berat
badan.

15
Keuntungan menggunakan pil KB adalah :
a) Mudah menggunakan
b) Mudah dihentikan setiap saat
c) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan
d) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan

Kerugian menggunakan pil KB adalah :


a) Memerlukan disiplin dari pemakai
b) Dapat mengurangi ASI pada pil yang mengandung estrogen
c) Kembalinya kesuburan agak lambat
( Suririnah, 2005)

c) Kontrasepsi Implant
Alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah dalam
berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih pendek dan pada
batang korek api dan dalam setiap batang mengandung hormon levonorgestrel
yang dapat mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006)

Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada
lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah
dalam .Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik
berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas
dengan enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk yang akan dipakai. Di
dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut akan mengeluarkan
hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya
ovulasi dan menghalangi migrasi sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap
5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun.

Jenis Implant
Jenis-jenis implant menurut Saifuddin (2006) adalah sebagai berikut :

16
1. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm dengan diameter 2,4 mm, yang berisi dengan 36 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2. Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, dan diameter 2 mm, yang berisi dengan 68 mg 3 ketodesogestrel
dan lama kerjanya 3 tahun.
3. Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75 mg
levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

Mekanisme kerja

Konsep mekanisme kerjanya menurut Manuaba (1998) adalah :

1. Dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi.

2. Mengentalkan lendir serviks dan menghalangi migrasi spermatozoa.

3. Menipiskan endometrium sehingga tidak siap menjadi tempat nidasi.

Efektifitas Implant

Menurut Hartanto, (2002) efektifitas implant adalah :

1. Angka kegagalan norplant kurang 1 per 100 wanita pertahun dalam lima
tahun pertama. Ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD dan
metode barier.
2. Efektifitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun dan pada tahun ke
6 kira-kira 2,5-3 % akseptor menjadi hamil.
3. Norplant -2 sama efektifnya seperti norplant juga akan efektif untuk 5
tahun, tetapi ternyata setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam
jumlah besar yang tidak diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-6 %.
Penyebabnya belum jelas, disangka terjadi penurunan dalam pelepasan
hormonnya.

17
Indikasi

Pemasangan implant menurut Saifuddin (2006) dapat dilakukan pada :

1. Perempuan yang telah memilih anak ataupun yang belum.


2. Perempuan pada usia reproduksi (20 – 30 tahun).
3. Perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas
tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
4. Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
5. Perempuan pasca persalinan.
6. Perempuan pasca keguguran.
7. Perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, menolak sterilisasi.
8. Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung estrogen.
9. Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.

Kontraindikasi

Menurut Saifuddin (2006) menjelaskan bahwa kontra indikasi implant adalah


sebagai berikut :

1. Perempuan hamil atau diduga hamil.


2. Perempuan dengan perdarahan pervaginaan yang belum jelas
penyababnya.
3. Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
4. Perempuan dengan mioma uterus dan kanker payudara.
5. Perempuan dengan benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker
payudara.

Keuntungan

Keuntungan dari implant menurut Saifuddin (2006) adalah :

1. Keuntungan kontrasepsi yaitu :

18
 Daya guna tinggi
 Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
 Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
 Bebas dari pengaruh estrogen.
 Tidak mengganggu kegiatan senggama.
 Tidak mengganggu ASI.
 Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
 Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

2. Keuntungan non kontrasepsi yaitu :


 Mengurangi nyeri haid.
 Mengurangi jumlah darah haid
 Mengurangi/memperbaiki anemia.
 Melindungi terjadinya kanker endometrium.
 Menurunkan angka kejadian kelainan anak payudara.
 Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang pangul.
 Menurunkan angka kejadian endometriosis.

Kerugian

Hartanto, (2002) mengemukakan bahwa kerugian implant adalah:

1. Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga terlatih.


2. Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan
pengangkatan implant.
3. Lebih mahal.
4. Sering timbul perubahan pola haid.
5. Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.
6. Beberapa wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena kurang
mengenalnya.

19
7. Implant kadang-kadang dapat terlihat orang lain

d) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)


AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum wanita merupakan
alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat
setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan
mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). Namun, ada
wanita yang ternyata belum dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini. Karena
itu, setiap calon pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang lengkap
tentang seluk-beluk alat kontrasepsi ini.

Jenis-jenis AKD:
 Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana
pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus.
Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.

 Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai
ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan
ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang
mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan
tembaga halus pada jenis Coper-T.

20
 Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene)
dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap
yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah
3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga
dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk
menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil),
dan mini.

 Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya
seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk
meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.
Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut
ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe
B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan
30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka
kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini
ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus,
sebab terbuat dari bahan plastik.

Cara Kerja
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.

21
Efektifitas
IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap
hari seperti halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T
dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat
untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per 100 pemakai wanita
pada tahun pertama pemakaian.

Indikasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam
rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada
waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak.
Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Yang boleh
menggunakan IUD adalah:
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nulipara
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7. Risiko rendah dari IMS
8. Tidak menghendaki metoda hormonal
9. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
11. Perokok
12. Gemuk ataupun kurus

Kontraindikasi
Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah
1. Belum pernah melahirkan
2. Adanya perkiraan hamil

22
3. Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang
tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan
kanker rahim.
4. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
5. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
6. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP
atau abortus septik.
7. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
yangdapat mempengaruhi kavum uteri
8. Penyakit trofoblas yang ganas
9. Diketahui menderita TBC pelvic
10. Kanker alat genital
11. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

Keuntungan

1. Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun


pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). Pencegah
kehamilan jangka panjang yang AMPUH, paling tidak 10 tahun
2. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak
perlu diganti)
4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih
nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
5. Tidak ada efek samping hormonal
6. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu
menyusui – tidak mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
7. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
8. Dapat digunakan sampai menopause
9. Tidak ada interaksi dengan obat-obat

23
10. Membantu mencegah kehamilan ektopik
11. Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur

Kerugian

Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri


dibagian perut dan pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini bisa berjalan
selama 3 bulan setelah pemasangan. Tapi tidak perlu dirisaukan benar,
karena biasanya setelah itu keluhan akan hilang dengan sendrinya. Tetapi
apabila setelah 3 bulan keluhan masih berlanjut, dianjurkan untuk
memeriksanya ke dokter. Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu
tegang, karena ini juga bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan
harus segera ke klinik jika:

1. Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda kehamilan:


mual, pusing, muntah-muntah.
2. Terjadi pendarahan yang lebih banyak (lebih hebat) dari haid biasa.
3. Terdapat tanda-tanda infeksi, semisal keputihan, suhu badan
meningkat, mengigil, dan lain sebagainya. Pendeknya jika ibu merasa
tidak sehat.
4. Sakit, misalnya diperut, pada saat melakukan senggama. Segeralah
pergi kedokter jika menemukan gejala-gejala diatas.

Efek Samping dan Komplikasi

Perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar
mensturasi, saat haid lebih sakit.

Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang
apabila pemasangan benar).

24
1. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
2. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering
berganti pasangan
3. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas
4. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan IUD
5. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari
6. Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih
yang dapat melepas
7. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
8. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD
mencegah kehamilan normal
9. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke
waktu.

Waktu Pemasangan

Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :

 2 sampai 4 hari setelah melahirkan


 40 hari setelah melahirkan
 Setelah terjadinya keguguran
 Hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid
 Menggantika metode KB lainnya

Waktu Pemakai Memeriksakan Diri

 1 bulan pasca pemasangan


 3 bulan kemudian
25
 Setiap 6 bulan berikutnya
 Bila terlambat haid 1 minggu
 Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya

4) Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap adalah salah satu kontrasepsi dengan tindakan pembedahan
pada saluran telur wanita atau saluran mani yang mengakibatkan orang atau
pasangan yang bersangkutan tidak akan memperoleh keturunan lagi.

a. Kontrasepsi Tubektomi (Sterilisasi pada Wanita)


Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi.
Dengan demikian, jika salah satu pasangan telah mengalami sterilisasi, maka
tidak diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi yang konvensional. Cara kontrasepsi
ini baik sekali, karena kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali. Faktor
yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah kesukarelaan dari
akseptor. Dengan demikia, sterilisasi tidak boleh dilakukan kepada wanita yang
belum/tidak menikah, pasangan yang tidak harmonis atau hubungan
perkawinan yang sewaktu-waktu terancam perceraian, dan pasangan yang
masih ragu menerima sterilisasi. Yang harus dijadikan patokan untuk
mengambil keputusan untuk sterilisasi adalah jumlah anak dan usia istri.
Misalnya, untuk usia istri 25–30 tahun, jumlah anak yang hidup harus 3 atau
lebih.

Cara Sterilisasi
Tuba falopi adalah saluran sepanjang sekitar 10 cm yang menghubungkan
ovarium dengan uterus. Pada saat ovulasi, sel telur dikeluarkan dari ovarium
dan bergerak menuju uterus. Bila ada sperma di tuba falopi, ovum akan
terbuahi dan menjadi embrio yang kemudian melekat di uterus.
Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi yang
menghubungkan ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan ujung-

26
ujungnya ditutup dengan cincin atau dibakar (kauter). Metode lain yang tidak
melakukan pemotongan adalah dengan mengikat atau menjepit saluran tuba
falopi (tubal ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat
terjangkau sperma. Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum
atau lokal (spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu berupa
teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil
bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut
untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat
untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi . Biasanya, ujung-ujung tuba
falopi kemudian ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang
disebut laparotomi tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan
yang lebih besar. Sterilisasi dapat dilakukan kapan saja, termasuk setelah
persalinan atau bersamaan dengan prosedur pembedahan perut yang lain,
seperti operasi Caesar.

Keuntungan adalah :
 Efektif
 Sederhana
 Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit
 Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal saja
 Biaya rendah
 Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita
 merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria untuk kurang tersedia
 dokter wanita dan paramedis wanita.

Kerugian adalah :
 Diperlukan suatu tindakan operatif
 Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti pendarahan atau infeksi
 Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai
keturunan lagi

27
(Wibowo.H, 2010 )

Indikasi
a. Perempuan usia diatas 26 tahun
b. Memiliki keturunan lebih dari dua
c. Sudah memiliki keinginan dan keyakinan untuk tidak menambah anak
lagi
d. Perempuan yang jika hamil, akan menimbulkan resiko kesehatan yang
serius dan membahayakan.
e. Memahami prosedur dan tindakan tubektomi, serta sukarela setuju
dengan prosedur tubektomi.

Kontraindikasi

a. Perempuan yang sedang hamil atau terdeteksi hamil


b. Terjadi perdarahan vaginal yang belum jelas penyebabnya. Harus ada
pemeriksaan jika terjadi hal ini.
c. Terjadi infeksi daerah pelvik ataupun di daerah rahim yang akut, hingga
disembuhkan terlebih dahulu.
d. Perempuan yang tidak boleh menjalani proses pembedahan
e. Belum memiliki keyakinan yang pasti tentang keinginannya
melaksanakan tubektomi
f. Tidak memiliki izin dari suami, serta
g. Belum memberikan persetujuan tertulis

Keterbatasan:
a. Metode ini merupakan metode kontrasepsi permanen yang tidak dapat
dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi
b. Mungkin akan menyesal di kemudian hari karena memilih metode ini.
Ini bisa terjadi jika anda belum memiliki keyakinan yang benar-benar
mantap memilih metode ini.

28
c. Akan mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan jangka pendek setelah
dilakukan pembedahan
d. Risiko komplikasi dapat meningkat jika dilakukan anestesi umum
e. Dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah jika
yang dilakukan adalah proses laparoskopi
f. Tidak dapat melindungi anda dari infeksi menular seksual, termasuk
HIV/AIDS.

b. Kontrasepsi vasektomi
Vasektomiadalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria
dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia alur transportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.

Indikasi kontrasepsi vasektomi:


Vasektomi merupakan upaya untuk menghenttikan fertilis dimana fungsi
reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan
pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.
Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan vasektomi:
 Infeksi kulit pada daerah operasi
 Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien
 Hidrokel atau varikokel
 Hernia inguinalis
 Filarisasi(elephantiasis)
 Undesensus testikularis
 Massa intraskotalis
 Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan
antikoaglansia

29
Keuntungan

1. Vasektomi adalah operasi kecil yang aman, sangat efektif dan bersifat
permanen.
2. Baik dilakukan pada laki-laki yang memang sudah tidak ingin memiliki
anak.
3. Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi dibandingkan
dengan sterilisasi tuba.
4. Pria memiliki kesempatan untuk gantian KB dengan istrinya.
5. Tidak mempengaruhi kemampuan seorang pria dalam menikmati
hubungan seksual.

Kerugian

1. Beberapa laki-laki takut vasektomi ini akan mempengaruhi


kemampuannya berhubungan intim atau menyebabkan gangguan ereksi.
2. Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyaman beberapa hari setelah operasi,
rasa sakit ini biasanya bisa hilang dengan konsumsi obat ringan.
3. Seringkali harus melakukan kompres dengan es selama 4 jam untuk
mengurangi pembengkakan, pendarahan dan rasa tak nyaman serta harus
memakai celana yang dapat mendukung skrotum selama 2 hari.
4. Operasi tidak efektif dengan segera. Pasien diharuskan memakai
kondom terlebih dahulu untuk membersihkan tabung dari sisa sperma
yang ada. Untuk mengetahui sudah steril atau belum, biasanya dilakukan
pemeriksaan mikroskop setelah 20-30 kali ejakulasi.
5. Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi seksual
menular termasuk HIV.
6. Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika laki-laki masih berusia di
bawah 25 tahun, terjadi perceraian atau ada anaknya yang meninggal.
7. Dibutuhkan waktu 1-3 tahun untuk benar-benar memastikan apakah
vasektomi bisa bekerja efektif 100 persen atau tidak.

30
4. Penggunaan Kontrasepsi Menurut Umur
a. Umur ibu kurang dari 20 tahun:
Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral. Penggunaan kondom kurang
menguntungkan, karena pasangan muda frekuensi bersenggama tinggi sehingga akan
mempunyai kegagalan tinggi. Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang
dianjurkan. Umur di bawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu.

b. Umur ibu antara 20–30 tahun


Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan.Segera setelah anak
pertama lahir, dianjurkan untuk memakai spiral sebagai pilihan utama. Pilihan kedua
adalah norplant atau pil.

c. Umur ibu di atas 30 tahun


Pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau norplant. Kondom bisa merupakan
pilihan kedua.Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara operasi (sterlilisasi)
dapat dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan dengan spiral, kondom, maupun pil
dalam arti mencegah.

B. Karakteristik Akseptor KB

Yaitu meliputi umur ibu, pendidikan, dan pendapatan. Factor yang secara langsung atau
internal mempengaruhi keikutsertaan keluarga berencana antara lain sebagai berikut:

1. Umur
Keluarga berencana adalah masa penundaan. Kehamilan bagi pasangan usia subur
dengan istri dibawah 20 tahun, dianjurkan untuk menunda kehamilannya, masa mengatur
kehamilan bagi pasangan usia subur, dengan istri usia diatas 30 tahun. Meningat bahwa
factor umur memang peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu,
maka sebaiknya merencanakan kehamilan pada usia antara 20-30 tahun (Sitorus, 1999).

31
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses belajar, dalam hal ini berarti terjadi proses perkembangan
atau perubahan kearah yang lebih tahu dan lebih baik pada diri individu. Pada kelompok
masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu
mengatasi masalah sendiri masalah-masalah kesehatan menjadi mampu (Purwanto,
1999), pendidikan ibu dalam hal ini adalah latar belakang pendidikan ibu.

3. Pendapatan
Dalam banyak masyarakat sorang pekerja, apapun jenis kelaminnya, menerima upah
yang sama. Namun berbagai masyarakat lain pekerjaan laki-laki memperoleh upah lebih
tinggi daripada upah pekerja perempuan walaupun pekerjaan yang dilakukan sama. Jika
dibandingkan antara besarnya pendapatan tiap keluarga dengan keluarga besarnya
pengeluaran, kita akan memperoleh kenyataan bahwa banyak yang belum dapat
memenuhi kebutuhan sehingga memilih keluarga kecil. Keinginan untuk memilih
keluarga kecil dapat dilakukan dengan keinginan untuk ber-KB (Desiyana, 2004).

32
BAB III

IMPLEMENTASI

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Hari tanggal : 19 Maret 2018

Waktu : 40 menit

Tempat/ruangan : RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Sasaran : Pasien Ruang Mawar

Pelaksanaan : Mahasiswa akper pemprov kaltim

Topik penkes : Alat Kontrasepsi

Diagnose keperawatan : kurang pengetahuan tentang Jenis alat kontrasepsi, cara penggunaan dan
keuntungan serta kerugian.

I. Tujuan instruksional umum (TIU)


Setelah mendapatkan penkes selama 40 menit diharapkan pasien dan keluargannya
mampu menjelaskan tentang alat kontrasepsi
II. Tujuan instruksional khusus (TIK)
Setelah diberikan penkes selama 40 menit diharapkan pasien dan keluargannya, akan
mampu :
1. Menyebutkan pengertian alat kontrasepsi dengan benar
2. Menyebutkan jenis-jenis alat kontrasepsi dengan benar
3. Menjelaskan apa saja yang termasuk kontrasepsi teknik dengan benar
4. Menjelaskan apa saja yang termasuk kontrasepsi mekanik dengan benar
5. Menjelaskan apa saja yang termasuk kontrasepsi hormonal dengan benar
6. Menjelaskan apa saja yang termasuk kontrasepsi mantap dengan benar
III. Materi
a. Pokok bahasan
33
Alat kontrasepsi
b. Sub pokok bahasan
1. Pengertian kontrasepsi
2. Jenis-jenis alat kontrasepsi
3. Kontrasepsi teknik
4. Kontrasepsi mekanik
5. Kontrasepsi hormonal
6. Kontrasepsi mantap
IV. Metode
Ceramah, Tanya jawab
V. Media
Leaflet , LCD, lembar balik
VI. Kegiatan belajar mengajar (KMB)
1. Pendahuluan
Pembukaan dan menjelaskan tujuan
2. Penyajian
Menjelaskan materi (sesuai TIK atau sub pokok bahasan)
3. Penutup
Merangkum dan mengevaluasi

Tahap Kegiatan pengajar Kegiatan sasaran


Pendahuluan  Menyiapkan materi, tempat dan sasaran.  Menyiapkan diri
5 menit  Pembukaan (salam dan perkenalan)  Menjawab salam
 Menjelaskan tujuan dan kontrak waktu  Memperhatikan

Penyajian  menjelaskan pengertian, kontrasepsi  memperhatikan


25 menit  menjelaskan jenis-jenis alat kontrasepsi  memperhatikan
 menjelaskan kontrasepi teknik  memperhatikan
 menjelaskan alat kontrasepsi mekanik  memperhatikan
 menjelaskan alat kontrasepsi hormonal  memperhatikan
 menjelaskan alat kontrasepsi mantap  memperhatikan

34
 memberikan kesempatan bertanya  bertanya
 menjawab pertanyaan  memperhatikan

Penutup  mengajukan pertanyaan untuk  menjawab pertanyaan


10 menit mengevaluasi
 merangkum  memperhatikan
 menutup pertemuan dan salam  memperhatikan dan
menjawab
 membagikan leaflet

VII. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1. Kelengkapan media-alat (AVA) tersedia dan siap digunakan
2. Pelaksana siap melakukan penkes
3. Fasilitas tersedia
b. Evaluasi proses
1. Pelaksana dan sasaran mengikuti penkes sesuai waktu yang ditetapkan
2. Sasaran aktif selama proses penkes
3. Sasaran mampu menjawab pertannya
4. Pelaksanaan menyajikan semua materi secara lengkap
c. Evaluasi hasil (lisan dan praktek)
Setelah diberikan penkes 40 menit pasien dan keluarganya mampu :
1. Menyebutkan pengertian kontrasepsi dengan bahasanya sendiri
2. Menyebutkan jenis-jenis alat kontrasepsi dengan bahasanya sendiri
3. Menjelaskan alat kontrasepsi teknik dengan bahasanya sendiri
4. Menjelaskan alat kontrasepsi mekanik dengan bahasanya sendiri
5. Menjelaskan alat kontrasepsi hormonal dengan bahasanya sendiri
6. Menjelaskan alat kontrasepsi mantap dengan bahasanya sendiri.

35
SOP PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI IUD

A. PENGERTIAN

Prosedur pemasangan IUD merupakan teknik pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR)

B. PERSIAPAN PASIEN DAN LINGKUNGAN

1. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan

2. Siapkan lingkungan yang mendukung pelaksanaan tindakan, atur penerangan yang

cukup, jaga privasi klien

C. PERSIAPAN ALAT

1. Kom besar 2 buah

2. Bengkok

36
3. IUD steril

4. KO sedang 1 buah

5. Air DTT

6. Larutan byclean / klorin 0,5%

7. Kapas sublimat

8. Bak instrument

9. Sarung tangan steril 2 pasang

37
10. Bivatue spekulum (spekulum cocor bebek)

11. Tampon tang

12. Tenakulum

13. Extraktor IUD

38
14. Sonde uterus

15. Gunting IUD

D. PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Dekatkan alat

2. Atur posisi klien senyaman mungkin

3. Cuci tangan di air mengalir

4. Pasang selimut mandi

5. Pakai sarung tangan steril pada tangan kiri

6. Simpan IUD di tempat yang rata

7. Buka plastik atas IUD dengan tangan kanan, tangan kiri memasukkan Coper T IUD dari

dalam dan tangan kanan merapatkan dari luar

8. Dekatkan bengkok

9. Buka kom kapas sublimat

10. Pakai sarung tangan pada tangan kanan

11. Lakukan vulva hygiene

39
12. Lakukan pemeriksaan dalam

13. Cuci tangan di air DTT, buka sarung tangan

14. Pakai sarung tangan steril yang baru

15. Memasukkan spekulum sesuai anatomi

16. Bersihkan serviks dengan kasa steril menggunakan tampon tang

17. Jepit serviks dengan tenakulum pada posisi vertikal (arah jam 11 atau jam 1)

18. Ukur panjang uterus dengan sonde uterus

19. Memsang IUD dengan teknik menarik (With drawal tecniqique) :

 Memasukkan tabung inserter yang berisi IUD ke dalam kanalis servikalis

 Menarik tabung inserter sampai pangkal pendorong untuk memasukkan IUD

 Mengeluarkan pendorong dan dorong kembali tabung inserter sampai terasa pada

fundus.

20. Menggunakan benang IUD 3 sampai 4 cm

21. Bersihkan porsio yang telah terpasang IUD dengan kasa menggunakan tampon tang

22. Mengeluarkan tenakulum dan spekulum, rendam dalam larutan klorin 0,5 %

23. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan IUD telah terpasang

24. Lepaskan sarung tangan, rendam dalam larutan klorin 0,5 %

25. Cuci tangan

26. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

40
BAB IV

Penutup

1. Kesimpulan

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti “melawan” atau “mencegah” dan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matan dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilansebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma. Untuk itu maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif
melakukan hubungan intim atau seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal
namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008).

Dari 61,4% pengguna metode kontrasepsi di Indonesia, sebanyak 31,6%


menggunaakan suntik. Sedangkan yang memakai pil ganya 13, 2 persen, memakai IUD
(Intra Uterine Device) atau spiral 4, 8 persen, implant 2, 8 persen, sisanya vasektomi
dan tubektomi.

Jenis-jenis kontrasepsi

1. Senggama terputus
2. Pantang berkala
3. Kondom
4. Diafragma
5. AKDR/IUD/Spiral
6. Spermisida
7. Kontrasepsi injeksi
8. KB Pil
9. Implant
10. Tubektomi
11. Vasektomi

41
2. Saran

Dengan disusunnya implementasi pemasangan alat kontrasepsi ini diharapkan


pembaca sebagai calon perawat perawat profesional dapat mengaplikasikan SAP dan
SOP pemasangan alat kontrasepsi.

42
Daftar pustaka

BKKBN, 2002. Informasi Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN.

BKKBN, 2004. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi: Kebijakan Program dan
Kegiatan tahun 2005-2009. Jakarta: BKKBN.

BKKBN, 2005. Unit Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN.

Padila.2014.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Yogyakarta: Nuha Medika

Manuaba, 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.

Varney, 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4. Jakarta: EGC.

43

Anda mungkin juga menyukai