11/11/2018 M. Sukmana
SISTEM IMUN
Semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan
keutuhan tubuh, sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat
ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup
Fs : - Pertahanan
- Homeostasis
- Pengawasan
Dalam pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme → timbul respon
imun.
Ada 2 macam RI, yaitu :
1. RI Spesifik : deskriminasi self dan non self, memori, spesifisitas.
2. RI non Spesifik : efektif untuk semua mikroorganisme
11/11/2018 M. Sukmana
Gambar 1: Sistem Imun
11/11/2018 M. Sukmana
Sel-sel yang berperan dalam sistem imun / respon imun
1. Sel B
2. Sel T
3. Makrofag
4. Sel dentritik dan langerhans
5. Sel NK
Sebagai mediator : sitokin
• Limfosit B
- terdapat pada darah perifer (10 – 20%), sumsum tulang,
jaringan limfoid perifer, lien, tonsil.
- Adanya rangsangan → sel B, berproliferasi dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma, yang mampu
membentuk Ig : G, M, A, D, E
11/11/2018 M. Sukmana
2. Limfosit T
- Terdapat pada darah perifer (60 – 70 %), parakortek kel
limfe, periarterioler lien.
- Punya reseptor : T cell receptor (TCR), untuk mengikat Ag
spesifik.
- Mengekspresikan mol CD4, CD8
3. Sel natural killer.
- ~ sell null (non B non T) ok TCR (-), dan tak menghasilkan
AB.
- 10 – 20 % limfosit perifer.
- Mampu membuat lisis sel tumor.
- Mengekspresikan CD16, CD56 pada permukaan .
- Bentuk > besar dibanding sel B dan T, mempunyai granula
azurofilik dalam sitoplasma : large granula limphocyt.
11/11/2018 M. Sukmana
4. Sel dentritik dan langerhans.
- Sel dentritik : pada jar limfoid.
- Sel langerhans : pada epidermis.
- Termasuk sel APC (antigen presenting cell) / sel penyaji.
5. Sitokin.
- Merupakan messenger molecule dalam sistem imun.
- Regulasi RI perlu interaksi antara limfosit, monosit, sel
radang, sel endotel → perlu mediator agar terjadi kontak
antar sel.
- Co : IL 1 – 17, IFN α – , TNF, TGF.
4 kategori sitokin :
a. Mediator imunitas humoral, yang berfungsi sebagai
pelindung terhadap inf. Virus (interveron), memicu RI
non spesifik terhadap radang (IL -1, TNF α, IL – 8)
11/11/2018 M. Sukmana
b. Berhubungan dengan regulasi pertumbuhan,
aktivasi dan deferensiasi limfosit (IL -2, IL -
4, TGF – B)
c. Mengaktifkan sel radang (IFN , TNF – α, IL -
5, faktor penghambat migrasi)
d. Merangsang hemopoisis (CSF, GM-CSF, IL -
3, IL -7)
11/11/2018 M. Sukmana
IMUNOPATOLOGI
Kegagalan dari sistem imun :
1. Rx hipersensitivitas : respon imun berlebihan.
2. Imunodefisiensi : respon imun berkurang
3. Autoimun : hilangnya toleransi diri : rx
sistem imun terhadap Ag jar sendiri
11/11/2018 M. Sukmana
Rx Hipersensitivitas
1. Tipe I
Rx hipersensitivitas tipe cepat.
Ig yang berperan : Ig E.
Co : asma, rinitis, dermatitis atopi, urtikaria, anafilaksis.
Ag merangsang sel B untuk membentuk Ig E dengan
bantuan sel Th. Ig E kemudian diikat oleh mastosit
melalui reseptor Fc.
Bila terpajan ulang dengan Ag yang sama, maka Ag
tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada pada
permukaan mastosit. Ikatan ag – Ig E → degranulasi
11/11/2018 mastosit. Mengeluarkan mediator, Co : histamin.
M. Sukmana
11/11/2018 M. Sukmana
2. Tipe II
- Rx. sitotoksik
. Co : Rx transfusi, AHA, Rx
obat, Sindrom Good posture,
miastenia gravis, pemvigus.
- Adanya Ag yang merupakan
bagian sel pejamu,menyebab
kan dibentuknya AB Ig G /
Ig M → mengaktifkan sel K
yang memiliki reseptor Fc
sebagai efektor ADCC.
-Ikatan Ag-Ab → aktifkan
komplemen → lisis.
.
11/11/2018 M. Sukmana
2. Tipe III
- Rx. Komplex imun
– Co : SLE(Autoimun),
Farmer’s lung, demam
reumatik, artritis reumatoid.
– Komplex Ag.AB (Ig G / Ig
M) yang tertimbun dalam
jaringan → mengaktifkan
komplemen → melepaskan
MCF → makrofag ke
daerah tsb → melepaskan
enzim → merusak jaringan.
11/11/2018 M. Sukmana
2. Tipe IV
- Rx. Hipersensitivitas lambat :
> 24 jam
– Co : Rx Jones Mote,
hipersensitivitas kontak, Rx
tuberkulin, Rx granuloma.
– Akibat respon sel T yang
sdh disensitisasi Ag →
dilepaskan limfokin ( MIF,
MAF) → makrofag yg
diaktifkan → merusak
jaringan.
11/11/2018 M. Sukmana
IMUNODEFISIENSI
Respon imun berkurang / - → tidak mampu melawan infeksi
secara adekuat.
Ada 2 bentuk :
1. Primer
- herediter
- gejala : 6 bulan – 2 tahun
2. Sekunder
- perubahan Fs. Imunologik : inf, malnutrisi, penuaan,
imunosupresi, kemoterapi dll.
11/11/2018 M. Sukmana
I. Primer
1. Severe combine immunodeficiency disease (SCID)
- Ditandai oleh limfopenia dan defek Fs. Sel T dan B.
- Hipoplasi Timus / -
- Kelenjar limfe, limpa, tonsil, appendik : tidak mengandung
jaringan limfoid / sentrum germinativum sedikit (B), parakortek
sedikit (T).
- 50 % penderita resesif autosomal SCID → ADA (adenosin
deaminase) (-) pada limfosit dan erytrosit → akumulasi
metabolit deoksidenosin & deoksi ATP → toksin ut. limfosit
- Terapi : transplantasi ssm. Tulang.
11/11/2018 M. Sukmana
2. X linked agammaglobulinemia of BRUTON.
- Paling sering.
- Ditandai :
- sel B matang (-) (prasel B normal) → ok mutasi gen
tirosin kinase yang diekspresikan pada sel B muda →
Ig serum (-).
- Imun seluler normal.
- Sering inf. bakteri berulang.
3. Defisiensi Ig A terisolasi (isolated Ig A deficiency)
- Ig A (-).
- Sering ditemukan (I = 600).
- Umunya : tanpa gejala → inf, traktus respiratorius, GI. Kel.
Autoimun.
- Defek : kegagalan pematangan sel B positif – Ig A.
- Th : tranfusi darah yang mengandung Ig A → t jd
11/11/2018 M. Sukmana
anafilaksis
4. Common variabel immunodeficiency
- Hipogamaglobulinemi, kadang : Ig G
- Sebagaian besar kasus : sel B normal → diferensiasi sel
plasma (-)
- Folikel limfoid : hiperplastik.
5. SINDROMA WISKOTT – ALDRICH(Imunodefisiensi dengan
Trombositopenia dan eksema)
- Ditandai : trombositopenia, eksema, inf berulang.
- Morfologi timus normal → deplesi sel T jar. Limfoid.
- Th : transplantasi ssm tlng.
6. SINDROMA DIGEORGE (HIPOPLASIA TIMUS)
- Kel. multiorgan + kerusakan kantong faringeal III dan IV.
- Ditandai :
- Hipoplasi / aplasia timus.
- Hipoplasi paratiroid (hipokalsemi → tetani).
- Defek cong.jantung, PD besar, muka
- Terapi : cangkok timus M. Sukmana
11/11/2018
II. Sekunder.
- Didapat
- Ok :
1. Infeksi : AIDS
2. Penggunaan obat : - Kemoterapi
- Imunosupresif
3. Peny lain : leukemia
1. ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROME (AIDS) →
- Ok HIV – 1 (Human Immunodeficency Virus) →
- Ditandai : - Supresi imunitas (sel T)
- Inf oportunistik.
- Keganasan sekunder.
- Kelainan neurologik
11/11/2018 M. Sukmana
11/11/2018 M. Sukmana
- Cara penularan :
- Kontak seksual
- Parenteral
- Dari ibu yang terinfeksi pada janin
- Biologi HIV
- Retrovirus (merusak sel T → imunodefisiensi)
- Envelope lipid HIV I mengandung :
• Glikoprotein 120 : mengikat molekul CD4 pejamu untuk
memulai inf virus (reseptor)
• gp 41
- Gen utama : GAG : mengkode prot “core”
POL : mengkode enzim-enzim yang diperlukan
untuk replikasi virus
ENV : mengkode prot selubung.
11/11/2018 M. Sukmana
- Gen tambahan : TAT, VPU, VIF, Nef, REV.
TAT, REV = mengatur transkripsi HIV
- INFEKSI HIV PADA LIMFOSIT DAN MONOSIT.
• Virus menempel pada membran sel T (fusi)
• Internalisasi
• Reverse transcription (berubah jadi DNA)
• Integrasi DNA provirus ke dalam genom pejamu.
• Transkripsi ( RNA)
• Translasi (prot)
• Budding
• Virion-virion baru.
11/11/2018 M. Sukmana
- Kel. SSP karena HIV.
• Sasaran utama infeksi HIV.
• Mell : monosit / makrofag.
- Perjalanan peny. Infeksi HIV.
1. Tahap dini / fase akut.
- Viremia, CD4 + sel T
- peny. akut yang sembuh sendiri = 6 – 12 mg ,nyeri
tenggorokan, mialgia non spesifik, meningitis aseptik.
2. Tahap menengah, fase kronik
- Keadaan laten secara klinis, replikasi rendah, CD4 +
perlahan
- Kel. Limfe >>>, luas.
- Akhir tahap : demam, kemerahan kulit, kelelahan, viremi.
-
11/11/2018 7 – 10 tahun M. Sukmana
3. Tahap akhir, fase krisis =
AIDS.
- Pertahanan cepat :
CD4 + rendah, BB ,
diare, inf. oportunistik,
keganasan sekunder.
- AIDS : HIV (+) dan sel
T CD4 + < 200 sel / Ul.
11/11/2018 M. Sukmana
AUTOIMUN DISEASE
: Reaksi sistem imun terhadap Ag jaringan sendiri.Kehilangan
toleransi diri (self tolerance) menyebabkan sel-sel sistem imun
mengenal Ag tubuh sendiri sebagai asing.
I.Penyakit autoimun organ.
1. Autoimune hemolytic anemia (AHA)
: ok destruksi oleh AB terhadap Ag pada permukaan erythrosit
(autoantibodi antierytrosit)
2. Tyroiditis Hashimoto.
- Sebagian besar eutiroid, ttp dapat juga hipotiroid / hipertiroid.
- Dijumpai :
• Autoantibodi anti tiroglobulin.
• Infiltrasi limfosit, makrofag, sel plasma dalam kelenjar
membentuk folikel limfoid
11/11/2018 M. Sukmana
3. Penyakit Grave
: Toxic goiter /exopthalmic goiter
- dijumpai Antibodi (Long acting Thyroid stimulator : LATS /
TSAb = Thyroid Stimulating AB) terhadap reseptor (TSH)
pada permukaan tiroid merangsang kelenjar tiroid. = T3 dan
T4 >>>.
4. SINDROM SJOGREN.
- ditandai : keratokonjungtivitis sikka (mata kering ) ,xerostomia
(mulut kering)
- 40 % : bentuk primer
60 % berhubungan : RA, SLE, skleroderma, (darah = RF,
ANA).
- PA : infiltrasi sel B, sel T periductal lacrimal + hiperplasi ep +
obstruksi lumen atrofi asiner, fibrosis dan perlemakan
11/11/2018 M. Sukmana
5. Polimiositis / dermatomiositis
- Poliomisitis : peradangan otot skelet diperantarai kel.
Imunologik.
- Klinik : kelemahan otot bil. Simetrik (kas : prox > dulu)
- Ok kerusakan serabut otot oleh sel T sitotoxic yang memasuki
dan mengitari serabut otot.
II. Penyakit Autoimun Sistemik
1. SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
- Penyakit demam sistemik, kronik, berulang, dengan gejala
berhubungan dengan semua jar (tu sendi, kulit, membran
serosa)
- Perjalanan klinis bervariasi
• Kadang gejala minimal sembuh tanpa pengobatan.
• Sebagian besar : kambuh berulang remisi : dapat
dipertahankan dengan imunosupresan.
11/11/2018• Ketahanan hidup 10 tahun = + 70 %
M. Sukmana
- Gambaran klinis bervariasi .
11/11/2018 M. Sukmana
Ciri kas (tu) :
ANA (antinuclear antibodies)
Sel LE (badan LE (nukleus sel yang rusak
bereaksi dengan AB antinukleus
kehilangan pola kromatin) yang difagosit
neutrofil / makrofag)
11/11/2018 M. Sukmana
I. Antigen
* Transformasi maligna :
- Perubahan fenotip sel normal.
- Hilangnya komponen Ag permukaan
- Neoantigen.
- Perubahan lain pada membran sel
RI.
• Pembagian Ag :
- Ag. kelas I : hanya ditemukan pada tumor itu saja dan
tidak pada sel normal /keganasan lain.
- Ag klas II : juga ditemukan pada tumor lain.
- Ag klas III : juga ditemukan pada sel normal dan
ganas.
11/11/2018 M. Sukmana
• Antigen onkofetal
tumor mengekpresikan dirinya :
- melalui permukaan
- Produknya yang dilepas dalam darah yang tidak
yang tidak ditemukan pd jaringan normal.
Co : 1. CEA :
* pada Ca. sal cerna tu. Ca. colon.
↑ pada : ca colon,pankreas, beberapa ca paru,
payudara,lambung.
* pada non neoplastik : emfisema,kolitis ulserative,
alkoholisme,perokok.
11/11/2018 M. Sukmana
AFP : ↑ : fetus normal, eritroblastome testis, hepatoma.
II. RI terhadap tumor.
Efektor sistem imun humoral dan seluler pada destruksi
tumor :
A. Mekanisme humoral.
1. lisis oleh Ab dan komplemen.
2. Opsonisasi melalui Ab dan komplemen.
3. Hilangnya adesi oleh Ab
B. Mekanisme seluler.
1. Destruksi oleh sel Tc.
2. ADCC.
3. Destruksi oleh makrofah yang diaktifkan.
4. Destruksi oleh sel NK.
11/11/2018 M. Sukmana
Gambar Imunitas Non Spesifik Terhadap Tumor
Makrofag yang diaktifkan, neutrofil dan sel NK berperan pada imunitas non-spesifik
terhadap tumor. Efeknya dapat sitolitik atau sitostatik. Imunitas jenis ini tidak
memerlukan antibodi dan spesifitas antigen. Sel – sel tersebut menyerang semua jenis
sel tumor.
11/11/2018 M. Sukmana
Gambar Peranan Limfokin Dalam Penghancuran Tumor
Sel T yang dirangsang antigen
tumor melepas limfokin
seperti :
1. IFN yang mengaktifkan efek
lisi sel NK
2. Limfotoksin (LT) yang dapat
langsung menghancurkan
sel tumor
3. Bahan kemotaktik (CFM)
4. Migration Inhibition Factor
(MIF)
5. Macrophage Activating
Factor (MAF)
11/11/2018 M. Sukmana
IV.Imunodiagnosis
Dapat dilakukan dengan :
1. Menemukan Ag spesifik terhadap sel tumor.
2. Mengukur RI pejamu terhadap sel tumor.
Imunodiagnosis tumor
A. Deteksi sel tumor dan produknya dengan cara imunologik
1. Protein mieloma Bence-Jones (misalnya tumor sel plasma)
2. Alfa Feto Protein (AFP pada kanker hati)
3. Antigen karsinoembrionik (CEA pada kanker gastrointestinal)
4. Deteksi antigen tumor spesifik (dalam sirkulasi atau dengan
immunoimaging)
11/11/2018 M. Sukmana
Imunoprofilaksis
= imunisasi
1. Aktif : RI terjadi setelah terpajan Ag
2. Pasif : terjadi bila seseorang menerima
Ab /produk sel lainnya dari orla yg telah
mendapat imunisasi aktif.
11/11/2018 M. Sukmana
.
II. Imunisasi Aktif
-Biasanya diberikan jauh sebelum pajanan(dlm usaha
pencegahan).
- Dengan pemberian Ag yg tak patogenik.
- Mengaktifkan sistem pengenalan imun dan sistem
efektor yg diperlukan.
1. Imunisasi aktif alamiah.
co : Inf. Virus, bakteri.
2. Imunisasi aktif buatan.
Co: toksoid,vaksinasi.
11/11/2018 M. Sukmana
B. Istilah lain
2. Histokompatibilitas.
Kemampuan seseorang unk menerima transplan dari orang
lain,suatu keadaan bila tdk terjadi respon imun.
3. Gen Histokompatibilitas.
Gen yg menentukan apakah transplan dapat
diterima.Banyak lokus gen yang menolak transplan, yang
terpenting : Gen Histokompatibilitas Mayor (MHC/HLA)
11/11/2018 M. Sukmana
Antigen kelas II /MHC kelas II
•PENOLAKAN TRANSPLANTASI
•Penolakan ditimbulkan oleh :
Th resepien yg mengenal Ag MHC allogenic
- Merangsang sel Tc yg juga mengenal AG MHC
allogenic→lisis.
11/11/2018 M. Sukmana
- Limfokin→mengerahkan makrofag ke tempat
transplan→merusak jaringan.
• PENOLAKAN HIPERAKUT,AKUT,KRONIK
Co; ginjal.
1. Hiperakut.
- Beberapa menit- jam, sesudah transplantasi.
- Ok destruksi oleh Ab yg sudah ada pada resipien thd
transplan.Akibat resipien telah tersensitisasi
sebelumnya dg Ag dlm tandur. Co : transfusi
- Jaringan transplan: edem+ pdrh interstisiel,ditemukan
trombosis,kerusakan endotel,nekrosis.
- Klinis : panas,lekositosis,urin ↓/- dan mengandung
erytrosit.
11/11/2018 M. Sukmana
2. Akut.
3. KRONIK
-Timbul : beberapa bulan setelah organ berfungsi normal.
-Ok sensitivitas yg timbul terhadap Ag transplan.
-Kadang timbul sesudah imunosupresi dihentikan .
-Gagal ginjal terjadi perlahan dan progresif.
-Mik : proliferasi sel radang pada PD kecil+ penebalan membran basal
glomerulus.
--TH : tak berguna.
11/11/2018 M. Sukmana