BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5.Flight(terbang)
Gerakan flight (terbang) dilakukan dengan mengepakkan sayap. Kepakan
sayap digunakan untuk menghasilkan gaya dorong ke depan (thrust) dan gaya
angkat (lift). Gaya dorong dan gaya angkat ini dapat diatur oleh burung untuk
mengendalikan arah, kecepatan, dan ketinggiannya Ketika burung hantu turun dengan kecepatan
tinggi untuk menangkap tikus, burung hantu mengecilkan drag force dengan merampingkan
tubuhnya atau menekuk sayapnya. Ketika sudah dekat dengan mangsanya (akan mendarat),
burung hantu memperlambat gerakannya dengan memperbesar drag force yaitu dengan
mengembangkan sayapnya. Soaring (gerak membubung) Gerak membubung merupakan gerak
naik tanpa mengepakkan sayap. Gerakan ini dapat di lakukan dengan memanfaatkan arus udara.
Akibat pemanasan
matahari suhu udara yang dekat permukaan bumi menjadi lebih panas, udara
panas ini akan naik ke atas dan menimbulkan arus udara ke atas.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Aves (Burung)
Aves merupakan kelas tersendiri dalam kingdom animalia, aves (burung) memiliki ciri
umum yaitu berbulu dan kebanyakan diantara mereka bisa terbang. Kelas aves adalah satu-
satunya kelompok hewan yang memiliki bulu. Hal ini merupakan keunikan tersendiri dari
kelompok hewan tersebut.
Berdasarkan susunan anatomi bulu dibagi menjadi:
Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya bercabang-
cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak terdiri dari shaft yang
ramping dan beberapa barbulae di puncak.
Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan detail.
Plumae, bulu yang sempurna. Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen
kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.
Semi plumae adalah kumpulan bulu barbula yang letaknya tersembunyi di bawah bulu-bulu
luar. Bistle adalah bulu perasa berupa shaft yang memanjang melebihi bulu luar, ditemukan pada
kepala burung Caprimulgids dan burung penangkap serangga flycatchers. Bristle pada burung
hantu dan caprimulgids membantu mendeteksi posisi sarang, tempat bertengger dan benda yang
menghalangi. Fungsi bristle didukung oleh adanya getaran dan tekanan reseptor di dekat folikel
bulu.
Bentuk bulu ekor burung pada saat tidak terbang bermacam-macam, antara lain berbentuk
persegi, bertakik, bercabang, bulu sebelah luar memanjang, bulu ekor dengan raket, bulu tengah
panjang, bundar, berbentuk cakram, berbentuk tingkatan, dan berujung runcing.
B. Sifat-sifat Terbang
Tubuhnya telah diciptakan dengan kantung udara dan tulang berongga untuk mengurangi
massa tubuh dan berat keseluruhan. Sifat cairan kotoran mereka memastikan agar kelebihan air
dalam tubuhnya di buang. Bulu-bulu mereka berbobot sangat ringan bila di bandingkan dengan
volumenya.
C. Bentuk-bentuk Khusus Pada Burung Hantu
Kerangka
Kekuatan kerangka seekor burung lebih dari layak, meskipun tulangnya memiliki rongga.
Sebagai contoh, seekor burung kutilang berparuh besar dan berleher pendek (Coccothraustes
coccothraustes) sepanjang 7 inci (18 cm) melakukan tekanan sekitar 151 lbs (68,5 kg) untuk
memecahkan suatu biji zaitun. Karena lebih "teratur" dibandingkan hewan menyusui, tulang
bahu, panggul, dan dada pada burung bergabung bersama. Rancangan ini memperbaiki kekuatan
bentuk burung. Sifat lain dari kerangka burung, sebagaimana telah disebutkan, adalah lebih
ringan daripada rangka hewan menyusui.
<!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->
<!--[endif]--> <!--[endif]-->
Terbang membubung ke atas karena Terbang membubung dengan hembusan
aliran udara panas hanya mungkin pada angin dimungkinkan ketika dua
wilayah hangat. hembusan angin bertemu.
<!--[endif]-->
<!--[endif]-->
Manusia membuat lompatan mengagumkan dalam teknologi di abad ke-20. Salah satu
bentuk kemajuan ini adalah penelitian ilmuwan tentang rancangan yang ditemukan dalam
tubuh burung. Dalam rancangan pesawat, banyak prinsip gerak aliran udara yang
ditemukan pada burung diterapkan, dan menghasilkan wujud yang amat memuaskan.
BAB IV
KESIMPULAN
Pergerakan adalah ciri khas hewan, gerakan tersebut disebabkan oleh adanya kerjasama
yang kompak antara tulang dan otot. Tulang tidak dapat bergerak jika tidak digerakan oleh otot.
Otot dapat menggerakan tulang karena mempunyai gaya berkontraksi. Otot dikatakan sebagai
alat gerak aktif dan tulang sebagai alat gerak pasif.
Supaya hewan tetap terbang di udara sayapnya harus mengembangkan cukup daya angkat
untuk mengatasi gaya tarik gravitasi ke bawah. Kunci terbang adalah bentuk sayap.
Ada 5 jenis gaya yang terlibat dalam atraksi udara antara lain : Drag Force, Lift force
(gaya angkat), Thrust (gaya dorong), Weight (gaya berat) dan Flight (terbang)
Aves merupakan kelas tersendiri dalam kingdom animalia, aves (burung) memiliki ciri
umum yaitu berbulu dan kebanyakan diantara mereka bisa terbang. Kelas aves adalah satu-
satunya kelompok hewan yang memiliki bulu. Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak
dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves di tutupi oleh bulu, yang secara
filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara
embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis.
Semi plumae adalah kumpulan bulu barbula yang letaknya tersembunyi di bawah
bulu-bulu luar. Bistle adalah bulu perasa berupa shaft yang memanjang melebihi bulu luar.
Gelombang udara merupakan pertemuan antara massa udara yang berbeda suhu atau
kepadatan. Membubungnya burung di tempat pertemuan ini disebut "meluncur dalam
hembusan.". Dua jenis cara membubung lain yang diketahui adalah membubung dengan
pengaruh panas (thermal soaring) dan membubung terus bergerak (dynamic soaring).
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org
http://www.biology-resources.com/drawing-bird-chaffinch.html
http://mochammadiqbal.files.wordpress.com/2008/10/
Mitchell, Lawrence G. Campbell biologi jilid 3. Jakarta : Erlangga, 2004
Hanum Latifah Eva. Dra. 2005. Biologi 2. Bandung : Remaja Rosdakarya
Sekumpulan burung Pelikan, Camar dan Angsa terbang indah di udara. Suatu atraksi udara yang sangat
menakjubkan! Ada rasa iri yang dapat dimengerti saat manusia menyaksikan pertunjukan ini. Ternyata
semua akal budi dan kepandaian manusia belum dapat menyaingi kemampuan burung yang dapat
terbang dengan mulus dan sempurna tanpa menggunakan alat bantu mesin‐mesin besar yang
mengeluarkan suara bising yang memekakkan telinga seperti pesawat‐pesawat ciptaan manusia. Apa
rahasianya? Bagaimana burung bisa terbang, mengalahkan semua keterbatasan akibat berat tubuh
mereka dan gravitasi bumi?
Mereka bahkan selalu terbang sebagai kawanan burung yang dengan kompak menjelajahi udara dengan
gerak‐gerik yang indah. Kalah kompakkah manusia?
Atraksi terbang burung‐burung di udara ini ternyata melibatkan ilmu fisika. Ada 4 jenis gaya yang terlibat
dalam atraksi udara tertua ini.
1. Drag Force, yaitu gaya hambat udara. Gaya ini berasal dari tumbukan molekul‐molekul udara
dengan tubuh burung. Arah gaya ini selalu berlawanan dengan arah gerak burung. Sedangkan
besar gaya ini sangat tergantung pada luas permukaan burung dan kecepatan burung. Semakin
luas permukaan burung semakin besar gaya hambatnya. Semakin cepat burung bergerak
semakin besar pula gaya hambatnya ini. Suatu ilustrasi yang dapat menggambarkan drag‐force
(hambatan) udara ini adalah hambatan yang dirasakan saat kita berjalan melawan arah angin
yang kencang. Hambatan ini semakin terasa besar ketika kita membuka lengan kita lebar‐lebar
(memperluas permukaan tubuh kita) atau ketika kita bergerak lebih cepat.
2. Lift Force (gaya angkat) merupakan gaya yang mengangkat burung ke atas. Ada 2 hal yang dapat
menimbulkan gaya angkat ini: kepakan sayap dan aliran udara yang lewat sayap. Ketika burung
mengepakkan sayap ke bawah, burung menekan udara ke bawah, akibatnya udara akan
menekan balik dan mendorong burung ke atas (hukum aksi‐reaksi). Semakin cepat kepakan
sayap, semakin besar gaya keatasnya. Itu sebabnya burung merpati yang hendak terbang akan
mengepakan sayapnya secara cepat. Burung yang berat seperti Kori Bustard dari Afrika tentu
harus mempunyai otot dada yang kuat sehingga mampu mengepakan sayap (Karena ototnya
keras, daging Kori Bustard keras....kurang enak dimakan). lebih cepat untuk mengangkat
tubuhnya yang gembrot itu (19 kg).
Pada Gb. 2 digambarkan aliran udara ketika melewati sayap. Udara yang mengalir lewat bagian
atas sayap akan bergerak lebih cepat karena udara ini harus menempuh lintasan yang lebih jauh.
Akibatnya tekanan dibagian ini lebih kecil dibandingkan dengan tekanan udara dibawah sayap.
Perbedaan tekanan ini memberikan gaya angkat pada burung. Semakin melengkung (semakin
aerodinamis) sayap semakin besar gaya angkatnya.
3. Thrust (gaya dorong) yaitu gaya yang mendorong burung bergerak maju. Gaya ini dihasilkan
melalui kepakan sayap yang bergerak seperti angka 8 rebah (dilihat dari samping). Kepakan
sayap menghasilkan suatu pusaran udara (vorteks) yang dapat memberikan suatu dorongan bagi
burung untuk bergerak maju di udara. Besar‐kecilnya gaya dorong ini sangat tergantung pada
kekuatan otot terbang.
4. Weight (gaya berat) yaitu gaya tarik gravitasi bumi. Besarnya sangat tergantung pada massa
burung. Arahnya vertikal ke bawah.
Kombinasi ke 4 gaya ini dimanfaatkan burung untuk melakukan berbagai atraksi seperti parachutting
(gerak parasut), gliding (meluncur), flight (terbang ke depan), dan soaring (membubung) (pintar yach
burung‐burung ini....)
Gliding (meluncur)
Gliding (meluncur) yaitu gerak jatuh yang membentuk sudut lebih kecil dari 45° dengan garis mendatar.
Fokus utama dalam gliding adalah meluncur semendatar mungkin. Ini dilakukan dengan memperkecil
gaya hambat udara. Dalam melakukan gliding burung Fulmar dapat menempuh jarak mendatar 8,5
meter tetapi hanya turun 1 meter saja. Burung pemakan bangkai (Vultures) lebih bagus lagi, burung ini
dapat menempuh jarak mendatar 22 jarak meter dengan turun hanya 1 meter.
Flight (terbang)
Gerakan flight (terbang) dilakukan dengan mengepakkan sayap. Kepakan sayap digunakan untuk
menghasilkan gaya dorong ke depan (thrust) dan gaya angkat (lift). Gaya dorong dan gaya angkat ini
dapat diatur oleh burung untuk mengendalikan arah, kecepatan, dan ketinggiannya (ternyata otak
burung cukup cerdas untuk menghitung fisika he...he..he.....).
Ketika burung hantu turun dengan kecepatan tinggi untuk menangkap tikus, burung hantu mengecilkan
drag force dengan merampingkan tubuhnya atau menekuk sayapnya. Ketika sudah dekat dengan
mangsanya (akan mendarat), burung hantu memperlambat gerakannya dengan memperbesar drag
force yaitu dengan mengembangkan sayapnya (wuiii ...hebat sekali ilmu fisika burung hantu ini...)
Burung camar atau burung albatros, lain lagi. Untuk membubung, burung camar memanfaatkan arus
udara yang dipantulkan oleh permukaan air laut. Itu sebabnya burung camar selalu berada dekat‐dekat
dengan permukaan laut.
Dalam melakukan parade, angsa‐angsa ini seringkali membentuk formasi seperti huruf V (gambar 4).
Angsa yang paling depan (pemimpin) merupakan pembuka jalan yang harus bekerja keras “memecah”
hambatan udara, sehingga angsa dibelakangnya dapat bergerak lebih mudah. Ketika pemimpin ini lelah,
temannya segera menggantikan posisinya (wah ternyata angsa tidak
egois ...nggak mau enak sendiri).
Dalam formasi huruf V ini gerakan angsa‐angsa dalam kawanan ini sangat sinergi sehingga mereka tidak
perlu keluar tenaga terlalu besar (pemakaian energi lebih efisien) untuk melakukan perjalanan yang jauh
(wah tampaknya kita harus belajar dari angsa dalam bekerja sama...).
Angsa‐angsa ini tampak kompak sekali, seakan‐akan tidak pernah ada yang salah arah. Sebenarnya
berbagai kesalahan arah terbang tetap terjadi, hanya saja kesalahan itu dapat dengan cepat dileburkan
sehingga tidak terlihat mempengaruhi arah terbang kawanan. Pada gambar 4, sekumpulan angsa sedang
bergerak ke arah utara.
Jika satu angsa menyimpang dari posisi (1) ke posisi (2) lalu ke posisi (3) dan (4), maka angsa‐angsa lain
akan berusaha menyesuaikan diri (dengan memperhatikan aliran udara dan kondisi udara di sekitarnya)
sedemikian sehingga terjadi perubahan posisi tetapi arah gerak kawanan tetap tidak berubah yaitu tetap
ke arah utara.
Eh tahu nggak... konsep perubahan posisi ini dapat diterapkan dalam ilmu manajemen modern lho.
Menurut konsep ini jika ada seorang mempunyai ide yang dapat menyimpangkan arah perusahaan
tetapi menguntungkan perusahaan itu, orang ini tidak akan dikucilkan. Teman‐temannyalah yang akan
menyesuaikan diri sedemikian sehingga misi dan visi perusahaan tetap tidak berubah, walaupun
mungkin posisi teman‐temannya itu bisa berubah (wah keren... belajar dari angsa).
Memang asyik mengamati gerakan‐gerakan burung. Ternyata dalam ilmu fisika kita harus banyak belajar
dari burung. Begitu indah dan mempesonanya atraksi fisika yang mereka pertontonkan di udara selama
jutaan tahun sehingga rasanya kita ini tidak ada apa‐apanya.