Anda di halaman 1dari 15

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Absorpsi
Absorpsi adalah suatu proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas
dengan cara pengikatan bahan tersebut pada seluruh permukaan absorbent cair
yang diikuti dengan pelarutan. Pada suatu operasi absorpsi gas, terjadi perpindahan
massa dari fase gas ke fase liquid (Rahayu, 2014). Kecepatan larut gas yang larut
dalam absorben liquid tergantung pada kesetimbangan campuran tersebut, karena
itu sangat diperlukan karakteristik kesetimbangan sistem gas cair. Pada peristiwa
absorpsi, terdapat laju absorpsi yang dapat dinyatakan dalam empat cara, yaitu:.
1) Menggunakan koefisien individual.
2) Menggunakan koefisien menyeluruh atas dasar fase gas atau zat cair..
3) Menggunakan koefisien volumetrik.
4) Menggunakan koefisien persatuan luas..
Pada perancangan suatu menara absorpsi harga koefisien perpindahan
massa merupakan besaran yang penting. Penurunan harga koefisien perpindahan
massa didasarkan pada absorpsi fisika. Kecepatan larut gas dalam absorben liquid
tergantung pada kesetimbangan yang ada, karena itu diperlukan karakteristik
kesetimbangan sistem gas-liquid. Dengan tersedianya harga koefisien perpindahan
massa dapat ditentukan besaran-besaran lain pada proses seperti:
1) Kecepatan perpindahan massa.
2) Waktu operasi.
3) Ukuran alat dan biaya.
4) Bilangan Sherwood.
5) Bilangan Reynold.
6) Viskositas.
Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan oleh gaya-gaya fisik
(pada absorpsi fisik) atau selain gaya akibat ikatan kimia (pada absorpsi kimia)
dimana terjadi reaksi antara absorbent dan absorbate. Komponen gas yang dapat
mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan
yang lebih tinggi oleh karena itu absorpsi kimia mengungguli absorpsi fisik.
4

2.1.1 Absoprsi Fisika


Absorpsi fisika disebabkan oleh gaya van der waals yang terdapat di
permukaan absorben. Pada absorpsi fisika, penyerapan absorbat dalam absorben ini
tidak disertai reaksi kimia, sehingga tidak terjadi perubahan pada sifat-sifat
kimianya. Panas absorpsi fisika tergolong rendah dan lapisan yang terbentuk pada
permukaan absorben lebih dari satu lapis. Penyerapan terjadi karena ada interaksi
fisik, difusi gas ke air atau pelarutan gas ke fase cair. Contoh dari absorpsi fisik ini
yaitu absorpsi gas H2S dengan air, metanol, propilen dan karbonat.
2.1.2. Absorpsi Kimia
Absorpsi kimia dapat terjadi karena adanya reaksi kimia antara zat yang
diserap (absorbate) dengan absorbent cair yang menyebabkan perubahan senyawa
pada campuran gas-liquid. Panas absorpsi yang ditimbulkan pada proses absorpsi
kimia yaitu cukup tinggi sedangkan lapisan yang terbentuk pada permukaan
absorbent hanya satu lapis berbeda dengan absorbsi fisika lebih dari satu lapis.
Contoh absorpsi ini adalah absorpsi dengan adanya larutan MEA, NaOH,
K2CO3 dan sebagainya (Cundari, 2014). Aplikasi dari absorpsi kimia dapat
dijumpai pada proses penyerapan gas CO2 (karbon dioksida) pada pabrik amoniak.
Penggunaan absorpsi kimia pada fase kering sangatlah sering digunakan untuk
mengeluarkan zat terlarut secara lebih sempurna dari campuran gasnya.
Keuntungan absorpsi kimia adalah koefisien perpindahan massa gas yang
dapat meningkat, sebagian dari perubahan ini disebabkan oleh besarnya luas efektif
permukaan kontak antara absorbent dan absorbate. Absorpsi kimia dapat juga
berlangsung di daerah yang hampir stagnan di samping penangkapan dinamik.
Untuk memperluas permukaan kontak antara absorbent dan absorbate,.digunakan
kolom berisi packing dengan kriteria pemilihan packing sebagai berikut:
1) Memiliki luas permukaan terbasahi tiap unit volume yang besar.
2) Memiliki ruang kosong yang besar sehingga kehilangan tekanan kecil.
3) Karakteristik pembasahan baik.
4) Densitas kecil sehingga berat kolom secara keseluruhan kecil.
5) Tahan korosi.
6) Biaya perawatan yang murah.
5

2.2. Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan di absorpsi
pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering
juga disebut sebagai cairan pencuci. Pelarut dalam proses absorpsi berperan sebagai
kunci utama. Pemilihan pelarut tidak sembarangan, contoh sederhana pelarut yang
digunakan dalam absorpsi adalah air. Air merupakan pelarut yang mudah dijumpai
serta ekonomis (Treybal, 1995). Syarat-syarat absorben adalah sebagai berikut:
1) Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar
mungkin (kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2) Memiliki ikatan yang stabil.
3) Tidak korosif dan tidak mudah terbakar.
4) Memiliki tekanan uap yang rendah.
5) Mempunyai viskositas yang rendah.
6) Harga yang murah.
7) Tidak ikut tercampur dengan gas sisa.
8) Tidak mudah menguap dalam kondisi panas.
9) Memiliki titik beku yang rendah.

2.3. Teori Absorpsi


2.3.1. Teori Film
Teori film bersifat elementer, semua aliran di dalam fluida turbulen
terkonsentrasi dalam suatu stagnant film. Selanjutnya, turbulensi akan
terkonsentrasi pada dinding atau batas stasioner fluida. Berdasarkan model ini,
semua driving force atau gaya pendorong konsentrasi untuk mengurangi stagnant
film dan konsentrasi dalam bulk fluida adalah konstan. Hal ini disebabkan oleh
gerakan turbulen pada fluida yang tinggi. Tebal film semua untuk massa pada
kecepatan aliran yang sebanding adalah tidak sama kecuali pada kondisi batas.
Berdasarkan analogi bilangan Reynold, koefisien transfer massa banyak
digunakan, tetapi lebih sedikit dibandingkan dengan koefisien transfer atau
koefisien permukaan. Dalam teori film ketebalan film efektif ditentukan oleh
kondisi laminer dan turbulen. Gradien konsentasi merupakan karakteristik steady
state. Turbulen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya stagnant pada fluida.
6

2.3.2. Teori Dua Film


Laju difusi terjadi pada proses pemisahan pada dua fase mempengaruhi
perpindahan massa menyeluruh...Dalam teori dua film yang diusulkan oleh
Whitman pada tahun 1923 diandaikan terdapat keseimbangan antar muka,..dan
tahanan terdapat perpindahan massa pada kedua fase itu lalu dijumlahkan untuk
mendapatkan tahanan menyeluruh,..yang akan lebih mudah dipergunakan untuk
perhitungan rancangan dari pada koefisien-koefisien individual (Coulson, 2002).
Perpindahan kalor dan diskontinuitas (ketidaksinambungan) yang terdapat
pada antar muka membuat perpindahan massa antara fase menjadi lebih rumit,
karena konsentrasi atau fraksi mol zat terlarut yang terdifusi hampir tidak pernah
sama kedua sisi antar muka itu. Sebagai contoh, dalam distilasi campuran biner,
YA akan lebih besar jika dibandingkan dengan XA dan gradient di dekat
permukaan gelembung. Untuk absorpsi gas yang sangat mudah larut, fraksi mol di
dalam zat cair pada antar muka akan lebih besar daripada fraksi mol di dalam gas.
Perpindahan massa di dalam salah satu film dapat berlangsung melalui
difusi melalui lapisan batas laminar atau melalui difusi keadaan unsteady state,
seperti umpamanya dalam teori penetrasi..dan teori koefisien menyeluruh masih
bisa didapatkan. Dalam beberapa masalah tertentu, misalnya perpindahan melalui
film stagnant ke fase dimana teori penetrasi itu diperkirakan berlaku,.koefisien teori
penetrasi mengalami perubahan kecil karena adanya perubahan konsentrasi pada
antar muka, namun efek ini hanya mempunyai pengaruh nilai akademis.
2.3.3 Teori Penetrasi
Higbie menggunakan teori penetrasi untuk menganalisa fase cair. Dalam
proses absorpsi gas dimana aliran.cairan yang diasumsi aliran berjenis laminer atau
stasioner. Higbie mempertimbangkan bahwa transfer dalam cairan dengan
transport molekul unsteady state...Konsep ini menghasilkan persamaan untuk flux
massa pada titik pada permukaan cairan yang ditujukan untuk proses pada absorpsi
gas..Berbeda dengan teori yang digunakan Danckwerte yang menggunakan konsep
unsteady state untuk absorpsi di dalam suatu..cairan turbulen dengan menganggap
senyawa bersifat random surface renewal. Pada model unsteady state surface
renewal, model ini lebih menggambarkan situasi yang lebih menguntungkan.
7

2.4. Aplikasi Absorpsi


Absorpsi gas oleh zat padat digunakan pada gas masker. Alat berikut ini
berisi arang halus yang berfungsi menyerap gas-gas yang tidak diinginkan,
misalnya gas yang beracun. Arang halus yang juga dipergunakan untuk membuat
vakum, dengan temperatur..yang rendah hingga dapat dibuat kondisi vakum
sampai 10-4 mm. Grafit yang dipergunakan sebagai pelumas karena molekulnya
yang pipih sehingga mudah bergeser terhadap satu sama lain (Rahayu, 2014).
Grafit memang sangat menguntungkan, akan tetapi bahwa pada temperatur
yang tinggi sifat pelumas grafit semakin berkurang dan kembali lagi apabila
temperatur diturunkan. Ketika dilakukan analisis kimia terkadang diperoleh
kesulitan karena adanya daya serap dari beberapa endapan terhadap ion-ion dalam
larutan. Berdasarkan kegunaan, maka absorber dibagi menjadi:
1) Packed tower.
2) Plate.
3) Stirred tank.
4) Sparged tower.
5) Spray chamber.
6) Venturi.
7) Falling film absorber.
Absorpsi gas adalah operasi dimana campuran gas dikontakkan dengan
liquid untuk menghasilkan larutan gas dalam liquid. Pada operasi absorpsi..gas
terjadi perpindahan massa dari fase gas ke liquid. Kecepatan larut absorben liquid
tergantung pada kesetimbangan yang ada,..karena diperlukan karakteristik dari
kesetimbangan sistem gas-liquid. Selain kecepatan, ada juga beberapa faktor-faktor
lainnya yang juga ikut..mempengaruhi kesetimbangan pada proses absorpsi.
2.4.1. Aplikasi Absorpsi pada Industri
Salah satu industri yang memanfaatkan proses absorpsi adalah industri
formalin. Udara yang mengandung komponen terlarut misalnya CO2 dialirkan ke
dalam kolom bagian bawah. Dari atas kolom dialirkan air. Pada saat udara dan air
bertemu di kolom isian, maka akan terjadi proses perpindahan massa. Dengan
menganggap udara tidak larut dalam air (hanya sangat sedikit yang terlarut), maka
8

hanya gas CO2 saja yang berpindah ke dalam fase air. Semakin ke bawah kolom,
maka kandungan gas CO2 akan semakin kaya karena CO2 disuplai dari bagian
bawah kolom. Sedangkan semakin ke atas kolom, kadar CO2 berkurang. Selain
pada produksi formalin, absorpsi digunakan dalam proses produksi asam nitrat.
Pada tahap akhir produksi asam nitrat dilakukan pemurnian dalam proses absorpsi.
Pada setiap kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO2 oleh air menjadi
asam nitrat. Kolom absorpsi mempunyai empat fluks masuk dan dua fluks keluar.
Empat fluks masuk tersebut antara lain seperti air umpan absorber, udara pemutih,
gas proses, serta asam lemah. Dua fluks keluar dalam proses ini yaitu asam nitrat
produk serta gas keluaran sisa. Kolom absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam
nitrat dengan konsentrasi 60% (konversinya) dari jumlah senyawa NOX.
Selain itu absorpsi juga digunakan dalam proses pemurnian yang dihasilkan
dari fermentasi kotoran sapi. Gas CO2 akan bereaksi langsung dengan larutan
NaOH sedangkan CH4 tidak. Dengan berkurangnya konsentrasi CO2 dalam gas
sebagai akibat dari reaksi dengan NaOH, maka perbandingan konsentrasi CH4
(metana) dengan CO2 menjadi lebih besar untuk konsentrasi dari metana tersebut.
Proses hidrogenasi dari minyak juga merupakan salah satu aplikasi dari
proses absorpsi. Proses absorpsi ini melibatkan reaksi menggunakan katalis nikel
yang berfungsi untuk mempercepat laju reaksi. Tekanan juga diperlukan untuk
meningkatkan konsentrasi gas dan juga ikut mempercepat laju reaksi. Desain
distribusi cairan yang digunakan dalam kolom dengan cara spray (sembur).

2.5. Tipe Kolom Absorpsi


Tipe kolom absorpsi digolongkan menjadi beberapa bagian yang masing-
masing memiliki klasifikasi serta pemakaian yang berbeda pada operasinya
bergantung dengan kebutuhan proses yang diinginkan. Operasi perpindahan massa
dilaksanakan di dalam tower yang di desain untuk kontak dua phase peralatan.
Dalam perhitungan tower absorpsi, faktor penting pada perpindahan massa adalah
nilai transfer atau tinggi unit transfer. Sementara kecepatan aliran total gas dan
cairan ditentukan oleh proses, hal ini penting untuk menentukan aliran yang cocok
per unit area yang melalui column. Aliran gas dibatasi dengan tidak melebihi
kecepatan flooding, ada hasil drop jika kecepatan cairan rendah.
9

2.5.1. Spray Tower


Spray tower terdiri dari.chamber-chamber yang besar dimana fase gas akan
mengalir serta kontak dengan liquid di dalam spray nozzles. Cara kerja aliran fase
di dalam spray tower liquid masuk.dalam spray.dan jatuh disebabkan adanya gaya
gravitasi, serta kontak secara counter current dengan aliran gas yang masuk. Untuk
ketinggian yang rendah, efisiensi ruang spray mendekati packed tower.
Untuk ketinggian yang melebihi 4.ft efisiensi spray turun dengan cepat.
Sedangkan kemungkinan untuk berlakunya interfase aktif..sangat besar dengan
terjadinya sedikit penurunan pada prakteknya.ditemukan ketidakmungkinan untuk
mencegah hubungan ini,..selama permukaan interfase efektif berkurang dengan
ketinggian, spray tower tidak digunakan secara luas atau tidak sering digunakan..

Gambar 2.1. Centrifugal Spray Tower


(Sumber: Coulson, 2002)

Spray nozzle didesain untuk aliran fase.liquid dengan bilangan.pressure


drop yang besar atau kecil. Aliran liquid dengan flow rate yang kecil, maka cross
area kontaknya harus besar. Laju aliran drop fals menentukan waktu kontak.dan
sirkulasinya..Disertai mass transfer antara dua fase yang terjadi kontak secara terus-
menerus. Hambatan pada transfer antara lain merupakan fase gas yang dikurangi
dengan gerakan swirling.dari falling liquid droplets..Spray tower digunakan untuk
transfer massa larutan..gas yang tinggi dimana dikontrol laju perpindahan massa
secara normal pada fase gas. Tipe dari kolom absorber memiliki klasifikasi dan
pemakaian yang berbeda-beda pada operasinya. Hal ini harus dipahami secara
seksama agar kita dapat lebih memahami prinsip kerja suatu absorber.
10

2.5.2. Bubble Tower.


Di bubble tower ini, gas terdispersi menjadi fase liquid di dalam fine bubble.
Small gas bubble menentukan luas area kontak perpindahan massa terjadi di dalam
bubble formation dan bubble rise up melalui liquid. Arah aliran counter current
dimana gas terdispersi di bottom tower. Gerakan bubble akan mengurangi hambatan
liquid phase. Mekanisme dasar perpindahan massa yang terjadi di dalam bubble
tower dan demikian juga dengan aliran counter dalam tank bubble batch.

Gambar 2.2. Bubble Tray pada Bubble Tower


(Sumber: Rahayu, 2014)

2.5.3. Packed Column


Packed tower merupakan tipe absorpsi yang banyak digunakan karena
pressure drop aliran gas yang rendah. Packing yang digunakan pada packed tower
adalah packing untuk memperbesar luas permukaan kontak antara gas dan liquid.
Cairan holp up yang kecil lebih ekonomis dalam operasi cairan yang korosif dan
biaya column yang relatif murah. Keuntungan packed tower diantaranya adalah
pressure drop aliran gas rendah, dapat lebih ekonomis di.dalam operasi cairan
korosif karena ditahan untuk packing keramik. Biaya column dapat lebih murah dari
plate column pada ukuran diameter yang sama dan cairan.hold up kecil.
Menara isian banyak digunakan dalam absorpsi gas. Cara kerja menara ini
adalah zat cair yang masuk (dalam hal..ini dimisalkan weak liquor) didistribusikan
di atas isian dengan distributor. Sehingga pada operasi yang ideal membasahi
permukaan isian secara seragam. Gas..yang mengandung zat terlarut disebut rich
gas masuk ke ruang pendistribusi yang terdapat di bawah isian dan mengalir ke atas
11

melalui celah berlawanan..dengan aliran. Isian itu memberikan permukaan yang


luas untuk kontak antara zat cair dan gas dan membantu terjadinya kontak yang
akrab antara kedua fase. Zat.terlarut yang ada di dalam rich gas itu diserap oleh zat
cair yang masuk ke dalam menara, sedangkan gas encer atau lean gas keluar dari
atas menara. Ukuran packing yang umum digunakan adalah 3-75 mm.

.
Gambar 2.3. Packed Tower
(Sumber: McCabe, 1993)

Beragam jenis packing telah dikembangkan untuk memperluas daerah dan


efisiensi kontak gas dan cairan. Ukuran packing yang umum sangatlah beragam
tergantung pemakaiannya. Bahan yang digunakan dipilih berdasarkan sifat inert
terhadap komponen gas maupun cairan pelarut dan pertimbangan ekonomis, antara
lain tanah liat, porselin, grafit dan plastik. Packing memenuhi 60-90% dari volume
kolom yang digunakan dalam suatu packing tersebut (Ludwig, 1979). Menara
bahan isian memberikan pressure drop yang lebih kecil, biaya lebih murah, dan
digunakan untuk bahan yang tidak tahan suhu tinggi. Uap mengalir ke atas dan
cairan mengalir ke bawah. Uap dan cairan dikontakkan ke permukaan bahan isian.
Cairan mengalir ke bagian bawah pada permukaan bahan lapisan tipis yang
menyebabkan terbentuk luas permukaan yang besar untuk dikontakkan dengan gas.
Jenis bahan isian yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut,
yaitu harus memiliki luas permukaan per volume yang besar sehingga dapat
menyediakan luas kontak yang besar dan memungkinkan terjadinya kontak.yang
baik antara zat cair dan senyawa gas yang dimana harus memiliki porositas yang
bernilai besar sehingga pressure drop dari bahan isian tersebut tidak tinggi.
12

Arus dapat memiliki wetting characteristic yang baik, tahan korosi,


memiliki bulk density yang rendah, tidak mahal, tidak bereaksi kimia dengan fluida
di dalam menara,..harus kuat tetapi tidak terlalu berat dan harus mengandung cukup
banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak zat cair yang terperangkap
(hold up) atau menyebabkan penurunan tekanan.terlalu tinggi. Packed column
digunakan pada proses distilasi, absorpsi, dan ekstraksi cair-cair. Kinerja sebuah
packed column sangat bergantung pada kualitas distribusi gas dan liquid yang
melewati packed bed tersebut, dan hal tersebut itulah yang menjadi pertimbangan
utama dalam mendesain sebuah kolom absorpsi jenis packed column.
2.5.4. Plate Column
Plate jenis ini digunakan untuk cairan yang kapasitasnya lebih besar tanpa
terjadi flooding. Pengunaan dari plate column lebih luas bila dibandingkan dengan
packed column secara spesial untuk distilasi. Keuntungan dari plate column adalah
kontak lebih baik antara dua fase liquid. Kecepatan aliran gas juga akan
berpengaruh terhadap keberhasilan proses pemisahan. Jika kecepatan gas yang
mengalir terlalu rendah, maka gelembung-gelembung berasal dari gas tersebut akan
mengembang sehingga luas permukaan bidang kontak tiap satuan volume menjadi
kecil sehingga menurunkan efisiensi pemisahan senyawa gas. Namun, aliran gas
dengan kecepatan tertentu akan membawa percikan cairan sehingga masuk ke
dalam plate yang ada di atasnya. Peristiwa ini disebut proses liquid entrainment.
Jika liquid entrainment terjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan flooding yang
menyebabkan efisiensi pemisahan dari suatu campuran menurun (Walas, 1988).

Gambar 2.4. Plate Column


(Sumber: Coulson, 2002)
13

2.6. Wetted Wall Column


Wetted wall column (disebut juga falling-film column) adalah suatu
perangkat kimia yang digunakan untuk menghitung koefisien transfer massa pada
operasi perpindahan massa yang terjadi antara gas dan liquid. Pada prinsipnya
wetted wall column tersusun atas dua atau lebih silinder yang dipasang secara
vertikal, kedua silinder masing-masing berisi gas dan liquid. Wetted wall column
digunakan untuk mendapatkan data dan korelasi antar komponen yang ada pada
fase yang berbeda yang ada dalam kondisi kesetimbangan selama operasi dari
proses distilasi, absorpsi gas dan operasi pada vaporisasi yang banyak digunakan
pada sistem kimia. Dalam laboratorium, wetted wall telah digunakan oleh sejumlah
pekerja dan mereka telah membuktikan pentingnya menentukan berbagai faktor dan
mengadakan basis dari hubungan yang telah dikembangkan untuk packed tower.
Humidifikasi adalah salah satu proses perpindahan massa dan panas dari
cairan ke gas. Di industri proses ini digunakan dalam pembentukan steam untuk
proses pengeringan suatu bahan yang masih lembab. Kelembaban merupakan
persentase dari perbandingan antara berat kandungan air dan berat udara kering.
Besarnya kelembaban dapat ditentukan menggunakan diagram psikometrik. Untuk
memperbesar laju perpindahan panas dan massa diperlukan peningkatan laju
sirkulasi optimal dari cairan atau dengan memodifikasi alat yang memberikan luas
permukaan yang besar untuk meningkatkan laju perpindahan. Salah satu alat yang
menyediakan luas permukaan yang besar adalah wetted wall absorption column.
Wetted wall column juga merupakan kolom vertikal dimana terjadi
perpindahan massa dan panas antara dua fluida yang mengalir di dalam kolom.
Cairan yang mengalir dari atas kolom kemudian membasahi dinding kolom secara
vertikal sedangkan gas dialirkan dari bawah menuju bagian atas pusat kolom
sehingga aliran tersebut merupakan aliran jenis counter current. Pada lapisan tipis
(film) antar muka di kolom bagian vertikal, perpindahan massa dan panas akan
meningkat karena luas antar permukaan (interface) yang terbentuk lebih besar.
Proses perpindahan massa dari cairan ke gas terjadi melalui proses penguapan dan
besar penurunan suhu merupakan panas laten penguapan. Panas laten tersebut
merupakan panas dimana kenaikan suhu yang dapat merubah fase.
14

Gambar 2.5. Wetted Wall Absorption Column


(Sumber: Coulson, 2002)

2.7. Perpindahan Massa pada Wetted Wall Column


Transfer massa yang paling baik terjadi apabila menggunakan wetted wall
karena memiliki kontak antara luas permukaan pipa dan aliran fluida. Wetted wall
column digunakan karena pada kolom ini perpindahan massa antara dua fase dapat
terjadi lebih baik. Wetted wall memiliki dua persamaan untuk perhitungan yaitu
koefisien transfer.massa pada lapisan film dan pada aliran gas (McCabe, 1993).
2.7.1. Koefisien Transfer Massa Pada Lapisan Film
1
3 6
KL . Z g. Z
= 0,433 . S0,5
C . ( ) . R0,4
e (2.1)
DAB/ μ2
Keterangan:
g = Gravitasi (m/s2)
z = Panjang kotak (m)
DAB = Massa difusivitas komponen A yang menjadi cair (gr)
Re = Reynold Number
Sc = Schmidt Number
Μ = Viskositas liquid B (Ns/m2)

Perhitungan koefisien ini||dimaksudkan untuk mengetahui kesetimbangan


dari proses absorpsi. Film liquid memiliki koefisien yang berada diantara 10%-20%
dibandingkan dengan persamaan hasil percobaan atau teoritis pada absorpsi pada
absorpsi dalam film aliran laminer. Koefisien perpindahan massa ini berbanding
lurus dengan laju alir dari udara yang mengandung oksigen yang disuplai.
15

2.7.2. Koefisien Perpindahan Massa pada Aliran Gas


Dalam praktiknya, kita.dapat menentukan banyaknya perpindahan massa
dalam aliran gas dimana gas tersebut.|merupakan senyawa yang diserap (absorbat)
oleh zat cair (absorben)..dengan menggunakan persamaan koefisien perpindahan
massa pada aliran gas (McCabe, 1993). Koefisien perpindahan massa pada aliran
gas ditunjukan oleh persamaan yang dinyatakan seperti di bawah ini:

KC . D'. ρB . IM
= 0,23 . Re0,83 . Sc0,44 (2.2)
DAB/ . ρ
Keterangan:
Sc = Schmidt Number
DAB = Massa difusivitas komponen A yang menjadi liquid (gr)
B = Densitas liquid B (gr/l)
Re = Reynold Number

2.7.3. Koefisien Perpindahan Massa dalam Liquid


Untuk absorpsi liquid tentunya terdapat perpindahan massa sehingga perlu
menentukan berapa besar koefisien perpindahan massa pada fase liquid, maka harus
diketahui fluks massa dan besar konstanta yang terlarut (McCabe, 1993). Semakin
besar nilai fluks massa maka koefisien perpindahan massa pada proses juga makin
besar. Persamaan untuk menghitung fluks massa yang dialami suatu aliran:

J = (C1-C2) x Qair/ (2.3)


Keterangan:.
J = Fluks massa.(kg/sec)
Qair = Laju air.(cc/min)
C2 = Konsentrasi O2 outlet.(mg/l)
C1 = Konsentrasi O2 inlet.(mg/l)

Korelasi dan kesinambungan untuk perpindahan massa pada dinding dalam


kolom haruslah mempunyai bentuk yang sama dengan korelasi untuk terjadinya
perpindahan kalor,..karena persamaan dasar yang digunakan untuk difusi dan
konduksi itu serupa. Persamaan ini merupakan persamaan yang paling
sederhana..yang cukup cocok ataupun sesuai dengan menggunakan data publikasi
dalam jangkauan Reynolds number dan Schmidt number yang cukup luas.
16

Data untuk penguapan beberapa macam zat cair di dalam menara pada
dinding basah dikorelasikan dengan eksponen yang agak lebih tinggi baik untuk
Reynold number maupun untuk Schmidt number. Schmidt number berkisar antara
0,60 dan 0,25 dan dalam jangkau yang sempit. Perbedaan antara eksponen itu
mungkin mempunyai makna fundamental, karena perpindahan ke permukaan zat
cair, yang mungkin mempunyai riak dan gelombang mesti berbeda dari permukaan
perpindahan padat yang licin. Perpindahan massa secara difusi bergantung pada
besarnya gradien konsentrasi setiap komponen pada campuran senyawa.
Gradien konsentrasi cenderung menyebabkan terjadinya gerakan komponen
tersebut menuju ke arah yang menyamakan konsentrasi dan menghapuskan gradien.
Bila gradien tersebut dipertahankan dengan menambahkan komponen yang
terdifusi secara terus-menerus ke ujung yang berkonsentrasi tinggi pada gradien itu,
aliran komponen yang terdifusi tersebut akan berlangsung secara kontinyu
(berkesinambungan). Gerakan inilah yang dapat dimanfaatkan dalam operasi
perpindahan massa. Koefisien perpindahan massa (KL) didefinisikan sebagai laju
perpindahan massa per satuan luas per satuan beda konsentrasi molekul.
2.7.4. Fick’s Law
Difusi adalah pergerakan spesies dari daerah dengan konsentrasi tinggi
menuju daerah dengan konsentrasi rendah. Secara umum, laju difusi berbanding
lurus dengan gradien konsentrasi..Proses difusi pada situasi multi-component, laju
pergerakan pada beberapa komponen tersebut bisa saja berbeda satu dengan yang
lain. Tanda negatif pada persamaan menandakan bahwa difusi terjadi dalam arah
atau vektor yang berlawanan dengan kenaikan konsentrasi (arah x ke arah positif).
Laju perpindahan tersebut sangat bergantung pada konsentrasi molekulnya.

dCA
JAx = - DA x (2.4)
dx,
Keterangan:
JAX = Besar flux (mol/cm2s)
DA = Koefisien difusivitas
CA = Konsentrasi zat A (Molar)
x = Jarak (m)
17

Jadi difusi terjadi dalam arah penurunan konsentrasi difusan fluks selalu
bernilai positif. Difusi akan berhenti jika tidak terdapat lagi gradien konsentrasi
(perubahan konsentrasi terhadap sumbu x sebesar 0). Koefisien difusi hanya tampak
seperti konstanta perbandingan tetapi tidak konstan seperti konstanta-konstanta
pada umumnya yang biasanya dipengaruhi oleh konsentrasi, suhu, tekanan, sifat
pelarut, dan sifat kimia dari larutan atau zat yang melakukan penyerapan.

2.8. Sistem Dua Komponen


Bila sejumlah gas tunggal dikontakkan dengan liquid yang tidak.mudah
menguap, yang akan larut sampai tercapai keadaan setimbang, konsentrasi yang
dihasilkan dari gas terlarut dalam liquid disebut gas solubility pada temperatur dan
tekanan yang ditentukan. Pada temperatur tetap, konsentrasi kelarutan akan
bertambah dengan kenaikan tekanan. Pada umumnya kelarutan gas akan menurun
jika temperatur dalam suatu sistem separasinya atau proses lain dinaikkan.

2.9. Sistem Multikomponen


Bila campuran gas dikontakkan dengan liquid pada kondisi tertentu,
kelarutan setimbang gas akan tidak saling mempengaruhi. Kelarutan gas tersebut
dinyatakan dalam tekanan parsial dalam campuran gas. Bila campuran gas ada yang
sukar larut, maka kelarutan gas ini tidak mempengaruhi kelarutan gas yang mudah
larut. Karakteristik larutan ideal di antaranya, gaya rata-rata tolak menolak dan tarik
menarik dalam larutan tidak berubah dalam campuran bahan, serta volume dalam
larutan berubah secara linier, dan pada pencampuran bahan tidak ada panas yang
diserap maupun yang dilepaskan (Treybal, 1995). Karakteristik larutan ideal yaitu:
1) Gaya rata-rata tolak menolak dan tarik menarik dalam larutan tidak
berubah, dalam campuran bahan, volume larutan berubah secara linier.
2) Pada pencampuran bahan tidak ada panas yang diserap maupun yang
dilepaskan.
3) Tekanan uap total larutan berubah secara linier dengan komposisi.

Anda mungkin juga menyukai