BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Absorpsi
Absorpsi adalah suatu proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas
dengan cara pengikatan bahan tersebut pada seluruh permukaan absorbent cair
yang diikuti dengan pelarutan. Pada suatu operasi absorpsi gas, terjadi perpindahan
massa dari fase gas ke fase liquid (Rahayu, 2014). Kecepatan larut gas yang larut
dalam absorben liquid tergantung pada kesetimbangan campuran tersebut, karena
itu sangat diperlukan karakteristik kesetimbangan sistem gas cair. Pada peristiwa
absorpsi, terdapat laju absorpsi yang dapat dinyatakan dalam empat cara, yaitu:.
1) Menggunakan koefisien individual.
2) Menggunakan koefisien menyeluruh atas dasar fase gas atau zat cair..
3) Menggunakan koefisien volumetrik.
4) Menggunakan koefisien persatuan luas..
Pada perancangan suatu menara absorpsi harga koefisien perpindahan
massa merupakan besaran yang penting. Penurunan harga koefisien perpindahan
massa didasarkan pada absorpsi fisika. Kecepatan larut gas dalam absorben liquid
tergantung pada kesetimbangan yang ada, karena itu diperlukan karakteristik
kesetimbangan sistem gas-liquid. Dengan tersedianya harga koefisien perpindahan
massa dapat ditentukan besaran-besaran lain pada proses seperti:
1) Kecepatan perpindahan massa.
2) Waktu operasi.
3) Ukuran alat dan biaya.
4) Bilangan Sherwood.
5) Bilangan Reynold.
6) Viskositas.
Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan oleh gaya-gaya fisik
(pada absorpsi fisik) atau selain gaya akibat ikatan kimia (pada absorpsi kimia)
dimana terjadi reaksi antara absorbent dan absorbate. Komponen gas yang dapat
mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan
yang lebih tinggi oleh karena itu absorpsi kimia mengungguli absorpsi fisik.
4
2.2. Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan di absorpsi
pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering
juga disebut sebagai cairan pencuci. Pelarut dalam proses absorpsi berperan sebagai
kunci utama. Pemilihan pelarut tidak sembarangan, contoh sederhana pelarut yang
digunakan dalam absorpsi adalah air. Air merupakan pelarut yang mudah dijumpai
serta ekonomis (Treybal, 1995). Syarat-syarat absorben adalah sebagai berikut:
1) Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar
mungkin (kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2) Memiliki ikatan yang stabil.
3) Tidak korosif dan tidak mudah terbakar.
4) Memiliki tekanan uap yang rendah.
5) Mempunyai viskositas yang rendah.
6) Harga yang murah.
7) Tidak ikut tercampur dengan gas sisa.
8) Tidak mudah menguap dalam kondisi panas.
9) Memiliki titik beku yang rendah.
hanya gas CO2 saja yang berpindah ke dalam fase air. Semakin ke bawah kolom,
maka kandungan gas CO2 akan semakin kaya karena CO2 disuplai dari bagian
bawah kolom. Sedangkan semakin ke atas kolom, kadar CO2 berkurang. Selain
pada produksi formalin, absorpsi digunakan dalam proses produksi asam nitrat.
Pada tahap akhir produksi asam nitrat dilakukan pemurnian dalam proses absorpsi.
Pada setiap kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO2 oleh air menjadi
asam nitrat. Kolom absorpsi mempunyai empat fluks masuk dan dua fluks keluar.
Empat fluks masuk tersebut antara lain seperti air umpan absorber, udara pemutih,
gas proses, serta asam lemah. Dua fluks keluar dalam proses ini yaitu asam nitrat
produk serta gas keluaran sisa. Kolom absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam
nitrat dengan konsentrasi 60% (konversinya) dari jumlah senyawa NOX.
Selain itu absorpsi juga digunakan dalam proses pemurnian yang dihasilkan
dari fermentasi kotoran sapi. Gas CO2 akan bereaksi langsung dengan larutan
NaOH sedangkan CH4 tidak. Dengan berkurangnya konsentrasi CO2 dalam gas
sebagai akibat dari reaksi dengan NaOH, maka perbandingan konsentrasi CH4
(metana) dengan CO2 menjadi lebih besar untuk konsentrasi dari metana tersebut.
Proses hidrogenasi dari minyak juga merupakan salah satu aplikasi dari
proses absorpsi. Proses absorpsi ini melibatkan reaksi menggunakan katalis nikel
yang berfungsi untuk mempercepat laju reaksi. Tekanan juga diperlukan untuk
meningkatkan konsentrasi gas dan juga ikut mempercepat laju reaksi. Desain
distribusi cairan yang digunakan dalam kolom dengan cara spray (sembur).
.
Gambar 2.3. Packed Tower
(Sumber: McCabe, 1993)
KC . D'. ρB . IM
= 0,23 . Re0,83 . Sc0,44 (2.2)
DAB/ . ρ
Keterangan:
Sc = Schmidt Number
DAB = Massa difusivitas komponen A yang menjadi liquid (gr)
B = Densitas liquid B (gr/l)
Re = Reynold Number
Data untuk penguapan beberapa macam zat cair di dalam menara pada
dinding basah dikorelasikan dengan eksponen yang agak lebih tinggi baik untuk
Reynold number maupun untuk Schmidt number. Schmidt number berkisar antara
0,60 dan 0,25 dan dalam jangkau yang sempit. Perbedaan antara eksponen itu
mungkin mempunyai makna fundamental, karena perpindahan ke permukaan zat
cair, yang mungkin mempunyai riak dan gelombang mesti berbeda dari permukaan
perpindahan padat yang licin. Perpindahan massa secara difusi bergantung pada
besarnya gradien konsentrasi setiap komponen pada campuran senyawa.
Gradien konsentrasi cenderung menyebabkan terjadinya gerakan komponen
tersebut menuju ke arah yang menyamakan konsentrasi dan menghapuskan gradien.
Bila gradien tersebut dipertahankan dengan menambahkan komponen yang
terdifusi secara terus-menerus ke ujung yang berkonsentrasi tinggi pada gradien itu,
aliran komponen yang terdifusi tersebut akan berlangsung secara kontinyu
(berkesinambungan). Gerakan inilah yang dapat dimanfaatkan dalam operasi
perpindahan massa. Koefisien perpindahan massa (KL) didefinisikan sebagai laju
perpindahan massa per satuan luas per satuan beda konsentrasi molekul.
2.7.4. Fick’s Law
Difusi adalah pergerakan spesies dari daerah dengan konsentrasi tinggi
menuju daerah dengan konsentrasi rendah. Secara umum, laju difusi berbanding
lurus dengan gradien konsentrasi..Proses difusi pada situasi multi-component, laju
pergerakan pada beberapa komponen tersebut bisa saja berbeda satu dengan yang
lain. Tanda negatif pada persamaan menandakan bahwa difusi terjadi dalam arah
atau vektor yang berlawanan dengan kenaikan konsentrasi (arah x ke arah positif).
Laju perpindahan tersebut sangat bergantung pada konsentrasi molekulnya.
dCA
JAx = - DA x (2.4)
dx,
Keterangan:
JAX = Besar flux (mol/cm2s)
DA = Koefisien difusivitas
CA = Konsentrasi zat A (Molar)
x = Jarak (m)
17
Jadi difusi terjadi dalam arah penurunan konsentrasi difusan fluks selalu
bernilai positif. Difusi akan berhenti jika tidak terdapat lagi gradien konsentrasi
(perubahan konsentrasi terhadap sumbu x sebesar 0). Koefisien difusi hanya tampak
seperti konstanta perbandingan tetapi tidak konstan seperti konstanta-konstanta
pada umumnya yang biasanya dipengaruhi oleh konsentrasi, suhu, tekanan, sifat
pelarut, dan sifat kimia dari larutan atau zat yang melakukan penyerapan.