Anda di halaman 1dari 216

Resa Wardana Saputra

RANGKUMAN KIMIA
PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM

SMA
ABSTRAK

RANGKUMAN INI DISUSUN SECARA SISTEMATIS, DIHARAPKAN AGAR LEBIH MUDAH DALAM
PEMAHAMAN , PEMAHAMAN DALAM KIMIA LEBIH DIPRIORITASKAN KARENA DALAM
MEMPELAJARI KIMIA , KONSEP DIUTAMAKAN DAN ADANYA KETERKAITAN MATERI.

DIAMBIL DARI BERBAGAI SUMBER DAN RANGKUMAN PRIBADI

UNTUK MATERI KELAS XII SEBAGIAN DIAMBIL DARI MODUL BU SINI SMAN 2 BANTUL KELAS XII

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 2


DAFTAR ISI

UNIT I : INTRODUKSI

1. ATOM.........................................................................................................................................................6
2. SISTEM PERIODIK UNSUR.............................................................................................................11
3. KIMIA KUANTUM SEDERHANA..................................................................................................18
4. TATA NAMA SENYAWA KIMIA....................................................................................................31
5. STOIKIOMETRI....................................................................................................................................37

UNIT II : IKATAN KIMIA

6. IKATAN ION..........................................................................................................................................45
7. IKATAN KOVALEN.............................................................................................................................45
8. VSEPR DAN HIBRIDISASI...............................................................................................................51

UNIT III : MOLEKULAR KINETIK FASA

9. GAS...........................................................................................................................................................58
10. LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT................................................................59
11. GAYA ANTAR MOLEKUL.................................................................................................................62
12. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN........................................................................................................66
13. REAKSI REDUKSI OKSIDASI.........................................................................................................68
14. KOLOID..................................................................................................................................................73

UNIT IV : KIMIA KESETIMBANGAN

15. TERMOKIMIA......................................................................................................................................86
16. KESETIMBANGAN KIMIA...............................................................................................................96
17. ASAM-BASA.......................................................................................................................................103
18. KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.....................................................................125
19. ELEKTROKIMIA...............................................................................................................................134

UNIT V : LAJU DAN PROSES KIMIA

20. LAJU REAKSI.....................................................................................................................................139


21. KIMIA INTI........................................................................................................................................144

UNIT VI : INTRODUKSI KIMIA ANORGANIK

22. UNSUR-UNSUR UTAMA DALAM SISTEM PERIODIK UNSUR......................................149


23. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA..........................................................................................157
24. UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT................................................................161

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 3


UNIT VII : INTRODUKSI KIMIA ORGANIK

25. HIDROKARBON..............................................................................................................................165
26. SENYAWA TURUNAN ALKANA...............................................................................................170
27. BENZENA DAN TURUNANNYA...............................................................................................188

UNIT VIII : INTRODUKSI BIOKIMIA

28. POLIMER...........................................................................................................................................193
29. KARBOHIDRAT...............................................................................................................................200
30. ASAM AMINO DAN PROTEIN...................................................................................................204
31. LIPID...................................................................................................................................................210

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 4


UNIT I : INTRODUKSI
BAB:

1. STRUKTUR ATOM
2. SISTEM PERIODIK UNSUR
3. KIMIA KUANTUM SEDERHANA
4. TATA NAMA SENYAWA KIMIA
5. STOIKIOMETRI

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 5


BAB 1

STRUKTUR ATOM

PERKEMBANGAN MODEL ATOM

1. MODEL ATOM DALTON

John Dalton mengemukakan hipotesa tentang atom berdasarkan hukum kekekalan massa
(Lavoisier) dan hukum perbandingan tetap (Proust).
Teori yang diusulkan Dalton:

• Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi.
• Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-atom
yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda.
• Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan
sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen.
• Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari
atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.

Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal seperti ada tolak peluru.

Model atom Dalton, seperti bola pejal

Teori atom Dalton tidak dapat menerangkan suatu larutan dapat menghantarkan listrik.
Bagaimana mungkin suatu bola pejal dapat menghantarkan listrik, padahal listrik adalah elektron
yang bergerak. Berarti ada partikel lain yang dapat menyebabkan terjadinya daya hantar listrik.

2. MODEL ATOM THOMSON

Kelemahan dari Dalton diperbaiki oleh JJ. Thomson, eksperimen yang dilakukannya tabung sinar
katoda. Hasil eksperimennya menyatakan ada partikel bermuatan negatif dalam atom yang
disebut elektron.

Thomson mengusulkan model atom seperti roti kismis atau kue onde-onde. Suatu bola pejal yang
permukaannya dikelilingi elektron dan partikel lain yang bermuatan positif sehingga atom
bersifat netral.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 6


Model atom Thomson seperti roti kismis

Kelemahan model Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif
dalam bola atom tersebut.

3. MODEL ATOM RUTHERFORD

Eksperimen yang dilakukan Rutherford adalah penembakan lempeng tipis dengan partikel alpha.
Ternyata partikel itu ada yang diteruskan, dibelokkan atau dipantulkan. Berarti di dalam atom
terdapat susunan-susunan partikel bermuatan positif dan negatif.

Hipotesa dari Rutherford adalah atom yang tersusun dari inti atom dan elektron yang
mengelilinginya. Inti atom bermuatan positif dan massa atom terpusat pada inti atom.

Kelemahan dari Rutherford tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti
atom. Berdasarkan teori fisika, gerakan elektron mengitari inti ini disertai pemancaran energi
sehingga lama - kelamaan energi elektron akan berkurang dan lintasannya makin lama akan
mendekati inti dan jatuh ke dalam inti

Ambilah seutas tali dan salah satu ujungnya Anda ikatkan sepotong kayu sedangkan ujung yang
lain Anda pegang. Putarkan tali tersebut di atas kepala Anda. Apa yang terjadi? Benar.

Lama kelamaan putarannya akan pelan dan akan mengenai kepala Anda karena putarannya lemah
dan Anda pegal memegang tali tersebut.

Karena Rutherford adalah telah dikenalkan lintasan/kedudukan elektron yang nanti disebut
dengan kulit.

4. MODEL ATOM BOHR

Kelemahan dari Rutherford diperbaiki oleh Niels Bohr dengan percobaannya menganalisa
spektrum warna dari atom hidrogen yang berbentuk garis.
Hipotesis Bohr adalah :

• Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang bermuatan
negatif di dalam suatu lintasan.
• Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke yang lain dengan menyerap atau
memancarkan energi sehingga energi elektron atom itu tidak akan berkurang.
Jika berpindah lintasan ke lintasan yang lebih tinggi maka elektron akan menyerap energi.
Jika beralih ke lintasan yang lebih rendah maka akan memancarkan energi.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 7


Kelebihan atom Bohr adalah bahwa atom terdiri dari beberapa kulit untuk tempat
berpindahnyaelektron.
Kelemahan model atom ini adalah: tidak dapat menjelaskan spekrum warna dari atom
berelektron banyak. Sehingga diperlukan model atom yang lebih sempurna dari model atom Bohr.

PARTIKEL PENYUSUN ATOM

Perkembangan model yang didasari oleh hasil eksperimen menghasilkan data partikel dasar
penyusun atom, seperti Tabel :

Muatan Massa
Nama Penemu
Lambang
Partikel (Tahun) Absolut
Relatif kg sma
(C=Coulomb)

Eugene
Proton P Goldstein +1 1,0073
(1886)

JJ.
Elektron E Thomson -1
(1897)

James
Neutron N Chadwick 0 0 10087
(1932)

NOMOR ATOM DAN NOMOR MASSA

Suatu atom memiliki sifat dan massa yang khas satu sama lain. Dengan penemuan partikel
penyusun atom dikenal istilah nomor atom (Z) dan nomor massa (A).

Jumlah proton dalam suatu atom disebut nomor atom yang diberikan lambang Z. Nomor atom ini
merupakan ciri khas suatu unsur, karena atom bersifat netral maka jumlah proton sama dengan
jumlah elektronnya. Sehingga nomor atom juga menunjukan jumlah elektron.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 8


Elektron inilah yang nantinya paling menentukan sifat suatu unsur. Nomor atom ditulis agak ke
bawah sebelum lambang unsur. Atom oksigen mempunyai 8 proton dan 8 elektron sehingga
nomor atomnya 8.

Seperti diuraikan sebelumnya massa elektron sangat kecil, dianggap nol. Sehingga massa atom
ditentukan oleh inti atom yaitu proton dan neutron.

Nomor massa ditulis agak ke atas sebelum lambang unsur. Atom oksigen mempunyai nomor atom
8 dan nomor massa 16, sehingga atom oksigen mengandung 8 proton dan 8 neutron.

Nomor Massa (A) = Jumlah proton + Jumlah neutron

Atau

Jumlah neutron = Nomor massa – Nomor atom

Penulisan lambang atom unsur menyertakan nomor atom dan nomor massa.

dimana :
A = nomor massa
Z = nomor atom
X = lambang unsur

Contoh :
Hitunglah jumlah proton, elektron dan
neutron dari unsur berikut:

1. 2. 3.

Jawab :

Jumlah proton = 19
1. Jumlah elektron = 19
Jumlah neutron = 39 – 19 = 20

Jumlah proton = 13
2. Jumlah elektron = 13
Jumlah neutron = 27 – 13 = 14

Jumlah proton = 26
3. Jumlah elektron = 26
Jumlah neutron = 56 – 26 = 30

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 9


BAB 2

SISTEM PERIODIK UNSUR

Sistem Periodik Modern

Sistem periodik modern disusun berdasarkan hukum periodik modern yang menyatakan bahwa
sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomya. Artinya, jika unsur- unsur
disusun berdasarkan kenaikan nomor atomnya, maka sifat-sifat tertentu akan berulang secara
periodik. Itu sebabnya tabel unsur-unsur tersebut dinamai Tabel Periodik.

Periode

Lajur-lajur horizontal dalam sistem periodik disebut periode. Sistem periodik modern terdiri
atas 7 periode. Jumlah unsur pada setiap periode sebagai berikut

Periode Jumlah Unsur Nomor Atom


1 2 1-2
2 8 3-10
3 8 11-18
4 18 19-36
5 18 37-54
6 32 55-86
7 32 87-118

Periode 1, 2,3 disebut periode pendek karena berisi relatif sedikit unsur, sedangkan periode 4

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 10


dan seterusnya disebut periode panjang.

Golongan

Kolom-kolom vertikal dalam sistem periodik disebut golongan. Penempatan unsur dalam
golongan berdasarkan kemiripan sifat. Sistem periodik modern terdiri atas 18 kolom vertikal.
Ada dua cara penamaan golongan, yaitu:

o Sistem 8 golongan. Menurut cara ini, sistem periodik dibagi menjadi 8 golongan
yang masing-masing terdiri atas golongan utama (golongan A) dan golongan
tambahan (golongan B). Unsur-unsur golongan B disebut juga unsur transisi.
Nomor golongan ditulis dengan angka Romawi. Golongan-golongan B terletak
antara golongan IIA dan IIIA. Golongan VIIIB terdiri atas 3 kolom vertikal.
o Sistem 18 Golongan. Menurut cara ini, sistem periodik dibagi kedalam 18
golongan, yaitu golongan 1 sampai dengan 18, dimulai dari kolom paling kiri.
Unsur-unsur transisi terletak pada golongan 3-12

Beberapa golongan unsur dalam sistem periodik mempunyai nama khusus, diantaranya:

o Golongan IA : logam alkali (kecuali hidrogen)


o Golongan IIA : logam alkali tanah
o Golongan VIIA : halogen
o Golongan VIIIA : gas mulia

o Unsur transisi dan transisi dalam

• Unsur Transisi

Unsur-unsur yang terletak pada golongan-golongan B disebut unsur transisi atau unsur
peralihan. Unsur-unsur tersebut merupakan peralihan dari golongan IIA ke golongan IIIA, yaitu
unsur-unsur yang dialihkan hingga ditemukan unsur yang mempunyai kemiripan sifat dengan
golongan IIIA

• Unsur transisi dalam

Dua baris unsur yang ditempatkan dibagian bawah Tabel Periodik disebut unsur transisi dalam,
yaitu terdiri dari:

o Lantanida, yang beranggotakan nomor atom 57-70 (14 unsur). Ke-14 unsur ini
mempunyai sifat yang mirip dengan lantanium (La), sehingga disebut lantanoid
atau lantanida
o Aktinida, yang beranggotakan nomor atom 89-102 (14 unsur). Ke-14 unsur ini
sangat mirip dengan aktinium, sehingga disebut aktinoida atau aktinida

Semua unsur transisi dalam sebenarnya menempati golongan IIIB, yaitu lantanida pada periode
keenam dan aktinida pada periode ketujuh. Jadi, golongan IIIB periode keenam dan periode ke
tujuh, masing-masing berisi 15 unsur.

Hubungan Konfigurasi Elektron dengan Sistem Periodik

Hubungan antara letak unsur dalam sistem periodik dengan konfigurasi elektronnya dapat
disimpulkan sebagai berikut.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 11


• Nomor periode sama dengan jumlah kulit
• Nomor golongan sama dengan elektron valensi

Berdasarkan hubungan tersebut, maka letak unsur dalam sistem periodik dapat ditentukan
berdasarkan konfigurasi elektron.

Sifat-sifat Periodik Unsur

Sifat periodik adalah sifat yang berubah secara beraturan sesuai dengan kenaikan nomor atom,
yaitu dari kiri ke kanan dalam satu periode, atau dari atas ke bawah dalam satu golongan.

Jari-jari Atom

Jari-jari atom adalah jarak dari inti hingga kulit elektron terluar. Besar kecilnya jari-jari atom
terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu jumlah kulit dan muatan inti.

o Untuk unsur-unsur segolongan, semakin banyak kulit atom, semakin besar jari-
jarinya.
Untuk unsur-unsur seperiode, semakin besar muatan inti, maka semakin kuat gaya tarik inti
terhadap elektron, sehingga semakin kecil jari-jarinya

Energi Ionisasi

Energi Ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron yang terikat paling
lemah oleh suatu atom atau ion dalam wujud gas.

Hubungan energi ionisasi dengan nomor atom.

• dalam satu golongan, dari atas ke bawah, energi ionisasi semakin kecil
• dalam satu periode, dari kiri ke kanan, energi ionisasi cenderung bertambah

Besar kecilnya energi ionisasi bergantung pada besar gaya tarik inti terhadap elektron kulit
terluar, yaitu elektron yang akan dilepaskan. Semakin kuat gaya tarik inti, semakin besar energi
ionisasi

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 12


• dalam satu golongan, dari atas ke bawah, jari-jari atom bertambah besar, sehingga gaya
tarik inti terhadap elektron terluar semakin lemah. Oleh karena itu, energi ionisasi
berkurang
• dalam satu periode, dari kiri ke kanan, jari-jari atom berkurang, sehingga gaya tarik inti
terhadap elektron semakin kuat. Oleh karena itu energi ionisasi bertambah

Afinitas Elektron

Afinitas elektron adalah besarnya energi yang dihasilkan atau dilepaskan apabila suatu atom
menarik sebuah elektron

• Dalam satu golongan dari atas ke bawah, afinitas elektron cenderung berkurang
• Dalam satu periode dari kiri ke kanan, afinitas elektron cenderung bertambah
• Kecuali unsur alkali tanah dan gas mulia, semua unsur golongan utama mempunyai
afinitas elektronn bertanda negatif. Afinitas elektron terbesar dimiliki oleh golongan
halogen

Keelektronegatifan

Keelektronegatifan adalah kecenderungan suatu atom dalam menarik pasangan elektron yang
digunakan bersama dalam membentuk ikatan. Unsur yang mempunyai energi ionisasi dan
afinitas elektron yang besar tentu akan mempunyai keelektronegatifan yang besar pula.

Sifat Logam dan Nonlogam

Sifat logam bergantung pada energi ionisasi. Semakin besar energi ionisasi, semakin sukar
bagi atom untuk melepas elektron, dan semakin berkurang sifat logamnya.

Kereaktifan

Kereaktifan suatu unsur begantung pada kecenderungannya melepas atau menarik elektron.
Dari kiri ke kanan dalam satu periode, mula-mula kereaktifan menurun kemudian bertambah
hingga golongan VIIA.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 13


PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 14
Smart Solution urutan golongan I-VIII A

H,Be,B,C,N,O,F,He : Hanya Belajar Baca Nofel Hehehe....

GOLONGAN A:

I A = H,Li,Na,K,Rb,Cs,Fr

1. Helina Kawin Robi Cs Frustasi


2. Hari Libur Nanti Kita Rebut Calon Suaminya Friska

II A = Be,Mg,Ca,Sr,Ba,Ra

1. Bebek Mangan Cacing Seret Banget Rasane


2. Beli Mangga Cap Sri Baginda Raja
3. Beli Mangga Campur Sirsak Bagi Rasa
4. Bemo Mogok Campur Srempet Bajaj Rama
5. Bebek Mangan Cacing Kesrempet Ban Radial

III A = B,Al,Ga,In,Tl

1. Bu Ali Gagal Injak Telor


2. Balga Intlek

IV A = C,Si,Ge,Sn,Pb

1. Caca Si Genit Seneng Plembungan


2. Cowok Sikile Gede Seneng Perawan Bahenol

V A = N,P,As,Sb,Bi

1. Nembak Pacar Asal Sabar Bisa


2. Nonton Porno Asia Saben Bengi

VI A = O,S,Se,Te,Po

1. Orang Stres Selalu Tendang Pohon


2. Ogah Sabar Sekarang Tembak Polisi

VII A = F,Cl,Br,I,At

1. Festival Celana Biru Itu Antik


2. Fanta Coca-cola Bir Idaman Ati

VIII A = He,Ne,Ar,Kr,Xe,Rn

1. Heboh Negata Arab Karena Xerangan Ranjau


2. Heboh Negar Argentina Karena Xepakan Ronaldo

Smart Solution urutan golongan III-IIB

Sc,Ti,V,Cr,Mn,Fe,Co,Ni,Cu,Zn : Sctiv Cari Manager Feminim Cowok Nikah Cukup Zenius

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 15


GOLONGAN B:

III B = Sc,Y,La,Ac

1. Scoppy Yang Lagi Ancur

IV B = Ti,Zr,Hf,Rf

1. Tiga Zorro Hafal Reformasi

V B = V,Nb,Ta,Db

1. Vira Nebeng Taxi Db


2. Vira Nabung Tabungan Di Bank

VI B = Cr,Mo,W,Sg

1. Cari Motor Warga Singapura

VII B = Mn,Tc,Re,Bh

1. Menantu Tercantik Rebutan Bh

VIII B (1) = Fe,Ru,Os,Hs

1. Februari Ospek Heboh Sangat

VIII B (2) = Co,Rh,Ir,Mt

1. Cowok Ramah Insinyur Matematika

VIII B (3) = Ni,Pd,Pt

1. Niat Pd dan Patuh

I B = Cu,Ag,Au

1. Cucu Agus di Australia

II B = Zn,Cd,Hg

1. Zainudin Cd Haji Gaul

Deret Lantanida =La,Ce,Pr,Nd,Pm,Sm,Eu,Gd,Tb,Dy,Ho,Er,Tm,Yb,Lu

1. (+La) Cewek Prancis Ndeso Pamer Simpanan Euro Ga Ditabung Diya Hobi Erobik
Temennya Ya Bu Lurah

Deret Aktinida = Ac,Th,Pa,U,Np,Pu,Am,Cm,Bk,Cf,Es,Fm,Md,No,Lr

1. (+Ac) Tahu Pak Urip Nampak Pucat Amat Cemberut Bikin Chef Esa Family Mendadak
Nolak Lamarannya.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 16


BAB 3

KIMIA KUANTUM SEDERHANA


SUSUNAN ATOM

1. Nomor Atom dan Nomor Massa

Nomor Atom (Z) = Jumlah Proton (p) = jumlah

elektron (e) Nomor Massa (A) = jumlah proton (p)

+ jumlah neutron (n)

✓ Jumlah proton (p) = Z


AX ✓ Jumlah Elektron (e) = Z
z
– muatan

✓ X = Lambang Atom ✓ Jumlah Neutron = A – Z


✓ A = Nomor Massa
✓ Z = Nomor Atom

2. Isotop,Isobar,dan Isoton

a. Isotop
✓ Atom yang memiliki nomor atom sama namun massa
berbeda. Example:
Isotop Hidrogen 1H1 , 2H1 , 3H1

b. Isobar
✓ Atom dari unsur yang nomor atom berbeda namun nomor massa
sama. Example:
14C6 dengan 14N7

c. Isoton
✓ Unsur berbda namun jumlah neutron
sama. Example:
31P15 dengan 32S16

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 17


KONFIGURASI ELEKTRON & DIAGRAN ORBITAL

Konfigurasi (susunan) elektron suatu atom berdasarkan kulit-kulit atom


tersebut. Setiap kulit atom dapat terisi elektron maksimum , dimana n
adalah kulit ke berapa.

Jika n = 1 maka berisi 2 elektron


Jika n = 2 maka berisi 8 elektron
Jika n = 3 maka berisi 18
elektron dan seterusnya.

Lambang kulit dimulai dari K, L, M, N dan seterusnya dimulai dari dekat dengan inti

Elektron disusun sedemikian rupa pada masing-masing kulit dan diisi maksimum
sesuai daya tampung kulit tersebut. Jika masih ada sisa elektron yang tidak dapat
ditampung pada kulit tersebut maka diletakkan pada kulit selanjutnya.

Contoh: Pengisian konfigurasi elektron

Tabel 2. Konfigurasi elektron, pada atom golongan utama

Perhatikan konfigurasi elektron pada unsur dengan nomor atom

19. Konfigurasi elektronnya bukanlah

K L M N
2 8 9
Tetapi 2 8 8 1

Hal ini dapat dijelaskan bahwa elektron paling luar maksimum 8, sehingga
sisanya harus 1 di kulit terluar. Begitu pula dengan nomor atom 20.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 18


Bagaimana dengan unsur dengan nomor atom 88?

Unsur dengan nomor atom 88 akan terisi sesuai dengan kapasitas kulit pada kulit K,
L, M dan N serta masih ada sisa 28. sisa ini tidak boleh diletakkan seluruhnya di
kulit O, sisa ini diletakkan pada kulit sesudahnya mengikuti daya tampung
maksimum kulit sebelumnya yang dapat diisi yaitu 18, 8 atau 2 sehingga sisanya
diisikan sesuai Tabel 2 tersebut.

B. BILANGAN KUANTUM

Energi elektron dalam suatu orbital ditentukan oleh berbagai bilangan seperti
bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimuth (l), dan bilangan kuantum
magnetik (m). Energi perputaran elektron pada sumbunya ditentukan oleh bilangan
kuantum spin (s).

Bilangan kuantum utama (n), berharga 1, 2, 3, 4, ... dan seterusnya. Bilangan


kuantum ini sesuai dengan kulit-kulit elektron dalam suatu atom, dengan demikian
bilangan kuantum utama menunjukkan nomor kulit lintasan elektron.

Bilangan kuantum azimuth (l), berharga 0, 1, 2, 3, ... (n - 1). Bilangan kuantum ini
menunjukkan subkulit (sublintasan) dimana elektron bergerak dan juga menentukan
bentuk orbital.

subkulit l = 0 disebut juga orbital s (sharp)

subkulit l = 1 disebut juga orbital p (principle)

subkulit l = 2 disebut juga orbital d (diffuse)

subkulit l = 3 disebut juga orbital f

(fundamental)

Hubungan harga n dengan l adalah harga l mulai dari 0 sampai dengan n-1:

n = 1 mempunyai harga l = 0, ... (1 - 1) = 0

Kulit ke-1 mempunyai subkulit, yaitu:

o subkulit l = 0 atau orbital 1s

n = 2 mempunyai harga l = 0, ... (2 - 1) = 0, 1

Kulit ke-2 mempunyai 2 subkulit, yaitu:

o subkulit l = 0 atau orbital 2s

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 19


o subkulit l = 1 atau orbital 2p

n = 3 mempunyai harga l = 0, ... (3 - 1) = 0, 1, 2

Kulit ke-3 mempunyai 3 subkulit, yaitu:

o subkulit l = 0 atau orbital 3s


o subkulit l = 1 atau orbital 3p
o subkulit l = 2 atau orbital 3d

n = 4 mempunyai harga l = 0, ... (4 - 1) = 0, 1, 2, 3

Kulit ke-4 mempunyai 4 subkulit, yaitu:

o subkulit l = 0 atau orbital 4s


o subkulit l = 1 atau orbital 4p
o subkulit l = 2 atau orbital 4d
o subkulit l = 3 atau orbital 4f

Bilangan kuantum magnetik (m), berharga -l, ..., 0, ... +l.

Bilangan kuantum ini menentukan kedudukan atau orientasi

orbital. Contoh:

Untuk n = 3 maka harga l = 0, 1, 2, jadi:

l = 0 (orbital s), harga m = 0 berarti mempunyai 1 tingkat energi atau 1 orbital.

l = 1 (orbital p), harga m = -1, 0, +1, berarti mempunyai 3 tingkat energi setingkat
atau 3 orbital

yaitu: px, py, dan pz.

l = 2 (orbital d), harga m = -2, -1, 0, +1, +2 berarti mempunyai 5 tingkat energi yang

setingkat atau 5 orbital yaitu: dx - y, dy - z, dx - z, dx2-y2, dz2.

l = 3 (orbital f), harga m = -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3 berarti mempunyai 7 tingkat energi

yang setingkat atau 7 orbital.

Bilangan kuantum spin (s), berharga + dan - (kemungkinan putar kanan = +


dan kemungkinan putar kiri = - ). Bilangan kuantum ini memberikan gambaran
tentang arah perputaran elektron pada sumbunya sendiri. Setiap m mempunyai harga s
= + dan s = - .

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 20


Tabel Kesimpulan Harga Masing-masing Bilangan Kuantum

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 21


Dalam penulisan konfigurasi elektron dan diagram orbital perlu berlandaskan pada tiga
prinsip utama yaitu prinsip aufbau, aturan Hund dan aturan penuh setengah penuh.

A. Azas Aufbau

Azas Aufbau menyatakan bahwa :“Pengisian elektron dimulai dari subkulit yang
berenergi paling rendah dilanjutkan pada subkulit yang lebih tinggi energinya”. Dalam
setiap sub kulit mempunyai batasan elektron yang dapat diisikan yakni :

Subkulit s maksimal berisi 2


elektron Subkulit p maksimal berisi
6 elektron Subkulit d maksimal
berisi 10 elektron Subkulit f
maksimal berisi 14 elektron

Berdasarkan ketentuan tersebut maka urutan pengisian (kofigurasi) elektron


mengikuti tanda panah pada gambar berikut!

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 22


Berdasarkan diagram di atas dapat disusun urutan konfigurasi elektron sebagai

berikut : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 …. dan seterusnya

Keterangan :

Jumlah elektron yang ditulis dalam konfigurasi elektron merupakan jumlah elektron
maksimal dari subkulit tersebut kecuali pada bagian terakhirnya yang ditulis adalah
elektron sisanya. Perhatikan contoh di bawah ini :

Jumlah elektron Sc adalah 21 elekron kemudian elektron-elektron tersebut kita isikan


dalam konfigurasi elektron berdasarkan prinsip aufbau di atas. Coba kalian perhatikan,
ternyata tidak selalu kulit yang lebih rendah ditulis terlebih dahulu (4s ditulis dahulu
dari 3d). Hal ini karena semakin besar nomor kulitnya maka selisih energi dengan kulit
di atasnya semakin kecil sementara jumlah sub kulitnya semakin banyak sehingga
terjadi tumpang tindih urutan energi sub kulitnya. Untuk mempermudah penilisan
tingkatenerginya digunakan prinsip aufbau di atas. Untuk keteraturan penulisan, 3d
boleh ditulis terlebih dahulu dari 4s namun pengisian elektronnya tetap mengacu pada
prinsip aufbau. hal ini terkesan remeh tapi penting..... jadi bila kalian disuruh
menuliskan bilangan kuantum dari elektron terakhir dari Sc maka elektron tersebut
terletak pada sub kulit 3d bukan 4s, walau dalam penulisan terakhir

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 23


sendiri adalah sub kulit 4s.....cirinya pada sub kulit 3d tidak terisi penuh elektron
sedangkan sub kulit 4s nya terisi penuh.

Penulisan konfigurasi elektron dapat disingkat dengan penulisan atom dari golongan
gas mulia yaitu : He (2 elektron), Ne (10 elektron), Ar (18 elektron), Kr (36 elektron), Xe
(54 elektron) dan Rn ( 86 elektron). Hal ini karena pada konfigurasi elektron gas mulia
setiap sub kulitnya terisi elektron secara penuh.

Skema yang digunakan untuk memudahkan penyingkatan sebagai berikut :

Contoh penyingkatan konfigurasi elektron :

Konfigurasi elektron dalam atom selain diungkapkan dengan diagram curah hujan,
seringkali diungkapkan dalam diagram orbital. Ungkapan yang kedua akan bermanfaat
dalam menentukan bentuk molekul dan teori hibridisasi.
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan diagram orbital :
1. Orbital-orbital dilambangkan dengan kotak
2. Elektron dilambangkan sebagai tanda panah dalam kotak
3. Banyaknya kotak ditentukan berdasarkan bilangan kuantum magnetik, yaitu:

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 24


4. Untuk orbital-orbital yang berenergi sama dilambangkan dengan sekelompok kotak
yang bersisian, sedangkan orbital dengan tingkat energi berbeda digambarkan dengan
kotak yang terpisah.
5. Satu kotak orbital berisi 2 elektron, satu tanda panah mengarah ke atas dan satu lagi
mengarah ke bawah. Pengisan elektron dalam kotak-kotak orbital menggunakan aturan
Hund.

B. Aturan Hund
Friedrich Hund (1927), seorang ahli fisika dari Jerman mengemukakan aturan pengisian
elektron pada orbital yaitu :
“orbital-orbital dengan energi yang sama, masing-masing diisi lebih dulu oleh satu
elektron arah (spin) yang sama dahulu kemudian elektron akan memasuki orbital-
orbital secara urut dengan arah (spin) berlawanan atau dengan kata lain dalam subkulit
yang sama semua orbital masing-masing terisi satu elektron terlebih dengan arah panah
yang sama kemudian sisa elektronnya baru diisikan sebagai elektron pasangannya
dengan arah panah sebaliknya”.
Coba perhatikan contoh diagram elektron di bawah ini, khususnya pada bagian akhirnya
:

Pada pengisian diagram orbital unsur S pada konfigurasi 3p4, 3 elektron diisikan
terlebih dahulu dengan gambar tanda panah ke atas baru sisanya 1 elektron digambar
dengan tanda panah ke bawah.

C. Aturan Penuh Setengah Penuh


Sifat ini berhubungan erat dengan hibridisasi elektron. Aturan ini menyatakan bahwa :
“suatu elektron mempunyai kecenderungan untuk berpindah orbital apabila dapat
membentuk susunan elektron yang lebih stabil.....untuk konfigurasi elektron yang
berakhiran pada sub kulit d berlaku aturan penuh setengah penuh. Untuk lebih
memahamkan teori ini perhatikan juga contoh di bawah ini :
24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d4 menjadi 24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5

dari contoh terlihat apabila 4s diisi 2 elektron maka 3d kurang satu elektron untuk
menjadi setengah penuh....maka elektron dari 4s akan berpindah ke 3d. hal ini juga
berlaku untuk kasus :

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 25


29Cu = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d9 menjadi 29Cu = 1s2 2s2 2p6 3s2

3p6 4s1 3d10 Penentuan Periode dan Golongan Suatu Unsur

Untuk menentukan letak periode suatu unsur relatif mudah. Periode suatu unsur sama
dengan
nomor kulit terbesarnya dalam konfigurasi elektron. musalnya :
24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5
Nomor kulit terbesarnya adalah 4 (dalam 4s1) maka Cr terletak dalam periode 4
Sedangkan untuk menentukan golongan menggunakan tabel. Bila subkulit terakhirnya
pada s atau p maka digolongkan dalam golongan A (utama) sedangkan bila subkulit
terakhirnya pada d maka digolongkan dalam golongan B (transisi). Lebih lengkapnya
coba perhatikan tabel di bawah ini :

Coba kalian perhatikan tabel di atas. Untuk memudahkan pengingatan golongan A


dimulai dari golongan I A sedangkan golongan B dimulai dari III B. selain itu jika
subkulit terakhirnya p atau d maka sub kulit s sebelumnya diikutkan. Pada golongan VI
B dan I B berlaku aturan penuh setengah penuh.
Sebagai contoh :
24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5

Periode = 4
Golongan = VI B
bentuk orbital s, p, d, dan f.

ORIENTASI ORBITAL

a. Orbital s

Orbital yang paling sederhana adalah orbital s. Setiap subkulit s terdiri atas 1 buah
orbital yang berisi 2 elektron. Orbital s berbentuk bola simetri yang menunjukkan
bahwa elektron memiliki kerapatan yang sama, jika jarak dari inti atom juga sama.
Semakin jauh letak elektron dari inti atom, kerapatannya semakin rendah. Nilai
bilangan kuantum utama suatu orbital memengaruhi ukuran orbital. Semakin besar
nilai bilangan kuantum utama, ukuran orbitalnya juga semakin besar.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 26


Gambar 2. Bentuk orbital s.
b. Orbital p

Bentuk orbital p seperti balon terpilin (cuping-dumbbell). Kepadatan elektron tidak


tersebar merata, melainkan terkonsentrasi dalam dua daerah yang terbagi sama besar
dan terletak pada dua sisi berhadapan dari inti yang terletak di tengah.

Subkulit p terdiri atas 3 orbital, tiap orbital mempunyai bentuk yang sama. Perbedaan
ketiga orbital terletak pada arah, di mana terkonsentrasinya kepadatan elektron.
Biasanya orbital p digambarkan menggunakan satu kumpulan sumbu x, y, dan z,
sehingga diberi tanda px, py dan pz.

Gambar 3. Bentuk orbital


px 0,
Pada subkulit p ini terdapat 3 nilai m (–1, py+1)
pz. sehingga terdapat 3 orientasi yang satu
o
dan lainnya membentuk sudut 90 . [1]

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 27


Gambar 4. Orbital p digambar menggunakan satu
c. Orbital d kumpulan sumbu xyz.

Orbital d memiliki 5 orbital dengan bentuk yang kompleks dan orientasi yang berbeda.
Empat orbital pertama memiliki bentuk yang sama, sedangkan satu orbital memiliki
bentuk yang berbeda. Kelima orbital itu adalah dxy, dxz, dyz, dx2y2, dan dz2.

Untuk lebih jelas, perhatikan gambaran orbital subkulit d di bawah ini.

Gambar 5. bentuk orbital dxy, dxz, dyz, dx2y2, dan dz2


Setiap orbital mempunyai 4 “lobe” kepadatan elektron. Adapun perbedaannya terletak
pada arah berkumpulnya kepadatan elektron. Sementara itu, satu orbital lagi
mempunyai bentuk berbeda, tetapi memiliki energi yang sama dengan keempat orbital
d lainnya.

d. Orbital f

Orbital f mempunyai bentuk orbital yang lebih rumit dan lebih kompleks daripada orbital
d. Setiap subkulit f mempunyai 7 orbital dengan energi yang setara.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 28


Gambar 6. Bentuk orbital f. [3]
Orbital f (mempunyai 7 orbital) dan dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu : [1]

1) kelompok pertama : fxyz


2 2 2 2 2
2) kelompok kedua : fx(z 2 - y ), fy(z - x ), fz(x - y )
3) kelompok ketiga : 3fx , 33fy , fz

Orbital ini hanya digunakan untuk unsur-unsur transisi yang letaknya lebih
dalam.
BAB 4

TATA NAMA SENYAWA KIMIA


Dahulu zat kimia diberi nama sesuai dengan nama penemunya,nama tempat,nama zat
asal,sifat zat,dll. Dengan semakin bertambahnya jumlah zat baik ditemukan secara alami
maupun buatan,maka perlu adanya tata nama yang dapat memudahkan penyebutan
nama suatu zat. IUPAC ( International Union and Applied Chemistry )merupakan badan
international yang membuat tata nama senyawa zat kimia yang ada di dunia ini.

PENGELOMPOKAN SENYAWA:

1. SENYAWA ORGANIK
2. SENYAWA ANORGANIK: SENYAWA BINER & SENYAWA POLIATOMIK

1. TATA NAMA SENYAWA ORGANIK

Jumlah senyawa organik sangat banyak dan tata nama senyawa organik lebih
kompleks karena tidak dapat ditentukan dari rumus kimianya saja tetapi dari
rumus struktur dan gugus fungsinya. Pada bab ini hanya dibahas tata nama
senyawa organik yang sederhana saja, karena senyawa organik akan dibahas
secara khusus pada materi HIDROKARBON & SENYAWA KARBON.

Nama Senyawa Rumus Kimia Rumus Struktur


Metana CH4 CH4
Etana C2H6 CH3-CH3
Propana C3H8 CH3-CH2-CH3
Etena C2H4 CH2 = CH2
Propena C3H6 CH3-CH = CH2
Etuna/asetilena C2H2 CH ≡ CH
Propuna C3H4 CH3-C ≡ CH
Etanol C2H5OH CH3-CH2-OH
Asam etanoat/cuka CH3COOH CH3-COOH

2. TATA NAMA SENYAWA ANORGANIK ( SENYAWA BINER )

a. Tata nama senyawa biner dari non-logam dengan non-logam

Senyawa Biner merupakan senyawa yang terdiri dari 2 unsur, misal CO2 yang
terdiri dari unsur C dan O.
1. Khusus senyawa yang terdiri dari unsur C dan H , penulisannya C di
depan dan H dibelakang walaupun keelektronegaifannya lebih besar C
daripada H.
Contoh : metana ditulis CH4 bukan H4C.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 30


2. Khusus senyawa yang terdiri dari unsur N dan H , penulisannya N di depan
dan H dibelakang, meskipun kelektronegatifannya lebih besar N daripada H.
Contoh : amonia ditulis NH3 bukan H3N.
a. Aturan Nama Senyawa Nonlogam dengan Nonlogam
1. Senyawa biner nonlogam dengan nonlogam diberi aturan :
Nama Senyawa Pertama + Nama Senyawa Kedua + ida
2. Jumlah unsur disebutkan dalam bahasa Yunani:
1 = mono
2 = di
3 = tri
4 = tetra
5 = penta
6 = heksa
7 = hepta
8 = okta
9 = nona
10 = deka
3. Unsur pertama tidak perlu disebutkan mono bila unsurnya hanya satu:
Contoh : NO2 = Nitrogen Dioksida ( bukan Mononitrogen Dioksida ).
4. Untuk senyawa yang terdapat unsur hidrogen, jumlah unsur pertama
maupun kedua tidak perlu disebut dengan awalan Yunani.
Contoh: HCl = Hidrogen Klorida ( bukan Monohidrogen Monoklorida).

b. Senyawa yang umum dikenal boleh tidak mengikuti aturan-aturan IUPAC.


Contoh :

Rumus Kimia Nama Senyawa

H2O Air
NH3 Amonia
NaCl Garam Dapur
CaO Kapur tohor
CaCO3 Marmer
Ca(OH)2 Kapur Tulis
NaHCO3 Soda Kue
Mg(OH)2 Susu Magnesia

b. Tata nama senyawa logam dengan non-logam


a. Penulisan rumus senyawa logam dengan non-logam

Unsur logam ditulis didepan dan nonlogam dibelakang.

b. Aturan penamaan senyawa logam dengan non-logam

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 31


Unsur Logam + Unsur Nonlogam + ida
Aturan yunani tidak perlu disebutkan untuk senyawa logam dengan
nonlogam.

c. Logam yang mempunyai biloks lebih dari 1, biloksnya ditulis dalam


kurung dengan angka Romawi.

Unsur logam + (biloks) + Unsur Nonlogam + ida

Contoh : Cu2O = tembaga(I) oksida

3. TATA NAMA SENYAWA ANORGANIK ( SENYAWA POLIATOM )

Senyawa poliatom adalah senyawa yang dibentuk lebih dari dua atom yang
berbeda. Pada umumnya senyawa ini dibentuk oleh ion-ion poliatomik. Ion-ion poliatomik
itu sendiri adalah ion-ion yang terdiri atasa dua atom atau lebih yang terikat
bersama,umumnya dijumpai tersusun atas unsur-unsur nonlogam.

Nama–nama Kation

No. Lambang Ion Nama Ion No. Lambang Ion Nama Ion
1. Na+ Natrium 13. Sn2+ Timah (II)
2. K+ Kalium 14. Sn4+ Timah (IV)
3. Mg2+ Magnesium 15. Pb2+ Timbal (II)
4. Ca2+ Kalsium 16. Pb4+ Timbal (IV)
5. Sr2+ Stronsium 17. Fe2+ Besi (II)
6. Ba2+ Barium 18. Fe3+ Besi (III)
7. Al3+ Alumunium 19. Hg+ Raksa (I)
8. Zn2+ Seng 20. Hg2+ Raksa (II)
9. Ni2+ Nikel 21. Cu+ Tembaga (I)
10. Ag+ Perak 22. Cu2+ Tembaga (II)
11. NH4+ Amonium 23. Au+ Emas (I)
12. Pt4+ Platina (IV) 24. Au2+ Emas (III)

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 32


Nama-nama Anion

No. Lambang Ion Nama Ion No. Lambang Ion Nama Ion
1. OH- Hidroksida 13. HCO3- Hidrogen karbonat
2. CN- Sianida 14. SO32- Sulfit
3. NO2- Nitrit 15. HSO3- Hidrogen sulfit
4. NO3- Nitrat 16. SO42- Sulfat
5. ClO- Hipoklorit 17. SCN- Tiosianat
6. ClO2- Klorit 18. S2O32- Tiosulfat
7. ClO3- Klorat 19. CrO42- Kromat
8. ClO4- Perklorat 20. Cr2O72- Dikromat
9. MnO4- Permanganat 21. PO33- Fosfit
10. C2H3O2- Asetat 22. PO43- Fosfat
11. C2O42- Oksalat 23. HPO42- Monohidrogen
12. CO32- Karbonat fosfat
24. H2PO4- Dihidrogen fosfat

Unsur yang dapat membentuk 4 anion dengan atom O (gol. VII A)

NO. Lambang Ion Nama Ion


1. ClO- Hipoklorit
2. ClO2- Klorit
3. ClO3- Klorat
4. ClO4- Perklorat
5. BrO- Hipobromit
6. BrO2- Bromit
7. BrO3- Bromat
8. BrO4- Perbromat
9. IO- Hipoiodit
10. IO2- Iodit
11. IO3- Iodat
12. IO4- Periodat

Beberapa catatan aturan:

a. Anion poliatomik umumnya lebih banyak dibandingkan kation poliatomik. Suatu kation
poliatomik yang umum dijumpai adalah NH4+.
b. Hanya sedikit anion poliatomik yang memiliki nama dengan akhiran "ida". Hanya OH
(ion hidroksida) dan CN- (ion sianida). Sedangkan yang lainnya lebih banyak berakhiran
"it" dan "at" dan ada juga berawalan "hipo" dan "per".
c. Nama anion beroksigen diberi akhiran "at" (untuk atom oksigen lebih banyak) dan “it"
(untuk atom oksigen lebih sedikit).

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 33


Contoh:
Na2SO4 = natrium sulfat
Na2SO3 = natrium sulfit
K3PO4 = kalium fosfat
K3PO3 = kalium fosfit

d. Nama senyawa ion poliatomik adalah gabungan nama kation, nama anion dan angka
indeks tidak disebutkan. Senyawa ion bersifat netral, jumlah muatan positif sama dengan
jumlah muatan negatif.

Contoh:
Senyawa ion poliatom dari K+ dengan OH- : KOH (kalium hidroksida)
Senyawa ion poliatom dari Mg2+ dengan NO3- : Mg(NO3)2 (magnesium nitrat)
Senyawa ion poliatom dari Al3+ dengan SO4 2- : Al2(SO4)3 (aluminium sulfat)

Jika membentuk lebih dari dua anion, tata nama senyawanya sebagai berikut:

Ca2+ dengan ClO- : Ca(ClO)2 (kalsium hipoklorit)


Ca2+ dengan ClO2- : Ca(ClO2)2 (kalsium klorit)
Ca2+ dengan ClO3- : Ca(ClO3)2 (kalsium klorat)
Ca2+ dengan ClO4 - : Ca(ClO4)2 (kalsium perklorat)

TATA NAMA ASAM

Asam adalah senyawa kovalen yang terdiri atas ion H+ (sebagai kation) dan suatu
anion. Penamaan asam didahului dengan kata asam yang diikuti nama anion.

1. Senyawa Asam Oksi (asam poliatom)


a. Unsur non logam hanya membentuk satu senyawa berakhiran –at.
Contoh : H2CO3 (Asam Karbonat).
b. Nonlogam yang membentuk 2 jenis asam , dengan oksigen sedikit berakhiran
–it, oksigen berakhiran –at.
Contoh:
H2SO3 = asam sulfit
H2SO4 = asam sulfat
HNO2 = asam nitrit
HNO3 = asam nitrat
c. Senyawa asam oksihalogen , penamaan pada biloks atau jumlah oksigennya.
Contoh:
HClO = asam hipoklorit
HClO2 = asam klorit
HClO3 = asam klorat
HClO4 = asam perklorat

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 34


2. Asam nonoksi , penamaan pada unsur nonlogam diberi akhiran –ida.

Asam + nama nonlogam –ida

Contoh :
HCl = asam klorida
HBr = asam bromida
H2S = asam sulfida

TATA NAMA BASA

Pada umumnya basa adalah senyawa ion dari logam dengan ion OH-. Penamaannya
diawali dengan menyebutkan ion logam dan diikuti dengan hidroksida.

1. Basa dari logam dengan biloks tunggal.

Logam + hirdoksida

Contoh:

NaOH = natrium hidroksida

Ca(OH)2 = kalsium hidroksida

2. Basa dari logam transisi/dengan biloks lebih dari 1.


Logam + (biloks) + hidroksida
Contoh :
CuOH = tembaga (I) hidroksida
Co(OH)2 = kobalt (II) hirdoksida

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 35


BAB 5

STOIKIOMETRI
PERSAMAAN REAKSI KIMIA

Persamaan reaksi adalah penulisan reaksi dengan menyatakan lambang unsur atau
rumus kimia senyawa yang terlibat dalam reaksi serta menunjukkan kofisien reaksi zat
yang bereaksi sama dengan kefisien zat hasil reaksi.

Contoh : reaksi hidrogen dengan oksigen menghasilkan air

Hidrogen (H) + Oksigen (O2) Air (H2O)

Pereaksi dengan Pereaksi menghasilkan hasil produk

Dalam mempelajari kimia, diperlukan suatu persamaan reaksi kimia sebagai


simbol adanya suatu reaksi kimia. Penulisan persamaan reaksi membutuhkan aspek
kuantitatif dan aspek kualitatif.

a. Aspek kuantitatif diperlukan dalam menyetarakan koefisien pereaksi dan hasil


reaksi berdasarkan hukum kekekalan massa, yaitu jumlah massa sebelum reaksi
sama dengan jumlah massa sesudah reaksi. Dengan demikian, reaksi dapat
menunjukkan jumlah setiap zat yang terlibat dalam reaksi. Satu mol adalah
banyaknya zat yang mengandung partikelpartikel zat itu sebanyak atom yang
terkandung dalam 12 gram 12C sebanyak 6,023 × 1023 (tetapan Avogrado).
b. Aspek kualitatif diperlukan dalam memberi tanda (simbol) sifat fisik dari pereaksi-
pereaksi dan hasil reaksi, yaitu:
1) untuk zat padatan diberi simbol solid (s);
2) untuk zat cair diberi simbol liquid (l);
3) untuk zat bentuk gas diberi simbol gases (g); dan
4) untuk zat larutan diberi simbol aqueous (aq).
Langkah-langkah penulisan suatu persamaan reaksi dapat ditulis sebagai
berikut.
1. Menulis persamaan kerangka yaitu persamaan reaksi yang belum setara dengan
reaktan di ruas kiri dan hasil di ruas kanan.
2. Menetapkan koefisien zat paling kompleks sama dengan 1.
3. Setarakan dahulu unsur yang terikat langsung dengan zat yang diberi koefisien 1.
4. Setarakan reaksi dengan mengatur koefisien reaktan dan hasil reaksi yang lain.

HUKUM DASAR KIMIA

Hukum dasar kimia meliputi:


1. Hukum Kekekalan Massa (hukum Lavoisier)
2. Hukum Perbandingan Tetap (hukum Proust)
3. Hukum Kelipatan Perbandingan (hukum Dalton)

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 36


4. Hukum Perbandingan Volume (hukum Gay Lussac)
5. Hukum Avogadro

A. Hukum Kekekalan Massa (hukum Lavoisier)

Hukum ini dinyatakan oleh Antonie Laurent Lavoisier (1743-1794) yang dikenal
sebagai hukum kekekalan massa yang berbunyi:

“massa zat sebelum dan sesudah adalah sama.”

Contoh : reaksi gas hidrogen (H2) dengan oksigen (O)

H2(g) + O(g) → H2O(g)


2g 16g 18g
massa sebelum massa sesudah

B. Hukum Perbandingan Tetap (hukum Proust)

Hukum ini dinyatakan oleh Joseph Louis Proust (1754-1826) yang dikenal sebagai
hukum perbandingan tetap yang berbunyi:

“perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tetap.”

Contoh : perbandingan massa besi dan belerang pada senyawa FeS:

FeS (g) Fe (g) S (g) Perbandingan massa F & S


2,20 1,40 0,80 7:4
2,75 1,75 1,00 7:4
3,30 2,10 1,20 7:4

C. Hukum Kelipatan Perbandingan (hukum Dalton)

Hukum ini dinyatakan oleh Dalton yang dikenal sebagai hukum kelipatan perbandingan
yang berbunyi:

”dua unsur yang dapat yang dapat membentuk dua senyawa atau lebih, jika massa salah
satu unsur dalam kedua senyawa sama ,maka perbandingan massa unsur satunya dalam
kedua senyawa tersebut berbandung sebagai bilangan bulat dan bilangan sederhana.”

Contoh:
Nitrogen dan Oksigen dapat membentuk senyawa NO,NO2 & NO3, menurut Hukum
Dalton:

Senyawa Jumlah N (g) Jumlah O (g) Perbandingan Massa O


NO 1 1
NO2 1 2 1:2:3
NO3 1 3

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 37


Massa N sama jadi perbandingan massa O (unsur yang lain) berbanding bulat
dan sederhana yaitu 1:2:3 (berlaku hukum Dalton).

D. Hukum Perbandingan Volume (hukum Gay Lussac)

Hukum ini dinyatakan oleh Joseph Louis Gay Lussac (1805) yang dikenal sebagai
hukum perbandingan volume yang berbunyi:

“pada tekanan dan suhu sama, perbandingan volume gas-gas yang bereaksi (reaktan) dan
gas hasil reaksi (produk) adalah bilangan bulat dan sederhana.”

Contoh:
Amonia dibuat dari reaksi gas hidrogen dan gas nitrogen menurut persamaan:

3 H2(g) + N2(g) → 2 NH3(g)

Jika 6 liter hidrogen bereaksi dengan nitrogen untuk membentuk amonia , hitunglah
volume N2 yang bereaksi serta volume NH3 yang terbentuk jika diukur pada kondisi
temperatur dan tekanan sama.

Jawab:

Maka perbandingan koefisien H2 : N2 : NH3 adalah 3 : 1 : 2


Jadi , jika H2 = 6 L maka:

N2 = 1/3 x 6 L = 2L
NH3 = 2/3 x 6 L = 4L

Jadi volume N2 bereaksi adalah 2L dan volume NH3 yang bereaksi adalah 4L.

E. Hukum Avogadro

Hukum ini dinyatakan oleh Amedeo Avogadro (1811) untuk melanjutkan eksperimen
yang dilakukan oleh Gay Lussac. Hipotesis Avogadro :

“pada tekanan dan suhu yang sama (P,T) , perbandingan volume gas-gas reaktan atau
hasil reaksi sama dengan perbandingan jumlah mol gas-gas reaktan atau hasil reaksi.”

Contoh :

Sebanyak 3 g gas nitrogen bereaksi dengan hidrogen membentuk amonia (NH3)


sebanyak 16g. Berapakah massa hidrogen yang dibutuhkan?

Jawab:

Berdasarkan hukum kekekalan massa , massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah
sama.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 38


Reaksi : N2 + 3H2  2NH3

Sehingga 3 + x = 16 g
X = 13 g

Jadi massa hidrogen yang dibutuhkan sebanyak 13 g.

KONSEP MOL

Komsep mol digunakan untuk menyatakan jumlah zat yang bereaksi.secara umum mol
merupakan satuan jumlah zat yang menyatakan jumlah partikel zat yang sangat besar,
dimana 1 mol adalah banyaknya zat yang mengandung jumlah partikel yng sama dengan
jumlah atom yang terdapat dalam 12 gram C-12 yaitu 6,02 x 1023 partikel.

Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel

Hubungan antara jumlah mol dan jumlah partikel dapat dirumuskan sebagai berikut.
Satuan mol tidak selalu berupa bilangan genap,tetapi juga dapat berupa bilangan
pecahan seperti 0,1 mol. Atom oksigen sejumlah 0,1 mol berarti mengandung jumlah atom
oksigen sebesar 6,02 x 1023 partikel atom.

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑁
n= = keterangan :
𝐿 𝐿
n = mol unsur/senyawa
jumlah partikel (N) = n x L N = jumlah partikel
L = bilangan Avogadro = 6,02 x 1023

Hubungan Mol dengan Massa

Massa 1 mol zat = Mr/Ar dalam gram.

n = m : Ar atau m = n x Ar (unsur) keterangan :


n = mol unsur / senyawa
n = m : Mr atau m = n x Mr (senyawa) Ar = massa atom relatif
m = massa unsur / senyawa
Mr = massa molekul relatif

KADAR ZAT DALAM CAMPURAN

Presentase Massa
Presentase massa yaitu massa (gram) zat dalam setiap 100 g campuran.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡
% = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 x 100%

Presentase Volume
Presentase volume yaitu persen volume menyatakan jumlah mL zat dalam campuran.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 39


𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑧𝑎𝑡
% volume = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 x 100%

Bagian Per Juta atau Per Million (bpj atau ppm)


Bpj atau ppm yaitu massa (mg) zat dalam setiap 1kg campuran.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡
bpj = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 x 106

Molaritas (M)
Banyaknya suatu zat dalam setiap L campuran.

𝑚𝑜𝑙
M= 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

1000 𝑔
M= x 𝑀𝑟
𝑚𝐿

Molalitas (m)
Jumlah mol zat dalam setiap kg campuran.

𝑚𝑜𝑙
m= 𝑘𝑔

𝑔 1000
m = 𝑀𝑟 x 𝑝

Fraksi Mol
Mol suatu zat dibgi jumlah mol seluruh zat dalam campuran.

𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝐴
XA = 𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

PERHITUNGAN KIMIA DAN PERSAMAAN REAKSI

Hubungan antara Jumlah Mol, Partikel,Massa, dan Volume Gas dalam Persamaan
Reaksi Kimia.

Contoh :

Sebanyak 3,1 . 1023 molekul KClO3 dipanaskan dan terurai 2KClO3(s)  2KCl(s) + 3O2(g)

1. Berapa mol gas oksigen yang terbentuk?


2. Berapa volume gas oksigen yang terbentuk (STP)?
3. Berapa massa KCl yang terbentuk ? (Ar: K = 39, Cl = 35,5).

Jawab:

Diketahui: perbandingan koefisien reaksi = 2:2:3


Jumlah molekul KClO3 = 3,1 . 1023 molekul.
Penyelesaian :

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 40


Jumlah molekul O2 = 3/2 x jumlah molekul KClO3
= 3/2 x 3,1 . 1023 = 4,65 . 1023

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙
1. Mol O2 = 𝐿
= 4,65 . 1023 : 6,02 . 1023 = 0,77 mol
2. Volume O2 = n x 22,4
= 0,77 x 22,4 = 17,2 liter

3. Jumlah molekul KCl = jumlah molekul KClO3 3,1 . 1023 molekul.

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙
Mol KCl = 𝐿
= 3,1 . 1023 : 6,02 . 1023
= 0,5 mol

Massa KCl = mol x Mr


= 0,5 (39+ 35,5)
= 37,25 g

Pereaksi Pembatas

Contoh :

2H2 + O2  2 H2O

Pada persamaan reaksi diatas , sebanyak 2 mol gas H2 diperlukan untuk bereaksi
dengan 1 mol O2 . Pada akhir reaksi yaitu setelah gas O2 habis dan reaksi tidak
berlangsung lagi, masih tersisa 1 mol H2 . Dengan demikian , hasil reaksi dibatasi oleh
pereaksi yang habis terlebih dahulu. Pereaksi ini disebut sebagai pereaksi pembatas.

Contoh Penerapan :

Sebanyak 2,7 g Al dibakar dengan 3,2 g O menurut reaksi :

4Al + 3O2  2Al2O3

1. Tentukan pereaksi pembatasnya!


2. Tentukan massa Al2O3 yang terbentuk!
3. Tentukan massa zat yang tersisa !

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 41


Jawab:

𝑚 2,7
Mol Al = 𝑀𝑟 = 27 = 0,1 mol

𝑚 3,2
Mol O2 = 𝑀𝑟 = 32 = 0,1 mol

1. Menentukan pereaksi pembatasnya dengan perbandingan jumlah mol dan koefisiennya.

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑙 0,1


= = 0,025
𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐴𝑙 4

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑂2 0,1


= = 0,03
𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑜𝑙 𝑂2 3

Karena perbandingan jumlah mol dengan koefisien Al < O2 sehingga sebagai pereaksi
pembatasnya adalah Al.

2. 4Al + 3O2  2Al2O3


Mula-mula : 0,1 0,1 –
3 2
Bereaksi : 0,1 x 0,1 = 0,075 x 0,1 = 0,05
4 4

Sisa : 0,1 – 0,075 = 0,025 0,05

Sehingga mol Al2O3 = 0,05 mol


Massa Al2O3 terbentuk = mol x Mr = 0,05 x 102 = 5,1 gram

3. Mol yang tersisa adalah O2


Mol O2 tersisa = 0,025 mol
Massa O2 tersisa = 0,025 x 32 = 0,8 gram

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 42


UNIT III : IKATAN KIMIA
BAB:

6 & 7. IKATAN ION DAN KOVALEN

8. VSEPR DAN HIBRIDISASI

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 43


BAB 6 & 7

IKATAN ION DAN KOVALEN


1. Aturan Oktet

Atom-atom dikatakan stabil apabila konfigurasi elektronnya sama dengan


konfigurasi gas mulia (golongan VIII A) yang dinamakan duplet untuk konfigurasi
elektron terluarnya dua atau oktet untuk konfigurasi elektron terluarnya delapan.

Untuk mencapai keadaan stabil seperti gas mulia, maka atom-atom membentuk
konfigurasi elektron seperti gas mulia. Untuk membentuk konfigurasi elektron seperti
gas mulia, dapat dilakukan dengan cara membentuk ion atau membentuk pasangan
elektron bersama.

2. Lambang Lewis

Lambang Lewis adalah lambang atom disertai elektron valensinya.

Ikatan Ion (Ikatan Elektrovalen)

Ikatan ion adalah ikatan kimia yang terbentuk karena adanya gaya tarik-menarik
elektrostatis antara ion positif dengan ion negatif.

Pembentukan senyawa ion :

1. Terjadi akibat terjadinya serah terima elektron


2. Terjadi antara ion positif dan ion negatif
3. Terjadi antara unsur logam dan nonlogam
4. Terjadi antara unsur yang memiliki energi ionisasi dengan unsur afinitas
elektron yang besar

Contoh: Pembentukan NaCl

Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen adalah ikatan yang terbentuk karena memiliki elektron yang
digunakan bersama. Biasanya ikatan kovalen terjadi antara unsur sesama

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 44


nonlogam.

Contoh :

Macam-macam Ikatan Kovalen

Ikatan Kovalen Tunggal adalah ikatan yang menggunakan sepasang elektron

contoh pembentukan molekul hidrogen

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 45


contoh pembentukan HCl (asam klorida)

Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan yang menggunakan 2 pasang elektron

contoh pembentukan molekul O2

Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan yang menggunakan tiga pasang elektron

contoh pembentukan N2 (gas nitrogen)

Ikatan kovalen koordinat adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang
digunakan bersama berasal dari satu atom saja.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 46


Contoh Pembentukan NH4+

KOVALEN POLAR

1. Pengaruh Perbedaan Keelektronegatifan terhadap Kepolaran Ikatan Kovalen

Jika suatu ikatan kovalen terbentuk dari dua buah atom nonlogam yang memiliki
perbedaan keelektronegatifan yang besar, pasangan elektron akan lebih tertarik ke
arah atom yang memiliki keelektronegatifan lebih besar. Akibatnya, atom yang lebih
elektronegatif cenderung memiliki kelebihan muatan negatif (δ–), sedangkan atom
yang kurang elektronegatif memiliki kelebihan muatan positif (δ+). Adanya dua kutub
yang bermuatan berlawanan tersebut menyebabkan terbentuknya suatu dipol.
Semakin besar perbedaan keelektronegatifan atom-atom dalam suatu molekul,
menyebabkan ikatan dalam molekul tersebut bersifat semakin polar.

Dalam molekul HCl, pasangan elektron yang membentuk ikatan kovalen anata atom H
dengan atom Cl lebih tertarik ke arah atom Cl. Ikatan ini disebut sebagai ikatan
kovalen polar. Ikatan kovalen polar terbentuk jika atom-atom yang berikatan
memiliki perbedaan keelektronegatifan. Perbedaan ini menyebabkan pemisahan
muatan pada atom-atom yang berikatan. Dengan demikian, pada molekul-molekul
senyawa kovalen polar terbentuk kutub bermuatan positif dan kutub
bermuatan negatif. Dengan kata lain, terbentuk dua kutub (dipol) dalam molekul-
molekul yaang bersifat polar.

Pada molekul HCl, keelektronegatifan H = 2,1 dan Cl = 3,0 sehingga terjadi perbedaan

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 47


keelektronegatifan yang besar. Akibat perbedaan keelektronegatifan tersebut, dalam
molekul HCl timbul kutub positif pada atom H dan kutub negatif pada atom Cl. Dapat
juga dikatakan bahwa atom H cenderung bermuatan positif (δ+) dan atom cl
cenderung bermuatan negatif δ–

Beberapa contoh senyawa dengan perbedaan keelektronegatifan besar dapat sobat


lihat di bawah
Senyawa Perbedaan
Keelektronegatifan
HF 1,9 (H=2,1; F=4,0)

HCl 0,9 (H=2,1; Cl=3,0)

HBr 0,7 (H=2,1; Br=2,8)

HI 0,4 (H=2,1; I=2,5)

Jika atom-atom nonlogam berikatan dengan sesamanya dan membentuk molekul


diatomik, ikatan yang terbentuk tidak memiliki perbedaan keelektronegatifan
(perbedaan keelektronegatifan = 0). Dengan demikian, tidak terbentuk muatan
ataupun dipol. Pada molekul Cl2, pasangan elektron yang membentuk ikatan
kovalen antaratom Cl tertarik sama kuat ke kedua atom. Hal ini disebabkan
keelektronegatifan kedua atomsama besar. Distribusi muatan yang sama ini
menyebabkan molekul Cl2 tidak membentuk kutub-kutub. Ikatan ini disebut ikatan
kovalen nonpolar. Contoh senyawa yang memiliki ikatan kovalen nonpolar adalah
H2, N2, O2, I2 dan Br2.

2. Pengaruh Bentuk Molekul terhadap Kepolaran Molekul

Ikatan yang terbentuk antara atom C dan atom Cl memiliki perbedaan


keelektronegatifan sebesar 0,4. Berarti, ikatan kovalen ini bersifat polar. Namun,
jika atom C mengikat empat buah atom Cl dan membentuk molekul CCl4, lain cerita,
molekulnya bersifat nonpolar. Mengapa?

Pada molekul CCl4, atom pusat C berada di tengah dan secara simetris mengikat
keempat atom Cl. Hal tersebut meyebabkan tidak ada pemisahan muatan sehingga
dipol tidak terbentuk. Jadi, walaupun ikatannya bersifat polar, molekulnya bersifat

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 48


nonpolar. Contoh senyawa lain yang memiliki bentuk molekul simetris dan bersifat
nonpolar adalah CH4, BH3, BCl3, PCl5, dan CO2.

Senyawa akan bersifat polar jika pada atom pusat dari molekul tersebut terdapat
pasangan elektron bebas sehingga bentuk molekulnya menjadi tidak simetris.

Senyawa apa sajakah yang bersifat polar? Contoh senyawa kovalen polar adalah
NH3,PCl3, H2O, dan Cl2O. Perhatikan struktur Lewis untuk senyawa PCl3 dan H2O
berikut.

Pada senyawa PCl3 terdapat sebuah PEB, dan pada senyawa H2O terdapat dua buah
PEB sehingga kedua molekul tersebut menjadi tidak simetris dan bersifat polar.
Molekul CH4 dan CCl4 memiliki bentuk simetris. Bagaimana dengan senyawa CHCl3?
Jika sebuah atom Cl pada senyawa CCl4 digantikan oleh atom H, senyawa CHCl3 yang
terbentuk menjadi tidak simetris sehingga bersifat polar.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 49


BAB 8
VSEPR DAN HIBRIDISASI
Bentuk Molekul

1. Teori Domain Elektron


●Bentuk molekul tergantung pada susunan ruang pasangan elektron ikatan (PEI dan
pasangan elektron bebas (PEB) atom pusat dalam molekul. Dapat dijelaskan dengan
teori tolakan pasangan elektron kulit valensi atau teori VSEPR (Valence Shell Electron
Pair Repultion)

● Molekul kovalen terdapat pasangan-pasangan elektron baik PEI maupun PEB.


Karena pasangan-pasangan elektron mempunyai muatan sejenis, maka tolak-
menolak antarpasangan elektron. Tolakan (PEB - PEB) > tolakan (PEB - PEI) >
tolakan (PEI - PEI)
● Adanya gaya tolak-menolak menyebabkan atom-atom yang berikatan membentuk
struktur ruang yang tertentu dari suatu molekul dengan demikian bentuk molekul
dipengaruhi oleh banyaknya PEI maupun PEB yang dimiliki pada atom pusat.
● Bentuk molekul ditentukan oleh pasangan elektron ikatannya
Contoh molekul CH4 memiliki 4 PEI

Merumuskan Tipe Molekul

1) Atom pusat dilambangkan dengan A


2) Domain elektron ikatan dilambangkan dengan X
3) Domain elektron bebas dinyatakan dengan E

Jumlah Jumlah Rumu Bentuk Molekul Contoh


Pasangan Pasangan s
Elektron2 Ikatan 0
Elektron Bebas AX
(AXn2E Linear CO2
3
(X) (E) 0 AX
m)3 Trigonal planar BCl3
2 1 AX2E Bengkok SO2
4 0 AX4 Tetrahedron CH4
3 1 AX3E Piramida trigonal NH3
2 2 AX2E Planar bentuk V H2O
5 0 AX25 Bipiramida trigonal PCl5
4 1 AX4E Bipiramida trigonal SF4
3 2 AX3E Planar bentuk T IF3
2 3 AX22E Linear XeF2
6 0 AX36 Oktahedron SF6
5 1 AX5E Piramida sisiempat IF5
4 2 AX4E Sisiempat datar XeF4
2

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 50


Dengan menggunakan teori VSEPR maka kita dapat meramalkan bentuk geometri
suatu molekul. Dalam artikel ini maka akan di contohkan menentukan bentuk
geometri molekul XeF2, XeF4, dan XeF6. Diantara molekul-molekul tersebut ada yang
memiliki pasangan elektron bebas dan ada yang tidak, jadi molekul-molekul tersebut
adalah contoh yang bagus untuk lebih memahami teori VSEPR. Pertama kita harus
mementukan struktur lewis masing-masing molekul. Xe memiliki jumlah elektron
valensi 8 sedangkan F elektron valensinya adalah 7.(lihat gambar dibawah)

Struktur Lewis XeF2 seperti gambar sebelah kiri, dua elektron Xe masing-masing
diapakai untuk

berikatan secara kovalen dengan 2 atom F sehingga meninggalkan 3 pasangan


elektron bebas pada atom pusat Xe. Hal yang sama terjadi pada molekul XeF4 dimana
4 elektron Xe dipakai untuk berikatan dengan 4 elektron dari 4 atom F, sehingga
meninggalkan 2 pasangan elektron bebas pada atom pusat Xe.

Lihat gambar diatas XeF2 memiliki 2 pasangan elekktron terikat (PET) dan 3 pasangan
elektron bebas (PEB) jadi total ada 5 pasangan elektron yang terdapat pada XeF2, hal
ini menandakan bahwa geometri molekul atau kerangka dasar molekul XeF2 adalah
trigonal bipiramid. Karena terdapat 3 PEB maka PEB ini masing masing akan
menempati posisi ekuatorial pada kerangka trigonal bipiramid, sedangkan PET akan
menempati posisi aksial yaitu pada bagian atas dan bawah. Posisi inilah posisi yang
stabil apabila terdapat atom dengan 2 PET dan 3 PEB sehingga menghasilkan bentuk
molekul linear. Jadi bentul molekul XeF2 adalah linier.(lihat gambar dibawah).

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 51


Lihat gambar strutur lewis XeF4 memiliki 4 pasangan elekktron terikat (PET) dan 2
pasangan elektron bebas (PEB) jadi total ada 6 pasangan elektron yang terdapat pada
XeF4, hal ini menandakan bahwa geometri molekul atau kerangka dasar molekul XeF4
adalah oktahedral. Karena terdapat 2 PEB maka PEB ini masing masing akan
menempati posisi aksial pada kerangka oktahedral, sedangkan PET akan menempati
posisi ekuatorial. Posisi inilah posisi yang stabil apabila terdapat atom dengan 4 PET
dan 2 PEB sehingga menghasilkan bentuk molekul yang disebut segiempat planar. Jadi
bentul molekul XeF2 adalah segiempat planar.(lihat gambar

dibawah).

Bentuk molekul akan sama dengan susunan ruang elektron yang ada pada atom pusat
jika tidak pasangan elektron bebas.

Perhatikan gambar berbagai bentuk molekul berikut ini !

X : atom pusat

E : pasangan elektron bebas

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 52


Teori Hibridisasi - Hibridisasi tidak hanya menyangkut tingkat energi, tetapi juga
bentuk orbital gambar. Berdasarkan teori Hibridisasi, sebagai contoh C dengan 4
orbital hibrida sp3 (peletakan angka tiga merupakan pangkat dari sp), dapat
membentuk 4 ikatan kovalen yang equivalen. Jadi, hibridisasi adalah peleburan
orbital-orbital dari tingkat energi yang berbeda menjadi orbital-orbital yang setingkat.

Contoh Berbagai Macam Hibridisasi


Jumlah orbital hibrida (hasil hibridisasi) sama dengan jumlah orbital yang terlihat
pada hibridasi itu. Berbagai tipe hibridisasi disajikan dalam tabel berikut:

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 53


Namun Teori Hibridisasi berbeda dengan Teori domain elektron yang dapat
digunakan untuk meramalkan bentuk molekul, tetapi teori ini tidak dapat digunakan
untuk mengetahui penyebab suatu molekul dapat berbentuk seperti itu.

Sebagai contoh, teori domain elektron meramalkan molekul metana (CH4) berbentuk
tetrahedron dengan 4 ikatan C-H yang ekuivalen dan fakta eksperimen juga sesuai
dengan ramalan tersebut, akan tetapi mengapa molekul CH4 dapat berbentuk
tetrahedron?

Pada tingkat dasar, atom C (nomor atom = 6) mempunyai konfigurasi elektron sebagai
berikut.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 54


Dengan konfigurasi elektron seperti itu, atom C hanya dapat membentuk 2 ikatan
kovalen (ingat, hanya elektron tunggal yang dapat dipasangkan untuk membentuk
ikatan kovalen). Oleh karena

ternyata C membentuk 4 ikatan kovalen, dapat dianggap bahwa 1 elektron dari


orbital 2s dipromosikan ke orbital 2p, sehingga C mempunyai 4 elektron tunggal
sebagai berikut.

MENJADI

Namun demikian, keempat elektron tersebut tidaklah ekuivalen dengan satu pada
satu orbital 2s dan tiga pada orbital 2p, sehingga tidak dapat menjelaskan penyebab C
pada CH4 dapat membentuk 4 ikatan ekuivalen yang equivalen. Untuk menjelaskan
hal ini, maka dikatakan bahwa ketika atom karbon membentuk ikatan kovalen
dengan H membentuk CH4, orbital 2s dan ketiga orbital 2p mengalami hibridisasi
membentuk 4 orbital yang setingkat. Orbital hibridanya ditandai dengan sp3
(peletakan angka tiga merupakan pangkat dari sp) untuk menyatakan asalnya, yaitu
satu orbital s dan 3 orbital p.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 55


UNIT III : MOLEKULAR KINETIKA FASA
BAB:

9. GAS

10. LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

11. GAYA ANTAR MOLEKUL

12. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

13. REAKSI REDUKSI-OKSIDASI

14. KOLOID

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 56


BAB 9

GAS

Avogadro menyatakan bahwa volume setiap mol gas pada suhu 0°C (273K) dan tekanan 1
atm (76cmHg) mempunyai volume 22,4 liter sehingga kondisi tersebut dinamakan
sebagai keadaan standar/STP (Standard Temperature and Pressure) yang dituliskan
dengan (0°𝐶, 1 atm).

V = n x 22,4 Ket:
V = volume gas (STP)
𝑽
n= n = mol unsur/senyawa
𝟐𝟐,𝟒

Volume gas keadaan tidak STP sebagai berikut:

PV = nRT

Keterangan :

P = tekanan gas (atm)


V = volume gas (liter)
n = mol gas (mol)
R = tetapan gas (0,082 L atm/K)

Hubungan Dalam Konsep Mol

:L x Ar atau Mr
Jumlah Partikel (N) Mol (n) Massa (m)
xL : Ar atau Mr

:22,4 x 22,4

Volume Gas STP (V)

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 57


BAB 10

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

Larutan = Istilah yang lazim digunakan untuk menyatakan suatu bentuk campuran zat
yang homogen.

Suatu larutan terdiri atas zat pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Dalam larutan
tidak dapat membedakan lagi partikel zat pelarut dan zat terlarut. Pelarut merupakan
komponen dengan jumlah banyak, sedangkan zat terlarut jumlahnya kecil. Larutan dapat
bersifat sebagai penghantar arus listrik, khususnya larutan dalam wujud cair dengan
pelarut air.

Larutan umumnya bersifat cair (liquid = l) dengan pelarut air, tetapi ada juga yang
berfase padat (solid = s) seperti kuningan,stainless steel dll, ataupun gas (g) seperti udara.

Berdasarkan hal tersebut daya hantar listriknya larutan diklasifikasi sebagai berikut:

LARUTAN :

1. LARUTAN ELEKTROLIT = LARUTAN ELEKTROLIT KUAT & LARUTAN


ELEKTROLIT LEMAH
2. LARUTAN NONELEKTROLIT

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Hal tersebut
disebabkan adanya ion-ion positif dan ion-ion negatif yang berasal dari senyawa
elektrolit yang terurai dalam larutan.semakin banyak jumlah ion semakin kuat daya
hantarnya.

Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat mnghantarkan arus listik yang
dikarenakan zat-zat tersebut tetap berwujud molekul atau tidak terurai menjadi ion-ion
yang tidak bermuatan listrik.

Senyawa kovalen non-polar biasanya bersifat non-elektrolit. Molekul air bermuatan


netral tetapi mempunyai ujung positif (H) dan ujung negatif (O) sehingga sangat efektif
melarutkan senyawa ionik atau senyawa kovalen polar. Molekul-molekul air
menstabilkan ion-on dalam larutan dengan mengelilingi ion-ion tersebut, sehingga
kation tidak bergabung kembali dengan anion. Proses dimana sebuah ion dikelilingi
oleh molekul-molekul air yang tersusun dalam keadaan tertentu disebut hidrasi.
𝒂𝒊𝒓
NaCl(s) → Na+ (aq) + Cl- (aq)

Suatu zat yang mempunyai daya hantar listrik kuat termasuk elektrolit kuat dan zat
yang daya listriknya lemah termasuk elektrolit lemah.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 58


Contoh elektrolit kuat:

Asam kuat (HCl,HBr,HI,H2SO4,HNO3 )

Basa kuat (NaOH,KOH,LiOH,Ca(OH)2, Ba(OH)2)

Asam –asam oksihalogen (HClO,HIO,HClO3,HIO4)

Garam (NaCl,KCl,CaCl2).

Larutan –larutan tersebut terdisoisasi sempurna dalam air (𝛼 = 1), sehingga semua
molekul terdisosiasi dan tidak ada molekul tersisa dalam larutan.

Berbeda dengan larutan elektrolit lemah yang terionisasi sebagian ( 0 < α < 1 ),
dalam larutan sebagian membentuk ion-ion sebagian lagi masih dalam bentuk molekul.

Senyawa yang dalam larutannya dapat menghantarkan arus listrik berupa senyawa
ion dan senyawa kovalen polar karena senyawa-senyawa tersebut dapat terionisasi saat
dilarutkan dalam air.

1. Senyawa Ion
Senyawa ion tersusun yang bentuknya padat dan kering . ion-ion penyusun
senyawa ion dalam pelarutnya akan bergerak bebas sehingga larutan ion dapat
menghantarkan arus listrik. Senyawa ion dalam bentuk kristal ,ion-ionnya tidak
dapat bergerak bebas sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik.

Contoh senyawa NaCl bila dilarutkan dalam air maka akan terionisasi sesuai
dengan persamaan:
𝒂𝒊𝒓
NaCl(s) → Na+ (aq) + Cl- (aq)

Semua senyawa ion yang larut dalam air tergolong elektrolit kuat.

2. Senyawa Kovalen Polar


Senyawa kovalen polar adalah senyawa apabila dilarutkan dalam air akan
terurai menjadi ion-ion .

Contoh : asam klorida (HCl)


HCl pada suhu biasa berwujud gas dan sama sekali tidak mengandung ion.
Ketika HCl dilarutkan ke dalam air , terjadi pembentukan ion H+ dan Cl-

𝒂𝒊𝒓
HCl(g) → H+ (aq) + Cl- (aq)

Beberapa senyawa kovalen polar dapat berionisasi etepi tidak sempurna ( sedikit
ion ) , maka larutan tergolong elektrolit lemah.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 59


Contoh dalam cuka mengandung asam asetat (CH3COOH) yang terionisasi sebagian:

CH3COOH(aq) CH3COOH-(aq) + H+(aq)

Larutan non elektrolit tidak dapat terionisasi (𝛼 = 0) sehingga tidak ada ion dalam
larutan tetapi semua dalam bentuk molekul. Contoh larutan non-elektroit adalah
larutan urea dan larutan glukosa.

Secara kuantitatif, kuat lemahnya larutan elektrolit dapat diukur dari α = derajat
disoisasi (untuk senyawa ion)/derajat ionisasi (untuk senyawa kovalen polar).

Perbedaan larutan elektrolit kuat ,elektrolit lemah, dan nonelektrolit

Jenis Larutan Jenis Zat Terlarut Tes Nyala Lampu Tes Elektrode
Elektrolit Kuat Senyawa ion Terang Tebentuk banyak
(lelehan dan gelembung gas
larutan) dan
senyawa koalen
polar (larutan) yang
terionisasi
sempurna (α=1).
Elektrolit Lemah Senyawa kovalen Redup Terbentuk sedikit
polar yang gelembung gas
terionisasi sebagian
(0 < α < 1).
Nonelektrolit Senyawa kovalen Tidak menyala Tidak terbentuk
nonpolar yang tidak gelembung gas
terionisasi ( α = 0 ).

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 60


BAB 11
GAYA ANTAR MOLEKUL
Gaya Antar Molekul
Gaya antar molekul adalah gaya tarik-menarik antar molekul yang saling berdekatan.
Gaya antar molekul berbeda dengan ikatan kimia. Ikatan kimia, seperti ikatan ionik,
kovalen, dan logam, semuanya adalah ikatan antar atom dalam membentuk molekul.
Sedangkan gaya antar molekul adalah gaya tarik antar molekul.

Dipol
Dipol adalah singkatan dari di polar, yang artinya 2 kutub. Senyawa yang memiliki
dipol adalah senyawa yang memiliki kutub positif (δ+) di satu sisi, dan kutub negatif
(δ-) di sisi yang lain. Senyawa yang memiliki dipol biasa disebut sebagai senyawa
polar. Senyawa polar terbentuk melalui ikatan kovalen polar. Perlu diperhatikan
bahwa dipol berbeda dengan ion. Kekuatan listrik yang dimiliki dipol lebih lemah
dibanding kekuatan listrik ion. Ion terdapat pada senyawa ionik, dimana molekul
terbagi menjadi 2, yaitu ion positif/kation dan ion negatif/anion.

Perbedaan antara ion dan dipol :


Pada senyawa ion, molekul terbagi (bisa juga dikatakan terbelah) menjadi 2 bagian.
Jadi, ion positif dan ion negatif sebenarnya terpisah. Mereka bersatu hanya karena
adanya gaya tarik- menarik antar ion positif dan negatif (gaya coulomb).
Pada senyawa polar, tidak terjadi pemisahan. Molekul merupakan satu kesatuan.
Hanya saja pada satu sisi/tepi terdapat kutub positif (δ+) dan di sisi/tepi yang lain
terdapat kutub
negatif (δ-).
Untuk senyawa non polar, sama sekali tidak ada muatan listrik yang terkandung.
Untuk mempelajari bagaimana dipol terbentuk, silakan tengok kembali materi ikatan
kovalen polar.

Ada tiga macam gaya antar molekul, yaitu :


1. Gaya London
Gaya London merupakan gaya antar dipol sesaat pada molekul non polar. Gaya
London dapat terjadi pada gas mulia yang mempunyai keelektronegatifan nol. Seperti
yang diketahui, molekul non polar seharusnya tidak mempunyai kutub/polar (sesuai
dengan namanya).
Namun, karena adanya pergerakan elektron mengelilingi atom/molekul, maka ada
saat-saat tertentu dimana elektron akan "berkumpul" (terkonsentrasi) di salah satu
ujung/tepi molekul, sedang di tepi yang lain elektronnya "kosong". Hal ini membuat
molekul tersebut "tiba-tiba" memiliki dipol, yang disebut dipol sesaat. Munculnya
dipol ini akan menginduksi dipol tetangga disebelahnya. Ikatan dipol sangat lemah,
tetapi iaktannya akan bertambah kuat dengan bertambahnya elektron, sehingga titik
didih makin tinggi. Contohnya pada Neon, dimana gas neon bisa dicairkan.
Kekuatan gaya London bergantung pada beberapa faktor, antara lain :
a. Kerumitan Molekul

• Lebih banyak terdapat interaksipada molekul kompleks dari molekul


sederhana, sehingga Gaya London lebih besar dibandingkan molekul
sederhana.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 61


• Makin besar Mr makin kuat Gaya London.

b. Ukuran Molekul

• Molekul yang lebih besar mempunyai tarikan lebih besar dari pada molekul
berukuran kecil. Sehingga mudah terjadi kutub listrik sesaat yang
menimbulkan Gaya London besar.
• Dalam satu golongan dari atas ke bawah, ukurannya bertambah besar,
sehingga gaya londonnya juga semakin besar.

2. Gaya Van der Waals (gaya tarik antara dipol-dipol)


Gaya Van der Waals merupakan gaya tarik antar dipol pada molekul polar (molekul
yang mempunyai perbedaan keelektronegatifan yang sangat kecil). Gaya ini sangat
lemah, maka zat yang mempunyai ikatan Van der Waals akan mempunyai titik didih
yang sangat rendah dan bersifat permanen sehingga lebih kuat dari gaya London.
Molekul polar memiliki ujung- ujung yang muatannya berlawanan. Ketika
dikumpulkan, maka molekul polar akan mengatur dirinya (membentuk formasi)
sedemikian hingga ujung yang bermuatan positif akan berdekatan dengan ujung yang
bermuatan negatif dari molekul lain. Tapi tentu saja formasinya tidak statis/tetap.
Kenapa? Karena sebenarnya molekul selalu bergerak dan bertumbukan/tabrakan.
Catatan:
Molekul/atom/zat akan diam tak bergerak jika energi kinetiknya = 0 (nol).
Keadaan ini disebut keadaan diam mutlak, dicapai jika benda berada pada suhu
00K (-2730C)

Gaya Van der Waals diperlihatkan dengan garis merah (putus-putus). Kekuatan gaya
tarik antara dipol ini biasanya lebih lemah dari kekuatan ikatan ionik atau kovalen
(kekuatannya hanya 1% dari ikatan). Kekuatannya juga akan berkurang dengan cepat
bila jarak antar dipol makin besar. Jadi gaya Van der Waaals suatu molekul akan lebih
kuat pada fase padat dibanding cair dan gas.
Gaya van der Waals Gaya Van der Waals terdapat pada senyawa Hidrokarbon
contohnya pada CH4. Senyawa-senyawa yang mempunyai ikatan Van der Waals akan
mempunyai titik didih yang sangat rendah, tetapi dengan bertambahnya Mr ikatan
akan makin kuat sehingga titik didih lebih tinggi.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 62


3. Ikatan Hidrogen
Ikatan Hidrogen adalah ikatan yang terjadi antara atom Hidrogen (H) dengan atom
yang keelektronegatifannya tinggi seperti nitrogen (N), oksigen (O), fluor (F) baik
antar molekul/inter molekul. Kutub positif pada kedudukan H berikatan dengan
kutub negatif pada kedudukan atom yang keelektronegatifannya besar seperti N, O, F.
Gaya tarik dipol yang kuat terjadi antara molekul-molekul tersebut. Gaya tarik antar
molekul yang terjadi memiliki kekuatan 5 sampai 10% dari ikatan kovalen.

Gambaran ikatan hidrogen dapat dilihat pada gambar berikut:

Ikatan hidrogen diperlihatkan pada garis merah (putus-putus). Meskipun tidak


terlalu kuat, ikatan hidrogen tersebar diseluruh molekul. Inilah sebabnya air (H2O)
memiliki titik
didih yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan senyawa lain dengan berat
molekul (Mr) yang hampir sama. Sebut misalnya CO2 (Mr=48) dalam suhu kamar
sudah
berwujud gas, sedangkan air (H2O) dengan berat molekul lebih kecil (Mr=18) pada
suhu kamar (20 0C) masih berada pada fase cair. Ikatan hydrogen jauh lebih kuat
dari pada gaya
Van der Waals, sehingga zat yang mempunyai ikatan Hidrogen mempunyai titik cair
dan titik didih yang relatif tinggi.
Karena kekuatan ikatan Hidrogen lebih besar dibanding gaya Van der Waals, maka
ikatan hidrogen akan lebih dominan mempengaruhi sifat fisik air. Apabila sebuah
molekul memiliki lebih dari satu jenis gaya antar molekul, maka penentuan jenis gaya
yang terjadi dalam molekul tersebut dipilih berdasarkan gaya yang dominan/lebih
kuat.

Jenis gaya antar molekul

1. Gaya elektrostatik
Gaya ini merupakan gaya yang terkuat. Terjadi antara molekul-
molekul yang memiliki ikatan ionik.
Contoh: NaCl, CaBr2, dll.
Akibat gaya ini, seluruh senyawa dengan ikatan ionik memiliki titik didih yang
tinggi.
2. Ikatan hidrogen
Gaya ini menempati urutan kekuatan ke-2. Terjadi jika dalam molekul terdapat

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 63


ikatan: H - N, atau
H - O,
atau H -
F
Contoh: H2O.
Gaya inilah yang menyebabkan air (H2O) memiliki titik didih yang relatif
tinggi.
3. Gaya Van der Waals
Gaya ini menempati urutan kekuatan ke-3. Dalam tutorial ini kita akan
membatasi gaya Van der Waals sebagai gaya yang terjadi antara molekul-
molekul dengan ikatan kovalen dan bersifat polar. CO, HBr, dll.
Gaya ini kurang mempengaruhi peningkatan titik didih suatu zat.
4. Gaya London
Gaya ini merupakan gaya yang terlemah. Terjadi antara molekul-molekul
yang memiliki ikatan kovalen dan (secara keseluruhan) bersifat non-polar.
Pada teknisnya, senyawa nonpolar dapat membentuk dipol sesaat yang
"muncul-hilang" secara terus- menerus.
Contoh: CCl4, CO2, dll.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 64


BAB 12

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Hal yang perlu direview yaitu tentang konsentrasi : molalitas (m), molaritas (M) ,
fraksi ( X) , persen massa (%m) , persen volume (%V)

Rumus umum Sifat Koligatif Larutan:

1. Penurunan Tekanan Uap (∆𝑃) : X terlarut . P° atau P° - P


2. Tekanan Uap Larutan (P) : X pelarut . P°
3. Kenaikan Titik Didih (∆𝑇𝑏) : m . Kb . i atau Tb- Tb°
4. Penurunan Titik Beku (∆Tf) : m . Kf . i atau Tf° - Tf
5. Tekanan Osmosis (𝜋) = 𝑴. 𝑹. 𝑻. 𝒊

Dimana :

𝑖 = 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑉𝑎𝑛𝑡 𝐻𝑜𝑓𝑓 ∶ 1 + (𝑛 − 1)𝛼

o n adalah jumlah ion


o 𝛼 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑖𝑜𝑛𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖

𝑃° = 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑢𝑎𝑝 𝑎𝑖𝑟

𝑇𝑏° = 𝑇𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑑𝑖𝑑𝑖ℎ 𝑎𝑖𝑟

𝑇𝑓° = 𝑇𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑏𝑒𝑘𝑢 𝑎𝑖𝑟

Contoh :

Diketahui :

Massa gula = 64,8 gr (Mr= 342 gr/mol)

Massa Air = 250 gr = 0,25 kg

Kb = 0,52

Kf = 1,86

Ditanya :

a. Tb
b. Tf
c. 𝜋

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 65


Jawab:

Cari mol :

Mol Gula : 68,4/342 = 0,2 mol

Maka molalitas = mol/kg = 0,2 mol / 0,25 kg = 0,8

a. Tb = ∆𝑇𝑏 + 𝑇𝑏°

∆𝑇𝑏 = m . Kb . i

Karena urea non polar maka 𝛼 = 0 , maka i = 1

Sehingga : ∆𝑇𝑏 = 0,8 . 0,52 . 1 = 0,416

Tb = ∆𝑇𝑏 + 𝑇𝑏° = 100 + 0,416 = 100,416 ℃

b. Tf = Tf° − ∆𝑇𝑓 = 0 – (m . Kf. I) = 0 – ( 0,8 . 1,86. 1 ) = - 1,488℃


𝑔𝑟
c. 𝜌 𝑎𝑖𝑟 = 1 𝑚𝑙
Maka volume air = 250 gr x 1 ml/gr = 250 ml = 0,25 L
T = 300 K
R = 0,082
𝜋 = 𝑀. 𝑅. 𝑇. 𝑖 = 0,8 .0,082 .300 .1 = 19,68 𝑎𝑡𝑚

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 66


BAB 13

REAKSI REDUKSI OKSIDASI

Definisi Reaksi Oksidasi & Reduksi

Perkaratan pada logam,pembakaran,pembusukan oleh mikroba,fotosintesis pada


tumbuhan, & metabolisme di dalam tubuh merupakan sebagian contoh-contoh reaksi
oksidasi dan reduksi.

KONSEP REAKSI REDUKSI-OKSIDASI

1.Konsep Redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen.

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi pada mulanya ditinjau dari penggabungan dan
pelepasan oksigen.

Reaksi Oksidasi didefinisikan sebagai reaksi penggabungan/pengikatan suatu zat


dengan oksigen.

Reaksi Reduksi didefinisikan sebagai reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat.

Contoh reaksi oksidasi:

a. C(s) + O2(g) → CO2(g)


b. 4 Fe(s) + 3O2(g) → 2 Fe2O3(s)

Contoh reaksi reduksi:

a. 2 SO3(g) → 2 SO2(g) + O2(g)


b. 2 KClO3(s) → 2 KCl(s) + 3 O2(g)

Contoh reaksi redoks:

a. 2KClO3 + 3S → 2KCl + 3SO4


b. Cr2O3 + 2Al → 2Cr + Al2O3
Oksidator Reduktor Hasil Hasil
Reduksi Oksidasi

Reduksi
Oksidasi

2.Konsep Redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan elektron.

Oksidasi = pelepasan elektron.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 67


Reduksi = pengikatan elektron.

Contoh reaksi oksidasi:

Pembentukan ion Na+ = Na(s) → Na+ (aq) + e-

Contoh reaksi reduksi:

Pembentukan ion S2- = S(s) + 2e - → S-2(aq)

Contoh reaksi redoks:

Pembentukan Natrium Sulfida (Na2S).

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi dimana oksidasi dan reduksi terjadi
bersamaan.

Berikut contoh pembentukan Na2S :

Pada reaksi ini terdiri dari 2 unsur yakni Natrium (N) dan Sulfur (S) terbentuklah
Na2S(s)

Step 1:

Cari reaksi oksidasi = Na(s) → Na+(aq) + e-

Step 2:

Cari reaksi reduksi = S(s) + 2e- → S2- (aq)

Step 3:

Cari reaksi redoks :

Reaksi Oksidasi = Na(s) → Na+(aq) + e-

Reaksi Reduksi = S(s) + 2e- → S2- (aq)

Agar jumlah elektron setara maka persamaan 1 dikalikan 2 sehingga menjadi:

Reaksi Oksidasi = 2 Na(s) → 2 Na+(aq) + 2 e-

Reaksi Reduksi = S(s) + 2e - → S2- (aq) +

Reaksi Redoks = 2 Na (s) + S (s) → Na2S (s)

3.Konsep Redoks berdasarkan perubahan bilangan oksidasi.

Bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi adalah nilai muatan (dapat berharga positif
atau negatif) dari atom dalam pembentukan suatu molekul atau ion. Bilangan oksidasi
merupkan suatu bilangan yang diberikan pada suatu unsur menurut aturan-aturan
tertentu untuk menyatakan keteroksidasian atau tingkat kereduksian.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 68


Bilangan Oksidasi lazim disingkat biloks atau b.o

Oksidasi = Pertambahan biloks.

Reduksi = Perununan biloks.

ATURAN BILANGAN OKSIDASI:

1. Unsur bebas mempunyai bilangan oksidasi = 0


Contoh: bilangan oksidasi H,N berturut-turut dalam H2,N2 adalah 0.
2. Fluorin unsur yang paling elektronegatif dan membutuhkan tambahan 1 elektron,
mempunyai bilangan oksidasi -1 pada semua senyawanya.
3. Bilangan oksidasi logam selalu bertanda positif. Bilangan okidasi beberapa unsur
logam adalah sebagai berikut:
Golongan IA (logam alkali) : Li,Na,K,Rb,Cs = +1
Golongan IIA (logam alkali tanah) : Be,Mg,Ca,Sr,Ba = +2
Al = +3 Fe = +2 dan +3
Zn = +2 Hg = +1 dan +2
Ag = +1 Cu = +1 dan +2
Sn = +2 dan +4 Au = +1 dan +3
Pb = +2 dan +4 Pt = +2 dan +4
4. Bilangan oksidasi pada ion tunggal sama dengan muatannya.
Contoh: biloks pada Fe+3 = +3
5. Bilangan oksidasi H umumnya = +1 , kecuali dalam senyawa hidrida maka
biloksnya = -1.
Contoh: Bilangan oksidasi H dalam HCl,H2O,NH3 = +1
Bilangan oksidasi H dalam NaH,BaH2 = -1
6. Bilangan oksidasi O umumnya = -2
Contoh: biloks pada H2O = -2
Kecuali:
a. Dalam F2O biloks O = +2
b. Dalam peroksida biloks O = -1
c. Dalam superoksida biloks O = -1/2
7. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam senyawa = 0
Contoh : H2S
Jumlah biloks = ((2 x biloks H) + (1 x biloks S))
0 = (( 2 x +1) + (1 x biloks S))
0 = +2 + ( 1 x biloks S )
Biloks S = +2
8. Unsur nonlogam umumnya mempunyai biloks negatif.
Contoh:
1) Golongan VII A (F,Cl,Br,I) = -1
2) Golongan VI A (O,S,Se,Te) = -2

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 69


9. Jumlah biloks unsur ion sama dengan muatannya.
Contoh:
Biloks S dalam SO4 2-
Biloks O = -2
Jumlah biloks = (( 1 x biloks S ) + ( 4 x -2 ))
-2 = ((1 x biloks S ) + (-8)
Biloks S = -6

Contoh reaksi redoks :

0 +1 +2 0

Zn(s) + 2 HCl(aq) → ZnCl2 (aq) + H2 (g) MENGALAMI

Biloks meningkat REAKSI REDOKS

Biloks menurun

Reaksi Reaksi

Oksidasi Reduksi

MENYETARAKAN REAKSI REDUKSI OKSIDASI

Menyetarakan reaksi redoks :


A. Metode Biloks
B. Metode setengah reaksi / ion electron

A.Metode Bilangan oksidasi


Langkah-langkah:
1. Setarakan jumlah atom yang biloksnya berubah dengan menambahkan angka
koefisien.
2. Setarakan jumlah elektron (selisih total biloks) dengan menambahkan angka
koefisien.
3. Setarakan jumlah muatan dengan menambahkan H+(suasana asam) atau OH-
(suasana basa) secukupnya.
4. Setarakan jumlah atom H dengan menambahkan H2O secukupnya.
Contoh :
Cr2O72- + SO2 → Cr3+ + HSO4-
Langkah 1 : Cr2O72- + SO2→ 2 Cr3+ + HSO4-
Langkah 2 : Cr2O72- + 3 SO2→ 2 Cr3+ + 3HSO4-
Langkah 3 : Jumlah muatan ruas kiri = -2 ( 1 x 2- )
Jumlah muatan ruas kanan = +3 ( 2 x 3+ ) + ( 3 x 1- )
Jadi ruas kiri ditambah 5 H+, karena suasana asam.
Cr2O72- + 3 SO2 + 5 H+→ 2 Cr3+ + 3HSO4-

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 70


Langkah 4 : Untuk menyamakan jumlah atom H ruas kanan ditambah H2O
Cr2O72- + 3SO2 + 5H+ → 2Cr3+ + 3HSO4- + H2O

B. Metode setengah reaksi / ion elektron


Langkah-langkah :
1. Tuliskan setengah reaksi oksidasi dan setengah reaksi reduksi.
2. Setarakan atom yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
Setarakan jumlah atom O dengan menambahkan H2O.
Setarakan jumlah atom H dengan menambahkan ion H+.
3. Setarakan jumlah muatan dengan menambahkan elektron.
4. Setarakan jumlah elektron dari reaksi setengah oksidasi dan setengah reduksi.
5. Untuk suasana basa, hilangkan ion H+ dengan menambahkan ion OH- pada kedua
ruas masing-masing sejumlah ion H+ yang ada.

Contoh : Al + NO3- → AlO2- + NH3


0 +5-2 +3-2 -3+1
Langkah 1 : Oksidasi : Al → AlO2-
Reduksi : NO3- → NH3
Langkah 2 : Atom yang biloksnya berubah sudah setara.
Oksidasi : Al + 2 H2O → AlO2- + 4H+
Reduksi : NO3- + 9 H+ → NH3 + 3 H2O
Langkah 3 : Oksidasi : Al + 2 H2O → AlO2- + 4H+ + 3e
Reduksi : NO3- +9 H+ + 8e → NH3 + 3 H2O
Langkah 4 : Oksidasi : Al + 2 H2O → AlO2- + 4H+ + 3e )x8
Reduksi : NO3- +9 H+ + 8e → NH3 + 3 H2O ) x 3
Oksidasi : 8Al + 16 H2O → 8 AlO2- + 32H+ + 24e
Reduksi : 3NO3- +27 H+ + 24e → 3NH3 + 9 H2O
Oksidasi : 8Al + 16 H2O → 8 AlO2- + 5H+
Reduksi : 3NO3- → 3NH3 + 9 H2O
Kedua reaksi jika dijumlahkan akan diperoleh :
8 Al +16 H2O + 3NO3- → 8 AlO2- + 5 H+ + 3 NH3 + 9 H2O
Langkah 5 :
8 Al +16 H2O + 3NO3- + 5 OH- → 8 AlO2- + 5 H+ + 3 NH3 + 9 H2O +5 OH-
8 Al +16 H2O + 3NO3- + 5 OH- → 8 AlO2- + 3 NH3 + 14H2O
8 Al + 2 H2O + 5 OH- + NO3-→ 8 AlO2- + 3 NH3

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 71


BAB 14

SISTEM KOLOID

SISTEM KOLOID
Koloid berasal dari bahasa Yunani, dari kata “ kolla “ dan “ oid “. Kolla berarti lem,
sedangkan oid berarti seperti/mirip. Istilah koloid diperkenalkan pertama kali oleh
Thomas Graham pada tahun 1861 berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang
merupakan kristal tetapi sukar mengalami difusi. Padahal umumnya kristal mudah
mengalami difusi.

KOMPONEN KOLOID

Mediu
Fase
N m
Terdisp Nama Koloid Contoh
o Pendis
ersi
persi

Gelas berwarna,intan hitam,mutiara,paduan


1 Padat Sol Padat
logam,baja,permata,perunggu

Padat Tinta,cat,sol emas,sol belerang,lem cair,pati dalam


2 Cair Sol
air,protoplasma,air lumpur

3 Gas Aerosol Padat Asap,debu di udara,buangan knalpot

Emulsi Padat Jeli,mutiara,keju,mentega,selai,nasi,agar-


4 Padat
( Gel ) agar,lateks,lem padat,semir padat
Cair
5 Cair Emulsi Susu,santan,minyak ikan,es krim,mayones

6 Gas Aerosol Cair Kabut,awan,obat semprot,hair spray

Buih / busa Karet busa,batu


7 Padat
Gas Padat apung,stirofoam,lava,biskuit,kerupuk

8 Cair Buih / busa Busa sabun,krim kopi,pasta,ombak,krim kocok

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 72


SIFAT-SIFAT KOLOID :

Beberapa sifat koloid diantaranya adalah :

1. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya yang disebabkan oleh partikel-
partikel koloid. Pertama kali dikemukakan oleh John Tyndall ( 1820-1893 ),
seorang fisikawan Inggris; setelah mengamati seberkas cahaya putih yang
dilewatkan pada sistem koloid.

Gambar : John Tyndall Gambar : Efek Tyndal Pada Koloid

Contoh peristiwa efek Tyndall :

o Sorot lampu mobil pada malam hari yang berdebu, berasap, atau berkabut akan
tampak jelas.
o Berkas sinar matahari yang melalui celah daun pada pagi hari yang berkabut,
akan tampak jelas.
o Terjadinya warna biru di langit pada siang hari dan warna jingga atau merah di
langit pada saat matahari terbenam.
2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak atau gerak zig-zag yang dilakukan oleh partikel-
partikel koloid. Pertama kali disampaikan oleh Robert Brown ( 1827 ), seorang ahli
biologi dari Inggris. Dia mengamati pergerakan tepung sari yang terus-menerus di
dalam air melalui mikroskop ultra.

Gerakan ini dapat terjadi karena disebabkan oleh adanya tumbukan antara
partikel-partikel pendispersi terhadap partikel-partikel zat terdispersi, sehingga
partikel-partikel zat terdispersi akan terlontar .Peristiwa tersebut akan terus
berulang dan hal itu dapat terjadi karena ukuran partikel terdispersi yang relatif
lebih besar dibandingkan dengan ukuran partikel pendispersinya.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 73


Gambar : Robert Brown Gambar : Gerak Brown

Gerak Brown dipengaruhi oleh ukuran partikel dan suhu.

• Semakin kecil ukuran partikel-partikel koloid, gerak Brown akan semakin cepat,
dan sebaliknya.
• Semakin tinggi suhu koloid, gerak Brown akan semakin cepat; dan sebaliknya.

3. Muatan Koloid
Partikel-partikel koloid bermuatan listrik, ada yang positif dan ada yang negatif.

Adanya muatan listrik pada partikel-partikel koloid tersebut dapat dijelaskan


dengan beberapa peristiwa yaitu :

a. Elektroforesis.
Elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid karena pengaruh
medan listrik.

Jika ke dalam sistem koloid dimasukkan 2 batang elektrode kemudian


dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke
salah 1 elektrode; bergantung pada jenis muatannya.

Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode ( elektrode positif ) sedangkan


koloid yang bermuatan positif akan bergerak ke katode ( elektrode negatif ).

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 74


Gambar: Peristiwa elektroforesis pada koloid

Jadi, elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.

Contoh penggunaan metode ini adalah :

❖ untuk identifikasi DNA


❖ penyaring debu pada cerobong asap pabrik ( = disebut pesawat Cottrel ).

b. Adsorpsi.
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan spesi ( muatan listrik atau ion dan
molekul netral ) oleh permukaan partikel koloid. Peristiwa ini terjadi karena
adanya gaya tarik molekul, atom atau ion pada permukaan adsorben ( koloid ).
Kemampuan menarik / menyerap ini disebabkan juga karena adanya tegangan
permukaan koloid yang cukup tinggi, sehingga jika ada partikel / spesi yang
menempel akan cenderung dipertahankan pada permukaannya.

Contoh :

Sol Fe(OH)3 ( netral ) dalam air akan mengadsorpsi ion positif ( kation ),
sehingga menjadi bermuatan positif.

Sol As2S3 ( netral ) akan mengadsorpsi ion negatif ( anion ), sehingga menjadi
bermuatan negatif.

Gambar : Adsorpsi Koloid

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 75


Muatan koloid juga merupakan faktor yang menstabilkan koloid selain gerak
Brown. Oleh karena bermuatan sejenis, maka partikel-partikel koloid akan saling
tolak-menolak sehingga terhindar dari pengelompokan / penggumpalan antar
sesama partikel koloid tersebut ( sehingga tidak terjadi peristiwa pengendapan ).

Contoh penggunaan sifat adsorpsi dari koloid :

a. Pemutihan gula tebu.


b. Penyembuhan sakit perut yang disebabkan oleh bakteri patogen dengan
serbuk karbon aktif atau norit.
c. Pewarnaan tekstil.
d. Penjernihan air.
e. Adsorpsi gas oleh zat padat ( misalnya pada masker gas yang berisi arang
halus ).
c. Koagulasi.
Disebut juga dengan istilah penggumpalan. Adalah peristiwa pengendapan
partikel-partikel koloid sehingga fase terdispersi terpisah dari medium
pendispersinya. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit dapat dijelaskan
sebagai berikut :

✓ Koloid bermuatan negatif akan menarik kation, sedangkan koloid yang


bermuatan positif akan menarik anion. Ion-ion tersebut akan membentuk
selubung lapisan ke-2. Jika selubung lapisan ke-2 tersebut terlalu dekat, maka
selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi.
✓ Semakin besar muatan ion, semakin kuat gaya tarik-menariknya dengan
partikel koloid, sehingga semakin cepat terjadi koagulasi.

Gambar: Koagulasi Fe( OH)2

Contoh proses-proses yang memanfaatkan sifat koagulasi dari koloid :

a. Pengolahan karet dari bahan mentahnya ( lateks ) dengan koagulan berupa


asam format.
b. Proses penjernihan air dengan menambahkan tawas.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 76


Tawas aluminium sulfat (mengandung ion Al3+) dapat digunakan untuk
menggumpalkan lumpur koloid atau sol tanah liat dalam air (yang bermuatan
negatif).

c. Proses terbentuknya delta di muara sungai.


Terjadi karena koloid tanah liat dalam air sungai mengalami koagulasi ketika
bercampur dengan elektrolit dalam air laut.

d. Asap atau debu pabrik dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik (
pesawat Cottrel ).
Metode ini dikembangkan oleh Frederick Cottrel ( 1877 - 1948 ).

e. Proses yang dilakukan oleh ion Al3+ atau Fe3+ pada penetralan partikel
albuminoid yang terdapat dalam darah, mengakibatkan terjadinya koagulasi
sehingga dapat menutupi luka.

d. Koloid Pelindung.
Koloid pelindung adalah koloid yang bersifat melindungi koloid lain agar tidak
mengalami koagulasi. Koloid pelindung akan membentuk lapisan di sekeliling
partikel koloid yang lain. Lapisan ini akan melindungi muatan koloid tersebut
sehingga partikel koloid tidak mudah mengendap atau terpisah dari medium
pendispersinya.

Contohnya :

✓ Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah


pembentukan kristal besar es atau gula.
✓ Zat-zat pengemulsi ( sabun dan deterjen ).
✓ Butiran-butiran halus air dalam margarin distabilkan dengan lesitin.
✓ Partikel-partikel karbon dalam tinta dilindungi dengan larutan gom.
✓ Warna-warna dalam cat distabilkan dengan oksida logam dengan
menambahkan minyak silikon.
✓ Pada industri susu, kasein digunakan untuk melindungi partikel-
partikel minyak atau lemak dalam medium cair.
e. Dialisis.
Kestabilan suatu koloid dapat dipertahankan dengan menambahkan sedikit
elektrolit dengan konsentrasi yang tepat ke dalam koloid tersebut.

Jika konsentrasi elektrolit tidak tepat, justru akan terbentuk ion-ion yang
mengganggu kestabilan koloid. Untuk mencegah adanya ion-ion pengganggu,
dilakukan dengan cara dialisis menggunakan alat yang disebut dialisator.

Pada proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam wadah terbuat dari selaput
semi permeabel (kantong koloid ) dan dicelupkan ke dalam air yang mengalir
terus-menerus.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 77


Selaput semi permeabel adalah selaput yang dapat melewatkan partikel-partikel
kecil ( ion-ion atau molekul sederhana ), tetapi mampu menahan partikel koloid.
Dengan demikian, ion-ion akan keluar dari kantong koloid dan hanyut terbawa
air.

Gambar : Peristiwa Elektrolisis

Contohnya :

o Untuk memurnikan protein dari partikel-partikel lain yang ukurannya lebih


kecil.
o Untuk memisahkan tepung tapioka dari ion-ion sianida.
o Untuk proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal ( blood dialisis ).
o Proses pemisahan hasil metabolisme dari darah oleh ginjal manusia.
Jaringan ginjal bersifat sebagai selaput semi permeabel, yang dapat dilalui
oleh air dan molekul-molekul sederhana (seperti urea), tetapi menahan
butir-butir darah yang merupakan koloid.

4. Koloid Liofil dan Liofob


Koloid yang medium pendispersinya cair, dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob.

a. Koloid liofil adalah suatu koloid yang fase terdispersinya dapat menarik
medium pendispersi yang berupa cairan akibat adanya gaya Van der Waals
atau ikatan hidrogen. Liofil artinya “cinta cairan” (Bahasa Yunani;
lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang setengah padat disebut gel. Contoh
gel antara lain selai dan gelatin.

Jika medium pendispersinya berupa air, maka disebut koloid hidrofil.

b. Koloid liofob adalah suatu koloid yang fase terdispersinya tidak dapat
mengikat atau menarik medium pendispersinya. Liofob berarti takut cairan.
(phobia=takut).
Jika medium pendispersinya berupa air, maka disebut koloid hidrofob.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 78


Perbedaan sifat koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
No Koloid Hidrofil Koloid Hidrofob

1 Stabil Kurang stabil

2 Terdiri atas zat organik Terdiri atas zat anorganik

3 Kekentalannya tinggi Kekentalannya rendah

Sukar diendapkan dengan Mudah diendapkan oleh zat


4
penambahan zat elektrolit elektrolit

5 Kurang menunjukkan gerak Brown Gerak Brown sangat jelas

6 Kurang menunjukkan efek Tyndall Efek Tyndall sangat jelas

Hanya beberapa yang dapat dibuat


7 Dapat dibuat gel
gel

Umumnya dibuat dengan cara Hanya dapat dibuat dengan cara


8
dispersi kondensasi

Partikel terdispersi mengadsorpsi Patikel terdispersi mengadsorpsi


9
molekul ion

10 Reversibel Ireversibel

11 Mengadsorpsi mediumnya Tidak mengadsorspi mediumnya

Contoh : sabun, agar-agar, kanji, Contoh : sol belerang, sol logam,


12
detergen, gelatin sol AgCl

PEMBUATAN KOLOID

Dapat dilakukan dengan 2 cara utama, yaitu :

1. Cara Kondensasi.
Dengan cara ini, partikel larutan sejati ( molekul atau ion ) bergabung membentuk
partikel koloid. Pembuatan koloid dengan cara ini dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu : cara kimia dan fisika.

Cara Kimia.

Adalah cara pembuatan partikel koloid dari partikel larutan sejati melalui reaksi
kimia; meliputi :

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 79


a. Reaksi Hidrolisis.
Adalah reaksi yang terjadi antara garam dengan air.

Contoh : reaksi pembentukan sol Fe(OH)3

FeCl3(aq) + 3 H2O(l) Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)

b. Reaksi Substitusi.
o Pembuatan sol AgCl.
AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)

o Pembuatan sol belerang.


Na2S2O3(aq) + 2 HCl(aq) S(s) + 2 NaCl(aq) + H2SO3(aq)

o Pembuatan sol As2S3


Melalui reaksi dekomposisi rangkap = reaksi pertukaran ion, yaitu reaksi
yang digunakan untuk membuat koloid dari zat-zat yang sukar larut .

2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(g) As2S3(s) + 6 H2O(l)

c. Reaksi Redoks.
Adalah reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi.

▪ Pembuatan sol belerang.


2 H2S(g) + SO2(aq) 3 S(s) + 2 H2O(l)

▪ Pembuatan sol emas.


2 AuCl3(aq) + 3 HCHO(aq) + 3 H2O(l) 2 Au(s) + 6 HCl(aq) + 3 HCOOH(aq)

Cara Fisika.

Adalah cara pembuatan partikel koloid dengan cara mengkondensasikan partikel


melalui :

a. Penggantian Pelarut.
➢ Pembuatan sol belerang.
Sol belerang dalam air dapat dibuat dengan cara melarutkan belerang ke
dalam alkohol hingga larutan menjadi jenuh. Selanjutnya, larutan jenuh
yang terbentuk diteteskan ke dalam air sedikit demi sedikit.

➢ Pembuatan gel kalsium asetat.


Kalsium asetat sukar larut dalam alkohol, tetapi mudah larut dalam air.
Oleh karena itu, gel kalsium asetat dibuat dengan cara melarutkan kalsium
asetat dalam air sehingga membentuk larutan jenuh. Selanjutnya, larutan
jenuh tersebut ditambahkan ke dalam alkohol hingga terbentuk gel.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 80


➢ Pembuatan sol damar.
Damar larut dalam alkohol, tetapi sukar larut dalam air. Mula-mula damar
dilarutkan dalam alkohol hingga diperoleh larutan jenuh. Selanjutnya,
larutan jenuh tersebut ditambah air hingga diperoleh sol damar.

b. Pengembunan Uap.
Sol raksa ( Hg ) dibuat dengan cara menguapkan raksa. Setelah itu, uap raksa
dialirkan melalui air dingin hingga akhirnya diperoleh sol raksa.

a. Cara Dispersi.
Dengan cara ini, partikel koloid diperoleh dengan cara memperkecil ukuran
partikel dari suspensi kasar menjadi partikel berukuran koloid.

Pembuatan koloid dengan cara dispersi, dapat dilakukan melalui beberapa metode
yaitu :

a. Cara Mekanik.
Pembuatan koloid secara mekanik dilakukan dengan cara menggerus /
menghaluskan partikel-partikel kasar menjadi partikel-partikel halus.
Selanjutnya, didispersikan ke dalam medium pendispersi. Pada umumnya ke
dalam sistem koloid yang terbentuk; ditambahkan zat penstabil yang berupa
koloid pelindung. Zat penstabil ini berfungsi untuk mencegah terjadinya
koagulasi.

Contoh :

Sol belerang dapat dibuat dengan cara menggerus serbuk belerang bersama-
sama dengan zat inert ( misalnya gula pasir ) kemudian mencampur serbuk halus
tersebut dengan air.

b. Cara Peptisasi.
Cara peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemecah ( zat pemeptisasi ). Zat
pemeptisasi akan memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.

Istilah peptisasi dihubungkan dengan istilah peptonisasi yaitu proses pemecahan


protein ( polipeptida ) dengan menggunakan enzim pepsin sebagai
katalisatornya.

Contoh :

o Agar-agar dipeptisasi oleh air


o Nitroselulosa oleh aseton
o Karet oleh bensin
o Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S
o Endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 81


c. Cara Busur Bredig.
Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam ( koloid logam ). Logam yang
akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam
medium pendispersi. Kemudian dialiri arus listrik yang cukup kuat sehingga
terjadi loncatan bunga api listrik. Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api
listrik mengakibatkan atom-atom logam akan terlempar ke dalam medium
pendispersi ( air ), lalu atom-atom tersebut akan mengalami kondensasi
sehingga membentuk suatu koloid logam.

Jadi, cara busur Bredig merupakan gabungan antara cara dispersi dan
kondensasi.

Contoh : Pembuatan sol platina dalam sol emas.

d. Cara Homogenisasi.
Adalah suatu cara yang digunakan untuk membuat suatu zat menjadi homogen
dan berukuran partikel koloid.

Cara ini banyak dipakai untuk membuat koloid jenis emulsi, misalnya susu.

Pada pembuatan susu, ukuran partikel lemak pada susu diperkecil hingga
berukuran partikel koloid. Caranya dengan melewatkan zat tersebut melalui
lubang berpori bertekanan tinggi. Jika partikel lemak dengan ukuran partikel
koloid sudah terbentuk, zat tersebut kemudian didispersikan ke dalam medium
pendispersinya.

e. Cara Dispersi dalam Gas.


Pada prinsipnya, cara ini dilakukan dengan menyemprotkan cairan melalui
atomizer.

Menggunakan sprayer pada pembuatan koloid tipe aerosol, misalnya obat asma
semprot, hair spray dan parfum.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 82


KOLOID DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

1. Detergen :

2. Pengolahan Air Bersih


Secara garis besar, pengolahan air secara sederhana dapat dilakukan melalui 3 tahap,
yaitu :

a. Koagulasi.
Koloid yang digunakan untuk menggumpalkan kotoran, yaitu : Al(OH)3 yang bisa
diperoleh dari tawas KAl(SO4)2, aluminium sulfat dan Poly Aluminium Chloride (
PAC = polimer dari AlCl3-AlCl3-AlCl3-..... )

b. Penyaringan.
Bertujuan untuk memisahkan gumpalan kotoran yang dihasilkan dari proses
koagulasi.

Bahan yang dipakai : pasir, kerikil, ijuk.

c. Penambahan Desinfektan.
Bertujuan untuk membunuh kuman-kuman yang terlarut dalam air.

Bahan yang dipakai : kaporit [ Ca (OCl)2 ] atau klorin.

Gambar : Skema Pengolahan Air minum

3. Pemurnian gula

4. Pembentukan delta

5. Penggumpalan darah

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 83


UNIT IV : KIMIA KESETIMBANGAN
BAB:

15. TERMOKIMIA

16. KESETIMBANGAN KIMIA

17. ASAM-BASA

18. KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

19. ELEKTROKIMIA

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 84


BAB 15

TERMOKIMIA

A. ENTALPI DAN PERUBAHAN ENTALPI (∆𝐇)

Entalpi (H) adalah jumlah energi yang dimiliki sistem pada tekanan tetap. Entalpi (H)
dirumuskan sebagai jumlah energi yang terkandung dalam sistem (E) dan kerja (W).
Hukum kekekalan energi menjelaskan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah dari bentuk energi yang satu menjadi bentuk energi
yang lain. Nilai energi suatu materi tidak dapat diukur, yang dapat diukur hanyalah perubahan
energi (∆E). Demikian juga halnya dengan entalpi, entalpi tidak dapat diukur, kita hanya dapat
mengukur perubahan entalpi (∆H).

H = E+W ∆𝑯 = Hp - Hr
✓ W=PxV ✓ ∆𝑯 = perubahan entalpi
✓ E = energi (joule) ✓ 𝑯p = perubahan entalpi
✓ V = volume (liter) ✓ 𝑯r = entalpi reaktan atau pereaksi
✓ W = kerja sistem (joule)
✓ P = tekanan (atm)

a. Bila H produk > H reaktan maka ∆𝑯 bertanda (+), menunjukkan terjadinya


penyerapan kalor dari lingkungan ke sistem.
b. Bila H reaktan> H produk maka ∆𝑯 bertanda (-), menunjukkan terjadinya
pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan.

Kalor Sistem Lingkungan Sistem Kalor

(a) (b)

Pada tekanan tetap, perubahan entalpi (∆H) sama dengan kalor (q) yang diserap atau dilepas (James
E. Brady, 1990).
Macam-macam reaksi kimia berdasarkan kalor yang dibebaskan/kalor yang diserap (Martin S.
Silberberg, 2000):

a. Reaksi kimia yang membutuhkan atau menyerap kalor disebut reaksi endoterm.
Contoh:
Reaksi pemutusan ikatan pada molekul unsur H2 adalah:
H2  2H ∆H = +a kJ
Reaksi endoterm dengan ∆𝐻 bertanda positif (+).

b. Reaksi kimia yang membebaskan kalor disebut reaksi eksoterm.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 85


Contoh:
Reaksi pembentukan ikatan pada molekul unsur H2 adalah:
2H  H2 ∆H = –a kJ
Reaksi eksoterm dengan ∆H bertanda (–).

Diagram entalpi:

∆H reaktan ∆H produk

Entalpi Entalpi

Produk Reaktan

Reaksi Eksoterm ∆H = Hp – Hr = <0 Reaksi Endoterm ∆H = Hp – Hr = >0

Persamaan Termokimia

Persamaan termokimia adalah persamaan reaksi yang menyertakan perubahan


entalpinya (ΔH). Nilai perubahan entalpi yang dituliskan pada persamaan termokimia harus
sesuai dengan stoikiometri reaksi, artinya jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi sama dengan
koefisien reaksinya.

Contoh:
Diketahui persamaan termokimia:
H2(g) + ½ O2(g) ⎯⎯→ H2O(l) ΔH = –285,85 kJ/mol

Artinya, pada pembentukan 1 mol H2O dari gas hidrogen dan gas oksigendibebaskan energi
sebesar 285,85 kJ (reaksi eksoterm).

Perubahan Entalpi Standar (ΔH°)

Perubahan entalpi standar (ΔH°) adalah perubahan entalpi (ΔH) reaksi yang diukur pada
kondisi standar, yaitu pada suhu 298 K dan tekanan 1 atm. Satuan ΔH adalah kJ dan satuan ΔH
molar reaksi adalah kJ/mol (Gillespie dkk).

Entalpi Pembentukan Standar (ΔHf° = Standard Enthalpy of Formation)


Entalpi pembentukan standar adalah ΔH untuk membentuk 1 mol persenyawaan langsung dari
unsur-unsurnya yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atm.

Contoh:
1. H2(g) + ½ O2(g) ⎯⎯→ H2O(l) ΔHf° = –285,85 kJ

Koefisien 1 berarti 1 mol H2O
Artinya, pada pembentukan 1 mol H2O dari unsur hidrogen dan unsur oksigen dibebaskan energi
sebesar 285,85 kJ (tanda negatif pada ΔHf berarti dibebaskan energi atau reaksi eksoterm).
2. 4C(s) + 2 H2(g) ⎯⎯→ 2 C2H2(g) ΔH = + 454 kJ

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 86



Koefisien 2 berarti 2 mol C2H2, maka semua koefisien reaksi dibagi 2
termasuk ΔH

Reaksi menjadi:
2C(s) + H2(g) ⎯⎯→ C2H2(g) ΔH = + 227 kJ
Artinya, pada pembentukan 1 mol C2H2 dari unsur karbon dan unsur hidrogen dibutuhkan panas
sebesar 227 kJ (endoterm).

Hint!!
❖ Unsur-unsur diatomik adalah H2, N2, O2, F2, Cl2, Br2, I2.
Massa 1 mol = Mr zat (satuan gram/mol).
❖ Misal:
✓ Massa 1 mol H2O = Mr H2O = 18 gram/mol
✓ Massa 1 mol CO2 = Mr CO2 = 44 gram/mol
❖ Volume 1 mol zat pada keadaan standar (STP) adalah 22,4 liter/mol.

CONTOH:
➢ Pada pembentukan 22 gram C3H8 (Ar C = 12, H = 1) dibebaskan kalor sebesar 75 kJ.
Tuliskan persamaan termokimia pembentukan C3H8!
Jawab:
• Massa 1 mol C3H8 = Mr C3H8
= (3 × Ar C) + (8 × Ar H)
= (3 × 12) + (8 × 1)
= 36 + 8
= 44 gram/mol
• Banyak mol dari 22 gram C3H8 = massa / Mr = 0,5 mol
• ΔHf° berlaku untuk pembentukan 1 mol zat, maka ΔHf° C3H8 = 1/0,5 × (–75kJ) = –150 kJ
• Persamaan termokimia pembentukan C3H8 adalah:
3 C(s) + 4 H2(g) ⎯⎯→ C3H8(s) ΔHf° = –150 kJ/mol
yang boleh ditulis di sebelah kanan reaksi adalah ΔH untuk 1 mol.

Latihan Soal!!!
1. Diketahui entalpi pembentukan standar (ΔHf°) dari berbagai zat sebagai berikut.
a. H2CO3(l) = –125 kJ/mol
b. Na2SO4(s) = –334 kJ/mol
c. FeCl3(s) = –214 kJ/mol
Tulislah persamaan termokimia reaksi pembentukan zat-zat tersebut!
2. Diketahui persamaan termokimia:
2 C(s) + 8 H2(g) ⎯⎯→ 2 C3H8(s) ΔH = –225 kJ/mol
Tentukan besarnya entalpi pembentukan standar (ΔHf°) C3H8!
3. Pada pembentukan 96 gram Al2(NO3)3 (Ar Al = 27, N = 14, O = 16) dibebaskan kalor sebesar
120 kJ.
a. Tentukan besarnya ΔHf° Al2(NO3)3!
b. Tuliskan persamaan termokimia pembentukan Al2(NO3)3!

Entalpi Penguraian Standar (ΔHd° = Standard Enthalpy of Dissosiation)

Entalpi penguraian standar adalah ΔH dari penguraian 1 mol persenyawaan langsung


menjadi unsur-unsurnya (adalah kebalikan dari ΔH pembentukan). Sesuai dengan asas kekekalan
energi, maka nilai entalpi penguraian sama dengan entalpi pembentukannya, tetapi tandanya
berlawanan.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 87


CONTOH:

1. Tuliskan persamaan termokimia penguraian H2O apabila diketahui ΔHf° H2O = –285,85 kJ/mol!
Jawab:
• Reaksi penguraian adalah kebalikan dari reaksi pembentukan, sehingga zat yang
terurai di sebelah kiri anak panah.
H2O(l) ⎯⎯→ H2(g) + ½ O2(g) ΔHd° = +285,85 kJ

•Koefisien 1 untuk 1 mol zat yang diuraikan
• Tanda ΔHd° berlawanan dengan ΔHf°

2. Bila diketahui ΔHf° NH3 = –46 kJ/mol, berapa kJ diperlukan untuk menguraikan 1 gram NH3
(Mr = 17)?

Jawab:
• Persamaan termokimia penguraian NH3 adalah:
NH3(g) ⎯⎯→ ½ N2(g) + 3/2 H2(g) ΔHd° = 46 kJ/mol
• Besarnya kalor untuk menguraikan 1 gram NH3 adalah:
Besar kalor = mol × ΔH = massa /Mr × ΔH = 1/17 × 46 = 2,7 kJ

Latihan!!
1. Diketahui ΔHf° SO3 = –78 kJ/mol, tuliskan persamaan termokimia penguraian SO3!

Entalpi Pembakaran Standar (ΔHc° = Standard Enthalpy of Combustion)

Entalpi pembakaran standar adalah perubahan entalpi (ΔH) untuk pembakaran


sempurna 1 mol senyawa atau unsur dengan O2 dari udara, yang diukur pada 298 K dan tekanan 1
atm. Satuan ΔHc° adalah kJ/mol. Pembakaran dikatakan sempurna jika:
1. karbon (C) terbakar sempurna menjadi CO2
2. hidrogen (H) terbakar sempurna menjadi H2O
3. belerang (S) terbakar sempurna menjadi SO2
4. senyawa hidrokarbon (CxHy) terbakar sempurna menurut reaksi:
CxHy + O2 ⎯⎯→ CO2 + H2O (belum setara)

CONTOH:
Pada pembakaran 570 gram isooktana (C8H18), salah satu komponen yang ada dalam bensin, pada
keadaan standar/STP dibebaskan kalor sebesar 27.500 kJ. Hitunglahbesarnya ΔHc° dan tulislah
persamaan termokimia pembakaraan isooktana tersebut!
Jawab:
• Mol isooktana = massa/ Mr C8H18 = 570/114 = 5 mol
• Untuk 1 mol C8H18 maka ΔHc° = 1/5 × (–27.500) = –5.500 kJ
• Persamaan termokimia:
C8H18(l) + 25/2 O2(g) ⎯⎯→ 8 CO2(g) + 9 H2O(g) ΔHc° = –5.500 kJ/mol

LATIHAN SOAL
Tuliskan persamaan termokimia pembakaran zat-zat berikut ini, bila diketahui:
a. ΔHc° belerang (S) = –115 kJ/mol
b. ΔHc° karbon (C) = 156 kJ/mol
c. ΔHc°C2H2 = –1.250 kJ/mol

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 88


Entalpi Molar Lainnya (Entalpi Penetralan, Pelarutan, dan Peleburan)

1. Entalpi Penetralan
Entalpi penetralan adalah perubahan entalpi (ΔH) yang dihasilkan pada reaksi penetralan asam
(H+) oleh basa (OH–) membentuk 1 mol air. Satuan entalpi penetralan adalah kJ/mol.
Contoh:
NaOH(aq) + HCl(aq) ⎯⎯→ NaCl(aq) + H2O(l) ΔH = –890,4 kJ/mol

2. Entalpi Pelarutan
Entalpi pelarutan adalah perubahan entalpi (ΔH) pada pelarutan 1 mol zat. Satuan ΔH pelarutan
adalah kJ/mol.
Contoh:
NaOH(s) ⎯⎯→ Na+(aq) + OH–(aq) ΔH = –204 kJ/mol

3. Entalpi Peleburan
Entalpi peleburan adalah perubahan entalpi (ΔH) pada perubahan 1 mol zat dari bentuk padat
menjadi bentuk cair pada titik leburnya. Satuan ΔH peleburan adalah kJ/mol.
Contoh:
NaCl(s) ⎯⎯→ NaCl(l) ΔH = –112 kJ/mol
(Ted Lister & Janet Renshaw, 2000)

LATIHAN SOAL:
1. Tuliskan persamaan termokimia dari:
a. reaksi pembentukan C2H5OH, jika ΔHf°C2H5OH = 56 kJ/mol
b. reaksi penguraian HNO3, jika ΔHf°HNO3 = 146 kJ/mol
c. reaksi pembakaran sempurna C2H2, jika ΔHc°C2H2 = –1.240 kJ/mol
d. reaksi peleburan NaCl, jika ΔH peleburan NaCl = –106 kJ/mol
2. Tuliskan persamaan termokimia reaksi pembentukan gas SO2, jika diketahui pada
pembentukan 32 gram SO2 (Ar S = 32, O = 16 ) dibebaskan kalor sebesar 76 kJ!
3. Diketahui ΔHf°C5H12 = 225 kJ/mol. Tentukan besarnya kalor yang dibutuhkan untuk
membentuk 360 gram C5H12!
4. Pada pembakaran 6,72 liter gas asetilena (C2H2) pada keadaan standar, dibebaskan kalor
sebanyak 176 kJ. Tuliskan persamaan termokimia pembakaran gas asetilena tersebut!
5. Diketahui reaksi penguraian:
2 NH3(g) ⎯⎯→ N2(g) + 3 H2(g) ΔH = 122 kJ
Tentukan besarnya kalor penguraian 3,4 gram NH3 (Ar N = 14 dan H = 1)!

Penentuan Perubahan Entalpi (ΔH)


Untuk menentukan perubahan entalpi pada suatu reaksi kimia dapat dilakukan melalui
eksperimen, biasanya digunakan alat seperti kalorimeter, hukum Hess, dan energi ikatan.
A. Kalorimetri

Kalor reaksi dapat ditentukan melalui percobaan dengan kalorimeter. Proses


pengukuran kalor reaksi disebut kalorimetri. Data ΔH reaksi yang terdapat pada tabel-tabel
umumnya ditentukan secara kalorimetri. Kalorimetri sederhana ialah mengukur perubahan
suhu dari sejumlah air atau larutan sebagai akibat dari suatu reaksi kimia dalam suatu wadah
terisolasi (Ted Lister and Janet Renshaw, 2000). Karena energi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan, maka:

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 89


qreaksi + qlarutan = 0
qreaksi = –qlarutan
q larutan = m · c · Δt
q = jumlah kalor (J)
m = massa campuran (gram)
c = kalor jenis larutan (J g–1 K–1)
Δt = kenaikan suhu (K)
q kalorimeter = C Δt
dengan C = kapasitas kalor dari kalorimeter (JK-1)

CONTOH:

Sebanyak 50 mL larutan HCl 1 M bersuhu 27 °C dicampur dengan 50 mL larutan NaOH 1 M


bersuhu 27 °C dalam suatu kalorimeter plastik (ρair = 1 g cm–3). Ternyata suhu campuran naik
menjadi 35 °C. Jika kalor jenis larutan dianggap sama dengan kalor jenis air yaitu 4,18 J g–1 K–1,
tentukan besarnya perubahan entalpi (ΔH) untuk reaksi penetralan:
HCl(aq) + NaOH(aq) ⎯⎯→ NaCl(aq) + H2O(l)
Jawab:
• Volume HCl = 50 mL = 50 cm–3
• Volume NaOH = 50 mL = 50 cm–3
• Bila ρair = 1 g cm–3, maka massa HCl
= massa jenis × volume
= ρ × volume = 1 g cm–3 × 50 cm–3 = 50 gram
• Bila ρair = 1 g cm–3, maka massa NaOH = massa jenis × volume
= ρ × volume
= 1 g cm–3 × 50 cm–3
= 50 gram
• Massa campuran = massa HCl + massa NaOH
= 50 g + 50 g
= 100 g
• Mol HCl = M × V
= 1 × 0,05
= 0,05 mol
• Mol NaOH = M × V
= 1 × 0,05
= 0,05 mol
• Kenaikan suhu = Δt = (35 + 273) – (27 + 273) = 8 K
• qlarutan = m · c · Δt
= 100 × 4,18 × 8 = 3.344 J
• qreaksi = –qlarutan = –3.344 J
• Persamaan reaksi:
HCl(aq) + NaOH(aq) ⎯⎯→ NaCl(aq) + H2O(l)
0,05 mol 0,05 mol 0,05 mol
• qreaksi tersebut untuk 0,05 mol NaCl, sedangkan ΔH penetralan untuk 1 mol NaCl, maka ΔH =
1/0,05 × (–3.344 J) = –66.880 J = –66,88 kJ
• Jadi, persamaan ΔH penetralan untuk reaksi adalah:
HCl(aq) + NaOH(aq) ⎯⎯→ NaCl(aq) + H2O(l) ΔH = –66,88 kJ

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 90


LATIHAN SOAL:
100 mL larutan HCl 0,1 M bersuhu mula-mula 23 °C dicampur dengan 100 mL larutan NaOH 0,1
M bersuhu mula-mula 23 °C. Setelah bercampur, suhu menjadi 30 °C. Jika c air = 4,2 J g –1 K–1 dan
ρair = 1 g cm–3, tentukan besarnya entalpi penetralan pada reaksi:
HCl(aq) + NaOH(aq) ⎯⎯→ NaCl(aq) + H2O(l) ΔH = ?

Hukum Hess
Berdasarkan Entalpi (ΔH) dari Beberapa Reaksi yang Berhubungan

Pada tahun 1848, Germain Hess dari Jerman melalui berbagai eksperimen mengemukakan
bahwa setiap reaksi memiliki H yang tetap dan tidak tergantung pada jalan reaksi atau jumlah
tahap reaksi (Gillespie dkk).

Contoh:
Menurut Hukum Hess:
ΔH1 = ΔH2 + ΔH3 atau x = y + z
Hukum Hess digunakan untuk menghitung H suatu reaksi berdasarkan H dari beberapa reaksi
yang sudah diketahui.
½ N2(g) + O2(g) ⎯⎯→ NO2(g) ΔH1 = x kJ = + 33,85 kJ/mol • 1 tahap
½ N2(g) + ½ O2⎯⎯→ NO(g) ΔH2 = y kJ = + 90,37 kJ/mol • 2 tahap
NO(g) + ½ O2(g) ⎯⎯→ NO2(g) ΔH3 = z kJ = – 56,52 kJ/mol
½ N2(g) + O2(g) ⎯⎯→ NO2(g) ΔH1 = ΔH2+ ΔH3 x=y+z +

ΔH NO(g) + ½ O2(g)

ΔH3 = –56,52 kJ/mol


ΔH2 = + 90,37 kJ/mol
NO2(g)

ΔH1 = + 33,85 kJ/mol

½ N2(g) + O2(g)

Perubahan dari N2(g) dan O2(g) menjadi NO(g) disertai dengan perubahan entalpi (ΔH1) sebesar +33,85 kJ/mol,
meskipun reaksi ditetapkan dalam satu tahap atau dua tahap, ΔH1 = ΔH2 + ΔH3.

CONTOH:
Diketahui reaksi:
S(s) + O2(g) ⎯⎯→ SO2(g) ΔH = –300 kJ (reaksi 1)
2 SO2(g) + O2(g) ⎯⎯→ 2 SO3(g) ΔH = –190 kJ (reaksi 2)
Hitunglah ΔH pada reaksi 2 S(s) + 3 O2(g) ⎯⎯→ 2 SO3(g).
Jawab:
• Menyesuaikan reaksi (1) dan (2) dengan pertanyaan.
• Lihatlah reaksi 2 S(s) + 3 O2(g) ⎯⎯→ 2 SO3(g).
• Pada reaksi (1), S di sebelah kiri panah berjumlah 1 mol (koefisien 1), berarti reaksi (1)
dikalikan 2 untuk menyesuaikan soal.
• Reaksi S(s) + O2(g) ⎯⎯→ SO2(g) ΔH = –300 kJ dikalikan 2.
• Pada reaksi (2), SO3 yang berada di sebelah kanan panah berjumlah 2 mol (koefisien 2) sudah
sesuai.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 91


• Reaksi (1) menjadi 2 S(s) + 2 O2(g) ⎯⎯→ 2 SO2(g) ΔH = –600 kJ
• Reaksi (2) tetap 2 SO2(g) + O2(g) ⎯⎯→ 2 SO3(g) ΔH = –190 kJ
• Jadi, reaksi
2 S(s) + 3 O2(g) ⎯⎯→ 2 SO3(g) ΔH = –790 kJ

LATIHAN:
Diketahui reaksi:
N2 + 3 H2 ⎯⎯→ 2 NH3 ΔH = –90 kJ
4 NH3 + 5 O2 ⎯⎯→ 4 NO + 6 H2O ΔH = –1.140 kJ
2 H2 + O2 ⎯⎯→ 2 H2O ΔH = –560 kJ
Tentukan ΔH pada reaksi N2 + O2 ⎯⎯→ 2 NO!

Berdasarkan Tabel Entalpi Pembentukan (ΔHf°)

Kalor suatu reaksi juga dapat ditentukan dari data entalpi pembentukan (ΔHf°) zat-zat
pereaksi dan zat-zat hasil reaksi.
ΔHreaksi = ΣΔHf°produk – ΣΔHf° reaktan

Diketahui:
ΔHf° CH4O(l) = –238,6 kJ/mol
ΔHf° CO2(g) = –393,5 kJ/mol
ΔHf° H2O(l) = –286 kJ/mol
a. Tentukan ΔH reaksi pembakaran CH4O sesuai reaksi:
CH4O(l) + 2 O2(g) ⎯⎯→ CO2(g) + 2 H2O(l)
b. Tentukan jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 8 gram metanol (CH4O)
(Ar C = 12, O = 16, dan H = 1)!
Jawab:
a. Reaksi CH4O(l) + 2 O2(g) ⎯⎯→ CO2(g) + 2 H2O(l)
ΔHreaksi = ΣΔHf°produk – ΣΔHf°reaktan
ΔHreaksi = (ΔHf°CO2 + 2 ΔHf°H2O) – (ΔHf°CH4O + 2 ΔHf° O2)
ΔHreaksi = (–393,5 + 2 × (–286)) – (–238,6 + 2 × 0)
= –726,9 kJ/mol
b. Mol CH4O = 8/32 = 0,25 mol
Kalor yang dibebaskan pada pembakaran 8 gram metanol = 0,25 × (–726,9) = –181,725 kJ

Zat ΔHf° (kJ/mol) Zat ΔHf° (kJ/mol)


SO2(g) -297 C(s) 0
SO3(g) -396 H2(g) 0
NH3(g) -46 O2(g) 0
NaCl(s) -413 CCl4(l) -134
NaOH(s) -426,8 CO(g) -110
MgCl2(s) -641 CO2(g) -394
NO(g) +90,4 CO2(aq) -413,8
NO2(g) +34 H2CO3(aq) -669,65
N2O(g) +81,5 C2H2(g) +227
H2O(l) -286 C2H4(g) +51,9
H2O(g) -242 C3H8(g) -104
HI(g) +26 N2(g) 0
HCl(g) -92,5 CH3OH(l) -238
HCl(aq) -167,2 C2H5OH(l) -278
(General Chemistry, Principles and Structure, James E. Brady, 1990)

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 92


3. Energi Ikatan

Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan. Proses ini selalu
disertai perubahan energi. Energi yang dibutuhkan untuk memutuskan 1 mol ikatan kimia
dalam suatu molekul gas menjadi atomatomnya dalam fase gas disebut energi ikatan atau energi
disosiasi (D). Untuk molekul kompleks, energi yang dibutuhkan untuk memecah molekul itu
sehingga membentuk atom-atom bebas disebut energi atomisasi. Harga energi atomisasi ini
merupakan jumlah energi ikatan atom-atom dalam molekul tersebut. Untuk molekul kovalen
yang terdiri dari dua atom, seperti H2, O2, N2, atau HI yang mempunyai satu ikatan, maka energi
atomisasi sama dengan energi ikatan. Energi yang diperlukan untuk reaksi pemutusan ikatan
telah diukur. Misalnya, energi untuk memutuskan 1 mol ikatan H – H dalam suatu molekul gas
H2 menjadi atom-atom H adalah 436 kJ mol–1.
H2(g) ⎯⎯→ 2 H DH–H = 436 kJ mol–1.
Energi dibutuhkan untuk memutuskan molekul CH4 menjadi sebuah atom C dan 4 atom H:
CH4(g) ⎯⎯→ C(g) + 4 H(g)
Besarnya perubahan entalpi reaksi tersebut dapat dihitung dengan entalpi pembentukan
standar sebagai berikut:
ΔH =ΔHf° (C, atomik) + 4 ΔHf° (H, atomik) – ΔHf° (CH4(g))
= (716,7 kJ mol–1) + (218, kJ mol–1) – (–74,5 kJ mol–1)
= 1.663,2 kJ mol–1
Saat perubahan entalpi tersebut setara untuk memutuskan 4 ikatan (–H) maka besarnya energi
ikatan rata-rata C – H adalah 415,8 kJ mol–1, selanjutnya kita sebut energi ini sebagai energi
ikatan rata-rata karena empat ikatan C – H dalam CH4 putus dalam waktu yang sama.
Diketahui: ΔHf° C(g, atomik) = 716,7 kJ mol–1
ΔHf° H(g, atomik) = 218 kJ mol–1
ΔHf° C2H6(g) = –84,7 kJ mol–1
energi ikatan C–H = 415,8 kJ mol–1
Tentukan besarnya energi ikatan C – C pada C2H6!
C2H6(g) ⎯⎯→ 2 C(g, atomik).

Jawab:
ΔH = 2 ΔΗf° C + 6 ΔHf° C – ΔHf° C2H6
= 2 (716,7) + 6 (218) – (–84,7)
= 2.826,1 kJ
Pada C2H6
EIkatan C – C + 6 EIkatan C – H = ΔH
EIkatan C – C + 6 (415,8) = 2.826,1
EIkatan C – C = 331,3 kJ/mol

Molekul Energi Disoisasi (kJ mol-1)


H – H(g) 436,0
N ≡ N(g) 945,3
O – O(g) 498,3
F – F(g) 157
Cl – Cl(g) 242,6
Br – Br(g) 193,9
I – I(g) 152,6
H – F(g) 567,6
H – Cl(g) 431,6
H – Br(g) 366,3
H – I(g) 298,3
Cl – F(g) 254,3
Cl – Br(g) 218,6
Cl – I(g) 210,3
( General Chemistry, Principles and Structure, James E. Brady, 1990)

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 93


Energi atomisasi suatu senyawa dapat ditentukan dengan menggunakan
entalpi pembentukan senyawa tersebut. Secara matematis, hal tersebut dapat
dijabarkan dengan persamaan:
ΔHreaksi = Σ energi pemutusan ikatan – Σ energi pembentukan ikatan
ΔHreaksi = Σ energi ikatan di kiri – Σ energi ikatan di kanan

Diketahui energi ikatan:


C – H = 415 kJ/mol
C = C = 607 kJ/mol
C – C = 348 kJ/mol
H – H = 436 kJ/mol
Ditanya:
ΔHreaksi pada reaksi C2H4(g) + H2(g) C2H6(g)
Jawab:
ΔHreaksi = Σ energi pemutusan ikatan – Σ energi pembentukan ikatan
= {4 (C – H) + (C = C) + (H – H)} – {6 (C – H) + (C – C)}
= {(C = C) + (H – H)} – {2 (C – H) + (C – C)}
= (607 + 436) – (2 × 415 + 348)
= 1.043 – 1.178
= –135 kJ
Jadi, C2H4(g) + H2(g) ⎯⎯→ C2H6(g) ΔH = –135 kJ

Energi ikatan rata-rata adalah energi rata-rata per ikatan yang diperlukan
untuk menguraikan 1 mol molekul menjadi atom-atom penyusunnya.

Diketahui: ΔHf° F2O = 257 kJ mol–1


energi ikatan gas fluorin = 157 kJ mol–1
energi ikatan gas oksigen = 498 kJ mol–1
Tentukan besarnya energi ikatan rata-rata F–O!
F2O(g) ⎯⎯→ 2 F(g) + ½ O2(g)
Jawab;
F2(g) + ½ O2(g) ⎯⎯→ F2O(g) ΔH = 257 kJ mol–1
F2(g) ⎯⎯→ 2 F(g) ΔH = 157 kJ mol–1
O2(g) ⎯⎯→ 2 O(g) ΔH = 498 kJ mol–1
F2O(g) ⎯⎯→ F2(g) + ½ O2(g) ΔH = –257 kJ mol–1
F2(g) ⎯⎯→ 2 F(g) ΔH = 157 kJ mol–1
½ O2(g) ⎯⎯→ O(g) ΔH = 2492kJ mol–1
149/2 = 74,5 kJ mol–1

Ikatan Energi Ikatan Rata- Ikatan Energi Ikatan Rata-


rata (kJ mol–1) rata (kJ mol–1)
C–C 348 C – Br 276
C=C 607 C–I 238
C≡C 833 H–H 436
C–H 415 H–F 563
C–N 292 H – Cl 432
C=N 619 H – Br 366
C≡N 879 H–I 299
C–O 356 H–N 391
C=O 724 H–O 463
C–F 484 H–S 338
C – Cl 338 H – Si 376

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 94


BAB 16
KESETIMBANGAN KIMIA

KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA

Ciri-ciri kesetimbangan dinamis adalah:


1. Reaksi berlangsung terus-menerus dengan arah yang berlawanan.
2. Terjadi pada ruang tertutup, suhu, dan tekanan tetap.
3. Kecepatan reaksi ke arah produk (hasil reaksi) sama dengan kecepatan reaksi ke arah
reaktan (zat-zat pereaksi).
4. Tidak terjadi perubahan makroskopis, yaitu perubahan yang dapat dilihat, tetapi
terjadi perubahan mikroskopis, yaitu perubahan tingkat partikel (tidak dapat dilihat).
5. Setiap komponen tetap ada.

Dalam keadaan setimbang kecepatan terurainya N2O4 sama besarnya dengan


kecepatan
membentuk kembali N2O4.
N2O4 (g) ←→ 2 NO2(g)
Tercapainya kesetimbangan dinamis peruraian N2O4 dapat dilihat pada gambar

(a) Reaksi dimulai, campuran reaksi terdiri


dari N2O4 tidak berwarna, (b) N2O4 terurai
membentuk NO2 cokelat kemerahan, warna
campuran jadi cokelat, (c) Kesetimbangan
tercapai, konsentrasi NO2 dan N2O4 konstan
dan warna campur-an mencapai warna final,
(d) Karena reaksi berlangsung terusmenerus
dengan kecepatan sama, maka konsentrasi
dan warna konstan.
Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of
A B C D Matter and Change, Martin S. Silberberg,
2000.

Keadaan Kesetimbangan
Reaksi yang dapat berlangsung dalam dua arah disebut reaksi dapat balik (reversibel).
Apabila dalam suatu reaksi kimia, kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan
reaksi ke kiri, maka reaksi dikatakan dalam keadaan setimbang.
Reaksi kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai:
A + B ←→ C + D

Kesetimbangan dalam Sistem Homogen


1. Kesetimbangan dalam sistem gas–gas
Contoh:
2 SO2(g) + O2(g) ←→ 2 SO3(g)
2. Kesetimbangan dalam sistem larutan–larutan
Contoh:
NH4OH(aq) ←→ NH4+(aq) + OH- (aq)

B. Kesetimbangan dalam Sistem Heterogen


1. Kesetimbangan dalam sistem padat–gas

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 95


Contoh:
CaCO3(s) ←→ CaO(s) + CO2(g)
2. Kesetimbangan dalam sistem padat–larutan
Contoh:
BaSO4(s) ←→ Ba2+(aq) + SO42- (aq)
3. Kesetimbangan dalam sistem larutan–padat–gas
Contoh:
Ca(HCO3)2(aq) ←→ CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g)

Pergeseran Kesetimbangan
Asas Le Chatelier menyatakan: “Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka
sistem akan mengadakan reaksi sedemikian rupa, sehingga pengaruh aksi itu menjadi
sekecil-kecilnya”.
Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan yang baru
akibat adanya aksi atau pengaruh dari luar itu dikenal dengan pergeseran
kesetimbangan (Martin S.
Silberberg, 2000). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pergeseran kesetimbangan
adalah:

A. Perubahan Konsentrasi

Apabila dalam sistem kesetimbangan homogen, konsentrasi salah satu zat diperbesar,
maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut.
Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser
ke pihak zat tersebut. Bila zat diencerkan dengan menambah air pada sistem, maka
kesetimbangan bergeser pada jumlah molekul terbanyak

Contoh:
1. Pada reaksi kesetimbangan:
Ag+(aq) + Fe2+(aq) ←→ Ag(s) + Fe3+(aq)
ke arah mana kesetimbangan bergeser, jika:
a. ditambah Ag+?
b. ditambah Fe3+?
c. campuran diencerkan dengan menambah H2O pada sistem?
Jawab:
Jumlah molekul (koefisien) ruas kiri = 1 + 1 = 2
Jumlah molekul (koefisien) ruas kanan = 1 (Ag(s) padat maka koefisien tidak dihitung)
a. Jika reaksi ditambah Ag+, maka kesetimbangan bergeser ke kanan.
b. Jika reaksi ditambah Fe3+, maka kesetimbangan bergeser ke kiri.
c. Jika reaksi ditambah air (pengenceran), maka kesetimbangan bergeser pada jumlah
molekul terbanyak (ke kiri).

B. Perubahan Volume atau Tekanan

1. Jika tekanan diperbesar (volume diperkecil), maka kesetimbangan akan


bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi kecil.
2. Jika tekanan diperkecil (volume diperbesar), maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi besar.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 96


TOOLS !!
Pada sistem kesetimbangan di mana jumlah koefisien reaksi sebelah kiri sama dengan
jumlah koefisien reaksi sebelah kanan, maka perubahan tekanan atau volume tidak
menggeser letak kesetimbangan.

Contoh:
Pada reaksi kesetimbangan:
N2(g) + 3 H2(g) ←→ 2 NH3(g)
jumlah koefisien reaksi di kanan = 2
jumlah koefisien reaksi di kiri = 1 + 3 = 4
• Bila pada sistem kesetimbangan tersebut tekanan diperbesar (volume diperkecil),
maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan (jumlah koefisien kecil).
• Bila pada sistem kesetimbangan tersebut tekanan diperkecil (volume diperbesar),
maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri (jumlah koefisien besar).
C. Perubahan suhu
Menurut Van’t Hoff:
1. Bila pada sistem kesetimbangan suhu dinaikkan, maka kesetimbangan
reaksi akan bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi
endoterm).
2. Bila pada sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan
reaksi akan bergeser ke arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi
eksoterm).
Contoh:
2 NO(g) + O2(g) ←→ 2 NO2(g) ΔH = –216 kJ
(reaksi ke kanan eksoterm)
Reaksi ke kanan eksoterm berarti reaksi ke kiri endoterm.
• Jika pada reaksi kesetimbangan tersebut suhu dinaikkan, maka kesetimbangan
akan bergeser ke kiri (ke arah endoterm atau yang membutuhkan kalor).
• Jika pada reaksi kesetimbangan tersebut suhu diturunkan, maka kesetimbangan
akan bergeser ke kanan (ke arah eksoterm).

D. Pengaruh Katalisator terhadap Kesetimbangan

Fungsi katalisator dalam reaksi kesetimbangan adalah mempercepat tercapainya


kesetimbangan dan tidak merubah letak kesetimbangan (harga tetapan kesetimbangan
Kc tetap). Hal ini disebabkan katalisator mempercepat reaksi ke kanan dan ke kiri sama
besar.

Tetapan Kesetimbangan
Menurut Cato Guldberg dan Waage, pada suhu tetap, harga tetapan
kesetimbangan akan tetap. Hukum Cato Guldberg dan Waage berbunyi: “Dalam keadaan
kesetimbangan pada suhu tetap, maka hasil kali konsentrasi zat-zat hasil reaksi dibagi
dengan hasil kali konsentrasi pereaksi yang sisa di mana masingmasing konsentrasi itu
dipangkatkan dengan koefisien reaksinya adalah tetap.”

Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change, Martin S. Silberberg,
2000.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 97


A. Tetapan Kesetimbangan Konsentrasi
Pernyataan tersebut juga dikenal sebagai hukum kesetimbangan.
Untuk reaksi kesetimbangan:
a A + b B ←→ c C + d D
maka:

Kc = [C]c [D]d / [A]a [B]b

Kc = Konstanta/Tetapan Kesetimbangan yang harganya tetap selama suhu tetap

[A],[B],[C],[D] adalah konsentrasi zat A,B,C,D (satuan M).

Catatan: Hanya untuk fasa (g) dan (aq) karena (s) dan (l) nilainya tetap.

Contoh:
1. CH3COO-(aq) + H2O(l) ←→ CH3COOH(aq) + OH-(aq)
2. 2 HI(g) ←→ H2(g) + I2(g)

1. Kc = [CH3COOH] [OH-] / [CH3COO-]


2. Kc = [H2] [I2] / [HI]2

Menentukan Harga Tetapan Kesetimbangan Konsentrasi (Kc)

1. Dalam ruang satu liter, satu mol zat AB direaksikan dengan satu mol zat CD
menurut persamaan reaksi:
AB(g) + CD(g) ←→ AD(g) + BC(g)
Setelah kesetimbangan tercapai ternyata tersisa 0,25 mol senyawa CD. Tentukan
tetapan kesetimbangan untuk reaksi ini!

Jawab:

Persamaan reaksi : AB(g) + CD(g) ←→ AD(g) + BC(g)


Mula-mula : 1 mol 1 mol 0 mol 0 mol
Bereaksi : 0,75 mol 0,75 mol – –
Setimbang : 0,25 mol 0,25 mol 0,75 mol 0,75 mol

• Pada awal reaksi, produk belum terbentuk, jadi terdapat 0 mol produk.
• Diketahui 0,25 mol CD pada keadaan setimbang, berarti mol CD yang bereaksi
adalah 1 – 0,25 = 0,75 mol.
• Mol AB, AD, dan BC yang bereaksi dapat ditentukan dengan perbandingan mol =
perbandingan koefisien CD. Koefisien AB : AD : BC : CD = mol AB : mol AD : mol BC :
mol CD.
• Untuk zat-zat pereaksi (sebelah kiri anak panah), jumlah zat-zat pereaksi makin
berkurang, maka mol sisa = mol mula-mula – mol bereaksi.
• Untuk zat-zat hasil reaksi/produk (sebelah kanan anak panah), jumlah zat-zat hasil
reaksi (produk) makin bertambah, maka mol sisa = mol mula-mula + mol bereaksi.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 98


• Untuk menentukan harga tetapan kesetimbangan konsentrasi, maka kita tentukan
terlebih dahulu konsentrasi zat-zat tersebut, dengan satuan molaritas adalah M
(mol/liter).
[AB] = 0,25 / 1 = ¼ M
[AD] = 0,75 /1 = ¾ M
[CD] = 0,25 /1 = ¼ M
[BC] = 0,75 /1 = ¾ M

Kc= [0,75] [0,75] / [0,25] [0,25] = 9

Derajat Disosiasi

Disosiasi adalah penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain yang lebih sederhana.
Derajat disosiasi adalah perbandingan antara jumlah mol yang terurai dengan jumlah
mol mula-mula.

α = mol zat yang terurai / mol zat mula-mula


atau
Mol zat yang terurai = α × mol zat mula-mula

Contoh:
Gas amonia mengalami disosiasi menurut persamaan reaksi:
2 NH3(g) ←→ N2(g) + 3 H2(g)
Besarnya nilai derajat disosiasi (α) adalah:
α = mol zat yang terurai /mol zat mula-mula
= mol NH yang terurai / mol NH mula-mula

Harga derajat disosiasi terletak antara 0 dan 1, jika:


• α = 0 berarti tidak terjadi penguraian
• α = 1 berarti terjadi penguraian sempurna
• 0 < α < 1 berarti disosiasi pada reaksi setimbang (disosiasi sebagian).

CONTOH:

1. Dalam reaksi disosiasi N2O4 berdasarkan persamaan reaksi:


N2O4(g) ←→ 2 NO2(g)
banyaknya mol N2O4 dan NO2 pada keadaan setimbang adalah sama. Pada keadaan ini,
berapakah harga derajat disosiasinya?

Jawab:
• Misalkan pada keadaan setimbang mol N2O4 = mol NO2 = 2 mol
• Pada produk NO2, mol zat sisa = mol zat yang bereaksi = 2 mol
• Perbandingan mol = perbandingan koefisien
• Mol N2O4(g) sisa = mol N2O4(g) mula-mula – mol N2O4(g) bereaksi
Mol N2O4(g) mula-mula = mol N2O4(g) sisa + mol N2O4(g) bereaksi = 2 + 1 = 3 mol
Persamaan reaksi :
N2O4(g) ←→ 2 NO2(g)
Mula-mula : 3 mol 0 mol
Bereaksi : 1 mol ← 2 mol

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 99


Sisa (setimbang) : 2 mol 2 mol

𝒎𝒐𝒍 𝑵𝟐𝑶𝟒 𝒕𝒆𝒓𝒖𝒓𝒂𝒊


𝜶= = 1/3
𝒎𝒐𝒍 𝑵𝟐𝑶𝟒 𝒎𝒖𝒍𝒂

Tetapan Kesetimbangan Tekanan Parsial (Kp)


Tetapan kesetimbangan untuk sistem kesetimbangan gas juga dapat dinyatakan
berdasarkan tekanan parsial gas. Tetapan kesetimbangnnya disebut tetapan
kesetimbangan tekanan parsial.

Misal: mA(g) + nB(g) pC(g) + qD(g)

[ Pc ] p [ PD ]q
Kp 
[ PA ]m [ PB ]n

Contoh dalam reaksi:

N2(g) + 3 H2(g) 2 NH3(g)

[ p NH 3 ]2
Kp 
[ PN 2 ][ PH 2 ]3

Hubungan Kc dengan Kp

mA + nB pC + qD

Akibatnya:
Kp = Kc (RT)∆𝒏

Contoh soal Kp = Kc

Sebanyak 5 mol gas N2 dicampurkan dengan 20(RT)


mol(p+q)-
gas H2 dalam ruangan 5 liter,
kemudian di panaskan pada suhu 427 C, sehingga sebagian bereaksi membentuk NH3
o
(m+n)
menurut kesetimbangan

N2(g) + 3 H2(g) 2 NH3(g) ∆H = -92 kJ

Apabila tekanan total campuran pada keadaan setimbang adalah 230 atm, tentukan
harga Kp dan Kc reaksi itu pada 427oC.

Jawab:

Jumlah mol gas dalam campuran:

PV
PV = nRT n
RT

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 100


230  5
n
0,082  (427  273)

n  20mol

N2(g) + 3 H2(g) 2 NH3(g)

Mula-mula : 5 mol 20 mol -

Reaksi : -x mol -3x mol 2x mol

Setimbang : (5-x) mol (20-3x) mol 2x mol

Jumlah mol gas campuran setimbangan = 20

(5 – x) + (20 – 3x) + 2x = 20

- 2x = - 5

x = 2,5

Susunan kesetimbangan:

N2 = 5 – 2,5 H2 = 20 – (3 x 2,5) NH3 = 2 x 2,5

= 2,5 mol = 12,5 mol = 5 mol

Perbandingan tekanan parsial gas = perbandingan mol

N2 : H2 : NH3 = 2,5 : 12,5 : 5

= 1 : 5 : 2

a). PN2 = 1/8 x 230 atm = 28,75 atm

PH2 = 5/8 x 230 atm = 143,75 atm

PNH3 = 2/8 x 239 atm = 57,5 atm

(575) 2
Kp 
28,75  (143,75) 2

Kp = Kc (RT)2

b). Kc = Kp (RT)

= 3,87 x 10-10 (0,082 x 700)2 = 0,127

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 101


BAB 17

ASAM-BASA

KONSEP ASAM BASA

KONSEP ASAM BASA ARRHENIUS

Asam merupakan suatu senyawa yang dapat menghasilkan ion hidrogen


(H+) atau ion hidronium (H3O+) bila dilarutkan dalam air.

Basa adalah suatu senyawa yang dapat menghasilkan ion OH- bila
dilarutkan dalam air.

Contoh Asam :

HCl  H+ + Cl-

Ion Cl- adalah ion sisa asam

Contoh Basa :

NaOH  Na+ + OH-

Ion Na+ adalah ion sisa basa

Kelemahan Asam Basa Arrhenius:

1. Hanya dapat diaplikasikan dalam reaksi yang terjadi di dalam air.


2. Tidak dapat menjelaskan mengapa beberapa senyawa yang mengandung hidrogen
dengan biloks +1 larut dalam air untuk membentuk larutan asam, sedangkan yang
lain seperti CH4 tidak.
3. Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH - , seperti
Na2CO3 memiliki karakter seperti basa.

KONSEP ASAM BASA BRONSTED-LOWRY

Menurut Bronsted-Lowry asam adalah senyawa yang dapat memberikan ion


H+ atau proton dan disebut donor proton, basa adalah senyawa yang dapat
menerima ion H+ atau proton, dan disebut akseptor proton.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 102


Suatu asam setelah melepas 1 proton akan membentuk spesi yang disebut basa
konjugasi dari asam tersebut sedangkan basa yang telah menerima proton menjadi
asam konjugasi.

HCl + NH3 ↔ NH4+ + Cl-

Asam 1 Basa 2 Asam 2 Basa 1

Uraian dari reaksi diatas:

1. HCl merupakan suatu asam , dia melepas / mendonor proton kepada NH3 yang
merupakan basa menjadi NH4+ dan ion Cl- merupakan sisa asam/ basa konjugasi.
2. NH3 merupakan suatu basa, dia menangkap proton dari HCl (akseptor proton)
sehingga menjadi NH4+ yang merupakan asam konjugasi.

Untuk mempermudah menentukan pasangan asam basa, lihat :

Tips memahami/menentukan pasangan Asam-Basa

Untuk mempermudah memahami pasangan asam basa, gunakan tips : pasangan asam-
basa konjugat berbeda satu H+. Asam memiliki H+ 1 lebih banyak daripada basa
konjugasinya

Example:

HCN + OH- ↔ H2O + CN-

maka HCN merupakan suatu asam dan senyawa dan CN- merupakan basa konjugasinya

OH- merupakan basa dan H2O merupakan asam konjugat nya. Untuk memahami lanjut
lihat tabel selanjutnya.

Senyawa Amfoter

Zat amfoter / amphiprotic adalah senyawa yang bisa berperan sebagai asam/basa .

Contoh : H2PO4-

H2PO4- (asam )+ H2O ↔ HPO42- + H3O+

H2PO4- (basa) + H2O ↔ H3PO4 + OH-

Kelebihan Asam-Basa Bronsted-Lowry

1. Tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi juga menjelaskan reaksi asam-basa dalam
pelarut air/bahkan reaksi tanpa pelarut.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 103


2. Tidak hanya berupa molekul tetapi dapat berupa kation atau anion.

KONSEP ASAM-BASA LEWIS

Asam adalah spesi yang mampu menerima pasangan elektron (akseptor


elektron), sedangkan basa adalah spesi yang dapat memberikan sepasang
elektron (donor elektron)

F H F H

F B + :N H  F BN H

F H F H

Asam Basa

Kelebihan Asam-Basa Lewis

1. Dapat menjelaskan reaksi asam basa yang berlangsung dalam pelarut air, pelarut
bukan air bahkan tanpa pelarut.
2. Dapat menjelaskan teori asam basa tanpa H+ dan OH-
3. Dapat menjelaskan reaksi seperti pembentukan Ion Kompleks dan Organik sebagai
reaksi asam-basa.

Asam Monoprotik,diprotik,poliprotik

Berdasarkan jumlah ion H+ yang dilepaskan asam dikelompokkan menjadi asam


monoprotik, diprotik, dan triprotik.

a. Asam monoprotik yaitu asam yang melepaskan satu ion H+ dalam pelarut air,
misalnya:

HCl(aq)  H+(aq) + Cl-(aq)


HNO3(aq)  H+(aq) + NO3-(aq)

b. Asam diprotik yaitu asam yang melepaskan dua ion H+ dalam pelarut air, misalnya:

H2SO4(aq)  2 H+(aq) + SO42-(aq)

c. Asam triprotik yaitu asam yang melepaskan tiga ion H+ dalam pelarut air, misalnya:

H3PO4 (aq) ↔ 3 H+(aq) + PO43-(aq)

Asam nonoksi,oksi

Berdasarkan rumus kimianya asam dibedakan sebagai asam nonoksi, asam oksi.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 104


a. Asam Nonoksi adalah asam yang tidak mengandung oksigen

HF  H+ + F-
HCl  H+ + Cl-
HBr  H+ + Br-
HCN ↔ H+ + CN-
H2S ↔ 2H+ + S2-

b. Asam Oksi adalah asam yang mengandung oksigen

HClO  H+ + ClO -
HClO3  H+ + ClO3 _
HNO3  H+ + NO3 -
H2SO4  2 H+ + SO42-

Asam kuat dan asam lemah

a. Asam kuat yaitu asam yang derajat ionisasinya mendekati 1 atau mengalami ionisasi
sempurna, misalnya: HCl, HBr, HNO3, HClO3, HClO4, HIO4, dan H2SO4.
b. Asam lemah yaitu asam yang derajat ionisasinya kecil atau mengalami ionisasi
sebagian seperti: HCOOH, CH3COOH, H2CO3, HCN, dan H2S.

Basa Monohidroksi dan Polihidroksi

LiOH  Li++ OH-


NaOH  Na+ + OH-
KOH  K+ + OH-

Mg(OH)2  Mg2+ + 2 OH–


Sr(OH)2  Sr2+ + 2 OH–
Ba(OH)2  Ba2+ + 2 OH–
Zn(OH)2 ↔ Zn2+ + 2 OH–
Al(OH)3 ↔ Al3+ + 3 OH–
Fe(OH)2 ↔ Fe2+ + 2 OH–
Fe(OH)3 ↔ Fe3+ + 3 OH–

1. Konstanta Ionisasi Air

Konsentrasi H2O yang terionisasi menjadi H+ dan OH– sangat kecil dibandingkan
dengan [H2O] mula-mula, sehingga [H2O] dapat dianggap tetap, maka harga K[H2O]
juga tetap, yang disebut konstanta kesetimbangan ionisasi air atau ditulis Kw.
Kw = [H+] [OH-]

Pada suhu 25℃, Kw yang didapat dari percobaan adalah 1,0 x 10–14. Harga Kw ini
bergantung pada suhu, tetapi untuk percobaan yang suhunya tidak terlalu menyimpang
jauh dari 25􀁲C, harga itu dapat dianggap tetap.
Kw = [H+] [OH-] = 10-14

maka [H+] dalam air = 10-7 M dan [OH–] dalam air = 10-7 M

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 105


2. Ionisasi Asam Kuat dan Basa Kuat

Reaksi Ionisasi Asam kuat dan basa kuat merupakan ionisasi sempurna sehingga untuk
mencari konsentrasi suatu H+ / OH- hanya digunakan perbandingan koefisien.

HCl  H+ + Cl-

0,1 M 0,1 M 0,1M

Untuk mencari OH- juga disa dicari dengan hubungan Kw , maka

[OH-] = Kw/[H+] = 10-14/10-1 = 10-13

3.Konstanta Asam Lemah dan Basa Lemah

Ciri-ciri asam lemah dan basa lemah memiliki tetapan ionisasi asam (Ka) dan
tetapan ionisasi basa (Kb).

Asam lemah [HA] akan terionisasi dengan reaksi kesetimbangan.


HA(aq) ↔ H+(aq) + A–(aq)
Ka adalah konstanta kesetimbangan asam

[H+] = √𝑲𝐚. 𝐌𝐚

Dari rumus di atas, [H+] dari asam lemah dapat ditentukan asal harga Ka-ny diketahui.
Jika Ka besar maka [H+] juga besar atau asam makin kuat.
Jadi, dapat disimpulkan:

Makin besar Ka suatu asam, sifat asam makin kuat.

Basa lemah [BOH] akan terionisasi dengan reaksi kesetimbangan.


BOH(aq) ↔ B+(aq) + OH-(aq)
Kb adalah konstanta kesetimbangan basa

[H+] = √𝑲𝐛. 𝐌𝐛

Dari rumus di atas, [OH-] dari basa lemah dapat ditentukan asal harga Kb-ny diketahui.
Jika Kb besar maka [OH-] juga besar atau basa makin kuat.
Jadi, dapat disimpulkan:

Makin besar Kb suatu basa, sifat basa makin kuat.

Hubungan derajat ionisasi asam (𝜶) dengan harga Ka

Suatu asam lemah HA dengan konsentrasi a molar membentuk ion H+ dan A–


dengan derajat ionisasi = 𝛼 Maka dihasilkan persamaan:

[H+] = Ma.𝜶

Hubungan derajat ionisasi basa (𝜶) dengan harga Kb

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 106


Suatu basa lemah BOH dengan konsentrasi a molar membentuk ion B+ dan OH–
dengan derajat ionisasi = 𝛼 Maka dihasilkan persamaan:

[OH-] = Mb.𝜶

Contoh Soal:
1. Berapa konsentrasi H+ dan OH– dalam 500 mL larutan HCl 0,1 M?
Penyelesaian:
Reaksi ionisasi HCl(aq) --> H+(aq) + Cl-(aq)
Perbandingan koefisien 1 1 1
[H+] =1 x 0,1 M = 0,1 M
Konsentrasi OH- dalam HCl 0,1 M adalah
[H+] [OH–] = 10-14 M
0,1 [OH–] = 10-14 M
[OH- ] = 10-13 M.
Jadi, [H+] = 0,1 M dan [OH–] = 10-13 M.

2. Tentukan [H+] yang terdapat dalam asam formiat 0,01 M. Jika diketahui Ka HCOOH
= 1,7 x 10-4.
Penyelesaian:
Persamaan reaksi ionisasi HCOOH
HCOOH(aq)  H+(aq) + HCOO-(aq)
[H+] = √Ka.Ma
= √1,7.10-4 . 0,01
= 1,30 x 10-3 M
Jadi, konsentrasi ion H+ dalam larutan HCOOH 0,01 M adalah 1,34 x 10-3 M.

3. Tentukan [OH–] yang terdapat dalam larutan amonia 0,5 M jika diketahui Kb NH3 =
1,8 x 10–5.
Penyelesaian:
Dalam air NH3 terionisasi sebagai berikut.
NH4OH(aq) NH4 +(aq) + OH-(aq)
[OH–] = √Kb.Mb
= √1,8 . 10-5 . 0,5
= 3 x 10-3
Jadi konsentrasi ion OH– dalam larutan amonia 0,5 M adalah 3 x 10-3 M.

PERHITUNGAN pH LARUTAN

1. Larutan Netral , [H+] = [OH-] , pH = 7


2. Larutan Asam , [H+] > [OH-] , pH < 7
3. Larutan Basa [H+] < [OH-] , pH > 7

pH = - log [H+]

pOH = - log [OH-]

pH + pOH = 14

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 107


Contoh:

1. Suatu Basa memiliki konsentrasi 4,3 . 10-4 M, hitung pH!

Jawab:

pOH = - log [ OH- ]

= - log [ 4,3 . 10-4 ] = 4 – log 4,3

pH = 14 – pOH

= 14 – 4 – log 4,3 = 10 + log 4,3

TRAYEK pH ASAM-BASA

Indikator asam-basa adalah zat yang berbeda warna pada suasana asam dan basa.
Indikator asam-basa yang berbentuk kertas contohnya lakmus merah dan lakmus biru.
Lakmus dapat mengindentifikasi larutan asam atau basa tetapi tidak sampai
menentukan harga pHnya. Untuk mengindentifikasi harga pH dikenal indikator universal
baik berupa kertas maupun cair.
Setiap indikator dilengkapi dengan pita warna yang menunjukkan skala pH.
Penggunaan pita warna untuk menguji pH harus satu produk dengan indikatornya,
karena setiap merk kadang-kadang ada perbedaan.
Trayek warna pH indikator asam-basa ada yang dari warna merah ke biru dan dari
warna merah ke ungu.
Contoh indikator universal warna adalah seperti Gambar 7.2.

Asam Basa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1213 14

pH Warna Indikator Universal pH Warna Indikator Universal

1 Merah 8 Hijau biru


2 Merah 9 Hijau biru
3 Merah muda 10 Biru
4 Merah jingga 11 Biru
5 Jingga 12 Biru
6 Kuning 13 Biru
7 Hijau 14 Biru

Ada pula indikator yang berubah warna pada pH tertentu. Harga pH tersebut
disebut trayek pH indikator. Trayek pH indikator tersebut ditulis sebagai berikut.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 108


Indikator Trayek
pH
Metil jingga 3,0 – 4,4
Metil merah 4,2 – 6,2
Brom timol 6,0 – 7,8
Fenolftalein
biru 8,0 – 9,2

Contoh:
Suatu larutan diuji dengan indikator metil jingga, brom timol biru, dan
lakmus. Data perubahan warna pada indikator adalah sebagai berikut.

Indikator Warna

Lakmus Merah
Lakmus
merah biru Merah
Metil jingga Kuning
Brom timol Kuning
biru
Perkirakan trayek pH larutan tersebut!
Penyelesaian:

Perhatikan tabel trayek pH indikator:


Lakmus merah warnanya merah maka pH < 7 Lakmus biru warnanya merah maka pH <
7 Metil jingga warnanya kuning trayek pH > 4,4 Brom timol biru warnanya kuning,
trayek pH < 6

Metil jingga
Bromitol biru
lakmus

Trayek pH larutan adalah 4,4 – 6.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 109


BAGAIMANA MEMPREDIKSI SIFAT ASAM-BASA DARI SUATU GARAM

For Conjugate Pairs : Kw = Ka x Kb

Suatu Asam dan Basa jika dikalikan maka memiliki nilai Kw . Kw pada suhu 25℃ 1atm
adalah 10-14 , maka misal jika suatu asam memiliki konsentrasi 10-3 maka konsentrasi
konjugasinya adalah 10-9

Apa yang kita dapat dari hal tersebut?

Berdasarkan data tersebut maka didapat 4 pernyataan:

1. Suatu Asam kuat jika terionisasi maka sisa asam / basa konjugasinya
sangat lemah.
2. Suatu Basa kuat jika terionisasi maka sisa basa / asam konjugasinya sangat
lemah .
3. Suatu Asam lemah jika terionisasi maka sisa asam / basa konjugasinya kuat.
4. Suatu Basa lemah jika terionisasi maka sisa basa / asam konjugasinya kuat.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 110


Contoh:

NaOH + HCl  NaCl + H2O

Basa kuat Asam kuat Garam netral

Karena terbentuk dari basa kuat


yang asam konjugasinya sangat
lemah dengan asam kuat yang
basa konjugasinya sangat lemah
sehingga praktis garam tersebut
bersifat netral.

HCl + NH4OH  NH4Cl + H2O

Asam kuat Basa lemah Garam asam

Karena terbentuk dari basa lemah


yang asam konjugasinya kuat
dengan asam kuat yang basa
konjugasinya sangat lemah
sehingga praktis garam tersebut
bersifat asam.

NaOH + HCN  NaCN + H2O

Basa kuat Asam lemah Garam basa

Karena terbentuk dari basa kuat


yang asam konjugasinya sangat
lemah dengan asam lemah yang
basa konjugasinya kuat sehingga
praktis garam tersebut bersifat
basa.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 111


Untuk asam lemah dengan basa lemah akan dibahas selanjutnya

HITUNGAN KESETIMBANGAN ION DALAM LARUTAN GARAM

❖ UNTUK KONSENTRASI GARAM DARI ASAM LEMAH DENGAN BASA KUAT

𝐾𝑤
[OH-] = √ 𝐾𝑎 [𝐴- 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]

❖ UNTUK KONSENTRASI GARAM DARI ASAM KUAT DENGAN BASA LEMAH

𝐾𝑤
[H+] = √ 𝐾𝑏 [𝑀 + garam ]

Untuk kedua rumus diatas konsentrasi garam yang dihitung bukan garamnya tetapi ion-
ion garam tersebut maka ketika mengerjakan suatu soal hendaknya garam tersebut di
tulis reaksi ionisasi dengan menyetarakan reaksi.

Examples:

CH3COONa  CH3COO- + Na+

(CH3COO)2Ba  2CH3COO- + Ba2+

❖ UNTUK KONSENTRASI GARAM DARI ASAM LEMAH DENGAN BASA LEMAH

Untuk garam dari asam lemah dengan basa lemah dapat dihitung dengan menentuka
nilai Ka dan Kb nya.

Jika Ka > Kb

𝑲𝒘
[H+] = √ 𝑲𝒃 𝐊𝐚

Jika Kb > Ka

𝑲𝒘
[OH-] = √ 𝑲𝒂 𝐊𝐛

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 112


Contoh:

1. Hitung pH larutan NH4Cl 1000 mL 0,02 mol (Kb = 1,8 . 10-5 )

Jawab:

Konsentrasi NH4Cl = 0,02mol / 1 L = 0,02 M

NH4Cl  NH4+ + Cl-

0,02 M 0,02 M

𝐾𝑤
[H+] = √ 𝐾𝑏 [𝑀 + garam ]

10−14
[H+] = √1,8 .10−5 [0,02]

= 3,3 . 10-6

pH = - log [H+]

= - log [3,3 . 10-6]

= 6 – log 3,3

2. Berapa pH larutan garam (NH4)2CO3 0,1 M jika Ka H2CO3 = 10-4 dan Kb NH4OH =
10-6

Jawab:

Ka > Kb

𝑲𝒘𝐊𝐚
[H+] = √ 𝑲𝒃

𝟏𝟎−𝟏𝟒 𝟏𝟎−𝟒
[H+] = √ 𝟏𝟎−𝟔

= √𝟏𝟎−𝟏𝟐

= 10-6

pH = - log [H+]

= - log [ 10-6 ]

=6

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 113


PENGERTIAN DAN PEMBUATAN BUFFER

Larutan penyangga adalah larutan yang mengandung asam lemah dengan


basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya. Larutan
penyangga yang mengandung asam lemah bersifat asam. Larutan
penyangga yang mengandung basa lemah bersifat basa.

Larutan penyangga dapat dibuat dengan dua cara. Pertama dengan cara
mencampurkan langsung komponen-komponennya yaitu suatu asam lemah dengan
garamnya atau suatu basa lemah dengan garamnya. Kedua dengan cara mencampurkan
asam lemah dan basa kuat dengan jumlah asam lemah yang berlebih atau
mencampurkan basa lemah dan asam kuat dengan jumlah basa lemah berlebih

a. Mencampurkan asam lemah atau basa lemah dengan garamnya.


Contoh:
1) H2CO3 dicampur dengan NaHCO3, NaHCO3 membentuk ion HCO3 sehingga
terbentuk larutan penyangga H2CO3/HCO3-.
2) NH3(aq) dicampur dengan NH4Cl. NH4Cl membentuk ion NH4+, sehingga terbentuk
larutan penyangga NH3(aq)/NH4+.

b. Mencampurkan asam lemah dengan basa kuat atau basa lemah dengan asam kuat.
Contoh:
1) Campuran larutan CH3COOH dengan larutan NaOH akan bereaksi dengan persamaan
reaksi:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq)  CH3COONa(aq) + H2O(l).
Jika jumlah CH3COOH yang direaksikan lebih banyak daripada NaOH maka akan
terbentuk CH3COONa dan ada sisa CH3COOH sehingga terjadi larutan penyangga
CH3COOH/CH3COO-.
2) Campuran NH3(aq) dengan HCl akan bereaksi dengan persamaan reaksi
NH3(aq) + HCl(aq)  NH4Cl(aq).
Jika jumlah NH3(aq) berlebih setelah bereaksi akan terbentuk NH4Cl dan ada sisa
NH3(aq) sehingga terjadi larutan penyangga NH3(aq)/NH4+.

Contoh:
1. Apa terjadi larutan penyangga jika 100 mL CH3COOH 0,5 M direaksikan dengan
200 mL NaOH 0,2 M?
CH3COOH(aq) + NaOH(aq)  CH3COONa(aq) + H2O(l)
Mol zat mula-mula : 50 mmol 40 mmol – –
Mol zat bereaksi : 40 mmol 40 mmol – –
Mol zat sisa : 10 mmol 0 40 mmol 40 mmol

Setelah bereaksi terdapat campuran antara CH3COOH dengan CH3COONa sehingga


terjadi larutan penyangga CH3COOH/CH3COO-.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 114


HITUNGAN LARUTAN BUFFER

Buffer Asam = Adalah campuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya.

[𝒂𝒔𝒂𝒎 𝒍𝒆𝒎𝒂𝒉]
[H+] = Ka [𝒃𝒂𝒔𝒂 𝒌𝒐𝒏𝒋𝒖𝒈𝒂𝒔𝒊]

Buffer Basa = Adalah campuran antara basa lemah dengan asam konjugasinya.

[𝒃𝒂𝒔𝒂 𝒍𝒆𝒎𝒂𝒉]
[OH-] = Kb [𝒂𝒔𝒂𝒎 𝒌𝒐𝒏𝒋𝒖𝒈𝒂𝒔𝒊]

Contoh :
1. Hitunglah pH larutan yang terdiri dari campuran 50 mL CH3COOH 0,1 M dan 50
mL CH3COONa 0,1 M, Ka = 1,7.10-5
Penyelesaian:
Dalam 50 mL CH3COOH 0,1 M terdapat 0,005 mol CH3COOH
Dalam 50 mL CH3COONa 0,1 M terdapat = 0,005 mol CH3COO–
Volum campuran = 100 mL
[CH3COOH] = 0,005 x 1000/100 = 0,05 mol L
[CH3COO–] = 0,05 mol L-1

[𝒂𝒔𝒂𝒎 𝒍𝒆𝒎𝒂𝒉]
[H+] = Ka [𝒃𝒂𝒔𝒂 𝒌𝒐𝒏𝒋𝒖𝒈𝒂𝒔𝒊]

[𝟎,𝟎𝟓 𝑴]
[H+] = 1,7. 10-5
[𝟎,𝟎𝟓 𝑴]
= 1,7 . 10-5
pH = –log[H+]
= –log 1,7.10-5
= 5 – 0,23 = 4,77
Jadi, pH larutan adalah 4,77.

2. Hitunglah pH larutan jika 100 mL NH3(aq) 0,2 M dicampurkan dengan 100 mL


HCl 0,1 M, Kb NH3(aq) = 1,8.10-5
Penyelesaian:
NH3 = 100/1000 x 0,2 = 0,02 mol
HCl = 100/1000 x 0,1 = 0,01 mol
NH3(aq) + HCl(aq)  NH4Cl(aq)
Mula-mula 0,02 mol 0,01 mol
Bereaksi 0,01 mol 0,01 mol
Setelah bereaksi 0,01 mol – 0,01 mol
Volum campuran = 200 mL = 0,2 L
[NH3] = 0,01 /0,2 L = 0,05 mol L-1
[NH4+] = 0,01/ 0 2 L = 0,05 mol L-1
[𝒃𝒂𝒔𝒂 𝒍𝒆𝒎𝒂𝒉]
[OH-] = Kb [𝒂𝒔𝒂𝒎 𝒌𝒐𝒏𝒋𝒖𝒈𝒂𝒔𝒊]

[𝟎,𝟎𝟓 𝑴]
[OH-] = 1,8 . 10-5 [𝟎,𝟎𝟓 𝑴]

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 115


pOH = –log 1,75.10-5
= 5 – log 1,75
= 4,76
pH = 14 – 4,76
= 9,24
Jadi, pH larutan adalah 9,24.

PENGARUH PENGENCERAN LARUTAN BUFFER

Bagaimana pengaruh pengenceran pada pH larutan penyangga?


Pengenceran atau penambahan air akan memperbesar volum
komponenkomponenlarutan penyangga. Untuk mengetahui pH-nya perhatikan contoh
soal berikut.

Contoh:
Ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari 200 mL NH3(aq) 0,6 M dengan 300 mL
NH4Cl 0,3 M (Kb NH3(aq) = 1,8.10-5) ditambahkan air sebanyak 500 mL. Tentukan pH
larutan mula-mula dan pH setelah di tambah 500 mL air.
Penyelesaian:
pH mula-mula
Jumlah mol NH3(aq) = 0,6 M x 200 mL = 120 mmol = 0,12 mol
Jumlah mol NH4+ = 0,3 M x 300 mL = 90 mmol = 0,09 mol
Volum campuran = 200 mL + 300 mL = 500 mL = 0,5 L
[NH3] = 0,12mol/0,5 L = 0,24 M
[NH4+] =0,09mol/0,5 L = 0,18 M

[𝒃𝒂𝒔𝒂 𝒍𝒆𝒎𝒂𝒉]
[OH-] = Kb [𝒂𝒔𝒂𝒎 𝒌𝒐𝒏𝒋𝒖𝒈𝒂𝒔𝒊]

[𝟎,𝟐𝟒]
[OH-] = 1,8 . 10-5 = 2,4 . 10-5
[𝟎,𝟏𝟖]

pOH = –log 2,4.10-5 = 5 – log 2,4 = 4,62


pH = 14 – 4,62 = 9,38
Jadi, pH mula-mula adalah 9,38.
pH setelah di tambah 500 mL air
Volum campuran menjadi 1.000 mL = 1 L
[NH3] = 0,12mol/1 L = 0,12 M
[NH4+] =0,09mol/1 L = 0,09 M

[𝒃𝒂𝒔𝒂 𝒍𝒆𝒎𝒂𝒉]
[OH-] = Kb [𝒂𝒔𝒂𝒎 𝒌𝒐𝒏𝒋𝒖𝒈𝒂𝒔𝒊]

[𝟎,𝟏𝟐]
[OH-] = 1,8 . 10-5 = 2,4 . 10-5
[𝟎,𝟎𝟗]

pOH = –log 2,4.10–5 = 4,62


pH = 14 – 4,62 = 9,38
Jadi, pH setelah ditambah 500 mL air adalah 9,38.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 116


Maka dapat disimpulkan bahwa:

Pengenceran suatu larutan buffer tidak mengubah pH buffer itu sendiri

PENGARUH PENAMBAHAN SEDIKIT ASAM ATAU BASA DALAM LARUTAN BUFFER

Bagaimana pengaruh penambahan sedikit asam atau basa pada pH larutan penyangga?
Untuk mengetahuinya perhatikan contoh soal berikut.

Contoh:

Larutan penyangga yang terdiri dari 50 mL CH3COOH 0,1 M dengan 50 mL CH3COONa


0,1 M (Ka CH3COOH = 1,7.10–5) mempunyai pH = 4,76. Berapa pH larutan setelah
ditambah 1 mL HCl 0,1 M.

Penyelesaian:

Pada larutan penyangga terdapat CH3COOH dan CH3COO–. Pada penambahan HCl, H+
dari HCl akan bereaksi dengan CH3COO– membentuk CH3COOH sehingga jumlah mol
CH3COOH akan bertambah sedangkan CH3COO akan berkurang.

Perhitungannya:
Jika H+ yang ditambahkan = 0,0001 mol maka akan bereaksi dengan 0,0001 mol
CH3COO– dan membentuk 0,0001 mol CH3COOH.

Jumlah komponen sebelum Jumlah komponen sesudah


CH3COOH = 0,005 mol CH3COOH = 0,005 + 0,0001 = 0,0051 mol
CH3COO- = 0,005 mol CH3COO- = 0,005 – 0,0001 = 0,0049 mol

Volum campuran = 100 mL + 1 mL = 101 mL = 0,101 L


[CH3COOH] =0,0051/0,101 L = 0,051 M
[CH3COO–] = 0,0049/0,101 L = 0,049 M
[𝟎,𝟎𝟓𝟏 𝑴]
[H+] = 1,7. 10-5 [𝟎,𝟎𝟒𝟗 𝑴]
= 1,77 . 10-5
pH = 5 – log 1,77 = 4,75.
pH mula-mula = 4,76, sedangkan pH setelah ditambah sedikit HCl = 4,75
maka dapat disimpulkan bahwa:
Larutan penyangga dapat mempertahankan pHnya jika ditambah sedikit asam
atau basa

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 117


TITRASI DAN PREPARASI TITRASI

PREPARASI TITRASI

1. Siapkan larutan yang akan ditentukan molartiasnya. Pipet larutan tersebut ke


dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet volume.
2. Pilih indikator berdasarkan trayek pH dan perubahan warna indikator untuk
memudahkan pengamatan. Tambahkan beberapa tetes pada larutan.
3. Tambahkan zat penitrasi setetes demi setetes dengan selalu menggoyangkan
erlenmeyer agar reaksi sempurna.
4. Sesekali, pinggiran erlenmeyer dibilas agar zat yang bereaksi tidak menempel
pada dinding erlenmeyer.
5. Ketika mendekati titik ekuivalen, penambahan zat penitrasi dilakukan dengan
sangat hati-hati. Buka kran buret,peniter yang keluar jangan sampai menetes,
tetapi ditempelkan pada dinding erlenmeyer kemudian bilas dan goyangkan.
6. Hitung molaritas larutan.

TITRASI

1. Penambahan zat tertentu (titran) ke sejumlah kuantitas tertentu zat lain (titer)
sampai syarat stoikiometrik.
2. Titik equivalen  Volume titran yang diperlukan agar dicapai ekuimolar.
3. Titik akhir  Volume titran untuk mencapai perubahan warna.

REAKSI ASAM-BASA

1. Menghasilkan asam dan basa konjugat.


2. Mungkin tidak menghasilkan produk yang kuat.
• asam kuat + basa kuat  garam netral (pH = 7)
• asam kuat + basa lemah  garam asam (pH < 7)
• asam lemah + basa kuat  garam basa (pH > 7)
• asam lemah + basa lemah  garam amfoter (cek nilai Ka dan Kb, mana
yang lebih besar/ dominan . Untuk jenis reaksi ini tidak dilakukan
perhitungan titrasi).

TIPS PERHITUNGAN KONSENTRASI DALAM TITRASI

Gunakan secara stoikiometri menggunakan tabel MRS (Mula, Reaksi, Sisa)

1. Pada sisa terdapat sisa asam kuat  Gunakan persamaan asam kuat.
2. Pada sisa terdapat sisa basa kuat  Gunakan persamaan basa kuat.
3. Pada sisa terdapat sisa asam lemah  Gunakan persamaan asam lemah.
4. Pada sisa terdapat sisa basa lemah  Gunakan persamaan basa lemah.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 118


5. Pada sisa terdapat sisa asam lemah dengan basa konjugasi  Gunakan
persamaan buffer asam.
6. Pada sisa terdapat sisa basa lemah dengan asam konjugasi  Gunakan
persamaan buffer basa.
7. Pada sisa terdapat sisa garam netral  pH = 7
8. Pada sisa terdapat sisa garam basa  Gunakan persamaan hidrolisis garam
basa.
9. Pada sisa terdapat sisa garam asam  Gunakan persamaan hidrolisis garam
asam.

TITIK EQUIVALEN

Titik ekuivalen adalah titik semua pereaksi bereaksi habis tanpa sisa

M1 . V1 = M2 . V2

Contoh:

1. Berapa mL NaOH 0,2 M yang harus ditambahkan dalam 50mL larutan 0,1 M HCl agar
mencapai titik equivalen?

Jawab:

V2 = M1.V1 / M2

= 0,05 . 0,1 / 0,2 = 0,025 L = 25 ml

4.3 TITRASI ASAM KUAT DENGAN BASA KUAT

KURVA TITRASI ASAM KUAT DENGAN BASA KUAT

NaOH dengan HCl

11

Titik equivalen
7
pH

1
0 10 20 30
Volume NaOH (mL)

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 119


Examples:

Hitung berapa pH 50 mL 0,1 HCl dititrasi dengan NaOH 0,2 M sebanyak?

a. 0 mL NaOH
b. 10 mL NaOH
c. 25 mL NaOH
d. 25,1 mL NaOH

Jawab :

Tips : Cari equivalen

V2 = M1.V1 / M2

= 0,05 . 0,1 / 0,2 = 0,025 L = 25 ml

a. 0 mL NaOH
pH = - log [H+] = - log [0,1] = 1

b. 10 mL NaOH

HCl + NaOH  NaCl + H2O


50 ml x 0,1 M= 5 mmol 10ml x 0,2 M = 2 mmol
Mula-mula : 5 mmol 2 mmol –
Bereaksi : 2 mmol 2 mmol 2 mmol

Sisa : 3 mmol 0 2 mmol

[H+] = 3 mmol /60 mL = 0,05 M


pH = - log [ 5. 10-2]
= 2 – log 5

c. 25 mL NaOH
Equivalen sehingga pH = 7 (garam netral)

d. 25, 1 mL NaOH

HCl + NaOH  NaCl + H2O


50 ml x 0,1 M= 5 mmol 25,1 ml x 0,2 M = 5,02 mmol
Mula-mula : 5 mmol 5,02 mmol –
Bereaksi : 5 mmol 5 mmol 5 mmol

Sisa : 0 mmol 0,2 mmol 5 mmol

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 120


[OH- ] =0,2 mmol / 75,1 mL = 0,002 M

pOH = - log [ 6 .10-3]

= 3 – log 6

pH = 14 – 3 – log 6

= 11 + log 6

TITRASI ASAM LEMAH DENGAN BASA KUAT

Kurva Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat

CH3COOH dengan NaOH

12
11
10 Titik equivalen
9
8
pH

7
6
5
4
3
0 10 20 30
Volume NaOH (mL)

Examples:

Hitung berapa pH 50 mL 0,1M CH3COOH (Ka = 10-7) dititrasi dengan NaOH 0,2 M
sebanyak?

a. 0 mL NaOH
b. 10 mL NaOH
c. 25 mL NaOH
d. 25,1 mL NaOH

Jawab :

Tips : Cari equivalen

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 121


V2 = M1.V1 / M2

= 0,05 . 0,1 / 0,2 = 0,025 L = 25 ml

a. 0 mL NaOH
[H+] = √𝐾𝑎 . 𝑀
= √10−7 x 10-1
= √10−8 = 10-4
pH = - log [10-4] = 4

b. 10 mL NaOH

CH3COOH + NaOH  CH3COONa + H2O


50 ml x 0,1 M= 5 mmol 10ml x 0,2 M = 2 mmol
Mula-mula : 5 mmol 2 mmol –
Bereaksi : 2 mmol 2 mmol 2 mmol

Sisa : 3 mmol 0 2 mmol

M CH3COOH = 3 mmol / 60 mL = 0,05 M


M CH3COO- = 2mmol / 60 mL = 0,033 M

[𝒂𝒔𝒂𝒎 𝒍𝒆𝒎𝒂𝒉]
[H+] = Ka [𝒃𝒂𝒔𝒂 𝒌𝒐𝒏𝒋𝒖𝒈𝒂𝒔𝒊]

[ 𝟎,𝟎𝟓 𝑴]
[H+] = 10-7 [𝟎,𝟎𝟑𝟑 𝑴]
= 10-7 x 1,5 = 1,5 x 10-7
pH = - log [1,5 . 10-7 ] = 7 – 1,5

c. 25 mL NaOH
CH3COOH + NaOH  CH3COONa + H2O
50 ml x 0,1 M= 5 mmol 25ml x 0,2 M = 5 mmol
Mula-mula : 5 mmol 5 mmol –
Bereaksi : 5 mmol 5 mmol 5 mmol

Sisa : 0 0 5 mmol

𝐾𝑤
[OH-] = √ 𝐾𝑎 [𝐴- 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]

10−14 5 𝑚𝑚𝑜𝑙
= √ 10−7 x [ 75 𝑚𝐿 ]

10−14
= √ 10−7 x [0,06]

= √10−6 𝑥 0,06

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 122


= √6 𝑥 10−8
= √6 x 10-4
pOH = - log √6 𝑥 10-4 = 4 – log √6
pH = 14 – 4 – log 6 = 10 + log √6 (equivalen)

d. 25, 1 mL NaOH
CH3COOH + NaOH  NaCl + H2O
50 ml x 0,1 M= 5 mmol 25,1 ml x 0,2 M = 5,02 mmol
Mula-mula : 5 mmol 5,02 mmol –
Bereaksi : 5 mmol 5 mmol 5 mmol

Sisa : 0 mmol 0,2 mmol 5 mmol

[OH- ] =0,2 mmol / 75,1 mL = 0,002 M

pOH = - log [ 6 .10-3]

= 3 – log 6

pH = 14 – 3 – log 6

= 11 + log 6

4.5 TITRASI BASA LEMAH DENGAN ASAM KUAT

Untuk titrasi ini perhitungannya sama secara stoikiometri untuk kurva titrasi , titik
equivalen berada di bawah pH < 7

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 123


BAB 18

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

KELARUTAN

Kelarutan adalah kemampuan melarut suatu zat didalam sejumlah pelarut pada
suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinotasikan dengan s yang berarti solubilities dan
hasil kali kelarutannya disebut Ksp yang artinya solubility product constant.

AgCl  Ag+ + Cl-

s s s

maka Ksp AgC = [Ag]+ [Cl]-

= s. s

= s2

maka besarnya kelarutan (s) = √Ksp

Faktor yang mempengaruhi kelarutan:

1. Jenis Pelarut

Prinsipnya:

“Like dissolved like”

Senyawa polar larut dalam larutan polar dan senyawa non polar larut dalam larutan
nonpolar.

2. Pengadukan

Semakin lama pengadukan maka semakin besar kelarutannya,hal ini dikarenakan


tumbukan antarpartikel lebih cepat.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 124


3. Suhu

Disertai kenaikan suhu, akan memperbesar kelarutan . Namun ada pula yang justru
mengalami penurunan dan senyawa tersebut sangat langka, sehingga praktis dapat
disimpulkan bahwa kenaikan suhu mempengaruhi / memperbesar kelarutan karena
jarak antarmolekul akan meregang dan akan terlepas sehingga larut.

HASIL KALI KELARUTAN

Suatu garam ketika masukkan dalam air didalam gelas maka ketika diaduk maka
garam tersebut akan larut jika garam ditambah terus menerus maka garam tersebut
sudah tidak akan larut lagi. Keadaan saat zat pelarut sudah tidak mampu lagi
melarutkan zat yang ditambahkan disebut keadaan jenuh.

Suatu reaksi:

AgCl  Ag+ + Cl-

s s s

maka Ksp AgCl = [Ag+] [Cl-]

Sehingga rumus Ksp adalah

Ksp = [Am+ ]x [Bn- ]y

[Am+ ] = Konsentrasi kation

[Bn- ] = Konsentrasi anion

x dan y = Koefisien

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 125


▪ Contoh :

Apabila Ksp AgCl = 1,6 x 10-10

Tentukan kelarutan AgCl

AgCl  Ag+ + Cl-

s s s

1,6 x 10-10 = [Ag]+ [Cl]-

= s .s = s2

maka besarnya kelarutan (s) = √1,6 x 10-10

s = 1,27 x 10-5

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 126


PENGARUH ION SENAMA

▪ Ketika suatu senyawa AgCl dilarutkan dalam air maka reaksinya :

AgCl   Ag+ + Cl-

Namun ketika senyawa AgCl dilarutkan dalam senyawa NaCl maka:

NaCl  Na+ + Cl-

AgCl   Ag+ + Cl-

adanya ion Cl- dari larutan NaCl menambah jumlah mol Cl- dari AgCl hal tersebut
disebut Ion Senama.

Berdasarkan Prinsip Le Chatelier

AgCl(s)   Ag+ (aq)+ Cl- (aq)

Cl-

ditambah Cl-

Kesetimbangan bergeser ke kiri

“penambahan ion senama memberikan efek pergeseran kesetimbangan ke reaktan


sehingga besar kelarutan semakin kecil”

▪ Bukti secara hitungan

Tentukan kelarutan CaC2O4 dalam air dan dalam larutan CaCl2 0,01 M jika Ksp CaC2O4 =
2,3 x 10-9

1. Dalam Air

CaC2 O4   Ca2+ + C2 O4 2-
s s s

Ksp CaC2O4 = [ Ca2+ ][ C2 O4 2- ]

2,3 x 10-9 = s.s

s = √ 2,3 x 10-9

= 4,8 x 10-5

2. Didalam larutan CaCl2 0,01 M

CaCl2  Ca2+ + 2Cl-

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 127


0,01M 0,01 M 0,02M

CaC2 O4   Ca2+ + C2 O4 2-

s 0,01M + s s

Ksp CaC2O4 = [ Ca2+ ][ C2 O4 2- ]

2,3 x 10-9 = s . [0,01 + s]

Nilai s dalam [o,o1 + s] sangatlah kecil sehingga dapat diabaikan.

Maka :

2,3 x 10-9 = s . 0,01

s = 2,3 x 10-9 ÷ 0,01 = 2.3 x 10-7

Hasil:

Kelarutan dalam Air = 4,8 x 10-5

Kelarutan dalam larutan CaCl2 = 2.3 x 10-7

Terbukti bahwa penambahan ion senama dapat memperkecil kelarutan.

pH dan KELARUTAN

Senyawa yang sukar larut adalah senyawa basa dan garam, sedangkan asam mudah larut
karena asam memiliki pasangan nonlogam yang selalu larut dalam air.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 128


Efek pH dalam kelarutan

Mg(OH)2  Mg2+ + 2OH-

Jika dilarutkan dalam Asam , maka

HCl  H+ + Cl-
Membentuk H2O

Mg(OH)2  Mg2+ + 2OH-

maka OH- berkurang sehingga :

Mg(OH)2  Mg2+ + 2OH-

Kesetimbangan bergeser ke kanan

Sehingga :

Dalam senyawa basa sukar larut penambahan asam maka kelarutan


semakin besar.

Efek pH dalam kelarutan

Mg(OH)2  Mg2+ + 2OH-

Jika dilarutkan dalam Basa , maka

NaOH  Na+ + OH-

Mg(OH)2  Mg2+ + 2OH-

maka OH- bertambah sehingga :

Mg(OH)2  Mg2+ + 2OH-

jumlah OH- bertambah

Kesetimbangan bergeser ke kiri

Sehingga :

Dalam senyawa basa sukar larut penambahan basa maka kelarutan semakin kecil.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 129


Hitung kelarutan Mg(OH)2 dalam pH = 2 dan pH = 12 ,kelarutan dalam air murni
sebesar = 1,14 x 10-4 . (Ksp = 6.10-12 )

1. Dalam pH = 2

Maka pOH = 14- 2 = 12

[OH- ] = 10-12

Mg(OH)2  Mg2+ + 2OH-

s 10-12

Ksp = [Mg2+ ] [OH- ]2

6.10-12 = s (10-12 )2

= s . 10-24

s = 6.10-12 ÷ 10-24 = 6.1012 (semakin besar)

2. Dalam pH = 12

Maka pOH = 14- 12 = 2

[OH- ] = 10-2

Mg(OH)2  Mg2+ + 2OH-

s 10-2

Ksp = [Mg2+ ] [OH- ]2

6.10-12 = s (10-2 )2

= s . 10-4

s = 6.10-12 ÷ 10-4 = 6.10-8 (semakin kecil)

REAKSI PENGENDAPAN

Reaksi pengendapan adalah reaksi ketika suatu zat direaksikan dengan zat lain maka
akan membentuk endapan.

Q : Hasil kali konsentrasi ion-ion dalam suatu larutan saat dicampurkan.

Ksp : Hasil kali kelarutan

Jika Q < Ksp = Tidak terbentuk endapan

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 130


Jika Q = Ksp = Tepat Jenuh

Jika Q > Ksp = Terbentuk endapan

Contoh:

5 mL CaSO4 0,05 M dicampur dengan 5 mL BaCl2 0,05 M. Apakah akan terjadi


endapan BaSO4 ? (Ksp BaSO4 = 1,1.10-10

Penyelesaian:

5 mL CaSO4 0,05 M = 25.10-5 mol

5 mL BaCl2 0,05 M = 25.10-5 mol

Volume campuran = 10 mL.

[SO 2-] = 10÷1000 x 25.10-5 mol = 25.10-3 M

[Ba2+] = 10÷1000 x 25.10-5 mol = 25.10-3 M

Q = [Ba2+][SO2-] = (25.10-3)2 = 6,25.10-4


6,25.10-4 > Ksp BaSO4 1,1.10-10

maka campuran ini membentuk endapan.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 131


CONTOH SENYAWA YANG DIHASILKAN DENGAN REAKSI PENGENDAPAN

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 132


BAB 19

ELEKTROKIMIA

SEL GALVANI

Ciri-ciri :

1. Dasar reaksi spontan


2. Melepas energi sebagai kalor bila tidak melalui resistans (hambatan)
3. Dapat dipisahkan kedalam dua wadah untuk menghasilkan energi seperti yang
diaplikasikan pada baterai
4. Reaksi redoks menjadi reaksi listrik

ANATOMI SEL GALVANI

1. Sel (wadah yang mengandung reaktan untuk tiap setengah reaksi)


2. Kawat yang menghantarkan arus di rangkaian luar
3. Jembatan garam untuk membantu gerakan ion

HARUS INGAT!!

KATODA SELALU MENGALAMI REAKSI REDUKSI

ANODA SELALU MENGALAMI REAKSI OKSIDASI

SEL GALVANI/SEL ELEKTROKIMIA


1. Dalam semua sel, terjadi transfer elektron antara katoda dan anoda.
2. Arus listrik dihantarkan melalui aliran elektron

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 133


3. Untuk mencegah penumpukan , muatan jembatan garam memungkinkan ion
bergerak dalam sel.

NOTASI SEL

POTENSIAL SEL STANDARD


Potensial Elektroda Standar ( E0 ) :
Potensial sel adalah selisih potensial yang dihasilkan oleh kedua elektroda.
Potensial sel = Gaya Gerak Listrik ( GGL )
Potensial Standar ( E0sel ) adalah potensial sel yang diukur pada 250C dengan
konsentrasi 1 M dan tekanan gas 1 atm.

Contoh: Ditentukan dua buah elektrode sebagai berikut :


Ag+(aq) + e  Ag(s) E0 = + 0,80 volt
Mg2+(aq) + 2e  Mg(s) E0 = - 2,37 volt
a. Tentukan E0sel yang disusun dari kedua elektrode tersebut!
b. Tulis reaksi elektrode dan reaksi selnya!

Jawab:
a. E0sel = E0katoda – E0anoda
= + 0,80 – (-2,37)
= +3,17 volt
b. Katoda (reduksi) : 2 Ag+ + 2e → 2 Ag E0 = + 0,80 Volt
Anoda (oksidasi) : Mg → Mg2+ + 2e E0 = + 2,37 Volt +
Reaksi sel (redoks) 2 Ag+ + Mg → 2 Ag + Mg2+ Esel = + 3,17 Volt

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 134


SEL ELEKTROLISIS

Sel elektrolisis terdiri dari sebuah wadah, elektroda, larutan elektrolit dan sumber arus.
Reaksi sel elektrolisis :
A. Di katoda ( terjadi reduksi ), bila zatnya berupa leburan / cairan maka kation
tereduksi ( M2++2e →M ). Bila zatnya berupa larutan perhatikan jenis kation /
ion positifnya. Bila kation asam ( H+ ) akan tereduksi ( 2H++2e→H2 ), bila kation
logam (IA,IIA,Al,Mn) air yang tereduksi dengan reaksi : 2 H2O+ 2e →2OH-+ H2,
dan bila kation yang lain kation tersebut yang tereduksi ( M2++2e →M ).
B. Di anoda ( terjadi oksidasi ), perhatikan elektrodanya.
Bila elektrodanya inert ( C, Pt, Au ) perhatikan jenis anion / ion negatifnya.
Bila anionnya X- terjadi oksidasi 2 X-→ X2 + 2e.
Bila anionnya OH- terjadi oksidasi 4 OH-→2 H2O+O2+4e
Bila anion yang lain, air teroksidasi 2 H2O→4H++O2+4e
Kemudian apabila elektrodanya aktif ( selain C, Pt, Au ) maka elektrode akan
teroksidasi menurut reaksi Y → Yx+ + xe.
Contoh:
1. Elektrolisis larutan H2SO4 dengan elektroda Pt.
H2SO4 2 H+ + SO42-
Katoda : 2 H+ + 2e  H2 )x2
Anoda : 2 H2O  4 H+ + O2 + 4e +
2 H2 O  2 H2 + O2

2. Elektrolisis leburan NaCl dengan elektroda Pt


NaCl  Na+ + Cl-
Katoda : 2 Na+ + 2e  2 Na
Anoda : 2 Cl-  Cl2 + 2e +
2Na + 2 Cl  2 Na + Cl2
+ -

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 135


HUKUM FARADAY

1. FARADAY I
1 mol elektron = 1 Faraday= 96500 coulumb

𝒊𝒕
F = Q = 𝟗𝟔𝟓𝟎𝟎

𝒆𝒊𝒕
W = 𝟗𝟔𝟓𝟎𝟎

e = Ar/ valensi

2. FARADAY II

𝑾𝟏 𝒆𝟏
=
𝑾𝟐 𝒆𝟐

Perbedaan sel volta dan sel elektrolisis:

Sel Volta Sel Elektrolisis


1. Energi kimia diubah menjadi 1. Energi listrik diubah menjadi
energi listrik energi kimia
2. Katoda kutub + ; Anoda kutub 2. Katoda kutub - ; Anoda kutub
– (disingkat KaPAN) +
3. Reaksi berjalan spontan (disingkat KNAP)
3. Reaksi tidak spontan

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 136


UNIT V : LAJU DAN REAKSI KIMIA
BAB:

20. LAJU REAKSI

21. KIMIA INTI

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 137


BAB 20

LAJU REAKSI

Merupakan:

✓ Berkurangnya jumlah pereaksi untuk setiap satuan waktu atau bertambahnya


jumlah hasil reaksi untuk satuan waktu.
✓ Berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi hasil reaksi
setiap satu satuan waktu (sekon).
✓ Dinyatakan dalam satuan mol dm-3s-1-

KONSEP LAJU REAKSI

Menyatakan laju berkurangnya jumlah reaktan atau laju bertambahnya produk dalam
satuan waktu.

AB
∆[𝐴] ∆[𝐵]
Laju reaksi = - 
∆𝑡 ∆𝑇

Molekul B
Jml Molekul

Molekul A

Waktu

ex:

1. Berdasar reaksi:
2N2O5  4NO2 + O2

N2O5 berkurang dari 2 M menjadi 0,5 M dalam waktu 10 detik. Berapa laju reaksinya?

Answer:

2-0,5/10 = 1,5/10 = 0,15 M/detik.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 138


Persamaan Laju Reaksi

v= k [A]m [B]n
✓ v = laju reaksi
✓ k = tetapan laju reaksi
✓ m = tingkat reaksi (orde reaksi terhadap A)
✓ n = tingkat reaksi (orde reaksi terhadap B)
✓ [A] = konsentrasi awal A
✓ [B] = konsentrasi awal B

Orde satu orde nol Orde Dua

Contoh:
Persamaan Reaksi:
2H2 + 2NO  2H2O + N2
Percobaan [NO] awal [H2] awal ( Laju awal pembentukan
ke (mol dm )
-3 mol dm )
-3 N2
(mol dm-3 det-1)
1 0,006 0,001 0,003
2 0,006 0,002 0,006
3 0,006 0,003 0,009
4 0,001 0,006 0,0005
5 0,002 0,006 0,002
6 0,003 0,006 0,0045

Carilah orde reaksi H2 dan NO serta tentukan Laju reaksi total dan
tentukan pula tetapan laju reaksi.

Laju ∞ H2

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 139


v1/v2 = k [NO]m [H2]n/ k [NO]m [H2]n
0,003/0,006 = k(0,006)m (0,001)n / k (0,006)m (0,002)n
½ = (1/2) n
n= 1

Laju ∞ NO

v1/v2 = k [NO]m [H2]n/ k [NO]m [H2]n


0,0005/0,002 = k [0,001]m [0,006]n / k [0,002]m [0,006]n
¼ = (1/2)m
m=2

sehingga:
v = k [NO]2 [H2]
Orde reaksi total = 3
Maka:
v = k [NO]2 [H2]
0,006 M/s = k (0,006 M)2 (0,002M)
k= 0,006 /(0,006 M)2 (0,002M)
k = 8,33 x 104 M/s

Faktor yang memengaruhi laju reaksi:


1. Konsentrasi
Pada umumnya, reaksi akan berlangsung lebih cepat jika konsentrasi pereaksi
diperbesar. Zat yang konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel yang lebih
banyak, sehingga partikel-partikelnya tersusun lebih rapat dibanding zat yang
konsentrasinya rendah. Partikel yang susunannya lebih rapat, akan lebih sering
bertumbukan dibanding dengan partikel yang susunannya renggang, sehingga
kemungkinan terjadinya reaksi makin besar.
2. Luas Permukaan
Salah satu syarat agar reaksi dapat berlangsung adalah zat-zat pereaksi harus
bercampur atau bersentuhan. Pada campuran pereaksi yang heterogen, reaksi hanya
terjadi pada bidang batas campuran. Bidang batas campuran inilah yang dimaksud
dengan bidang sentuh. Dengan memperbesar luas bidang sentuh, reaksi akan
berlangsung lebih cepat.
3. Temperatur
Setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur, energi gerak atau
energi kinetik partikel bertambah, sehingga tumbukan lebih sering terjadi. Dengan
frekuensi tumbukan yang semakin besar, maka kemungkinan terjadinya tumbukan

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 140


efektif yang mampu menghasilkan reaksi juga semakin besar. Suhu atau temperatur
ternyata juga memperbesar energi potensial suatu zat. Zat zat yang energi potensialnya
kecil, jika bertumbukan akan sukar menghasilkan tumbukan efektif. Hal ini terjadi
karena zat-zat tersebut tidak mampu melampaui energi aktivasi. Dengan menaikkan
suhu, maka hal ini akan memperbesar energi potensial, sehingga ketika bertumbukan
akan menghasilkan reaksi.

4. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat terjadinya reaksi, tetapi pada
akhir reaksi dapat diperoleh kembali. Fungsi katalis adalah menurunkan energi aktivasi,
sehingga jika ke dalam suatu reaksi ditambahkan katalis, maka reaksi akan lebih mudah
terjadi. Hal ini disebabkan karena zat-zat yang bereaksi akan lebih mudah melampaui
energi aktivasi.

Contoh tumbukan yang menghasilkan reaksi dan


tumbukan yang tidak menghasilkan reaksi antara
molekul hidrogen (H2) dan molekul iodin (I2), dapat
dilihat pada gambar disamping.
H2(g) + I2(g) 2HI(g)

energi Sebelum suatu tumbukan terjadi, partikel-partikel


memerlukan suatu energi minimum yang dikenal sebagai
energi pengaktifan atau energi aktivasi (Ea). Energi
Ea pengaktifan atau energi aktivasi adalah energi minimum
yang diperlukan untuk berlangsungnya suatu reaksi. Sebagai
contoh adalah reaksi antara hidrogen (H2) dengan oksigen
(O2) menghasilkan air, dapat dilihat pada gambar disamping.

Ketika reaksi sedang berlangsung akan terbentuk zat kompleks teraktivasi.Zat kompleks
teraktivasi berada pada puncak energi. Jika reaksi berhasil, maka zat kompleks teraktivasi
akan terurai menjadi zat hasil reaksi.

Hasil reaksi
pereaksi

pereaksi ∆𝐻 ∆𝐻 Hasil reaksi

Energi pengaktifan dan energi yang dilepas (eksoterm) atau energi yang diserap (endoterm)

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 141


A. Pengaruh Konsentrasi
Pada umumnya, reaksi kimia akan berlangsung lebih cepat, jika konsentrasi
pereaksi ditingkatkan.
B. Pengaruh Luas Permukaan
Reaksi kimia dapat terjadi antara reaksi satu fasa maupun beda fasa. Pada reaksi
yang berlangsung lebih dari satu fasa, tumbukan antarpartikel atau reaksi terjadi pada
permukaan bidang sentuh. Jika luas permukaan ini diperbanyak, dengan jalan
memperkecil ukuran partikel, maka laju reaksi menjadi lebih cepat.
C. Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi
Reaksi kimia terjadi karena adanya tumbukan yang efektif antarpartikel,
tumbukan yang terjadi karena partikel-partikel yang selalu bergerak. Dengan
peningkatan suhu, energi kinetik partikel semakin besar. Hal ini menyebabkan gerak
partikel juga semakin besar, sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan yang efektif
juga semakin besar.

v2 = v1 (n) (T2-T1/∆T)

ex:
Laju suatu reaksi menjadi dua kali lebih cepat pada setiap kenaikan suhu 10℃ . jika
pada suhu 20℃ reaksi berlangsung dengan laju reaksi 2 x 10-3 mol/L s , berapa laju yang
terjadi pada suhu 50℃

Jawab:
v50 = v20(2)(50-20/10)
= 2 x 10-3 M/s 23
= 1,6 x 10-2 M/s

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 142


BAB 21

KIMIA INTI

Diambil dari modul Bu Sini SMAN 2 Bantul

UNSUR RADIOAKTIF

Keradioaktifan ( radioactivity ) adalah proses radiasi atau pemancaran sinar oleh suatu
unsur.
Sinar radioaktif adalah sinar yang dipancarkan dari proses radioaktivitas.
Zat / unsur radioaktif adalah unsur yang memancarkan sinar radioaktif.
Istilah keradioaktifan ini diciptakan oleh Pierre dan Marie Curie yang berhasil
mengisolasi dua unsur baru dari hasil peluruhan unsur Uranium pada tahun 1898.
Kedua unsur tersebut adalah Polonium ( dari nama Polandia negara asal Marie ) dan
Radium ( dari bahasa latin radiare yang artinya bersinar ).
Ernest Rutherford membedakan sinar radioaktif berdasarkan muatannya menjadi :
• Sinar 𝜶 yaitu sinar radioaktif yang bermuatan positif yang merupakan
kumpulan partikel 𝛼 terdiri dari 2 butir proton dan 2 butir neutron.
• Sinar 𝜷 yaitu sinar radioaktif yang bermuatan negatif yang merupakan
kumpulan partikel 𝛽 yang tidak lain adalah elektron.
• Sinar 𝜸 yaitu sinar radioaktif yang tidak bermuatan yang merupakan foton yang
dipancarkan untuk mengurangi kelebihan energi.
Dengan demikian komposisi sinar radioaktif adalah :
Partikel Lambang

Alfa 4
2𝐻𝑒 atau 42𝛼

Beta 0
−1𝑒 atau 0
−1𝛽

Gamma 𝛾

Sinar radioaktif memiliki daya tembus terhadap materi ( besarnya daya tembus
tergantung massa partikelnya ). Semakin besar massanya, daya tembusnya semakin
kecil sehingga diantara ketiga jenis sinar radioaktif, sinar 𝛾 memiliki daya tembus
terbesar. Sinar ini dapat menembus tubuh manusia dan dapat merusak jaringan
sehingga sering dipakai untuk mematikan sel kanker.
PELURUHAN RADIOAKTIF:

Perlu diingat kembali:


Notasi : 𝐴𝑍 𝑋
Istilah : isotop, isoton, isobar

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 143


Kestabilan inti :
Proton dalam inti berfungsi menyediakan muatan positif bagi inti atom, sedang neutron
berfungsi menyediakan gaya kuat inti untuk mengimbangi gaya tolak menolak antar
proton, sehingga inti atom stabil.
Unsur yang jumlah protonnya kecil ( sampai Z = 20 ) jumlah neutron yang diperlukan
untuk kestabilan inti harus “ sama atau hampir sama “ dengan jumlah proton sehingga
𝑛
harga 𝑝 = 1 atau mendekati 1.
Jika jumlah proton makin banyak ( Z > 20 ) gaya tolak antar proton meningkat, jumlah
𝑛
neutron harus lebih banyak dari jumlah proton ( agar inti stabil 𝑝 makin besar ).
Jika Z > 83 gaya tolak antar proton sedemikian besar sehingga netron tak mampu
menjaga kestabilan inti atom berapapun jumlahnya sehingga nuklida dengan harga Z >
83 merupakan nuklida yang tidak stabil dan secara spontan akan mengalami peluruhan
( disintegrasi ) menjadi nuklida yang stabil dengan memancarkan sinar radioaktif.

Kurva kestabilan :
n

20 83 p
Unsur radioaktif dibagi menjadi 3 kelompok :
𝑛
1. Unsur di atas kurva kestabilan ( 𝑝> 1 )
𝑛
2. Unsur di bawah kurva kestabilan ( 𝑝< 1 )
3. Unsur di seberang kurva kestabilan ( Z > 83 )

Pada reaksi peluruhan inti atom berlaku hukum kekekalan massa dan muatan ,
dimana :
“ Jumlah massa dan muatan sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”.
Jenis –jenis peluruhan zat radioaktif :
𝑛
1. Unsur yang di atas kurva kestabilan ( 𝑝 terlalu besar ), berusaha mengurangi
netron dengan :
a. Memancarkan sinar beta ( dengan mengubah netron menjadi proton )
Contoh : 146𝐶 → 147𝑁 + −10𝑒

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 144


→ 11𝑝 + −10𝑒
1
0𝑛
b. Memancarkan neutron
Contoh : 52𝐻𝑒 → 42𝐻𝑒 + 10𝑛
𝑛
2. Unsur yang di bawah kurva kestabilan ( terlalu kecil ) , berusaha mengurangi
𝑝
proton dengan :
a. Memancarkan positron ( Beta positif ) atau dengan mengubah proton
menjadi netron
Contoh : 116𝐶 → 115𝐵 + +10𝛽
1𝑝 → 0𝑛 + +1𝛽
1 1 0

b. Menangkap elektron dari kulit terdekat dengan inti ( K )


Contoh : 11𝑝+ −10𝑒 → 10𝑛
12𝑀𝑔+ −1𝑒 → 11𝑁𝑎
23 0 23

3. Unsur yang diseberang kurva kestabilan berusaha mengurangi proton dan


neutron dengan cara memancarkan sinar 𝛼, contoh : 212 84𝑃𝑜 → 82𝑃𝑏 + 2𝐻𝑒
208 4

WAKTU PARUH ( t½ )
Adalah waktu yang diperlukan oleh zat radioaktif untuk berkurang menjadi separo (
setengah ) dari jumlah semula.
Masing-masing unsur radioaktif mempunyai harga waktu paro yang sudah tertentu.
Dengan mengetahui waktu paro unsur radioaktif, kita dapat menghitung jumlah unsur
itu yang masih tersisa setelah selang waktu tertentu.
Misal unsur radioaktif X waktu paronya 2th, 1 Jan ’96 jumlahnya 100g maka 2th lagi th
1 Jan ’98 jumlahnya tinggal 50g, lalu 1 Jan ’00 jumlahnya 25g dst.
Rumus praktis untuk menentukan waktu paro :
𝐭
𝑵𝒕 𝟏 𝟏
=( )𝐭 ⁄𝟐
𝑵𝟎 𝟐
Keterangan :
Nt : jumlah zat yang tersisa
No : jumlah zat mula-mula
t : waktu peluruhan
t½ : waktu paruh

REAKSI INTI :
Perubahan suatu unsur menjadi unsur lain disebut proses transmutasi. Cara lain untuk
proses transmutasi adalah dengan menembaki atom suatu unsur dengan partikel
berenergi tinggi, sebagai contoh partikel α yang dipancarkan oleh radium ditembakkan
kepada atom nitrogen sehingga terbentuk atom oksigen disertai pemancaran proton.

14
7𝑁 + 42𝐻𝑒 → 178𝑂 + 11𝑝 , reaksi ini ditulis lebih singkat dengan : 147𝑁 ( α , p ) 178𝑂

Suatu reaksi inti dapat membentuk hasil yang bermacam-macam tergantung dari energi
yang dikandung oleh partikel penembak.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 145


Reaksi inti terdiri dari:
1). Reaksi fisi : reaksi pembelahan suatu atom menjadi nuklida-nuklida yang lebih
ringan.
2). Reaksi fusi : reaksi penggabungan 2 inti ringan menjadi inti yang lebih berat.

235
92𝑈 + 1
0𝑛 → 92
36𝐾𝑟 + 141
56𝐵𝑎 + 310 n

Ternyata menghasilkan energi yang sangat besar 1 g uranium menghasilkan energi


yang besarnya setara dengan pembakaran 3 ton batubara = 8,2 . 1010 joule , 3 butir
netron yang dihasilkan jika membentur uranium lain akan menghasilkan 3x3 netron
lagi dst. Jika proses ini tidak terkontrol terjadilah reaksi berantai yang menghasilkan
energi yang sangat dasyat. Inilah dasar pembuatan bom atom. Tetapi jika proses ini
dapat dikontrol dalam suatu reaktor atom, reaksi ini dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi.

PENGGUNAAN ISOTOP RADIOAKTIF :


1). Sebagai penelusur mekanisme reaksi
Misal : karbon -14 penelusur mekanisme reaksi fotosintesis
natrium -24 untuk mempelajari peredaran darah
besi -58 untuk mempelajari laju pembentukan sel darah merah
iodin -131 untuk mempelajari struktur dan cara kerja hormon tiroid
fosforus -32 untuk mempelajari fungsi ATP sebagai penyimpanan
energi dalam tubuh
teknisium -99 menentukan lokasi tumor dalam bagian tubuh manusia
2). Sebagai penentu umur benda purbakala.
3). Untuk analisis radiometri (menentukan kadar zat yang sangat rendah dalam
campuran).
4). Untuk sterilisasi (pembunuhan mikroorganisme) ⇒ sinar α yang dihasilkan Co -60.
hal ini disebabkan sinar radioaktif dapat mengubah susunan DNA pada
mikroorganisme, sehingga kehilangan kemampuan untuk membelah diri. Sterilisasi
dengan radioisotop ini diterapkan pada alat-alat kedokteran, pengawetan bahan
makanan.
5). Di bidang kedokteran untuk terapi suatu penyakit, misal : sinar α dari Co -60 untuk
membunuh sel kanker.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 146


UNIT VI : INTRODUKSI KIMIA ANORGANIK
BAB:

22. UNSUR-UNSUR UTAMA DALAM SISTEM PERIODIK UNSUR

23. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA

24. UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 147


BAB 22

UNSUR-UNSUR UTAMA DALAM SISTEM PERIODIK UNSUR

1. GAS MULIA

Gas Mulia atau gas yang terdapat pada golongan VIII A ini adalah golongan gas
inert atau sulit direaksikan, karena secara susunan elektron yang sudah penuh,
menjadikan gas ini sulit bereaksi karena sifatnya sudah stabil sehingga disebut gas
mulia.

SIFAT UMUM GAS MULIA

1. Unsur yang tidak reaktif (stabil) atau inert


2. Sangat stabil karena konfigurasi ns2,np6 (elektron terisi penuh)
3. Energi Ionisasi tinggi
4. Afinitas Elektron rendah
5. Jari –jari atom semakin panjang , akibatnya dari He ke Rn semakin mudah
membentuk dipol sesaat dan gaya van deer waals semakin kuat.
6. Semakin kuat gaya van de waals menyebaban titik didih dan titik leleh semakin
tinggi.

BEBERAPA SENYAWA GAS MULIA

1. Xe + PtF6  XePtF6
2. 3Xe + 6 F2  XeF2 + XeF4 + XeF6 (pada suhu 673 K)
3. Senyawa oksi Xe lain : XeOF2, XeOF4, XeO2F2, XeO2F4, XeO3, XeO4
4. Senyawa Xe, Oksidator kuat : XeF2, XeF4, XeF6
5. XeO3 , zat padat yang mudah meledak hanya dengan digosok/ ditekan
6. Ar, Kr, Rn sudah bisa disintesis
7. He dan Ne belum bisa disintesis

INDUSTRI DAN KEGUNAAN GAS MULIA

a. Ne,Ar,Kr, dan Xe didapatkan dari hasil penyulingan bertingkat udara cair.


b. He , dihasilkan dari hasil samping pengolahan gas alam

1. Helium digunakan untuk : pengisi balon gas, campuran gas oksigen pada tabung
penyelam, helium cair pada suhu 4 Kelvin digunakan sebagai pendingin dalam
riset.
2. Neon digunakan untuk : pengisi lampu (warna merah terang), lampu dibandara
karena cahayanya dapat menembus kabut.
3. Argon digunakan untuk : atmosfer pengelasan logam, industri rancang bangun
yang memerlukan presisi tinggi , misal : Pesawat terbang.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 148


4. Krypton dan Xenon digunakan untuk : pengisi lampu berwarna warni
5. 10% Xenon, 89% Argon, 1%F: sebagai lampu emisi untuk menghasilkan sinar
laser.

2. GAS HALOGEN/ GOLONGAN VII A

Halogen atau gas golongan VII A adalah gas yang paling reaktif atau senyawa non
logam paling reaktif , hal ini disebabkan karena susunan elektron dari segi mekanika
kuantum masih kekurangan 1 elektron untuk stabil sehingga sangat mudah
menangkap 1 elektron untuk menjadi stabil.

SIFAT UMUM GAS HALOGEN

1. Konfigurasi ns2, np5 sehingga sangat reaktif membentuk ion X- (note: X adalah
simbol gas halogen/ gas golongan VII A)
2. Dalam keadaan bebas gas ini memiliki formula X2
3. Energi Ionisasi tinggi , sehingga sukar membentuk ion positif
4. Afinitas Elektron tinggi, sehingga mudah membentuk ion negatif
5. Dari F ke At, Titik Didih dan Titik Lebur semakin besar
6. Sifat fisis :
a. F2 ( gas berwarna kuning )
b. Cl2 ( gas berwarna hijau muda)
c. Br2 ( cair coklat mudah menguap)
d. I2 ( kristal ungu gelap mudah menyublim)

REAKSI-REAKSI UNSUR HALOGEN

1. Dengan unsur logam : Membentuk garam


Example:
Na + ½ Cl  NaCl
2. Dengan unsur golongan IV A : Kecuali dengan karbon, langsung bereaksi
Example :
Si + 2Cl2  SiCl4
3. Dengan unsur golongan V A : Kecuali N2 , langsung bereaksi
Example:
P4 + 6Cl2  4PCl3
4. Interhalogen
Formula : XYn , n= ganjil.
Example:
a. I2+ 3F2  2IF3
b. Br2+ Cl2  2BrCl
5. Dengan hidrogen
H2 + X2  2HX
6. Dengan air

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 149


a. F2 dapat mengoksidasi air

F2 + H2O  2HF + ½ O2

b. Cl2 dialirkan dalam air , terjadi reaksi disproporsionasi

Cl2 + H2O ↔ HCl + HClO

c. Br2 dan I2 tidak bereaksi dengan air. Larutannya disebut air bromin dan air
iodin
7. Dengan basa kuat
Kecuali F, halida dapat membentuk reaksi disproporsionasi (auto redoks) yang
dipengaruhi suhu.
a. Pada suhu rendah:

X2 + 2OH-  X- + XO- + H2O

b. Pada suhu tinggi:

3X2 + 6OH-  5X- + XO3- + 3H2O

8. Dengan halida
Halida direaksikan dengan halogen yang terletak diatasnya dalam satu golongan
halida akan mengalami oksidasi, sebaliknya halogen mengalami reduksi menjadi
halida
Example:

2KCl + F2  2KF + Cl2 (spontan)

2 KCl + Br2  tidak bereaksi

ASAM HALIDA

• HCl , HBr , dan HI merupakan asam kuat sedang HF asam lemah ( Ka = 7. 10-4 ).
• Karena X2 merupakan oksidator maka HX merupakan reduktor, semakin ke
bawah sifat reduktor semakin kuat.
• HCl , HBr dan HI titik didihnya meningkat , sedang HF titik didihnya tertinggi
karena adanya ikatan hidrogen antar molekulnya.

PEMBUATAN HALOGEN

A. Di laboratorium halogen dibuat dengan mengoksidasi senyawa halida. Gas F 2


jarang dibuat karena tidak ada oksidatornya dan bersifat racun. Cl2 , Br2 dan I2
dihasilkan dari oksidasi terhadap senyawa halida dengan oksidator MnO2 atau
KMnO4 dalam lingkungan asam .

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 150


Reaksi : 2 X- + MnO2 + H- → X2 + Mn2+ + 2H2O
10 X- + 2 MnO4- + 16 H+→ 5 X2 + 2 Mn2+ + 8 H2O
B. Dalam Industri :
1. Fluorin diperoleh melalui elektrolisis garam kalium hidrogen fluorida yang
dilarutkan dalam asam fluorida cair lalu ditambah LiF 3 % untuk
menurunkan suhu ± 100℃ dalam wadah baja dengan katode baja dan anode
karbon.
KHF2→ K+ + HF2-
HF2-→ H+ + 2 F-
Katode : 2 H+ + 2e → H2
Anode : 2 F-→ F2 + 2e
Agar tidak terjadi reaksi antara H2 dan F2 digunakan pemisah berupa monel.
F2 yang dihasilkan ditampung dalam wadah aliase Cu-Ni.
2. Klorin diperoleh dengan :
- Elekrtolisis leburan NaCl ( proses Downs )
- Elektrolisis larutan NaCl ( proses Gibbs )
3. Bromin diperoleh dengan mengalirkan campuran udara dan gas klorin
melalui air laut. Cl2 akan mengoksidasi Br- menjadi Br2 dan udara mendesak
Br2 keluar dari lautan, agar tidak terjadi hidrolisis Br2 dalam air ,
keseimbangan digeser ke kiri dengan penambahan H+ , oleh karenanya air
laut diasamkan dulu dengan H2SO4 sampai pH 3,5.
4. Iodin, banyak terdapat dalam NaIO3 yang bercampur NaNO3.
Setelah NaNO3 dikristalkan, NaIO3 tertinggal dalam larutan kemudian
ditambahkan reduktor NaHSO3.
2 IO3- + 5 HSO3-→ 5 SO42- + 3 H+ + H2O + I2
I2 yang dihasilkan disaring dan dimurnikan dengan cara sublimasi.

KEGUNAAN HALOGEN

1. Fluorin
• Digunakan dalam proses pengolahan isotop uranium yang merupakan
bahan bakar reaksi nuklir.
• Untuk membuat senyawa-senyawa fluorin seperti :
HF untuk mengukir gelas
NaF untuk mengawetkan kayu
Na2SiF6 untuk campuran pasta gigi
SF6 untuk insulator
Na3AlF6 ( kriolit ) untuk pelarut dalam pengolahan aluminium.
CF2Cl2 ( freon ) untuk pendingin
CF2CF2 ( teflon ) untuk lapisan anti lengket pada alat masak dll.
2. Klorin
• Sebagai desinfektan untuk membersihkan kolam renang. ( Cl2 ).
• Untuk menarik timah dari kaleng bekas membentuk SnCl4.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 151


• Untuk membuat beraneka ragam senyawa klorin, antara lain :
HCl untuk industri logam
NaCl untuk bahan baku pada berbagai jenis industri kimia, untuk
memasak.
KCl untuk pupuk
NH4Cl untuk elekktrolit pengisi batu baterai
NaClO untuk pengelantang
Ca(OCl )2 / kaporit sebagai desifektan pada air leding / PAM.
KClO3 untuk bahan pembuat mercon dan korek api.
ZnCl2 untuk bahan pematri.
PVC , DDT , CHCl3 ( kloroform ) , CCl4 ( pelarut ).
3. Bromin, merupakan bahan baku untuk membuat senyawa-senyawa Bromin
seperti :
• NaBr : zat sedatif ( obat penenang saraf )
• AgBr : untuk film fotografi
• CH3Br: bahan campuran zat pemadam kebakaran
• C2H4Br2 : ditambahkan pada bensin agar Pb tidak mengendap dalam
silinder.
4. Iodin :
• I2 dilarutkan dalam alkohol untuk obat luka ( antiseptik ).
• I2 untuk identifikasi amilum, menghasilkan warna biru.
• KIO3 ditambahkan pada garam dapur untuk mencegah gondok.
• CHI3 untuk antiseptik.
• AgI digunakan dalam fotografi.

3. LOGAM ALKALI / LOGAM I A


Logam alkali adalah logam yang paling reaktif

SIFAT LOGAM ALKALI

1. Sangat reaktif karena konfigurasi ns1


2. Energi Ionisasi rendah, sehingga logam alkali mudah melepas elektron.
3. E° yang rendah , sehingga menjadi reduktor yang kuat
4. Mudah diiris
5. Daya hantar dan panas baik
6. Memperlihatkan warna spektrum emisi yang khas :
✓ Li merah karmin
✓ Na kuning
✓ K ungu
✓ Rb merah
✓ Cs biru

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 152


Terdapatnya unsur alkali :

Dari golongan ini yang paling banyak adalah senyawa natrium dan kalium ( urutan 6
dan 7 atom terbanyak pada kulit bumi ). Sedangkan yang paling sedikit Fransium sebab
merupakan unsur radioaktif dengan waktu paro atau t1/2 = 21 menit.
Na : terdapat dalam bentuk NaCl yang terlarut dalam air laut, batu karang ( halit ),
selain itu tersebar di kulit bumi sebagai natron ( Na2CO3.10 H2O ), kriolit ( Na3AlF6
), sendawa chili ( NaNO3 ), albit( Na2O.Al2O3.3SiO2 ) dan boraks ( Na2B4O7.10 H2O ).
K : terdapat di kulit bumi sebagai mineral silfit ( KCl ), karnalit ( KCl.MgCl 2.6H2O ),
sendawa ( KNO3 ) dan feldspar ( K2O.Al2O3.SiO3 ) dan dalam tumbuhan sebagai
garam oksalat dan tartrat.
Dalam tubuh manusia ion Na+ dan K+ berperan untuk menghantarkan konduksi syaraf
serta memelihara keseimbangan osmosis pada pH darah, sedang dalam tumbuhan ion
K+ merupakan zat essensial untuk pertumbuhan.
Li : ditemukan dalam mineral silikat lepidolit bercampur dengan aluminium.
Li, Cs dan Rb dalam jumlah sedikit terdapat dalam mineral fosfat trifilit.

Pembuatan unsur Alkali :


Logam alkali dibuat melalui elektrolisis leburan garam-garamnya ( biasanya garam
halida karena titik lelehnya lebih rendah).
Li dari elektrolisis garam LiCl dalam KCl cair.
Na dari elektrolisis garam NaCl dalam NaF cair.
K dari elektrolisis garam KCl dalam CaCl2 cair.

Kegunaan unsur dan senyawa Alkali :


• Sebagai medium pemindah panas pada reaktor nuklir, sebab titik lelehnya
rendah.
• Sebagai pengikat uap air atau gas O2 pada proses pembuatan tabung vakum.

GOLONGAN IIA ( ALKALI TANAH )


❖ Dengan 2 elektron di kulit terluar atom dari golongan ini cenderung melepaskan 2
elektronnya membentuk ion 2+, tidak terdapat di alam sebagai unsur bebas
melainkan dijumpai dalam bentuk senyawa.
❖ Istilah “tanah” untuk menyebutkan zat yang agak sukar larut dalam air serta tetap
stabil pada suhu tinggi.

Terdapatnya unsur alkali tanah :


Yang paling banyak ditemukan di alam adalah senyawa kalsium dan magnesium (
urutan 5 dan 8 ), sedang yang paling sedikit Radium karena bersifat radioaktif dengan
t1/2 = 1600 tahun.
Ca : terdapat sebagai batu kapur ( CaCO3 ), pualam ( CaCO3 ), gips ( CaSO4.2H2O )

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 153


Mg : terdapat sebagai magnesit ( MgCO3 ), kiserit ( MgSO4 ).
Campuran Mg dan Ca : dolomit ( CaCO3 . MgCO3 ), asbes ( CaSiO3.3 MgSiO3 ).
Ca2+ dan Mg2+ terdapat dalam air laut dan air tawar ( air sadah ).
Bagi manusia dan hewan Ca merupakan unsur penting penyusun tulang dan gigi,
sedang Mg merupakan unsur vital bagi tumbuhan sebagai pembentuk molekul
klorofil.
Be : terdapat sebagai beril Be3Al2(SiO3)6 / dalam batu manikam ( Zamrud ).
Sr : terdapat sebagai strontianit ( SrCO3) dan selestit ( SrSO4 ).
Ba : terdapat sebagai bijih barit ( BaSO4 ) dan witerit ( BaCO3 ).

Pembuatan logam Alkali tanah :


Seperti logam alkali, logam alkali tanah dibuat dengan elektrolisis leburan garamnya.
Yang paling banyak diproduksi dan digunakan adalah Berilium dan Magnesium karena
relatif stabil di udara, sukar bereaksi dengan O2 dan uap air pada suhu biasa.

Sifat –sifat unsur Alkali tanah :


Sifat Fisik :
• Karena jari-jari yang lebih kecil dari logam alkali, logam alkali tanah mempunyai
karapatan dan energi ionisasi yang lebih tinggi daripada logam alkali.
• Bersifat keras dengan titik leleh lebih tinggi karena ikatan logam antar atom
yang lebih kuat.

• Gram-garam alkali tanah memancarkan spektrum emisi :


Ca : merah bata
Sr : merah tua
Ba : hijau kuning
Mg dan Be tidak memberikan warna spektrum emisi ( putih ).

Sifat Kimia :
• Merupakan reduktor yang kuat meskipun tidak sekuat golongan IA yang
seperiode, bereaksi langsung dengan halogen belerang.
• Dapat bereaksi dengan N2 dan karbon pada suhu tinggi.
• Beraksi dengan air membentuk basa :
Be + H2O → -
Mg + H2O → Mg(OH)2 + H2 ( air panas )
Ca + H2O → Ca(OH)2 + H2 ( air dingin )
Sr + H2O → Sr(OH)2 + H2 ( air dingin )
Ba + H2O → Ba(OH)2 + H2 ( air dingin )
• Senyawa Be berikatan kovalen ; senyawa Mg berikatan ion kecuali dalam
senyawa organik CH3MgBr dan Mg(C2H5)2 kovalen ; senyawa Ca, Sr dan Ba
semua berikatan ion.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 154


• Senyawa hidroksidanya merupakan basa kuat kecuali Be(OH)2 yang bersifat
amfoter.
• Kelarutan alkali tanah :
Senyawa X2+ + ( Cl- , Br-, I- dan NO3- ) larut dalam air
Senyawa X2+ + ( OH- , F- , CO32- , SO42- , CrO42- ) tidak larut dalam air /
mengendap.

Kegunaan unsur / senyawa alkali tanah :


• Be merupakan logam yang mahal dan beracun, beberapa sifatnya spesifik,
sekarang banyak digunakan, antara lain untuk :
- Kerangka rudal dan pesawat ruang angkasa, karena ringan.
- Jendela tabung sinar X karena Be transparan terhadap sinar X
- Moderator neutron pada reaktor nuklir.
- Dipadu dengan Cu bersifat keras seperti baja dan tidak menimbulkan
nyala api, jika disentuh listrik ( untuk obeng, kunci pas pada ruang
eksplosif ).
• Mg paling banyak digunakan, antara lain :
- Dipadu dengan aluminium ( 10% Mg, 90% Al = disebut Magnalium )
untuk konstruksi pesawat dan alat rumah tangga.
- Untuk lampu kilat dalam fotografi.
- Untuk pencegah korosi pada pipa besi dalam tanah atau diding kapal laut.
- Sebagai reduktor dalam penyediaan logam Be dan Uranium (dalam
jumlah kecil).
• Ca , Sr , Ba sangat terbatas pemakaiannya sehingga jarang diproduksi secara
komersial.
- CaCO3 murni digunakan sebagai bahan pasta gigi, bahan kapur tulis,
tambahan pembuatan kertas.
- CaO / kapur tohor dicampur air menjadi air kapur ( Ca(OH)2 ) digunakan
dalam pemurnian gula pasir, penetralan keasaman tanah dan pengolahan
air limbah industri.

Senyawa alkali tanah yang paling berlimpah adalah senyawa Kalsium yang dijumpai
pegunungan dan perbukitan sebagai batu kapur ( CaCO3 ).
CaCO3 murni diperoleh dari :
CaCO3 → CaO + CO2
CaO + H2O → Ca(OH)2
Ca(OH)2 + CO2→ CaCO3 + H2O

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 155


BAB 23
UNSUR-UNSUR PERIODE KE-3

Diambil dari Modul Bu Sini SMAN 2 Bantul

11Na = 1s2 , 2s2,2p6,3s1


12Mg = 1s2 , 2s2,2p6,3s2
13Al = 1s2 , 2s2,2p6,3s2,3p1
14Si = 1s2 , 2s2,2p6,3s2, 3p2
15P = 1s2 , 2s2,2p6,3s2,3p3
16S = 1s2 , 2s2,2p6,3s2,3p4
17Cl = 1s2 , 2s2,2p6,3s2,3p5
18Ar = 1s2 , 2s2,2p6,3s2, 3p6

Sifat-sifat :
1. Jari-jari atom dari kiri ke kanan semakin kecil karena gaya tarik inti semakin
kuat.
2. Energi ionisasi dari kiri ke kanan semakin besar karena semakin sukar
melepaskan elektron.
Namun untuk Mg dan P menyimpang dari urutan karena struktur elektron dalam
orbital yang stabil ( penuh atau setengah penuh ).
3. Keelektronegatifan dari kiri kanan semakin besar namun hanya sampai gol. VII A
karena Ar ( gas mulia ) stabil sehingga keelektronegatifannya nol.
4. Titik didih dan titik leleh dari kiri ke kanan semakin besar sampai Si paling
besar karena strukturnya raksasa akibat dari ikatan kovalen raksasa, sedang
setelah Si turun secara drastis .
5. Na, Mg dan Al bersifat logam; Si semilogam ; P,S,Cl dan Ar non logam.
6. Dari Na sampai Al ikatan logam makin kuat, Si membentuk ikatan kovalen antar
atomnya dan bersifat semikonduktor dengan daya hantar listrik yang sangat
kecil sehingga banyak dimanfaatkan dalam pembuatan transistor, peralatan
televisi, kalkulator elektronik, komputer serta sel energi matahari.
P,S,Cl partikelnya berwujud molekul bahkan Ar merupakan kumpulan atom
bebas, molekul-molekul penyusun terikat satu sama lain oleh gaya Van der
Walls.
7. Dari kiri ke kanan sifat reduktor makin berkurang sedang sifat oksidator makin
bertambah, Na reduktor terkuat dapat bereaksi hebat dengan air, Mg sifat
reduktor lebih lemah daripada Na dapat bereaksi dengan air pada suhu tinggi, Al
sifat reduktor semakin berkurang praktis tidak dapat bereaksi dengan
air,demikian juga dengan Si, P sifat reduktor menghilang dan muncullah sifat
oksidator, S sifat oksidator agak kuat reaksi dengan air berlangsung agak lambat,
Cl merupakan oksidator terkuat pada suhu yang cukup tinggi mampu
mengoksidasi air.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 156


Reaksi : 2 Na + 2 H2O → 2 NaOH + H2
Mg + 2 H2O →Mg(OH)2 + H2
2 S + 2 H2O → 2 H2S + O2
2 Cl2 + 2 H2O → 4 HCl + O2
8. Biloks dalam senyawa : Na ( +1 ) ; Mg ( +2 ) ; Al ( +3 ) ; Si ( -4,+4 ) ; P ( -3,+3,+5 ) ;
S ( -2,+2,+4,+6 ) ; Cl ( -1,+1,+3,+5,+7 ) ; Ar ( 0 )
9. Dari kiri ke kanan sifat basa berkurang sedang sifat asam bertambah, NaOH,
Mg(OH)2 bersifat basa, Al(OH)3 bersifat amfoter sedang H2SiO3, P(OH)5, S(OH)6
dan Cl(OH)7 bersifat asam.

Aluminium
Merupakan logam yang paling banyak terkandung dalam kulit bumi, tidak ditemukan
dalam keadaan bebas di alam, tetapi dalam bentuk persenyawaan ( bijih ) :
• Bouksit ( Al2O3. 2 H2O )
• Kriolit ( Na3AlF6 )
• Feldspar ( K2O.Al2O3.3SiO3 )
• Tanah liat (Al2Si2O7.2 H2O )
• Mika ( K-Mg-Al silikat )
Pengolahan aluminium dilakukan dengan elektrolisis leburan Al2O3 dalam kriolit
sebagai elektrolitnya. Proses ini disebut proses Hall Heroult.
Aluminium merupakan logam yang mengkilap, ringan dan keras tapi mudah ditempa
dan juga tidak mudah berkarat ( karatnya menutup logam tersebut sehingga perkaratan
tidak berlanjut ), tidak beracun sehingga banyak digunakan untuk alat dapur dan
kemasan makanan ( aluminium foil ).

Kegunaan Aluminium :
• Sebagai bahan konstruksi bangunan, kendaraan bermotor, kapal laut dan kapal
terbang.
• Untuk alat-alat rumah tangga.
• Untuk kemasan makanan.
• Untuk kabel listrik transmisi jarak jauh.
• Dicampur dengan logam lain untuk menghasilkan aliase ( campuran logam )
yang lebih kuat, keras dan tahan karat seperti : magnalium ( 90% Al + 10% Mg ),
duraluminium ( 96% Al + 4% Cu ) dan Alnico ( 50% Fe + 20% Al + 20% Ni +
10% Co ).

Silikon ( Si )
Peringkat ke 2 terbanyak di kulit bumi setelah oksigen ( 28% ), terdapat sebagai silika (
SiO2 ) seperti pasir, batu api opal/baiduri, kuarsa/bahan pembuat gelas dan senyawa
silikat ( SiO32- ) seperti tanah liat, mika dan asbes. Silikon merupakan kunci dunia
mineral / senyawa anorganik.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 157


Unsur silikon di bidang industri dibuat dengan mereduksi pasir dengan karbon dalam
suatu tanur listrik yang bersuhu 3000℃, sesuai reaksi : SiO2 + 2 C → Si + 2 CO

Kegunaan Silikon :
• Digunakan dalam pembuatan transisitor, kalkulator, mikrokomputer, serat sel
energi matahari karena sifat semikonduktornya.
• Digunakan untuk gelas yang lebih halus dan lebih cemerlang yang disebut kaca.
• Digunakan sebagai semen yaitu campuran Ca-silikat dan Ca-aluminat.

Fosforus
Terdapat sebagai batuan fosfat yaitu fosforit ( Ca3(PO4)2 ) dan fluoroapatit ( CaF2.3
Ca3(PO4)2 ) , tidak ditemukan dalam keadaan bebas. Fosforus berasal dari bahasa
Yunani artinya pembawa cahaya.
Terdapat dalam 2 bentuk alotropi yaitu fosfor putih dan fosfor merah yang masing-
masing mempunyai perbedaan :

Fosfor Putih Fosfor Merah


1. Bersinar dalam gelap 1. Tidak bersinar dalam gelap
2. Reaktif 2. Kurang reaktif
3. Larut dalam CS2 3. Tidak larut dalam CS2
4. Beracun 4. Tidak beracun

Kegunaan Fosforus :
• Dalam tubuh makhluk hidup berperan dalam pembentukan DNA, ATP dan
fosfolipid ( penyusun membran sel ), dalam tulang dan gigi ( dalam bentuk
fosfat ) dan sebagai buffer dalam plasma darah.
• Fosfor merah digunakan dalam pembuatan korek api dicampur dengan Sb2S2
dan serbuk gelas.
Pembuatan :
Unsur fosforus ( P4 ) diperoleh melalui proses Wohler yaitu dengan memanaskan
campuran Ca3(PO4)2, pasir dan karbon pada suhu 1300℃ dalam suatu tanur listrik;
2 Ca3(PO4)2 + 6 SiO2→ 6 CaSiO3 + P4O10
P4O10 + 10 C → P4 + 10 CO
Setelah diperoleh gas kemudian dikondensasi menjadi bentuk padat setelah suhu turun.

Belerang
Ditemukan di alam dalam bentuk bebas berupa serbuk kuning, banyak ditemukan di
gunung api dan di dalam tanah. Kegunaan terbesar untuk bahan baku pembuatan asam
sulfat ( H2SO4 ) juga untuk pembuatan korek api ( sebagai serbuk isinya ), untuk bahan
baku serat rayon ( CS2 ) serta digunakan dalam vulkanisasi karet.

Pembuatan asam sulfat dengan proses kontak :

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 158


Bahan baku : belerang, udara dan air.
Reaksi : 1) S + O2 → SO2
2) 2 SO2 + O2 → 2 SO3
3) SO3 + H2O → H2SO4
Pada reaksi ke 2 campuran gas SO2 dan udara dialirkan dalam ruangan yang dilengkapi
dengan katalis V2O5, disini terjadi kontak antara campuran gas dalam katalis.
Disamping itu asam sulfat juga bisa dibuat melalui proses bilik timbal dengan katalis gas
NO2.
Kegunaan H2SO4 :
• Sebagai elektrolit pada aki.
• Untuk membersihkan logam-logam dalam proses galvanisasi dan penyepuhan.
• Untuk proses pemurnian minyak bumi dan produk industri ( tekstil, kulit, zat
warna, obat-obatan dsb ).
• Sebagai pereaksi dalam pembuatan pupuk super fosfat.
• Sebagai bahan baku dalam pembuatan senyawa-senyawa sulfat, seperti :
(NH4)2SO4 disebut pupuk ZA ( zwavelsur amonium).
NaHSO4 untuk pembersih kamar mandi dan melarutkan endapan yang terjadi
dalam air sadah.
Na2SO4 ( garam Glauber ) dan MgSO4 ( garam Inggris ) untuk obat pencahar /
cuci perut.
Al2(SO4)3 disebut tawas untu penjernih air.
BaSO4 pigmen putih bahan cat.
CaSO4 disebut Gips untuk menyambung tulang yang patah.
CuSO4.5H2O disebut terusi sebagai fungisida/pembasmi jamur untuk tanaman
dan kayu.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 159


BAB 24
UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KE 4

Diambil dari Modul Bu Sini SMAN 2 Bantul

21Sc = [Ar] 3d1 4s2 golongan IIIB


22Ti = [Ar] 3d2 4s2 golongan IVB
23V = [Ar] 3d3 4s2 golongan VB
24Cr = [Ar] 3d5 4s1 golongan VIB
25Mn = [Ar] 3d5 4s2 golongan VIIB
26Fe = [Ar] 3d6 4s2 golongan VIIIB
27Co = [Ar] 3d7 4s2 golongan VIIIB
28Ni = [Ar] 3d8 4s2 golongan VIIIB
29Cu = [Ar] 3d10 4s1 golongan IB
30Zn = [Ar] 3d104s2 golongan IIB

❖ Unsur transisi adalah unsur –unsur yang pengisian elektronnya berakhir pada sub
kulit d. Unsur mulai ada pada periode ke 4.
❖ Disebut unsur transisi karena terletak pada daerah peralihan antara blok s dan blok
p.
❖ Mempunyai beberapa sifat kimia yang tidak dimiliki oleh unsur utama karena yang
bertindak sebagai elektron valensi bukan hanya elektron pada kulit terluar tapi juga
elektron yang menempati subkulit d.
❖ Adanya elektron-elektron yang tidak berpasangan pada sub kulit d menyebabkan
unsur transisi memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
• Jika membentuk senyawa memiliki beberapa macam biloks.kecuali Zn dan Sc.
• Senyawanya pada umumnya berwarna.
Sc : Sc3+ tidak berwarna Zn : Zn2+ tidak berwarna

Ti : Ti2+ ungu Fe : Fe2+ hijau Ni : Ni2+ hijau

Ti3+ hijau Fe3+ jingga / orange Ni3+ merah

Ti4+ tidak berwarna

V : V2+ ungu Co : Co2+ merah muda Cu : Cu+ tidak berwarna


V3+ hijau Co3+ biru Cu2+ biru
VO2+ biru
VO43- merah
Cr : Cr2+ biru Mn : Mn2+ merah muda
Cr3+ hijau Mn3+ merah

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 160


CrO42- kuning kecoklatan
Cr2O72- jingga MnO42- hijau
MnO4- coklat ungu

• Unsur transisi dan senyawanya bersifat paramagnetik ( dapat ditarik magnet ),


hal ini disebabkan adnya elektron yang tidak berpasangan dalam orbitalnya.
• Unsur transisi mempunyai titik leleh yang lebih tinggi daripada unsur utama
sesama logam karena ikatan logam pada unsur transisi lebih kuat daripada
unsur utama sebab lebih banyaknya elektron yang tidak berpasangan yang
bebas bergerak pada kisi kristal logamnya.
• Unsur transisi dapat bertindak sebagai katalisator dalam reaksi kimia (
katalisator : zat yang dapat mempercepat jalannya reaksi kimia dengan
memperkecil energi aktivasi ).
• Unsur transisi dapat membentuk ion / senyawa kompleks.

ION KOMPLEKS
Adalah suatu struktur dimana kation logam berikatan dengan 2 atau lebih molekul
netral / anion dengan ikatan kovalen koordinasi.
Kation logam sebagai penyedia orbital kosong, berasal dari unsur transisi disebut atom
pusat.
Molekul netral / anion sebagai penyedia pasangan elektron bebas, disebut ligan.
Jadi ion kompleks = kation logam transisi + molekul netral / anion.

Daftar ligan :
Nama Ligan Rumus Ligan Muatan Nama Ligan Rumus Ligan Muatan
Akua / aquo H2O 0 Fluoro F- -1
Ammin NH3 Kloro Cl-
Karbonil CO Bromo Br-
Nitrosil NO Iodo I-
Hidrokso OH-
Sulfato SO42- -2 Nitro NO2-
Tiosulfato S2O32- Siano CN-
Tiosiano SCN-

Penulisan ion kompleks :


• Muatan ion kompleks merupakan penjumlahan muatan atom pusat dan muatan
ligan.
• Atom pusat ditulis dulu, diikuti ligan. Jika ligannya lebih dari satu, molekul netral
ditulis mendahului anion.
Contoh :
atom pusat Ag+ mengikat 2 ligan NH3 ditulis Ag(NH3)2+
atom pusat Co3+ mengikat 3 ligan H2O dan 3 ion SO42- ditulis Co(H2O)3(SO4)33-

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 161


• Bilangan koordinasi adalah bilangan yang menyatakan jumlah ligan yang terikat
pada atom pusat ( biasanya 2x muatan atom pusat).
Senyawa Kompleks adalah senyawa yang mengandung ion kompleks atau senyawa
yang salah satu ionnya merupakan ion kompleks.( Dalam penulisannya ion kompleks
ditulis dalam tanda kurung siku ).
Contoh :
[Ag(NH3)2]Cl dari ion kompleks Ag(NH3)2+dan ion Cl-
[Cu(H2O)4](NO3) dari ion kompleks Cu(H2O)42+dan ion NO3-
Na2[MnCl4] dari ion Na+ dan ion kompleks MnCl42-
K4[Fe(CN)6] dari ion K+ dan ion kompleks Fe(CN)64-
Tata nama senyawa kompleks :
Menurut sejarahnya nama senyawa kompleks diberikan menurut warnanya atau
penemunya, tapi karena semakin banyak jumlah senyawa kompleks, perlu tata nama
yang sistematis yang diberlakukan oleh IUPAC, yaitu :
• Kation disebut mendahului anion.
• Nama ion kompleks tersusun dari nama ligan dan nama atom pusat yang ditulis
serangkai sebagai satu kata, ligan disebut mendahului atom pusat.
• Jumlah ligan disebutkan dengan bilangan Yunani.
• Jika ion kompleks merupakan kation (ion +) atom pusat memakai nama
Indonesia, tapi jika ion kompleks merupakan anion (ion -) atom pusat memakai
nama Latin diikuti akhiran – at.
• Nama atom pusat diiukti bilangan oksidasi atom pusat tersebut, ditulis dengan
angka Romawi dalam tanda kurung.
Contoh :
1. Ag(NH3)2+ = ion diammin perak ( I )
2. Cu(H2O)42+ = ion tetra akua tembaga ( II )
3. Fe(CN)64- = ion heksasianoferrat ( II )
4. [Cr(NH3)5Cl]Cl2 = pentamminklorokromium (III) klorida
5. Na2[MnCl4] = natrium tetrakloromanganat (II)

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 162


UNIT VII : INTRODUKSI KIMIA ORGANIK
BAB:

25. HIDROKARBON

26: SENYAWA TURUNAN ALKANA

27: BENZENA DAN TURUNAN

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 163


BAB 25

HIDROKARBON

A. KEUNIKAN ATOM KARBON

Atom karbon mempunyai nomor atom 6, (konfigurasi elektronnya = 2. 4) sehingga


dalam sistem periodik terletak pada golongan IVA dan periode 2. Keadaan tersebut membuat
atom karbon mempunyai beberapa keistimewaan sebagai berikut.

§ Atom Karbon Memiliki 4 Elektron Valensi

Berdasarkan konfigurasi elektronnya, atom karbon memiliki elektron valensi. Untuk


mencapai kestabilan, atom karbon membutuhkan 4 elektron lagi dengan cara berikatan
kovalen. Atom karbon dapat berikatan dengan sesama atom karbon maupun dengan atom non
logam lainnya, misalnya atom hidrogen dan oksigen

§ Atom Unsur Karbon Relatif Kecil

Ditinjau dari konfigurasi elektronnya, dapat diketahui bahwa atom karbon terletak pada
periode 2, yang berarti atom ini mempunyai 2 kulit atom, sehingga jari-jari atomnya relatif kecil.
Hal ini menyebabkan ikatan kovalen yang dibentuk relatif kuat dan dapat membentuk ikatan
kovalen rangkap.

§ Atom Karbon Dapat Membentuk Rantai Karbon

Atom karbon dapat membentuk rantai karbon yang sangat panjang dengan ikatan
kovalen, baik ikatan kovalen tunggal (C – C) atau jenuh dan ikatan kovalen rangkap (tidak
jenuh), yaitu ikatan rangkap dua (C = C) dan rangkap tiga (C ≡ C). Selain itu dapat pula
membentuk rantai lingkar (siklik).

B. POSISI ATOM C PADA RANTAI KARBON

 Berdasarkan posisinya dalam rantai karbon, atom karbon dapat dibedakan menjadi
empat jenis yaitu

 Atom karbon primer (1°), yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 1 atom karbon
yang lain.

 Atom karbon sekunder (2°), yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 2 atom
karbon yang lain

 Atom karbon tersier (3°), yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 3 atom karbon
yang lain.

 Atom karbon kuarterner (4°), yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 4 atom
karbon yang lain.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 164


C. KLASIFIKASI HIDROKARBON

1. Alkana

Alkana merupakan senyawa hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu hidrokarbon dengan


rantai terbuka dan semua ikatan karbonnya merupakan ikatan tunggal. Senyawa alkana
mempunyai rumus CnH2n+2.

a. Isomer pada alkana

Isomer adalah suatu keadaan di mana senyawa-senyawa mempunyai rumus molekul


sama, tetapi rumus strukturnya berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada bentuk kerangka
rantai .

b. Tata Nama Alkana

Tata nama alkana mengacu pada tata nama IUPAC (International Union of Pure and
Applied Chemistry). Nama yang diturunkan dengan aturan ini disebut nama sistematik atau
nama IUPAC, sedangkan nama yang sudah biasa digunakan sebelum tata nama IUPAC tetap
digunakan dan disebut dengan nama biasa, nama pasaran, atau nama trivial.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 165


1) Rantai lurus, diberi awalan n- (normal)

2) Rantai tertutup, diberi awalan siklo

3) Rantai bercabang

Nama alkana bercabang terdiri dari dua bagian, yaitu:

a) Bagian depan menunjukkan nama cabang.

b) Bagian belakang menunjukkan nama rantai induk.

Contoh: 2-metil butana, sebagai cabang adalah 2-metil, rantai induknya butana

Cabang merupakan gugus alkil (R), yaitu alkana yang telah kehilangan satu atom H. Gugus alkil
dapat dirumuskan CnH2n+1. Berikut ini beberapa gugus alkil yang biasa digunakan.

Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Untuk itu rantai induk perlu diberi nomor.
Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian hingga posisi cabang
mendapat nomor terkecil.

Jika terdapat dua atau lebih cabang yang sama, dinyatakan dengan awalan di, tri, tetra, penta,
dan seterusnya pada nama cabang. Cabang-cabang yang berbeda disusun sesuai urutan abjad
dari nama cabang itu. Misal etil ditulis terlebih dahulu daripada metil.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 166


2. Alkena

Alkena adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap dua (C = C).
Senyawa alkena mempunyai rumus CnH2n.

a. Tata Nama Alkena

1) Rantai lurus, sesuai alkana, tetapi akhiran –ana diganti –ena. Rantai diberi nomor dari ujung
sedemikian rupa sehingga posisi atom C yang berikatan rangkap mendapat nomor terkecil.

2) Rantai bercabang, pada dasarnya mirip dengan alkana, beberapa yang harus diperhatikan

a) Rantai induk adalah rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan rangkap.

b) Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk, sehingga ikatan rangkap mendapat
nomor terkecil (bukan berdasarkan posisi cabang).

Isomer pada Alkena

Seperti halnya pada alkana, alkena juga memiliki isomer. Pada alkena, dikenal isomer posisi,
yaitu isomer yang terjadi karena adanya perbedaan posisi letak cabang atau posisi letak ikatan
rangkap.

Alkuna

Alkuna adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap tiga (C ≡ C).
Senyawa alkena mempunyai rumus CnH2n.

a. Tata Nama Alkuna

Tata nama alkuna seperti halnya tata nama alkena, tetapi akhiran –ena diganti dengan –una.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 167


b. Isomer pada Alkuna

Isomer pada alkuna seperti halnya pada alkena.

D. REAKSI-REAKSI PADA HIDROKARBON

Beberapa reaksi pada hidrokarbon yaitu:

1. Reaksi Oksidasi (pembakaran)

Adalah reaksi hidrokarbon dengan oksigen. Pada reaksi pembakaran sempurna, terbentuk

Gas CO2 dan H2O, sedangkan pembakaran tidak sempurna menghasilkan gas COdan H2O.

2. Reaksi Adisi

Adalah reaksi yang menyebabkan terjadinya perubahan ikatan tidak jenuh (rangkap) menjadi
ikatan jenuh (tunggal).

Contoh: CH2=CH2 + H2 → CH3-CH3

etena etana

3. Reaksi Eliminasi

Adalah reaksi yang menyebabkan terjadinya perubahan ikatan jenuh (tunggal) menjadi ikatan
tidak jenuh (rangkap).

Contoh: CH3-CH3 → CH2=CH2 + H2

4. Reaksi Polimerisasi

Reaksi polimerisasi adalah reaksi penggabungan molekul-molekul sederhana (monomer)


menjadi molekul besar (polimer).

Contoh: Polimerisasi etena menjadi polietena

n CH2 = CH2 → – CH2 – CH2– → [– CH2 – CH2 –]n

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 168


BAB 26
SENYAWA TURUNAN ALKANA

Diambil dari modul Bu Sini SMAN 2 Bantul Kelas XII

A. GUGUS FUNGSI
1. Pengertian Gugus Fungsi
Bandingkanlah stuktur etena dan etanol berikut:

H H H H
| | | |
H―C―C―H H ― C ― C ―OH
| | | | gugus pengganti (gugus fungsi)
H H H H
Etana Etanol

Dari struktur diatas dapat kita lihat bahwa molekul etanol sama dengan molekul
etena kecuali atom H diganti oleh gugus OH. Gugus pengganti ini ternyata berdampak
besar terdapat sifat senyawa yang bersangkutan, baik bersifat fisis maupun sifat kimia.
Etanol (C2H2). Sementara itu etanol ternyata mempunyai sifat – sifat yang bermiripan
dengan metanol (CH3OH), senyawa dengan jumlah atom karbon berbeda tetapi
mempunyai gugus pengganti yang sama (lihat Tabel 4.1). itulah sebabnya gugus
pengganti itu juga disebut gugus fungsi yang artinya gugus penentu sifat.

Tabel 4.1 Perbandingan sifat antara Etana, Etanol dan Metanol

Sifat Etana Etanol Metanol

Wujud pada suhu Gas Cair Cair

kamar - 89o C 78oC 65oC

Titik didih Tidak bereaksi Bereaksi Bereaksi

Dengan natrium Tidak larut Larut sempurna Larut sempurna

Kelarutan dalam air Ya Ya Ya

Dapat terbakar

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 169


Oleh karena sifat – sifat senyawa bergantung pada gugus fungsinya, maka
penggolongan senyawa organik umumnya didasarkan pada kesamaan gugus fungsi.
a. Gugus Fungsi – OH (alkohol)
Senyawa dengan gugus fungsi – OH disebut alkohol. Alkohol dapat dinyatakan
dengan rumus R – OH, dengan R mewakili ranyai karbon. Berikut beberapa contoh
alkohol.

Tabel 4.2 Beberapa Contoh Fungsi


No Gugus Fungsi Golongan Senyawa
1. ―OH Alkohol
2. ― O― Eter
O
||
3. ― C―H Aldehida
O
||
4. ― C― O Keton
||
5. ― C ―OH Asam Karboksilat
O
6. ||
― C ― OR Ester
7. ―X Halida

OH OH OH
CH3 ―CH2―OH | | |
CH2 ― CH ―CH2
Etanol Gliserol

Etanol adalah alkohol biasa, yaitu yang terdapat dalam spritus dan minuman beralkohol
(minuman keras)

b. Gugus Fungsi ― O― (Eter)


Senyawa dengan gugus fungsi ― O―Disebut Eter. Eter mempunyai struktur R ― O― R’
Salah satu eter, yaitu dieter eter (C2H5― O ― C2H5) , digunakan sebagai obat bius.
Penggunaan lain dari eter adalah sebagai pelarut.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 170


O
||
c. Gugus Fungsi ― C ― H atau ―CHO (aldehida)
Senyawa dengan gugus fungsi ― CHO disebut aldehida. Aldehida mempunyai struktur:

O
||
R― C ―H atau RACH. Contohnya adalah metanal atau formaldehida. (H – CHO) yang
terdapat dalam formalin, bahan pengawet yang biasa digunakan untuk mengawetkan
preparat biologi atau mayat.

O
||
d. Gugus fungsi ― C ― atau – CO (keton)
Senyawa dengan gugus fungsi – CO – disebut keton dengan struktur R – CO – R’.
Contohnya adalah aseton (CH3 – CO – CH3), suatu cairan yang digunakan para wanita
untuk membersihkan cat kuku.

e. Gugus fungsi – C – OH atau – COOH (asam karboksilat)


Senyawa dengan gugus fungsi – COOH disebut asam karboksilat. Asam karboksilat
mempunyai struktur R – COOH. Contohnya adalah asam asetat (CH3COOH), yang
terdapat dalam cuka makanan

. O
||
f. Gugus fungsi ― C ― R atau – COOR (Ester)
Senyawa dengan gugus fungsi ― COOR disebut ester.

Ester mempunyai rumus:


O
||
R― C ― R’ atau R – COOR’. Ester sederhana banyak digunakan sebagai essen. Lemak
dan minyak tergolong ester.

g. Gugus fungsi – X (halogen)


Senyawa dengan gugus fungsi X disebut haloalkana. Gugus X adalah atom halogen,
yaitu F, Cl, Br atau I. Monohaloalkana disebut juga alkil halida. Haloalkana mempunyai
arti penting dalam industri di antaranya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
plastik dan sebagai pelarut. Sebagai contoh freon yang digunakan sebagai fluida kerja
(fefrigeren) dalam mesin pendingin.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 171


2. Senyawa Turunan Alkana
Senyawa turunan alkana adalah senyawa yang dapat dianggap berasal dari alkana
dengan satu atau lebih atom H diganti oleh gugus fungsi tertentu
Contoh:
Etanol dapat dianggap sebagai turunan alkana, yaitu etana dengan satu atom H diganti
oleh gugus fungsi OH.

Tabel 4.3. Beberapa Homolog Senyawa Turunan Alkana

Gugus Rumus
No Homolog Struktur Contoh
Fungsi Umum
1. Alkanol ― OH R ― OH CnH2n+1O CH3―CH2―CH2―OH

2. Alkoksialkana ― O ― R―O―R CnH2n+2O CH3―CH2―O ―CH3

O O O
3 Aldehida || || ||
― C―H R― C―H CnH2nO CH3 ―CH2― C― H

4. Alkanon O O O
|| || ||
― C― R ― C ― R’ CnH2nO CH3― C ― CH3

5. Asam O O O
alkanoat || || ||
― C ― OH R ― C ― OH CnH2nO2 CH3― CH2― C ― OH

6. O O O
Alkil alkanoat || || ||
― C ―O ― R’ R―C―O―R’ CnH2nO2 CH3―C―O―CH3

7. ―X R―X CnH2n+1X CH3―CH2―CH2Cl


Alkil halida
*R = gugus alkil (CnH2n+1)

B. TATA NAMA SENYAWA TURUNAN ALKANA


Penamaan senyawa karbon diatur dalam tata nama IUPAC. Nama senyawa yang
didasarkan pada aturan ini disebut nama IUPAC atau nama sistematis. Selain nama
IUPAC, banyak senyawa karbon, khusus yang ditentukan dalam kehidupan sehari – hari
atau dalam dunia perdagangan, yang mempunyai nama lazim atau nama dagang (nama
trivial).

IUPAC adalah himpunan kimia sedunia (International Union of Pure and Applied Chemistry)

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 172


Nama IUPAC alkana dan senyawa turunan alkana, seperti alkanol dan alkanon,
terdiri dari tiga bagian yaitu awal, tengah dan akhir.
Contoh:
Alkana, terdiri atas alk, an, dan a
Alkena terdiri atas alk, en, dan a
Alkanol terdiri atas alk, an dan ol
Bagian depan (alk) menyatakan jumlah atom karbon dalam molekulnya.
1. = met 6. = heks
2. = et 7. = hept
3. = prop 8. = okt
4. = but 9. = non
5. = pent 10. = dek
Bagian tengah ( an, en atau un) menyatakan jenis ikatan karbon – karbon :
an = jenis (semua karbon – karbon merupakan ikatan tunggal)
en = ikatan rangkap
un = ikatan rangkap tiga
Bagian akhir menyatakan gugus fungsi,
a = hidrokarbon (tanpa gugus fungsi)
ol = alkahol
al = aldehida
on = keton
oat = asam karboksilat
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh beberapa berikut:
Contoh 1:
Butana (But-an-a) : But = mengandung 4 atom C
H H Han =Hjenuh
| | | a| = hidrokarbon
H— C — C — C — C — H
| | | |
H H H H

Contoh 2:
Nama alkana jenuh dengan 3 atom C adalah prop – an – ol = propanol
Nama alkana jenuh dengan 5 atom C adalah pent – an – on = pentanon
Nama keton dengan 4 atom C yang mengandung 1 ikatan karbon – karbon rangkap
adalah but – en – on = butenon

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 173


TATA NAMA ALKANOL
a. Nama IUPAC
Nama IUPAC alkanol dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran a menjadi
ol.
Contoh :
Alkana Alkanol

CH4 : Metana CH3OH : Metanol

C2H6 : Etana CH2H5OH : Etanol

Untuk senyawa alkohol yang telah mempunyai isomer, posisi gugus — OH dinyatakan
dengan awalan angka.
Contoh 1 :

CH3— CH2— CH2— OH


1 – propanol
CH3— CH—CH3
|
OH
2 – propanol

Tata nama alkanol yang mempunyai rantai cabang serupa dengan tata nama alkana.
Namanya terdiri atas dua bagian : bagian pertama ( ditulis di depan) adalah nama
cabang, bagian kedua (ditullis dibelakang) adalah nama rantai induk.

Contoh 2:CH3
7 6 5| 4 3 2 1
CH3— CH2— C — CH — CH2— CH— CH3
| | |
H3C CH2 OH
|
CH3
4 – etil – 5,5 – dimetil – 2 – heptanol
(cabang – cabang) (induk)
Rantai induk adalah rantai terpanjang yang mendukung gugus – OH . Jika terdapat dua
atau lebih rantai terpanjang, dipilih yang mempunyai cabang terbanyak.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 174


Contoh 3:

OH OH
| |
CH3 — C — CH — CH2 — CH3 CH3 — C — CH — CH2 — CH3
| | | |
H3C CH—CH3 H3C CH—CH3
| |
CH3 CH3
(benar, 3 cabang) (salah, 2 cabang)

Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sehingga posisi gugus — OH
mendapat nomor terkecil. Untuk contoh di atas penomoran dan nama senyawa adalah
sebagai berikut:

OH
|
CH3 — C — CH — CH2 — CH3
| |
H3C CH—CH3 3 – etil – 2,4 – dimetil – 2 - pentanol
|
CH3

Apabila posisi gugus fungsi ekivalen dari kedua ujung, maka penomoran mendapat
dimulai dari salah satu ujung sehingga cabang – cabang mendapat nomor terkecil.

OH CH3
| |
CH3— CH2 — CH — CH2 — CH3

Pemberian nomor dilakukan sebagai berikut:

OH CH3 OH CH3
| | | |
CH3— CH2 — CH — CH2 — CH3 CH3— CH2 — CH — CH2 — CH3
(benar) (salah)

Jadi, nama senyawa itu adalah 2 – metil – 3 – pentanol, bukan 4 – metil – 3 – pentanol

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 175


Perhatikan lagi dua contoh berikut ini :

CH3
|
CH3 — CH — CH — CH — CH3
| |
OH CH3

(CH3)2CH — CH(CH3)— (CH2)3 — CHOH — C2 H5


7,8 – dimetil – 3 – nonanol

b. Nama Lazim
Selain nama IUPAC alkohol sederhana juga mempunyai nama lazim, yaitu alkil alkohol

R — OH
Alkil alkohol

Perhatikanlah contoh beberapa berikut :

CH3 — OH CH3— CH2 — OH


Metil alkohol etil alkohol

CH3 — CH2 — CH2 — OH CH3


|
CH3 — CH — OH
Propil alkohol iso propil alkohol

CH3 CH3
| |
CH3 — CH — CH2 — OH CH3 — CH2 — CH — OH
Isobutil alkohol Sek – butil alkohol

2. TATA NAMA ALKOKSI ALKANA


a. Nama IUPAC
Nama IUPAC atau nama sistematis eter adalah alkoksi alkana. Dalam hal ini eter
dianggap sebagai turunan alkana dengan satu atom H alkana itu diganti oleh gugus
alkoksi (— OR).

R — OH R — OR
Alkana eter

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 176


Jika gugus alkalinya berbeda, maka alkali yang terkecil yang dianggap sebagai gugus
alkoksi, sedangkan gugus alkali lainnya sebagai alkana (sebagai induk). Penomoran
dimulai dari salah satu ujung rantai induk sehingga letak gugus alkoksi mendapat
nomor terkecil.

Perhatikanlah beberapa contoh berikut :


a. CH3 — O — CH metoksimetana
b. CH3 — CH2— O — CH metoksietana
c. CH3 — CH2— CH2— O — CH3 1 – metoksipropana
d. CH3 — CH— O — CH3 2 – metoksipropana
|
CH3
e. CH3 — CH— CH2 — CH— O — C2 H5 3 – etoksi – 5 – metilheksana
| |
CH3 C 2 H5

b. Nama Lazim
Nama lazim dari eter adalah alkil alkil eter, yaitu nama kedua gugus alkil diikuti kata
eter (dalam tiga kata yang terpisah). Eter yang kedua gugus alkalinya sama dinamai
sebagai dialkil eter. Urutan penulisan gugus alkil tidak harus menurut urutan abjad.
Perhatikanlah beberapa contoh berikut :
a. CH3 — O — CH3 dimetil eter
b. CH3 — CH2— O — CH3 metil etil eter
c. CH3 — CH2— CH2— O — CH3 metil propil eter
d. CH3 — CH— O — CH3 metil isopropil eter
|
CH3

3. TATA NAMA ALKANAL (ALDEHIDA)


a. Nama IUPAC
Nama alkana diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran a
menjadi al Contoh :
Jumlah atom C Alkana Alkanal
1 Metana Metanal
2 Etana Etanal
3 Propana Propanal

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 177


Tata nama alkanal bercabang pada dasarnya sama seperti tata nama alkanol, tetapi
posisi fungsi ( - CHO ) tidap perlu dinyatakan karena selalu menjadi atom karbon
nomor satu.
Contoh :

4 3 2 1
CH3 — CH — CH2 — CHO
| 3 – metil butanal
CH3

1 CHO
2 | 3 4
CH3 — CH — CH — CH3
|
CH3
2,3 – dimetil – butanal

b. Nama Lazim
Nama lazim aldehida diturunkan dari nama lazim asam karboksilat yang sesuai
dengan mengganti akhiran at menjadi aldehida dan membuang kata asam
Contoh :
Jumlah atom C Asam karboksilat Aldehida
1 Asam format Formaldehida
2 Asam asetat Asetaldehida
3 Asam propanat Propionaldehida
4 Asama butirat Butiraldehida

4. TATANAMA SENYAWA ALKANON


a. Nama IUPAC
Nama alkanon diturunkan dari nama alkana sesuai dengan mengganti akhiran a
menjadi on. Suku terendah dari alkanon adalah propano.

O
||
CH3― C ― CH3
Aseton

Penamaan alkanon bercabang adalah sebagai berikut :


1. Rantai induk adalah rantai terpanjang yang mengandung gugus fungsi – CO –
(gugus fungsi merupakan bagian dari rantai induk)

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 178


2. Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk, sehingga posisi gugus
fungsi mendapat nomor kecil
3. Penulisan nama seperti alkohol. Cabang – cabang dan gugus fungsi pengganti
lainnya ditulis lebih dahulu, disusun menurut abjad kemudian diikuti oleh nama
rantai induk. Posisi gugus fungsi dinyatakan dengan awalan angka pada nama
rantai induk.

Contoh 1:
CH3
5 4 3 || 2 1
CH3 — CH2 — C — CH — CH3
|
CH3
2 – metil – 3 – pentanon

CH3 — CH2 — C — CH — CH3


| || |
CH3 O C2H5
2,4 – dimetil – 3 – heksanon

b. Nama Lazim
Nama lazim keton adalah alkilalkil keton. Kedua gugus alkil disebut secara terpisah
kemudian diakhiri dengan kata keton. Perhatikanlah dua contoh berikut :
CH3 – CO – C2H5 metil etil keton
CH3 – CO – CH3 dimetil keton

5. TATA NAMA ASAM ALKANOAT


a. Nama IUPAC
Nama asam alkanoat diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti
akhiran a menjadi oat dan memberi awalan asam
Contoh :
Alkana Asam alkanoat
Metana Asam metanoat
Etana Asam etanoat

Tata nama asam alkanoat bercabang pada dasarnya sama seperti tata nama aldehida,
sebagai berikut :
1. Rantai induk adalah yang mengandung gugus karboksil.
2. Penomoran dimulai dari atom C gugus fungsi (atom C gugus – COOH selalu
menjadi nomor 1).
3. Penulisan nama seperti senyawa bergugus fungsi yang lain. Posisi gugus
karboksil tidak perlu dinyatakan (karena selalu menjadi atom C nomor 1).

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 179


Contoh 1:

CH3 — CH2 — CH2 — COOH


|
CH3
Asam 3 – metilbutanoat
CH3 — CH2 — CH2 — COOH
|
CH3
Asam 2 – hidroksi – 3 – metil butanoat

Asam karboksilat yang mempunyai dua gugus fungsi – COOH disebut asam
alkanadioan, sedangkan yang mempunyai tiga gugus – COOH disebut asam
alkanatriot dan seterusnya. Akan tetapi asam – asam seperti dikenal dengan nama
lazimnya.
Contoh:

COOH HOOC – CH2 – COOH


| asam 1,4 – butanadioat
COOHasam 1,2 – etanadioat
(asam oksalat)

H2C – COOH
|
HOC – COOH asam sitrat (terdapat dalam jeruk)
|
H2C – COOH

COOH
|
H – C – OH asam tartrat (terdapat dalam anggur)
|
H – C – OH
|
COOH

b. Nama Lazim
Nama lazim asam karboksilat didasarkan pada sumber alami asam yang
bersangkutan. Misalnya, asam metanoat disebut asam formiat (asam format) atau asam
semut karena ditentukan pada semut Formica rufa; asam butanoat disebut asam butirat
karena terdapat dalam mentega. Nama lazim dari beberapa asam diberikan Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Nama lazim beberapa asam karboksilat

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 180


No Rumus bangun Nama IUPAC Nama lazim
1. HCOOH Asam metanoat Asam format (latin: formica = semut)

2. CH3COOH Asam etanoat Asam asetat (latin: asetum = cuka)

3. CH3CH2COOH Asam propanoat Asam propionat (yunani: protopion =


lemak pertama)

4. CH3 (CH2)2 COOH Asam butanoat Asam butirat (latin butyrum =


mentega)
5. CH3 (CH2)3 COOH Asam pentanoat
Asam valerat (latin: valere = sejenis
tanaman pada akar tanaman valere)
Jika menggunakan nama lazim, maka posisi gugus – gugus pengganti atau cabang –
cabang dinyatakan dengan huruf latin. Atom karbon yang terikat langsung pada gugus –
COOH , yaitu atom karbon nomor 2, ditandai dengan alfa (α), atom karbon nomor 3
dengan Beta (β), atom karbon nomor 4 dengan gamma (γ). Atom karbon yang diujung
rantai biasanya dengan omega (ω).
Contoh 1:

α
CH3 — CH— COOH
|
OH
Asam α – hidroksipropionat (asam laktat)
b. asam β – hidrooksipropionat

6. TATANAMA ALKIL ALKANOAT (ESTER)


Ester turunan alkana diberi nama alkil alkanoat. Yang disebut alkil pada nama itu
adalah gugus karbon yang terikat pada atom O (gugus R’), sedangkan alkanoat adalah
gugus R – COO - Atom C gugus fungsi masuk ke dalam bagian alkanoat.

R
||
R — C — O — R’
Alkanoat alkil

Perhatikan contoh berikut:


R
||
CH3 — CH2 — C — O — CH2 — CH3
Propanoat etil
Etil propanoat

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 181


7. TATA NAMA HALOAKANA
Haloalkana adalah senyawa turunan alkanan dengan satu atau lebih atom H
digantikan oleh atom halogen. Dalam hal ini halaoalkana dianggap sebagai turunan
alkana dengan atom halogen sebagai gugus pengganti. Aturan penamaan haloalkana
sebagai berikut :
• Rantai induk adalah rantai terpanjang yang mengandung atom halogen
• Penomoran dimulai dari salah satu ujung sehingga atom halogen mendapat
nomor terkecil
• Nama halogen ditulis sebagai awalan dengan sebutan bromo, kloro (chloro),
fluoro, dan iodo.

Contoh 1 :
CH3 — CHCL — CH2 — CH3 2 – kloro butana
CH3 — CH2 — CHBr — CH3 2 – bromo butana
• Jika terdapat lebih dari sejenis halogen maka prioritas penomoran
didasarkan pada kereaktifan halogen, yaitu dalam urutan F – Cl – Br – I .
Akan tetapi penuilisan nama berdasarkan abjad. Jadi urutan penulisan
halogen adalah bromo, kloro (chloro), fluoro, dan iodo.
Contoh 2:
CH3 — CHCl — CHF — CH3 3 – kloro – 2 – fluoro butana
• Jika terdapat dua atau lebih atom halogen sejenis dinyatakan dengan awalan
di, tri, dan seterusnya. Awalan ini diabaikan dalam menentukan urutan
penulisan halogen.

Contoh 3:
CH2Br — CHBr — CH2Cl 2,3 – dibromo – 1 – kloropropana
• Jika terdapat rantai samping (cabang alkali), maka halogen didahulukan.

Contoh 4 :
CH3
|
CH3 — CH2 — CH — CH — CHCl — CH3 2 – kloro – 4 – etil – 3 – metilheksana
|
C2H5

Selanjutnya perhatikan beberapa contoh berikut :


1) CH2 – CH2 1,2 – dikolroetana
| |
Cl Cl
2) CH2Br— CH — CHCl — CHF2
|
CH3
4 – bromo – 2 – kloro – 1,1 – difluoro – 3 metilbutana

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 182


Monohaloalkana sederhana mempunyai nama lazim, yaitu alkilhalida. Dalam hal
ini monohaloalkana itu dianggap sebagai turunan hydrogen halide (HX) yang atom H –
nya diganti oleh gugus alkil.

Perhatikanlah beberapa contoh berikut :


1) CH3 — CL metil klorida
2) CH3 — CHBr — CH3 isopropil klorida
3) (CH3)3CCl ters – butil klorda
Haloalkena adalah senyawa turunan alkena dengan satu atau lebih atom H-nya diganti
oleh atom Halogen.

Contoh 5:
CH2 ═ CHCl klorometena
CHCl ═ CHCl 1,2 – dikolrometena

KEISOMERAN
A. Pengertian Isomer
Senyawa – senyawa yang dapat mempunyai rumus molekul sama disebut isomer.
Keisomeran dapat terjadi karena perbedaan struktur atau karena perbedaan
konfigurasi. Struktur menggunakan bagaimana atom – atom saling berkaitan dalam satu
molekul, yaitu menggambarkan apa mengikat apa, sedangkan konfigurasi
menggambarkan susunan ruang atom – atom dalam molekul. Struktur yang sama dapat
mempunyai konfigurasi yang berbeda.
Keisomeran karena perbedaan struktur disebut keisomeran struktur, sedangkan
keisomeran karena perbedaan konfigurasi disebut keisomeran ruang. Keisomeran
struktur dapat berupa keisomeran kerangka, keisomeran posisi dan keisomeran fungsi,
sedangankan keisomeran ruang dapat berupa keisomeran geomtri dan keisomeran
optis.

Keisomeran kerangka

Keisomeran struktur Keisomeran posisi

Keisomeran Fungsi

Keisomeran

Keisomeran geometris

Keisomeran ruang

Keisomeran optik

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 183


1. Keisomeran Rangka
Senyawa – senyawa yang merupakan isomer kerangka mempunyai rumus molekul
dan gugus fungsi yang sama tetapi berbeda rantai induknya.
Contoh 1 :
Keisomeran antara butana dan isobutana (keduanya mempunya rumus molekul C4H10).

CH3 – CH2 – CH2 – CH3 CH3


|
n – butana CH3 – CH – CH3
(t.c. = - 138, 35oC; t.d. = 0,5oC) isobutana
(t.c. = - 159,42oC; t.d. = -11,7oC)

2. Keisomeran Posisi
Senyawa – senyawa yang merupakan isomer posisi mempunyai rumus molekul
dan gugus fungsi serta kerangka yang sama, tetapi berbeda letak (posisi) gugus
fungsinya.

Contoh 2 :
Keisomeran antara 1- propanol dan 2 – propanol (keduanya mempunyai kerangka dan
gugus fungsi sama).

CH3 – CH2 – CH2 – OH OH


|
CH3 – CH – CH3
1 – propanol 2 – propanol
(t.c. = - 126,5oC; t.d. = 97,4oC) (t.c. = - 89,5oC; t.d. = 82,4oC)

3. Keisomeran Gugus Fungsi


Keisomeran gugus fungsi terdapat antara senyawa dengan rumus molekul sama,
tetapi berbeda gugus fungsinya. Ada 3 pasang homolog yang mempunyai rumus umum
yang sama yaitu:
• Alkohol dengan alkoksialkana, keduanya mempunyai rumus umum
CnH2n+2O.
• Alkana dengan alkanon, keduanya mempunyai rumus umum CnH2nO
• Asam alkanoat dengan alkil alkanoat, keduanya mempunyai rumus
umum CnH2nO2

Contoh 3 :
Keisomeran antara etanol dan dimetil eter, keduanya mempunyai rumus molekul
C6H6O.
CH3 – CH2 – OH CH3 –O – CH3
Etanol dimetil eter

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 184


(t.c. = - 117,3oC; t.d. = 78,5oC) (t.c. = - 138,5oC; t.d. = -24oC)

Contoh 4:
Keisomeran antara propanal dan propanon, keduanya mempunyai rumus molekul
C3H6O
O O
|| ||
CH3 — CH2 — C — H CH3 — C — CH3
Propanal Propanon
(t.d. = 48,8 C)
o (t.d. = 56oC)

4. Menentukan Jumlah Isomer Struktur


Jumlah isomer struktur yang dapat terbentuk dari suatu senyawa bergugus fungsi
tunggal (hanya dimiliki satu gugus fungsi) dapat ditentukan berdasarkan jumlah
kemungkinan gugus alkil yang dapat dibentuk oleh senyawa itu. Sebagaimana anda
ketahui, semakin banyak atom karbon dalam suatu rantai karbon, semakin banyak
jumlah gugus fungsi alkil yang dapat dibentuk.
Contoh soal:
1. Menentukan jumlah isomer
Gambarkan struktur dari semua gugus alkil yang mengandung :
a. 4 atom karbon
Soal seperti ini dapat dikerjakan dalam dua langkah :
• Langkah pertama, menuliskan kemungkinan kerangka karbon
• Langkah kedua, menentukan posisi yang berbeda untuk setiap kerangka karbon
tersebut
Jawab:
a. 4 atom karbon
ada dua kemugkinan kerangka dengan 4 atom karbon, yaitu satu rantai lurus dan satu
rantai bercabang
C–C–C–C dan C–C–C
|
C
Masing – masing kerangka tersebut mempunyai dua posisi yang berbeda yaitu:
1 2 3 4 3 4 3
C–C–C–C C–C–C
| 3
C
Jadi ada kemungkinan gugus alkil dengan 4 atom karbon yaitu:
1) posisi nomor (1) : n – butil atau butil
— CH3 – CH2 – CH2 – CH3 atau CH3 – CH2 – CH2 – CH2

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 185


2) posisi (2) : sek butil
| |
CH3 – CH – CH2 – CH3 atau CH3 – CH – CH2 – CH3
3) posisi (3) yaitu: isobutil;
— CH2 – CH – CH3 atau CH3 – CH – CH2 — atau CH3 – CH – CH3
| | |
CH3 CH3 CH2 —

4) posisi (4): ter – butil


|
CH3 – CH – CH3
|
CH3

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 186


BAB 27
BENZENA DAN TURUNANNYA

Diambil dari modul bu Sini SMAN 2 Bantul Kelas XII

Senyawa karbon dengan rantai C tertutup dapat dibedakan dalam senyawa –


senyawa siklo alkana dan senyawa – senyawa siklo alkana, rumus umumnya : CnH2n.
Misalnya:
Siklo propana: C3H6
H2C ― CH2

CH2
Siko heksanan: C6H12

Senyawa aromatis adalah senyawa benzena dan turunan – turunannya.

I.Benzena
Benzena adalah hidrokarbon siklis yang merupakan senyawa dasar dari senyawa –
senyawa aromatis.
Rumus molekul Benzena adalah : C6H6
Rumus strukturnya menunjukan adanya ikatan rangkap terkonjugasi

Letak ikatan rangkap mengalami resonansi yaitu tidak tetap dan berpindah – pindah.
Penyederhanaan rumus struktur benzena :

Benzena dapat diperoleh dari destilasi bertingkat batu bara. Selain itu benzena dapat
pula dihasilkan dengan reaksi polilmerisasi gas asetelin (etuna).

3 C2H2→ C6H6

1. Sifat – Sifat Benzena


Benzena berupa zat cair yang jernih, sukar larut dalam air, berbau enak, mudah
menguap dan mudah terbakar.
Reaksi pada benzena:

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 187


1). Benzena tidak dapat dioksidasi, kecuali dengan pembakaran.
2) Meski mempunyai tiga ikatan rangkap, tetapi benzena lebih sukar diadisi daripada
alkena. Reaksi adisi pada benzena berlangsung lambat, pada suhu tinggi dan
memakai katalis. Adisi yang berlangsung hanya dengan gas H2 (hidrogenasi) atau
dengan Cl2 (klorinasi).
Hidrogenasi:
C6H6 + 3 H2 → C6H12
Benzena siklo heksana
Atau

+ 3 H2 →

Pada klorinasi terjadi reaksi heksa siklo heksana (C6H6Cl6)


3). Benzena lebih mudah disubstitusi dari pada alkana.
Beberapa reaksi substitusi pada benzena antara lain:
a. Halogenasi : substitusi oleh X2 dengan katalis FeX3
Misal:

+ Cl2 → Cl + HCl

Kloro benzena

b. Nitrasi : substitusi oleh gugus NO2 (nitro) dengan memakai campuran HNO3
pekat dan H2SO4 pekat.
Misal:
NO2
+ HONO2 → + H2O

Nitro benzena

c. Sulfonasi : Substitusi oleh gugus SO3H (sufonat)


SO3H
+ H2SO4→ + H2O

Asam benzena sulfonat

d. Alkilasi : substitusi oleh gugus alkil (R), prosesnya dikenal sebagai Friedal –
Crafts dengan memakai alkil halida (RX) dan katalis AlCl3.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 188


Misal:
CH3
+ CH3Cl → + HCl

metil benzena

Isomer pada hasil – hasil substitusi:


• Mono substitusi : Hasilnya hanya satu bentuk, tak ada isomeri.
• Di substitusi : Hasilnya ada 3 bentuk isomer yaitu:
Orto (o) : Jika posisi substituen pada C nomor 1 dan 2
Meta (m) : Jika posisi substituen pada C nomor 1 dan 3
Para (p) : Jika posisi substituen pada C nomor 1 dan 4

Contoh:

Cl Cl Cl

Cl
Cl Cl

Orto dikloro benzena m. Dikloro benzena p. Dikloro benzena


(1,2 dikloro benzena) (1,3 dikloro benzena) (1,4 dikloro benzena)

• Tri substitusi : Hasilnya ada 3 bentuk isomer yaitu:


Visinal : Jika posisi substituen pada C nomor 1, 2 dan 3
Asimetri : Jika posisi substituen pada C nomor 1, 2 dan 4
Simetri : Jika posisi substituen pada C nomor 1, 3 dan 5

2. Beberapa Turunan Benzena, Sifat dan Kegunaannya.

a. Toluena (metil benzena) : C6H5 – CH3 atau - CH3

Dari Toluena dapat diperoleh Tri Nitro Toluena (TNT) yang merupakan bahan peledak,
menurut reaksi:
CH3 CH3
O2N NO2
+ 3 HNO3 → + 3 H2O

NO2
2,4,6 Tri Nitro Toluena (TNT)

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 189


b. Anilin (amino benzena) : C6H5 – NH2 atau NH2

Gugus C6H5 – disebut gugus fenil atau aril, oleh karena itu anilin disebut juga fenil
amina. Anilin merupakan zat cair tidak berwarna, suka larut dalam air, uapnya beracun
dan bersifat basa.
Anilin dapat bereaksi dengan asam membentuk garam fenil amonium, anilin juga
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan zat warna, bahan bakar roket dan sebagai
bahan peledak.

c. Fenol (hidroksi benzena) : C6H5 – O atau OH

fenol bersifat racun, dapat merusak kulit. Larutan fenol dalam air merupakan asam
lemah dengan ionisasi:
OH O-
 + H+

Fenol dikenal sebagai asam karbol (lisol) yang digunakan untuk pengawet kayu dan
desinfektan. Selain itu fenol juga digunakan sebagai bahan baku dalm industri zat warna
sintetis, obat – obatan, pembuatan plastik.
d. Asam benzoat : C6H5 – COOH atau COOH

Asam benzoat dan garam – garamnya banyak digunakan sebagai bahan pengawet
makanan dan minuman. Asam benzoat juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
zat warna.
Turunan asam benzoat antara lain: asam salisilat atau asam orto hidroksi benzoat dan
esternya metil salisilat terdapat dalam minyak ganda pura.
Asam asetil salisilat dikenal sebagai asatosal atau aspirin, digunakan sebagai obat sakit
kepala.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 190


UNIT VIII : INTRODUKSI BIOKIMIA
BAB:

28. POLIMER

29. KARBOHIDRAT

30. ASAM AMINO DAN PROTEIN

31. LIPID

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 191


BAB 28

POLIMER

MAKROMOLEKUL adalah molekul raksasa (giant) dimana paling sedikit seribu


atom terikat bersama oleh ikatan kovalen. Makromolekul ini mungkin rantai linear,
bercabang, atau jaringan tiga dimensi.

Makromolekul dibagi atas dua material yaitu

1. Material biologis (makromolekul alam)

Contoh : karet alam, wool, selulosa, sutera dan asbes

2. Material non biologis (makromolekul sintetik)

Contoh : plastik, serat sintetik, elastomer sintetik

Material biologis dapat menunjang tersediaanya pangan dan dibahas dalam biokimia
sedang material non biologis mencakup bahan sintetik. Banyak makromolekul sintetik
memiliki struktur yang relatif sederhana, karena mereka terdiri dari unit ulangan yang
identik (unit struktural). Inilah sebabnya mereka disebut polimer.
Polimer sangat penting karena dapat menunjang tersedianya pangan, sandang,
transportasi dan komunikasi (serat optik). Saat ini polimer telah berkembang pesat.
Berdasarkan kegunaannya polimer digolongkan atas :

a. Polimer komersial (commodity polymers)


Polimer ini dihasilkan di negara berkembang, harganya murah dan
banyak dipakai dalam kehidupan sehari hari. Kegunaan sehari-hari dari
polimer ini ditunjukkan dalam tabel 1.1

Contoh : Polietilen (PE), polipropilen (PP), polistirena (PS),


polivinilklorida (PVC), melamin formaldehid
Tabel 1.1 Contoh dan kegunaan polimer komersial

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 192


Polimer komersial Kegunaan atau manfaat
Polietilena massa jenis Lapisan pengemas, isolasi kawat, dan kabel,
rendah(LDPE) barang mainan, botol yang lentur, bahan
pelapis
Polietilena massa jenis
rendah(HDPE) Botol, drum, pipa, saluran, lembaran, film,
isolasi kawat dan kabel
Polipropilena (PP)
Tali, anyaman, karpet, film
Poli(vinil klorida) (PVC)
Bahan bangunan, pipa tegar, bahan untuk
lantaui, isolasi kawat dan kabel
Polistirena (PS)
Bahan pengemas (busa), perabotan rumah,
barang mainan

b. Polimer teknik (engineering polymers)


Polimer ini sebagian dihasilkan di negara berkembang dan sebagian lagi
di negara maju. Polimer ini cukup mahal dan canggih dengan sifat
mekanik yang unggul dan daya tahan yang lebih baik. Polimer ini banyak
dipakai dalam bidang transportasi (mobil, truk, kapal udara), bahan
bangunan (pipa ledeng), barang-barang listrik dan elektronik (mesin
bisnis, komputer), mesin-mesin industri dan barang-barang konsumsi

Contoh : Nylon, polikarbonat, polisulfon, poliester

c. Polimer fungsional (functional polymers)


Polimer ini dihasilkan dan dikembangkan di negara maju dan dibuat
untuk tujuan khusus dengan produksinya dalam skala kecil

Contoh : kevlar, nomex, textura, polimer penghantar arus dan foton, polimer peka cahaya,
membran, biopolimer
1.1.1 Definisi Dan Tata Nama (Nomenklatur)
☺ Definisi
 Polimer
Molekul besar (makromolekul) yang terbangun oleh susunan unit ulangan kimia
yang kecil, sederhana dan terikat oleh ikatan kovalen. Unit ulangan ini biasanya
setara atau hampir setara dengan monomer yaitu bahan awal dari polimer.

 Monomer

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 193


Sebarang zat yang dapat dikonversi menjadi suatu polimer. Untuk contoh, etilena
adalah monomer yang dapat dipolimerisasi menjadi polietilena (lihat reaksi
berikut). Asam amino termasuk monomer juga, yang dapat dipolimerisasi menjadi
polipeptida dengan pelepasan air

Reaksi :
polimerisasi
Monomer polimer

monomer Unit Ulangan terikat secara


kovaken dengan unit ulangan lainnya

n H2C CH2 CH2 CH2


n
etilena Polimer polietilena
R O H R O
- H2O
n H2N C C OH N C C

H H n
Unit ulanganasam
dapat memiliki struktur linear atau bercabang. Unit ulangan bercabang
amino polipeptida
dapat membentuk polimer jaringan tiga dimensi. Tabel 1.2 menunjukkan beberapa
contoh polimer, monomer, dan unit ulangannya.

Tabel 1.2 Polimer, monomer, dan unit ulangannya

Monomer unit ulangan


Polimer

Polietilena CH2 = CH2 - CH2CH2 –

poli(vinil klorida) CH2 = CHCl

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 194


- CH2CHCl –

CH3 CH3

CH2 C CH2 C
Poliisobutilena
CH3 CH3

CH2 CH CH2 CH

polistirena

H - N(CH2)5C - OH - N(CH2)5C -

Polikaprolaktam (nylon-6)
H O H O

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 195


CH2 = CH - C = CH2 - CH2CH = C - CH2 -

Poliisoprena (karet alam)


CH3 CH3

☺ Tata Nama (Nomenklatur)


Jumlah yang sangat besar dari struktur polimer menuntut adanya sistem tata
nama yang masuk akal. Berikut ini adalah aturan pemberian nama polimer vinil yang
didasarkan atas nama monomer (nama sumber atau umum), taktisitas dan isomer :
 Nama monomer satu kata :

Ditandai dengan melekatkan awalan poli pada nama monomer


Contoh :
Polistirena CH2 CH

polietilena CH2CH2

Politetrafluoroetilena
CF2CF2
(teflon, merk dari du Pont)

 Nama monomer lebih dari satu kata atau didahului sebuah huruf atau angka
Nama monomer diletakkan dalam kurung diawali poli
Contoh :
Poli(asam akrilat) CH2CH

CO2H
Poli(-metil stirena) CH3

CH2C

Poli(1-pentena) CH2CH

CH2CH2CH3
 Untuk taktisitas polimer
- diawali huruf i untuk isotaktik atau s (sindiotaktik) sebelum poli
Contoh : i-polistirena (polimer polistirena dengan taktisitas isotaktik)

 Untuk isomer struktural dan geometrik

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 196


- Ditunjukkan dengan menggunakan awalan cis atau trans dan 1,2- atau 1,4-
sebelum poli
Contoh : trans-1,4-poli(1,3-butadiena)

IUPAC merekomendasikan nama polimer diturunkan dari struktur unit dasar,


atau unit ulang konstitusi (CRU singkatan dari constitutional repeating unit) melalui
tahapan sebagai berikut :
1. Pengidentifikasian unit struktural terkecil (CRU)
2. Sub unit CRU ditetapkan prioritasnya berdasarkan titik pengikatan dan
ditulis prioritasnya menurun dari kiri ke kanan (lihat penulisan nama
polistirena)

CH CH2

3. Substituen-substituen diberi nomor dari kiri ke kanan


4. Nama CRU diletakkan dalam kurung biasa (atau kurung siku dan kurung
biasa kalau perlu), dan diawali dengan poli

Tabel 1.3 Contoh pemberian beberapa nama polimer menurut sumber


monomernya dan IUPAC

Nama Sumber Nama IUPAC


Polietilena Poli(metilena)
Politetrafluoroetilena Poli(difluorometilena)
Polistirena Poli(1-feniletilena)
Poli(asam akrilat) Poli(1-karboksilatoetilena)
Poli(-metilstirena) Poli(1-metil-1-feniletilena)
Poli(1-pentena) Poli[1-(1-propil)etilena]
Untuk tata nama polimer non vinil seperti polimer kondensasi umumnya lebih
rumit darpada polimer vinil. Polimer polimer ini biasanya dinamai sesuai dengan
monomer mula-mula atau gugus fungsional dari unit ulangan.

Contoh : nylon, umumnya disebut nylon-6,6 (66 atau 6/6), lebih deskriptif disebut
poli(heksametilen adipamida) yang menunjukkan poliamidasi heksametilendiamin
(disebut juga 1,6-heksan diamin) dengan asam adipat. Lihat gambar berikut

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 197


n HO - C - (CH2)4 - C - OH + n H2N - (CH2)6 - NH2
asam adipat heksametilediamin

O O

C - (CH2)4 - C - NH - (CH2)6 - NH
n
nylon-6,6

Mengikuti rekomendasi IUPAC, kopolimer (polimer yang diturunkan dari lebih


satu jenis monomer) dinamai dengan cara menggabungkan istilah konektif yang ditulis
miring antara nama nama monomer yang dimasukkan dalam kurung atau antara dua
atau lebih nama polimer. Istilah konektif menandai jenis kopolimer sebagaimana enam
kelas kopolimer yang ditunjukkan dalam tabel 1.4 berikut

Tabel 1.4 Berbagai jenis kopolimer


Jenis kopolimer Konektif Contoh
Tak dikhususkan -co- Poli[stirena-co-(metil metakrilat)]
Statistik -stat- Poli(stirena-stat-butadiena)
Random/acak -ran- Poli[etilen-ran-(vinil asetat)]
Alternating (bergantian) -alt- Poli(stirena-alt-(maleat anhidrida)]
Blok -blok- Polistirena-blok-polibutadiena
Graft (cangkok/tempel) -graft- Polibutadiena-graft-polistirena

1.1.2 Proses Polimerisasi

Polimerisasi kondensasi adalah polimerisasi yang disertai dengan pembentukan


molekul kecil (H2O, NH3).

Contoh :

Alkohol + asam ester + air

HOCH2CH2OH + HOC - (CH2)4+COH


H2O

O O

Polimerisasi adisi adalah polimerisasi yang disertai dengan pemutusan ikatan


rangkap diikuti oleh adisi monomer.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 198


Contoh :
H

n H2C = CH CH2 C

n
Cl Cl
vinilklorida polivinilklorida (PVC)

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 199


BAB 29

KARBOHIDRAT

Diambil dari modul Bu Sini SMAN 2 Bantul Kelas XII

KARBOHIDRAT
Nama karbohidrat dapat dianggap berasal dari karbon yang mengikat air sesuai
dengan rumus umumnya yaitu Cm (H2O)m. dalam ilmu kimia karbohidrat lebih dikenal
sebagai sakharida yaitu zat yang mempunyai rasa dasar manis. Sakharida banyak
terdapat di alam sebagai hasil asimilasi.

Macam – Macam Karbohidrat:


1. Monosakharida, yaitu sakharida yang paling sederhana.
2. Disakharida yaitu sakharida yang tersusun dari 2 buah mono sakharida
3. Poli sakharida yaitu sakharida yang tersusun dari polimerisasi monosakharida

Monosakharida
Struktur sakharida mengandung beberapa gugus OH dan 1 gugus aldehid atau 1 gugus
keton.
Tata nama
Semua sakharida diberi nama dengan akhiran –osa sesuai dengan jumlah atom C dalam
mono sakharida. Yang mengandung gugus aldehid diberi awalan aldo dan yang
mengandung keton dengan awalan keto.

Misal :
O
C3H6 = triosa ---------- C CH2OH
| H |
H C – OH C=O
| |
H2C – OH dan CH2OH
Aldo triosa Keto triosa

Monosakharida yang terpenting adalah heksosa (C6H12O6) yang terdapat di alam


sebagai glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Glukosa dan galaktosa merupakan aldosa
sedang fruktosa adalah ketosa. Rumus struktur ketiga heksosa tersebut menurut
Fischer:

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 200


O O CH2OH
C C |
| H | H C= O
H – C – OH H – C – OH |
| | H – C – OH
HO–C – H HO–C – H |
| | HO–C – H
H – C – OH HO–C –H |
| | HO –C –H
H – C – OH H – C – OH |
| | H – C – OH
CH2OH CH2OH |
CH2OH
D – Glukosa D – Galaktosa L – Fruktosa

Adanya gugus aldehida menyebabkan glukosa dan galaktosa positif terhadap uji Fehling
Sifat – sifat monosakharida:
1. Monosakharida rasanya manis urutan kemanisan yang makin berkurang:
fruktosa, glukosa, galaktosa.
2. Mempunyai sifat mereduksi karena adanya gugus aldehid, termasuk fruktosa
sehingga dapat beraksi dengan peraeaksi fehlingmaupun tollens.
3. Mempunyai isomer – isomer optik. Glukosa dan galaktosa pada umumnya
bersifat dekstro (D) memutar bidang cahaya terpolarisasi kekanan. Sedang
fruktosa bersifat levo (L). Pada heksosa terdapat 4 C asemetris dengan jumlah
isomer optiksebanyak 16. 8 isomer bersifat dekstro (D) dan 8 isomer bersifat
levo (L).
4. Larutan glukosa mengalami peristiwa mutarotasi yaitu menunjukan perubahan
pelan – pelan besarnya sudut putar bidang polarisasi dari 113,4o ke 52o.
5. Glukosa dan fruktosa banyak terdapat bebas di alam misal, dalam madu, buah –
buahan. Galaktosa tidak terdapat bebas di alam dan dihasilkan dari hidrolisis
laktosa.
6. Glukosa dan fruktosa dapat difermentasi, sedang galaktosa tidak dapat. Hasil
fermentasi glukosa / fruktosa berupa etanol dan gas CO2.
Disakharida
Disakharida merupakan dimmer dari mono sakharida. Disakharida yang pernting
adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa. Ketiganyamempunyai rumus umum molekul yang
sama yaitu: C12H22O11.

Glukosa + Fruktosa Sukrosa (sakharosa)

Glukosa + galaktosa Laktosa

Glukosa + Glukosa Maltosa

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 201


a. Sukrosa
Disebut juga sakharosa atau gula tebu terdapat banyak pada batang tebu dan buah –
buahan.
Rumus struktur sukrosa merupakan dimer dari glukosa dan fruktosa.

CH2OH O O
H H CH2OH H
H

OH OH H O CH2OH
H H OH
H OH OH H

Hidrolisis sukrosa menghasilkan D – glukosa dan L – fruktosa . Akibat hidrolisis,


larutan sukrosa mengalami inverse yaitu mula – mula larutan memutar bidang
polarisasi ke kanan berubah pelan – pelan menjadi memutar ke kiri. Larutan sukrosa
yang terhidrolisis menghasilkan glukosa dan fruktosa dalam jumlah sama disebut
gula invert.
Sukrosa tak dapat mereduksi larutan fehling.

b. Maltosa atau gula tebu


Maltosa terbentuk dari hidrolisa pati oleh enzim amilase.

2 (C6H10O5)x+ x H2O -------- x C12H22O11

Pada hidrolisis dengan enzim moltosa terurai menjadi 2 molkeul glukosa. Moltosa
dapat mereduksi larutan fehling.
c. Laktosa atau gula susu
Laktosa terdapat dalam air susu. Pada hidrolisis dengan enzim terurai menjadi
glukosa dan galaktosa. Laktosa dapat mereduksi larutan fehling.

Poli Sakharida
Poli sakharida di alam merupakan polimer dari glukosa di antaranya terdapat sebagai
pati, glikogen dan selulosa.
Rumus umum poli sakharida : (C6H10O5)n
Besarnya n pada : pati < glikogen < selulosa
a. Pati atau amilum
Terbentuk pada proses fotosintesa:
6 x CO2 + 6 x H2O ---- (C6H12O6) x + 6 x H2O

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 202


Pati tersimpan dalam akar, batang, biji, umbi dan merupakan cadangan karbohidrat.
Pada hidrolisa pati terjadi hasil antara yaitu dikstrin, selanjutnya terjadi maltosa dan
glukosa. Dekstrin digunakan sebagai perekat. Pati tidak bereaksi dengan larutan
fehling. Untuk menunjukan adanya amilum digunakan yod, amilum dengan yod
memberi warna baru.

b. Glikogen
Merupakan bahan cadangan karbohidrat bagi hewan, tersimpan dalam hati struktur
glikogen sama dengan pati dengan jumlah monomer glukosa lebih banyak. Pada
hidrolisa glikogen terurai menjadi maltosa dan akhirnya menjadi glukosa.
c. Selulosa
Merupakan bagian dari dindng sel tumbuh – tumbuhan . Selulosa tak dapat
dihidrolisa dalam pencernaan.
Selulosa dapat bereaksi dengan campuran asam nitrat pekat dan asam sulfat
menghasilkan selulosa nitrat.
Misalnya:
Seluloid : selulosa nitrat dalam kamfer
Kolodion : selulosa nitrat dalam eter dan alkohol
Kapas letus : selulosa nitrat sebagai bahan peledak

Film dan cat semprot juga ada yang terbuat dari selulosa nitrat encer. Selulosa dapat
larut dalam pereaksi Schweitzer (larutan tetra amina tembaga (II) hidroksida) dan
digunakan untuk pembuatan sutera tiruan atau rayon. Dari selulosa juga dapat
dibuat kertas.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 203


BAB 30

ASAM AMINO DAN PROTEIN

Diambil dari Modul Bu Sini SMAN 2 Bantul


PROTEIN
Protein memegang peranan penting dalam proses organisme hidup. Bagian –
bagian utama dari tubuh makhluk hidup terdiri dari protein. Pada hidrolisis dengan
asam atau enzim, protein diuraikan menjadi asam – asam amino. Sebaliknya di dalam
sel tubuh asam – asam amino disentesa menjadi protein. Unsur – unsur yang
terkandung dalam protein ialah C, H, O dan N kadang – kadang terdapat pula S dan P.
Susunan protein rata – rata :
C : 53%, N = 16%
O = 23% H = 7%

Asam amino
Asam amino memiliki dua macam gugus fungsi yaitu gugus fungsi karboksilat (COOH)
dan gugus amino (NH2).
Garam natrium dari asam glutamate yaitu mono sodium glutamate (MSG) dikenal
sebagai vetsin / bahan penyedap makanan.

Sifat – sifat asam amino


1. Bersifat amfoter karena adanya gugus NH2 dan gugus COOH
2. Dalam air dapat membentuk ion dwi kutub atau zwitter ion
O O
H – CH – C -------------- R – CH – C
| OH | O-
NH2 NH3+

asam amino merupakan senyawa monomer penyusun protein.


Rumus umum asam amino:
Cn H2n(NH2)COOH

Tata nama
Dengan menyebutkan posisi gugus amino diikuti dengan nama asam karboksilatnya.
Posisi gugus NH2 dinyatakan dengan alphabet α, β, dan γ dimulai dari C yang mengikat
gugus COOH.

Beberapa nama dan struktur asam amino:

CH2 – COOH = asam α amino asetat


| = glisina

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 204


NH2

CH3–CH – COOH = asam α amino propanoat


| = alanina
NH2

CH2 – CH – COOH = asam α amino 3. Thio propanoat


|
SH NH2

HOOC – CH2 – CH2 – CH – COOH = asam α amino 1.5 pentanadioat


| = asam glutamat
NH2
Terbetuknya zwitter ion diperlukan keadaan / harga pH tertentu. Harga pH dimana
terjadi zwitter ion disebut Titik Iso Elektrik. Tiap asam amino mempunyai TIE tertentu.
Misal :
Alanin TIE = 6
Lisina TIE = 9,7

3. Asam amino yang terdapat di alam kebanyakan adalah asam amino alfa. Ada kira –
kira 20 macam asam amino yang dapat diambil dari tumbuh – tumbuhan dan
hewan. Diantaranya 9 macam adalah asam amino esensial, yaitu asam amino yang
tidak dapat disentesa dalam tubuh manusia dan harus diambil dari bahan makanan.
Selebihnya asam amino non esensial dapat disentesa dalam tubuh.

Protein
Protein merupakan polipeptida yan tersusun dari asam – asam amino melalui ikatan
peptida
( — C — NH —)
||
O
Pembentukan polipeptida secara reaksi poli kondensasi yang melepaskan molekul air.
Tiap n molekul asam amino menghasilkan suatu polipeptida yang disertai dengan
pelepasan (n – 1) molekul air.
Contoh :
Pembentukan mono peptida dari glisina dan alanina

H O CH3
| || |
H2N – CH2 – C – OH + H – N – CH – C – OH ------ H2M – CH2 – C – N – CH – C – OH + H2O
|| | | ||
O CH3O H O

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 205


Struktur protein
Menurut emil Fischer rangkaian asam amino dengan ikatan polipeptida membentuk
spiral atau struktur alfa heliks yang mungkin linier atau non linier
Dari 20 jenis asam amino di alam dapat terbentuk jenis protein yang sangat banyak
karena dalam rantai polipeptida adalah sembarang.

Sifat – sifat protein


1. Protein mempunyai massa molekul yang besar.
2. Kebanyakan protein sukar larutdalam berbagai jenis pelarut, jika dapat
terdispersi dalam air protein membentuk koloid.
3. Pada pemanasan protein terjadi denaturasi dimana protein mengalami
koagulasi.

Reaksi pengenalan protein diantaranya ialah memakai reagen biuret yaitu larutan yang
terdiri atas campuran 40% NaOH dan CuSO4 encer. Protein dengan reagen biuret
menunjukan warna larutan menjadi violet.

Macam – macam protein:


1. Protein tunggal yaitu protein yang jika dihidrolisa hanya menghasilkan asam –
asam amino saja
Contoh :
a. Glutelina protein yang banyak terdapat dalam minyak kacang
b. Albumina protein yang terdapat dalam susu
2. Protein majemuk yaitu protein yang jika dihidrolisa menghasilkan asam amino
dan zat – zat lain seperti: asam fosfat, sakharida atau zat – zat warna
Contoh :
a. Hemoglobin, mengandung zat warna merah
b. Gliko protein, dapat menghasilkan gluosa

Beberapa fungsi utama protein dalam organisme, antara lain berikut ini:
• Protein struktural (pembangun tubuuh): protein selaput atau dinding sel;
jaringan pelindung seperti kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, tanduk, paruh, serta
jaringan pengikat seperti tulang, urat daging, sendi.
• Protein membran: terdapat dalam membran sel
• Protein kontraktil : terdapat dalam serat otot
• Protein transport : mengikat dan mengangkut molekul – molekul lain, misalnya
hemoglobin yang mengangkut O2
• Protein pelindung : seluruh antibodi dan zat – zat pembeku darah seperti
fibrinogen
• Protein cadangan : membebaskan asam – asam amino apabila diperlukan,
misalnya kasein (protein susu) dan ovalbumin (putih telur)
• Hormon : mengatur pertumbuhan dan metabolisme
• Enzim – enzim : mengkatalis reaksi – reaksi biokimia
Struktur serta kerja suatu protein mudah dirusak atau dihentikan oleh panas,
perubahan pH, dan suatu oksidator atau reduktor. Dalam kondisi seperti ini protein
dapat mengalami denaturasi (perubahan sifat fisik dan aktifitas biologis).
Contoh: penggumpalan albumin (komponen utama dari putih telur).

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 206


PROTEIN
Protein memegang peranan penting dalam proses organisme hidup. Bagian –
bagian utama dari tubuh makhluk hidup terdiri dari protein. Pada hidrolisis dengan
asam atau enzim, protein diuraikan menjadi asam – asam amino. Sebaliknya di dalam
sel tubuh asam – asam amino disentesa menjadi protein. Unsur – unsur yang
terkandung dalam protein ialah C, H, O dan N kadang – kadang terdapat pula S dan P.
Susunan protein rata – rata :
C : 53%, N = 16%
O = 23% H = 7%

Asam amino
Asam amino memiliki dua macam gugus fungsi yaitu gugus fungsi karboksilat (COOH)
dan gugus amino (NH2).
Garam natrium dari asam glutamate yaitu mono sodium glutamate (MSG) dikenal
sebagai vetsin / bahan penyedap makanan.

Sifat – sifat asam amino


• Bersifat amfoter karena adanya gugus NH2 dan gugus COOH
• Dalam air dapat membentuk ion dwi kutub atau zwitter ion
O O
H – CH – C -------------- R – CH – C
| OH | O-
NH2 NH3+

asam amino merupakan senyawa monomer penyusun protein.


Rumus umum asam amino:
Cn H2n(NH2)COOH

Tata nama
Dengan menyebutkan posisi gugus amino diikuti dengan nama asam karboksilatnya.
Posisi gugus NH2 dinyatakan dengan alphabet α, β, dan γ dimulai dari C yang mengikat
gugus COOH.

Beberapa nama dan struktur asam amino:

CH2 – COOH = asam α amino asetat


| = glisina
NH2

CH3–CH – COOH = asam α amino propanoat


| = alanina
NH2

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 207


CH2 – CH – COOH = asam α amino 3. Thio propanoat
|
SH NH2

HOOC – CH2 – CH2 – CH – COOH = asam α amino 1.5 pentanadioat


| = asam glutamat
NH2
Terbetuknya zwitter ion diperlukan keadaan / harga pH tertentu. Harga pH dimana
terjadi zwitter ion disebut Titik Iso Elektrik. Tiap asam amino mempunyai TIE tertentu.
Misal :
Alanin TIE = 6
Lisina TIE = 9,7

4. Asam amino yang terdapat di alam kebanyakan adalah asam amino alfa. Ada kira –
kira 20 macam asam amino yang dapat diambil dari tumbuh – tumbuhan dan
hewan. Diantaranya 9 macam adalah asam amino esensial, yaitu asam amino yang
tidak dapat disentesa dalam tubuh manusia dan harus diambil dari bahan makanan.
Selebihnya asam amino non esensial dapat disentesa dalam tubuh.

Protein
Protein merupakan polipeptida yan tersusun dari asam – asam amino melalui ikatan
peptida
( — C — NH —)
||
O
Pembentukan polipeptida secara reaksi poli kondensasi yang melepaskan molekul air.
Tiap n molekul asam amino menghasilkan suatu polipeptida yang disertai dengan
pelepasan (n – 1) molekul air.
Contoh :
Pembentukan mono peptida dari glisina dan alanina

H O CH3
| || |
H2N – CH2 – C – OH + H – N – CH – C – OH ------ H2M – CH2 – C – N – CH – C – OH + H2O
|| | | ||
O CH3 O H O

Struktur protein
Menurut emil Fischer rangkaian asam amino dengan ikatan polipeptida membentuk
spiral atau struktur alfa heliks yang mungkin linier atau non linier

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 208


Dari 20 jenis asam amino di alam dapat terbentuk jenis protein yang sangat banyak
karena dalam rantai polipeptida adalah sembarang.

Sifat – sifat protein


4. Protein mempunyai massa molekul yang besar.
5. Kebanyakan protein sukar larutdalam berbagai jenis pelarut, jika dapat
terdispersi dalam air protein membentuk koloid.
6. Pada pemanasan protein terjadi denaturasi dimana protein mengalami
koagulasi.

Reaksi pengenalan protein diantaranya ialah memakai reagen biuret yaitu larutan yang
terdiri atas campuran 40% NaOH dan CuSO4 encer. Protein dengan reagen biuret
menunjukan warna larutan menjadi violet.

Macam – macam protein:


3. Protein tunggal yaitu protein yang jika dihidrolisa hanya menghasilkan asam –
asam amino saja
Contoh :
a. Glutelina protein yang banyak terdapat dalam minyak kacang
b. Albumina protein yang terdapat dalam susu
4. Protein majemuk yaitu protein yang jika dihidrolisa menghasilkan asam amino
dan zat – zat lain seperti: asam fosfat, sakharida atau zat – zat warna
Contoh :
a. Hemoglobin, mengandung zat warna merah
b. Gliko protein, dapat menghasilkan gluosa

Beberapa fungsi utama protein dalam organisme, antara lain berikut ini:
• Protein struktural (pembangun tubuuh): protein selaput atau dinding sel;
jaringan pelindung seperti kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, tanduk, paruh, serta
jaringan pengikat seperti tulang, urat daging, sendi.
• Protein membran: terdapat dalam membran sel
• Protein kontraktil : terdapat dalam serat otot
• Protein transport : mengikat dan mengangkut molekul – molekul lain, misalnya
hemoglobin yang mengangkut O2
• Protein pelindung : seluruh antibodi dan zat – zat pembeku darah seperti
fibrinogen
• Protein cadangan : membebaskan asam – asam amino apabila diperlukan,
misalnya kasein (protein susu) dan ovalbumin (putih telur)
• Hormon : mengatur pertumbuhan dan metabolisme
• Enzim – enzim : mengkatalis reaksi – reaksi biokimia
Struktur serta kerja suatu protein mudah dirusak atau dihentikan oleh panas,
perubahan pH, dan suatu oksidator atau reduktor. Dalam kondisi seperti ini protein
dapat mengalami denaturasi (perubahan sifat fisik dan aktifitas biologis).
Contoh: penggumpalan albumin (komponen utama dari putih telur).

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 209


BAB 31

LIPID

Lemak (Lipid Sederhana)


Lemak adalah ester yang terbentuk antara gliserol dan asam lemak. Umumnya
lemak berupa triasilgliserol (trigliresida). Trigliserida banyak terdapat di dalam sel – sel
tubuh manusia, hewan dan tanaman. Triasilgliserol dibentuk oleh reaksi esterifikasi
antara gliserol dan asam lemak. Selain triasilgliserol, lemak juga terdapat dalam bentuk
diasilgliserol yang tersusun atas 1 molekul gliserol dan 2 molekul asam lemak atau
dalam bentuk monoasilgliserol yang tersusun atas 1 molekul gliserol dan 1 molekul
asam lemak.

a. Komponen Penyusun Lemak


Komponen penyusun lemak adalah glisero dan asam lemak
1) Gliserol
Gliserol disebut juga gliserin. Nama gliserol sesuai IUPAC ialah 1,2,3 –
propanatoil. Gliserol merupakan zat cair yang tidak berwarna, netral, kental dan
rasanya manis. Gliserol dalam keadaan murni bersifat higroskopis. Gliserol dapat
larut dalam air dan tidak larut dalam CCl4, kloroform, dietil eter, CS2 dan benzena.
Dalam bidang kedokteran, gliserol digunakan sebagai pencahar. Selain itu, gliserol
juga dapat dipakai sebagai bahan pengawet vaksin dan bahan baku pembuatan
permen.

2) Asam lemak
Asam lemak adalah asam karboksilat yang diperoleh atas hasil hidrolisis suatu
lemak atau minyak. Asam lemak memiliki rantai atom C tidak bercabang dengan
jumlah atom C lebih dari 10 dan gugus karboksil diujung rantai atom C tersebut.

Asam lemak terdiri dari dua jenis, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak
jenuh.
Asam lemak jenuh tidak mempunyai iakatan C – C rangkap dua dalam struktur
kimianya. Asam lemak jenuh ada yang dapat larut di dalam air dan ada pula yang
tidak dapat larut dalam air. daya larut asam lemak di dalam air akan semakin
berkurang dengan semakin bertambahnya jumlah atom C penyusunnya.
Asam lemak tak jenuh memiliki suatu ikatan rangkap atau lebih. Asam lemak
tidak jenuh mempunyai titik lebur lebih rendah dibandingkan dengan asam lemak
jenuh. Asam lemak tidak jenuh, seperti asam oleat memiliki ikatan rangkap C – C
sehingga kehilangan dua atom H dan membentuk struktur membengkok. Berbeda
dengan asam lemak jenuh seperti asam miristat yang membentuk struktur lurus.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 210


b. Klasifikasi Lemak Berdasarkan Asam Lemak Penyusunnya
Berdasarkan asam lemak yang menjadi penyusunnya maka lemak dapat dibedakan atas
beberapa macam:
1) Lemak Berasam Satu
Lemak berasam satu atau disebut juga triasilgliserol sederhana terbentuk dari
satu jenis asam lemak penyusun. Contoh : tripalmitoilgliserol
2) Lemak Berasam Dua
Lemak berasam dua adalah lemak yang terbentuk dari dua asam lemak yang sama
dan satu yang berbeda. Contohnya : gliseril – 1 – oleo – 2,3 – ditearat.
3) Lemak Berasam Tiga
Lemak berasam tiga adalah lemak yang ketiga asam lemak penyusunnya berbeda.
Contohnya : gliseril – 1 – stearo – 2 - oleo – 2,3 – palmitat.

c. Klasifikasi Lemak Berdasarkan Sumber


Berdasarkan sumbernya lemak dapat digolongkan menjadi lemak hewan dan
lemak tumbuhan yang biasa disebut lemak nabati.
Lemak hewan adalah lemak yang diperoleh dari hewan. Contohnya lemak hewan
adalah lemak sapi. Lemak nabati adalah lemak yang bersumber dari tumbuh –
tumbuhan. Contoh tumbuhan yang mengandung lemak nabati adalah kacang, kelapa
sawit dan jagung.
Umumnya lemak hewan berwujud padat pada suhu ruang dan lemak nabati
berwujud zat cair pada suhu ruang. Akan tetapi lemak yang terdapat pada ikan paus,
ikan cod, dan ikan hering pada suhu ruang merupakan zat cair yang dikenal dengan
nama minyak ikan.
Mengapa suatu lemak disebut minyak? Lemak biasanya berwujud padat pada
suhu ruang. Apabila lemak berwujud zat cair pada suhu ruang, labih dikenal dengan
nama minyak, contohnya minyak sawit. Meski demikian, wujud padat atau cair suatu
lemak disebabkan oleh kandungan asam lemak yang terdapat pada lemak tersebut.

d.Sifat – Sifat Lemak


1) Sifat –Sifat Fisik Lemak
Lemak dan minyak alami tidak berwarna, tidak biasa, tidak berasa dan tidak
berbau. Adanya warna pada lemak dan minyak, misalnya pada lemak nabati
dikarenakan adanya pigmen dari tumbuhan asli. Contohnya: alfa dan beta karoten,
xanthofil dan antosianin. Zat warna ini menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning
kecoklatan, kehijau – hijauan dan kemerah – merahan.
Bau dan rasa pada lemak dapat berasal dari sumber alami atau dapat juga karena
lemak mengalami kerusakan. Bau alami lemak berasal dari komponen bukan lemak
pada tumbuhan asli. Contohnya, bau khas dari minyak sawit disebabkan karena adanya
senyawa beta – ionone. Bau tengik pada minyak atau lemak dikarenakan minyak atau
lemak telah teroksidasi.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 211


Titik leleh lemak bergantung pada asam lemak penyusunnya. Asam lemak yang
memiliki ikatan rangkap (lemak tidak jenuh) memiliki titik leleh lebih rendah daripada
asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap (lemak jenuh). Pada suhu ruang, lemak
yang terbentuk dari asam lemak tidak jenuh berwujud cair dan yang terbentuk dari
asam lemak jenuh berwujud padat pada suhu ruang. Hal ini dikarenakan gaya ikat
intermolekul lemak lebih kuat pada ginjal sapi banyak mengandung asam lemak jenuh
seperti tristearin, berupa padatan putih pada suhu ruang. Sedangkan minyak zaitun
banyak mengandung asam lemak tidak jenuh seperti triolein berwujud cair pada suhu
ruang.
Jika lemak terdiri atas asam lemak dengan rantai atom C pendek, titik lelehnya
lebih rendah daripada asam lemak dengan rantai atom C panjang. Contohnya : mentega
mengandung lemak yang tersusun atas asam lemak yang relatif lebih pendek daripada
lemak sapi.
Oleh karena itu, mentega mempunyai titik leleh yang lebih rendah dan
menjadikan tekstur mentega lunak pada suhu ruang.Titik leleh minyak juga dipengaruhi
oleh keisomeran geometris asam lemak penyusunnya. Jika asam lemak penyusunnya
memiliki bentuk cis, titik lelehnya lebih rendah jika dibandingkan dengan asam lemak
yang memiliki bentuk trans.
Triasilgliserol tidak larut dalam air karena senyawa ini memiliki rantai atom C
yang panjang dan bersifat nonpolar. Triasilgliserol mudah larut dalam pelarut nonpolar,
seperti kloroform, benzena atau eter. Pelarut ini sering digunakan untuk ekstraksi
lemak dari jaringan.

2) Sifat – Sifat Kimia Lemak


a) Reaksi Pembentukan Bau Tengik Pada Lemak
Ketengikan adalah perubahan lemak atau minyak secara kimiawi sehingga
menimbulkan bau tidak enak. Reaksi yang menyebabkan ketengikan adalah reaksi
oksidasi. Faktor yang dapat menyebabkan reaksi oksidasi minyak atau lemak,
antara lain, adanya oksigen, suhu, cahaya dan logam yang berperan sebagai
katalisator. Ketengikan lemak tak jenuh terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama
adalah reaksi hidrolisis lemak tidak jenuh menjadi gliserol dan asam lemak rantai
panjang yang tidak jenuh. Tahap kedua ialah reaksi oksidasi asam lemak tidak
jenuh oleh oksigen dari udara dengan katalisator tertentu untuk membentuk asam
karboksilat rantai pendek yang berbau tengik. Contohnya : membentuk asam
pelargonat (C8H17COOH) dan asam aselat (C7H14 (COOH)2). Salah satu cara untuk
mencegah ketengikan adalah dengan menambahkan antioksidan pada lemak atau
minyak yang disimpan untuk jangka waktu lama.
Contoh : BHA, BHT, asam askorbat dan tokoferol.

b) Hidrolisa Lemak
Lemak dan minyak dapat dihidrolisis secara kimia dan enzimatis. Hidrolisis
lemak dan minyak secara kimia dengan penambahan asam atau basa dibantu
pemanasan. Hidrolisis secara enzimatis yaitu jika lemak atau minyak ditambah

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 212


enzim lipase. Hidrolisis lemak dan minyak menghasilkan gliserol dan asam lemak.
Misalnya : hidrolisis tristearin oleh asam akan membebaskan gliserol dan asam
asetat.
Hidrolisis lemak oleh basa seperti, KOH dan NaOH, menghasilkan suatu
campuran sabun K+ atau Na+ dan gliserol. Reaksi ini merupakan reaksi kimia
utama yang terlibat pada pembuatan sabun rumah tangga dari triasilgliserol.

c) Hidrogenasi Lemak
Triasilgliserol yang terbentuk dari asam lemak tidak jenuh berwujud cair pada
suhu ruang. Triasilgliserol semacam ini dapat diubah menjadi lemak padat
menggunakan reaksi hidrogenasi, terjadi perubahan ikatan rangkap asam lemak
menjadi ikatan tunggal. Misalnya minyak jagung yang berwujud cair dapat diubah
menjadi padat, yaitu menjadi margarine, menggunakan reaksi hidrogenasi
katalitik.

Malam (Wax)
Malam (wax) atau disebut lilin adalah ester dari asam lemak berantai panjang
dengan alkohol berantai panjang. Pada vertebrata, lilin disekresikan oleh pelembab
kulit sebagai pelindung untuk membuat kulilt bersifat fleksibel, berminyak dan tidak
tembus air. Rambut, wol dan bulu juga dilapisi oleh lilin. Unggas yang berenang di air,
mengeluarkan lilin dari kelenjar asesoris dan membuat air tidak melekat dibulu.
Penampilan berkilat pada daun – daun berbagai tanaman, misalnya daun alas atau daun
pohon pisang pisang dikarenakan adanya lilin.

Lipid Majemuk
Lipid majemuk memiliki struktur yang lebih kompleks dari lipid sederhana. Esternya
tidak hanya tersusun atas unsur C, H, dan O saja, tetapi juga ada unsur lainnya, seperti P,
N dan S. Contoh lipid majemuk adalah fosfogliserida, sfingolipida, dan steroid.

1. Fosfogliserida
Fosfogliserida termasuk fosfolipid, yaitu senyawa yang mengandung gugus ester
fosfat. Fosfogliserida yang banyak ditemukan pada membran sel. Fosfogliserida terdiri
atas gliserol, asam lemak dan ester fosfat. Contoh fosfogliserida: fosfatidilkolin (lesiti),
fosfatidilserin dan fosfatidiletanolamin (sefalin). Lesatin merupakan zat yang
menyerupai lilin, higroskopis, larut didalam alkohol, ester, dan kloroform, tetapi tidak
larut di dalam aseton. Warna putih dari lesitin akan berubah menjadi coklat apabila
bereaksi dengan udara dan cahaya. Apabila larutan lesitin ditambahkan larutan asam
sulfat dan diaduk, terjadi hidrolisis membentuk asam fosfatidat dan kolin.

2. Sfingolipida
Sfingolipid merupakan lipid yang mengandung gugus sfingol dan termasuk fosfolipid.
Sfingol merupakan suatu alkohol alifatik tidak jenuh dengan dua atom C asimetris yang

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 213


memiliki gugus ester fosfat dan amino. Contoh : sfingolipid adalah sfingomeilin dan
serebrosida.
Sfingomeilin merupakan sfingolipid yang banyak terdapat di dalam otak dan jaringan
syaraf, tetapi sedikit ditemukan di dalam darah dan jaringan lainnya.
Glikosfingolipid sering dikenal sebagai serebrosida, banyak terdapat di dalam otak,
tetapi sedikit pada ginjal, paru – paru, hati, retina mata, sperma ikan, sel darah putih,
limfa dan putih telur.

3. Steroid
Steroid adalah molekul kompleks yang terdiri atas empat cincin karbon yang terikat
bersama. Steroid larut dalam lemak dan merupakan lipid yang tidak tersabunkan oleh
alkali. Steroid ditemukan bahkan semua bidang kehidupan. Contoh asteroid adalah
kolesterol, kortisan, hormon endrogen, dan hormon estrogen.
Kolesterol merupakan stroid hewani yang dijumpai hampir semua jaringan hewan.
Sumber utama kolesterol adalah empedu dan kuning telur. Kolesterol tidak harus
diperoleh dari makanan karena tubuh juga dapat mensintesis sendiri. Kadar kolesterol
yang tinggi dlam tubuh dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah
(arteriosclerosis).

Fungsi Lipid Bagi Kehidupan

1. Lemak Sebagai Penyimpan Energi


Triasilgliserol berfungsi sebagai cadangan energi pada hewan dan tumbuhan. Jika
suatu organisme memiliki energi berlebih yang diperoleh dari makanan, energi tersebut
akan disimpan sebagai cadangan. Senyawa itu dapat disimpan dalam jumlah banyak
dan dalam bentuk murni yang tidak terhidratasi. Cadangan ini nantinya akan diuraikan
menjadi energi apabila organisme tersebut membutuhkannya. Energi yang dihasilkan
dari lemak per satuan berat ialah dua kali lebih besar daripada yang dihasilkan
karbohidrat. Oksidasi 1 gram lemak membebaskan 9300 kalori energi, sedangkan
oksidasi 1 gram karbohidrat menghasilkan 4100 kalori.
Pada sel lemak (adiposity), yaitu sel khusus jaringan pengikat hewan, senjumlah
besar trasilgliserol disimpan sebagai lemak yang mengisi hampir seluruh volume sel. Sel
lemak terdapat di bawah kulit, pada rongga abdominal, dan kelenjar susu kambing.
Pada beberapa hewan, triasilgliserol yang disimpan di bawah kullit tidak hanya
berfungsi sebagai penyimpan energi, tetapi juga sebagai insulasi terhadap suhu sangat
rendah, misalnya pada burung penguin dan anjing laut.

2. Sabun
Sabun merupakan garam logam alkali dari asam – asam lemak. Proses
pembentukan sabun dari lemak dan minyak oleh NaOH atau KOH disebut penyabunan
(saponifikasi).
Reaksi penyabunan:

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 214


H2CO2C(CH2)16CH3 CH2OH
| |
HCO2C(CH2)16CH3 + 3NaOH kalor CHOH + 3 CH3(CH2)16COONa+
| |
H2CO2C(CH2)16CH3 CH2OH

Tristearin gliserol natrium stearat

Molekul sabun berupa rantai hidrokarbon panjang dengan ujung ionik. Bagian
hidrokarbon bersifat hidrofobik dan larut dalam pelarut nonpolar, sedangkan bagian
kepala ionik bersifat hidrofolik dan larut dalam pelarut polar. Senyawa yang memiliki
sifat seperti ini disebut senyawa ampifatik. Karena sifat ini, sabun cenderung tidak larut
dalam air. namun, sabun terdispersi membentuk misel, yaitu gumpalan molekul sabun
yang ujung hidrofobiknya tersembunyi di bagian dalam, sedangkan bagian
hidrofoliknya berinteraksi dengan air.
Sabun berfungsi mengangkat kotoran lemak dari permukaan benda. Bagian
hidrofobik sabun berinteraksi dengan lemak, sedangkan kepala sabun yang bersifat
hidrofilik menghadap air. oleh karena itu, sabun mengelilingi tetes lemak membentuk
suatu emulsi stabil.

3. Fosfolipid Sebagai Komponen Membran Sel


Fosfolipid merupakan salah satu komponen utama membran sel. Membran sel
mambatasi dan melindungi sel dari lingkungan luar. Pada sel hewan, lipid penyusun
membran, antara lain fosfogliserida dan sfingolipid.
Seperti sabun, fosfogliserida merupakan liupid polar yang bersifat ampifatik.
Fosfogliserida memiliki rantai karbon hidrofobik yang larut dalam pelarut non polar.
Pada membran sel fosfogliserida membentuk lapisan ganda (double layer) yang
memisahkan du kompartemen cair antara bagian dalam dan luar sel. Ekor hidrokarbon
yang hidrofobik memanjang ke dalam mejauhi air dan kepala menghadap keluar di
permukaan membran.

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 215


DAFTAR PUSTAKA

MODUL BU SINI SMAN 2 BANTUL

KIMIA XI BSE

RALPH H PETRUCCI – GENERAL CHEMISTRY

OXTOBY – MODERN CHEMISTRY

www.google.com

PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM Page 216

Anda mungkin juga menyukai