Rangkuman Kimia SMA (Prisip Dan Dasar Kimia Umum) PDF
Rangkuman Kimia SMA (Prisip Dan Dasar Kimia Umum) PDF
RANGKUMAN KIMIA
PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR KIMIA UMUM
SMA
ABSTRAK
RANGKUMAN INI DISUSUN SECARA SISTEMATIS, DIHARAPKAN AGAR LEBIH MUDAH DALAM
PEMAHAMAN , PEMAHAMAN DALAM KIMIA LEBIH DIPRIORITASKAN KARENA DALAM
MEMPELAJARI KIMIA , KONSEP DIUTAMAKAN DAN ADANYA KETERKAITAN MATERI.
UNTUK MATERI KELAS XII SEBAGIAN DIAMBIL DARI MODUL BU SINI SMAN 2 BANTUL KELAS XII
UNIT I : INTRODUKSI
1. ATOM.........................................................................................................................................................6
2. SISTEM PERIODIK UNSUR.............................................................................................................11
3. KIMIA KUANTUM SEDERHANA..................................................................................................18
4. TATA NAMA SENYAWA KIMIA....................................................................................................31
5. STOIKIOMETRI....................................................................................................................................37
6. IKATAN ION..........................................................................................................................................45
7. IKATAN KOVALEN.............................................................................................................................45
8. VSEPR DAN HIBRIDISASI...............................................................................................................51
9. GAS...........................................................................................................................................................58
10. LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT................................................................59
11. GAYA ANTAR MOLEKUL.................................................................................................................62
12. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN........................................................................................................66
13. REAKSI REDUKSI OKSIDASI.........................................................................................................68
14. KOLOID..................................................................................................................................................73
15. TERMOKIMIA......................................................................................................................................86
16. KESETIMBANGAN KIMIA...............................................................................................................96
17. ASAM-BASA.......................................................................................................................................103
18. KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.....................................................................125
19. ELEKTROKIMIA...............................................................................................................................134
25. HIDROKARBON..............................................................................................................................165
26. SENYAWA TURUNAN ALKANA...............................................................................................170
27. BENZENA DAN TURUNANNYA...............................................................................................188
28. POLIMER...........................................................................................................................................193
29. KARBOHIDRAT...............................................................................................................................200
30. ASAM AMINO DAN PROTEIN...................................................................................................204
31. LIPID...................................................................................................................................................210
1. STRUKTUR ATOM
2. SISTEM PERIODIK UNSUR
3. KIMIA KUANTUM SEDERHANA
4. TATA NAMA SENYAWA KIMIA
5. STOIKIOMETRI
STRUKTUR ATOM
John Dalton mengemukakan hipotesa tentang atom berdasarkan hukum kekekalan massa
(Lavoisier) dan hukum perbandingan tetap (Proust).
Teori yang diusulkan Dalton:
• Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi.
• Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-atom
yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda.
• Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan
sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen.
• Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari
atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal seperti ada tolak peluru.
Teori atom Dalton tidak dapat menerangkan suatu larutan dapat menghantarkan listrik.
Bagaimana mungkin suatu bola pejal dapat menghantarkan listrik, padahal listrik adalah elektron
yang bergerak. Berarti ada partikel lain yang dapat menyebabkan terjadinya daya hantar listrik.
Kelemahan dari Dalton diperbaiki oleh JJ. Thomson, eksperimen yang dilakukannya tabung sinar
katoda. Hasil eksperimennya menyatakan ada partikel bermuatan negatif dalam atom yang
disebut elektron.
Thomson mengusulkan model atom seperti roti kismis atau kue onde-onde. Suatu bola pejal yang
permukaannya dikelilingi elektron dan partikel lain yang bermuatan positif sehingga atom
bersifat netral.
Kelemahan model Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif
dalam bola atom tersebut.
Eksperimen yang dilakukan Rutherford adalah penembakan lempeng tipis dengan partikel alpha.
Ternyata partikel itu ada yang diteruskan, dibelokkan atau dipantulkan. Berarti di dalam atom
terdapat susunan-susunan partikel bermuatan positif dan negatif.
Hipotesa dari Rutherford adalah atom yang tersusun dari inti atom dan elektron yang
mengelilinginya. Inti atom bermuatan positif dan massa atom terpusat pada inti atom.
Kelemahan dari Rutherford tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti
atom. Berdasarkan teori fisika, gerakan elektron mengitari inti ini disertai pemancaran energi
sehingga lama - kelamaan energi elektron akan berkurang dan lintasannya makin lama akan
mendekati inti dan jatuh ke dalam inti
Ambilah seutas tali dan salah satu ujungnya Anda ikatkan sepotong kayu sedangkan ujung yang
lain Anda pegang. Putarkan tali tersebut di atas kepala Anda. Apa yang terjadi? Benar.
Lama kelamaan putarannya akan pelan dan akan mengenai kepala Anda karena putarannya lemah
dan Anda pegal memegang tali tersebut.
Karena Rutherford adalah telah dikenalkan lintasan/kedudukan elektron yang nanti disebut
dengan kulit.
Kelemahan dari Rutherford diperbaiki oleh Niels Bohr dengan percobaannya menganalisa
spektrum warna dari atom hidrogen yang berbentuk garis.
Hipotesis Bohr adalah :
• Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang bermuatan
negatif di dalam suatu lintasan.
• Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke yang lain dengan menyerap atau
memancarkan energi sehingga energi elektron atom itu tidak akan berkurang.
Jika berpindah lintasan ke lintasan yang lebih tinggi maka elektron akan menyerap energi.
Jika beralih ke lintasan yang lebih rendah maka akan memancarkan energi.
Perkembangan model yang didasari oleh hasil eksperimen menghasilkan data partikel dasar
penyusun atom, seperti Tabel :
Muatan Massa
Nama Penemu
Lambang
Partikel (Tahun) Absolut
Relatif kg sma
(C=Coulomb)
Eugene
Proton P Goldstein +1 1,0073
(1886)
JJ.
Elektron E Thomson -1
(1897)
James
Neutron N Chadwick 0 0 10087
(1932)
Suatu atom memiliki sifat dan massa yang khas satu sama lain. Dengan penemuan partikel
penyusun atom dikenal istilah nomor atom (Z) dan nomor massa (A).
Jumlah proton dalam suatu atom disebut nomor atom yang diberikan lambang Z. Nomor atom ini
merupakan ciri khas suatu unsur, karena atom bersifat netral maka jumlah proton sama dengan
jumlah elektronnya. Sehingga nomor atom juga menunjukan jumlah elektron.
Seperti diuraikan sebelumnya massa elektron sangat kecil, dianggap nol. Sehingga massa atom
ditentukan oleh inti atom yaitu proton dan neutron.
Nomor massa ditulis agak ke atas sebelum lambang unsur. Atom oksigen mempunyai nomor atom
8 dan nomor massa 16, sehingga atom oksigen mengandung 8 proton dan 8 neutron.
Atau
Penulisan lambang atom unsur menyertakan nomor atom dan nomor massa.
dimana :
A = nomor massa
Z = nomor atom
X = lambang unsur
Contoh :
Hitunglah jumlah proton, elektron dan
neutron dari unsur berikut:
1. 2. 3.
Jawab :
Jumlah proton = 19
1. Jumlah elektron = 19
Jumlah neutron = 39 – 19 = 20
Jumlah proton = 13
2. Jumlah elektron = 13
Jumlah neutron = 27 – 13 = 14
Jumlah proton = 26
3. Jumlah elektron = 26
Jumlah neutron = 56 – 26 = 30
Sistem periodik modern disusun berdasarkan hukum periodik modern yang menyatakan bahwa
sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomya. Artinya, jika unsur- unsur
disusun berdasarkan kenaikan nomor atomnya, maka sifat-sifat tertentu akan berulang secara
periodik. Itu sebabnya tabel unsur-unsur tersebut dinamai Tabel Periodik.
Periode
Lajur-lajur horizontal dalam sistem periodik disebut periode. Sistem periodik modern terdiri
atas 7 periode. Jumlah unsur pada setiap periode sebagai berikut
Periode 1, 2,3 disebut periode pendek karena berisi relatif sedikit unsur, sedangkan periode 4
Golongan
Kolom-kolom vertikal dalam sistem periodik disebut golongan. Penempatan unsur dalam
golongan berdasarkan kemiripan sifat. Sistem periodik modern terdiri atas 18 kolom vertikal.
Ada dua cara penamaan golongan, yaitu:
o Sistem 8 golongan. Menurut cara ini, sistem periodik dibagi menjadi 8 golongan
yang masing-masing terdiri atas golongan utama (golongan A) dan golongan
tambahan (golongan B). Unsur-unsur golongan B disebut juga unsur transisi.
Nomor golongan ditulis dengan angka Romawi. Golongan-golongan B terletak
antara golongan IIA dan IIIA. Golongan VIIIB terdiri atas 3 kolom vertikal.
o Sistem 18 Golongan. Menurut cara ini, sistem periodik dibagi kedalam 18
golongan, yaitu golongan 1 sampai dengan 18, dimulai dari kolom paling kiri.
Unsur-unsur transisi terletak pada golongan 3-12
Beberapa golongan unsur dalam sistem periodik mempunyai nama khusus, diantaranya:
• Unsur Transisi
Unsur-unsur yang terletak pada golongan-golongan B disebut unsur transisi atau unsur
peralihan. Unsur-unsur tersebut merupakan peralihan dari golongan IIA ke golongan IIIA, yaitu
unsur-unsur yang dialihkan hingga ditemukan unsur yang mempunyai kemiripan sifat dengan
golongan IIIA
Dua baris unsur yang ditempatkan dibagian bawah Tabel Periodik disebut unsur transisi dalam,
yaitu terdiri dari:
o Lantanida, yang beranggotakan nomor atom 57-70 (14 unsur). Ke-14 unsur ini
mempunyai sifat yang mirip dengan lantanium (La), sehingga disebut lantanoid
atau lantanida
o Aktinida, yang beranggotakan nomor atom 89-102 (14 unsur). Ke-14 unsur ini
sangat mirip dengan aktinium, sehingga disebut aktinoida atau aktinida
Semua unsur transisi dalam sebenarnya menempati golongan IIIB, yaitu lantanida pada periode
keenam dan aktinida pada periode ketujuh. Jadi, golongan IIIB periode keenam dan periode ke
tujuh, masing-masing berisi 15 unsur.
Hubungan antara letak unsur dalam sistem periodik dengan konfigurasi elektronnya dapat
disimpulkan sebagai berikut.
Berdasarkan hubungan tersebut, maka letak unsur dalam sistem periodik dapat ditentukan
berdasarkan konfigurasi elektron.
Sifat periodik adalah sifat yang berubah secara beraturan sesuai dengan kenaikan nomor atom,
yaitu dari kiri ke kanan dalam satu periode, atau dari atas ke bawah dalam satu golongan.
Jari-jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti hingga kulit elektron terluar. Besar kecilnya jari-jari atom
terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu jumlah kulit dan muatan inti.
o Untuk unsur-unsur segolongan, semakin banyak kulit atom, semakin besar jari-
jarinya.
Untuk unsur-unsur seperiode, semakin besar muatan inti, maka semakin kuat gaya tarik inti
terhadap elektron, sehingga semakin kecil jari-jarinya
Energi Ionisasi
Energi Ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron yang terikat paling
lemah oleh suatu atom atau ion dalam wujud gas.
• dalam satu golongan, dari atas ke bawah, energi ionisasi semakin kecil
• dalam satu periode, dari kiri ke kanan, energi ionisasi cenderung bertambah
Besar kecilnya energi ionisasi bergantung pada besar gaya tarik inti terhadap elektron kulit
terluar, yaitu elektron yang akan dilepaskan. Semakin kuat gaya tarik inti, semakin besar energi
ionisasi
Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah besarnya energi yang dihasilkan atau dilepaskan apabila suatu atom
menarik sebuah elektron
• Dalam satu golongan dari atas ke bawah, afinitas elektron cenderung berkurang
• Dalam satu periode dari kiri ke kanan, afinitas elektron cenderung bertambah
• Kecuali unsur alkali tanah dan gas mulia, semua unsur golongan utama mempunyai
afinitas elektronn bertanda negatif. Afinitas elektron terbesar dimiliki oleh golongan
halogen
Keelektronegatifan
Keelektronegatifan adalah kecenderungan suatu atom dalam menarik pasangan elektron yang
digunakan bersama dalam membentuk ikatan. Unsur yang mempunyai energi ionisasi dan
afinitas elektron yang besar tentu akan mempunyai keelektronegatifan yang besar pula.
Sifat logam bergantung pada energi ionisasi. Semakin besar energi ionisasi, semakin sukar
bagi atom untuk melepas elektron, dan semakin berkurang sifat logamnya.
Kereaktifan
Kereaktifan suatu unsur begantung pada kecenderungannya melepas atau menarik elektron.
Dari kiri ke kanan dalam satu periode, mula-mula kereaktifan menurun kemudian bertambah
hingga golongan VIIA.
GOLONGAN A:
I A = H,Li,Na,K,Rb,Cs,Fr
II A = Be,Mg,Ca,Sr,Ba,Ra
III A = B,Al,Ga,In,Tl
IV A = C,Si,Ge,Sn,Pb
V A = N,P,As,Sb,Bi
VI A = O,S,Se,Te,Po
VII A = F,Cl,Br,I,At
VIII A = He,Ne,Ar,Kr,Xe,Rn
III B = Sc,Y,La,Ac
IV B = Ti,Zr,Hf,Rf
V B = V,Nb,Ta,Db
VI B = Cr,Mo,W,Sg
VII B = Mn,Tc,Re,Bh
I B = Cu,Ag,Au
II B = Zn,Cd,Hg
1. (+La) Cewek Prancis Ndeso Pamer Simpanan Euro Ga Ditabung Diya Hobi Erobik
Temennya Ya Bu Lurah
1. (+Ac) Tahu Pak Urip Nampak Pucat Amat Cemberut Bikin Chef Esa Family Mendadak
Nolak Lamarannya.
2. Isotop,Isobar,dan Isoton
a. Isotop
✓ Atom yang memiliki nomor atom sama namun massa
berbeda. Example:
Isotop Hidrogen 1H1 , 2H1 , 3H1
b. Isobar
✓ Atom dari unsur yang nomor atom berbeda namun nomor massa
sama. Example:
14C6 dengan 14N7
c. Isoton
✓ Unsur berbda namun jumlah neutron
sama. Example:
31P15 dengan 32S16
Lambang kulit dimulai dari K, L, M, N dan seterusnya dimulai dari dekat dengan inti
Elektron disusun sedemikian rupa pada masing-masing kulit dan diisi maksimum
sesuai daya tampung kulit tersebut. Jika masih ada sisa elektron yang tidak dapat
ditampung pada kulit tersebut maka diletakkan pada kulit selanjutnya.
K L M N
2 8 9
Tetapi 2 8 8 1
Hal ini dapat dijelaskan bahwa elektron paling luar maksimum 8, sehingga
sisanya harus 1 di kulit terluar. Begitu pula dengan nomor atom 20.
Unsur dengan nomor atom 88 akan terisi sesuai dengan kapasitas kulit pada kulit K,
L, M dan N serta masih ada sisa 28. sisa ini tidak boleh diletakkan seluruhnya di
kulit O, sisa ini diletakkan pada kulit sesudahnya mengikuti daya tampung
maksimum kulit sebelumnya yang dapat diisi yaitu 18, 8 atau 2 sehingga sisanya
diisikan sesuai Tabel 2 tersebut.
B. BILANGAN KUANTUM
Energi elektron dalam suatu orbital ditentukan oleh berbagai bilangan seperti
bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimuth (l), dan bilangan kuantum
magnetik (m). Energi perputaran elektron pada sumbunya ditentukan oleh bilangan
kuantum spin (s).
Bilangan kuantum azimuth (l), berharga 0, 1, 2, 3, ... (n - 1). Bilangan kuantum ini
menunjukkan subkulit (sublintasan) dimana elektron bergerak dan juga menentukan
bentuk orbital.
(fundamental)
Hubungan harga n dengan l adalah harga l mulai dari 0 sampai dengan n-1:
orbital. Contoh:
l = 1 (orbital p), harga m = -1, 0, +1, berarti mempunyai 3 tingkat energi setingkat
atau 3 orbital
l = 2 (orbital d), harga m = -2, -1, 0, +1, +2 berarti mempunyai 5 tingkat energi yang
l = 3 (orbital f), harga m = -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3 berarti mempunyai 7 tingkat energi
A. Azas Aufbau
Azas Aufbau menyatakan bahwa :“Pengisian elektron dimulai dari subkulit yang
berenergi paling rendah dilanjutkan pada subkulit yang lebih tinggi energinya”. Dalam
setiap sub kulit mempunyai batasan elektron yang dapat diisikan yakni :
berikut : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 …. dan seterusnya
Keterangan :
Jumlah elektron yang ditulis dalam konfigurasi elektron merupakan jumlah elektron
maksimal dari subkulit tersebut kecuali pada bagian terakhirnya yang ditulis adalah
elektron sisanya. Perhatikan contoh di bawah ini :
Penulisan konfigurasi elektron dapat disingkat dengan penulisan atom dari golongan
gas mulia yaitu : He (2 elektron), Ne (10 elektron), Ar (18 elektron), Kr (36 elektron), Xe
(54 elektron) dan Rn ( 86 elektron). Hal ini karena pada konfigurasi elektron gas mulia
setiap sub kulitnya terisi elektron secara penuh.
Konfigurasi elektron dalam atom selain diungkapkan dengan diagram curah hujan,
seringkali diungkapkan dalam diagram orbital. Ungkapan yang kedua akan bermanfaat
dalam menentukan bentuk molekul dan teori hibridisasi.
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan diagram orbital :
1. Orbital-orbital dilambangkan dengan kotak
2. Elektron dilambangkan sebagai tanda panah dalam kotak
3. Banyaknya kotak ditentukan berdasarkan bilangan kuantum magnetik, yaitu:
B. Aturan Hund
Friedrich Hund (1927), seorang ahli fisika dari Jerman mengemukakan aturan pengisian
elektron pada orbital yaitu :
“orbital-orbital dengan energi yang sama, masing-masing diisi lebih dulu oleh satu
elektron arah (spin) yang sama dahulu kemudian elektron akan memasuki orbital-
orbital secara urut dengan arah (spin) berlawanan atau dengan kata lain dalam subkulit
yang sama semua orbital masing-masing terisi satu elektron terlebih dengan arah panah
yang sama kemudian sisa elektronnya baru diisikan sebagai elektron pasangannya
dengan arah panah sebaliknya”.
Coba perhatikan contoh diagram elektron di bawah ini, khususnya pada bagian akhirnya
:
Pada pengisian diagram orbital unsur S pada konfigurasi 3p4, 3 elektron diisikan
terlebih dahulu dengan gambar tanda panah ke atas baru sisanya 1 elektron digambar
dengan tanda panah ke bawah.
dari contoh terlihat apabila 4s diisi 2 elektron maka 3d kurang satu elektron untuk
menjadi setengah penuh....maka elektron dari 4s akan berpindah ke 3d. hal ini juga
berlaku untuk kasus :
Untuk menentukan letak periode suatu unsur relatif mudah. Periode suatu unsur sama
dengan
nomor kulit terbesarnya dalam konfigurasi elektron. musalnya :
24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5
Nomor kulit terbesarnya adalah 4 (dalam 4s1) maka Cr terletak dalam periode 4
Sedangkan untuk menentukan golongan menggunakan tabel. Bila subkulit terakhirnya
pada s atau p maka digolongkan dalam golongan A (utama) sedangkan bila subkulit
terakhirnya pada d maka digolongkan dalam golongan B (transisi). Lebih lengkapnya
coba perhatikan tabel di bawah ini :
Periode = 4
Golongan = VI B
bentuk orbital s, p, d, dan f.
ORIENTASI ORBITAL
a. Orbital s
Orbital yang paling sederhana adalah orbital s. Setiap subkulit s terdiri atas 1 buah
orbital yang berisi 2 elektron. Orbital s berbentuk bola simetri yang menunjukkan
bahwa elektron memiliki kerapatan yang sama, jika jarak dari inti atom juga sama.
Semakin jauh letak elektron dari inti atom, kerapatannya semakin rendah. Nilai
bilangan kuantum utama suatu orbital memengaruhi ukuran orbital. Semakin besar
nilai bilangan kuantum utama, ukuran orbitalnya juga semakin besar.
Subkulit p terdiri atas 3 orbital, tiap orbital mempunyai bentuk yang sama. Perbedaan
ketiga orbital terletak pada arah, di mana terkonsentrasinya kepadatan elektron.
Biasanya orbital p digambarkan menggunakan satu kumpulan sumbu x, y, dan z,
sehingga diberi tanda px, py dan pz.
Orbital d memiliki 5 orbital dengan bentuk yang kompleks dan orientasi yang berbeda.
Empat orbital pertama memiliki bentuk yang sama, sedangkan satu orbital memiliki
bentuk yang berbeda. Kelima orbital itu adalah dxy, dxz, dyz, dx2y2, dan dz2.
d. Orbital f
Orbital f mempunyai bentuk orbital yang lebih rumit dan lebih kompleks daripada orbital
d. Setiap subkulit f mempunyai 7 orbital dengan energi yang setara.
Orbital ini hanya digunakan untuk unsur-unsur transisi yang letaknya lebih
dalam.
BAB 4
PENGELOMPOKAN SENYAWA:
1. SENYAWA ORGANIK
2. SENYAWA ANORGANIK: SENYAWA BINER & SENYAWA POLIATOMIK
Jumlah senyawa organik sangat banyak dan tata nama senyawa organik lebih
kompleks karena tidak dapat ditentukan dari rumus kimianya saja tetapi dari
rumus struktur dan gugus fungsinya. Pada bab ini hanya dibahas tata nama
senyawa organik yang sederhana saja, karena senyawa organik akan dibahas
secara khusus pada materi HIDROKARBON & SENYAWA KARBON.
Senyawa Biner merupakan senyawa yang terdiri dari 2 unsur, misal CO2 yang
terdiri dari unsur C dan O.
1. Khusus senyawa yang terdiri dari unsur C dan H , penulisannya C di
depan dan H dibelakang walaupun keelektronegaifannya lebih besar C
daripada H.
Contoh : metana ditulis CH4 bukan H4C.
H2O Air
NH3 Amonia
NaCl Garam Dapur
CaO Kapur tohor
CaCO3 Marmer
Ca(OH)2 Kapur Tulis
NaHCO3 Soda Kue
Mg(OH)2 Susu Magnesia
Senyawa poliatom adalah senyawa yang dibentuk lebih dari dua atom yang
berbeda. Pada umumnya senyawa ini dibentuk oleh ion-ion poliatomik. Ion-ion poliatomik
itu sendiri adalah ion-ion yang terdiri atasa dua atom atau lebih yang terikat
bersama,umumnya dijumpai tersusun atas unsur-unsur nonlogam.
Nama–nama Kation
No. Lambang Ion Nama Ion No. Lambang Ion Nama Ion
1. Na+ Natrium 13. Sn2+ Timah (II)
2. K+ Kalium 14. Sn4+ Timah (IV)
3. Mg2+ Magnesium 15. Pb2+ Timbal (II)
4. Ca2+ Kalsium 16. Pb4+ Timbal (IV)
5. Sr2+ Stronsium 17. Fe2+ Besi (II)
6. Ba2+ Barium 18. Fe3+ Besi (III)
7. Al3+ Alumunium 19. Hg+ Raksa (I)
8. Zn2+ Seng 20. Hg2+ Raksa (II)
9. Ni2+ Nikel 21. Cu+ Tembaga (I)
10. Ag+ Perak 22. Cu2+ Tembaga (II)
11. NH4+ Amonium 23. Au+ Emas (I)
12. Pt4+ Platina (IV) 24. Au2+ Emas (III)
No. Lambang Ion Nama Ion No. Lambang Ion Nama Ion
1. OH- Hidroksida 13. HCO3- Hidrogen karbonat
2. CN- Sianida 14. SO32- Sulfit
3. NO2- Nitrit 15. HSO3- Hidrogen sulfit
4. NO3- Nitrat 16. SO42- Sulfat
5. ClO- Hipoklorit 17. SCN- Tiosianat
6. ClO2- Klorit 18. S2O32- Tiosulfat
7. ClO3- Klorat 19. CrO42- Kromat
8. ClO4- Perklorat 20. Cr2O72- Dikromat
9. MnO4- Permanganat 21. PO33- Fosfit
10. C2H3O2- Asetat 22. PO43- Fosfat
11. C2O42- Oksalat 23. HPO42- Monohidrogen
12. CO32- Karbonat fosfat
24. H2PO4- Dihidrogen fosfat
a. Anion poliatomik umumnya lebih banyak dibandingkan kation poliatomik. Suatu kation
poliatomik yang umum dijumpai adalah NH4+.
b. Hanya sedikit anion poliatomik yang memiliki nama dengan akhiran "ida". Hanya OH
(ion hidroksida) dan CN- (ion sianida). Sedangkan yang lainnya lebih banyak berakhiran
"it" dan "at" dan ada juga berawalan "hipo" dan "per".
c. Nama anion beroksigen diberi akhiran "at" (untuk atom oksigen lebih banyak) dan “it"
(untuk atom oksigen lebih sedikit).
d. Nama senyawa ion poliatomik adalah gabungan nama kation, nama anion dan angka
indeks tidak disebutkan. Senyawa ion bersifat netral, jumlah muatan positif sama dengan
jumlah muatan negatif.
Contoh:
Senyawa ion poliatom dari K+ dengan OH- : KOH (kalium hidroksida)
Senyawa ion poliatom dari Mg2+ dengan NO3- : Mg(NO3)2 (magnesium nitrat)
Senyawa ion poliatom dari Al3+ dengan SO4 2- : Al2(SO4)3 (aluminium sulfat)
Jika membentuk lebih dari dua anion, tata nama senyawanya sebagai berikut:
Asam adalah senyawa kovalen yang terdiri atas ion H+ (sebagai kation) dan suatu
anion. Penamaan asam didahului dengan kata asam yang diikuti nama anion.
Contoh :
HCl = asam klorida
HBr = asam bromida
H2S = asam sulfida
Pada umumnya basa adalah senyawa ion dari logam dengan ion OH-. Penamaannya
diawali dengan menyebutkan ion logam dan diikuti dengan hidroksida.
Logam + hirdoksida
Contoh:
STOIKIOMETRI
PERSAMAAN REAKSI KIMIA
Persamaan reaksi adalah penulisan reaksi dengan menyatakan lambang unsur atau
rumus kimia senyawa yang terlibat dalam reaksi serta menunjukkan kofisien reaksi zat
yang bereaksi sama dengan kefisien zat hasil reaksi.
Hukum ini dinyatakan oleh Antonie Laurent Lavoisier (1743-1794) yang dikenal
sebagai hukum kekekalan massa yang berbunyi:
Hukum ini dinyatakan oleh Joseph Louis Proust (1754-1826) yang dikenal sebagai
hukum perbandingan tetap yang berbunyi:
Hukum ini dinyatakan oleh Dalton yang dikenal sebagai hukum kelipatan perbandingan
yang berbunyi:
”dua unsur yang dapat yang dapat membentuk dua senyawa atau lebih, jika massa salah
satu unsur dalam kedua senyawa sama ,maka perbandingan massa unsur satunya dalam
kedua senyawa tersebut berbandung sebagai bilangan bulat dan bilangan sederhana.”
Contoh:
Nitrogen dan Oksigen dapat membentuk senyawa NO,NO2 & NO3, menurut Hukum
Dalton:
Hukum ini dinyatakan oleh Joseph Louis Gay Lussac (1805) yang dikenal sebagai
hukum perbandingan volume yang berbunyi:
“pada tekanan dan suhu sama, perbandingan volume gas-gas yang bereaksi (reaktan) dan
gas hasil reaksi (produk) adalah bilangan bulat dan sederhana.”
Contoh:
Amonia dibuat dari reaksi gas hidrogen dan gas nitrogen menurut persamaan:
Jika 6 liter hidrogen bereaksi dengan nitrogen untuk membentuk amonia , hitunglah
volume N2 yang bereaksi serta volume NH3 yang terbentuk jika diukur pada kondisi
temperatur dan tekanan sama.
Jawab:
N2 = 1/3 x 6 L = 2L
NH3 = 2/3 x 6 L = 4L
Jadi volume N2 bereaksi adalah 2L dan volume NH3 yang bereaksi adalah 4L.
E. Hukum Avogadro
Hukum ini dinyatakan oleh Amedeo Avogadro (1811) untuk melanjutkan eksperimen
yang dilakukan oleh Gay Lussac. Hipotesis Avogadro :
“pada tekanan dan suhu yang sama (P,T) , perbandingan volume gas-gas reaktan atau
hasil reaksi sama dengan perbandingan jumlah mol gas-gas reaktan atau hasil reaksi.”
Contoh :
Jawab:
Berdasarkan hukum kekekalan massa , massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah
sama.
Sehingga 3 + x = 16 g
X = 13 g
KONSEP MOL
Komsep mol digunakan untuk menyatakan jumlah zat yang bereaksi.secara umum mol
merupakan satuan jumlah zat yang menyatakan jumlah partikel zat yang sangat besar,
dimana 1 mol adalah banyaknya zat yang mengandung jumlah partikel yng sama dengan
jumlah atom yang terdapat dalam 12 gram C-12 yaitu 6,02 x 1023 partikel.
Hubungan antara jumlah mol dan jumlah partikel dapat dirumuskan sebagai berikut.
Satuan mol tidak selalu berupa bilangan genap,tetapi juga dapat berupa bilangan
pecahan seperti 0,1 mol. Atom oksigen sejumlah 0,1 mol berarti mengandung jumlah atom
oksigen sebesar 6,02 x 1023 partikel atom.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑁
n= = keterangan :
𝐿 𝐿
n = mol unsur/senyawa
jumlah partikel (N) = n x L N = jumlah partikel
L = bilangan Avogadro = 6,02 x 1023
Presentase Massa
Presentase massa yaitu massa (gram) zat dalam setiap 100 g campuran.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡
% = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 x 100%
Presentase Volume
Presentase volume yaitu persen volume menyatakan jumlah mL zat dalam campuran.
Molaritas (M)
Banyaknya suatu zat dalam setiap L campuran.
𝑚𝑜𝑙
M= 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
1000 𝑔
M= x 𝑀𝑟
𝑚𝐿
Molalitas (m)
Jumlah mol zat dalam setiap kg campuran.
𝑚𝑜𝑙
m= 𝑘𝑔
𝑔 1000
m = 𝑀𝑟 x 𝑝
Fraksi Mol
Mol suatu zat dibgi jumlah mol seluruh zat dalam campuran.
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝐴
XA = 𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Hubungan antara Jumlah Mol, Partikel,Massa, dan Volume Gas dalam Persamaan
Reaksi Kimia.
Contoh :
Sebanyak 3,1 . 1023 molekul KClO3 dipanaskan dan terurai 2KClO3(s) 2KCl(s) + 3O2(g)
Jawab:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙
1. Mol O2 = 𝐿
= 4,65 . 1023 : 6,02 . 1023 = 0,77 mol
2. Volume O2 = n x 22,4
= 0,77 x 22,4 = 17,2 liter
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙
Mol KCl = 𝐿
= 3,1 . 1023 : 6,02 . 1023
= 0,5 mol
Pereaksi Pembatas
Contoh :
2H2 + O2 2 H2O
Pada persamaan reaksi diatas , sebanyak 2 mol gas H2 diperlukan untuk bereaksi
dengan 1 mol O2 . Pada akhir reaksi yaitu setelah gas O2 habis dan reaksi tidak
berlangsung lagi, masih tersisa 1 mol H2 . Dengan demikian , hasil reaksi dibatasi oleh
pereaksi yang habis terlebih dahulu. Pereaksi ini disebut sebagai pereaksi pembatas.
Contoh Penerapan :
𝑚 2,7
Mol Al = 𝑀𝑟 = 27 = 0,1 mol
𝑚 3,2
Mol O2 = 𝑀𝑟 = 32 = 0,1 mol
Karena perbandingan jumlah mol dengan koefisien Al < O2 sehingga sebagai pereaksi
pembatasnya adalah Al.
Untuk mencapai keadaan stabil seperti gas mulia, maka atom-atom membentuk
konfigurasi elektron seperti gas mulia. Untuk membentuk konfigurasi elektron seperti
gas mulia, dapat dilakukan dengan cara membentuk ion atau membentuk pasangan
elektron bersama.
2. Lambang Lewis
Ikatan ion adalah ikatan kimia yang terbentuk karena adanya gaya tarik-menarik
elektrostatis antara ion positif dengan ion negatif.
Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terbentuk karena memiliki elektron yang
digunakan bersama. Biasanya ikatan kovalen terjadi antara unsur sesama
Contoh :
Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan yang menggunakan 2 pasang elektron
Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan yang menggunakan tiga pasang elektron
Ikatan kovalen koordinat adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang
digunakan bersama berasal dari satu atom saja.
KOVALEN POLAR
Jika suatu ikatan kovalen terbentuk dari dua buah atom nonlogam yang memiliki
perbedaan keelektronegatifan yang besar, pasangan elektron akan lebih tertarik ke
arah atom yang memiliki keelektronegatifan lebih besar. Akibatnya, atom yang lebih
elektronegatif cenderung memiliki kelebihan muatan negatif (δ–), sedangkan atom
yang kurang elektronegatif memiliki kelebihan muatan positif (δ+). Adanya dua kutub
yang bermuatan berlawanan tersebut menyebabkan terbentuknya suatu dipol.
Semakin besar perbedaan keelektronegatifan atom-atom dalam suatu molekul,
menyebabkan ikatan dalam molekul tersebut bersifat semakin polar.
Dalam molekul HCl, pasangan elektron yang membentuk ikatan kovalen anata atom H
dengan atom Cl lebih tertarik ke arah atom Cl. Ikatan ini disebut sebagai ikatan
kovalen polar. Ikatan kovalen polar terbentuk jika atom-atom yang berikatan
memiliki perbedaan keelektronegatifan. Perbedaan ini menyebabkan pemisahan
muatan pada atom-atom yang berikatan. Dengan demikian, pada molekul-molekul
senyawa kovalen polar terbentuk kutub bermuatan positif dan kutub
bermuatan negatif. Dengan kata lain, terbentuk dua kutub (dipol) dalam molekul-
molekul yaang bersifat polar.
Pada molekul HCl, keelektronegatifan H = 2,1 dan Cl = 3,0 sehingga terjadi perbedaan
Pada molekul CCl4, atom pusat C berada di tengah dan secara simetris mengikat
keempat atom Cl. Hal tersebut meyebabkan tidak ada pemisahan muatan sehingga
dipol tidak terbentuk. Jadi, walaupun ikatannya bersifat polar, molekulnya bersifat
Senyawa akan bersifat polar jika pada atom pusat dari molekul tersebut terdapat
pasangan elektron bebas sehingga bentuk molekulnya menjadi tidak simetris.
Senyawa apa sajakah yang bersifat polar? Contoh senyawa kovalen polar adalah
NH3,PCl3, H2O, dan Cl2O. Perhatikan struktur Lewis untuk senyawa PCl3 dan H2O
berikut.
Pada senyawa PCl3 terdapat sebuah PEB, dan pada senyawa H2O terdapat dua buah
PEB sehingga kedua molekul tersebut menjadi tidak simetris dan bersifat polar.
Molekul CH4 dan CCl4 memiliki bentuk simetris. Bagaimana dengan senyawa CHCl3?
Jika sebuah atom Cl pada senyawa CCl4 digantikan oleh atom H, senyawa CHCl3 yang
terbentuk menjadi tidak simetris sehingga bersifat polar.
Struktur Lewis XeF2 seperti gambar sebelah kiri, dua elektron Xe masing-masing
diapakai untuk
Lihat gambar diatas XeF2 memiliki 2 pasangan elekktron terikat (PET) dan 3 pasangan
elektron bebas (PEB) jadi total ada 5 pasangan elektron yang terdapat pada XeF2, hal
ini menandakan bahwa geometri molekul atau kerangka dasar molekul XeF2 adalah
trigonal bipiramid. Karena terdapat 3 PEB maka PEB ini masing masing akan
menempati posisi ekuatorial pada kerangka trigonal bipiramid, sedangkan PET akan
menempati posisi aksial yaitu pada bagian atas dan bawah. Posisi inilah posisi yang
stabil apabila terdapat atom dengan 2 PET dan 3 PEB sehingga menghasilkan bentuk
molekul linear. Jadi bentul molekul XeF2 adalah linier.(lihat gambar dibawah).
dibawah).
Bentuk molekul akan sama dengan susunan ruang elektron yang ada pada atom pusat
jika tidak pasangan elektron bebas.
X : atom pusat
Sebagai contoh, teori domain elektron meramalkan molekul metana (CH4) berbentuk
tetrahedron dengan 4 ikatan C-H yang ekuivalen dan fakta eksperimen juga sesuai
dengan ramalan tersebut, akan tetapi mengapa molekul CH4 dapat berbentuk
tetrahedron?
Pada tingkat dasar, atom C (nomor atom = 6) mempunyai konfigurasi elektron sebagai
berikut.
MENJADI
Namun demikian, keempat elektron tersebut tidaklah ekuivalen dengan satu pada
satu orbital 2s dan tiga pada orbital 2p, sehingga tidak dapat menjelaskan penyebab C
pada CH4 dapat membentuk 4 ikatan ekuivalen yang equivalen. Untuk menjelaskan
hal ini, maka dikatakan bahwa ketika atom karbon membentuk ikatan kovalen
dengan H membentuk CH4, orbital 2s dan ketiga orbital 2p mengalami hibridisasi
membentuk 4 orbital yang setingkat. Orbital hibridanya ditandai dengan sp3
(peletakan angka tiga merupakan pangkat dari sp) untuk menyatakan asalnya, yaitu
satu orbital s dan 3 orbital p.
9. GAS
14. KOLOID
GAS
Avogadro menyatakan bahwa volume setiap mol gas pada suhu 0°C (273K) dan tekanan 1
atm (76cmHg) mempunyai volume 22,4 liter sehingga kondisi tersebut dinamakan
sebagai keadaan standar/STP (Standard Temperature and Pressure) yang dituliskan
dengan (0°𝐶, 1 atm).
V = n x 22,4 Ket:
V = volume gas (STP)
𝑽
n= n = mol unsur/senyawa
𝟐𝟐,𝟒
PV = nRT
Keterangan :
:L x Ar atau Mr
Jumlah Partikel (N) Mol (n) Massa (m)
xL : Ar atau Mr
:22,4 x 22,4
Larutan = Istilah yang lazim digunakan untuk menyatakan suatu bentuk campuran zat
yang homogen.
Suatu larutan terdiri atas zat pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Dalam larutan
tidak dapat membedakan lagi partikel zat pelarut dan zat terlarut. Pelarut merupakan
komponen dengan jumlah banyak, sedangkan zat terlarut jumlahnya kecil. Larutan dapat
bersifat sebagai penghantar arus listrik, khususnya larutan dalam wujud cair dengan
pelarut air.
Larutan umumnya bersifat cair (liquid = l) dengan pelarut air, tetapi ada juga yang
berfase padat (solid = s) seperti kuningan,stainless steel dll, ataupun gas (g) seperti udara.
Berdasarkan hal tersebut daya hantar listriknya larutan diklasifikasi sebagai berikut:
LARUTAN :
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Hal tersebut
disebabkan adanya ion-ion positif dan ion-ion negatif yang berasal dari senyawa
elektrolit yang terurai dalam larutan.semakin banyak jumlah ion semakin kuat daya
hantarnya.
Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat mnghantarkan arus listik yang
dikarenakan zat-zat tersebut tetap berwujud molekul atau tidak terurai menjadi ion-ion
yang tidak bermuatan listrik.
Suatu zat yang mempunyai daya hantar listrik kuat termasuk elektrolit kuat dan zat
yang daya listriknya lemah termasuk elektrolit lemah.
Garam (NaCl,KCl,CaCl2).
Larutan –larutan tersebut terdisoisasi sempurna dalam air (𝛼 = 1), sehingga semua
molekul terdisosiasi dan tidak ada molekul tersisa dalam larutan.
Berbeda dengan larutan elektrolit lemah yang terionisasi sebagian ( 0 < α < 1 ),
dalam larutan sebagian membentuk ion-ion sebagian lagi masih dalam bentuk molekul.
Senyawa yang dalam larutannya dapat menghantarkan arus listrik berupa senyawa
ion dan senyawa kovalen polar karena senyawa-senyawa tersebut dapat terionisasi saat
dilarutkan dalam air.
1. Senyawa Ion
Senyawa ion tersusun yang bentuknya padat dan kering . ion-ion penyusun
senyawa ion dalam pelarutnya akan bergerak bebas sehingga larutan ion dapat
menghantarkan arus listrik. Senyawa ion dalam bentuk kristal ,ion-ionnya tidak
dapat bergerak bebas sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Contoh senyawa NaCl bila dilarutkan dalam air maka akan terionisasi sesuai
dengan persamaan:
𝒂𝒊𝒓
NaCl(s) → Na+ (aq) + Cl- (aq)
Semua senyawa ion yang larut dalam air tergolong elektrolit kuat.
𝒂𝒊𝒓
HCl(g) → H+ (aq) + Cl- (aq)
Beberapa senyawa kovalen polar dapat berionisasi etepi tidak sempurna ( sedikit
ion ) , maka larutan tergolong elektrolit lemah.
Larutan non elektrolit tidak dapat terionisasi (𝛼 = 0) sehingga tidak ada ion dalam
larutan tetapi semua dalam bentuk molekul. Contoh larutan non-elektroit adalah
larutan urea dan larutan glukosa.
Secara kuantitatif, kuat lemahnya larutan elektrolit dapat diukur dari α = derajat
disoisasi (untuk senyawa ion)/derajat ionisasi (untuk senyawa kovalen polar).
Jenis Larutan Jenis Zat Terlarut Tes Nyala Lampu Tes Elektrode
Elektrolit Kuat Senyawa ion Terang Tebentuk banyak
(lelehan dan gelembung gas
larutan) dan
senyawa koalen
polar (larutan) yang
terionisasi
sempurna (α=1).
Elektrolit Lemah Senyawa kovalen Redup Terbentuk sedikit
polar yang gelembung gas
terionisasi sebagian
(0 < α < 1).
Nonelektrolit Senyawa kovalen Tidak menyala Tidak terbentuk
nonpolar yang tidak gelembung gas
terionisasi ( α = 0 ).
Dipol
Dipol adalah singkatan dari di polar, yang artinya 2 kutub. Senyawa yang memiliki
dipol adalah senyawa yang memiliki kutub positif (δ+) di satu sisi, dan kutub negatif
(δ-) di sisi yang lain. Senyawa yang memiliki dipol biasa disebut sebagai senyawa
polar. Senyawa polar terbentuk melalui ikatan kovalen polar. Perlu diperhatikan
bahwa dipol berbeda dengan ion. Kekuatan listrik yang dimiliki dipol lebih lemah
dibanding kekuatan listrik ion. Ion terdapat pada senyawa ionik, dimana molekul
terbagi menjadi 2, yaitu ion positif/kation dan ion negatif/anion.
b. Ukuran Molekul
• Molekul yang lebih besar mempunyai tarikan lebih besar dari pada molekul
berukuran kecil. Sehingga mudah terjadi kutub listrik sesaat yang
menimbulkan Gaya London besar.
• Dalam satu golongan dari atas ke bawah, ukurannya bertambah besar,
sehingga gaya londonnya juga semakin besar.
Gaya Van der Waals diperlihatkan dengan garis merah (putus-putus). Kekuatan gaya
tarik antara dipol ini biasanya lebih lemah dari kekuatan ikatan ionik atau kovalen
(kekuatannya hanya 1% dari ikatan). Kekuatannya juga akan berkurang dengan cepat
bila jarak antar dipol makin besar. Jadi gaya Van der Waaals suatu molekul akan lebih
kuat pada fase padat dibanding cair dan gas.
Gaya van der Waals Gaya Van der Waals terdapat pada senyawa Hidrokarbon
contohnya pada CH4. Senyawa-senyawa yang mempunyai ikatan Van der Waals akan
mempunyai titik didih yang sangat rendah, tetapi dengan bertambahnya Mr ikatan
akan makin kuat sehingga titik didih lebih tinggi.
1. Gaya elektrostatik
Gaya ini merupakan gaya yang terkuat. Terjadi antara molekul-
molekul yang memiliki ikatan ionik.
Contoh: NaCl, CaBr2, dll.
Akibat gaya ini, seluruh senyawa dengan ikatan ionik memiliki titik didih yang
tinggi.
2. Ikatan hidrogen
Gaya ini menempati urutan kekuatan ke-2. Terjadi jika dalam molekul terdapat
Hal yang perlu direview yaitu tentang konsentrasi : molalitas (m), molaritas (M) ,
fraksi ( X) , persen massa (%m) , persen volume (%V)
Dimana :
Contoh :
Diketahui :
Kb = 0,52
Kf = 1,86
Ditanya :
a. Tb
b. Tf
c. 𝜋
Cari mol :
a. Tb = ∆𝑇𝑏 + 𝑇𝑏°
∆𝑇𝑏 = m . Kb . i
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi pada mulanya ditinjau dari penggabungan dan
pelepasan oksigen.
Reaksi Reduksi didefinisikan sebagai reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat.
Reduksi
Oksidasi
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi dimana oksidasi dan reduksi terjadi
bersamaan.
Pada reaksi ini terdiri dari 2 unsur yakni Natrium (N) dan Sulfur (S) terbentuklah
Na2S(s)
Step 1:
Step 2:
Step 3:
Bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi adalah nilai muatan (dapat berharga positif
atau negatif) dari atom dalam pembentukan suatu molekul atau ion. Bilangan oksidasi
merupkan suatu bilangan yang diberikan pada suatu unsur menurut aturan-aturan
tertentu untuk menyatakan keteroksidasian atau tingkat kereduksian.
0 +1 +2 0
Biloks menurun
Reaksi Reaksi
Oksidasi Reduksi
SISTEM KOLOID
SISTEM KOLOID
Koloid berasal dari bahasa Yunani, dari kata “ kolla “ dan “ oid “. Kolla berarti lem,
sedangkan oid berarti seperti/mirip. Istilah koloid diperkenalkan pertama kali oleh
Thomas Graham pada tahun 1861 berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang
merupakan kristal tetapi sukar mengalami difusi. Padahal umumnya kristal mudah
mengalami difusi.
KOMPONEN KOLOID
Mediu
Fase
N m
Terdisp Nama Koloid Contoh
o Pendis
ersi
persi
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya yang disebabkan oleh partikel-
partikel koloid. Pertama kali dikemukakan oleh John Tyndall ( 1820-1893 ),
seorang fisikawan Inggris; setelah mengamati seberkas cahaya putih yang
dilewatkan pada sistem koloid.
o Sorot lampu mobil pada malam hari yang berdebu, berasap, atau berkabut akan
tampak jelas.
o Berkas sinar matahari yang melalui celah daun pada pagi hari yang berkabut,
akan tampak jelas.
o Terjadinya warna biru di langit pada siang hari dan warna jingga atau merah di
langit pada saat matahari terbenam.
2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak atau gerak zig-zag yang dilakukan oleh partikel-
partikel koloid. Pertama kali disampaikan oleh Robert Brown ( 1827 ), seorang ahli
biologi dari Inggris. Dia mengamati pergerakan tepung sari yang terus-menerus di
dalam air melalui mikroskop ultra.
Gerakan ini dapat terjadi karena disebabkan oleh adanya tumbukan antara
partikel-partikel pendispersi terhadap partikel-partikel zat terdispersi, sehingga
partikel-partikel zat terdispersi akan terlontar .Peristiwa tersebut akan terus
berulang dan hal itu dapat terjadi karena ukuran partikel terdispersi yang relatif
lebih besar dibandingkan dengan ukuran partikel pendispersinya.
• Semakin kecil ukuran partikel-partikel koloid, gerak Brown akan semakin cepat,
dan sebaliknya.
• Semakin tinggi suhu koloid, gerak Brown akan semakin cepat; dan sebaliknya.
3. Muatan Koloid
Partikel-partikel koloid bermuatan listrik, ada yang positif dan ada yang negatif.
a. Elektroforesis.
Elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid karena pengaruh
medan listrik.
b. Adsorpsi.
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan spesi ( muatan listrik atau ion dan
molekul netral ) oleh permukaan partikel koloid. Peristiwa ini terjadi karena
adanya gaya tarik molekul, atom atau ion pada permukaan adsorben ( koloid ).
Kemampuan menarik / menyerap ini disebabkan juga karena adanya tegangan
permukaan koloid yang cukup tinggi, sehingga jika ada partikel / spesi yang
menempel akan cenderung dipertahankan pada permukaannya.
Contoh :
Sol Fe(OH)3 ( netral ) dalam air akan mengadsorpsi ion positif ( kation ),
sehingga menjadi bermuatan positif.
Sol As2S3 ( netral ) akan mengadsorpsi ion negatif ( anion ), sehingga menjadi
bermuatan negatif.
d. Asap atau debu pabrik dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik (
pesawat Cottrel ).
Metode ini dikembangkan oleh Frederick Cottrel ( 1877 - 1948 ).
e. Proses yang dilakukan oleh ion Al3+ atau Fe3+ pada penetralan partikel
albuminoid yang terdapat dalam darah, mengakibatkan terjadinya koagulasi
sehingga dapat menutupi luka.
d. Koloid Pelindung.
Koloid pelindung adalah koloid yang bersifat melindungi koloid lain agar tidak
mengalami koagulasi. Koloid pelindung akan membentuk lapisan di sekeliling
partikel koloid yang lain. Lapisan ini akan melindungi muatan koloid tersebut
sehingga partikel koloid tidak mudah mengendap atau terpisah dari medium
pendispersinya.
Contohnya :
Jika konsentrasi elektrolit tidak tepat, justru akan terbentuk ion-ion yang
mengganggu kestabilan koloid. Untuk mencegah adanya ion-ion pengganggu,
dilakukan dengan cara dialisis menggunakan alat yang disebut dialisator.
Pada proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam wadah terbuat dari selaput
semi permeabel (kantong koloid ) dan dicelupkan ke dalam air yang mengalir
terus-menerus.
Contohnya :
a. Koloid liofil adalah suatu koloid yang fase terdispersinya dapat menarik
medium pendispersi yang berupa cairan akibat adanya gaya Van der Waals
atau ikatan hidrogen. Liofil artinya “cinta cairan” (Bahasa Yunani;
lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang setengah padat disebut gel. Contoh
gel antara lain selai dan gelatin.
b. Koloid liofob adalah suatu koloid yang fase terdispersinya tidak dapat
mengikat atau menarik medium pendispersinya. Liofob berarti takut cairan.
(phobia=takut).
Jika medium pendispersinya berupa air, maka disebut koloid hidrofob.
10 Reversibel Ireversibel
PEMBUATAN KOLOID
1. Cara Kondensasi.
Dengan cara ini, partikel larutan sejati ( molekul atau ion ) bergabung membentuk
partikel koloid. Pembuatan koloid dengan cara ini dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu : cara kimia dan fisika.
Cara Kimia.
Adalah cara pembuatan partikel koloid dari partikel larutan sejati melalui reaksi
kimia; meliputi :
b. Reaksi Substitusi.
o Pembuatan sol AgCl.
AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)
c. Reaksi Redoks.
Adalah reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi.
Cara Fisika.
a. Penggantian Pelarut.
➢ Pembuatan sol belerang.
Sol belerang dalam air dapat dibuat dengan cara melarutkan belerang ke
dalam alkohol hingga larutan menjadi jenuh. Selanjutnya, larutan jenuh
yang terbentuk diteteskan ke dalam air sedikit demi sedikit.
b. Pengembunan Uap.
Sol raksa ( Hg ) dibuat dengan cara menguapkan raksa. Setelah itu, uap raksa
dialirkan melalui air dingin hingga akhirnya diperoleh sol raksa.
a. Cara Dispersi.
Dengan cara ini, partikel koloid diperoleh dengan cara memperkecil ukuran
partikel dari suspensi kasar menjadi partikel berukuran koloid.
Pembuatan koloid dengan cara dispersi, dapat dilakukan melalui beberapa metode
yaitu :
a. Cara Mekanik.
Pembuatan koloid secara mekanik dilakukan dengan cara menggerus /
menghaluskan partikel-partikel kasar menjadi partikel-partikel halus.
Selanjutnya, didispersikan ke dalam medium pendispersi. Pada umumnya ke
dalam sistem koloid yang terbentuk; ditambahkan zat penstabil yang berupa
koloid pelindung. Zat penstabil ini berfungsi untuk mencegah terjadinya
koagulasi.
Contoh :
Sol belerang dapat dibuat dengan cara menggerus serbuk belerang bersama-
sama dengan zat inert ( misalnya gula pasir ) kemudian mencampur serbuk halus
tersebut dengan air.
b. Cara Peptisasi.
Cara peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemecah ( zat pemeptisasi ). Zat
pemeptisasi akan memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.
Contoh :
Jadi, cara busur Bredig merupakan gabungan antara cara dispersi dan
kondensasi.
d. Cara Homogenisasi.
Adalah suatu cara yang digunakan untuk membuat suatu zat menjadi homogen
dan berukuran partikel koloid.
Cara ini banyak dipakai untuk membuat koloid jenis emulsi, misalnya susu.
Pada pembuatan susu, ukuran partikel lemak pada susu diperkecil hingga
berukuran partikel koloid. Caranya dengan melewatkan zat tersebut melalui
lubang berpori bertekanan tinggi. Jika partikel lemak dengan ukuran partikel
koloid sudah terbentuk, zat tersebut kemudian didispersikan ke dalam medium
pendispersinya.
Menggunakan sprayer pada pembuatan koloid tipe aerosol, misalnya obat asma
semprot, hair spray dan parfum.
1. Detergen :
a. Koagulasi.
Koloid yang digunakan untuk menggumpalkan kotoran, yaitu : Al(OH)3 yang bisa
diperoleh dari tawas KAl(SO4)2, aluminium sulfat dan Poly Aluminium Chloride (
PAC = polimer dari AlCl3-AlCl3-AlCl3-..... )
b. Penyaringan.
Bertujuan untuk memisahkan gumpalan kotoran yang dihasilkan dari proses
koagulasi.
c. Penambahan Desinfektan.
Bertujuan untuk membunuh kuman-kuman yang terlarut dalam air.
3. Pemurnian gula
4. Pembentukan delta
5. Penggumpalan darah
15. TERMOKIMIA
17. ASAM-BASA
19. ELEKTROKIMIA
TERMOKIMIA
Entalpi (H) adalah jumlah energi yang dimiliki sistem pada tekanan tetap. Entalpi (H)
dirumuskan sebagai jumlah energi yang terkandung dalam sistem (E) dan kerja (W).
Hukum kekekalan energi menjelaskan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah dari bentuk energi yang satu menjadi bentuk energi
yang lain. Nilai energi suatu materi tidak dapat diukur, yang dapat diukur hanyalah perubahan
energi (∆E). Demikian juga halnya dengan entalpi, entalpi tidak dapat diukur, kita hanya dapat
mengukur perubahan entalpi (∆H).
H = E+W ∆𝑯 = Hp - Hr
✓ W=PxV ✓ ∆𝑯 = perubahan entalpi
✓ E = energi (joule) ✓ 𝑯p = perubahan entalpi
✓ V = volume (liter) ✓ 𝑯r = entalpi reaktan atau pereaksi
✓ W = kerja sistem (joule)
✓ P = tekanan (atm)
(a) (b)
Pada tekanan tetap, perubahan entalpi (∆H) sama dengan kalor (q) yang diserap atau dilepas (James
E. Brady, 1990).
Macam-macam reaksi kimia berdasarkan kalor yang dibebaskan/kalor yang diserap (Martin S.
Silberberg, 2000):
a. Reaksi kimia yang membutuhkan atau menyerap kalor disebut reaksi endoterm.
Contoh:
Reaksi pemutusan ikatan pada molekul unsur H2 adalah:
H2 2H ∆H = +a kJ
Reaksi endoterm dengan ∆𝐻 bertanda positif (+).
Diagram entalpi:
∆H reaktan ∆H produk
Entalpi Entalpi
Produk Reaktan
Persamaan Termokimia
Contoh:
Diketahui persamaan termokimia:
H2(g) + ½ O2(g) ⎯⎯→ H2O(l) ΔH = –285,85 kJ/mol
Artinya, pada pembentukan 1 mol H2O dari gas hidrogen dan gas oksigendibebaskan energi
sebesar 285,85 kJ (reaksi eksoterm).
Perubahan entalpi standar (ΔH°) adalah perubahan entalpi (ΔH) reaksi yang diukur pada
kondisi standar, yaitu pada suhu 298 K dan tekanan 1 atm. Satuan ΔH adalah kJ dan satuan ΔH
molar reaksi adalah kJ/mol (Gillespie dkk).
Contoh:
1. H2(g) + ½ O2(g) ⎯⎯→ H2O(l) ΔHf° = –285,85 kJ
↓
Koefisien 1 berarti 1 mol H2O
Artinya, pada pembentukan 1 mol H2O dari unsur hidrogen dan unsur oksigen dibebaskan energi
sebesar 285,85 kJ (tanda negatif pada ΔHf berarti dibebaskan energi atau reaksi eksoterm).
2. 4C(s) + 2 H2(g) ⎯⎯→ 2 C2H2(g) ΔH = + 454 kJ
Reaksi menjadi:
2C(s) + H2(g) ⎯⎯→ C2H2(g) ΔH = + 227 kJ
Artinya, pada pembentukan 1 mol C2H2 dari unsur karbon dan unsur hidrogen dibutuhkan panas
sebesar 227 kJ (endoterm).
Hint!!
❖ Unsur-unsur diatomik adalah H2, N2, O2, F2, Cl2, Br2, I2.
Massa 1 mol = Mr zat (satuan gram/mol).
❖ Misal:
✓ Massa 1 mol H2O = Mr H2O = 18 gram/mol
✓ Massa 1 mol CO2 = Mr CO2 = 44 gram/mol
❖ Volume 1 mol zat pada keadaan standar (STP) adalah 22,4 liter/mol.
CONTOH:
➢ Pada pembentukan 22 gram C3H8 (Ar C = 12, H = 1) dibebaskan kalor sebesar 75 kJ.
Tuliskan persamaan termokimia pembentukan C3H8!
Jawab:
• Massa 1 mol C3H8 = Mr C3H8
= (3 × Ar C) + (8 × Ar H)
= (3 × 12) + (8 × 1)
= 36 + 8
= 44 gram/mol
• Banyak mol dari 22 gram C3H8 = massa / Mr = 0,5 mol
• ΔHf° berlaku untuk pembentukan 1 mol zat, maka ΔHf° C3H8 = 1/0,5 × (–75kJ) = –150 kJ
• Persamaan termokimia pembentukan C3H8 adalah:
3 C(s) + 4 H2(g) ⎯⎯→ C3H8(s) ΔHf° = –150 kJ/mol
yang boleh ditulis di sebelah kanan reaksi adalah ΔH untuk 1 mol.
Latihan Soal!!!
1. Diketahui entalpi pembentukan standar (ΔHf°) dari berbagai zat sebagai berikut.
a. H2CO3(l) = –125 kJ/mol
b. Na2SO4(s) = –334 kJ/mol
c. FeCl3(s) = –214 kJ/mol
Tulislah persamaan termokimia reaksi pembentukan zat-zat tersebut!
2. Diketahui persamaan termokimia:
2 C(s) + 8 H2(g) ⎯⎯→ 2 C3H8(s) ΔH = –225 kJ/mol
Tentukan besarnya entalpi pembentukan standar (ΔHf°) C3H8!
3. Pada pembentukan 96 gram Al2(NO3)3 (Ar Al = 27, N = 14, O = 16) dibebaskan kalor sebesar
120 kJ.
a. Tentukan besarnya ΔHf° Al2(NO3)3!
b. Tuliskan persamaan termokimia pembentukan Al2(NO3)3!
1. Tuliskan persamaan termokimia penguraian H2O apabila diketahui ΔHf° H2O = –285,85 kJ/mol!
Jawab:
• Reaksi penguraian adalah kebalikan dari reaksi pembentukan, sehingga zat yang
terurai di sebelah kiri anak panah.
H2O(l) ⎯⎯→ H2(g) + ½ O2(g) ΔHd° = +285,85 kJ
↓
•Koefisien 1 untuk 1 mol zat yang diuraikan
• Tanda ΔHd° berlawanan dengan ΔHf°
2. Bila diketahui ΔHf° NH3 = –46 kJ/mol, berapa kJ diperlukan untuk menguraikan 1 gram NH3
(Mr = 17)?
Jawab:
• Persamaan termokimia penguraian NH3 adalah:
NH3(g) ⎯⎯→ ½ N2(g) + 3/2 H2(g) ΔHd° = 46 kJ/mol
• Besarnya kalor untuk menguraikan 1 gram NH3 adalah:
Besar kalor = mol × ΔH = massa /Mr × ΔH = 1/17 × 46 = 2,7 kJ
Latihan!!
1. Diketahui ΔHf° SO3 = –78 kJ/mol, tuliskan persamaan termokimia penguraian SO3!
CONTOH:
Pada pembakaran 570 gram isooktana (C8H18), salah satu komponen yang ada dalam bensin, pada
keadaan standar/STP dibebaskan kalor sebesar 27.500 kJ. Hitunglahbesarnya ΔHc° dan tulislah
persamaan termokimia pembakaraan isooktana tersebut!
Jawab:
• Mol isooktana = massa/ Mr C8H18 = 570/114 = 5 mol
• Untuk 1 mol C8H18 maka ΔHc° = 1/5 × (–27.500) = –5.500 kJ
• Persamaan termokimia:
C8H18(l) + 25/2 O2(g) ⎯⎯→ 8 CO2(g) + 9 H2O(g) ΔHc° = –5.500 kJ/mol
LATIHAN SOAL
Tuliskan persamaan termokimia pembakaran zat-zat berikut ini, bila diketahui:
a. ΔHc° belerang (S) = –115 kJ/mol
b. ΔHc° karbon (C) = 156 kJ/mol
c. ΔHc°C2H2 = –1.250 kJ/mol
1. Entalpi Penetralan
Entalpi penetralan adalah perubahan entalpi (ΔH) yang dihasilkan pada reaksi penetralan asam
(H+) oleh basa (OH–) membentuk 1 mol air. Satuan entalpi penetralan adalah kJ/mol.
Contoh:
NaOH(aq) + HCl(aq) ⎯⎯→ NaCl(aq) + H2O(l) ΔH = –890,4 kJ/mol
2. Entalpi Pelarutan
Entalpi pelarutan adalah perubahan entalpi (ΔH) pada pelarutan 1 mol zat. Satuan ΔH pelarutan
adalah kJ/mol.
Contoh:
NaOH(s) ⎯⎯→ Na+(aq) + OH–(aq) ΔH = –204 kJ/mol
3. Entalpi Peleburan
Entalpi peleburan adalah perubahan entalpi (ΔH) pada perubahan 1 mol zat dari bentuk padat
menjadi bentuk cair pada titik leburnya. Satuan ΔH peleburan adalah kJ/mol.
Contoh:
NaCl(s) ⎯⎯→ NaCl(l) ΔH = –112 kJ/mol
(Ted Lister & Janet Renshaw, 2000)
LATIHAN SOAL:
1. Tuliskan persamaan termokimia dari:
a. reaksi pembentukan C2H5OH, jika ΔHf°C2H5OH = 56 kJ/mol
b. reaksi penguraian HNO3, jika ΔHf°HNO3 = 146 kJ/mol
c. reaksi pembakaran sempurna C2H2, jika ΔHc°C2H2 = –1.240 kJ/mol
d. reaksi peleburan NaCl, jika ΔH peleburan NaCl = –106 kJ/mol
2. Tuliskan persamaan termokimia reaksi pembentukan gas SO2, jika diketahui pada
pembentukan 32 gram SO2 (Ar S = 32, O = 16 ) dibebaskan kalor sebesar 76 kJ!
3. Diketahui ΔHf°C5H12 = 225 kJ/mol. Tentukan besarnya kalor yang dibutuhkan untuk
membentuk 360 gram C5H12!
4. Pada pembakaran 6,72 liter gas asetilena (C2H2) pada keadaan standar, dibebaskan kalor
sebanyak 176 kJ. Tuliskan persamaan termokimia pembakaran gas asetilena tersebut!
5. Diketahui reaksi penguraian:
2 NH3(g) ⎯⎯→ N2(g) + 3 H2(g) ΔH = 122 kJ
Tentukan besarnya kalor penguraian 3,4 gram NH3 (Ar N = 14 dan H = 1)!
CONTOH:
Hukum Hess
Berdasarkan Entalpi (ΔH) dari Beberapa Reaksi yang Berhubungan
Pada tahun 1848, Germain Hess dari Jerman melalui berbagai eksperimen mengemukakan
bahwa setiap reaksi memiliki H yang tetap dan tidak tergantung pada jalan reaksi atau jumlah
tahap reaksi (Gillespie dkk).
Contoh:
Menurut Hukum Hess:
ΔH1 = ΔH2 + ΔH3 atau x = y + z
Hukum Hess digunakan untuk menghitung H suatu reaksi berdasarkan H dari beberapa reaksi
yang sudah diketahui.
½ N2(g) + O2(g) ⎯⎯→ NO2(g) ΔH1 = x kJ = + 33,85 kJ/mol • 1 tahap
½ N2(g) + ½ O2⎯⎯→ NO(g) ΔH2 = y kJ = + 90,37 kJ/mol • 2 tahap
NO(g) + ½ O2(g) ⎯⎯→ NO2(g) ΔH3 = z kJ = – 56,52 kJ/mol
½ N2(g) + O2(g) ⎯⎯→ NO2(g) ΔH1 = ΔH2+ ΔH3 x=y+z +
ΔH NO(g) + ½ O2(g)
½ N2(g) + O2(g)
Perubahan dari N2(g) dan O2(g) menjadi NO(g) disertai dengan perubahan entalpi (ΔH1) sebesar +33,85 kJ/mol,
meskipun reaksi ditetapkan dalam satu tahap atau dua tahap, ΔH1 = ΔH2 + ΔH3.
CONTOH:
Diketahui reaksi:
S(s) + O2(g) ⎯⎯→ SO2(g) ΔH = –300 kJ (reaksi 1)
2 SO2(g) + O2(g) ⎯⎯→ 2 SO3(g) ΔH = –190 kJ (reaksi 2)
Hitunglah ΔH pada reaksi 2 S(s) + 3 O2(g) ⎯⎯→ 2 SO3(g).
Jawab:
• Menyesuaikan reaksi (1) dan (2) dengan pertanyaan.
• Lihatlah reaksi 2 S(s) + 3 O2(g) ⎯⎯→ 2 SO3(g).
• Pada reaksi (1), S di sebelah kiri panah berjumlah 1 mol (koefisien 1), berarti reaksi (1)
dikalikan 2 untuk menyesuaikan soal.
• Reaksi S(s) + O2(g) ⎯⎯→ SO2(g) ΔH = –300 kJ dikalikan 2.
• Pada reaksi (2), SO3 yang berada di sebelah kanan panah berjumlah 2 mol (koefisien 2) sudah
sesuai.
LATIHAN:
Diketahui reaksi:
N2 + 3 H2 ⎯⎯→ 2 NH3 ΔH = –90 kJ
4 NH3 + 5 O2 ⎯⎯→ 4 NO + 6 H2O ΔH = –1.140 kJ
2 H2 + O2 ⎯⎯→ 2 H2O ΔH = –560 kJ
Tentukan ΔH pada reaksi N2 + O2 ⎯⎯→ 2 NO!
Kalor suatu reaksi juga dapat ditentukan dari data entalpi pembentukan (ΔHf°) zat-zat
pereaksi dan zat-zat hasil reaksi.
ΔHreaksi = ΣΔHf°produk – ΣΔHf° reaktan
Diketahui:
ΔHf° CH4O(l) = –238,6 kJ/mol
ΔHf° CO2(g) = –393,5 kJ/mol
ΔHf° H2O(l) = –286 kJ/mol
a. Tentukan ΔH reaksi pembakaran CH4O sesuai reaksi:
CH4O(l) + 2 O2(g) ⎯⎯→ CO2(g) + 2 H2O(l)
b. Tentukan jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 8 gram metanol (CH4O)
(Ar C = 12, O = 16, dan H = 1)!
Jawab:
a. Reaksi CH4O(l) + 2 O2(g) ⎯⎯→ CO2(g) + 2 H2O(l)
ΔHreaksi = ΣΔHf°produk – ΣΔHf°reaktan
ΔHreaksi = (ΔHf°CO2 + 2 ΔHf°H2O) – (ΔHf°CH4O + 2 ΔHf° O2)
ΔHreaksi = (–393,5 + 2 × (–286)) – (–238,6 + 2 × 0)
= –726,9 kJ/mol
b. Mol CH4O = 8/32 = 0,25 mol
Kalor yang dibebaskan pada pembakaran 8 gram metanol = 0,25 × (–726,9) = –181,725 kJ
Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan. Proses ini selalu
disertai perubahan energi. Energi yang dibutuhkan untuk memutuskan 1 mol ikatan kimia
dalam suatu molekul gas menjadi atomatomnya dalam fase gas disebut energi ikatan atau energi
disosiasi (D). Untuk molekul kompleks, energi yang dibutuhkan untuk memecah molekul itu
sehingga membentuk atom-atom bebas disebut energi atomisasi. Harga energi atomisasi ini
merupakan jumlah energi ikatan atom-atom dalam molekul tersebut. Untuk molekul kovalen
yang terdiri dari dua atom, seperti H2, O2, N2, atau HI yang mempunyai satu ikatan, maka energi
atomisasi sama dengan energi ikatan. Energi yang diperlukan untuk reaksi pemutusan ikatan
telah diukur. Misalnya, energi untuk memutuskan 1 mol ikatan H – H dalam suatu molekul gas
H2 menjadi atom-atom H adalah 436 kJ mol–1.
H2(g) ⎯⎯→ 2 H DH–H = 436 kJ mol–1.
Energi dibutuhkan untuk memutuskan molekul CH4 menjadi sebuah atom C dan 4 atom H:
CH4(g) ⎯⎯→ C(g) + 4 H(g)
Besarnya perubahan entalpi reaksi tersebut dapat dihitung dengan entalpi pembentukan
standar sebagai berikut:
ΔH =ΔHf° (C, atomik) + 4 ΔHf° (H, atomik) – ΔHf° (CH4(g))
= (716,7 kJ mol–1) + (218, kJ mol–1) – (–74,5 kJ mol–1)
= 1.663,2 kJ mol–1
Saat perubahan entalpi tersebut setara untuk memutuskan 4 ikatan (–H) maka besarnya energi
ikatan rata-rata C – H adalah 415,8 kJ mol–1, selanjutnya kita sebut energi ini sebagai energi
ikatan rata-rata karena empat ikatan C – H dalam CH4 putus dalam waktu yang sama.
Diketahui: ΔHf° C(g, atomik) = 716,7 kJ mol–1
ΔHf° H(g, atomik) = 218 kJ mol–1
ΔHf° C2H6(g) = –84,7 kJ mol–1
energi ikatan C–H = 415,8 kJ mol–1
Tentukan besarnya energi ikatan C – C pada C2H6!
C2H6(g) ⎯⎯→ 2 C(g, atomik).
Jawab:
ΔH = 2 ΔΗf° C + 6 ΔHf° C – ΔHf° C2H6
= 2 (716,7) + 6 (218) – (–84,7)
= 2.826,1 kJ
Pada C2H6
EIkatan C – C + 6 EIkatan C – H = ΔH
EIkatan C – C + 6 (415,8) = 2.826,1
EIkatan C – C = 331,3 kJ/mol
Energi ikatan rata-rata adalah energi rata-rata per ikatan yang diperlukan
untuk menguraikan 1 mol molekul menjadi atom-atom penyusunnya.
Keadaan Kesetimbangan
Reaksi yang dapat berlangsung dalam dua arah disebut reaksi dapat balik (reversibel).
Apabila dalam suatu reaksi kimia, kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan
reaksi ke kiri, maka reaksi dikatakan dalam keadaan setimbang.
Reaksi kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai:
A + B ←→ C + D
Pergeseran Kesetimbangan
Asas Le Chatelier menyatakan: “Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka
sistem akan mengadakan reaksi sedemikian rupa, sehingga pengaruh aksi itu menjadi
sekecil-kecilnya”.
Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan yang baru
akibat adanya aksi atau pengaruh dari luar itu dikenal dengan pergeseran
kesetimbangan (Martin S.
Silberberg, 2000). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pergeseran kesetimbangan
adalah:
A. Perubahan Konsentrasi
Apabila dalam sistem kesetimbangan homogen, konsentrasi salah satu zat diperbesar,
maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut.
Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser
ke pihak zat tersebut. Bila zat diencerkan dengan menambah air pada sistem, maka
kesetimbangan bergeser pada jumlah molekul terbanyak
Contoh:
1. Pada reaksi kesetimbangan:
Ag+(aq) + Fe2+(aq) ←→ Ag(s) + Fe3+(aq)
ke arah mana kesetimbangan bergeser, jika:
a. ditambah Ag+?
b. ditambah Fe3+?
c. campuran diencerkan dengan menambah H2O pada sistem?
Jawab:
Jumlah molekul (koefisien) ruas kiri = 1 + 1 = 2
Jumlah molekul (koefisien) ruas kanan = 1 (Ag(s) padat maka koefisien tidak dihitung)
a. Jika reaksi ditambah Ag+, maka kesetimbangan bergeser ke kanan.
b. Jika reaksi ditambah Fe3+, maka kesetimbangan bergeser ke kiri.
c. Jika reaksi ditambah air (pengenceran), maka kesetimbangan bergeser pada jumlah
molekul terbanyak (ke kiri).
Contoh:
Pada reaksi kesetimbangan:
N2(g) + 3 H2(g) ←→ 2 NH3(g)
jumlah koefisien reaksi di kanan = 2
jumlah koefisien reaksi di kiri = 1 + 3 = 4
• Bila pada sistem kesetimbangan tersebut tekanan diperbesar (volume diperkecil),
maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan (jumlah koefisien kecil).
• Bila pada sistem kesetimbangan tersebut tekanan diperkecil (volume diperbesar),
maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri (jumlah koefisien besar).
C. Perubahan suhu
Menurut Van’t Hoff:
1. Bila pada sistem kesetimbangan suhu dinaikkan, maka kesetimbangan
reaksi akan bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi
endoterm).
2. Bila pada sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan
reaksi akan bergeser ke arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi
eksoterm).
Contoh:
2 NO(g) + O2(g) ←→ 2 NO2(g) ΔH = –216 kJ
(reaksi ke kanan eksoterm)
Reaksi ke kanan eksoterm berarti reaksi ke kiri endoterm.
• Jika pada reaksi kesetimbangan tersebut suhu dinaikkan, maka kesetimbangan
akan bergeser ke kiri (ke arah endoterm atau yang membutuhkan kalor).
• Jika pada reaksi kesetimbangan tersebut suhu diturunkan, maka kesetimbangan
akan bergeser ke kanan (ke arah eksoterm).
Tetapan Kesetimbangan
Menurut Cato Guldberg dan Waage, pada suhu tetap, harga tetapan
kesetimbangan akan tetap. Hukum Cato Guldberg dan Waage berbunyi: “Dalam keadaan
kesetimbangan pada suhu tetap, maka hasil kali konsentrasi zat-zat hasil reaksi dibagi
dengan hasil kali konsentrasi pereaksi yang sisa di mana masingmasing konsentrasi itu
dipangkatkan dengan koefisien reaksinya adalah tetap.”
Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change, Martin S. Silberberg,
2000.
Catatan: Hanya untuk fasa (g) dan (aq) karena (s) dan (l) nilainya tetap.
Contoh:
1. CH3COO-(aq) + H2O(l) ←→ CH3COOH(aq) + OH-(aq)
2. 2 HI(g) ←→ H2(g) + I2(g)
1. Dalam ruang satu liter, satu mol zat AB direaksikan dengan satu mol zat CD
menurut persamaan reaksi:
AB(g) + CD(g) ←→ AD(g) + BC(g)
Setelah kesetimbangan tercapai ternyata tersisa 0,25 mol senyawa CD. Tentukan
tetapan kesetimbangan untuk reaksi ini!
Jawab:
• Pada awal reaksi, produk belum terbentuk, jadi terdapat 0 mol produk.
• Diketahui 0,25 mol CD pada keadaan setimbang, berarti mol CD yang bereaksi
adalah 1 – 0,25 = 0,75 mol.
• Mol AB, AD, dan BC yang bereaksi dapat ditentukan dengan perbandingan mol =
perbandingan koefisien CD. Koefisien AB : AD : BC : CD = mol AB : mol AD : mol BC :
mol CD.
• Untuk zat-zat pereaksi (sebelah kiri anak panah), jumlah zat-zat pereaksi makin
berkurang, maka mol sisa = mol mula-mula – mol bereaksi.
• Untuk zat-zat hasil reaksi/produk (sebelah kanan anak panah), jumlah zat-zat hasil
reaksi (produk) makin bertambah, maka mol sisa = mol mula-mula + mol bereaksi.
Derajat Disosiasi
Disosiasi adalah penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain yang lebih sederhana.
Derajat disosiasi adalah perbandingan antara jumlah mol yang terurai dengan jumlah
mol mula-mula.
Contoh:
Gas amonia mengalami disosiasi menurut persamaan reaksi:
2 NH3(g) ←→ N2(g) + 3 H2(g)
Besarnya nilai derajat disosiasi (α) adalah:
α = mol zat yang terurai /mol zat mula-mula
= mol NH yang terurai / mol NH mula-mula
CONTOH:
Jawab:
• Misalkan pada keadaan setimbang mol N2O4 = mol NO2 = 2 mol
• Pada produk NO2, mol zat sisa = mol zat yang bereaksi = 2 mol
• Perbandingan mol = perbandingan koefisien
• Mol N2O4(g) sisa = mol N2O4(g) mula-mula – mol N2O4(g) bereaksi
Mol N2O4(g) mula-mula = mol N2O4(g) sisa + mol N2O4(g) bereaksi = 2 + 1 = 3 mol
Persamaan reaksi :
N2O4(g) ←→ 2 NO2(g)
Mula-mula : 3 mol 0 mol
Bereaksi : 1 mol ← 2 mol
[ Pc ] p [ PD ]q
Kp
[ PA ]m [ PB ]n
[ p NH 3 ]2
Kp
[ PN 2 ][ PH 2 ]3
Hubungan Kc dengan Kp
mA + nB pC + qD
Akibatnya:
Kp = Kc (RT)∆𝒏
Contoh soal Kp = Kc
Apabila tekanan total campuran pada keadaan setimbang adalah 230 atm, tentukan
harga Kp dan Kc reaksi itu pada 427oC.
Jawab:
PV
PV = nRT n
RT
n 20mol
(5 – x) + (20 – 3x) + 2x = 20
- 2x = - 5
x = 2,5
Susunan kesetimbangan:
= 1 : 5 : 2
(575) 2
Kp
28,75 (143,75) 2
Kp = Kc (RT)2
b). Kc = Kp (RT)
ASAM-BASA
Basa adalah suatu senyawa yang dapat menghasilkan ion OH- bila
dilarutkan dalam air.
Contoh Asam :
HCl H+ + Cl-
Contoh Basa :
1. HCl merupakan suatu asam , dia melepas / mendonor proton kepada NH3 yang
merupakan basa menjadi NH4+ dan ion Cl- merupakan sisa asam/ basa konjugasi.
2. NH3 merupakan suatu basa, dia menangkap proton dari HCl (akseptor proton)
sehingga menjadi NH4+ yang merupakan asam konjugasi.
Untuk mempermudah memahami pasangan asam basa, gunakan tips : pasangan asam-
basa konjugat berbeda satu H+. Asam memiliki H+ 1 lebih banyak daripada basa
konjugasinya
Example:
maka HCN merupakan suatu asam dan senyawa dan CN- merupakan basa konjugasinya
OH- merupakan basa dan H2O merupakan asam konjugat nya. Untuk memahami lanjut
lihat tabel selanjutnya.
Senyawa Amfoter
Zat amfoter / amphiprotic adalah senyawa yang bisa berperan sebagai asam/basa .
Contoh : H2PO4-
1. Tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi juga menjelaskan reaksi asam-basa dalam
pelarut air/bahkan reaksi tanpa pelarut.
F H F H
F B + :N H F BN H
F H F H
Asam Basa
1. Dapat menjelaskan reaksi asam basa yang berlangsung dalam pelarut air, pelarut
bukan air bahkan tanpa pelarut.
2. Dapat menjelaskan teori asam basa tanpa H+ dan OH-
3. Dapat menjelaskan reaksi seperti pembentukan Ion Kompleks dan Organik sebagai
reaksi asam-basa.
Asam Monoprotik,diprotik,poliprotik
a. Asam monoprotik yaitu asam yang melepaskan satu ion H+ dalam pelarut air,
misalnya:
b. Asam diprotik yaitu asam yang melepaskan dua ion H+ dalam pelarut air, misalnya:
c. Asam triprotik yaitu asam yang melepaskan tiga ion H+ dalam pelarut air, misalnya:
Asam nonoksi,oksi
Berdasarkan rumus kimianya asam dibedakan sebagai asam nonoksi, asam oksi.
HF H+ + F-
HCl H+ + Cl-
HBr H+ + Br-
HCN ↔ H+ + CN-
H2S ↔ 2H+ + S2-
HClO H+ + ClO -
HClO3 H+ + ClO3 _
HNO3 H+ + NO3 -
H2SO4 2 H+ + SO42-
a. Asam kuat yaitu asam yang derajat ionisasinya mendekati 1 atau mengalami ionisasi
sempurna, misalnya: HCl, HBr, HNO3, HClO3, HClO4, HIO4, dan H2SO4.
b. Asam lemah yaitu asam yang derajat ionisasinya kecil atau mengalami ionisasi
sebagian seperti: HCOOH, CH3COOH, H2CO3, HCN, dan H2S.
Konsentrasi H2O yang terionisasi menjadi H+ dan OH– sangat kecil dibandingkan
dengan [H2O] mula-mula, sehingga [H2O] dapat dianggap tetap, maka harga K[H2O]
juga tetap, yang disebut konstanta kesetimbangan ionisasi air atau ditulis Kw.
Kw = [H+] [OH-]
Pada suhu 25℃, Kw yang didapat dari percobaan adalah 1,0 x 10–14. Harga Kw ini
bergantung pada suhu, tetapi untuk percobaan yang suhunya tidak terlalu menyimpang
jauh dari 25C, harga itu dapat dianggap tetap.
Kw = [H+] [OH-] = 10-14
maka [H+] dalam air = 10-7 M dan [OH–] dalam air = 10-7 M
Reaksi Ionisasi Asam kuat dan basa kuat merupakan ionisasi sempurna sehingga untuk
mencari konsentrasi suatu H+ / OH- hanya digunakan perbandingan koefisien.
HCl H+ + Cl-
Ciri-ciri asam lemah dan basa lemah memiliki tetapan ionisasi asam (Ka) dan
tetapan ionisasi basa (Kb).
[H+] = √𝑲𝐚. 𝐌𝐚
Dari rumus di atas, [H+] dari asam lemah dapat ditentukan asal harga Ka-ny diketahui.
Jika Ka besar maka [H+] juga besar atau asam makin kuat.
Jadi, dapat disimpulkan:
[H+] = √𝑲𝐛. 𝐌𝐛
Dari rumus di atas, [OH-] dari basa lemah dapat ditentukan asal harga Kb-ny diketahui.
Jika Kb besar maka [OH-] juga besar atau basa makin kuat.
Jadi, dapat disimpulkan:
[H+] = Ma.𝜶
[OH-] = Mb.𝜶
Contoh Soal:
1. Berapa konsentrasi H+ dan OH– dalam 500 mL larutan HCl 0,1 M?
Penyelesaian:
Reaksi ionisasi HCl(aq) --> H+(aq) + Cl-(aq)
Perbandingan koefisien 1 1 1
[H+] =1 x 0,1 M = 0,1 M
Konsentrasi OH- dalam HCl 0,1 M adalah
[H+] [OH–] = 10-14 M
0,1 [OH–] = 10-14 M
[OH- ] = 10-13 M.
Jadi, [H+] = 0,1 M dan [OH–] = 10-13 M.
2. Tentukan [H+] yang terdapat dalam asam formiat 0,01 M. Jika diketahui Ka HCOOH
= 1,7 x 10-4.
Penyelesaian:
Persamaan reaksi ionisasi HCOOH
HCOOH(aq) H+(aq) + HCOO-(aq)
[H+] = √Ka.Ma
= √1,7.10-4 . 0,01
= 1,30 x 10-3 M
Jadi, konsentrasi ion H+ dalam larutan HCOOH 0,01 M adalah 1,34 x 10-3 M.
3. Tentukan [OH–] yang terdapat dalam larutan amonia 0,5 M jika diketahui Kb NH3 =
1,8 x 10–5.
Penyelesaian:
Dalam air NH3 terionisasi sebagai berikut.
NH4OH(aq) NH4 +(aq) + OH-(aq)
[OH–] = √Kb.Mb
= √1,8 . 10-5 . 0,5
= 3 x 10-3
Jadi konsentrasi ion OH– dalam larutan amonia 0,5 M adalah 3 x 10-3 M.
PERHITUNGAN pH LARUTAN
pH = - log [H+]
pH + pOH = 14
Jawab:
pH = 14 – pOH
TRAYEK pH ASAM-BASA
Indikator asam-basa adalah zat yang berbeda warna pada suasana asam dan basa.
Indikator asam-basa yang berbentuk kertas contohnya lakmus merah dan lakmus biru.
Lakmus dapat mengindentifikasi larutan asam atau basa tetapi tidak sampai
menentukan harga pHnya. Untuk mengindentifikasi harga pH dikenal indikator universal
baik berupa kertas maupun cair.
Setiap indikator dilengkapi dengan pita warna yang menunjukkan skala pH.
Penggunaan pita warna untuk menguji pH harus satu produk dengan indikatornya,
karena setiap merk kadang-kadang ada perbedaan.
Trayek warna pH indikator asam-basa ada yang dari warna merah ke biru dan dari
warna merah ke ungu.
Contoh indikator universal warna adalah seperti Gambar 7.2.
Asam Basa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1213 14
Ada pula indikator yang berubah warna pada pH tertentu. Harga pH tersebut
disebut trayek pH indikator. Trayek pH indikator tersebut ditulis sebagai berikut.
Contoh:
Suatu larutan diuji dengan indikator metil jingga, brom timol biru, dan
lakmus. Data perubahan warna pada indikator adalah sebagai berikut.
Indikator Warna
Lakmus Merah
Lakmus
merah biru Merah
Metil jingga Kuning
Brom timol Kuning
biru
Perkirakan trayek pH larutan tersebut!
Penyelesaian:
Metil jingga
Bromitol biru
lakmus
Suatu Asam dan Basa jika dikalikan maka memiliki nilai Kw . Kw pada suhu 25℃ 1atm
adalah 10-14 , maka misal jika suatu asam memiliki konsentrasi 10-3 maka konsentrasi
konjugasinya adalah 10-9
1. Suatu Asam kuat jika terionisasi maka sisa asam / basa konjugasinya
sangat lemah.
2. Suatu Basa kuat jika terionisasi maka sisa basa / asam konjugasinya sangat
lemah .
3. Suatu Asam lemah jika terionisasi maka sisa asam / basa konjugasinya kuat.
4. Suatu Basa lemah jika terionisasi maka sisa basa / asam konjugasinya kuat.
𝐾𝑤
[OH-] = √ 𝐾𝑎 [𝐴- 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]
𝐾𝑤
[H+] = √ 𝐾𝑏 [𝑀 + garam ]
Untuk kedua rumus diatas konsentrasi garam yang dihitung bukan garamnya tetapi ion-
ion garam tersebut maka ketika mengerjakan suatu soal hendaknya garam tersebut di
tulis reaksi ionisasi dengan menyetarakan reaksi.
Examples:
Untuk garam dari asam lemah dengan basa lemah dapat dihitung dengan menentuka
nilai Ka dan Kb nya.
Jika Ka > Kb
𝑲𝒘
[H+] = √ 𝑲𝒃 𝐊𝐚
Jika Kb > Ka
𝑲𝒘
[OH-] = √ 𝑲𝒂 𝐊𝐛
Jawab:
0,02 M 0,02 M
𝐾𝑤
[H+] = √ 𝐾𝑏 [𝑀 + garam ]
10−14
[H+] = √1,8 .10−5 [0,02]
= 3,3 . 10-6
pH = - log [H+]
= 6 – log 3,3
2. Berapa pH larutan garam (NH4)2CO3 0,1 M jika Ka H2CO3 = 10-4 dan Kb NH4OH =
10-6
Jawab:
Ka > Kb
𝑲𝒘𝐊𝐚
[H+] = √ 𝑲𝒃
𝟏𝟎−𝟏𝟒 𝟏𝟎−𝟒
[H+] = √ 𝟏𝟎−𝟔
= √𝟏𝟎−𝟏𝟐
= 10-6
pH = - log [H+]
= - log [ 10-6 ]
=6
Larutan penyangga dapat dibuat dengan dua cara. Pertama dengan cara
mencampurkan langsung komponen-komponennya yaitu suatu asam lemah dengan
garamnya atau suatu basa lemah dengan garamnya. Kedua dengan cara mencampurkan
asam lemah dan basa kuat dengan jumlah asam lemah yang berlebih atau
mencampurkan basa lemah dan asam kuat dengan jumlah basa lemah berlebih
b. Mencampurkan asam lemah dengan basa kuat atau basa lemah dengan asam kuat.
Contoh:
1) Campuran larutan CH3COOH dengan larutan NaOH akan bereaksi dengan persamaan
reaksi:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l).
Jika jumlah CH3COOH yang direaksikan lebih banyak daripada NaOH maka akan
terbentuk CH3COONa dan ada sisa CH3COOH sehingga terjadi larutan penyangga
CH3COOH/CH3COO-.
2) Campuran NH3(aq) dengan HCl akan bereaksi dengan persamaan reaksi
NH3(aq) + HCl(aq) NH4Cl(aq).
Jika jumlah NH3(aq) berlebih setelah bereaksi akan terbentuk NH4Cl dan ada sisa
NH3(aq) sehingga terjadi larutan penyangga NH3(aq)/NH4+.
Contoh:
1. Apa terjadi larutan penyangga jika 100 mL CH3COOH 0,5 M direaksikan dengan
200 mL NaOH 0,2 M?
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)
Mol zat mula-mula : 50 mmol 40 mmol – –
Mol zat bereaksi : 40 mmol 40 mmol – –
Mol zat sisa : 10 mmol 0 40 mmol 40 mmol
Buffer Asam = Adalah campuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya.
[𝒂𝒔𝒂𝒎 𝒍𝒆𝒎𝒂𝒉]
[H+] = Ka [𝒃𝒂𝒔𝒂 𝒌𝒐𝒏𝒋𝒖𝒈𝒂𝒔𝒊]
Buffer Basa = Adalah campuran antara basa lemah dengan asam konjugasinya.
[𝒃𝒂𝒔𝒂 𝒍𝒆𝒎𝒂𝒉]
[OH-] = Kb [𝒂𝒔𝒂𝒎 𝒌𝒐𝒏𝒋𝒖𝒈𝒂𝒔𝒊]
Contoh :
1. Hitunglah pH larutan yang terdiri dari campuran 50 mL CH3COOH 0,1 M dan 50
mL CH3COONa 0,1 M, Ka = 1,7.10-5
Penyelesaian:
Dalam 50 mL CH3COOH 0,1 M terdapat 0,005 mol CH3COOH
Dalam 50 mL CH3COONa 0,1 M terdapat = 0,005 mol CH3COO–
Volum campuran = 100 mL
[CH3COOH] = 0,005 x 1000/100 = 0,05 mol L
[CH3COO–] = 0,05 mol L-1
[𝒂𝒔𝒂𝒎 𝒍𝒆𝒎𝒂𝒉]
[H+] = Ka [𝒃𝒂𝒔𝒂 𝒌𝒐𝒏𝒋𝒖𝒈𝒂𝒔𝒊]
[𝟎,𝟎𝟓 𝑴]
[H+] = 1,7. 10-5
[𝟎,𝟎𝟓 𝑴]
= 1,7 . 10-5
pH = –log[H+]
= –log 1,7.10-5
= 5 – 0,23 = 4,77
Jadi, pH larutan adalah 4,77.
[𝟎,𝟎𝟓 𝑴]
[OH-] = 1,8 . 10-5 [𝟎,𝟎𝟓 𝑴]
Contoh:
Ke dalam larutan penyangga yang terdiri dari 200 mL NH3(aq) 0,6 M dengan 300 mL
NH4Cl 0,3 M (Kb NH3(aq) = 1,8.10-5) ditambahkan air sebanyak 500 mL. Tentukan pH
larutan mula-mula dan pH setelah di tambah 500 mL air.
Penyelesaian:
pH mula-mula
Jumlah mol NH3(aq) = 0,6 M x 200 mL = 120 mmol = 0,12 mol
Jumlah mol NH4+ = 0,3 M x 300 mL = 90 mmol = 0,09 mol
Volum campuran = 200 mL + 300 mL = 500 mL = 0,5 L
[NH3] = 0,12mol/0,5 L = 0,24 M
[NH4+] =0,09mol/0,5 L = 0,18 M
[𝒃𝒂𝒔𝒂 𝒍𝒆𝒎𝒂𝒉]
[OH-] = Kb [𝒂𝒔𝒂𝒎 𝒌𝒐𝒏𝒋𝒖𝒈𝒂𝒔𝒊]
[𝟎,𝟐𝟒]
[OH-] = 1,8 . 10-5 = 2,4 . 10-5
[𝟎,𝟏𝟖]
[𝒃𝒂𝒔𝒂 𝒍𝒆𝒎𝒂𝒉]
[OH-] = Kb [𝒂𝒔𝒂𝒎 𝒌𝒐𝒏𝒋𝒖𝒈𝒂𝒔𝒊]
[𝟎,𝟏𝟐]
[OH-] = 1,8 . 10-5 = 2,4 . 10-5
[𝟎,𝟎𝟗]
Bagaimana pengaruh penambahan sedikit asam atau basa pada pH larutan penyangga?
Untuk mengetahuinya perhatikan contoh soal berikut.
Contoh:
Penyelesaian:
Pada larutan penyangga terdapat CH3COOH dan CH3COO–. Pada penambahan HCl, H+
dari HCl akan bereaksi dengan CH3COO– membentuk CH3COOH sehingga jumlah mol
CH3COOH akan bertambah sedangkan CH3COO akan berkurang.
Perhitungannya:
Jika H+ yang ditambahkan = 0,0001 mol maka akan bereaksi dengan 0,0001 mol
CH3COO– dan membentuk 0,0001 mol CH3COOH.
PREPARASI TITRASI
TITRASI
1. Penambahan zat tertentu (titran) ke sejumlah kuantitas tertentu zat lain (titer)
sampai syarat stoikiometrik.
2. Titik equivalen Volume titran yang diperlukan agar dicapai ekuimolar.
3. Titik akhir Volume titran untuk mencapai perubahan warna.
REAKSI ASAM-BASA
1. Pada sisa terdapat sisa asam kuat Gunakan persamaan asam kuat.
2. Pada sisa terdapat sisa basa kuat Gunakan persamaan basa kuat.
3. Pada sisa terdapat sisa asam lemah Gunakan persamaan asam lemah.
4. Pada sisa terdapat sisa basa lemah Gunakan persamaan basa lemah.
TITIK EQUIVALEN
Titik ekuivalen adalah titik semua pereaksi bereaksi habis tanpa sisa
M1 . V1 = M2 . V2
Contoh:
1. Berapa mL NaOH 0,2 M yang harus ditambahkan dalam 50mL larutan 0,1 M HCl agar
mencapai titik equivalen?
Jawab:
V2 = M1.V1 / M2
11
Titik equivalen
7
pH
1
0 10 20 30
Volume NaOH (mL)
a. 0 mL NaOH
b. 10 mL NaOH
c. 25 mL NaOH
d. 25,1 mL NaOH
Jawab :
V2 = M1.V1 / M2
a. 0 mL NaOH
pH = - log [H+] = - log [0,1] = 1
b. 10 mL NaOH
c. 25 mL NaOH
Equivalen sehingga pH = 7 (garam netral)
d. 25, 1 mL NaOH
= 3 – log 6
pH = 14 – 3 – log 6
= 11 + log 6
12
11
10 Titik equivalen
9
8
pH
7
6
5
4
3
0 10 20 30
Volume NaOH (mL)
Examples:
Hitung berapa pH 50 mL 0,1M CH3COOH (Ka = 10-7) dititrasi dengan NaOH 0,2 M
sebanyak?
a. 0 mL NaOH
b. 10 mL NaOH
c. 25 mL NaOH
d. 25,1 mL NaOH
Jawab :
a. 0 mL NaOH
[H+] = √𝐾𝑎 . 𝑀
= √10−7 x 10-1
= √10−8 = 10-4
pH = - log [10-4] = 4
b. 10 mL NaOH
[𝒂𝒔𝒂𝒎 𝒍𝒆𝒎𝒂𝒉]
[H+] = Ka [𝒃𝒂𝒔𝒂 𝒌𝒐𝒏𝒋𝒖𝒈𝒂𝒔𝒊]
[ 𝟎,𝟎𝟓 𝑴]
[H+] = 10-7 [𝟎,𝟎𝟑𝟑 𝑴]
= 10-7 x 1,5 = 1,5 x 10-7
pH = - log [1,5 . 10-7 ] = 7 – 1,5
c. 25 mL NaOH
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
50 ml x 0,1 M= 5 mmol 25ml x 0,2 M = 5 mmol
Mula-mula : 5 mmol 5 mmol –
Bereaksi : 5 mmol 5 mmol 5 mmol
Sisa : 0 0 5 mmol
𝐾𝑤
[OH-] = √ 𝐾𝑎 [𝐴- 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]
10−14 5 𝑚𝑚𝑜𝑙
= √ 10−7 x [ 75 𝑚𝐿 ]
10−14
= √ 10−7 x [0,06]
= √10−6 𝑥 0,06
d. 25, 1 mL NaOH
CH3COOH + NaOH NaCl + H2O
50 ml x 0,1 M= 5 mmol 25,1 ml x 0,2 M = 5,02 mmol
Mula-mula : 5 mmol 5,02 mmol –
Bereaksi : 5 mmol 5 mmol 5 mmol
= 3 – log 6
pH = 14 – 3 – log 6
= 11 + log 6
Untuk titrasi ini perhitungannya sama secara stoikiometri untuk kurva titrasi , titik
equivalen berada di bawah pH < 7
KELARUTAN
Kelarutan adalah kemampuan melarut suatu zat didalam sejumlah pelarut pada
suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinotasikan dengan s yang berarti solubilities dan
hasil kali kelarutannya disebut Ksp yang artinya solubility product constant.
s s s
= s. s
= s2
1. Jenis Pelarut
Prinsipnya:
Senyawa polar larut dalam larutan polar dan senyawa non polar larut dalam larutan
nonpolar.
2. Pengadukan
Disertai kenaikan suhu, akan memperbesar kelarutan . Namun ada pula yang justru
mengalami penurunan dan senyawa tersebut sangat langka, sehingga praktis dapat
disimpulkan bahwa kenaikan suhu mempengaruhi / memperbesar kelarutan karena
jarak antarmolekul akan meregang dan akan terlepas sehingga larut.
Suatu garam ketika masukkan dalam air didalam gelas maka ketika diaduk maka
garam tersebut akan larut jika garam ditambah terus menerus maka garam tersebut
sudah tidak akan larut lagi. Keadaan saat zat pelarut sudah tidak mampu lagi
melarutkan zat yang ditambahkan disebut keadaan jenuh.
Suatu reaksi:
s s s
x dan y = Koefisien
s s s
= s .s = s2
s = 1,27 x 10-5
adanya ion Cl- dari larutan NaCl menambah jumlah mol Cl- dari AgCl hal tersebut
disebut Ion Senama.
Cl-
ditambah Cl-
Tentukan kelarutan CaC2O4 dalam air dan dalam larutan CaCl2 0,01 M jika Ksp CaC2O4 =
2,3 x 10-9
1. Dalam Air
CaC2 O4 Ca2+ + C2 O4 2-
s s s
s = √ 2,3 x 10-9
= 4,8 x 10-5
CaC2 O4 Ca2+ + C2 O4 2-
s 0,01M + s s
Maka :
Hasil:
pH dan KELARUTAN
Senyawa yang sukar larut adalah senyawa basa dan garam, sedangkan asam mudah larut
karena asam memiliki pasangan nonlogam yang selalu larut dalam air.
HCl H+ + Cl-
Membentuk H2O
Sehingga :
Sehingga :
Dalam senyawa basa sukar larut penambahan basa maka kelarutan semakin kecil.
1. Dalam pH = 2
[OH- ] = 10-12
s 10-12
6.10-12 = s (10-12 )2
= s . 10-24
2. Dalam pH = 12
[OH- ] = 10-2
s 10-2
6.10-12 = s (10-2 )2
= s . 10-4
REAKSI PENGENDAPAN
Reaksi pengendapan adalah reaksi ketika suatu zat direaksikan dengan zat lain maka
akan membentuk endapan.
Contoh:
Penyelesaian:
ELEKTROKIMIA
SEL GALVANI
Ciri-ciri :
HARUS INGAT!!
NOTASI SEL
Jawab:
a. E0sel = E0katoda – E0anoda
= + 0,80 – (-2,37)
= +3,17 volt
b. Katoda (reduksi) : 2 Ag+ + 2e → 2 Ag E0 = + 0,80 Volt
Anoda (oksidasi) : Mg → Mg2+ + 2e E0 = + 2,37 Volt +
Reaksi sel (redoks) 2 Ag+ + Mg → 2 Ag + Mg2+ Esel = + 3,17 Volt
Sel elektrolisis terdiri dari sebuah wadah, elektroda, larutan elektrolit dan sumber arus.
Reaksi sel elektrolisis :
A. Di katoda ( terjadi reduksi ), bila zatnya berupa leburan / cairan maka kation
tereduksi ( M2++2e →M ). Bila zatnya berupa larutan perhatikan jenis kation /
ion positifnya. Bila kation asam ( H+ ) akan tereduksi ( 2H++2e→H2 ), bila kation
logam (IA,IIA,Al,Mn) air yang tereduksi dengan reaksi : 2 H2O+ 2e →2OH-+ H2,
dan bila kation yang lain kation tersebut yang tereduksi ( M2++2e →M ).
B. Di anoda ( terjadi oksidasi ), perhatikan elektrodanya.
Bila elektrodanya inert ( C, Pt, Au ) perhatikan jenis anion / ion negatifnya.
Bila anionnya X- terjadi oksidasi 2 X-→ X2 + 2e.
Bila anionnya OH- terjadi oksidasi 4 OH-→2 H2O+O2+4e
Bila anion yang lain, air teroksidasi 2 H2O→4H++O2+4e
Kemudian apabila elektrodanya aktif ( selain C, Pt, Au ) maka elektrode akan
teroksidasi menurut reaksi Y → Yx+ + xe.
Contoh:
1. Elektrolisis larutan H2SO4 dengan elektroda Pt.
H2SO4 2 H+ + SO42-
Katoda : 2 H+ + 2e H2 )x2
Anoda : 2 H2O 4 H+ + O2 + 4e +
2 H2 O 2 H2 + O2
1. FARADAY I
1 mol elektron = 1 Faraday= 96500 coulumb
𝒊𝒕
F = Q = 𝟗𝟔𝟓𝟎𝟎
𝒆𝒊𝒕
W = 𝟗𝟔𝟓𝟎𝟎
e = Ar/ valensi
2. FARADAY II
𝑾𝟏 𝒆𝟏
=
𝑾𝟐 𝒆𝟐
LAJU REAKSI
Merupakan:
Menyatakan laju berkurangnya jumlah reaktan atau laju bertambahnya produk dalam
satuan waktu.
AB
∆[𝐴] ∆[𝐵]
Laju reaksi = -
∆𝑡 ∆𝑇
Molekul B
Jml Molekul
Molekul A
Waktu
ex:
1. Berdasar reaksi:
2N2O5 4NO2 + O2
N2O5 berkurang dari 2 M menjadi 0,5 M dalam waktu 10 detik. Berapa laju reaksinya?
Answer:
v= k [A]m [B]n
✓ v = laju reaksi
✓ k = tetapan laju reaksi
✓ m = tingkat reaksi (orde reaksi terhadap A)
✓ n = tingkat reaksi (orde reaksi terhadap B)
✓ [A] = konsentrasi awal A
✓ [B] = konsentrasi awal B
Contoh:
Persamaan Reaksi:
2H2 + 2NO 2H2O + N2
Percobaan [NO] awal [H2] awal ( Laju awal pembentukan
ke (mol dm )
-3 mol dm )
-3 N2
(mol dm-3 det-1)
1 0,006 0,001 0,003
2 0,006 0,002 0,006
3 0,006 0,003 0,009
4 0,001 0,006 0,0005
5 0,002 0,006 0,002
6 0,003 0,006 0,0045
Carilah orde reaksi H2 dan NO serta tentukan Laju reaksi total dan
tentukan pula tetapan laju reaksi.
Laju ∞ H2
Laju ∞ NO
sehingga:
v = k [NO]2 [H2]
Orde reaksi total = 3
Maka:
v = k [NO]2 [H2]
0,006 M/s = k (0,006 M)2 (0,002M)
k= 0,006 /(0,006 M)2 (0,002M)
k = 8,33 x 104 M/s
4. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat terjadinya reaksi, tetapi pada
akhir reaksi dapat diperoleh kembali. Fungsi katalis adalah menurunkan energi aktivasi,
sehingga jika ke dalam suatu reaksi ditambahkan katalis, maka reaksi akan lebih mudah
terjadi. Hal ini disebabkan karena zat-zat yang bereaksi akan lebih mudah melampaui
energi aktivasi.
Ketika reaksi sedang berlangsung akan terbentuk zat kompleks teraktivasi.Zat kompleks
teraktivasi berada pada puncak energi. Jika reaksi berhasil, maka zat kompleks teraktivasi
akan terurai menjadi zat hasil reaksi.
Hasil reaksi
pereaksi
Energi pengaktifan dan energi yang dilepas (eksoterm) atau energi yang diserap (endoterm)
v2 = v1 (n) (T2-T1/∆T)
ex:
Laju suatu reaksi menjadi dua kali lebih cepat pada setiap kenaikan suhu 10℃ . jika
pada suhu 20℃ reaksi berlangsung dengan laju reaksi 2 x 10-3 mol/L s , berapa laju yang
terjadi pada suhu 50℃
Jawab:
v50 = v20(2)(50-20/10)
= 2 x 10-3 M/s 23
= 1,6 x 10-2 M/s
KIMIA INTI
UNSUR RADIOAKTIF
Keradioaktifan ( radioactivity ) adalah proses radiasi atau pemancaran sinar oleh suatu
unsur.
Sinar radioaktif adalah sinar yang dipancarkan dari proses radioaktivitas.
Zat / unsur radioaktif adalah unsur yang memancarkan sinar radioaktif.
Istilah keradioaktifan ini diciptakan oleh Pierre dan Marie Curie yang berhasil
mengisolasi dua unsur baru dari hasil peluruhan unsur Uranium pada tahun 1898.
Kedua unsur tersebut adalah Polonium ( dari nama Polandia negara asal Marie ) dan
Radium ( dari bahasa latin radiare yang artinya bersinar ).
Ernest Rutherford membedakan sinar radioaktif berdasarkan muatannya menjadi :
• Sinar 𝜶 yaitu sinar radioaktif yang bermuatan positif yang merupakan
kumpulan partikel 𝛼 terdiri dari 2 butir proton dan 2 butir neutron.
• Sinar 𝜷 yaitu sinar radioaktif yang bermuatan negatif yang merupakan
kumpulan partikel 𝛽 yang tidak lain adalah elektron.
• Sinar 𝜸 yaitu sinar radioaktif yang tidak bermuatan yang merupakan foton yang
dipancarkan untuk mengurangi kelebihan energi.
Dengan demikian komposisi sinar radioaktif adalah :
Partikel Lambang
Alfa 4
2𝐻𝑒 atau 42𝛼
Beta 0
−1𝑒 atau 0
−1𝛽
Gamma 𝛾
Sinar radioaktif memiliki daya tembus terhadap materi ( besarnya daya tembus
tergantung massa partikelnya ). Semakin besar massanya, daya tembusnya semakin
kecil sehingga diantara ketiga jenis sinar radioaktif, sinar 𝛾 memiliki daya tembus
terbesar. Sinar ini dapat menembus tubuh manusia dan dapat merusak jaringan
sehingga sering dipakai untuk mematikan sel kanker.
PELURUHAN RADIOAKTIF:
Kurva kestabilan :
n
20 83 p
Unsur radioaktif dibagi menjadi 3 kelompok :
𝑛
1. Unsur di atas kurva kestabilan ( 𝑝> 1 )
𝑛
2. Unsur di bawah kurva kestabilan ( 𝑝< 1 )
3. Unsur di seberang kurva kestabilan ( Z > 83 )
Pada reaksi peluruhan inti atom berlaku hukum kekekalan massa dan muatan ,
dimana :
“ Jumlah massa dan muatan sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”.
Jenis –jenis peluruhan zat radioaktif :
𝑛
1. Unsur yang di atas kurva kestabilan ( 𝑝 terlalu besar ), berusaha mengurangi
netron dengan :
a. Memancarkan sinar beta ( dengan mengubah netron menjadi proton )
Contoh : 146𝐶 → 147𝑁 + −10𝑒
WAKTU PARUH ( t½ )
Adalah waktu yang diperlukan oleh zat radioaktif untuk berkurang menjadi separo (
setengah ) dari jumlah semula.
Masing-masing unsur radioaktif mempunyai harga waktu paro yang sudah tertentu.
Dengan mengetahui waktu paro unsur radioaktif, kita dapat menghitung jumlah unsur
itu yang masih tersisa setelah selang waktu tertentu.
Misal unsur radioaktif X waktu paronya 2th, 1 Jan ’96 jumlahnya 100g maka 2th lagi th
1 Jan ’98 jumlahnya tinggal 50g, lalu 1 Jan ’00 jumlahnya 25g dst.
Rumus praktis untuk menentukan waktu paro :
𝐭
𝑵𝒕 𝟏 𝟏
=( )𝐭 ⁄𝟐
𝑵𝟎 𝟐
Keterangan :
Nt : jumlah zat yang tersisa
No : jumlah zat mula-mula
t : waktu peluruhan
t½ : waktu paruh
REAKSI INTI :
Perubahan suatu unsur menjadi unsur lain disebut proses transmutasi. Cara lain untuk
proses transmutasi adalah dengan menembaki atom suatu unsur dengan partikel
berenergi tinggi, sebagai contoh partikel α yang dipancarkan oleh radium ditembakkan
kepada atom nitrogen sehingga terbentuk atom oksigen disertai pemancaran proton.
14
7𝑁 + 42𝐻𝑒 → 178𝑂 + 11𝑝 , reaksi ini ditulis lebih singkat dengan : 147𝑁 ( α , p ) 178𝑂
Suatu reaksi inti dapat membentuk hasil yang bermacam-macam tergantung dari energi
yang dikandung oleh partikel penembak.
235
92𝑈 + 1
0𝑛 → 92
36𝐾𝑟 + 141
56𝐵𝑎 + 310 n
1. GAS MULIA
Gas Mulia atau gas yang terdapat pada golongan VIII A ini adalah golongan gas
inert atau sulit direaksikan, karena secara susunan elektron yang sudah penuh,
menjadikan gas ini sulit bereaksi karena sifatnya sudah stabil sehingga disebut gas
mulia.
1. Xe + PtF6 XePtF6
2. 3Xe + 6 F2 XeF2 + XeF4 + XeF6 (pada suhu 673 K)
3. Senyawa oksi Xe lain : XeOF2, XeOF4, XeO2F2, XeO2F4, XeO3, XeO4
4. Senyawa Xe, Oksidator kuat : XeF2, XeF4, XeF6
5. XeO3 , zat padat yang mudah meledak hanya dengan digosok/ ditekan
6. Ar, Kr, Rn sudah bisa disintesis
7. He dan Ne belum bisa disintesis
1. Helium digunakan untuk : pengisi balon gas, campuran gas oksigen pada tabung
penyelam, helium cair pada suhu 4 Kelvin digunakan sebagai pendingin dalam
riset.
2. Neon digunakan untuk : pengisi lampu (warna merah terang), lampu dibandara
karena cahayanya dapat menembus kabut.
3. Argon digunakan untuk : atmosfer pengelasan logam, industri rancang bangun
yang memerlukan presisi tinggi , misal : Pesawat terbang.
Halogen atau gas golongan VII A adalah gas yang paling reaktif atau senyawa non
logam paling reaktif , hal ini disebabkan karena susunan elektron dari segi mekanika
kuantum masih kekurangan 1 elektron untuk stabil sehingga sangat mudah
menangkap 1 elektron untuk menjadi stabil.
1. Konfigurasi ns2, np5 sehingga sangat reaktif membentuk ion X- (note: X adalah
simbol gas halogen/ gas golongan VII A)
2. Dalam keadaan bebas gas ini memiliki formula X2
3. Energi Ionisasi tinggi , sehingga sukar membentuk ion positif
4. Afinitas Elektron tinggi, sehingga mudah membentuk ion negatif
5. Dari F ke At, Titik Didih dan Titik Lebur semakin besar
6. Sifat fisis :
a. F2 ( gas berwarna kuning )
b. Cl2 ( gas berwarna hijau muda)
c. Br2 ( cair coklat mudah menguap)
d. I2 ( kristal ungu gelap mudah menyublim)
F2 + H2O 2HF + ½ O2
c. Br2 dan I2 tidak bereaksi dengan air. Larutannya disebut air bromin dan air
iodin
7. Dengan basa kuat
Kecuali F, halida dapat membentuk reaksi disproporsionasi (auto redoks) yang
dipengaruhi suhu.
a. Pada suhu rendah:
8. Dengan halida
Halida direaksikan dengan halogen yang terletak diatasnya dalam satu golongan
halida akan mengalami oksidasi, sebaliknya halogen mengalami reduksi menjadi
halida
Example:
ASAM HALIDA
• HCl , HBr , dan HI merupakan asam kuat sedang HF asam lemah ( Ka = 7. 10-4 ).
• Karena X2 merupakan oksidator maka HX merupakan reduktor, semakin ke
bawah sifat reduktor semakin kuat.
• HCl , HBr dan HI titik didihnya meningkat , sedang HF titik didihnya tertinggi
karena adanya ikatan hidrogen antar molekulnya.
PEMBUATAN HALOGEN
KEGUNAAN HALOGEN
1. Fluorin
• Digunakan dalam proses pengolahan isotop uranium yang merupakan
bahan bakar reaksi nuklir.
• Untuk membuat senyawa-senyawa fluorin seperti :
HF untuk mengukir gelas
NaF untuk mengawetkan kayu
Na2SiF6 untuk campuran pasta gigi
SF6 untuk insulator
Na3AlF6 ( kriolit ) untuk pelarut dalam pengolahan aluminium.
CF2Cl2 ( freon ) untuk pendingin
CF2CF2 ( teflon ) untuk lapisan anti lengket pada alat masak dll.
2. Klorin
• Sebagai desinfektan untuk membersihkan kolam renang. ( Cl2 ).
• Untuk menarik timah dari kaleng bekas membentuk SnCl4.
Dari golongan ini yang paling banyak adalah senyawa natrium dan kalium ( urutan 6
dan 7 atom terbanyak pada kulit bumi ). Sedangkan yang paling sedikit Fransium sebab
merupakan unsur radioaktif dengan waktu paro atau t1/2 = 21 menit.
Na : terdapat dalam bentuk NaCl yang terlarut dalam air laut, batu karang ( halit ),
selain itu tersebar di kulit bumi sebagai natron ( Na2CO3.10 H2O ), kriolit ( Na3AlF6
), sendawa chili ( NaNO3 ), albit( Na2O.Al2O3.3SiO2 ) dan boraks ( Na2B4O7.10 H2O ).
K : terdapat di kulit bumi sebagai mineral silfit ( KCl ), karnalit ( KCl.MgCl 2.6H2O ),
sendawa ( KNO3 ) dan feldspar ( K2O.Al2O3.SiO3 ) dan dalam tumbuhan sebagai
garam oksalat dan tartrat.
Dalam tubuh manusia ion Na+ dan K+ berperan untuk menghantarkan konduksi syaraf
serta memelihara keseimbangan osmosis pada pH darah, sedang dalam tumbuhan ion
K+ merupakan zat essensial untuk pertumbuhan.
Li : ditemukan dalam mineral silikat lepidolit bercampur dengan aluminium.
Li, Cs dan Rb dalam jumlah sedikit terdapat dalam mineral fosfat trifilit.
Sifat Kimia :
• Merupakan reduktor yang kuat meskipun tidak sekuat golongan IA yang
seperiode, bereaksi langsung dengan halogen belerang.
• Dapat bereaksi dengan N2 dan karbon pada suhu tinggi.
• Beraksi dengan air membentuk basa :
Be + H2O → -
Mg + H2O → Mg(OH)2 + H2 ( air panas )
Ca + H2O → Ca(OH)2 + H2 ( air dingin )
Sr + H2O → Sr(OH)2 + H2 ( air dingin )
Ba + H2O → Ba(OH)2 + H2 ( air dingin )
• Senyawa Be berikatan kovalen ; senyawa Mg berikatan ion kecuali dalam
senyawa organik CH3MgBr dan Mg(C2H5)2 kovalen ; senyawa Ca, Sr dan Ba
semua berikatan ion.
Senyawa alkali tanah yang paling berlimpah adalah senyawa Kalsium yang dijumpai
pegunungan dan perbukitan sebagai batu kapur ( CaCO3 ).
CaCO3 murni diperoleh dari :
CaCO3 → CaO + CO2
CaO + H2O → Ca(OH)2
Ca(OH)2 + CO2→ CaCO3 + H2O
Sifat-sifat :
1. Jari-jari atom dari kiri ke kanan semakin kecil karena gaya tarik inti semakin
kuat.
2. Energi ionisasi dari kiri ke kanan semakin besar karena semakin sukar
melepaskan elektron.
Namun untuk Mg dan P menyimpang dari urutan karena struktur elektron dalam
orbital yang stabil ( penuh atau setengah penuh ).
3. Keelektronegatifan dari kiri kanan semakin besar namun hanya sampai gol. VII A
karena Ar ( gas mulia ) stabil sehingga keelektronegatifannya nol.
4. Titik didih dan titik leleh dari kiri ke kanan semakin besar sampai Si paling
besar karena strukturnya raksasa akibat dari ikatan kovalen raksasa, sedang
setelah Si turun secara drastis .
5. Na, Mg dan Al bersifat logam; Si semilogam ; P,S,Cl dan Ar non logam.
6. Dari Na sampai Al ikatan logam makin kuat, Si membentuk ikatan kovalen antar
atomnya dan bersifat semikonduktor dengan daya hantar listrik yang sangat
kecil sehingga banyak dimanfaatkan dalam pembuatan transistor, peralatan
televisi, kalkulator elektronik, komputer serta sel energi matahari.
P,S,Cl partikelnya berwujud molekul bahkan Ar merupakan kumpulan atom
bebas, molekul-molekul penyusun terikat satu sama lain oleh gaya Van der
Walls.
7. Dari kiri ke kanan sifat reduktor makin berkurang sedang sifat oksidator makin
bertambah, Na reduktor terkuat dapat bereaksi hebat dengan air, Mg sifat
reduktor lebih lemah daripada Na dapat bereaksi dengan air pada suhu tinggi, Al
sifat reduktor semakin berkurang praktis tidak dapat bereaksi dengan
air,demikian juga dengan Si, P sifat reduktor menghilang dan muncullah sifat
oksidator, S sifat oksidator agak kuat reaksi dengan air berlangsung agak lambat,
Cl merupakan oksidator terkuat pada suhu yang cukup tinggi mampu
mengoksidasi air.
Aluminium
Merupakan logam yang paling banyak terkandung dalam kulit bumi, tidak ditemukan
dalam keadaan bebas di alam, tetapi dalam bentuk persenyawaan ( bijih ) :
• Bouksit ( Al2O3. 2 H2O )
• Kriolit ( Na3AlF6 )
• Feldspar ( K2O.Al2O3.3SiO3 )
• Tanah liat (Al2Si2O7.2 H2O )
• Mika ( K-Mg-Al silikat )
Pengolahan aluminium dilakukan dengan elektrolisis leburan Al2O3 dalam kriolit
sebagai elektrolitnya. Proses ini disebut proses Hall Heroult.
Aluminium merupakan logam yang mengkilap, ringan dan keras tapi mudah ditempa
dan juga tidak mudah berkarat ( karatnya menutup logam tersebut sehingga perkaratan
tidak berlanjut ), tidak beracun sehingga banyak digunakan untuk alat dapur dan
kemasan makanan ( aluminium foil ).
Kegunaan Aluminium :
• Sebagai bahan konstruksi bangunan, kendaraan bermotor, kapal laut dan kapal
terbang.
• Untuk alat-alat rumah tangga.
• Untuk kemasan makanan.
• Untuk kabel listrik transmisi jarak jauh.
• Dicampur dengan logam lain untuk menghasilkan aliase ( campuran logam )
yang lebih kuat, keras dan tahan karat seperti : magnalium ( 90% Al + 10% Mg ),
duraluminium ( 96% Al + 4% Cu ) dan Alnico ( 50% Fe + 20% Al + 20% Ni +
10% Co ).
Silikon ( Si )
Peringkat ke 2 terbanyak di kulit bumi setelah oksigen ( 28% ), terdapat sebagai silika (
SiO2 ) seperti pasir, batu api opal/baiduri, kuarsa/bahan pembuat gelas dan senyawa
silikat ( SiO32- ) seperti tanah liat, mika dan asbes. Silikon merupakan kunci dunia
mineral / senyawa anorganik.
Kegunaan Silikon :
• Digunakan dalam pembuatan transisitor, kalkulator, mikrokomputer, serat sel
energi matahari karena sifat semikonduktornya.
• Digunakan untuk gelas yang lebih halus dan lebih cemerlang yang disebut kaca.
• Digunakan sebagai semen yaitu campuran Ca-silikat dan Ca-aluminat.
Fosforus
Terdapat sebagai batuan fosfat yaitu fosforit ( Ca3(PO4)2 ) dan fluoroapatit ( CaF2.3
Ca3(PO4)2 ) , tidak ditemukan dalam keadaan bebas. Fosforus berasal dari bahasa
Yunani artinya pembawa cahaya.
Terdapat dalam 2 bentuk alotropi yaitu fosfor putih dan fosfor merah yang masing-
masing mempunyai perbedaan :
Kegunaan Fosforus :
• Dalam tubuh makhluk hidup berperan dalam pembentukan DNA, ATP dan
fosfolipid ( penyusun membran sel ), dalam tulang dan gigi ( dalam bentuk
fosfat ) dan sebagai buffer dalam plasma darah.
• Fosfor merah digunakan dalam pembuatan korek api dicampur dengan Sb2S2
dan serbuk gelas.
Pembuatan :
Unsur fosforus ( P4 ) diperoleh melalui proses Wohler yaitu dengan memanaskan
campuran Ca3(PO4)2, pasir dan karbon pada suhu 1300℃ dalam suatu tanur listrik;
2 Ca3(PO4)2 + 6 SiO2→ 6 CaSiO3 + P4O10
P4O10 + 10 C → P4 + 10 CO
Setelah diperoleh gas kemudian dikondensasi menjadi bentuk padat setelah suhu turun.
Belerang
Ditemukan di alam dalam bentuk bebas berupa serbuk kuning, banyak ditemukan di
gunung api dan di dalam tanah. Kegunaan terbesar untuk bahan baku pembuatan asam
sulfat ( H2SO4 ) juga untuk pembuatan korek api ( sebagai serbuk isinya ), untuk bahan
baku serat rayon ( CS2 ) serta digunakan dalam vulkanisasi karet.
❖ Unsur transisi adalah unsur –unsur yang pengisian elektronnya berakhir pada sub
kulit d. Unsur mulai ada pada periode ke 4.
❖ Disebut unsur transisi karena terletak pada daerah peralihan antara blok s dan blok
p.
❖ Mempunyai beberapa sifat kimia yang tidak dimiliki oleh unsur utama karena yang
bertindak sebagai elektron valensi bukan hanya elektron pada kulit terluar tapi juga
elektron yang menempati subkulit d.
❖ Adanya elektron-elektron yang tidak berpasangan pada sub kulit d menyebabkan
unsur transisi memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
• Jika membentuk senyawa memiliki beberapa macam biloks.kecuali Zn dan Sc.
• Senyawanya pada umumnya berwarna.
Sc : Sc3+ tidak berwarna Zn : Zn2+ tidak berwarna
ION KOMPLEKS
Adalah suatu struktur dimana kation logam berikatan dengan 2 atau lebih molekul
netral / anion dengan ikatan kovalen koordinasi.
Kation logam sebagai penyedia orbital kosong, berasal dari unsur transisi disebut atom
pusat.
Molekul netral / anion sebagai penyedia pasangan elektron bebas, disebut ligan.
Jadi ion kompleks = kation logam transisi + molekul netral / anion.
Daftar ligan :
Nama Ligan Rumus Ligan Muatan Nama Ligan Rumus Ligan Muatan
Akua / aquo H2O 0 Fluoro F- -1
Ammin NH3 Kloro Cl-
Karbonil CO Bromo Br-
Nitrosil NO Iodo I-
Hidrokso OH-
Sulfato SO42- -2 Nitro NO2-
Tiosulfato S2O32- Siano CN-
Tiosiano SCN-
25. HIDROKARBON
HIDROKARBON
Ditinjau dari konfigurasi elektronnya, dapat diketahui bahwa atom karbon terletak pada
periode 2, yang berarti atom ini mempunyai 2 kulit atom, sehingga jari-jari atomnya relatif kecil.
Hal ini menyebabkan ikatan kovalen yang dibentuk relatif kuat dan dapat membentuk ikatan
kovalen rangkap.
Atom karbon dapat membentuk rantai karbon yang sangat panjang dengan ikatan
kovalen, baik ikatan kovalen tunggal (C – C) atau jenuh dan ikatan kovalen rangkap (tidak
jenuh), yaitu ikatan rangkap dua (C = C) dan rangkap tiga (C ≡ C). Selain itu dapat pula
membentuk rantai lingkar (siklik).
Berdasarkan posisinya dalam rantai karbon, atom karbon dapat dibedakan menjadi
empat jenis yaitu
Atom karbon primer (1°), yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 1 atom karbon
yang lain.
Atom karbon sekunder (2°), yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 2 atom
karbon yang lain
Atom karbon tersier (3°), yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 3 atom karbon
yang lain.
Atom karbon kuarterner (4°), yaitu atom karbon yang terikat langsung pada 4 atom
karbon yang lain.
1. Alkana
Tata nama alkana mengacu pada tata nama IUPAC (International Union of Pure and
Applied Chemistry). Nama yang diturunkan dengan aturan ini disebut nama sistematik atau
nama IUPAC, sedangkan nama yang sudah biasa digunakan sebelum tata nama IUPAC tetap
digunakan dan disebut dengan nama biasa, nama pasaran, atau nama trivial.
3) Rantai bercabang
Contoh: 2-metil butana, sebagai cabang adalah 2-metil, rantai induknya butana
Cabang merupakan gugus alkil (R), yaitu alkana yang telah kehilangan satu atom H. Gugus alkil
dapat dirumuskan CnH2n+1. Berikut ini beberapa gugus alkil yang biasa digunakan.
Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Untuk itu rantai induk perlu diberi nomor.
Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian hingga posisi cabang
mendapat nomor terkecil.
Jika terdapat dua atau lebih cabang yang sama, dinyatakan dengan awalan di, tri, tetra, penta,
dan seterusnya pada nama cabang. Cabang-cabang yang berbeda disusun sesuai urutan abjad
dari nama cabang itu. Misal etil ditulis terlebih dahulu daripada metil.
Alkena adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap dua (C = C).
Senyawa alkena mempunyai rumus CnH2n.
1) Rantai lurus, sesuai alkana, tetapi akhiran –ana diganti –ena. Rantai diberi nomor dari ujung
sedemikian rupa sehingga posisi atom C yang berikatan rangkap mendapat nomor terkecil.
2) Rantai bercabang, pada dasarnya mirip dengan alkana, beberapa yang harus diperhatikan
a) Rantai induk adalah rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan rangkap.
b) Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk, sehingga ikatan rangkap mendapat
nomor terkecil (bukan berdasarkan posisi cabang).
Seperti halnya pada alkana, alkena juga memiliki isomer. Pada alkena, dikenal isomer posisi,
yaitu isomer yang terjadi karena adanya perbedaan posisi letak cabang atau posisi letak ikatan
rangkap.
Alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap tiga (C ≡ C).
Senyawa alkena mempunyai rumus CnH2n.
Tata nama alkuna seperti halnya tata nama alkena, tetapi akhiran –ena diganti dengan –una.
Adalah reaksi hidrokarbon dengan oksigen. Pada reaksi pembakaran sempurna, terbentuk
Gas CO2 dan H2O, sedangkan pembakaran tidak sempurna menghasilkan gas COdan H2O.
2. Reaksi Adisi
Adalah reaksi yang menyebabkan terjadinya perubahan ikatan tidak jenuh (rangkap) menjadi
ikatan jenuh (tunggal).
etena etana
3. Reaksi Eliminasi
Adalah reaksi yang menyebabkan terjadinya perubahan ikatan jenuh (tunggal) menjadi ikatan
tidak jenuh (rangkap).
4. Reaksi Polimerisasi
A. GUGUS FUNGSI
1. Pengertian Gugus Fungsi
Bandingkanlah stuktur etena dan etanol berikut:
H H H H
| | | |
H―C―C―H H ― C ― C ―OH
| | | | gugus pengganti (gugus fungsi)
H H H H
Etana Etanol
Dari struktur diatas dapat kita lihat bahwa molekul etanol sama dengan molekul
etena kecuali atom H diganti oleh gugus OH. Gugus pengganti ini ternyata berdampak
besar terdapat sifat senyawa yang bersangkutan, baik bersifat fisis maupun sifat kimia.
Etanol (C2H2). Sementara itu etanol ternyata mempunyai sifat – sifat yang bermiripan
dengan metanol (CH3OH), senyawa dengan jumlah atom karbon berbeda tetapi
mempunyai gugus pengganti yang sama (lihat Tabel 4.1). itulah sebabnya gugus
pengganti itu juga disebut gugus fungsi yang artinya gugus penentu sifat.
Dapat terbakar
OH OH OH
CH3 ―CH2―OH | | |
CH2 ― CH ―CH2
Etanol Gliserol
Etanol adalah alkohol biasa, yaitu yang terdapat dalam spritus dan minuman beralkohol
(minuman keras)
O
||
R― C ―H atau RACH. Contohnya adalah metanal atau formaldehida. (H – CHO) yang
terdapat dalam formalin, bahan pengawet yang biasa digunakan untuk mengawetkan
preparat biologi atau mayat.
O
||
d. Gugus fungsi ― C ― atau – CO (keton)
Senyawa dengan gugus fungsi – CO – disebut keton dengan struktur R – CO – R’.
Contohnya adalah aseton (CH3 – CO – CH3), suatu cairan yang digunakan para wanita
untuk membersihkan cat kuku.
. O
||
f. Gugus fungsi ― C ― R atau – COOR (Ester)
Senyawa dengan gugus fungsi ― COOR disebut ester.
Gugus Rumus
No Homolog Struktur Contoh
Fungsi Umum
1. Alkanol ― OH R ― OH CnH2n+1O CH3―CH2―CH2―OH
O O O
3 Aldehida || || ||
― C―H R― C―H CnH2nO CH3 ―CH2― C― H
4. Alkanon O O O
|| || ||
― C― R ― C ― R’ CnH2nO CH3― C ― CH3
5. Asam O O O
alkanoat || || ||
― C ― OH R ― C ― OH CnH2nO2 CH3― CH2― C ― OH
6. O O O
Alkil alkanoat || || ||
― C ―O ― R’ R―C―O―R’ CnH2nO2 CH3―C―O―CH3
IUPAC adalah himpunan kimia sedunia (International Union of Pure and Applied Chemistry)
Contoh 2:
Nama alkana jenuh dengan 3 atom C adalah prop – an – ol = propanol
Nama alkana jenuh dengan 5 atom C adalah pent – an – on = pentanon
Nama keton dengan 4 atom C yang mengandung 1 ikatan karbon – karbon rangkap
adalah but – en – on = butenon
Untuk senyawa alkohol yang telah mempunyai isomer, posisi gugus — OH dinyatakan
dengan awalan angka.
Contoh 1 :
Tata nama alkanol yang mempunyai rantai cabang serupa dengan tata nama alkana.
Namanya terdiri atas dua bagian : bagian pertama ( ditulis di depan) adalah nama
cabang, bagian kedua (ditullis dibelakang) adalah nama rantai induk.
Contoh 2:CH3
7 6 5| 4 3 2 1
CH3— CH2— C — CH — CH2— CH— CH3
| | |
H3C CH2 OH
|
CH3
4 – etil – 5,5 – dimetil – 2 – heptanol
(cabang – cabang) (induk)
Rantai induk adalah rantai terpanjang yang mendukung gugus – OH . Jika terdapat dua
atau lebih rantai terpanjang, dipilih yang mempunyai cabang terbanyak.
OH OH
| |
CH3 — C — CH — CH2 — CH3 CH3 — C — CH — CH2 — CH3
| | | |
H3C CH—CH3 H3C CH—CH3
| |
CH3 CH3
(benar, 3 cabang) (salah, 2 cabang)
Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sehingga posisi gugus — OH
mendapat nomor terkecil. Untuk contoh di atas penomoran dan nama senyawa adalah
sebagai berikut:
OH
|
CH3 — C — CH — CH2 — CH3
| |
H3C CH—CH3 3 – etil – 2,4 – dimetil – 2 - pentanol
|
CH3
Apabila posisi gugus fungsi ekivalen dari kedua ujung, maka penomoran mendapat
dimulai dari salah satu ujung sehingga cabang – cabang mendapat nomor terkecil.
OH CH3
| |
CH3— CH2 — CH — CH2 — CH3
OH CH3 OH CH3
| | | |
CH3— CH2 — CH — CH2 — CH3 CH3— CH2 — CH — CH2 — CH3
(benar) (salah)
Jadi, nama senyawa itu adalah 2 – metil – 3 – pentanol, bukan 4 – metil – 3 – pentanol
CH3
|
CH3 — CH — CH — CH — CH3
| |
OH CH3
b. Nama Lazim
Selain nama IUPAC alkohol sederhana juga mempunyai nama lazim, yaitu alkil alkohol
R — OH
Alkil alkohol
CH3 CH3
| |
CH3 — CH — CH2 — OH CH3 — CH2 — CH — OH
Isobutil alkohol Sek – butil alkohol
R — OH R — OR
Alkana eter
b. Nama Lazim
Nama lazim dari eter adalah alkil alkil eter, yaitu nama kedua gugus alkil diikuti kata
eter (dalam tiga kata yang terpisah). Eter yang kedua gugus alkalinya sama dinamai
sebagai dialkil eter. Urutan penulisan gugus alkil tidak harus menurut urutan abjad.
Perhatikanlah beberapa contoh berikut :
a. CH3 — O — CH3 dimetil eter
b. CH3 — CH2— O — CH3 metil etil eter
c. CH3 — CH2— CH2— O — CH3 metil propil eter
d. CH3 — CH— O — CH3 metil isopropil eter
|
CH3
4 3 2 1
CH3 — CH — CH2 — CHO
| 3 – metil butanal
CH3
1 CHO
2 | 3 4
CH3 — CH — CH — CH3
|
CH3
2,3 – dimetil – butanal
b. Nama Lazim
Nama lazim aldehida diturunkan dari nama lazim asam karboksilat yang sesuai
dengan mengganti akhiran at menjadi aldehida dan membuang kata asam
Contoh :
Jumlah atom C Asam karboksilat Aldehida
1 Asam format Formaldehida
2 Asam asetat Asetaldehida
3 Asam propanat Propionaldehida
4 Asama butirat Butiraldehida
O
||
CH3― C ― CH3
Aseton
Contoh 1:
CH3
5 4 3 || 2 1
CH3 — CH2 — C — CH — CH3
|
CH3
2 – metil – 3 – pentanon
b. Nama Lazim
Nama lazim keton adalah alkilalkil keton. Kedua gugus alkil disebut secara terpisah
kemudian diakhiri dengan kata keton. Perhatikanlah dua contoh berikut :
CH3 – CO – C2H5 metil etil keton
CH3 – CO – CH3 dimetil keton
Tata nama asam alkanoat bercabang pada dasarnya sama seperti tata nama aldehida,
sebagai berikut :
1. Rantai induk adalah yang mengandung gugus karboksil.
2. Penomoran dimulai dari atom C gugus fungsi (atom C gugus – COOH selalu
menjadi nomor 1).
3. Penulisan nama seperti senyawa bergugus fungsi yang lain. Posisi gugus
karboksil tidak perlu dinyatakan (karena selalu menjadi atom C nomor 1).
Asam karboksilat yang mempunyai dua gugus fungsi – COOH disebut asam
alkanadioan, sedangkan yang mempunyai tiga gugus – COOH disebut asam
alkanatriot dan seterusnya. Akan tetapi asam – asam seperti dikenal dengan nama
lazimnya.
Contoh:
H2C – COOH
|
HOC – COOH asam sitrat (terdapat dalam jeruk)
|
H2C – COOH
COOH
|
H – C – OH asam tartrat (terdapat dalam anggur)
|
H – C – OH
|
COOH
b. Nama Lazim
Nama lazim asam karboksilat didasarkan pada sumber alami asam yang
bersangkutan. Misalnya, asam metanoat disebut asam formiat (asam format) atau asam
semut karena ditentukan pada semut Formica rufa; asam butanoat disebut asam butirat
karena terdapat dalam mentega. Nama lazim dari beberapa asam diberikan Tabel 4.4.
α
CH3 — CH— COOH
|
OH
Asam α – hidroksipropionat (asam laktat)
b. asam β – hidrooksipropionat
R
||
R — C — O — R’
Alkanoat alkil
Contoh 1 :
CH3 — CHCL — CH2 — CH3 2 – kloro butana
CH3 — CH2 — CHBr — CH3 2 – bromo butana
• Jika terdapat lebih dari sejenis halogen maka prioritas penomoran
didasarkan pada kereaktifan halogen, yaitu dalam urutan F – Cl – Br – I .
Akan tetapi penuilisan nama berdasarkan abjad. Jadi urutan penulisan
halogen adalah bromo, kloro (chloro), fluoro, dan iodo.
Contoh 2:
CH3 — CHCl — CHF — CH3 3 – kloro – 2 – fluoro butana
• Jika terdapat dua atau lebih atom halogen sejenis dinyatakan dengan awalan
di, tri, dan seterusnya. Awalan ini diabaikan dalam menentukan urutan
penulisan halogen.
Contoh 3:
CH2Br — CHBr — CH2Cl 2,3 – dibromo – 1 – kloropropana
• Jika terdapat rantai samping (cabang alkali), maka halogen didahulukan.
Contoh 4 :
CH3
|
CH3 — CH2 — CH — CH — CHCl — CH3 2 – kloro – 4 – etil – 3 – metilheksana
|
C2H5
Contoh 5:
CH2 ═ CHCl klorometena
CHCl ═ CHCl 1,2 – dikolrometena
KEISOMERAN
A. Pengertian Isomer
Senyawa – senyawa yang dapat mempunyai rumus molekul sama disebut isomer.
Keisomeran dapat terjadi karena perbedaan struktur atau karena perbedaan
konfigurasi. Struktur menggunakan bagaimana atom – atom saling berkaitan dalam satu
molekul, yaitu menggambarkan apa mengikat apa, sedangkan konfigurasi
menggambarkan susunan ruang atom – atom dalam molekul. Struktur yang sama dapat
mempunyai konfigurasi yang berbeda.
Keisomeran karena perbedaan struktur disebut keisomeran struktur, sedangkan
keisomeran karena perbedaan konfigurasi disebut keisomeran ruang. Keisomeran
struktur dapat berupa keisomeran kerangka, keisomeran posisi dan keisomeran fungsi,
sedangankan keisomeran ruang dapat berupa keisomeran geomtri dan keisomeran
optis.
Keisomeran kerangka
Keisomeran Fungsi
Keisomeran
Keisomeran geometris
Keisomeran ruang
Keisomeran optik
2. Keisomeran Posisi
Senyawa – senyawa yang merupakan isomer posisi mempunyai rumus molekul
dan gugus fungsi serta kerangka yang sama, tetapi berbeda letak (posisi) gugus
fungsinya.
Contoh 2 :
Keisomeran antara 1- propanol dan 2 – propanol (keduanya mempunyai kerangka dan
gugus fungsi sama).
Contoh 3 :
Keisomeran antara etanol dan dimetil eter, keduanya mempunyai rumus molekul
C6H6O.
CH3 – CH2 – OH CH3 –O – CH3
Etanol dimetil eter
Contoh 4:
Keisomeran antara propanal dan propanon, keduanya mempunyai rumus molekul
C3H6O
O O
|| ||
CH3 — CH2 — C — H CH3 — C — CH3
Propanal Propanon
(t.d. = 48,8 C)
o (t.d. = 56oC)
CH2
Siko heksanan: C6H12
I.Benzena
Benzena adalah hidrokarbon siklis yang merupakan senyawa dasar dari senyawa –
senyawa aromatis.
Rumus molekul Benzena adalah : C6H6
Rumus strukturnya menunjukan adanya ikatan rangkap terkonjugasi
Letak ikatan rangkap mengalami resonansi yaitu tidak tetap dan berpindah – pindah.
Penyederhanaan rumus struktur benzena :
Benzena dapat diperoleh dari destilasi bertingkat batu bara. Selain itu benzena dapat
pula dihasilkan dengan reaksi polilmerisasi gas asetelin (etuna).
3 C2H2→ C6H6
+ 3 H2 →
+ Cl2 → Cl + HCl
Kloro benzena
b. Nitrasi : substitusi oleh gugus NO2 (nitro) dengan memakai campuran HNO3
pekat dan H2SO4 pekat.
Misal:
NO2
+ HONO2 → + H2O
Nitro benzena
d. Alkilasi : substitusi oleh gugus alkil (R), prosesnya dikenal sebagai Friedal –
Crafts dengan memakai alkil halida (RX) dan katalis AlCl3.
metil benzena
Contoh:
Cl Cl Cl
Cl
Cl Cl
Dari Toluena dapat diperoleh Tri Nitro Toluena (TNT) yang merupakan bahan peledak,
menurut reaksi:
CH3 CH3
O2N NO2
+ 3 HNO3 → + 3 H2O
NO2
2,4,6 Tri Nitro Toluena (TNT)
Gugus C6H5 – disebut gugus fenil atau aril, oleh karena itu anilin disebut juga fenil
amina. Anilin merupakan zat cair tidak berwarna, suka larut dalam air, uapnya beracun
dan bersifat basa.
Anilin dapat bereaksi dengan asam membentuk garam fenil amonium, anilin juga
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan zat warna, bahan bakar roket dan sebagai
bahan peledak.
fenol bersifat racun, dapat merusak kulit. Larutan fenol dalam air merupakan asam
lemah dengan ionisasi:
OH O-
+ H+
Fenol dikenal sebagai asam karbol (lisol) yang digunakan untuk pengawet kayu dan
desinfektan. Selain itu fenol juga digunakan sebagai bahan baku dalm industri zat warna
sintetis, obat – obatan, pembuatan plastik.
d. Asam benzoat : C6H5 – COOH atau COOH
Asam benzoat dan garam – garamnya banyak digunakan sebagai bahan pengawet
makanan dan minuman. Asam benzoat juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
zat warna.
Turunan asam benzoat antara lain: asam salisilat atau asam orto hidroksi benzoat dan
esternya metil salisilat terdapat dalam minyak ganda pura.
Asam asetil salisilat dikenal sebagai asatosal atau aspirin, digunakan sebagai obat sakit
kepala.
28. POLIMER
29. KARBOHIDRAT
31. LIPID
POLIMER
Material biologis dapat menunjang tersediaanya pangan dan dibahas dalam biokimia
sedang material non biologis mencakup bahan sintetik. Banyak makromolekul sintetik
memiliki struktur yang relatif sederhana, karena mereka terdiri dari unit ulangan yang
identik (unit struktural). Inilah sebabnya mereka disebut polimer.
Polimer sangat penting karena dapat menunjang tersedianya pangan, sandang,
transportasi dan komunikasi (serat optik). Saat ini polimer telah berkembang pesat.
Berdasarkan kegunaannya polimer digolongkan atas :
Contoh : kevlar, nomex, textura, polimer penghantar arus dan foton, polimer peka cahaya,
membran, biopolimer
1.1.1 Definisi Dan Tata Nama (Nomenklatur)
☺ Definisi
Polimer
Molekul besar (makromolekul) yang terbangun oleh susunan unit ulangan kimia
yang kecil, sederhana dan terikat oleh ikatan kovalen. Unit ulangan ini biasanya
setara atau hampir setara dengan monomer yaitu bahan awal dari polimer.
Monomer
Reaksi :
polimerisasi
Monomer polimer
H H n
Unit ulanganasam
dapat memiliki struktur linear atau bercabang. Unit ulangan bercabang
amino polipeptida
dapat membentuk polimer jaringan tiga dimensi. Tabel 1.2 menunjukkan beberapa
contoh polimer, monomer, dan unit ulangannya.
CH3 CH3
CH2 C CH2 C
Poliisobutilena
CH3 CH3
CH2 CH CH2 CH
polistirena
H - N(CH2)5C - OH - N(CH2)5C -
Polikaprolaktam (nylon-6)
H O H O
polietilena CH2CH2
Politetrafluoroetilena
CF2CF2
(teflon, merk dari du Pont)
Nama monomer lebih dari satu kata atau didahului sebuah huruf atau angka
Nama monomer diletakkan dalam kurung diawali poli
Contoh :
Poli(asam akrilat) CH2CH
CO2H
Poli(-metil stirena) CH3
CH2C
Poli(1-pentena) CH2CH
CH2CH2CH3
Untuk taktisitas polimer
- diawali huruf i untuk isotaktik atau s (sindiotaktik) sebelum poli
Contoh : i-polistirena (polimer polistirena dengan taktisitas isotaktik)
CH CH2
Contoh : nylon, umumnya disebut nylon-6,6 (66 atau 6/6), lebih deskriptif disebut
poli(heksametilen adipamida) yang menunjukkan poliamidasi heksametilendiamin
(disebut juga 1,6-heksan diamin) dengan asam adipat. Lihat gambar berikut
O O
C - (CH2)4 - C - NH - (CH2)6 - NH
n
nylon-6,6
Contoh :
O O
n H2C = CH CH2 C
n
Cl Cl
vinilklorida polivinilklorida (PVC)
KARBOHIDRAT
KARBOHIDRAT
Nama karbohidrat dapat dianggap berasal dari karbon yang mengikat air sesuai
dengan rumus umumnya yaitu Cm (H2O)m. dalam ilmu kimia karbohidrat lebih dikenal
sebagai sakharida yaitu zat yang mempunyai rasa dasar manis. Sakharida banyak
terdapat di alam sebagai hasil asimilasi.
Monosakharida
Struktur sakharida mengandung beberapa gugus OH dan 1 gugus aldehid atau 1 gugus
keton.
Tata nama
Semua sakharida diberi nama dengan akhiran –osa sesuai dengan jumlah atom C dalam
mono sakharida. Yang mengandung gugus aldehid diberi awalan aldo dan yang
mengandung keton dengan awalan keto.
Misal :
O
C3H6 = triosa ---------- C CH2OH
| H |
H C – OH C=O
| |
H2C – OH dan CH2OH
Aldo triosa Keto triosa
Adanya gugus aldehida menyebabkan glukosa dan galaktosa positif terhadap uji Fehling
Sifat – sifat monosakharida:
1. Monosakharida rasanya manis urutan kemanisan yang makin berkurang:
fruktosa, glukosa, galaktosa.
2. Mempunyai sifat mereduksi karena adanya gugus aldehid, termasuk fruktosa
sehingga dapat beraksi dengan peraeaksi fehlingmaupun tollens.
3. Mempunyai isomer – isomer optik. Glukosa dan galaktosa pada umumnya
bersifat dekstro (D) memutar bidang cahaya terpolarisasi kekanan. Sedang
fruktosa bersifat levo (L). Pada heksosa terdapat 4 C asemetris dengan jumlah
isomer optiksebanyak 16. 8 isomer bersifat dekstro (D) dan 8 isomer bersifat
levo (L).
4. Larutan glukosa mengalami peristiwa mutarotasi yaitu menunjukan perubahan
pelan – pelan besarnya sudut putar bidang polarisasi dari 113,4o ke 52o.
5. Glukosa dan fruktosa banyak terdapat bebas di alam misal, dalam madu, buah –
buahan. Galaktosa tidak terdapat bebas di alam dan dihasilkan dari hidrolisis
laktosa.
6. Glukosa dan fruktosa dapat difermentasi, sedang galaktosa tidak dapat. Hasil
fermentasi glukosa / fruktosa berupa etanol dan gas CO2.
Disakharida
Disakharida merupakan dimmer dari mono sakharida. Disakharida yang pernting
adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa. Ketiganyamempunyai rumus umum molekul yang
sama yaitu: C12H22O11.
CH2OH O O
H H CH2OH H
H
OH OH H O CH2OH
H H OH
H OH OH H
Pada hidrolisis dengan enzim moltosa terurai menjadi 2 molkeul glukosa. Moltosa
dapat mereduksi larutan fehling.
c. Laktosa atau gula susu
Laktosa terdapat dalam air susu. Pada hidrolisis dengan enzim terurai menjadi
glukosa dan galaktosa. Laktosa dapat mereduksi larutan fehling.
Poli Sakharida
Poli sakharida di alam merupakan polimer dari glukosa di antaranya terdapat sebagai
pati, glikogen dan selulosa.
Rumus umum poli sakharida : (C6H10O5)n
Besarnya n pada : pati < glikogen < selulosa
a. Pati atau amilum
Terbentuk pada proses fotosintesa:
6 x CO2 + 6 x H2O ---- (C6H12O6) x + 6 x H2O
b. Glikogen
Merupakan bahan cadangan karbohidrat bagi hewan, tersimpan dalam hati struktur
glikogen sama dengan pati dengan jumlah monomer glukosa lebih banyak. Pada
hidrolisa glikogen terurai menjadi maltosa dan akhirnya menjadi glukosa.
c. Selulosa
Merupakan bagian dari dindng sel tumbuh – tumbuhan . Selulosa tak dapat
dihidrolisa dalam pencernaan.
Selulosa dapat bereaksi dengan campuran asam nitrat pekat dan asam sulfat
menghasilkan selulosa nitrat.
Misalnya:
Seluloid : selulosa nitrat dalam kamfer
Kolodion : selulosa nitrat dalam eter dan alkohol
Kapas letus : selulosa nitrat sebagai bahan peledak
Film dan cat semprot juga ada yang terbuat dari selulosa nitrat encer. Selulosa dapat
larut dalam pereaksi Schweitzer (larutan tetra amina tembaga (II) hidroksida) dan
digunakan untuk pembuatan sutera tiruan atau rayon. Dari selulosa juga dapat
dibuat kertas.
Asam amino
Asam amino memiliki dua macam gugus fungsi yaitu gugus fungsi karboksilat (COOH)
dan gugus amino (NH2).
Garam natrium dari asam glutamate yaitu mono sodium glutamate (MSG) dikenal
sebagai vetsin / bahan penyedap makanan.
Tata nama
Dengan menyebutkan posisi gugus amino diikuti dengan nama asam karboksilatnya.
Posisi gugus NH2 dinyatakan dengan alphabet α, β, dan γ dimulai dari C yang mengikat
gugus COOH.
3. Asam amino yang terdapat di alam kebanyakan adalah asam amino alfa. Ada kira –
kira 20 macam asam amino yang dapat diambil dari tumbuh – tumbuhan dan
hewan. Diantaranya 9 macam adalah asam amino esensial, yaitu asam amino yang
tidak dapat disentesa dalam tubuh manusia dan harus diambil dari bahan makanan.
Selebihnya asam amino non esensial dapat disentesa dalam tubuh.
Protein
Protein merupakan polipeptida yan tersusun dari asam – asam amino melalui ikatan
peptida
( — C — NH —)
||
O
Pembentukan polipeptida secara reaksi poli kondensasi yang melepaskan molekul air.
Tiap n molekul asam amino menghasilkan suatu polipeptida yang disertai dengan
pelepasan (n – 1) molekul air.
Contoh :
Pembentukan mono peptida dari glisina dan alanina
H O CH3
| || |
H2N – CH2 – C – OH + H – N – CH – C – OH ------ H2M – CH2 – C – N – CH – C – OH + H2O
|| | | ||
O CH3O H O
Reaksi pengenalan protein diantaranya ialah memakai reagen biuret yaitu larutan yang
terdiri atas campuran 40% NaOH dan CuSO4 encer. Protein dengan reagen biuret
menunjukan warna larutan menjadi violet.
Beberapa fungsi utama protein dalam organisme, antara lain berikut ini:
• Protein struktural (pembangun tubuuh): protein selaput atau dinding sel;
jaringan pelindung seperti kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, tanduk, paruh, serta
jaringan pengikat seperti tulang, urat daging, sendi.
• Protein membran: terdapat dalam membran sel
• Protein kontraktil : terdapat dalam serat otot
• Protein transport : mengikat dan mengangkut molekul – molekul lain, misalnya
hemoglobin yang mengangkut O2
• Protein pelindung : seluruh antibodi dan zat – zat pembeku darah seperti
fibrinogen
• Protein cadangan : membebaskan asam – asam amino apabila diperlukan,
misalnya kasein (protein susu) dan ovalbumin (putih telur)
• Hormon : mengatur pertumbuhan dan metabolisme
• Enzim – enzim : mengkatalis reaksi – reaksi biokimia
Struktur serta kerja suatu protein mudah dirusak atau dihentikan oleh panas,
perubahan pH, dan suatu oksidator atau reduktor. Dalam kondisi seperti ini protein
dapat mengalami denaturasi (perubahan sifat fisik dan aktifitas biologis).
Contoh: penggumpalan albumin (komponen utama dari putih telur).
Asam amino
Asam amino memiliki dua macam gugus fungsi yaitu gugus fungsi karboksilat (COOH)
dan gugus amino (NH2).
Garam natrium dari asam glutamate yaitu mono sodium glutamate (MSG) dikenal
sebagai vetsin / bahan penyedap makanan.
Tata nama
Dengan menyebutkan posisi gugus amino diikuti dengan nama asam karboksilatnya.
Posisi gugus NH2 dinyatakan dengan alphabet α, β, dan γ dimulai dari C yang mengikat
gugus COOH.
4. Asam amino yang terdapat di alam kebanyakan adalah asam amino alfa. Ada kira –
kira 20 macam asam amino yang dapat diambil dari tumbuh – tumbuhan dan
hewan. Diantaranya 9 macam adalah asam amino esensial, yaitu asam amino yang
tidak dapat disentesa dalam tubuh manusia dan harus diambil dari bahan makanan.
Selebihnya asam amino non esensial dapat disentesa dalam tubuh.
Protein
Protein merupakan polipeptida yan tersusun dari asam – asam amino melalui ikatan
peptida
( — C — NH —)
||
O
Pembentukan polipeptida secara reaksi poli kondensasi yang melepaskan molekul air.
Tiap n molekul asam amino menghasilkan suatu polipeptida yang disertai dengan
pelepasan (n – 1) molekul air.
Contoh :
Pembentukan mono peptida dari glisina dan alanina
H O CH3
| || |
H2N – CH2 – C – OH + H – N – CH – C – OH ------ H2M – CH2 – C – N – CH – C – OH + H2O
|| | | ||
O CH3 O H O
Struktur protein
Menurut emil Fischer rangkaian asam amino dengan ikatan polipeptida membentuk
spiral atau struktur alfa heliks yang mungkin linier atau non linier
Reaksi pengenalan protein diantaranya ialah memakai reagen biuret yaitu larutan yang
terdiri atas campuran 40% NaOH dan CuSO4 encer. Protein dengan reagen biuret
menunjukan warna larutan menjadi violet.
Beberapa fungsi utama protein dalam organisme, antara lain berikut ini:
• Protein struktural (pembangun tubuuh): protein selaput atau dinding sel;
jaringan pelindung seperti kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, tanduk, paruh, serta
jaringan pengikat seperti tulang, urat daging, sendi.
• Protein membran: terdapat dalam membran sel
• Protein kontraktil : terdapat dalam serat otot
• Protein transport : mengikat dan mengangkut molekul – molekul lain, misalnya
hemoglobin yang mengangkut O2
• Protein pelindung : seluruh antibodi dan zat – zat pembeku darah seperti
fibrinogen
• Protein cadangan : membebaskan asam – asam amino apabila diperlukan,
misalnya kasein (protein susu) dan ovalbumin (putih telur)
• Hormon : mengatur pertumbuhan dan metabolisme
• Enzim – enzim : mengkatalis reaksi – reaksi biokimia
Struktur serta kerja suatu protein mudah dirusak atau dihentikan oleh panas,
perubahan pH, dan suatu oksidator atau reduktor. Dalam kondisi seperti ini protein
dapat mengalami denaturasi (perubahan sifat fisik dan aktifitas biologis).
Contoh: penggumpalan albumin (komponen utama dari putih telur).
LIPID
2) Asam lemak
Asam lemak adalah asam karboksilat yang diperoleh atas hasil hidrolisis suatu
lemak atau minyak. Asam lemak memiliki rantai atom C tidak bercabang dengan
jumlah atom C lebih dari 10 dan gugus karboksil diujung rantai atom C tersebut.
Asam lemak terdiri dari dua jenis, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak
jenuh.
Asam lemak jenuh tidak mempunyai iakatan C – C rangkap dua dalam struktur
kimianya. Asam lemak jenuh ada yang dapat larut di dalam air dan ada pula yang
tidak dapat larut dalam air. daya larut asam lemak di dalam air akan semakin
berkurang dengan semakin bertambahnya jumlah atom C penyusunnya.
Asam lemak tak jenuh memiliki suatu ikatan rangkap atau lebih. Asam lemak
tidak jenuh mempunyai titik lebur lebih rendah dibandingkan dengan asam lemak
jenuh. Asam lemak tidak jenuh, seperti asam oleat memiliki ikatan rangkap C – C
sehingga kehilangan dua atom H dan membentuk struktur membengkok. Berbeda
dengan asam lemak jenuh seperti asam miristat yang membentuk struktur lurus.
b) Hidrolisa Lemak
Lemak dan minyak dapat dihidrolisis secara kimia dan enzimatis. Hidrolisis
lemak dan minyak secara kimia dengan penambahan asam atau basa dibantu
pemanasan. Hidrolisis secara enzimatis yaitu jika lemak atau minyak ditambah
c) Hidrogenasi Lemak
Triasilgliserol yang terbentuk dari asam lemak tidak jenuh berwujud cair pada
suhu ruang. Triasilgliserol semacam ini dapat diubah menjadi lemak padat
menggunakan reaksi hidrogenasi, terjadi perubahan ikatan rangkap asam lemak
menjadi ikatan tunggal. Misalnya minyak jagung yang berwujud cair dapat diubah
menjadi padat, yaitu menjadi margarine, menggunakan reaksi hidrogenasi
katalitik.
Malam (Wax)
Malam (wax) atau disebut lilin adalah ester dari asam lemak berantai panjang
dengan alkohol berantai panjang. Pada vertebrata, lilin disekresikan oleh pelembab
kulit sebagai pelindung untuk membuat kulilt bersifat fleksibel, berminyak dan tidak
tembus air. Rambut, wol dan bulu juga dilapisi oleh lilin. Unggas yang berenang di air,
mengeluarkan lilin dari kelenjar asesoris dan membuat air tidak melekat dibulu.
Penampilan berkilat pada daun – daun berbagai tanaman, misalnya daun alas atau daun
pohon pisang pisang dikarenakan adanya lilin.
Lipid Majemuk
Lipid majemuk memiliki struktur yang lebih kompleks dari lipid sederhana. Esternya
tidak hanya tersusun atas unsur C, H, dan O saja, tetapi juga ada unsur lainnya, seperti P,
N dan S. Contoh lipid majemuk adalah fosfogliserida, sfingolipida, dan steroid.
1. Fosfogliserida
Fosfogliserida termasuk fosfolipid, yaitu senyawa yang mengandung gugus ester
fosfat. Fosfogliserida yang banyak ditemukan pada membran sel. Fosfogliserida terdiri
atas gliserol, asam lemak dan ester fosfat. Contoh fosfogliserida: fosfatidilkolin (lesiti),
fosfatidilserin dan fosfatidiletanolamin (sefalin). Lesatin merupakan zat yang
menyerupai lilin, higroskopis, larut didalam alkohol, ester, dan kloroform, tetapi tidak
larut di dalam aseton. Warna putih dari lesitin akan berubah menjadi coklat apabila
bereaksi dengan udara dan cahaya. Apabila larutan lesitin ditambahkan larutan asam
sulfat dan diaduk, terjadi hidrolisis membentuk asam fosfatidat dan kolin.
2. Sfingolipida
Sfingolipid merupakan lipid yang mengandung gugus sfingol dan termasuk fosfolipid.
Sfingol merupakan suatu alkohol alifatik tidak jenuh dengan dua atom C asimetris yang
3. Steroid
Steroid adalah molekul kompleks yang terdiri atas empat cincin karbon yang terikat
bersama. Steroid larut dalam lemak dan merupakan lipid yang tidak tersabunkan oleh
alkali. Steroid ditemukan bahkan semua bidang kehidupan. Contoh asteroid adalah
kolesterol, kortisan, hormon endrogen, dan hormon estrogen.
Kolesterol merupakan stroid hewani yang dijumpai hampir semua jaringan hewan.
Sumber utama kolesterol adalah empedu dan kuning telur. Kolesterol tidak harus
diperoleh dari makanan karena tubuh juga dapat mensintesis sendiri. Kadar kolesterol
yang tinggi dlam tubuh dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah
(arteriosclerosis).
2. Sabun
Sabun merupakan garam logam alkali dari asam – asam lemak. Proses
pembentukan sabun dari lemak dan minyak oleh NaOH atau KOH disebut penyabunan
(saponifikasi).
Reaksi penyabunan:
Molekul sabun berupa rantai hidrokarbon panjang dengan ujung ionik. Bagian
hidrokarbon bersifat hidrofobik dan larut dalam pelarut nonpolar, sedangkan bagian
kepala ionik bersifat hidrofolik dan larut dalam pelarut polar. Senyawa yang memiliki
sifat seperti ini disebut senyawa ampifatik. Karena sifat ini, sabun cenderung tidak larut
dalam air. namun, sabun terdispersi membentuk misel, yaitu gumpalan molekul sabun
yang ujung hidrofobiknya tersembunyi di bagian dalam, sedangkan bagian
hidrofoliknya berinteraksi dengan air.
Sabun berfungsi mengangkat kotoran lemak dari permukaan benda. Bagian
hidrofobik sabun berinteraksi dengan lemak, sedangkan kepala sabun yang bersifat
hidrofilik menghadap air. oleh karena itu, sabun mengelilingi tetes lemak membentuk
suatu emulsi stabil.
KIMIA XI BSE
www.google.com