TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman
Mycobacterium Tuberculosa. Tuberculosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu
pneumonia yang disebabkan oleh M. Tuberculosa (Darmanto, 2014)
Tuberculosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium Tuberculosis, Tuberculosis Paru merupakan salah satu penyakit
saluran pernapasan bagian bawah, di Indonesia penyakit ini merupakan penyakit
terpenting setelah eradikasi penyakit malaria. Sebagian besar Mycobacterium masuk
kedalam jaringan paru melalui airbon infection dan selanjutnya mengalami proses
yang dikenal sebagai fokus primer dan ghon (Algasaf, 2010)
D. Patofisiologi
Penyakit tuberkulosis ditularkan melalui udara secara langsung dari penderita
tuberkulosis kepada orang lain. Dengan demikian, penularan penyakit tuberkulosis
terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan orang yang tertular (terinfeksi),
misalnya berada di dalam ruangan tidur atau ruang kerja yang sama. Penyebar
penyakit tuberkulosis sering tidak mengetahui bahwa ia menderita tuberkulosis.
Droplet yang mengandung basil tuberkulosis yang dihasilkan dari batuk dapat
melayang di udara hingga kurang lebih dua jam tergantung pada kualitas ventilasi
ruangan. Jika droplet tadi terhirup oleh orang lain yang sehat, droplet akan masuk
pada dinding sistem pernapasan. Droplet besar akan masuk pada saluran pernapasan
bagian atas, droplet kecil akan masuk ke dalam alveoli di lobus manapun: tidak ada
prediksi lokasi terdamparnya droplet kecil. Pada tempat masuknya, basil tuberkulosis
akan membentuk suatu fokus infeksi primer berupa tempat pembiakan basil
tuberkulosis tersebut dan tubuh penderita akan memberikan reaksi inflamasi. Basil
tuberkulosis yang masuk tadi akan mendapatkan perlawanan dari tubuh, jenis
perlawanan tubuh tergantung kepada pengalaman tubuh, yaitu pernah mengenal basil
tuberkulosis atau belum (Djojodibroto, 2014)
E. Manifestasi Klinis
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan
gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul
tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik. Gambaran klinik
tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan gejala respiratorik dan gejala
sistematik. (Padila, 2013)
a. Gejala respiratorik, meliputi :
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk- produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
(nonproduktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum) ini terjadi lebih dari 3 minggu. Keadaan yang lanjut
adalah batuk darah (hemaptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
2) Batuk Darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis
atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak Napas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan bila
kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai
seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia dan lain-lain.
4) Nyeri Dada
Nyeri dada dapat timbul apabila daerah yang diserang yaitu sistem persarafan
yang terdapat di plura. Gejala nyeri dada ini dapat bersifat lokal atau pluritik
(Manurung, 2013). Bersifat lokal apabila nyeri yang dirasakan pada tempat
dimana proses patologi terjadi, tetapi dapat beralih ke daerah yang lain seperti
leher, punggung dan abdomen. Bersifat pleuritik apabila nyeri yang dirasakan
akibat iritasi pleura parietalis yang terasa tajam seperti ditusuk-tusuk dengan pisau
(Smeltzer & Bare, 2013)
F. Pemerikaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada pasien Tb paru yaitu:
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Kultur
Pemeriksaan kultur bertujuan untuk mengidentifikasikan suatu
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi klinis pada sistem pernapasan.
Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan kultur yaitu sputum dan apus
tenggorok. Bahan pemeriksaan sputum dapat mengidentifikasi berbagai
penyakit seperti Tb paru, pneumonia, bronkitis kronis dan bronkiektasis
(Manurung, 2013)
2) Pemeriksaan sputum
Sputum adalah suatu bahan yang diekskresikan dari traktus
trakeobronkial dan dapat dikeluarkan dengan cara membatukkan (Sutedjo,
2008). Pemeriksaan sputum digunakan untuk mengidentifikasi suatu
organisme patogenik dan menentukan adanya sel-sel maligna di dalam
sputum. Jenis-jenis pemeriksaan sputum yang dilakukan yaitu kultur sputum,
sensitivitas dan Basil Tahan Asam (BTA). Pemeriksaan sputum BTA adalah
pemeriksaan yang khusus dilakukan untuk mengetahui adanya Mycobacterium
tuberculosis. Diagnosa Tb paru secara pasti dapat ditegakkan apabila di dalam
biakan terdapat Mycobacterium tuberculosis (Manurung, 2013)
Pemeriksaan sputum mudah dan murah untuk dilakukan, tetapi kadang-kadang
susah untuk memperoleh sputum khususnya pada pasien yang tidak mampu
batuk atau batuk yang nonproduktif. Sebelum dilakukan pemeriksaan sputum,
pasien sangat dianjurkan untuk minum air putih sebanyak 2 liter dan dianjurkan
untuk latihan batuk efektif. Untuk memudahkan proses pengeluarkan
sputum dapat dilakukan dengan memberikan obat-obat mukolitik
ekspektoran atau inhalasi larutan garam hipertonik selama 20-30 menit.
Apabila masih sulit, sputum dapat diperoleh dengan bronkoskopi diambil
dengan broncho alveolar lavage (BAL) (Sudoyo, 2010)
Pemeriksaan sputum BTA dilakukan selama tiga kali berturut-turut dan biakan
atau kultur BTA dilakukan selama 4-8 minggu. Kriteria dari sputum BTA
positif yaitu sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA yang terdapat
dalam satu sedian (Manurung, 2013). Waktu terbaik untuk mendapatkan
sputum yaitu pada pagi hari setelah bangun tidur, sesudah kumur dan setelah
gosok gigi. Hal ini dilakukan agar sputum tidak bercampur dengan ludah (Sutedjo,
2008)
b. Pemeriksaan Radiologi Dada
Pemeriksaan radiologis atau rontgen dada bertujuan untuk mendeteksi adanya
penyakit paru seperti tuberkulosis, pneumonia, abses paru, atelektasis,
pneumotoraks, dll. Dengan pemeriksaan rontgen dada dapat dengan mudah
menentukan terapi yang diperlukan oleh pasien dan dapat mengevaluasi dari
efektifitas pengobatan. Pemeriksaan radiologis dada atau rotgen dada pada
pasien Tb paru bertujuan untuk memberikan gambaran karakteristik untuk Tb paru
yaitu adanya lesi terutama di bagian atas paru, bayangan yang berwarna atau
terdapat bercak, adanya kavitas tungga atau multipel, terdapat klasifikasi, adanya
lesi bilateral khususnya di bagian atas paru, adanya bayangan abnormal
yang menetap pada foto toraks. Lesi yang terdapat pada orang dewasa yaitu
di segmen apikal dan posterior lobus atas serta segemen apikal
lobus bawah (Manurung, 2013)