Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman
Mycobacterium Tuberculosa. Tuberculosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu
pneumonia yang disebabkan oleh M. Tuberculosa (Darmanto, 2014)

Tuberculosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium Tuberculosis, Tuberculosis Paru merupakan salah satu penyakit
saluran pernapasan bagian bawah, di Indonesia penyakit ini merupakan penyakit
terpenting setelah eradikasi penyakit malaria. Sebagian besar Mycobacterium masuk
kedalam jaringan paru melalui airbon infection dan selanjutnya mengalami proses
yang dikenal sebagai fokus primer dan ghon (Algasaf, 2010)

Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh


bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang dapat masuk ke saluran pernapasan,
saluran pencernaan, dan luka terbuka pada area kulit (Price & Wilson, 2014)

Tuberculosis paru merupakan suatu penyakit infksi menular yang dapat


menyerang parenkim paru-paru, disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis
(Somantri , 2012)

Tuberculosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium Tuberculosis dapat itularkan melalui udara, ketika seseorang yang
sudah terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis batuk dan mengeluarkan percikan ludah
dihirup oleh orang lain saat bernapas (Widoyono, 2011)

Tuberkulosis merupakan infeksi jaringan paru-paru oleh Mycobacterium


Tuberculosa. Bakteri ini ditularkan bersama udara inspirasi, kemudian merusak
aringan paru-paru menjadi berongga kemuadian berbentuk jaringan ikat di paru-paru
(Irianto, 2012)
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebakan
bakteri Mycobacterium Tuberculosa, yang dapat menyerang berbagai organ, trutama
paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat
menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI, 2016)

Tuberkulosis merupakan sebagai suatu infeksi akibat Mycobacterium


Tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru dengan gejala
yang sangat bervariasi (Junaidi, 2010)

B. Klasifikasi Tuberkulosis menurut Pedoman Nasional Penganggulangan TB (2014).


Pasien Tuberkulosis juga diklasifikasikan menurut: Lokasi anatomi dari penyakit,
Riwayat pengobatan sebelumnya, Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat dan hasil
pemeriksaan dahak mikroskopik.
a. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit:
Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis yang terjadi pada parenkim
(jaringan) paru Milier Tuberkulosis dianggap sebagai Tuberkulosis paru karena
adanya lesi pada jaringan paru. Limfadenitis Tuberkulosis dirongga dada (hilus
dan atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang
mendukung Tuberkulosis pada paru, dinyatakan sebagai Tuberkulosis ekstra paru.
Pasien yang menderita Tuberkulosis paru dan sekaligus juga menderita
Tuberkulosis ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien Tuberkulosis paru.
Tuberkulosis ekstra paru: Adalah Tuberkulosis yang terjadi pada organ selain
paru, misalnya: pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi,
selaput otak dan tulang. Diagnosis Tuberkulosis ekstra paru dapat ditetapkan
berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis. Diagnosis Tuberkulosis
ekstra paru harus diupayakan berdasarkan penemuan Mycobacterium tuberculosis.
Pasien Tuberkulosis ekstra paru yang menderita Tuberkulosis pada beberapa
organ, diklasifikasikan sebagai pasien Tuberkulosis ekstra paru pada organ
menunjukkan gambaran Tuberkulosis yang terberat.
b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:
(1) Pasien baru Tuberkulosis: adalah pasien yang belum pernah mendapatkan
pengobatan Tuberkulosis sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun
kurang dari 1 bulan (dari 28 dosis).
(2) Pasien yang pernah diobati Tuberkulosis: adalah pasien yang sebelumnya
pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (dari 28 dosis). Pasien ini
selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan Tuberkulosis
terakhir, yaitu:
(3) Pasien kambuh: adalah pasien Tuberkulosis yang pernah dinyatakan sembuh
atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis Tuberkulosis berdasarkan
hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena benar-benar kambuh
atau karena reinfeksi).
(4) Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien Tuberkulosis yang
pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.
(5) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (Pasien yang diobat kembali
setelah putus berobat (lost to follow-up): adalah pasien yang pernah diobati
dan dinyatakan lost to follow up(klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai
pengobatan pasien setelah putus berobat /default).
(6) Lain-lain: adalah pasien Tuberkulosis yang pernah diobati namun
hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
c. Klasifikasi pasien Tuberkulosis berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
yaitu :
(1) Tuberkulosis paru BTA positif.
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto thorak dada
menunjukkan tuberkulosis.
c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman
Tuberkulosis positif.
d) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak
SPS yang pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan
tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
(2) Tuberkulosis BTA Negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada Tuberkulosis paru BTA
positif. Kriteria diagnostik Tuberkulosis paru BTA negatif harus meliputi:
a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
b) Foto thorak abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
C. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak
bisa berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam mikrobakteria tuberkulosis yaitu Tipe Human dan Tipe
Bovin. Basil Tipe Bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis
usus. Basil Tipe Human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di udara yang
berasal dari penderita tuberkulosis dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila
menghirupnya. Setelah organism terinhalasi dan masuk paru-paru bakteri dapat
bertahan hidup dan menyebar kenodus limfatikus local. Penyebaran melalui aliran
darah ini dapat menyebabkan tuberkulosis pada organ lain dimana infeksi laten dapat
bertahan sampai bertahun-tahun.
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri
atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam
dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik (Wahid, 2013)
Tuberkulosis paru merupakan infeksi pada saluran pernapasan yang vital.
Basil Mycobacterium masuk ke dalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet
infection) sampai alveoli dan terjadilah infeksi primer (ghon). Kemudian, dikelenjar
getah bening terjadilah primer kompleks yang disebut tuberkulosis primer. Dalam
sebagian besar kasus, bagian yang terinfeksi ini dapat mengalami penyembuhan.
Peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil
Mycobacterium pada usia 1-3 tahun. Sedangkan, post primer tuberculosis
(reinfection) adalah peradangan yang terjadi pada jaringan paru yang disebabkan oleh
penularan ulang (Ardiansyah, 2012)

D. Patofisiologi
Penyakit tuberkulosis ditularkan melalui udara secara langsung dari penderita
tuberkulosis kepada orang lain. Dengan demikian, penularan penyakit tuberkulosis
terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan orang yang tertular (terinfeksi),
misalnya berada di dalam ruangan tidur atau ruang kerja yang sama. Penyebar
penyakit tuberkulosis sering tidak mengetahui bahwa ia menderita tuberkulosis.
Droplet yang mengandung basil tuberkulosis yang dihasilkan dari batuk dapat
melayang di udara hingga kurang lebih dua jam tergantung pada kualitas ventilasi
ruangan. Jika droplet tadi terhirup oleh orang lain yang sehat, droplet akan masuk
pada dinding sistem pernapasan. Droplet besar akan masuk pada saluran pernapasan
bagian atas, droplet kecil akan masuk ke dalam alveoli di lobus manapun: tidak ada
prediksi lokasi terdamparnya droplet kecil. Pada tempat masuknya, basil tuberkulosis
akan membentuk suatu fokus infeksi primer berupa tempat pembiakan basil
tuberkulosis tersebut dan tubuh penderita akan memberikan reaksi inflamasi. Basil
tuberkulosis yang masuk tadi akan mendapatkan perlawanan dari tubuh, jenis
perlawanan tubuh tergantung kepada pengalaman tubuh, yaitu pernah mengenal basil
tuberkulosis atau belum (Djojodibroto, 2014)

E. Manifestasi Klinis
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan
gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul
tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik. Gambaran klinik
tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan gejala respiratorik dan gejala
sistematik. (Padila, 2013)
a. Gejala respiratorik, meliputi :

1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk- produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
(nonproduktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum) ini terjadi lebih dari 3 minggu. Keadaan yang lanjut
adalah batuk darah (hemaptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
2) Batuk Darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis
atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak Napas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan bila
kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai
seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia dan lain-lain.
4) Nyeri Dada
Nyeri dada dapat timbul apabila daerah yang diserang yaitu sistem persarafan
yang terdapat di plura. Gejala nyeri dada ini dapat bersifat lokal atau pluritik
(Manurung, 2013). Bersifat lokal apabila nyeri yang dirasakan pada tempat
dimana proses patologi terjadi, tetapi dapat beralih ke daerah yang lain seperti
leher, punggung dan abdomen. Bersifat pleuritik apabila nyeri yang dirasakan
akibat iritasi pleura parietalis yang terasa tajam seperti ditusuk-tusuk dengan pisau
(Smeltzer & Bare, 2013)

b. Gejala sistemik, meliputi :


1) Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tapi kadang-kadang panas
bahkan dapat mencapai 40-410 C, keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan
tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
Demam merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore
dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama
makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
2) Gejala Sistemik Lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta
malaise (Gejala malaise sering ditemukan berupa : tidak ada nafsu makan, sakit
kepala, meriang, nyeri otot, dll). Timbulnya gejala biasanya gradual dalam
beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak
nafas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia (Naga,
2012)

F. Pemerikaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada pasien Tb paru yaitu:
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Kultur
Pemeriksaan kultur bertujuan untuk mengidentifikasikan suatu
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi klinis pada sistem pernapasan.
Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan kultur yaitu sputum dan apus
tenggorok. Bahan pemeriksaan sputum dapat mengidentifikasi berbagai
penyakit seperti Tb paru, pneumonia, bronkitis kronis dan bronkiektasis
(Manurung, 2013)
2) Pemeriksaan sputum
Sputum adalah suatu bahan yang diekskresikan dari traktus
trakeobronkial dan dapat dikeluarkan dengan cara membatukkan (Sutedjo,
2008). Pemeriksaan sputum digunakan untuk mengidentifikasi suatu
organisme patogenik dan menentukan adanya sel-sel maligna di dalam
sputum. Jenis-jenis pemeriksaan sputum yang dilakukan yaitu kultur sputum,
sensitivitas dan Basil Tahan Asam (BTA). Pemeriksaan sputum BTA adalah
pemeriksaan yang khusus dilakukan untuk mengetahui adanya Mycobacterium
tuberculosis. Diagnosa Tb paru secara pasti dapat ditegakkan apabila di dalam
biakan terdapat Mycobacterium tuberculosis (Manurung, 2013)
Pemeriksaan sputum mudah dan murah untuk dilakukan, tetapi kadang-kadang
susah untuk memperoleh sputum khususnya pada pasien yang tidak mampu
batuk atau batuk yang nonproduktif. Sebelum dilakukan pemeriksaan sputum,
pasien sangat dianjurkan untuk minum air putih sebanyak 2 liter dan dianjurkan
untuk latihan batuk efektif. Untuk memudahkan proses pengeluarkan
sputum dapat dilakukan dengan memberikan obat-obat mukolitik
ekspektoran atau inhalasi larutan garam hipertonik selama 20-30 menit.
Apabila masih sulit, sputum dapat diperoleh dengan bronkoskopi diambil
dengan broncho alveolar lavage (BAL) (Sudoyo, 2010)
Pemeriksaan sputum BTA dilakukan selama tiga kali berturut-turut dan biakan
atau kultur BTA dilakukan selama 4-8 minggu. Kriteria dari sputum BTA
positif yaitu sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA yang terdapat
dalam satu sedian (Manurung, 2013). Waktu terbaik untuk mendapatkan
sputum yaitu pada pagi hari setelah bangun tidur, sesudah kumur dan setelah
gosok gigi. Hal ini dilakukan agar sputum tidak bercampur dengan ludah (Sutedjo,
2008)
b. Pemeriksaan Radiologi Dada
Pemeriksaan radiologis atau rontgen dada bertujuan untuk mendeteksi adanya
penyakit paru seperti tuberkulosis, pneumonia, abses paru, atelektasis,
pneumotoraks, dll. Dengan pemeriksaan rontgen dada dapat dengan mudah
menentukan terapi yang diperlukan oleh pasien dan dapat mengevaluasi dari
efektifitas pengobatan. Pemeriksaan radiologis dada atau rotgen dada pada
pasien Tb paru bertujuan untuk memberikan gambaran karakteristik untuk Tb paru
yaitu adanya lesi terutama di bagian atas paru, bayangan yang berwarna atau
terdapat bercak, adanya kavitas tungga atau multipel, terdapat klasifikasi, adanya
lesi bilateral khususnya di bagian atas paru, adanya bayangan abnormal
yang menetap pada foto toraks. Lesi yang terdapat pada orang dewasa yaitu
di segmen apikal dan posterior lobus atas serta segemen apikal
lobus bawah (Manurung, 2013)

Anda mungkin juga menyukai