Anda di halaman 1dari 10

Disusun Oleh :

Aditya Maulana Nur Salim

Dosen : Ir. Magit Fitroni, M. Kom

STIMA IMMI JAKARTA


Dalam organisasi atau perusahaan Pasti terdapat berbagai permasalahan yang harus dipecahkan.
Tak jarang permasalahan dalam organisasi atau perusahaan dapat semakin buruk dan berakibat
pada hancurnya organisasi atau perusahaan tersebut. Dalam mengatur organisasi atau perusahaan
agar berjalan sesuai dengan tujuannya, disinilah sebuah manajemen dibutuhkan, maka pengertian
manajemen harusnya diketahui secara benar maksud dan tujuannya.Manajemen dalam organisasi
atau perusahaan berperan mengatur kehidupan organisasi atau perusahaan agar dapat berjalan
sesuai tujuan bersama. Inilah mengapa manajemen sangat penting di dalam organisasi atau
perusahaan. Dalam artikel kali ini akan dibahas mengenai pengertian manajemen dan fungsinya
bagi organisasi atau perusahaan.

Manajemen adalah sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang dilakukan oleh sekelompok
orang atau organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut dengan cara bekerja sama
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.Secara etimologi kata manajemen diambil dari bahasa
Perancis kuno, yaitu menagement, yang artinya adalah seni dalam mengatur dan
melaksanakan. Manajemen dapat juga didefinisikan sebagai upaya perencanaan,
pengkoordinasian, pengorganisasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
secara efisien dan efektif.

Menurut George R. Terry dalam buku Principles of Management (Sukarna, 2011:3), juga
menyatakan bahwa management is the accomplishing of a predetemined obejectives through the
efforts of otherpeople atau manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
melalui atau bersama-sama usaha orang lain.

Manajemen sangat penting bagi setiap aktivitas individu atau kelompok dalam organisasi untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen berorientasi pada proses (process oriented) yang
berarti bahwa manajemen membutuhkan sumber daya manusia, pengetahuan, dan keterampilan
agar aktivitas menjadi lebih efektif atau dapat menghasilkan tindakan dalam mencapai
kesuksesan. Oleh sebab itu, tidak akan ada organisasi yang akan sukses apabila tidak
menggunakan manajemen yang baik. (Torang, 2013: 165). Berdasarkan pengertian diatas, saya
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Manajemen adalah ilmu mengatur proses untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya guna mencapai hasil yang sesuai.
Pada dasarnya manajemen sudah ada sejak manusia ada. Mengapa? Sebab manajemen bukan
hanya mencakup pengertian untuk mengatur organisasi atau perusahaan saja. Melainkan
mengatur diri sendiri dan mengatur hubungan antara dua orang juga termasuk manajemen.
Sebagai contoh, yaitu peran sebagai ibu rumah tangga. Dalam mengurus rumah tangga, ibu
mengatur berbagai kebutuhan hidup keluarga. Baik kebutuhan ekonomi maupun kebutuhan
lainnya. Disini ibu sebagai seorang manajer mengatur pemasukan dan pengeluaran kebutuhan
ekonomi setiap hari.

Secara umum perencanaan adalah proses yang mendefinisikan tujuan dari organisasi, membuat
strategi digunakan untuk mencapai tujuan dari organisasi, serta mengembangkan rencana
aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses-peroses yang penting dari semua
fungsi manajemen sebab tanpa perencanaan (planning) fungsi pengorganisasian, pengontrolan
maupun pengarahan tidak akan dapat berjalan.

Menurut George R. Terry dalam bukunya Principles of Management (Sukarna, 2011: 10)
mengemukakan tentang Planning sebagai berikut, yaitu “Planning is the selecting and relating
of facts and the making and using of assumptions regarding the future in the visualization and
formulation to proposed of proposed activation believed necesarry to accieve desired result”.

“Perencanaan adalah pemilih fakta dan penghubungan fakta-fakta serta pembuatan dan
penggunaan perkiraan-perkiraan atau asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan.”

Rencana (planning) dapat berupa rencana informal ataupun rencana formal. Rencana informal
adalah rencana-rencana yang tak tertulis dan bukan merupakan dari tujuan bersama anggota
organisasi. Sedangkan definisi dari rencana formal adalah rencana yang tertulis yang harus
dilaksanakan oleh organisasi dalam jangka waktu tertentu.

Rencana formal adalah rencana bersama anggota-anggota korporasi, artinya setiap anggota
harus mengetahui serta menjalankan rencana tersebut. Rencana formal dibuat sbagai untuk
mengurangi ambiguitas & menciptakan kesepahaman mengenai apa yang harus dilakukan.
Macam-macam planning atau perencanaan

Perencanaan/rencana itu merupakan pusat atau inti dari kegiatan manajemen, dan perencanaan
memiliki banyak macamnya, diantaranya seperti di bawah ini:
Perencanaan jika dilihat berdasarkan jangka waktu berlakunya rencana, bisa di baca di bawah
ini:

 Rencana Jangka Panjang (long term planning) adalah perencanaan yang berlaku antara 10
s/d 25 tahunan.
 Rencana Jangka Menengah (medium range planning) adalah perencanaan yang berlaku di
antara 5 s/d 7 tahunan.
 Rencana Jangka Pendek (short range planning) adalah perencanaan umumnya berlakunya
hanya untuk sekitar 1 tahun

Perencanaan jika dilihat dari tingkatannya, bisa di baca di bawah ini:

 Rencana Induk (masterplan) adalah sebuah perencanaan yang menitik beratkan uraian-
uraian korporasikebijakan sebuah organisasi. Rencana tersebut memiliki tujuan-tujuan
jangka panjang dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas.
 Rencana Operasional (operational planning) adalah sebuah perencanaan yang lebih
menitik beratkan kepada pedoman ataupun petunjuk dalam melaksanakan program-
program.
 Rencana Harian (day to day planning) adalah perencanaan harian yang sifatnya rutin.

Perencanaan jika ditinjau berdasarkan dari ruang lingkupnya, bisa di baca di bawah ini:

 Rencana Strategis (strategic planning) adalah perencanaan yang berisikan uraian tentang
kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang lama. Model perencanaan
ini sangat sulit untuk diubah.
 Rencana Taktis (tatical planning) adalah rencana yang berisi uraian-uraian yang sifatnya
jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatannya, asalkan tujuannya tak berubah.
 Rencana menyeluruh (comprehensive planning) adalah rencana yang memiliki uraian-
uraian secara menyeluruh serta lengkap.
 Rencana Terintegrasi (integrated planning) adalah rencana yang memiliki uraian-uraian
menyeluruh yang sifatnya terpadu.

Pengorganisasian tidak dapat diwujudkan tanpa ada hubungan dengan yang lain dan tanpa
menetapkan tugas-tugas tertentu untuk masing-masing unit. George R. Terry dalam bukunya
Principles of Management (Sukarna, 2011: 38) mengemukakan tentang organizing sebagai
berikut, yaitu “Organizing is the determining, grouping and arranging of the various activities
needed necessary forthe attainment of the objectives, the assigning of the people to thesen
activities, the providing of suitable physical factors of enviroment and the indicating of the
relative authority delegated to each respectives activity.

“…Pengorganisasian ialah penentuan, pengelompokkan, dan penyusunan macam-macam


kegiatan yang dipeelukan untuk mencapai tujuan, penempatan orang-orang (pegawai), terhadap
kegiatan-kegiatan ini, penyediaan faktor-faktor physik yang cocok bagi keperluan kerja dan
penunjukkan hubungan wewenang, yang dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya
dengan pelaksanaan setiap kegiatan yang diharapkan.

George R.Terry (Sukarna, 2011: 46) juga mengemukakan tentang azas-azas organizing, sebagai
berikut, yaitu :

1. The objective atau tujuan.


2. Departementation atau pembagian kerja.
3. Assign the personel atau penempatan tenaga kerja.
4. Authority and Responsibility atau wewenang dan tanggung jawab.
5. Delegation of authority atau pelimpahan wewenang.

Ada Lima Prinsip Pengorganisasian (Organizing Principles)

Untuk dapat melakukan fungsi pengorganisasian secara efektif, seorang manajer sebaiknya
memiliki pedoman tertentu sehingga mereka dapat mengambil keputusan dan bertindak sesuai
dengan keputusan yang diambil tersebut. Berikut ini adalah prinsip-prinsip pengorganisasian
yang dapat digunakan supaya fungsi pengorganisasian dalam manajemen dapat dilaksanakan
dengan efektif.
1. Prinsip Spesialisasi kerja (Work Specialization)

Prinsip ini sering disebut juga Prinsip Pembagian Kerja atau Division of Work, ada juga yang
menyebutnya Division of Labour.Yang dimaksud dengan Spesialisasi kerja adalah pembagian
tugas-tugas atau pekerjaan yang kompleks menjadi beberapa sub-pekerjaan atau bagian kepada
karyawannya. Setiap karyawan dilatih untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang berkaitan
dengan spesialisasinya sehingga mereka memiliki kualifikasi dan kemampuan yang berkaitan
dengan tugas-tugas yang diberikan tersebut.

Keuntungan dari Spesialisasi pekerjaan atau Pembagian kerja ini adalah meningkatkannya
produktivitas dan dapat melakukan pekerjaan dengan efisien karena setiap karyawan melakukan
tugas yang sama setiap harinya sehingga kecepatan kerja dan kualitas kerja dapat terjaga dengan
baik. Namun di sisi lain, ketergantungan organisasi terhadap karyawan tersebut akan menjadi
sangat tinggi dan juga menimbulkan kebosanan karyawan akan rutinitas pekerjaan yang sama
dan berulang-ulang. Kebosanan karyawan tersebut lama kelamaan akan dapat menyebabkan
tingginya tingkat ketidakhadiran (absen) dan tingkat pergantian tenaga kerja (employee turnover)
yang tinggi juga. Oleh karena itu, banyak perusahaan/organisasi yang melakukan rotasi
pekerjaan untuk mengurangi ketergantungan pada orang-orang tertentu dan untuk menghindari
kebosanan akan rutinitas yang sama dan berulang-ulang.

2. Prinsip Otoritas atau Wewenang (Authority)

Otoritas atau wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu, membuat keputusan, memerintah
orang lain untuk melakukan sesuatu (atau tidak melakukan sesuatu), dan hak untuk
mengalokasikan sumber daya atas nama organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan prinsip ini, semua fungsi, tugas, wewenang dan hubungan antara manajer dan
bawahannya harus didefinisikan dan ditentukan secara jelas. Pengklarisifikasian hubungan
wewenang (authority) dan tanggung jawab (responsibility) dapat membantu organisasi mencapai
koordinasi yang lebih baik dan lebih efektif.
3. Prinsip Rantai Komando (Chain of Command)

Rantai Komando merupakan konsep penting untuk membangun suatu struktur organisasi yang
kuat. Rantai Komand atau Chain of Command dapat diartikan sebagai garis kewenangan tanpa
putus yang membentang dari puncak manajemen ke karyawan level terendah serta mejelaskan
siapa yang harus bertanggung jawab dan melapor kepada siapa. Jadi pada dasarnya dapat
dikatakan bahwa Rantai Komando adalah aliran pelaporan. Misalnya seorang Operator produksi
harus melapor ke Leader Produksi, Leader produksi harus melapor ke Supervisor produksi,
kemudian Supervisor produksi harus melapor ke Manajer dan Manajer Produksi harus melapor
ke Direktur Operasional.

4. Prinsip Pendelegasian Wewenang (Delegation)

Pendelegasian wewenang merupakan salah satu hal yang penting dalam organisasi. Tanpa
adanya pendelegasian wewenang, seorang manajer harus mengerjakan sendiri semua
pekerjaannya. Keberhasilan seorang manajer pada dasarnya sangat tergantung pada
kemampuannya untuk mendelegasikan wewenang dan pekerjaan kepada bawahannya.

Pendelegasian wewenang dapat diartikan sebagai pelimpahan wewenang dari seorang manajer
kepada bawahannya untuk melakukan sesuatu atau wewenang untuk pengambilan suatu
keputusan.

5. Prinsip Rentang Kendali (Span of Control)

Rentang Kendali (Span of Control) atau sering disebut juga dengan Rentang Manajemen (Span
of Management) adalah Jumlah Karyawan atau bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif
oleh seorang atasan dalam satu waktu, atasan yang dimaksud tersebut dapat berupa seorang
Supervisor ataupun Manajer.

Rentang kendali ini sangat penting dalam mengetahui desain dan dinamika kelompok pada
organisasi yang bersangkutan. Rentang kendali pada suatu unit kerja (departement) dapat
berbeda dengan unit kerja lainnya meskipun dalam satu organisasi yang sama. Tidak ada angka
atau jumlah yang pasti terhadap rentang kendali ini, hal ini karena setiap organisasi memiliki
desain dan bentuk yang berbeda-beda juga. Disamping itu, pengalaman dan kepribadian manajer
serta kemampuan dan perilaku bawahan juga mempengaruhi jumlah rentang kendali ini.

Rentang kendali yang sempit akan mempermudah seorang manajer untuk melakukan supervisi
terhadap bawahannya dan memperlancar komunikasi dengan bawahannya, sedangkan rentang
kendali yang lebar dapat memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada bawahannya dan
melatih bawahannya lebih independen/mandiri.

Menurut George R. Terry dalam bukunya Principles of Management (Sukarna, 2011: 82)
mengatakan bahwa

Actuating is setting all members of the group to want to achieve and to strike to achieve the
objective willingly and keeping with the managerial planning and organizing efforts.

“….Penggerakan adalah membangkitkan dan mendorong semua anggota kelompok agar supaya
berkehendak dan berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi
dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan.

Definisi diatas terlihat bahwa tercapai atau tidaknya tujuan tergantung kepada bergerak atau
tidaknya seluruh anggota kelompok manajemen, mulai dari tingkat atas, menengah sampai
kebawah. Segala kegiatan harus terarah kepada sasarannya, mengingat kegiatan yang tidak
terarah kepada sasarannya hanyalah merupakan pemborosan terhadap tenaga kerja, uang, waktu
dan materi atau dengan kata lain merupakan pemborosan terhadap tools of management. Hal ini
sudah barang tentu merupakan mis-management.

Tercapainya tujuan bukan hanya tergantung kepada planning dan organizing yang baik,
melainkan juga tergantung pada penggerakan dan pengawasan. Perencanaan dan
pengorganisasian hanyalah merupakan landasan yang kuat untuk adanya penggerakan yang
terarah kepada sasaran yang dituju. Penggerakan tanpa planning tidak akan berjalan efektif
karena dalam perencanaan itulah ditentukan tujuan, budget, standard, metode kerja, prosedur
dan program
Faktor-faktor yang dierlukan untuk penggerakan yaitu:

1. Leadership (Kepemimpinan)
2. Attitude and morale (Sikap dan moril)
3. Communication (Tatahubungan)
4. Incentive (Perangsang)
5. Supervision (Supervisi)
6. Discipline (Disiplin).

Control mempunyai perananan atau kedudukan yang penting sekali dalam manajemen,
mengingat mempunyai fungsi untuk menguji apakah pelaksanaan kerja teratur tertib, terarah atau
tidak. Walaupun planning, organizing, actuating baik, tetapi apabila pelaksanaan kerja tidak
teratur, tertib dan terarah, maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Dengan
demikian control mempunyai fungsi untuk mengawasi segala kegaiatan agara tertuju kepada
sasarannya, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Untuk melengkapi pengertian diatas, menurut George R. Terry (Sukarna, 2011: 110)
mengemukakan bahwa Controlling, yaitu:

Controlling can be defined as the process of determining what is to accomplished, that is the
standard, what is being accomplished. That is the performance, evaluating the performance, and
if the necessary applying corrective measure so that performance takes place according to plans,
that is conformity with the standard.

“…Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu
standard, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan bilaman perlu
melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras
dengan standard (ukuran).

Terry (Sukarna, 2011: 116), mengemukakan proses pengawasan sebagai berikut, yaitu:

1. Determining the standard or basis for control (menentukan standard atau dasar bagi
pengawasan)
2. Measuring the performance (ukuran pelaksanaan)
3. Comparing performance with the standard and ascerting the difference, it any
(bandingkan pelaksanaan dengan standard dan temukan jika ada perbedaan)
4. Correcting the deviation by means of remedial action (perbaiki penyimpangan dengan
cara-cara tindakan yang tepat).

Anda mungkin juga menyukai