Anda di halaman 1dari 108

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG

MENGALAMI STROKE NON HEMORAGIK


DENGAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK
DI RUANG ICU RSUD SALATIGA

Disusun Oleh :
DYAH AYU SEPTIANDINI
P.14072

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG
MENGALAMI STROKE NON HEMORAGIK
DENGAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK
DI RUANG ICU RSUD SALATIGA
KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan

Disusun Oleh :
DYAH AYU SEPTIANDINI
NIM.P.14072

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Dyah Ayu Septiandini
Nim : P.14072
Program Studi : D3 KEPERAWATAN
Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami
Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas
fisik di Ruang ICU RSUD Salatiga

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan,maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan
ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 9 Agustus 2017


Yang Membuat Pernyataan

ii
MOTTO

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang

disertai dengan do’a, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan

berubah dengan sendirinya tanpa adanya usaha.

iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG
MENGALAMI STROKE NON HEMORAGIK
DENGAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK
DI RUANG ICU RSUD SALATIGA

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan ( Amd.Kep.)

Oleh :

DYAH AYU SEPTIANDINI


P.14072

Surakarta, 9 Agustus 2017

Menyetujui,
Pembimbing

Mellia Silvy Irdianty, S.Kep,MPH


NIK. 201690157

iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI

Telah Di Uji Pada Tanggal :


Rabu, 09 Agustus 2017

Dewan Penguji :

1. Penguji 1 : Ns. Nurul Devi A, S.Kep,M.Kep ( )


NIK. 201186080

2. Penguji 2 : Mellia Silvy Irdianty, S.Kep,MPH ( )


NIK. 201690157

v
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:


Nama : Dyah Ayu Septiandini
NIM : P.14072
Program Studi : D3 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami Stroke Non
Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di Ruang ICU
RSUD Salatiga

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan


Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta
Hari / Tanggal : Rabu, 09 Agustus 2017

DEWAN PENGUJI

Penguji 1 : Nurul Devi A, S.Kep., Ns., M.Kep ( )


NIK : 201186080

Penguji 2 : Mellia Silvy Irdianty, S.Kep,MPH ( )


NIK : 201690157

Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta

Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep


NIK.200981037

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa karena
berkat, rahmat dan karunianya, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis
ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami Stroke
Non Hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik di Ruang ICU RSUD Salatiga”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan dan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya
kepada yang terhormat:
1. Meri Okatriani, S., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3 Keperawatan
yang telah memberikan kesempatan untuk menimba di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Mellia Silvy Irdianty, S.Kep, MPH selaku dosen pembimbing serta
pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dengan cermat,
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
membimbing serta memfasilitasi penulis demi kesempurnaan karya tulis ilmiah
ini.
4. Nurul Devi A, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
5. Semua dosen program studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
6. Direktur RSUD Salatiga yang telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien1 dan klien2 di RSUD
Salatiga.

vii
7. Bapak dan ibu yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan do’a serta
menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan
D3 Keperawatan.
8. Sahabat terbaiku Eka Dwi W, yang selalu memberi motivasi sehingga penulis
mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Teman-teman Mahasiswa satu angkatan khususnya kelas 3B Program D3
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungan moril dan
spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan . Amin

Surakarta, 2017

Dyah Ayu Septiandini


NIM. P14072

viii
DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................... ii
MOTTO ........................................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI................................................ v
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI....................................................................... ............................. ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah ................................................................... 3
1.4 Tujuan ...................................................................................... 4
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................. 4
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................ 4
1.5 Manfaat .................................................................................... 5
1.5.1 Teoritis ............................................................................ 5
1.5.2 Praktis.............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stroke Non Hemoragik ............................................................. 7
2.1.1. Definisi ....................................................................... 7
2.1.2. Etiologi ....................................................................... 8
2.1.3. Faktor Resiko ............................................................. 9
2.1.4. Patofisiologi ............................................................... 10
2.1.5. Manifestasi Klinis ..................................................... 12
2.1.6. Komplikasi ................................................................ 14

ix
2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik ............................................. 15
2.1.8. Penatalaksanaan ......................................................... 16
2.1.9. Asuhan Keperawatan ................................................. 17
2.1.10. Diagnosa Keperawatan yang muncul ........................ 24
2.1.11. Intervensi Keperawatan ............................................. 25
2.1.12. Implementasi ............................................................. 29
2.1.13. Evaluasi ..................................................................... 29
2.2. Terapi Rang Of Motion (ROM) .............................................. 30
2.2.1. Definisi ...................................................................... 30
2.2.2. Tujuan Range Of Motion (ROM) .............................. 30
2.2.3. Manfaat Range Of Motion (ROM) ............................ 30
2.2.4. Klasifikasi Range Of Motion (ROM) ........................ 31
2.2.5. Gerakan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh .............. 31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian ................................................................... 38
3.2. Definisi Operasional .............................................................. 38
3.3. Unit Analisis ( Partisipan) ..................................................... 39
3.4. Lokasi dan Waktu ................................................................. 39
3.5. Pengumpulan Data ................................................................ 39
3.6. Uji Keabsahan Data ............................................................... 41
3.7. Analisa Data .......................................................................... 41
BAB IV HASIL STUDI KASUS
4.1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data .................................... 42
4.2. Identitas Klien ....................................................................... 42
4.3. Riwayat Penyakit .................................................................. 43
4.4. Pengkajian Fokus .................................................................. 44
4.5. Pemeriksaan Penunjang ........................................................ 45
4.6. Pemeriksaan Lab dan Data Penunjang .................................. 46
4.7. Terapi .................................................................................... 49
4.8. Analisa Data .......................................................................... 50
4.9. Prioritas Diagnosa Keperawatan ........................................... 52
4.10. Rencana Keperawatan ........................................................... 52

x
4.11. Implementasi Keperawatan ................................................... 54
4.12. Evaluasi Keperawatan ........................................................... 57
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pembahasan ............................................................................ 64
5.1.1 Pengkajian ................................................................. 64
5.1.2 Diagnosa Keperawatan .............................................. 66
5.1.3 Intervensi Keperawatan ............................................. 67
5.1.4 Implementasi Keperawatan ....................................... 68
5.1.5 Evaluasi Keperawatan ............................................... 70
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan ............................................................................ 72
6.2. Saran ....................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Gerakan ROM leher, spina, serfikal ........................................ 31


Tabel 2.2 Gerakan ROM Bahu ................................................................ 32
Tabel 2.3 Gerakan ROM Siku ................................................................. 32
Tabel 2.4 Gerakan ROM Lengan Bawah .................................................. 32
Tabel 2.5 Gerakan ROM pergelangan tangan .......................................... 33
Tabel 2.6 Gerakan ROM jari-jari tangan ................................................. 33
Tabel 2.7 Gerakan ROM Ibu jari ............................................................. 33
Tabel 2.8 Gerakan ROM pinggul ............................................................ 34
Tabel 2.9 Gerakan ROM lutut ................................................................. 34
Tabel 2.10 Gerakan ROM mata kaki ......................................................... 34
Tabel 2.11 Gerakan ROM Kaki ................................................................. 35
Tabel 2.12 Gerakan ROM Jari Kaki .......................................................... 35
Tabel 4.1 Identitas Klien .......................................................................... 42
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit ..................................................................... 43
Tabel 4.3 Genogram ................................................................................. 44
Tabel 4.4 Pengkajian Fokus ..................................................................... 44
Tabel 4.5 Pemeriksaan Penunjang ........................................................... 45
Tabel 4.6 Pemeriksaan Lab dan Data Penunjang ..................................... 46
Tabel 4.7 CT Scan .................................................................................... 47
Tabel 4.8 Balance Cairan ......................................................................... 48
Tabel 4.9 Terapi ....................................................................................... 49
Tabel 4.10 Analisa Data ............................................................................. 50
Tabel 4.11 Prioritas Diagnosa Keperawatan .............................................. 52
Tabel 4.12 Rencana Keperawatan .............................................................. 52
Tabel 4.13 Implementasi Keperawatan ...................................................... 54
Tabel 4.14 Evaluasi Keperawatan .............................................................. 57

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data .................................... 42

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-

gejala yang berlangsung selama 24 jam/lebih yang menyebabkan kematian

tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Judha&Rahil, 2011).

Angka kematian saat ini masih tinggi, Menurut estimasi (WHO). Stroke

merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia. Berdasarkan data WHO

(2010) setiap tahun terdapat 15 juta orang di seluruh dunia menderita stroke.

Ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang dan 5 juta lainya

mengalami kecacatan yang permanen. Data yang lebih rinci oleh American

Heart Association (AHA), memperkiraan terdapat sekitar 795.000 orang di

Amerika Serikat yang mengalami stroke per tahun, dimana sekitar 610.000

kejadian adalah serangan stroke yang pertama kali, dan sekitar 6,4 juta

penduduk Amerika Serikat adalah penderita stroke (Goldstein et al., 2011).

Di Indonesia merupakan negara dengan insiden stroke meningkat dari

tahun ke tahun seiring bertambahnya umur harapan hidup dan perubahan gaya

hidup masyarakat. Pravelensi stroke di Indonesia pada tahun 2007 yaitu 8,3

per 1000 penduduk (Riskesdas, 2007). Pada tahun 2013 terjadi peningkatan

kejadian stroke yaitu 12,1 per 1000 penduduk (Riskesdas, 2013). Jawa

Tengah menjadi provinsi kedua terbanyak setelah provinsi

1
2

Jawa Barat dengan jumlah penderita stroke sebanyak 431.201 orang.

Peningkatan prevelensi stroke dikarenakan kurangnya pengetahuan

masyarakat dalam tanda gejala stroke.

Manifestasi klinis stroke antara lain sakit kepala secara tiba-tiba,

pusing, bingung, kesadaran menurun, bahkan bisa mengalami koma,

penglihatan kabur, bicara cedal atau pelo, gangguan daya ingat, gangguan

fungsi otak dan bisa juga mengakibatkan kematian. Stroke sebagian besar

disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor resiko seperti hipertensi,

merokok, penyakit jantung, diabetes melitus, obesitas, kurang aktivitas fisik,

makanan yang tidak sehat, usia, jenis kelamin, dan ada riwayat keluarga yang

menderita stroke (Lewis, 2009). Sehingga hal ini memerlukan penatalaksaan

lebih lanjut untuk menangani gejala stroke.

Penatalaksaan pada klien stroke bisa dilakukan dengan cara

farmakologidan non farmakologi. Pentalaksaan secara farmakologi biasanya

menggunakan heparin, pentoxyfilin, noftidrofuryl, nomodipin, piracetam,

asetosol, streptokinase. Untuk penatalaksaan secara nonfarmakologi

menggunakan rehabilitasi, mobilisasi dan ROM.

Kelemahan atau kelumpuhan otot ekstremitas pada klien stroke

dapatdipulihkan dengan fisioterapi. Fisioterapi harus dimulai sedini mungkin

secara tepat dan cepat optimal serta mencegah terjadinya kontraktur dan

memberikan dukungan psikologis pada klien stroke dan keluarga klien (Gofir,

2009).

Range Of Motion (ROM) merupakan latihan yang dilakukan untuk

mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan


3

menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan

massa otot dan tonus. (Irfan, 2010).

Rekam Medis yang didapatkan di RSUD Salatiga, Stroke termasuk 10

kasus tebesar di RSUD Salatiga sejumlah 661 orang (Rekam Medis,

2016).Oleh karena banyaknya kasus tersebut, maka penulis tertarik

melakukan studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada klien

dengan Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU

RSUD Salatiga.

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Klien

yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di

ruang ICU RSUD Salatiga

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami

Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ruang ICU RSUD

Salatiga.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami

Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU

RSUD Salatiga.
4

1.4.2 Tujuan khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami

Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU

RSUD Salatiga

2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami

Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU

RSUD Salatiga.

3. Menyusun perencanan keperawatan pada klien yang mengalami

Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU

RSUD Salatiga.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami

Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU

RSUD Salatiga.

5. Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami Stroke Non

Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU RSUD

Salatiga.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Sebagai wacana untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan

asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Stroke Non

Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU RSUD

Salatiga.
5

2. Sebagai wacana untuk studi kasus berikutnya dibidang kesehatan

terutama dalam asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU

RSUD Salatiga.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Rumah Sakit

Hasil studi ini digunakan masukan perbaikan dalam pemberian

asuhan keperawatan klien yang mengalami Stroke Non

Hemoragik Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik.

2. Institusi Pendidikan

Digunakan sebagai informasi atau referensi bagi institusi

pendidikan dalam mengembangkan asuhan keperawatan pada

klien yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan

mobilitas fisik.

3. Klien

Klien dengan Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas

fisik dapat mencegah, mendeteksi serta mengatasi masalah yang

dialami klien.

4. Penulis

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman karena sesuai

dengan profesi yang penulis tekuni sebagai perawat, sehingga

nantinya dapat diterapkan di lapangan pekerjaan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 STROKE NON HEMORAGIK

2.1.1 Definisi

Stroke adalah gangguan fungsional otak akut fokal maupun

global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan

maupun sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang

terkena yang dapat sembuh sempurna, sembuh cacat, atau kematian

(Junaidi, 2011).

Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah

otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral)

yang terjadi karena berkurangnya aliran darah ke otak. Berkurangnya

aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan,

penyempitan atau pecahnya pembuluh darah (Lionel, 2008).

Menurut (Junaidi, 2011) Stroke ada dua jenis yaitu:

1. Stroke pendarahan (Hemoragik)

Adalah stroke yang diakibatkan oleh pembuluh darah yang pecah

sehingga menghambat aliran darah yang normal dan merembes

ke daerah otak dan merusaknya.

Menurut letaknya Stroke Hemoragik dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Perdarahan subarakhnoid (PSA). Darah yang masuk ke

selaput otak.

6
7

b. Perdarahan intraserebral (PIS). Darah yang masuk ke dalam

struktur atau jaringan otak.

2. Stroke nonperdarahan (NonHemoragik)

Adalah stroke yang diakibatkan oleh penyumbatan sepanjang

jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak.

3. Stroke Iskemik berdasarkan penyebabnya, yaitu :

a. Aterotrombotik : Penyumbatan pembuluh daraholeh kerak

atau plak dinding arteri.

b. Kardioemboli : Sumbatan arteri oleh pecahan plak

(emboli) dari jantung.

c. Lakuner : Sumbatab plak pada pembuluh darah

yang berbentuk lubang.

d. Penyebab lain : Semua hal yang mengakibatkan tekanan

darah turun.

2.1.2 Etiologi

Penyebab stroke dapat dibagi tiga, yaitu :

1. Trombosis serebri

Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah

penyebab utama trombosis serebral yang penyebab paling umum

dari stroke (Smeltzer, 2005).

2. Emboli serebri

Emboli serebri termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab

utama storke (Price, 2006).


8

2.1.3 Faktor Resiko

Menurut (Muttaqin, 2008)

1. Hipertensi.

Merupakan faktor risiko utama, hipertensi dapat disebabkan

arterosklerosis pembuluh darah serebral, sehingga pembuluh

darah tersebut mengalami penebalan dan degenerasi yang

kemudian pecah atau menimbulkan perdarahan.

2. Penyakit kardiovaskuler.

Pada fibrilasi atrium menyebabkan penuruna CO, sehingga

perfusi darah ke otak menurun, maka otak akan kekurangan

oksigen yang akhirnya terjadi stroke.

3. Diabetes mellitus.

Pada penyakit Diabetes mellitus mengalami penyakit vaskuler,

sehingga terjadi mikrovaskularisasi dan terjadi aterosklerosis,

terjasi arterosklerosis dapat menyebabkan emboli yang kemudian

menyumbat dan terjadi iskemia, iskemia menyebabkan perfusi

otak menurun dan pada akhirnya terjadi stroke.

4. Merokok.

Pada perokok akan terjadi plak pada pembuluh darah oleh nikotin

sehingga memungkinkan penumpukan arterosklerosis dan

kemudian berakibat pada stroke.


9

5. Alkohol.

Pada alkohol dapat menyebabkan hipertensi, penurunan aliran

darah ke otak dan kardia aritmia serta kelainan motilitas

pembuluh darah sehingga terjadi emboli serebral.

6. Peningkatan kolesterol.

Peningkatan kolesterol tubuh dapat menyebabkan arterosklerosis

dan terbentuknya emboli lemak sehingga aliran darah lambat

masuk ke otak, maka perfusi otak menurun.

7. Obesitas.

Pada obesitas kadar kolestrol tinggi, selain itu dapat mengalami

hipertensi terjadi gangguan pada pembuluh darah, keadaan ini

berkontribusi pada stroke.

8. Lain – lain

Lanjut usia, paru – paru menahun, penyakit darah, asam urat yang

berlebihan, kombinasi berbagai faktor risiko secara teori.

2.1.4 Patofisiologi

Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area

tertentu. Luasnya infark bergantung pada faktor - faktor seperti

lokasidan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi

kolateral terhadap area yang disuplai pembuluh darah yang tersumbat.

Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada

gangguanlokal (trombus, emboli, perdarahan,dan spasme vaskuler)

atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan

jantung). aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada


10

otak. Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, darah dapat

beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah mengalami

pelambatan atau terjadi turbulensi.

Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa

sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia

jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan

dan edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini menyebabkan

disfungsi yang lebih besar dari pada area infark itu sndiri. Edema

dapat berkurang dalm beberapa jam atau kadang - kadang sudah

beberapa hari.

Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukan

perbaikan. Oleh karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak

terjadi perdarahan pasif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh

embolus menyebabkan edema dan nekrosis di ikuti trombosis. Jika

terjadi septikinfeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka

akan terjadi abses atau ensefalitis, jika sisa infeksi berada pada

pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasianeurisma

pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika

aneurisma pecah atau ruktur.

Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruktur arteriosklerotik

dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat

luas akan lebih sering menyebabkan kematian dibandingkan

keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas

terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrkranial dan yang


11

lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada vlak cerebri atau

lewat oramen maknum.

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak,

hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi

perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi

pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus,

dan pons.

Jika sirkulasi cerebral, dapat berkembang anoksia cerebral.

Perubahan yang disebabkan oleh anoksia cerebral dapat reversibel

untuk waktu 4 - 6 menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari

10 menit. Anoksia cerebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang

bervariasi salah satunya henti jantung.

Selain kerusakan parenkim otak,akibat volume perdarahan yang

relatif banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intrkranial

dan penurunan tekanan perfusi otak serta gangguan drainase otak.

Elemen - elemen vasoaktif darah yang keluar dan kaskade iskemik

akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan saraf di area yang

terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi (Muttaqin, 2008).

2.1.5 Manifestasi Klinik

Pada stroke non hemoragik gejala utamanya adalah timbulnya

deficit neurologis secara mendadak atau subakut, didahului gejala

prodomal terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran

biasanya tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar (Wijaya,

2013)
12

Menurut WHO, dalam internasional Statistic Classification Of

Diseases And Related Health Problem 10th Revision stroke dapat

dibagi atas

1. Perdarahan intraserebral (PIS)

Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodomal yang tidak jelas,

kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan sering terjadi

setiap hari, saat aktivitas, atau emosi(marah). Sifat nyeri

kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah sering terjadi sejak

permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun cepat masuk

koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1,5 s.d

2 jam dan 12% terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari).

2. Perdarahan subaraknoid (PSA)

Pada klien dengan PSA didapatkan gejala prodomal berupa nyeri

kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat

bervariasi. Edema pupil dapat terjadi bila ada perdarahan

subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri anterior atau

arteri karotis interna. Gejala neurologis yang muncul tergantung

pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya.

Manifestasi stroke dapat berupa :

a. Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul

mendadak.

b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.

c. Perubahan status mental yang mendadak.

d. Afasia (bicara tidak lancar).


13

e. Ataksia anggota badan.

f. Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala.

2.1.6 Komplikasi

Menurut (Adrian J, 2013)

1. Peningkatan tekanan intrakranial

2. Kejang

3. Emboli paru

4. Depresi

5. Hipertensi

6. Infark miokard

7. Aritmia

8. Infeksi dan sepsis

9. Hiponatremia

10. Demam

11. Malnutrisi

12. Kontraktur

13. Ulkus dekubitus

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut (Junaidi, 2013)

1. Angiografi serebral

Angiografi serebral adalah alat yang digunakan untuk

pemeriksaan terhadap pembuluh darah.

Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti

perdarah, obstruksi arteri, oklusi atau ruptur.


14

2. Elektro encefalography

Elektro encefalography adalah alat yang digunakan untuk

merekam aktifitas elektrik di sepanjang kulit kepala dan

mengukur fluktuasi tegangan yang dihasilkan oleh arus ion di

dalam neuron otak.

Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau

mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

3. Sinar X tengkorak

Sinar X tengkorak adalah alat yang digunakan untuk pemeriksaan

kelainan pada dasar tengkorak dan cungkup tulang cranial.

Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang

berlawanan dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna

terdapat pada trobus serebral. Klasifikasi parsial dinding,

aneurisma pada perdarahan sub arachnoid.

4. CT-Scan

CT-Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk

mendapatkan berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak ke otak.

Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya

infark.

5. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI (Magnetic Resonance Imaging) adalah prosedur untuk

memeriksa dan mendeteksi kelainan organ di dalam tubuh dengan

menggunakan medan magnet dan gelombang frekuensi radio

tanpa radiasi sinar X atau bahan radioaktif.


15

Menunjukkan adanya tekanan abnormal dan biasanya ada

trombosisi, emboli, tekanan meningkat dan cairan mengandung

darah menunjukkan hemoragi subarachnoid atau perdarahan

intrakranial.

2.1.8 Penatalaksaan

Menurut (Wijaya, 2013)

1. Penatalaksaa secara non farmakologi

a. Rehabilitasi

b. Mobilisasi

c. ROM (Range Of Motion)

2. Penatalaksaan secara farmakologi

a. Trombolitik (streptokinase)

b. Anti platelet atau anti trombolik (asetosol, ticlopidin,

cilostazol, dipiridamol)

c. Antikoagulan (heparin)

d. Hemorrhagea (pentoxyfilin)

e. Antagonis serotonin (noftidrofuryl)

f. Antagonis calsium (nomodipin, piracetam)

3. Penatalaksaan secara khusus atau komplikasi

a. Atasi kejang (antikonvulsan)

b. Atasi tekanan intrakranial yang meningkat manitol, gliseron,

furosemid, intubasi, steroid dll

c. Atasi dekompresi (kraniotomi)

d. Untuk penatalaksaan faktor resiko


16

e. Atasi hipertensi, hiperglikemia, hiperurisemia

2.1.9 Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut (Muttaqin, 2008)

a. Identitas klien

Umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa dll

b. Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat hipertensi, riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat

tinggi kolestrol, obesitas, riwayat Diabetes Mellitus, riwayat

aterosklerosis, merokok, riwayat pemakaian kontrasepsi

yang disertai hipertensi, riwayat konsumsi alkohol.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Kehilangan komunikasi, gangguan presepsi, kehilangan

motorik, merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena

kelemahan dan kehilangan sensasi atau paralis.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada riwayat penyakit degeneratif dalam keluarga

2. Pemeriksaan fisik dan observasi (Padila, 2012)

a. B1 (Bright/ pernafasan)

Perlu di kaji adanya :

1) Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan

kehilangan refleks batuk

2) Adanya tanda-tanda lidah jatuh ke belakang

3) Auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor


17

4) Catat jumlah dan irama nafas

b. B2 (Blood/ sirkulasi)

Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu

penigkatan tekanan darah disertai dengan pelebaran nadi

dan penurunan jumlah nadi

c. B3 (Brain / persyarafan, otak)

Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat. Periksa adanya

pupil unilateral, observasi tingkat kesadaran

d. B4 (Bladder / perkemihan)

Tanda-tanda inkontinensia uri.

e. B5 (Bowel / pencernaan)

Tanda-tanda inkontinensia alfi

f. B6 (Bone / tulang dan integumen)

Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan. Tanda-tanda

decubitus karena tirah baring yang terlalu lama, kekuatan

otot

g. Pemeriksaan data dasar (Wijaya, 2013)

1) Aktifitas / istirahat

a) Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena

kelemahan, kehilangan sensasi atau paralis.

b) Merasa mudah lelah, susah beristirahat (nyeri,

kejang otot)

c) Gangguan tonus otot

d) Gangguan penglihatan
18

e) Gangguan tingkat kesadaran

2) Sirkulasi

a) Adanya penyakit jantung

b) Hipotensi arterial berhubungan dengan embolisme/

malformasi vaskuler

c) Frekuensi nadi dapat bervariasi karena

ketidakefektifan fungsi / keadaan jantung.

3) Integritas ego

a) Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa

b) Emosi labil, ketidaksiapan untuk makan sendiri dan

gembira

c) Kesulitan untuk mengekspresikan diri

4) Eliminasi

a) Perubahan pola berkemih seperti : inkontinensia uri,

anuria

b) Distensi abdomen, bising usus (-)

5) Makan / cairan

a) Nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut

b) Kehilangan sensasi

c) Disfagia, riwayat Diabetes Mellitus, peningkatan

lemak dalam darah

d) Kesulitan menelan
19

6) Neurosensori

a) Adanya pusing, sakit kepala berat

b) Kelemahan, kesemutan, lumpuh

c) Penglihatan menuru : buta total, kehilangan daya

lihat sebagian, penglihatan ganda

d) Sentuhan : hilangnya rangsangan sensoris kontra

lateral (ada sisi tubuh yang berlawanan / pada

ekstremitas dan kadang pada ipsilateral satu sisi)

pada wajah

7) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman

a) Status mental / tingkat kesadaran : koma pada tahap

awal hemoragik, tetap sadar jika trombosis alami

b) Gangguan fungsi kognitif : penurunan memori

c) Ekstremitas : kelemahan / paralise, tidak dapat

menggenggam, reflek tendon melemah secara

kontralateral

d) Afasia : gangguan fungsi bahasa, afasia motorik

(kesulitan mengucapkan kata) atau afasia sensorik

(kesulitan memahami kata-kata bermakna)

e) Kehilangan kemampuan mengenali / menghayati

masuknya sensasi visual, pendegaran, taktil


20

8) Nyeri

a) Sakit kepala dengan intensitas berbeda

b) Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah,

ketergantungan pada otot

9) Pernafasan

a) Merokok

b) Ketidakmampuan menelan, batuk / hambatan jalan

nafas

c) Pernafasan sulit, tidak teratur, suara nafas terdengar

ronki.

10) Keamanan

a) Motorik / sensori : masalah penglihatan, perubahan

terhadap orientasi tentang tubuh (stroke kanan),

kesulitan melihat objek dari sisi kiri, hilangnya

kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit

b) Tidak mampu mengenali objek, warna dan wajah

yang pernah dikenali

c) Gangguan berespon terhadap panas dan dingin,

gangguan regulasi tubuh

d) Tidak mandiri

e) Tidak sadar / kurang kesadaran diri

11) Interaksi sosial

Masalah bicara dan tidak mampu berkomunikasi.


21

h. Pemeriksaan neurologis

1) Status mental

a) Tingkat kesadaran : kualitatif dan kuantitatif

b) Pemeriksaan kemampuan bicara

c) Orientasi (tempat, waktu, orang)

d) Pemeriksaan daya pertimbangan

e) Penilaian daya obstruksi

f) Penilaian kosakata

g) Pemeriksaan respon emosional

h) Pemeriksaan daya ingat

i) Pemeriksaan kemampuan berhitung

j) Pemeriksaan kemampuan mengenal benda

2) Nervuskranialis

a) Olfaktorius : penciuman

b) Optikus : penglihatan

c) Okulomotorius : gerak mata, kontriksi pupil

akomodasi

d) Troklear : gerak mata

e) Trigeminus : sensasi umum pada wajah, kulit

kepala, gigi, gerak mengunyah

f) Abducen : gerak mata

g) Fasialis : pengecap, sensasi umum pada palatum dan

telinga luar, sekresi kelenjar lakrimalis,

submandibula, sublingual, ekspresi wajah


22

h) Vestibulokoklearis : pendengaran dan

keseimbangan

i) Aksesoris spinal : fonasi, gerak kepala, leher dan

bahu

j) Hipoglosus : gerak lidah

3) Fungsi motorik

a) Masa otot, kekuatan otot dan tonus otot

b) Fleksi dan ekstensi lengan

c) Abduksi dan adduksi lengan

d) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

e) Adduksi dan abduksi jari

f) Adduksi dan abduksi pinggul

g) Fleksi ekstensi lutut

h) Dorsofleksi dan fleksi plantar pergelangan kaki

i) Dorsofleksi dan fleksi plantar ibu jari kaki

4) Fungsi sensori

a) Sentuhan ringan

b) Sensasi nyeri

c) Sensasi posisi

d) Sensasi getaran

e) Sensasi taktil

5) Refleks

a) Biceps

b) Triceps
23

c) Brachioradialis

d) Patella

e) Achilles

2.1.10 Diagnosa keperawatan yang muncul

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien stroke menurut

(Nanda, 2015)

1. Hambatan mobilitas fisik berhungan dengan gangguan

neuromuskular (00085)

2. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan,

gangguan neuromuskular (000102)

3. Resiko kerusakan integritas kulit (00047)

4. Resiko cidera atau jatuh (00035)

2.1.11 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan pada klien menurut (Bulechek & Moorhead,

2016)

1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neuromuskular

Tujuan : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai

dengan kemampuannya

Kriteria hasil :

a. Tidak terjadi kontraktur sendi bertambahnya kekuatan otot

b. Klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

Intervensi

Terapi Latihan: Ambulasi (0221)


24

a. Bantu klien untuk perpindahan, sesuai kebutuhan

Rasional : Melatih kekuatan otot klien

b. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada

ekstremitas yang tidak sakit

Rasional : gerakan aktif memberikan massa, tonus dan

kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan

pernafasan

1) Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit

Rasional : otot volunter akan kehilangan tonus dan

kekuatan bila tidak dilatih untuk digerakkan

2) Kolaborasi dengan fisioterapi pemberian latihan ROM

Rasional : mempertahankan mobilitas sendi,

mengembalikan kontrol motorik, mencegah terjadinya

kontraktur pada ekstremitas yang mengalami paralisis

mencegah buruknya sistem neurovaskuler dan

meningkatkan sirkulasi

2. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan,

gangguan neuromuskular

Tujuan : kebutuhan perawtan diri klien dapat terpenuhi

Kriteria hasil :

a. Klien dapat melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan

kemampuan klien

b. Klien dapat mengidentiikasi sumber pribadi / komunitas,

untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan


25

Intervensi

Bantuan Perawatan Diri: Pemberian Makan (1803)

a. Monitor kemampuan klien untuk menelan

Rasional : Untuk mengetahui kemampuan menelan klien

b. Posisikan klien dalam posisi makan yang nyaman

Rasional : Agar klien merasa nyaman saat makan

c. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu

makan (misal, jauhkan dari pandangan benda seperti pispot,

urinal, dan suksion)

Rasional : Untuk meningkatkan nafsu makan klien.

d. Berikan bantuan fisik, sesuai kebutuhan

Rasional : Untuk membantu klien makan

3. Resiko kerusakan integritas kulit

Tujuan : Setelah dilakukan tindaka keperawatan resiko

kerusakan integritas kulit dapat teratasi

Kriteria hasil :

a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan, tidak ada

luka/lesi pada kulit

b. Perfusi jaringan baik

c. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan

mencegah terjadinya cidera berulang

d. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban

kulit dan perawatan alami


26

Intervensi

Perawatan Luka Tekan (3520)

a. Monitor warna, suhu, udem, kelembaban, dan kondisi area

luka

Rasional : mengetahui warna, suhu, udem, kelembaban, dan

kondisi area luka

b. Bersihkan kulit sekitar luka dengan sabun yang lembut dan

air

Rasional : Agar tidak terjadi infeksi

c. Berikan salep jka diperlukan

Rasional : Untuk mempercepat proses penyembuhan luka

d. Ubah posisi setiap 1-2 jam sekali

Rasional : Mencegah penekakan

4. Resiko cidera atau jatuh

Tujuan : Agar tidak terjadi resiko cidera

Kriteria hasil :

a. Klien terbebas dari cidera

b. Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah

injury

c. Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan

d. Menggunakan fasilitas kesahatn yang ada

Intervensi :

Pencegahan Jatuh(6490)
27

a. Identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko

jatuh

Rasional : Untuk mengidentifikasi faktor resiko jatuh

b. Kaji ulang riwayat jatuh bersama dengan klien dan keluarga

Rasional : Untuk mengetahui riwayat jatuh

c. Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang mungkin

meningkatkan potensi jatuh (misal, lantai licin dan tangga

terbuka)

Rasional : Untuk mengidentifikasi potensi jatuh

d. Ajarkan klien bagaimana jika jatuh, untuk meminimalkan

cidera

Rasional : Untuk meminimalkan cidera

2.1.12 Implementasi

Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata

berupa serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan

untuk mencapai hasil yang optimal.Pada tahap ini perawat

menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan

tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun

secara khusus pada klien bronkitis.Pada pelaksanaan ini perawat

melakukan fungsinya secara independen, interdependen, dan

dependen (Jitowiyono, dkk, 2010).

Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua keiatan

yang diprakarsai oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan

dan ketrampilan yang dimilikinya. Pada fungsi interdependen adalah


28

dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan

profesi/disiplin ilmu yang lain dalam perawatan maupun pelayanan

kesehatan. Sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang

dilksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain

(Jitowiyono, dkk, 2010).

2.1.13 Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek

dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai

dengan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi

dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses atau evaluasi formatif,

dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil dan

sumatif dilakukan dengan membandingakan respon klien pada tujuan

yang telah ditentukan (Afnuhazi, 2015).

2.2 Terapi Range Of Motion (ROM)

2.2.1 Definisi

Range Of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk

mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan

kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap

untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter&Perry, 2005).

2.2.2 Tujuan RangeOf Motion (ROM)

Menurut (Beebe & Lang, 2009; Hardwick & Lang, 2012) Tujuan

ROM, yaitu :
29

1. Untuk mempertahankan atau meningkatkan fleksibilitas dan

kekuatan otot

2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernafasan, mencegah

kontraktur dan kekuatan pada sendi

2.2.3 Manfaat RangeOf Motion (ROM)

Menutut (Beebe & Lang, 2009; Hardwick & Lang, 2012) Manfaat

ROM, yaitu :

1. Untuk menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam

melakukan pergerakan

2. Memperbaiki tonus otot

3. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

4. Mencegah terjadinya kekakuan sendi

5. Memperlancar sirkulasi darah dengan dilakukannya latihan ROM

pada klien

2.2.4 Klasifikasi RangeOf Motion (ROM)

Menurut (Potter & Perry, 2005) kalsifikasi ROM, yaitu :

1. ROM pasif

ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan klien dengan

bantuan perawat setiap gerakan.

2. ROM aktif

ROM aktif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh klien

tanpa bantuan perawat di setiap gerakan yang dilakukan.


30

2.2.5 Gerakan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh

ROM terdiri dari gerakan pada persendian sebagai berikut Menurut

(Potter & Perry, 2005):

1. Leher, Spina, Serfikal

Tabel 2.1 Gerakan ROM leher, spina, serfikal

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-45°
mungkin,
Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh rentang 40-45°
mungkin kearah setiap bahu,
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam
gerakan sirkuler,

2. Bahu

Tabel 2.2 Gerakan ROM bahu

Gerakan Penjelasan Rentang


Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh
Fleksi rentang 180°
ke depan ke posisi di atas kepala,
Mengembalikan lengan ke posisi di samping
Ekstensi rentang 180°
tubuh,
Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku
Hiperektensi rentang 45-60°
tetap lurus,
Menaikan lengan ke posisi samping di atas
Abduksi kepala dengan telapak tangan jauh dari rentang 180°
kepala,
Menurunkan lengan ke samping dan
Adduksi rentang 320°
menyilang tubuh sejauh mungkin,
Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan
Rotasi dalam menggerakan lengan sampai ibu jari rentang 90°
menghadap ke dalam dan ke belakang,
Dengan siku fleksi, menggerakan lengan
Rotasi luar rentang 90°
sampai ibu jari ke atas dan samping kepala,
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang 360°
31

3. Siku

Tabel 2.3 Gerakan ROM siku

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan bahu rentang 150°
bergerak ke depan sendi bahu dan tangan
sejajar bahu,
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan rentang 150°
tangan,

4. Lengan bawah

Tabel 2.4 Gerakan ROM lengan bawah

Gerakan Penjelasan Rentang


Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-90°
sehingga telapak tangan menghadap ke
atas,
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak rentang 70-90°
tangan menghadap ke bawah,

5. Pergelangan tangan

Tabel 2.5 Gerakan ROM pergelangan tangan

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menggerakan telapak tangan rentang 80-90°
ke sisi bagian dalam lengan
bawah,
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan rentang 80-90°
sehingga jari-jari, tangan,
lengan bawah berada dalam arah
yang sama,
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan rentang 89-90°
dorsal ke belakang sejauh
mungkin,
Abduksi Menekuk pergelangan tangan rentang 30°
miring ke ibu jari,
Adduksi Menekuk pergelangan tangan rentang 30-50°
miring ke arah lima jari,
32

6. Jari- jari tangan

Tabel 2.6 Gerakan ROM jari-jari tangan

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°

Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan rentang 30-


Kebelakang sejauh mungkin, 60°
Abduksi Mereggangkan jari-jari rentang 30°
tangan
yang satu dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari rentang 30°
tangan,

7. Ibu jari

Tabel 2.7 Gerakan ROM ibu jari

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang rentang 90°
permukaan telapak tangan,
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus rentang 90°
menjauh dari tangan,
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke rentang 30°
samping,
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan rentang 30°
tangan,
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke
setiap jari-jari tangan pada -
tangan yang sama.

8. Pinggul

Tabel 2.8 Gerakan ROM pinggul

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan tungkai ke depan rentang 90-120°
dan atas,
Ekstensi Menggerakan kembali ke rentang 90-120°
samping tungkai yang lain,
Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke rentang 30-50°
belakang tubuh,
Abduksi Menggerakan tungkai ke rentang 30-50°
samping menjauhi tubuh,
Adduksi Mengerakan tungkai kembali
ke posisi media dan melebihi rentang 30-50°
jika mungkin,
Rotasi dalam Memutar kaki dan tungkai ke
rentang 90°
arah tungkai lain,
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai rentang 90°
33

menjauhi tungkai lain.


Sirkumduksi Menggerakan tungkai
-
Melingkar

9. Lutut

Tabel 2.9 Gerakan ROM lutut

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan tumit ke arah rentang 120-
belakang paha, 130°
Ekstensi Mengembalikan tungkai rentang 120-
kelantai, 130°

10. Mata kaki

Tabel 2.10 Gerakan ROM mata kaki

Gerakan Penjelasan Rentang


Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga rentang 20-
jari-jari kaki menekuk ke 30°
atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga rentang 45-
jari-jari kaki menekuk ke 50°
bawah,

11. Kaki

Tabel 2.11 Gerakan ROM kaki

Gerakan Penjelasan Rentang


Inversi Memutar telapak kaki ke rentang 10°
samping dalam,
Eversi Memutar telapak kaki ke rentang 10°
samping luar,

12. Jari-Jari Kaki

Tabel 2.12 Gerakan ROM jari-jari kaki

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke rentang 30-
bawah, 60°
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-
60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu rentang 15°
dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali bersama rentang 15°
sama,
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 DESAIN

Studi kasus pada intinya adalah meneliti kehidupan satu atau beberapa

komunitas, organisasi atau perorangan yang dijadikan unit analisis, dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif, yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Studi kasus

merupakan penelitian mengenai manusia (dapat suatu kelompok, organisasi

maupun individu), peristiwa, latar secara mendalam, tujuan dari penelitian

mendapatkan gambaran yang mendalam tentang suatu kasus yang sedang

diteliti pengumpulan datanya diperoleh dari wawancara, observasi, dan

dokumentasi (Sujarweni, 2014).

3.2 BATASAN ISTILAH

Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Stroke Non

Hemoragik, maka penyusun studi kasus harus menjabarkan tentang konsep

Stroke dan terapi RangeOf Motion(ROM) pasif.

3.2.1 Pengertian Stroke Non Hemoragik

Stroke Non Hemoragik adalah stroke yang diakibatkan oleh

penyumbatan sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke

otak (Junaidi, 2011).

34
35

3.2.2 Pengerian Hambatan mobilitas fisik

Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik

tubuh atau satu atau lebih pada ekstremitas secara mandiri dan terarah.

3.2.3 Pengertian Range of motion

Range Of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk

mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan

kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap

untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter&Perry, 2005).

3.3 PARTISIPAN

Subyek studi dalam kasus ini adalah dua klien yang mengalami atau

didiagnosis mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas

fisik diruang ICU RSUD Salatiga.

3.4 Lokasi dan waktu

3.4.1 Lokasi

Pada kasus ini tempat pengambilan kasusdilakukan di RSUD Salatiga.

Alasan pemilihan tempat dikarenakan kasus kegawat daruratan

terbanyak di RSUD Salatiga salah satunya adalah Stroke. Disamping

itu kasus ini diambil untuk eksplorasi masalah asuhan keperawatan

pada klien dan terapi RangeOf Motion (ROM) pasif pada klien di

ruang ICU RSUD Salatiga.


36

3.4.2 Waktu

Rencana pelaksanaan studi kasus ini secara keseluruhan

membutuhkan waktu 2 minggu dimulai pada tanggal 22 Mei – 3 Juni

2017.

3.5 PENGUMPULAN DATA

Sehubungan dengan pendekatan studi kasusdiatas, teknik pengumpulan

data yang akan digunakan dalam studi kasus ini adalah penelitian lapangan,

dilakukan dengan cara mengunjungi langsung ke objek penelitian yaitu

RSUD Salatiga. Metode Pengumpulan data yang digunakan adalah:

3.5.1 Teknik pengumpulan data primer

Yakni pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi

penelitian atau objek yang diteliti. Dalam hal ini data diperoleh

dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada

objek penelitian terhadap klien yang mengalami Strok Non

Hemoragik. Dengan pendekatan IPPA ( inspeksi, palpasi,

perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh klien.

2. Wawancara, yaitu melakukan tanya-jawab dengan pihak-pihak

yang berhubungan dengan masalah penelitian wawancara

dinyatakan sebagai suatu percakapan dengan bertujuan untuk

memperoleh kontruksi yang terjadi sekarang tentang orang,

kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan,

kerisauandan sebagainya. Peneliti melakukan pengkajian


37

terhadap klien (hasil pengkajian berisi tentang identitas klien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit

dahulu, riwayat penyakit kelurga dll). Sumber data dari klien,

keluarga, perawat lainnya (Sujarweni, 2014).

3.5.2 Teknik pengumpulan data sekunder

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi

bahan - bahan kepustakaan yang perlu untuk mendukung data primer.

(hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data yang relevan).

Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan instrumen

sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan (Libraryresearch)

Yaitu, pengumpulan data yang dilakukan dari buku-buku, karya

ilmiah, pendapat ahli yang memiliki relevansi dengan masalah

yang diteliti.

2. Studi Dokumentasi (Documentary)

Yaitu, pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan

catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian serta sumber-

sumber lain yang menyangkut masalah diteliti dengan instansi

yang terkait.

3.6 UJI KEABSAHAN DATA

Uji keabsahan data dimaksud dengan mengambil data baru

(hereandnow) dengan menggunakan instrumen pengkajian yang sesuai

sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Pengkajian


38

menggunakan klien, perawat, keluarga klien sebagai sumber informasi dan

sumber dokumentasi. Menegakkan diagnosa keperawatan menggunakan

NANDA, intervensi dengan NIC NOC, penatalaksanaan dengan

menggunakan SOP tentang pelaksanaan secara verbal, evaluasi dengan

menggunakan evaluasi formatif dan evaluasi surmatif (Sujarweni, 2014).

3.7 ANALISA DATA

Setelah melakukan asuhan keperawatan akan dilakukan analisa data

dengan metode membandingkan antara tindakan yang dilakukan dengan

jurnal penelitian dan teori didalam buku (Sujarweni, 2014).

1. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil ditulis dalam bentuk transkip (catatan terstruktur).

2. Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan menjadi data

subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan

diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian Data

Penyatian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun

teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan

identitas dari klien.


39

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan

metode induksi.

Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,

perencanaan, tindakan, evaluasi.


BAB IV
HASIL STUDI KASUS

4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan data

RSUD Salatiga adalah Rumah Sakit Umum milik Pemerintah kota Salatiga

yang bermodel RSUD, dinaungi oleh PEMKOT SALATIGA dan tercatat dalam RS

Tipe B. RS ini telah teregristrasi sedari 04/03/2012 dengan nomor ijin 05/04/2013

dari GUBERNUR JATENG dengan sifat Perpanjang, dan berlaku 5th. Sehabis

melaksanakan Metode AKREDITASI RS Seluruh Indonesia dengan proses

pertahapan III (16 Pelayanan) akhirnya diberikan status Lulus Akreditasi Rumah

Sakit. RSUD ini berlokasi di Jl. Osamaliki No. 19, Salatiga, Kota Salatiga, Indonesia.

4.2 IDENTITAS KLIEN


Tabel 4.1 Identitas Klien

IDENTITAS
KLIEN 1 KLIEN 2
KLIEN
Nama Ny. T Ny. J
Umur 63 Tahun 59 Tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan Sarjana SMP
Pekerjaan Pensiunan Ibu Rumah Tangga
Alamat Banjarsasi, Tengaran Rembes, Bringin, Semarang
Tanggal MRS 20 Mei 2017 24 Mei 2017
Diagnosa Stroke Non Hemoragik (SNH) Stroke Non Hemoragik (SNH)
No. Reg 0809113598 1011173082

40
41

4.3 RIWAYAT PENYAKIT


Tabel 4.2 Riwayat Penyakit
RIWAYAT
KLIEN 1 KLIEN 2
PENYAKIT
Keluhan Utama Keluarga mengatakan Klien Keluarga mengatakan
lemas,anggota gerak sebelah kiri anggota gerak sebelah kanan
melemah. melemah.
Riwayat Penyakit Keluarga mengatakan Klien Keluarga mengatakan
Sekarang lemas sejak 5 hari yang lalu anggota gerak sebelah kanan
sebelum masuk RS, dan melemah dan klien kesulitan
keluarga mengatakan bahwa untuk berbicara, keluarga
Klien mempunyai riwayat mengatakan klien mempunyai
hipertensi dari ibu Klien, apabila riwayat hipertensi dan orang
klien kecapean dan terlalu tua klien, apabila klien tidak
banyak fikiran tekanan darah bias tidur malam atau klien
klien naik, upaya yang dilakukan terlalu memikirkan sesuatu
keluarga untuk mengatasi tekanan darah klien naik,
hipertensi klien keluarga upaya yang dilakukan
membawa klien ke balai keluarga untuk mengatasinya
pengobatan (dokter terdekat), klien dibawa ke puskesmas
Klien merupakan peserta terdekat.
prolanis (pengobatan rutin).
RIWAYAT
KLIEN 1 KLIEN 2
PENYAKIT
Riwayat Penyakit Keluarga mengatakan Klien Keluarga mengatakan Klien
Dahulu pernah dirawat di RSUD pernah dirawat di Rumah
Salatiga pada tahun 2008 dengan Sakit pada tahun 2012 dengan
riwayat penyakit yang sama riwayat penyakit Stroke
yaitu SNH keluarga mengatakan anggota gerak sebelah kiri
klien belum pernah melakukan lemah, tetapi bisa sembuh
pembedahan (operasi) total karena klien sering
sebelumnya, klien mempunyai fisioterapi.Keluarga
alergi makanan ikan laut apabila mengatakan klien belum
klien makan makanan ikan laut pernah melakukan
badan klien gatal – gatal dan pembedahan (operasi)
timbul kemerahan pada kulit. sebelumnya, klien tidak
mempunyai alergi makanan
atau obat.
Riwayat Kesehatan Keluarga mengatakan Klien Keluarga mengatakan Klien
Keluarga tidak mempunyai Penyakit tidak mempunyai Penyakit
menular. Klien mempunyai menular. Klien mempunyai
riwayat penyakit keturunan riwayat penyakit keturunan
seperti hipertensi dan diabetes seperti hipertensi dari orang
melitus dari orang tua klien tua klien
Riwayat Kesehatan Keluarga mengatakan Keluarga mengatakan
Lingkungan lingkungan rumah klien bersih, lingkungan rumah
udara bersih, ventilasi udara klienbersih, udara bersih,
42

cukup, jauh dari parit dan rumah ventilasi udara cukup, jauh
klien jauh dari polusi udara dari parit dan rumah klien
(asap kendaraan dan asap jauh dari polusi udara (asap
pabrik). kendaraan dan asap pabrik).

GENOGRAM
Tabel 4.3 Genogram
Genogram Klien 1 Genogram Klien2

Keterangan : Keterangan :
: Laki – laki : Laki – laki
: Perempuan : Perempuan
: Klien Ny. T : Klien Ny. T
X : Meninggal X : Meninggal
: Tinggal satu rumah : Tinggal satu rumah

4.4 PENGKAJIAN FOKUS


Tabel 4.4 Pengkajian Fokus
PENGKAJIAN
KLIEN 1 KLIEN 2
FOKUS
Breathing Respirasi Klien spontan dengan Respirasi Klien spontan dengan
terpasang O2 nasal kanul 4l/menit terpasang O2 nasal kanul 3l/menit
Blood capillary refill < 2 deitk, TV capillary refill < 2 deitk, TV
150/75 mmHg, Nadi 94x/menit 239/152 mmHg, Nadi
tidak sianosi 113x/menit
Brain Keadaan umum klien lemah Keadaan umum klien lemah
kesadaran klien sopor dengan GCS kesadaran klien composmentis
E2M2V2 dengan GCS E4M6V1
Bladde Klien sepasang selang kateter Klien sepasang selang kateter
Bowel BAB Klien 1x sehari dengan BAB Klien 1x sehari dengan
konsistensi lembek, warna kuning konsistensi lembek, warna
kecoklatan dan bau khas kuning kecoklatan dan bau khas
Bone kekakuan otot klien kekuatan otot klien 1 5
3 1 1 5
3 1
43

4.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tabel 4.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Klien 1 Klien 2
Penunjang
Keadaan Umum Lemah Lemah
Kesadaran Sopor Composmentis
TTV
TD 150/70mmHg 239/152 mmHg
Nadi
Frekuensi 94x/menit 113x/menit
Irama Teratur Teratur
Kekakuan Kuat Kuat
Respirasi
Frekuensi 22x/menit 20x/menit
Irama Teratur Teratur
Suhu 37oc 36,5oc
Kepala
Bentuk Kepala Mesochepal, tidak ada luka dan Mesochepal, tidak ada luka dan
jejas jejas
Kulit Kepala Sedikit kotor Sedikit kotor
Rambut Lurus beruban, sedikit kotor keriting beruban, sedikit kotor
Muka
Mata Tidak oedema Tidak oedema
Palpebra Konjungtiva Anemis Konjungtiva Anemis
Sclera Sclera tidak ikterik Sclera tidak ikterik
Pupil Anisokor Anisokor
Diameter 2/2 2/2
Reflek Cahaya +/+ +/+
Penggunaan alat tidak menggunakan alat bantu
bantu
Hidung Terpasang NGT, tidak ada sekret Terpasang NGT, tidak ada sekret
dihidung
Mulut Bibir pucat dan kotor Bibir pucat dan kotor
Gigi Terdapat karies gigi di klien Terdapat karies gigi
Telinga Bersih, tidak terdapat secret di Bersih, tidak terdapat secret di
telinga klien telinga klien
Leher Tidak terdapat pembesaran Tidak terdapat pembesaran
kelenjar limfe dan tiroid kelenjar limfe dan tiroid
Dada
Paru
Inspeksi Bentuk dada simetris Bentuk dada simetris
Palpasi Vocal fremitus ka / ki sama Vocal fremitus ka / ki sama
Perkusi Sonus seluruh lapang paru Sonus seluruh lapang paru
Auskultasi tidak ada suara nafas tambahan tidak ada suara nafas tambahan
Jantung
Inspeksi Ictus cordis tampak di ICS 5 Ictus cordis tampak di ICS 5
midklafikula midklafikula
44

Palpasi Ictus cordis teraba pada ICS 5 Ictus cordis teraba pada ICS 5
Perkusi Pekak Pekak
Auskultasi Bunyi Jantung Lup lup Bunyi Jantung Lup lup
Abdomen
Inspeksi simetris tidak ada jejas simetris tidak ada jejas
Auskultasi bising usus 15x/menit bising usus 11x/menit
Perkusi Tymponi Tymponi
Palpasi tidak ada nyeri tekan tidak ada nyeri tekan
Genetalia Bentuk vagina normal, tidak Bentuk vagina normal, tidak
terdapat jejal terdapat jejal
Ekstremitas Tidak terdapat jejas, tidak ada Tidak terdapat jejas, tidak ada
oedema kekuatan otot oedema kekuatan otot
ekstremitas klien ekstremitas klien
3 1 1 5
3 1 1 5

4.6 PEMERIKSAAN LAB dan DATA PENUNJANG


Tabel 4.6 Pemeriksaan Lab dan Data Penunjang

KLIEN 1
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Hematologi
Lekosit 7,77 ribu/ul 4,5 – 11
Eritokrit 4,5 juta/ul L : 4,50 – 6,5 W : 3,8 – 5,8
Hemoglobin 12,3 g/dl L : 13 -18 W : 11,5 – 16,5
Hematokrit 31,0 vol % L : 40 – 54 W : 37 – 47
MCV 91,0 fl 85 – 100
MCH 30,2 pg 28 – 31
MCHC 33,2 g/dl 30 – 35
Trombosit 216 ribu/ul 150 – 450
Hitung Jenis
Esinofil % 0,3 % 1–6
Basofil % 0,4 % 0,0 – 1,0
Limfosil % 9,6 % 20 – 45
Monosit % 4,6 % 2–8
Neukrofil % 85,1 % 40 – 75
Kimia
Ureum 59 mg/dl 10 – 50
Kreatinin 1,0 mg/dl 0,6 – 1,1
SGOT 16 u/l L : <37 W : < 31
SGPT 22 u/l L : < 42 W : < 32
KLIEN 2
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Hematologi
Lekosit 6,77 ribu/ul 4,5 – 11
45

Eritokrit 4,89 juta/ul L : 4,50 – 6,5 W : 3,8 – 5,8


Hemoglobin 14,7 g/dl L : 13 -18 W : 11,5 – 16,5
Hematokrit 43,9 vol % L : 40 – 54 W : 37 – 47
MCV 89,8 fl 85 – 100
MCH 30,1 pg 28 – 31
MCHC 33,5 g/dl 30 – 35
Trombosit 274 ribu/ul 150 – 450
Hitung Jenis
Esinofil % 1,1 % 1–6
Basofil % 0,7 % 0,0 – 1,0
Limfosil % 23,5 % 20 – 45
Monosit % 4,2 % 2–8
Neukrofil % 70,5 % 40 – 75
Kimia
Ureum 33 mg/dl 10 – 50
Kreatinin 1,0 mg/dl 0,6 – 1,1
SGOT 10 u/l L : <37 W : < 31
SGPT 16 u/l L : < 42 W : < 32

CT SCAN KEPALA TANPA KONTRAS


Tabel 4.7 CT Scan
Klien 1 Klien 2
Telah dilakukan pemeriksaan CT Scan Telah dilakukan pemeriksaan CT
Kepala Tanpa Kontras IV, Potongan Scan Kepala Tanpa Kontras IV,
axial, pada klien dengan klinis atasia Potongan axial, pada klien dengan
SNH. klinis atasia SNH.
Hasil : Hasil :
- Tak tampak soft tissue swelling extra - Tak tampak lesi hyperdens pada
kranial parenkhim otak
- Sistem tulang yang tervisualisasi - Tak tampak midline schiffting
tampak intract - Fissure sylvi Dx/Sn DBN dan
- Batas grey matter dan white matter falk cerebri DBN
tampak tegas - Sulcus dan gyrus DBN
- Tampak lesi hipodens (ISHU) di crus - Tak tampak kalsifikasi ganglion
anterior capsula interna dextra dan Basalis Dx/Sn
curuna radiara dextra. - Ventrikel lateralis Dx/Sn cornu
- Sistema ventrikel dalam batas normal anterior pasterio, 3 dan 4 DBN
- Tak tampak deviasi struktur mediana - Pons dan cerebellum DBN
- Air sellulae mastoidea dalam batas - Tampak lesi hipodens kecil
normal didaerah kapsula interna cruz
Kesan : posterior Dx/Sn dengan HU
- Gambaran lacunar infark dicrus 21.8.22.9 part layar monitor CT-
anterior capsula interna dextra dan Scan
corona radiara dextra Kesan :
- Tak tampak gambaran intra serebral - Bilateral SNH didaerah kapsula
hemorrhage interna cruz posterios Dx/Sn
46

Balance Cairan
Tabel 4.8 Balance Cairan
Klien 1
Senin, 22 Mei 2017
Intake Output Analisa
Susu 600 cc Urine 800 cc Intake 1600 cc
Infus 1000 cc Feses – Out put 1.075 cc
Iwl 275
Total 1600 cc Total 1.075 cc BC :
+ 525 cc
Selasa, 23 Mei 2017
Intake Output Analisa
Susu 600 cc Urine 950 cc Intake 1600 cc
Infus 1000 cc Feses 100 cc Output 1.325 cc
Iwl 275
Total 1600 cc Total 1.325 cc BC
+ 275
Rabu, 24 Mei 2017
Intake Output Analisa
Susu 600 cc Urine 1100 cc Intake 1900 cc
Infus 1300 cc Feses 150 cc Output 1525 cc
Iwl 275
Total 1900 cc Total 1.525 cc BC
+ 375
Klien 2
Senin, 26 Mei 2017
Intake Output Analisa
Susu 600 cc Urine 950 cc Intake 1900 cc
Infus 1300 cc Feses 100cc Out put 1335 cc
Iwl 285
Total 1900 cc Total 1.335 cc BC :
+ 565 cc
Selasa, 23 Mei 2017
Intake Output Analisa
Susu 600 cc Urine 950 cc Intake 1600 cc
Infus 1000 cc Feses 100 cc Output 1.325 cc
Iwl 275
Total 1600 cc Total 1.325 cc BC
+ 275
Rabu, 24 Mei 2017
Intake Output Analisa
Susu 600 cc Urine 800 cc Intake 1600 cc
Infus 1000 cc Feses - Output 1335 cc
Iwl 285
Total 1600 cc Total 1085 cc BC
+ 515
47

4.7 TERAPI
Tabel 4.9 Terapi
KLIEN 1
Jenis Terapi Dosis Golongan Fungsi
Infus RL 20tmp Isotonis Untuk pengganti cairan
Injeksi 2x1 mg Proton Pump Untuk menurunkan kadar
omeprazole Inhibitors asam yang di produksi
perut
Injeksi 3x1 mg Reseptor Untuk mencegah dan
Odansentron antagonist mengobati mual, muntah
Injeksi citiroline 2x1 mg Nootropik Untuk mengobati penyakit
otak seperti troke, hilang
ingatan faktor usia
Injeksi 2x1 mg Antibiotik Untuk mengobati
meropenem pneumonia nosokomial,
berbagai jenis infeksi
Obat peroral
Amiodieine 1x5 mg Anti hipertensi
untuk mengobati tekanan
darah tinggi
Vastigo 3x1 mg Anti hipertensi Untuk mengobati vertigo
& pusing berputar
Vaisartan 1x80 mg Betahistine Untuk mengobati tekanan
mesilate darah tinggi
Pregabalin 2x1 mg Antikonvulisan Untuk mengobati rasa
sakit yang disebabkan oleh
kerusakan pada syaraf.
PASEN 2
Jenis Terapi Dosis Golongan Fungsi
Infus RL 20tmp Isotonis Untuk pengganti cairan
Injeksi 2x1 mg Proton Pump Untuk menurunkan kadar
omeprazole Inhibitors asam yang di produksi
perut
Injeksi 3x1 mg Reseptor Untuk mencegah dan
Odansentron antagonist mengobati mual, muntah
Injeksi citiroline 2x1 mg Nootropik Untuk mengobati penyakit
otak seperti troke, hilang
ingatan faktor usia
Injeksi 2x1 mg Antibiotik Untuk mengobati
meropenem pneumonia nosokomial,
berbagai jenis infeksi
Obat peroral
Amiodieine 1x5 mg Anti hipertensi untuk mengobati tekanan
darah tinggi
Vastigo 3x1 mg Anti hipertensi Untuk mengobati vertigo
& pusing berputar
48

Vaisartan 1x80 mg Betahistine Untuk mengobati tekanan


mesilate darah tinggi
Pregabalin 2x1 mg Antikonvulisan Untuk mengobati rasa
sakit yang disebabkan oleh
kerusakan pada syaraf.

4.8 ANALISA DATA


Tabel 4.10 Analisa Data

Data Fokus Problem Etiologi


KLIEN1
DS : Hambatan mobilitas fisik Gangguan
Keluarga mengatakan (00085) neurumuskular
klien lemas anggota
gerak bagian kiri klien
melemah
DO :
- Klien tampak lemah
- Aktivitas klien di
bantu perawat dan
keluarga klien
- Klien terpasang
selang kateter
- Kekuatan
otot klien 3 1
- , GCS 3 1
E2M2V2

DS : - Defisit perawatan diri Gangguan


DO : (000102) neurumuskular
- Klien tampak tirah
baring
- Klien tampak lemah
- Kesadaran pasien
sopor
- ADL pasien tampak
dibantu perawat
- Klien makan dibantu
oleh perawat (NGT)

DS : - Risiko kerusakan Faktor mekanik


DO : integritas kulit (00047) (mobilisasi fisik)
- Punggung klien
tampak kemerahan
- Capilary refill < 2
detik
49

- Kulit klien lembab


dan teraba hangat
KLIEN2
DS : Hambatan mobilitas fisik Gangguan
Keluarga mengatakan (00085) neurumuskular
anggota tubuh bagian
kanan klien melemah
DO :
- Klien tampak lemah
- Klien terpasang
selang kateter
- Kekuatan
otot klien 1 5
- GCS 1 5
E4M6V1

DS : - Gangguan menelan Gangguan


DO : (00103) neuromuskular
- Klien terpasang NGT
- Klien makan dibantu
perawat
- Klien tampak lemas
dan tirah baring

DS :
Keluarga mengatakan Hambatan komunikasi Faktor mekanik
klien sulit berbicara verbal (00051) (mobiliasasi fisik)
DO :
- Klien tampak lemah
- Klien tampak
membuka mulut ingin
berbicara tetapi tidak
bisa
- Klien tidak bisa
menjawab pertanyaan
dari perawat

4.9 PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


Tabel 4.11 Prioritas Diagnosa Keperawatan
KLIEN 1 KLIEN 2
1. Hambatan mobilitas fisik (00085) 1. Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan (00085) berhubungan dengan
neuromuskular. gangguan neuromuskular.
50

2. Defisit perawatan diri (000102) 2. Gangguan menelan (00103)


berhubungan dengan gangguan berhubungan dengan gangguan
neuromuskular. neuromuskular.
3. Risiko kerusakan integritas kulit 3. Hambatan komunikasi verbal
(00047) berhubungan dengan (00051) berhubungan dengan
faktor mekanik (mobilitas fisik). gangguan fisiologis (penurunan
sirkulasi darah ke otak).

4.10 RENCANA KEPERAWATAN


Tabel 4.12 Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intevensi


KLIEN1
Setelah dilakukan tindakan - Bantu klien untuk berpindah
keperawatan selama 3x24 jam sesuai kebutuhan
diharapakan hambatan mobilitas - Lakukan gerak pasif (ROM
fisik dapat teratasi dengan KH : Pasif)
- Tidak terjadi kontraktur sendi - Kaji kekuatan otot klien
- Bertambahnya kekuatan - Kolaborasikan dengan
fisioterapi

Setelah dilakukan tindakan - Monitor kemampuan klien


keperawatan selama 3x24 jam untuk menelan
diharapkan defisit perawatan - Posisikan klien dalam posisi
diri : makan dapat teratasi dengan makan yang nyaman
KH : - Berikan bantuan fisik sesuai
- Klien dapat melakukan dengan kebutuhan klien
aktifitas diri sesuai dengan - Kolaborasi dengan ahli gizi
kemampuan klien dalam pemberian nutrisi
- Klien dapat
mengidentifikasikan sumber
pribadi, untuk memberikan
bantuan sesuai dengan
kebutuhan klien.

Setelah dilakukan tindakan - Beri penjelasan pada keluarga


keperawatan selama 3x24 jam tentang risiko adanya luka
diharapkan kerusakan integritas tekan
kulit dapat teratasi dengan KH - Beri massage sederhana
-klien dan keluarga mampu (menggunakan baby oil)
mengenali tanda dan gejal adanya - Lakukan alih baring (ubah
resiko luka tekan. posisi setiap 2 jam sekali)
-klien dan keluarga mampu - Kolaborasikan dengan dokter
berpartisipasi dalam pencegahan dalam pemberian obat (salep)
luka tekan(alih baring, massage
sederhana menggunakan baby oil)
51

KLIEN 2
Tujuan dan Kriteria Hasil Intevensi
Setelah dilakukan tindakan - Bantu klien untuk berpindah
keperawatan selama 3x24 jam sesuai kebutuhan
diharapakan hambatan mobilitas - Lakukan gerak pasif (ROM
fisik dapat teratasi dengan KH : Pasif)
- Tidak terjadi kontraktur sendi - Kaji kekuatan otot klien
- Bertambahnya kekuatan otot - Kolaborasikan dengan
fisioterapi

Setelah dilakukan tindakan - Pantau tanda dan gejala


keperawatan selama 3x24 jam aspirasi
diharapkan gangguan menelan - Monitor kemampuan klien
dapat teratasi dengan KH : untuk menelan
- Klien dapat makan tanpa - Berikan bantuan fisik sesuai
terpasang NGT dengan kebutuhan
- Klienmampu menelan - Kolaborasi dengan dokter
makanan. dalam pemberian obat.

Setelah dilakukan tindakan - Gangguan kata – kata


keperawatan selama 3x24 jam sederhana dan pendek dalam
diharapkan hambatan komunikasi komunikasi dengan klien
verbal dapat teratasi dengan KH : - Berikan arahan maupun
- Dapat menjawab pertanyaan perintah sederhana setiap
yang diajukan perawat interaksi dengan klien
- Dapat mengerti dan - Libatkan keluarga untuk
memahami pesan, pesan membantu, memahami atau
melalui gambar memahamkan informasi dari
- Dapat mengekspresikan perawat
perasaan secara verbal maupun - Kolaborasi dengan dokter
non verbal. dalam pemberian obat

4.11 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Tabel 4.13 Implementasi Keperawatan
Dx Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3
keperawatan
Klien 1
Hambatan 09.00 Membantu 09.00 Membantu 09.00 Membantu
klien untuk klien untuk klien untuk
mobilitas fisik
berpindah berpindah berpindah
berhubungan sesuai sesuai sesuai
kebutuhan kebutuhan kebutuhan
dengan
52

gangguan 09.15 Melakukan 09.10 Melakukan 09.15 Melakukan


gerak pasif gerak pasif gerak pasif
neuromuskular
(ROM Pasif) (ROM Pasif) (ROM Pasif)

09.45 Mengkaji 09.40 Mengkaji 09.45 Mengkaji


kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot
klien klien klien

10.00 Kolaborasikan 10.00 Kolaborasikan 10.00 Kolaborasikan


dengan dengan dengan
fisioterapi fisioterapi fisioterapi
Defisit 10.15 Memonitor 10.10 Memonitor 10.15 Memonitor
kemampuan kemampuan kemampuan
perawatan
klien utnuk klien utnuk klien utnuk
diri : makan menelan menelan menelan
berhubungan
10.20 Posisikan 10.15 Posisikan 10.20 Posisikan
dengan
klien dalam klien dalam klien dalam
gangguan posisi makan posisi makan posisi makan
yang nyaman yang nyaman yang nyaman
neuromuskular

10.30 Memberikan 10.30 Memberikan 10.30 Memberikan


bantuan fisik bantuan fisik bantuan fisik
sesuai sesuai sesuai
kebutuhan kebutuhan kebutuhan
klien klien klien

12.30 Kolaborasi 12.30 Kolaborasi 12.30 Kolaborasi


dengan ahli dengan ahli dengan ahli
gizi dalam gizi dalam gizi dalam
pemberian pemberian pemberian
nutrisi nutrisi nutrisi

Risiko 12.35 Memberikan


penjelasan
kerusakan
pada keluarga
integritas kulit tentang risiko
luka tekan
berhubungan
dengan faktor
mekanik 12.45 Berikan 12.40 Berikan 12.40 Berikan
massage massage massage
53

(mobilitas sederhana sederhana sederhana


menggunakan menggunakan menggunakan
fisik)
baby oil baby oil baby oil

13.00 Melakukan 13.00 Melakukan 13.00 Melakukan


tirah baring tirah baring tirah baring

13.20 Kolaborasi 13.20 Kolaborasi 13.20 Kolaborasi


dengan dokter dengan dokter dengan dokter
dalam dalam dalam
pemberian pemberian pemberian
obat obat obat

Klien2
Hambatan 08.00 Membantu 08.15 Membantu 08.15 Membantu
klien untuk klien untuk klien untuk
mobilitas fisik
berpindah berpindah berpindah
berhubungan sesuai sesuai sesuai
kebutuhan kebutuhan kebutuhan
dengan
gangguan
08.15 Melakukan 08.20 Melakukan 08.20 Melakukan
neuromuskular gerak pasif gerak pasif gerak pasif
(ROM Pasif) (ROM Pasif) (ROM Pasif)

08.45 Mengkaji 08.50 Mengkaji 08.55 Mengkaji


kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot
klien klien klien

09.00 Kolaborasikan 09.0 Kolaborasikan 09.00 Kolaborasikan


dengan 0 dengan dengan
fisioterapi fisioterapi fisioterapi

Gangguan 09.30 Memantau 09.30 Memantau 09.30 Memantau


tanda dan tanda dan tanda dan
menelan
gejala aspirasi gejala aspirasi gejala aspirasi
berhubungan
dengan 09.35 Memonitor 09.35 Memonitor 09.35 Memonitor
kemampuan kemampuan kemampuan
gangguan
klien untuk klien untuk klien untuk
neuromuskular menelan menelan menelan

10.30 Memberikan 10.30 Memberikan 10.30 Memberikan


bantuan fisik bantuan fisik bantuan fisik
54

sesuai sesuai sesuai


kebutuhan kebutuhan kebutuhan
klien klien klien

12.30 Kolaborasi 12.15 Kolaborasi 12.20 Kolaborasi


dengan ahli dengan ahli dengan ahli
gizi dalam gizi dalam gizi dalam
pemberian pemberian pemberian
nutrisi nutrisi nutrisi

Hambatan 08.00 Gunakan kata 08.05 Gunakan kata 08.00 Gunakan kata
– kata – kata – kata
komunikasi
sederhana dan sederhana dan sederhana dan
verbal pendek dalam pendek dalam pendek dalam
komnikasi komnikasi komnikasi
berhubungan
dengan klien. dengan klien. dengan klien.
dengan
gangguan 12.00 Libatkan 12.00 Libatkan 12.00 Libatkan
keluarga keluarga keluarga
fisiologis
untuk untuk untuk
(penurunan membantu, membantu, membantu,
memahami memahami memahami
sirkulasi darah
informasi dari informasi dari informasi dari
ke otak) perawat perawat perawat

09.00 Berikan 09.10 Berikan 09.05 Berikan


arahan arahan arahan
maupun maupun maupun
perintah perintah perintah
sederhana sederhana sederhana
setiap setiap setiap
berinteraksi berinteraksi berinteraksi
dengan klien dengan klien dengan klien
12.15 Kolaborasi 12.15 Kolaborasi 12.15 Kolaborasi
dengan dokter dengan dokter dengan dokter
dalam dalam dalam
pemberian pemberian pemberian
obat obat obat
55

4.12 EVALUASI KEPERAWATAN


Tabel 4.14 Evaluasi Keperawatan

Dx. Hari/Tgl Evaluasi


Klien 1
1 Senin S:
22 Mei2017 Keluarga mengatakanklien lemas, anggota tubuh
kiriklien melemah
O:
- Klien tampak lemah
- TD 150/70 mmHg, Nadi 94x/menit, RR 22x/menit
- Aktifitas klien dibantu perawat dan keluarga
- Klien terpasang selang kateter
- Kekuatan otot klien ka = ki
3 1
GCS E2 M2 V2 3 1
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Bantu klien untuk berpindah sesuai kebutuhan
- Lakukan gerak pasif
- Kaji kekuatan otot klien
- Kolaborasi dengan fisioterapi.

S:-
2 Senin O:
22 Mei2017 - Klien tampak tirah baring
- Klien tampak lemah
- Klien makan dibantu oleh perawat (NGT)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor kemampuan klien untuk menelan
- Posisikan klien dalam posisi makan yang nyaman
- Beri bantuan fisik sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
nutrisi
S:-
O:
3 Senin - Punggung klien tampak kemerahan
22 Mei2017 - Capillary refill < 2 detik
- Kulit lembab
- Kulit teraba hangat
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Beri penjelasan pada keluarga tentang adanya luka
tekan
- Beri massage sederhana
- Lakukan alih baring
56

- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

S:
Keluarga mengatakanklien masih lemas, anggota
1 Selasa gerak kiri klien melemah
23 Mei 2017 O:
- Klien tampak lemah
- TD 160/80mmHg, Nadi 87x/menit, RR 23x/menit
- Aktifitas klien dibantu perawat dan keluarga
- Klien terpasang kateter
- Kekuatan otot klien ka = ki
3 1
GCS E2M3V2 3 1
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Bantu klien untuk berpindah sesuai kebutuhan
- Lakukan gerak pasif
- Kaji kekuatan otot klien
- Kolaborasi dengan fisioterapi

S:-
O:
2 Selasa - Klien tampak tirah baring
23 Mei 2017 - Klien tampak lemah
- Klien makan dibantu oleh perawat
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor kemampuan klien untuk menelan
- Posisikan klien dalam posisi makan yang nyaman
- Beri bantuan fisik sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
nutrisi

S:-
O:
- Punggung klien tampak kemerahan
3 Selasa - Capillary refill < 2 detik
23 Mei 2017 - Kulit lembab
- Kulit teraba hangat
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Beri massage sederhana
- Lakukan alih baring
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

S:
Keluarga mengatakanklien lemas, anggota tubuh
bagian kiri klien melemah
57

1 Rabu O:
24 Mei 2017 - Klien tampak lemah
- TD 140/100 mmHg, Nadi 90x/menit, RR
22x/menit
- Aktifitas klien dibantu perawat dan keluarga
- Kekuatan otot ka = ki
3 1
GCS E2M3V2 3 1
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Bantu klien untuk berpindah sesuai kebutuhan
- Lakukan gerak pasif
- Kaji kekuatan otot klien
- Kolaborasi dengan fisioterapi

S:-
O:
- Klien tampak tirah baring
2 Rabu - Klien tampak lemah
24 Mei 2017 - Klien makan dibantu oleh perawat
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- menelan
- Posisikan klien dalam posisi makan yang nyaman
- Beri bantuan fisik sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
nutrisi

S:-
O:
- Punggung klien sudah tidak kemerahan
- Capillary refill < 2 detik
3 Rabu - Kulit teraba dingin
24 Mei 2017 A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Beri massage sederhana
- Lakukan alih baring
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
Klien 2
1 Jum’at S:
26 Mei 2017 Keluarga mengatakan anggota gerak (ekstremitas)
sebelah kanan melemah
O:
- Klien tampak tirah baring
- Klien tidak mampu berpindah
- Keadaan umum klien lemah, kesadaran klien
composmentis, GCS E4M6V1
- Kekuatan otot klien
58

1 5
- TD : 239/152 mmHg 1 5
N : 113x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5oc
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Bantu klien untuk berpindah sesuai kebutuhan
- Lakukan gerak pasif
- Kaji kekuatan otot klien
- Kolaborasi dengan fisoterapi.

2 Jum’at S:-
26 Mei 2017 O:
- Klien terpasang NGT
- Klien makan dibantu perawat (NGT)
- Klien tampak lemas dan tirah baring
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Pantau tanda dan gejala aspirasi
- Monitor kemampuan klien untuk menelan
- Berikan bantuan fisik sesuai kebutuhan klien
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
nutrisi

3 Jum’at S:
26 Mei 2017 Keluarga mengatakan klien sulit berbicara
O:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak membuka mulut ingin berbicara
tetapi tidak bias
- Klien tidak bias menjawab /pertanyaan dari
perawat
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Gunakan kata - kata sederhana dan pendek dalam
komunikasi dengan klien
- Berikan arahan maupun perintah yang sederhana
setiap interaksi dengan klien
- Libatkan keluarga untuk membantu memahami
informasi dari perawat

1 Sabtu S:
27 Mei 2017 Keluarga mengatakan anggota gerak (ekstremitas)
sebelah kanan melemah
O:
59

- Klien tampak tirah baring


- Klien tidak mampu berpindah
- Keadaan umum klien lemah, kesadaran klien
composmentis, GCS E4M6V1
- Kekuatan otot klien
2 5
2 5
- TD : 185/98 mmHg
N : 110x/menit
RR : 21x/menit
S : 36,2oc
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Bantu klien untuk berpindah sesuai kebutuhan
- Lakukan gerak pasif
- Kaji kekuatan otot klien
- Kolaborasi dengan fisioterapi.

2 Sabtu S:-
27 Mei 2017 O:
- Klien terpasang NGT
- Klien makan dibantu perawat (NGT)
- Klien tampak lemas dan tirah baring
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Pantau tanda dan gejala aspirasi
- Monitor kemampuan klien untuk menelan
- Berikan bantuan fisik sesuai kebutuhan klien
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
nutrisi

3 Sabtu S:
27 Mei 2017 Keluarga mengatakan klien sulit berbicara
O:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak membuka mulut ingin berbicara
tetapi tidak bias
- Klien tidak bias menjawab /pertanyaan dari
perawat
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Gunakan kata - kata sederhana dan pendek dalam
komunikasi dengan klien
- Berikan arahan maupun perintah yang sederhana
setiap interaksi dengan klien
- Libatkan keluarga untuk membantu memahami
informasi dari perawat
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
60

1 Minggu S:
28 Mei 2017 Keluarga mengatakan anggota gerak (ekstremitas)
sebelah kanan melemah
O:
- Klien tampak tirah baring
- Klien tidak mampu berpindah
- Keadaan umum klien lemah, kesadaran klien
composmentis, GCS E4M6V1
- Kekuatan otot klien
3 5
- TD : 150/100 mmHg 3 5
N : 90x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,3oc
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Bantu klien untuk berpindah sesuai kebutuhan
- Lakukan gerak pasif
- Kaji kekuatan otot klien
- Kolaborasi dengan fisioterapi

2 Minggu S:-
28 Mei 2017 O:
- Klien terpasang NGT
- Klien makan dibantu perawat (NGT)
- Klien tampak lemas dan tirah baring
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Pantau tanda dan gejala aspirasi
- Monitor kemampuan klien untuk menelan
- Berikan bantuan fisik sesuai kebutuhan klien
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
nutrisi

3 Minggu S:
28 Mei 2017 Keluarga mengatakan klien sulit berbicara
O:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak membuka mulut ingin berbicara
tetapi tidak bias
- Klien tidak bisa menjawab/pertanyaan dari
perawat
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Gunakan kata - kata sederhana dan pendek dalam
komunikasi dengan klien
61

- Berikan arahan maupun perintah yang sederhana


setiap interaksi dengan klien
- Libatkan keluarga untuk membantu memahami
informasi dari perawat
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan

Berisi perbandingan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus

yang disajikan untuk menjawab tujuan khusus, setiap temuan perbedaan

diuraikan dengan konsep. Pembahasan disusun sesuai tujuan khusus,

pembahasan berisa tentang mengapa (why) dan bagaimana (How). Urutan

penulisan berdasarkan paragraf adalah F-T-O (Fakta-Teori-Opini).

5.1.1 Pengkajian

Langkah pertama dari proses keperawatan adalah pengkajian, dimulai

dari perawat menerapkan ilmu pengetahuan. Pengkajian keperawatan adalah

proses sistematis dari pengumpulan data, verifikasi dan komunikasi tentang

klien. Tahap pengkajian adalah proses pengumpulan data yang relevan dan

kontinyu tentang respon manusia, status kesehatan, kekuatan, dan masalah

klien. Tujuan pengkajian adalah untuk memperoleh informasi tentang

keadaan klien (Dermawan, 2012).

Pengkajian dilakukan penulis meliputi pengkajian identitas klien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat

penyakit keluarga dan pengkajian fokus (Breathing, Blood, Brain, Bladder,

Bowel, Bone). Pengkajian khusus pada ekstremitas yang mengalami

kelemahan ekstremitas otot (Potter dan Perry, 2005).

62
63

Pada pengkajian umum didapatkan perbedaan antara Ny. T dan Ny. J

pada kesadaran umum klien, Ny. T kesadarannya sopor, dan untuk

kesadaran Ny. J composmentis. Dari buku Brunner dan Suddarth, 2013,

kesadaran merupakan penyebab dari stroke non hemoragik. Data yang

didapatkan dari riwayat penyakit dahulu klien Ny. T dan Ny. J dahulu

mempunyai riwayat penyakit stroke, riwayat penyakit sekarang merupakan

serangan penyakit stroke berulang. Pada penelitian Wijaya, 2013 riwayat

penyakit dahulu merupakan faktor resiko dari stroke non hemoragik. Angka

kejadian stroke meningkat seiring bertambahnya usia, pada Ny. T berusia 63

tahun, dan Ny. J berusia 59 tahun. Pada penelitian Yayasan stroke Indonesia,

2012 angka kejadian stroke semakin tinggi usia seseorang semakin tinggi

kemungkinan terkena stroke.

Data yang didapatkan dari Ny. T dan Ny. J tekanan darah klien Ny. T

150/70mmHg, nadi 94x/menit, respirasi 22x/menit dan tekanan darah Ny. J

239/152mmHg, nadi 113x/menit, respirasi 20x/menit. Dilihat dari tekanan

darah klien cukup tinggi dan data yang didapatkan klien mempunyai riwayat

hipertensi, hipertensi merupakan faktor utama yang dapat disebabkan

aterosklerosis pembuluh darah serebral, sehingga pembuluh darah

mengalami penebalan dan degenerasi yang kemudian pecah atau

menimbulkan perdarahan, Wijaya, 2013. Pola hidup Ny. T dan Ny. J klien

sudah mengurangi makanan yang berkolestrol tinggi dan mengandung

banyak garam, Ny. T sebelum sakit rutin melakukan olahraga 1minggu 2x,

Ny. J sebelum sakit jarang melakukan olahraga hanya melakukan aktifitas

sebagai ibu rumah tangga. Dari penelitian Wayunah, 2016 perubahan gaya
64

hidup seperti pola makan terlalu banyak gula, garam dan lemak serta kurang

beraktifitas adalah faktor resiko dari stroke.

Kekuatan otot yang didapatkan dari Ny. T ekstremitas kanan atas

kanan bawah 3 dan kiri atas dan kiri bawah 1, kekuatan otot Ny. J

ekstremitas kanan atas dan bawah 1 dan kiri atas bawah 5. Hal ini terjadi

karena klien mengalami kelemahan otot yang mengakibatkan hambatan

mobilitas fisik, hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada

pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih pada ekstremitas secara mandiri

dan terarah. Batasan karakteristik hambatan mobilitas fisik penurunan waktu

reaksi, kesulitan membolak balikan posisi, keterbatasan gerak sendi,

pergerakan lambat, pergerakan tidak terkoordinasi (Herman, 2012).

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,

keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan

aktual atau potensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk

mencapai hasil yang maksimal (Rohmah dan Walid, 2012).

Berdasarkan kasus yang dialami pada Ny. T dan Ny. J dapat

ditemukan masalah Hambatan mobilitas fisik. Sesuai data yang didapat dari

pengkajian klien, penulis menemukan etiologi dari masalah keperawatan

yaitu gangguan neuromuskular, gangguan neuromuskular merupakan

ketidak mampuan sistem saraf dan otak untuk bekerja sebagai mana

semestinya dan berakibat kelemahan otot. Hambatan mobilitas fisik adalah

keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih pada

ekstremitas secara mandiri dan terarah. Batasan karakteristik hambatan


65

mobilitas fisik penurunan waktu reaksi, kesulitan membolak balikan posisi,

keterbatasan gerak sendi, pergerakan lambat, pergerakan tidak terkoordinasi

(Herman, 2012).

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan (perencanaan keperawatan) merupakan suatu

perawatan yang dilakukan perawat berdasarkan penilaian klinis dan

pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcome klien atau klien.

Intervensi keperawatan mencakup baik perawatan langsung dan tidak

langsung yang ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, serta

orang-orang dirujuk oleh perawat, dirujuk oleh dokter maupun pemberi

pelayanan kesehatan lainnya (Bulechek, etal 2015).

Penulis melakukan 4 intervensi yang sudah ditetapkan. Intervensi yang

pertama yaitu bantu klien berpindah sesuai dengan kebutuhan klien dengan

tujuan untuk mecegah agar tidak terjadi luka tekan pada klien. Intervensi

yang kedua yaitu ajarkan latihan ROM pasif pada klien dengan tujuan agar

tidak terjadi kontraktur sendi, untuk mempertahankan fleksibilitas dan

kekuatan otot. Intervensi yang ketiga yaitu kaji kekuatan otot, bertujuan

untuk mengetahui kekuatan otot klien setelah diajarkan latihan ROM pasif.

Intervensi yang keempat kolaborasi dengan fisioterapi, yang bertujuan

memberikan latihan pada penderita pada klien baik dengan alat bantu atau

tidak.
66

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan atau implementasi adalah serangkaian

pelaksanaan rencana tindakan keperawatan oleh perawat untuk membantu

klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang

lebih baik menggambarkan kriteria hasil dalam rentang yang diharapkan

selama 3x24 jam (Dermawan, 2012).

Proses implementasi penulis mengkaji kembali, memodifikasi rencana

asuhan keperawatan, dan menuliskan hasil yang diharapkan sesuai dengan

kebutuhan. Komponen implementasi dari proses keperawatan mempunyai

lima tahap: mengkaji ulang, memodifikasi rencana asuhan yang sudah ada,

mengidentifikasi bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan

dan mengkomunikasikan intervensi (Potter dan Perry, 2005).

Penulis melakukan 3tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi

yang sudah ditetapkan. Implementasi hari pertama yang pertama yaitu

membantu klien berpindah sesuai dengan kebutuhan klien, data yang di

dapat Ny. T dan Ny. J data obyektif Ny. T klien tampak lemah, klien tidak

kooperatif karena kesadaran klien sopor. Data obyektif Ny. J klien tampak

lemah, klien tampak kooperaftif karena kesadaran klien composmentis.

Implementasi yang kedua yaitu mengajarkan latihan ROM pasif pada

klien, data yang didapatkan Ny. T dan Ny. J data obyektif Ny. T klien

tampak lemah, tampak tidak kooperatif, tidak terdapat peningkatan kekuatan

otot. Data obyektif Ny. J klien tampak kooperatif, belum terdapat

peningkatan kekuatan otot klien.


67

Implementasi yang ketiga yaitu mengkaji kekuatan otot klien, data

yang didapatkan Ny. T dan Ny. J data obyektif Ny. T klien tampak lemah,

tidak terdapat peningkatan kekuatan otot pada klien kekuatan otot

ekstremitas kiri 1. Data obyektif Ny. J belum terdapat peningkatan kekuatan

otot pada klien. Setelah diobservasi hambatan mobilitas fisik belum teratasi,

pada hari kedua dan ketiga dilakukan tindakan yang sama, membantu klien

berpindah sesuai dengan kebutuhan klien, mengajarkan ROM pasif pada

klien, mengkaji kekuatan otot klien. Didapatkan perbedaan antara Ny. T dan

Ny. J pada kekuatan otot klien Ny. J meningkat dari 1 menjadi 3, data ini

dipertegas oleh Maimurahman, 2012 menjelaskan bahwa derajat kekuatan

otot sesudah terapi ROM lebih baik dibandingkan sebelum terapi ROM.

5.1.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah catatan mengenai perkembangan klien yang

dibandingkan dengan kriteria hasil yang telah ditentukan sebelumnya dan

implementasi yang sudah dilakukan menggunakan S (subyek) : data yang

didapatkan dari klien, O (obyektif) : data yang didapat dari observasi

perawat, A (analisa) : kesimbulan dari data subyektif, P (perencanaan) :

pengembangan segera atau yang akan datang untuk mencapai status

kesehatan klien.

Dari hasil yang didapatkan penulis Ny. T di hari pertama dan kedua

kondisi klien stabil, pada saat diajarkan ROM pasif masih bisa merespon

baik walaupun kadang tidak merespon tetapi dihari ketiga klien kondisi klien

tidak baik, sudah tidak merespon dengan baik. Didapatkan hasil Ny. J di hari
68

pertama sampai hari ketiga kondisi klien stabil pada saat diajarkan ROM

pasif klien merespon dengan baik dan klien kooperatif.

Dari hasil evaluasi yang penulis lakukan didapatkan data subyektif Ny.

T yaitu klien lemas, anggota gerak sebelah kiri masih melemah. Pada data

obyektif Ny. T tampak lemah, klien tampak tirah baring, kekuatan otot kiri

atas bawah klien 1. Didapatkan data subyektif Ny. J anggota gerak sebelah

kanan klien lemah, data obyektif Ny. J tampak lemah, kekuatan otot klien

meningkat dari 1 menjadi 3 perubahan di hari ketiga. Berdasarkan data

subyektif dan data obyektif diatas dapat dianalisa masalah keperawatan

dengan hambatan mobilitas fisik Ny, T belum teratasi ditandai dengan

kekuatan otot klien belum meningkat, klien Ny. J masalah keperawatan

dengan hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian ditandai dengan adanya

peningkatan kekuatan otot klien 1 menjadi 3 di hari ke3. Intervensi tetap

dipertahankan yaitu ajarkan klien latihan ROM pasif.

ROM pasif diberikan klien untuk meningkatkan kekuatan otot dan

mencegah terjadinya kontraktur sendi, pada klien yang mengalami hambatan

mobilitas fisik untuk diagnosa Stroke Non Hemoragik pasien mengalami

tirah baring yang cukup lama maka dari itu klien perlu diajarkan latihan

ROM pasif dalam 2x sehari.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari uraian bab pembahasan, penulis dapat menarik kesimpulan yaitu :

1. Perbedaan pengkajian pada kedua klienyang pertama yaitu pada

kesadaran umum klien. Hasil pengkajian pada Ny. T kesadaran klien

sopor dan Ny. J kesadaran composmentis.Perbedaan yang kedua yaitu

pola hidup klien yang berbeda, hasil pengkajian pada Ny. T klien

sebelum sakit rutin melakukan olahraga 1 minggu 2x dan Ny. J jarang

melakukan olahraga hanya melakukan aktifitas sebagai ibu rumah

tangga. Perbedaan yang ketiga yaitu pada kekuatan otot kliendidapatkan

dari Ny. T ekstremitas kanan atas kanan bawah 3 dan kiri atas dan kiri

bawah 1, kekuatan otot Ny. J ekstremitas kanan atas dan bawah 1 dan

kiri atas bawah 5.

2. Diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan utama yaitu Hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular.

3. Rencana Keperawatan yang dilakukan penulis pada kedua klien Ny. T

dan Ny. J tidak ada perbedaan yaitu bantu klien berpindah sesuai dengan

kebutuhan klien, ajarkan latihan ROM pasif pada klien, kaji kekuatan

otot klien, kolaborasi dengan fisioterapi.

4. Implementasi Keperawatan yang diilakukan penulis tidak terdapat

perbedaan yaitu membantu klien untuk berpindh sesuai dengan

69
70

kebutuhan klien, mengajarkan latihan ROM pasif pada klien, mengkaji

kekuatan otot klien, berkolaborasi dengan fisioterapi.

5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dengan metode

SOAP didapatkan catatan perkembangan pada kedua klien efektif dan

pada Ny. J lebih kooperatif dibandingkan pada Ny. T.

6.2 Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan diatas penulis dapat memberikan saran

sebagai berikut :

1. Bagi institusi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan rumah sakit khususnya RSUD Salatiga dapat memberikan

pelayanan kesehatan kepada klien secara akurat,dapat memfasilitasi

sarana dan prasarana yang sudah ada secara optimal.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan memberikan kemudahan serta fasilitas sarana dan prasarana

bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan serta

kemampuan ketrampilan yang dimiliki melalui praktek klinik dan

pembuatan studi kasus.

3. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Diharapkan perawat dapat bertanggung jawab dalam menjalankan

tugasnya serta dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal

khususnya pada penyakit Stroke Non Hemoragik.


71

4. Bagi Penulis Selanjutnya

Diharapkan penulis dapat memanfaatkan waktu lebih efektif sehingga

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dapat dilakukan secara optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Gosyen Publishing.

Andrian. 2013. Stroke Esensial. Edisi 2. Jakarta: PT. Indeks.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013.


Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

Beebe, JA & Lang, CE. 2009. Active Range Of Motion Predicts Upper Extremity
Function Three Monts Post-Stroke. Stroke. 40 (5), 1772-1779.

Bulechek, GM, et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th


Indonesia edn. ElsevierSingaporePte Ltd.

Dermawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka


Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publising.

Gofir, Abdul. 2009. Manajemen Stroke Edisi Pertama.Yogyakarta : Pustaka


Cendekia Press.

Goldstein, L.B. Etal. 2011. Guidelines For The Primary Prevention Of Stroke :
Aguideline For Health Care Professionals From The American Heart
Association/Amerika Stroke Association. Stroke (Suppl. 42). 517-84.

Herdman, H dan Shigemi. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi&Klasifikasi


2015-2017. Jakarta : EGC.

Irfan, Muhamad. 2010. Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Edisi 1. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Jitowiyono, S dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi Pendektan Nanda,


NIC, NOC. Yogyakarta: Nuha Medika.

Judha, M., & Rahil, N.H. 2011. Sistem Persyarafan dalam Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Junaidi, Iskandar. 2011. Stroke. Yogyakarta: C.V Andi Off Set.

Lewis. 2009. Hubungan Tingkat Ketergantungan Activity Daily Living (ADL).


Jurnal Universitas Andalas, pdf.

Lionel. 2008. Lecture Notes Neurologi. Jakarta: Erlangga.


Maimurahman, Havid dan Cemy Nur Fitria. 2012. Keefektifan Range of Motion
(ROM) terhadap Kekuatan Otot pada Pasien Stroke. Surakarta
Moorhead, S, et al. 2016. NursingOutcomesClassification (NOC). 5th Indonesia
edn. Elsvier Singapore Pte Ltd.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Persyarafan.


Jakarta: Salemba Medika.

Paddila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Potter& Perry. 2005. Pengaruh Range Of Motion(ROM) Pasif Terhadap Kekuatan


Otot Pada Pasien Stroke.Kosala JIK Vol. 3 No. 1.

Price, sylvia. 2006. Patofisiologi :Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6.


Jakarta : EGC.

Rahayu, Kun Ika Nur. 2015. Pengaruh Pemberian Latihan Range Of Motion
(ROM) Terhadap Kemampuan Motorik Pada Pasien Post Stroke Di RSUD
Gambiran. Jurnal Keperawatan Vol. 6, No. 2.

Rohmah dan Walid S. 2012. Proses Keperawatan : Dan Aplikasi. PenerbitAr-Ruzz


Media. Yogyakarta.

SmeltzerSuzannec. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa


Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC.

Sujarweni, VW. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Gava


Media.

Wayunah, M. Saefulloh. 2016. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. Vol 65-


76.

Wijaya, Andra Saferi& Yessie, MP. 2013. KMB 2Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Nuha Medika.

YASTROKI (Yayasan Stroke Indonesia). 2012. Data Jumlah Stroke.


LAMPIRAN
TOOL PROSEDUR PENILAIAN ROM
NO ITEM YANG DINILAI BOBOT
A FASE ORIENTASI
1 Memberi Salam 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Kontrak waktu 2
4 Menjelaskan tujuan tindakan 2
5 Menyiapkan alat kedekat pasien 2
6 Mencuci tangan 2,5

B FASE KERJA
1 Mengisi buli-buli panas dengan benar 5
2 Menghangatkan sendi yang akan dilatih/ROM dengan buli 5
panas
3 Melatih sendi secara bergantian :
4 a. Bahu
1. Menggerakkan lengan abduksi - adduksi 5
2. Menggerakkan lengan fleksi - ekstensi 5
3. Menggerakkan lengan hiperekstensi 5
posisianatomi
b. Siku
1. Menggerakkan lengan bawah fleksi - ekstensi 5
2. Menggerakkan lengan bawah pronasi - supinasi 5
c. Pergelangantangan
1. Menggerakkan fleksi radialis 5
2. Menggerakkan fleksi - ulnaris 5
3. Menggerakkan hiperekstensi fleksi 5
d. Jari
1. Menggerakkan abduksi - aduksi 5
2. Menggerakkan fleksi - ekstensi 5

C FASE TERMINASI
1 Merapikan pasien 2,5
2 Melakukan evaluasi tindakan 2,5
3 Merapikan alat 2,5
4 Berpamitan 2,5
5 Mencuci tangan 2,5

D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN


1 Ketenangan 2,5
2 Bahasa mudah di mengerti dan diikuti 2,5
3 Ketelitian selama tindakan 5
JUMLAH 100
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : DYAH AYU SEPTIANDINI

Tempat, tanggal lahir : BOYOLAI, 22 AGUSTUS 1996

Jenis kelamin : PEREMPUAN

Alamat rumah : TEGALSARI RT01/01, KARANGGEDE

KAB. BOYOLALI

Riwayat pendidikan : 1. TK B. TUNAS SARI Tahun 2002

2. SDN 1 TEGALSARI Tahun 2008

3. MTsN 1 SUSUKAN Tahun 2011

4. SMKN 1 WONOSEGORO Tahun 2014

Riwayat pekerjaan :-

Riwayat organisasi : ANGGOTA OSIS

Anda mungkin juga menyukai