Juliana Aritonang
*Email: julianaaritonang@gmail.com
ABSTRAK
Rumah sakit harus memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan yang dalam
penyelenggaraannya rumah sakit tidak terlepas dari pelayanan farmasi. Kebutuhan akan penyediaan dan pemakaian
obat-obatan yang berkualitas dan rasional diatur dalam sistem formularium dimana obat-obatan yang dipakai terdapat
dalam buku formularium. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa formularium RSUD Cimacan dilihat dari
penyusunan, pemeliharaan dan evaluasi obat formularium. Evaluasi obat formularium dengan melakukan analisis ABC
pemakaian, investasi, indeks kritis dan VEN sehingga didapatkan hasil berupa usulan revisi formularium RSUD
Cimacan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasilnya adalah proses penyusunan formularium RSUD
Cimacan belum optimal, prosedur pemeliharaan formularium sudah ada namun belum lengkap, pengadaan dan
peresepan belum sesuai formularium. Ditemukan 495.690 pemakaian obat non formularium dan 201 jenis obat non
formularium yang disediakan di instalasi farmasi. Ada 322 jenis obat formularium yang dipakai (43%), ada 21 jenis obat
dengan nilai investasi RP. 3.001.658.694. Hanya 31 jenis obat yang sangat kritis dan 39 jenis obat yang Vital terhadap
pelayanan pasien.
ABSTRACT
Hospitals must provide comprehensive, integrated and sustainable health services which in the organization of the
hospital is inseparable from pharmaceutical services. The need for the provision and use of qualified and rational
medicines is regulated in the formulary system where the drugs used are contained in the formulary book. The
purpose of this study was to analyze the formulary of RSUD Cimacan seen from the preparation, maintenance and
evaluation offormulary drugs. Evaluation offormulary drugs by performing ABC analysis of use, investment,
critical index and VEN to obtain the result ofproposed revision formulary of RSUD Cimacan. This research uses
qualitative approach. The result is the process of formulary of RSUD Cimacan not optimal, procedure of
maintenance of formulary already exist but not yet complete, procurement and prescription not according to
formulary. 495,690 non-formulary drug use and 201 kinds of non-formulary drugs were provided in
pharmaceutical installations. There are 322 kinds of formulary drugs used (43%), there are 21 types of drugs with
an investment value ofRP. 3.001.658.694. Only 31 types of drugs are very critical and 39 types of drugs are Vital
to patient care.
Menurut Kementrian Kesehatan RI melalui Peraturan Menteri obat rumah sakit. Berdasarkan data diatas muncul
Kesehatan RI Nomor 58 tahun 2014, Fcumulatium rumah permasalahan bahwa obat yang tidak tersedia pada instalasi
sakit merupakan penerapan konsep obat esensial di rumah farmasi RSUD Cimacan lebih banyak adalah obat obat
sakit yang berisi daftar obat dan informasi penggunaannya yang tidak ada dalam formularium. Juga masih banyak obat
Obat yang termasuk dalam daftar formularium merupakan yang tercantum di formularium sangat jarang diresepkan
obat pilihan utama (drug of choice) dan juga obat-obat bahkan tidak pernah diresepkan sama sekali. Hal ini juga
alternatiftya. mengakibatkan kerugian bagi rumah sakit. Jika obat yang
diresepkan tidak sesuai dengan obat yang disediakan maka
Menurut Dirjen BinaKefarmasian dan AlatKesehatan akan mengakibatkan terjadinya obat yang tidak tersedia di
Kementrian Kesehatan RI (2010) Formularium merupakan instalasi farmasi.
suatu dokumen yang secara terus menerus direvisi, memuat
sediaan obat dan informasi pentng lainnya yang TINJAUAN PUSTAKA
merefleksikan keputusan klinik mutakhir dari staf medik
rumah sakit. Permenkes RI nomor 58 tahun 2014, Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada
menyatakan bahwa evaluasi terhadap Formularium Rumah Formularium Nasional dimana formularium ini merupakan
Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai daftar obat yang disepakati oleh staf medis dan disusun
kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit. oleh Trm Farmasi dan Terapi (TFT) yang ditetapkan oleh
Pimpinan Rumah Sakit. Definisi Formularium (Pedoman
RSUD Cimacan Cianjur sudah memiliki formularium yang Penyusunan Formularium Rumah Sakit, Depkes (2010)
disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi tahun 2011. Saat yaitu: Formularium merupakan suatu dokumen yang secara
ini cbatyang tercantum dalam formularium RSUD Cimacan terus menerus direvisi, memuat sediaan obat dan rnformasr
tahun 2011 sebanyak 747 item dari 60 perusahaan farmasi. penning lainnya yang merefleksikan keputusan klinik
Formularium RSUD Cimacan belum pernah di evaluasi mutakhir dari staf medik rumah sakit.
dan direvisi sejaktahun 2011. RSUD Cimacan adalah
rumah sakit yang terus berkembang, semakin besar rumah Sistem Formularium menurut buku Pedoman Penyusunan
sakit, semakin banyak jumlah dokter dengan berbagai Formularium Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Bina
macam keahlian menyebabkan keanekaragaman resep. Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
bekerjasama dengan Japan Intemasronal Cooperation
Dari tabel 1 dapat diketahui rata rata pertahun resep obat yang Agency 2010 terdiri atas Evaluasi penggunaan obat,
keluar dari rumah sakit mencapai 2158 resep pertahun Penilaian dan Pemilihan Obat. Evaluasi penggunaan obat
denganjenis obat yang tidak tersedia rata rata 204jenis, bertujuan untuk menjamin penggunaan cbat yang aman dan
sedangkan dokter penulis resep tersebut rata rata per tahun cost effective, dilakukan dengan dua cara yaitu pengkajian
adalah 16 orang dokter, yaitu 80% dari jumlah dokter yang dengan mengambil data dari pustaka dan pengkajian
berpraktek di RSUD Cimacan yang kesemuan berjumlah dengan mengambil data sendiri. Penilaian, setiap obat baru
20 dokter. Jika dibandingkan denganjenis obat yang yang diusulkan untuk masuk dalam formularium harus
tercantum dalam formularium yang sekarang ada di RSUD dilengkapr dengan informasi tentang kelas terapi, indikasi
Cimacan, dapat diketahui bahwa jenis obat yang tidak terapi, bentuk sediaan dan kekuatan, kisaran dosis, efek
tersedia tersebut terdiri dari obat yang tercantum dalam samping dan efek toksik. Pemilihan obat dengan
formularium dan tidak tercantum dalam formularium memperhatikan faktor kelembagaan yaitu kebijakan rumah
(ditampilkan dalam tabel 2). sakit, faktor obat dan faktor biaya
Obat yang tidak tersedia yang tidak tercantum dalam Hsi Formularum betdasatkan buku Pedcman Penyusunan
formularium 160jenis. Yaitu 78% dari obat yang tidak Formularium Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Bina
tersedia di instalasi farmasi RSUD Cimacan tidak Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan
tercantum dalam formularium dan 21%o dari jumlah jenis RIbekerjasama dengan Japan Internasional Cooperation
obat yang ada dalam formularium RSUD Cimacan. Agency 2010 yaitu Formularium berisi tiga bagian utama :
Kondisi ini bisa dikarenakan ketidakpatuhan peresepan
dokter terhadap formularium atau bisa saja dikarenakan
a. Informasi kebijakan dan prosedur rumah sakit tentang
formularium yang ada belum memuat semua kebutuhan
obat. Kebijakan mencakup antara lain: tentang
pemberlakuan formularium, tatalaksana obat jiwa, 1 dokter spesialis rehabilitasi medik, dan 1 dokter
(kebijakan umum dalam penulisan resep, kebijakan spesialis gigi konservatif). Sumber data primer untuk
penulisan obat generik, prosedur pengusulan obat pengambilan data usulan kebutuhan cbat rumah sakit
untuk ditambahkan atau dihapus dari formularium, SK menurut dokter adalah dokter umum dan dokter spesialis
tentang TFT, dll. yang berpraktek di RSUD Cimacan yaitu 20 dokter yang
berhubungan langsung dengan pasien dan menuliskan
b. Dafar Obat. Bagian ini merupakan inti dari resep ( 8 dokter umum, 11 dokter spesialis dan 1 dokter
formularium yang berisi informasi dari setiap cbat gigi).
disertai satu atau lebih indeks untuk memudahkan
penggunaan formularium. Penentuan nilai kritis cbat dan kelompok obat VEN dilakukan
c. Informasi khusus. Informasi khusus tergantung pada dengan penyebaran formulir dan kuesioner kepada 11
kebutuhan masing-masing rumah sakit. dokter spesialis. Data sekunder dikumpulkan dengan cara
telaah dokumen laporan instalasi farmasi RSUD Cimacan.
Analisis ABC diperiukan untuk evaluasi cbat dan penting untuk Telaah dokumen dilakukan untuk mendapatkan data
mengidentifikasi volume produk cbat dari segi biaya, pemakaian cbat di RSUD Cimacan dan harga beli terakhir
anggaran obat dan utilisasinya sehingga melalui analisis satuan sediaan terkecil obat. daftar usulan kebutuhan obat
ABC dapat membantu manajemen dalam evaluasi rumah sakit menurut dokter dilakukan dengan penyebaran
formularium (Saveli 1996). Analisis VEN merupakan formulir daftar kebutuhan obat sesuai standar terapi atau
analisa yang digunakan untuk menetapkan prioitas panduan praktek klinis kepada 8 dokter umum, 11 dokter
pembelian obat serta penyesuaian rencana kebutuhan obat spesialis dan 1 dokter gigi. Wawancara mendalam
dengan alokasi dana yang tersedia (Depkes RI,2002). menggunakan instrumen berupa pedoman wawancara
Menurnt Siregar (2004), perlu dilakukan review sistem mendalam untuk menggali lebih dalam mengerai ptoses
pengendalian obat dengan analisis ABC secara periodik penyusunannya, pemeliharaan serta kepengawasannya
karena adanya perubahan hatga dan pemakaian yang formularium Rumah Sakit Umum Daerah Cimacan.
cdpengaruhi oleh trend penyakit dan musim Peninjauan Pengolahan data obat dengan menggunakan metode ABC
analisis ABC dapat dilakukan setiap tahunnya bersamaan Analisis dan VEN.
dengan dilakukannya perubahan terhadap formularium.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODOLOGI PENELITIAN
Dari hasil wawancara mendalam manajemen dan dokter
menganggap formularium sangat bermanfaat baik bagi
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk
pasien maupun rumah sakit. Sistem formularium memberi
menganalisa formularium RSUD Cimacan untuk
keuntungan dari sisi terapi, ekonomi dan keilmuan.
mempelajari secara mendalam dari proses penyusunan,
pemeliharaan dan pengawasan formularium RSUD
Menurnt Anief 2005 Analisis ABC dipakai untuk
Cimacan melalui kegiatan kuesioner dan wawancara
memprioritaskan jenis obat A dalam seleksi obat dan
mendalam. Penghitungan yang berhubungan dengan obat
keputusan pemesanan. Sedangkan analisis ABC Indeks
digunakan untuk menganalisa isi formularium dengan
kritis dipakai untuk memprioritaskan seleksi obat dan
analisis ABC Pemakaian, analisis ABC Investasi, Analisis
pembelian berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan,
ABC Indeks kritis dan analisis VEN. Sehingga hasil analisa
yaitu obat mana yang vital dan harus ada dalam persediaan
ini bisa menjadi masukan untuk revisi formularium.
farmasi. WHO (2004) menambahkan bahwa jika pemilihan
Sumber data primer yaitu sumber data untuk memperoleh dafar
obat tidak mempertimbangkan pedoman diagnosa dan
nilai kritis obat, daftar obat vital, esensial dan nonesensial,
terapi, maka tidak akan meningkatkan kualitas pengobatan,
serta daftar usulan kebutuhan obat menmurt dokter.
dan obat-obat esensial juga dapat dipergunakan secara
Sumber untuk memperoleh nilai kritis obat dan obat VEN
tidak tepat Obat yang masuk dalam daftar fcrmularium
adalah dokter spesialis yang berpraktek di RSUD Cimacan
merupakan obat pilihan utama (drug of choice) dan obat-
dan yang menuliskan resep obat ke pasien yaitu 11 orang
obat ahematifrrya. Dasar-dasar pemilihan obat-obat
dokter spesialis (terdiri atas 3 dokter spesialis penyakit
alternatiftetap harus mengindahkan prinsp manajemen dan
dalam, 2 dokter spesialis kebidanan, 2 dokter spesialis
kriteria mayor yaitu berdasarkan pada: pola penyakit yang
anak, 1 dokter spesialis bedah, 1 dokter spesialis kesehatan
berkembang di daerah tersebut, efisiensi, efektivitas, dimasukkan dalam formularium rumah sakit atau
keamanan, kualitas, biaya, dan dapat dikelola oleh sumber dikeluarkan.
daya dan keuangan rumah sakit (ASHP 2008).
Analisis ABC Investasi
Dari data pemakaian persediaan obat dalam formularium dari
tahun 2014 sampai dengan 2016, ada 322 jenis obat yang Data-data mengani hasil Analisis ABC Investasi ditampilkan
dipakai dari 747 jenis obat dengan jumlah dalam tabel 6, 7 dan 8. Kelompok A, merupakan kelompok
pemakaian2.008.866 serta nilai pembelian oleh pasien dengan nilai investasi tinggi yaitu tahun 2014 ada 18 jenis
seluruhnya sejumlah Rp 4.261.051.226 (harga satuan yang obat, tahun 2015 ada 25 jenis obat, dan tahun 2016 ada 19
dipakai adalah harga jual ke pasien). Obat obat tersebut jenis obat. Dari tahun 2014-2016 ada 8 jenis obat yang
kemudian dikelcmpokkan dengan metode Pareto. Analisis selalu masuk dalam kelompok A. Kelompok B merupakan
ABC dilakukan berdasarkan pemakaian, investasi dan kelompok obat dengan nilai investasi sedang tahun 2014
indeks kritis. ada 42 jenis obat, tahun 2015 ada 57jenis obat, dan tahun
2016 ada 45 jenis obat. Kurang lebih sekitar 20% dari
Analisis ABC Pemakaian seluruh investasi RSUD Cimacan. Kelompok C merupakan
kelompok obat dengan nilai investasi rendah yaitu tahun
Data mengenai hasil analisis ABC pemakaian ditampilkan
2014 ada 178 jenis obat, tahun
dalam tabel 3, 4 dan 5, di mana hasil analisis ABC
2015 ada 200jenis obat dan tahun 2016 ada
pemakaian memperlihatkan bahwa obat - obat yang
203 jenis obat. Selama 3 tahun dari tahun 2014-
termasuk dalam formularium tidak terlalu banyak yang
2016 ada 102 jenis obat yang selalu masuk dalam
digunakan dokter. Ini dapat disimpulkan karena banyaknyaj
kelompok C. Obat-obat yang masuk dalam
enis obat yang masuk dalam kelompok C. Kelompok C
kelompok ini menjadi bahan untuk dinilai
tahun 2014 yaitu 171 jenis obat, tahun 2015 yaitu 199jenis
kembali apakah akan tetap dimasukkan dalam
obat dan tahun 2016 ada 190jenis obat, bisa juga dikatakan
formularium atau dikeluarkan.
bahwa obat-obat tersebut adalah obat yang termasuk dalam
kategori slow moving. Jadi sebaiknya obat obat yang
Analisis ABC Indeks Kritis
termasuk kelompok C ini perlu dievaluasi lebih lanjut oleh
TFT. Dan ada 57% jenis obat yang ada dalam formularium
Analisis ABC indeks kritis dibuat dengan melibatkan pemakai
RSUD Cimacan yang sama sekali tidak dipakai oleh dokter
obat untuk mengetahui seberapa besar nilai kritis obat
yang perlu dievaluasi lebih lanjut oleh TFT. Pada analisa
dalam Formularium bagi dokter di RSUD Cimacan. Untuk
ABC pemakaian peneliti melihat trend pemakaian obat
mengetahui nilai kritis obat tersebut dibuat kuesioner yang
formularium rumah sakit selama 3 tahun.
berisi kolom nama obat dalam formularium dan nilai
(ditampilkan dalam tabel 9).
Dari tahun 2014 -2016 hanya ada 15 jenis obat saja yang selalu
masuk kelompok A. Akan tetapi semua obat yang masuk Untuk analisis ABC Indeks kritis peneliti melakukan
kelompok A dari tahun 2014-2016 menjadi prioritas untuk pengelompokan obat selama 3 tahun dikarenakan perlu
untuk menyimpulkan obat -obat mana saja selama 3 tahun
dimasukkan kedalam Formularium RSUD Cimacan. Dan
pernah dipakai dan nilai investasinya. Dari hasil analisis
ada 112jenis obat yang selalu masuk dalam kelompok C obat formularium RSUD Cimacan didapatkan bahwa: .
sejak tahun Kelompok A adalah obat dengan nilai kritis tinggi terdiri
dari 31 jenis obat yaitu sebesar 9,6%o dari seluruh
2014 - 2016. Kelompok obat ini perlu
pemakaian jumlah obat dengan nilai investasi Rp
dievaluasi kembali oleh TFT untuk tetap 2.565.184.814 yang merupakan 60,2% dari seluruh
investasi. Kelompok B adalah obat dengan nilai kritis
sedang sebanyak200jenis obat yaitu
62,1% dari seluiuh jumlah pemakaian obat dengan nilai Dari 322jenis obat hasil analisaABC Indeks Kritis, ada 91 jenis
investasi sebesarRp. 1.547.653.488yang merupakan obat yang masuk kelompok C. Dari hasil pengelompokan
36,3%o dari total investasi. Kelompok C merupakan obat analisis ABC indeks kritis terlihat bahwa obat yang masuk
dengan nilai kritis rendah sebanyak 91 jenis obat yaitu 28,3 dalam kelompok C (28,3%). Bila dilihat darijenis obat
% dari seluruh jumlah obat dengan nilai investasi Rp. yang ada dalam kelompok C maka dapat dibagi menjadi
148.212924 yang merupakan 3,5% dari seluruh investasi. dua yaitu obat yang memang indeks kekritisannya sangat
kecil dan tidak. Kelcmpok C dibagi dua agar tidak terjadi
Analisis ABC VEN penumpukan stok sehingga sebagian obat dalam kelompok
C tersebut di naikkan menjadi kelompok A. Obat
Langkah-langkah dalam analisis ABC Indeks kritis VEN kelompok C bisa menggantikan obat kelompok A apabila
(Febriawati,2013): Kelompok obat ABC Indeks kritis saat diresepkan obat tersebut tidak ada atau kosong. Dan
digabungkan dengan kelompok obat VEN kemudian untuk obat kelompok C yang memang penting dan harus
masukkan kedalam matriks Analisis ABC Indeks kritis dan ada dapat diatur stoknya tetapi untuk obat kelompok C
VEN. Analisis ABC VEN dibuat dengan melibatkan yang tidak penting setelah stok habis menjadi bahan
pemakai obat untuk mengetahui seberapa vital, essensial evaluasi apakah dapat dihilangkan dari formularium.
dan non essensial obat dalam formularium bagi dokter di
RSUD Cimacan. Dari hasil kuesioner didapatkan obat yang Dari 91 jenis obat yang masuk kategori C, didapatkan 21 obat
masuk kelompok V ada 39 jenis obat, Kelompok E ada 245 dengan skor terendah (empat). Berarti bisa diambil
jenis dan kelompok N ada 38. Hasil pengelompokan VEN kesimpulan bahwa 21 obat ini adalah obat dengan
digabungkan dalam matriks ABC indeks kritis VEN dan kombinasi paling sedikit pemakaiannya, paling rendah
didapatkan: Kelompok VA ada 3 jenis obat, Kelompok VB nilai investasinya dan paling rendah inilai kritisnya. Obat
ada 24 jenis obat, Kelompok VC ada 12 jenis obat, kelompok C bisa juga dikatakan bahwa obat obat tersebut
Kelompok EA ada 21 jenis obat, Kelompok EB ada 167 adalah obat yang termasuk dalam kategori slow moving.
jenis obat, Kelompok EC ada 57 jenis obat, Kelompok NA Dari 91 obatyang masuk dalam kelompok C didiskusikan
ada 12 jenis obat, KelompokNB ada 18 jenis obat, dengan TFT RSUD Cimacan dan dipilih 38 obat untuk
Kelompok NC ada 8 jenis obat. Jenis obat yang bersifat dikeluarkan dari draft usulan revisi formularium rumah
vital yaitu 39 jenis obat (VA,VB dan VC) merupakan sakit. Dikarenakan obat obat tersebut ada yang sudah tidak
pilihan utama untuk tetap dimasukkan dalam formularium diproduksi lagi, ditarik dari edaran dan sudah ada obat mee
rumah sakit. Sebaliknya obat yang non esensial tetapi too nya Sehingga dari 322 obat yang diusulkan untuk
menyerap anggaran banyak (NA) sebanyak 12 jenis obat masuk dalam draft usulan revisi formularium berkurang
dijadikan prioritas untuk dikeluarkan dari formularium. menjadi 284 jenis obat. Dan ditambah dengan 6 jenis obat
kelompok vital menjadi 290jenis obatyang masuk dalam
Dari 747jenis obat yang tercantum dalam formularium RSUD draftusulan revisi formularium.
Cimacan , ada 322 jenis obat yang dipakai dirumah sakit
berdasarkan analisa ABC Pemakaian dari tahun2014-2016, Ada 201 jenis obat non formularium yang disediakan di
sisanya sebanyak425jenis obat tidak dipakai. Dalam hal ini instalasi farmasi dan dibutuhkan oleh dokter. Dari 201
peneliti mengeluarkan 425 jenis obat yang ada dalam jenis obat ini didiskusikan dengan TFT dan dilakukan
formularium yang tidak pernah dipakai selama tahun 2014 analisa ABC Indeks kritis, dan diperoleh 148 jenis obat
-2016 dari draft usulan revisi formularium tahun 2017. saja yang dimasukkan kedalam formularium rumah sakit
Akan tetapi peneliti juga memperhatikan obat obat yang dikarenakan 53 jenis obat lainnya adalah obat yang
masuk kelompok V (vital) yaitu obat obat yang harus golongan terapinya sudah ada dan mee too nya sudah ada
tersedia untuk melayani permintaan guna penyelamatan Ada 6 jenis obat yang masuk katagori Vital (V) yang harus
hidup manusia atau untuk pengobatan karena penyakitnya ada dirumah sakit. Sehingga diperoleh ada 438 jenis obat
tersebut dapat menyebabkan kematian (live saving) yang yang masuk dalam draft usulan revisi formularium RSUD
harus selalu tersedia di rumah sakit. Ada 39 jenis obat yang Cimacan.
masuk kelompok V (vital) dan ada 6 jenis obat kelompok
V yang juga terdapat dalam 425 jenis obat yang akan Proses Penyusunan Formularium
dikeluarkan dari formularium, Sehinggapeneliti tetap
memasukkan keenamjenis obat diatas dalam draft usulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa
revisi formularium rumah sakit. 6jenis obat penyusunan formularium RSUD Cimacan belum optimal,
sehingga ada banyak obat dalam formularium yang penambahan obat ke atau dihapus dari formularium ,
tidak dipakai. Ini terlihat dari hasil analisis ABC Indeks Penggunaan obat nonformularium dalam situasi
kritis dari tahun2014-2016hanya 322jenis cbat yang penderita khas. Pengkajian golongan terapi obat untuk
dipakai yaitu 43% dari seluruh obat yang ada dalam mengidentifikasi obat yang dikehendaki masih
formularium. berdasarkan golongan jenis obat dan harga, belum
melihat efektifitasnya. Mekanisme penambahan dan
Proses penyusunan formularium RSUD Cimacan sudah pengeluaran cbat dari fomularium rumah sakit belum
melibatkan dokter. Meskipun demikian, keterlibatan bejalan dengan baik Sudah ada aturan yang diterapkan,
dokter dalam proses penyusunan belum optimal. akan tetapi dalam pelaksanaanya diserahkan kepada
Dokter hanya diminta untuk mengisi fomulir obat yang instalasi farmasi. Hal ini berakibat pada tingginya
dibutuhkan oleh dokter, dan tidak diikutsertakan dalam daftar obat non-formularium. Pengadaan obat baru
pembahasan atau tidak ada umpan balik dari dokter yang diminta oleh dokter dapat langsung dilakukan
mengenai draft yang diusulkan. Dokter yang terlibat tanpa melalui proses pertemuan TFT.
dalam TFT hanya 1 orang. Memang dalam literatur
tidak ada peraturan baku yang menentukan komposisi Menurut peneliti, kebijakan dan prosedur, atau kebijakan
anggota TFT, namun agar sistem formularium berjalan yang ada,sudah cukup. Dalam panduan pelayanan
lancar dan kepatuhan peresepan formularium farmasi sudah memuat kriteria obat masuk dan
meningkat, sebaiknya paling tidak dokterjulltimer bisa dikeluatkan dari formularium. Prosedur penambahan
dilibatkan penuh dalam panitia TFT, karena dokter dan pengeluran obat sudah ada, akan tetapi prosedur
adalah user dan pelaksana di lapangan. tidak dilaksanakan karenamanajemen dan doktertidak
tahu akan adanya ptasedur tersebut. Hal di atas dapat
Dalam penyusunan formularium, kriteria seleksi obat yang diantisipasi dengan melakukan sosialisasi kembali
meliputi pola penyakit setempat, sarana- prasarana kebijakan dan prosedur mengenai penambahan atau
yang dapat mendukung untuk pengelolaan obat, dan pemusnahan obat dari daftar formularium atau
kesesuaian dengan standar pengobatan di rumah sakit mencantumkan kebijakan dan prosedur tersebut dalam
belum ada. Penyesuaian dengan standar pengcbatan buku formularium sehingga diketahui oleh semua
pada umumnya tidak dilakukan Menurut ketentuan pihak. Untuk kebijakan dan prosedur mengenai
KEPMENKES RI Nomor .1197/ Menkes/SK/X/2004, penggunaan obat nonformularium, RSUD Cimacan
penyusunan famularium rumah sakit harus mengacu belum memilikinya Sehingga perlu disusun kebijakan
pada standar pengobatan yang berlaku. Menurut dan prosedur mengenai penggunaan obat non
Atmaja (2012), perencanaan obat dalam rumah sakit formularium termasuk kriterianya. Dua kebijakan ini
dapat digunakan beberapa data sebagai pedoman, data akan membuat kebijakan formularium menjadi lebih
morbiditas, sisa stock, data pemakaian lalu, anggaran, dinamis atau lebih fleksibel, sebab rumah sakit
VEN dan ABC, rencana pengembangan dan menghargai aspirasi dokter terhadap pilihan obat yang
rekomendasi komite medik. RSUD Cimacan sudah akan diberikan kepada pasien.
memiliki prosedur pemilihan obat untuk masuk
kedalam formularium, prosedur sudah memuat Kriteria penghapusan daftar obat dari formularium menurut
pemilihan obat berdasarkan data dari medical record Pedoman Penyusunan Formularium Rumah Sakit
sebagai acuan pemilihan obat akan tetapi belum Kemenkes (2010), yaitu obat tidak beredar lagi
memuat proses penyusunan formularium. dipasaran, cbattidakadayang menggunakan lagi, sudah
ada obat baru yang lebih cost effective, obat yang
Pemeliharaan Formularium setelah dievaluasi memiliki resiko yang lebih tinggi
dibandingkan manfaatnya. Penambahan obat kedalam
Teknik pemeliharaan formularium mencakup (siregar formularium dilakukan mdalui proses pengusulan
2004): Pengkajian golongan terapi obat, Proses Permohonan harus diajukan secara resmi kepada PFT,
permohonan yang diajukan setidaknya memuat instalasi farmasi dengan obat formularium rumah sakit.
informasi mekanisme farmakologi obat dan indikasi Sdhingga peilu disosialisasikan kembali kebijakan
yang diajukan, alasan mengapa obat yang diajukan pengadaan kepada instalasi farmasi dan dokter, dan
lebih baik dari pada yang sudah ada dalam perlu adanya teguran khusus jika instalasi farmasi
formularium, bukti ilmiah dari pustaka yang mengadakan obat diluar formularium rumah sakit
mendukung perlunya obat dimasukkan dalam
formularium (Dijon BinFar Kemenkes RI,2010 Berdasarkan data pemakaian obat di RSUD Cimacan tahun
2014-2016 ada sejumlah 2.008.866 pemakaian obat
Pengawasan Formularium formularium, 495.690 pemakaian obat dari 201 jenis
obat non formularium. Walaupun pemakaian obat non
Pengawasan meliputi kepatuhan pengadaan dan peresepan formularium hanya 19,7% dari total seluruh pemakaian
sesuai dengan formularium rumah sakit. Hingga kini obat namunj enis obat yang digunakan ada 201 jenis
perencanaan persediaan obat di RS hanya berdasarkan yaitu 35% dari seluruh jenis obat yang disediakan di
pola peresepan yang sering dikonsumsi dan permintaan rumah sakit. Dari 201 jenis tersebut bisa dievaluasi
dokter. Jika dokter membutuhkan obat tertentu tinggal kembali apakah memang golongan obat tersebut
mengajukan ke instalasi farmasi dan disediakan oleh memang benar-benar tidak tersedia dalam formularium
farmasi tanpa mempertimbangkan formularium Rumah RSUD Cimacan atau sebaliknya banyak obat me too
sakit. Hal - hal seperti ini menyebabkan terjadi yang sebenarmya sudah ada.
persediaan yang berlebihan, kurang atau tidak terpakai
sama sekali. Menurut manajemen hal ini disebabkan Menurut manajemen, kesulitan dalam penerapan
dokter tidak konsisten meresepkan salah satu jenis formularium di RSUD Cimacan ini adalah karena
obat, tergantung dari delailer obat mana yang pada saat kurangnya komitmen dokter, dokter masih belum
itu datang dan memberi informasi dokter tentang mematuhi komitmen awal dan pdaksana di bawah
produknya Berdasarkan wawancara yang dilakukan masih belum tegas. Sedangkan menurut dokter, alasan
peneliti, mutu dan kelengkapan obat yang tercantum mereka menggunakan obat non formularium katena
dalam formularium dapat disimpulkan kurang baik obat tesebut tidak adapadanannya dalam
karena masih ada obat formularium yang tidak ada di daftarcbatformularium. Atau bila ada padanannya
rumah sakit. Kebijakan pengadaan obat RSUD namun berdasarkan pengalaman pnriadi memang obat
Cimacan sudah ada, dan sudah memuat pengadaan obat dengan merek dagangtersebutlebih baik khasiatmya.
harus berdasarkan formularium. Termasuk untuk obat Bentuk dan format formularium dapat digunakan
baru harus telah disetujui masuk formularium baru sebagai salah satu cara untuk meningkatkan suatu
kemudian dilakukan pengadaan. Akan tetapi kepatuhan dalam penggunaannya (Quick, 1997).
pelaksanaannya tidak sesuai dengan kebijakan. Ukuran buku formularium RSUD Cimacan cukup besar
sehingga kurang praktis dan tidak mudah dimasukan
Berdasarkan data yang diperoleh, instalasi farmasi RSUD kedalam saku. Format formularium seharusnya mudah
Cimacan menyediakan 573 jenis obat. Obat yang ada digunakan danmempunyai bentukyang atraktif
dalam formularium RSUD Cimacan ada 747 jenis. Dari Informasi yang relevan dari dokter berkaitan dengan
747 jenis obat yang ada dalam formularium, instalasi suatu produk sebaiknya dapat dimuat dalam bentuk
farmasi RSUD Cimacan hanya menyediakan 372 jenis tabel atau teks. Bahkan selama ini buku formularium
yaitu 65% dari obat yang disediakan sisanya 201 jenis hanya diberikan kepada tap ruangan dan tidak semua
obat yaitu 35%o adalah obat diluar formularium RSUD dokter memilikinya Ini mempersulit deter untuk
Cimacan. Dan hanya 50%o sajajenis obat yang ada mengetahui dan mengingat apakah obat yang
dalam formularium yang disediakan oleh instalasi cfesepkannya ada dalam daftar, apalagi jika ddkter
faIamasiMenuIut data diatas ada penyimpangan atau tersebut praktek di bebeapa rumah sakit yang berbeda.
ketidaksesuaian antara obat yang disediakan oleh
a. CAnalisa ABC Indeks Kritis bisa digunakan dalam C. Kelompok C tahun 2014 yaitu 171 jenis obat,
mengevaluasi isi formularium. Data yang tahun 2015 yaitu 199 jenis obat dan tahun 2016
digunakan 3 tahun untuk melihat trend obat di ada 190 jenis obat, bisa juga dikatakan bahwa
RSUD Cimacan. ABC Pemakaian untuk melihat obat-obat tersebut adalah obat yang termasuk
trend pemakaian terbanyak dan obat yang dalam kategori slow moving.
termasuk slow moving., ABC Investasi digunakan
untuk melihat obat obat mana saja yang d Hasil analisisABC investasi, dari tahun2014-
investasinya besar. Nilai Kritis untuk menilai 2016 ada 8 jenis cbat yang selalu masuk
tingkat kekritisan suatu obat. ABC Indeks kritis kelompok A. Dan Jenis obat yang masuk
didapat dengan menggabungkan ketiganya dalam kelompok ini perlu diperhatikan karena
sehingga didapat kelompok obat A adalah obat- investasinya sangat besar dan menjadi prioitas
obat dengan pemakaian dan investasi besar serta untuk tetap masuk dalam formularium rumah
kritis, Kelompok obat B adalah obat obat dengan sakit. Untuk obatobat kelompok ini perlu
pemakaian dan investasi sedang serta kurang kritis dilakukan pengawasan dalam pembelian dan
dibandingkan kelompok A, Kelompok C adalah penggunaan agar tidak terlalu banyak investasi
cbat dengan pemakaian dan investasi rendah serta dan dilakukan kontrol pencatatan dan juga
tidak kritis. pelaporan yang ketat untuk menghindari
penumpukan stock. Ada 102 jenis cbat yang
b. Obat yang masuk Kelompok A dan B menjadi selalu masuk dalam kelompok C selama 3
prioitas untuk tetap masuk kedalam Formularium tahun dari tahun2014-2016. Obat-obat yang
Rumah Sakit, sedangkan obat kelompok C masuk dalam kelompok ini menjadi bahan
dievaluasi kembali obat mana saja yang akan untuk dinilai kembali apakah akan tetap
dimasukkan atau dikeluarkan dari formularium. dimasukkan dalam formularium rumah sakit
atau dikeluarkan
c. Hasil analisa ABC Pemakaian, obat obat yang tidak
digunakan lagi selama 3 tahun dikeluarkan dari e. Hasil analisis indeks kritis tahun2014-2016
Formularium Rumah Sakit. Ada322jenis obat hanya 31 jenis obat formularium yang masuk
formularium yang dipakai di rumah sakit dari 747 kelompok A yang sangat kritis terhadap
jenis cbat yang ada dalam daftar formularium pelayanan pasien, dan 200 jenis obat yang
RSUD Cimacan. Sehingga ada 425 jenis obat masuk kelompok B yaitu obat yang sangat
(57%) yang dikeluarkan dari formularium RSUD diperlukan Dan ada 91 jenis obatlainnya yang
Cimacan. Dari tahun 2014 -2016 hanya ada 15 masukkelompok C yang dinilai kembali
jenis cbat saja yang selalu masuk kelompok A apakah akan dimasukkan atau dikeluarkan dari
Akan tetapi semua obat yang masuk kelompok A formularium RSUD Cimacan.
dari tahun 2014-2016 menjadi prioritas untuk tetap
dimasukkan dalam Formularium RSUD Cimacan. 1. Analisis VEN
Obat yang termasuk dalam formularium tidak
terlalu banyak dipakai, hal ini dapat dilihat dari
a Hasil analisis VEN bisa digunakan untuk
banyaknya jenis obat yang masuk dalam kelompok
mengevaluasi isi formularium Analisis VEN
menjadi290jenis obat yang masuk dalam draft dckter sehingga formularium yang tersusun
usulan revisi fomularium. Ada 201 jenis obat non benar benar disepakati cleh semua pihak
formularium yang disediakan di instalasi farmasi
dan dibutuhkan oleh dokter. Dari 201 jenis obat ini f MempeTbaiki sistem pelaporan data sehingga
didiskusikan dengan TFT dan dilakukan analisa memudahkan dalam evaluasi. Terutama dengan
ABC Indeks kritis, dan diperoleh 148 jenis obat saja memanfaatkan sistem IT yang ada sehingga
yang dimasukkan kedalam fomularium rumah sakit lebbh efisien Memasukkan
dikarenakan 53 jenis obat lainnya adalah obat yang daftarcbatobatfotmularium Rumah Sakit
gdongan terapinya sudah ada danmee too nya sudah kedalam IT di instalasi farmasi.
ada. Sehingga diperoleh ada 438jenis obat yang
masuk dalam draft usulan revisi fomularium RSUD
g Disarankan agar Instalasi Farmasi menjamin
Cimacan.
ketersediaan obat-obat di dalam buku
Saran
formularium rumah sakit
2016
Tabel 2. Jenis Obat yang Tidak Tersedia, Jenis Obat yang Tidak Tersedia yang Tercantum
dalam Formularium, Jenis Obat yang Tidak Tersedia yang Tidak Tercantum dalam
Formularium pada Instalasi Farmasi RSUD Cimacan Tahun 2014 - 2016
Tabel 9. Hasil Pengelompokan Obat Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis Tahun
2014-2016