Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

Acara 2

“Perbandingan Genetik Simulasi Percobaan Mendel

dengan Kancing Genetika”

DISUSUN OLEH

NAMA : ENDANG LISTIANI

NIM : F05111017

KELOMPOK : 1 (Satu)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2013
ABSTRAK

Pada tahun 1856-1863 Mendel melakukan percobaan dengan menyilangkan tanaman ercis
(Pisum sativum) keturunan(Filial) yang pertama yang didapatkan tersebut kemudian disilangkan
dengan sesamanya sehingga didapatkan Filial kedua Pada keturunan pertama tidak muncul
ercis keriput, sedangkan pada keturunan kedua lebih variatif sifatnya yaitu adanya ercis
keriput .jadi terdapat sifat yang dominan dan sifat resesif sifat yang dominan ialah sifat yang
tampak sedangkan sifat diantara dominan dan resefif(diantara) dinamakan
intermediet,Mendel juga memperkenalkan hasil percobaannya dengan hukum 1 mendel dan
hukum 2 mendel, percobaan ini dilakukan untuk melihat tentang gambaran kemungkinan gen
yang dibawa oleh gamet akan bertemu secara acak serta melakukan pengujian melalui
simulasi persilangan mengunakan kancing genetika yang dianggap sebagai gamet dan
mengunakan perlakukan yang berbeda-beda yaitu monohibrid dominan dan intermediet serta
dihibrid dominan dan intermediet hasil yang didapatkan bahwa rata-rata dari data kelas dan
data pribadi sesuai dengan hukum mendel yang ditandai dengan apabila nilai hitung lebih
kecil daripada nilai tabel pada df maka sesuai dengan hukum mendel dan sebaliknya,pada
persilangan data kelas monohibrid intermediet tidak sesuai dengan hukum
mendel,ketidaksesuaian ini dapat disebabkan karena dalam pengocokan sebelum mengambil
kancing tidak merata.

Kata kunci : hukum mendel,monohibrid dominan dan intermediet, dihibrid dominan dan
intermediet, Kancing Genetika

PENDAHULUAN

METODE PRAKTIKUM

Pada percobaan Monohibrid Dominan, kocok tempat kancing genetika setelah itu Ambil 2
kancing secara bersamaan tanpa melihat ke arah kancing tersebut, Anggap warna merah merupakan
Gen M (Dominan), sedangkan warna putih gen m (resesif).dicatat genotip dan fenotip yang
didapatkan dari 12 pengulangan untuk setiap individu selanjutnya gabungkan dengan data kelas dan
dianalisis menggunakan X2 . Setelah itu lakukan percobaan Monohibrid Intermediet Prosedur yang
dilakukan sama dengan percobaan monohibrid Dominan namun kali ini keturunan persilangan
dianggap intermediet.

Pada percobaan Dihibrid dominan Penuh pertama kocok tempat kancing genetika dengan 4
warna yang berbeda. Kancing merah Mewakili gen dominan M yang memiliki sifat berwarna Merah
dengan alelnya kancing bewarna putih (m) yang memiliki sifat berwarna putih dan kancing kuning
mewakili gen dominan N yang memiliki sifat berbatang tinggi dengan alelnya kancing berwarna
Hijau(n) yang memiliki sifat berbatang rendah. Setelah itu percobaan Dihibrid Intermediet prosedur
yang dilakukan sama dengan Dihibrid Dominan namun kali ini persilangan yang terjadi dianggap
intermediet

HASIL PERCOBAAN

Nama : Dwi fiana sari

1 Monohibrid Dominan
NO Fenotipe Genotip Jumlah
MM
1 Merah Mm 7
2 Putih mm 5

perhitungan X2
X2=
Fenotipe O E d(O-E) d2 ∑(d2/E)
Merah 7 9 -2 4 0,44
putih 5 3 2 4 1,33

2 Monohibrid Resesif
NO Fenotipe Genotip Jumlah
1 Merah MM 1
2 Pink Mm 6
3 Putih mm 5

Perhitungan X2
X2=
Fenotipe O E d(O-E) d2 ∑(d2/E)
Merah 1 3 -2 4 0,44
Pink 6 6 2 4 1,33
Putih 5 3

3 Dihibrid Dominan
NO Fenotipe Genotip Jumlah
1 Merah Tinggi M.N. 8
Merah
2 rendah M.nn 2
3 Putih tinggi mmN. 1
4 Putih Rendah mmnn 1

Perhitungan
No. Fenotipe O E d (O-E) d2 x2 = ∑(d2/E)
1 merah tinggi 8 6,75 1,25 1,56 0,23
merah
2 rendah 2 2,25 -0,25 0,06 0,03
3 putih tinggi 1 2,25 -1,25 1,56 0,69
4 putih rendah 1 0,75 0,25 0,06 0,08

4 Dihibrid Resessif
No. Fenotip Jumlah
1 merah tinggi 1
merah
2 sedang 1
merah
3 rendah 0
4 pink tinggi 2
5 pink sedang 5
6 pink rendah 2
7 putih tinggi 0
8 putih sedang 0
9 putih rendah 1

perhitungan
No. Fenotipe O E d (O-E) d2 x2 = ∑(d2/E)
1 merah tinggi 1 0,75 0,25 0,06 0,08
merah
2 sedang 1 0,75 0,25 0,06 0,08
merah
3 rendah 0 0,00 0,00 0,00 0,00
4 pink tinggi 2 1,50 0,50 0,25 0,17
5 pink sedang 5 3,75 1,25 1,56 0,42
6 pink rendah 2 1,50 0,50 0,25 0,00
7 putih tinggi 0 0,00 0,00 0,00 0,00
8 putih sedang 0 0,00 0,00 0,00 0,00
9 putih rendah 1 0,75 0,25 0,06 0,08

Nama : Valentinus Yozi

1 Monohibrid Dominan
NO Fenotipe Genotip Jumlah
MM
1 Merah Mm 9
2 Putih mm 3

perhitungan X2
X2=
Fenotipe O E d(O-E) d2 ∑(d2/E)
Merah 9 9 0 0 0
putih 3 3 0 0 0

2 Monohibrid Resesif
NO Fenotipe Genotip Jumlah
1 Merah MM 4
2 Pink Mm 3
3 Putih mm 5

Perhitungan X2
X2=
Fenotipe O E d(O-E) d2 ∑(d2/E)
Merah 4 3 1 1 0,333333
Pink 3 6 -3 9 1,5
Putih 5 3 2 4 1,333333

3 Dihibrid Dominan
NO Fenotipe Genotip Jumlah
Merah
1 Tinggi M.N. 7
Merah
2 rendah M.nn 0
3 Putih tinggi mmN. 3
Putih
4 Rendah mmnn 2

Perhitungan
x2 =
No. Fenotipe O E d (O-E) d2 ∑(d2/E)
merah
1 tinggi 7 6,75 0,25 0,06 0,01
merah
2 rendah 0 2,25 -2,25 5,06 2,25
3 putih tinggi 3 2,25 0,75 0,56 0,25
putih
4 rendah 2 0,75 1,25 1,56 2,08

4 Dihibrid Resessif
No. Fenotip Jumlah
merah
1 tinggi 0
merah
2 sedang 3
merah
3 rendah 1
4 pink tinggi 1
5 pink sedang 3
6 pink rendah 2
7 putih tinggi 0
putih
8 sedang 1
putih
9 rendah 1

perhitungan
x2 =
2
No. Fenotipe O E d (O-E) d ∑(d2/E)
merah
1 tinggi 0 0,75 -0,75 0,56 0,75
merah
2 sedang 3 1,50 1,50 2,25 1,50
merah
3 rendah 1 0,75 0,25 0,06 0,08
4 pink tinggi 1 1,50 -0,50 0,25 0,17
5 pink sedang 3 3,00 0,00 0,00 0,00
6 pink rendah 2 1,50 0,50 0,25 0,17
7 putih tinggi 0 0,75 -0,75 0,56 0,75
putih
8 sedang 1 1,50 -0,50 0,25 0,17
putih
9 rendah 1 0,75 0,25 0,06 0,08

Nama : Paskarada Nini

1 Monohibrid Dominan
NO Fenotipe Genotip Jumlah
MM
1 Merah Mm 7
2 Putih mm 5

perhitungan X2
X2=
Fenotipe O E d(O-E) d2 ∑(d2/E)
Merah 7 9 -2 4 0,44
putih 5 3 2 4 1,33

2 Monohibrid Resesif
NO Fenotipe Genotip Jumlah
1 Merah MM 4
2 Pink Mm 5
3 Putih mm 3

Perhitungan X2
X2=
Fenotipe O E d(O-E) d2 ∑(d2/E)
Merah 4 3 1 1 0,3333333
Pink 5 6 -1 1 0,1666667
Putih 3 3 0 0 0

3 Dihibrid Dominan
NO Fenotipe Genotip Jumlah
1 Merah Tinggi M.N. 8
Merah
2 rendah M.nn 2
3 Putih tinggi mmN. 0
Putih
4 Rendah mmnn 2

Perhitungan
x2 =
2
No. Fenotipe O E d (O-E) d ∑(d2/E)
1 merah tinggi 8 6,75 1,25 1,56 0,23
merah
2 rendah 2 2,25 -0,25 0,06 0,03
3 putih tinggi 0 2,25 -2,25 5,06 2,25
4 putih rendah 2 0,75 1,25 1,56 2,08

4 Dihibrid Resessif
No. Fenotip Jumlah
1 merah tinggi 0
merah
2 sedang 1
merah
3 rendah 1
4 pink tinggi 3
5 pink sedang 3
6 pink rendah 1
7 putih tinggi 0
8 putih sedang 3
9 putih rendah 0

perhitungan
x2 =
2
No. Fenotipe O E d (O-E) d ∑(d2/E)
1 merah tinggi 0 0,75 -0,75 0,56 0,75
merah
2 sedang 1 1,50 -0,50 0,25 0,17
merah
3 rendah 1 0,75 0,25 0,06 0,08
4 pink tinggi 3 1,50 1,50 2,25 1,50
5 pink sedang 3 3,00 0,00 0,00 0,00
6 pink rendah 1 1,50 -0,50 0,25 0,17
7 putih tinggi 0 0,75 -0,75 0,56 0,75
8 putih sedang 3 1,50 1,50 2,25 1,50
9 putih rendah 0 0,75 -0,75 0,56 0,75

Nama : Endang Listiani

1 Monohibrid Dominan
NO Fenotipe Genotip Jumlah
MM
1 Merah Mm 9
2 Putih mm 3

perhitungan X2
X2=
Fenotipe O E d(O-E) d2 ∑(d2/E)
Merah 9 9 0 0 0
putih 3 3 0 0 0

2 Monohibrid Resesif
NO Fenotipe Genotip Jumlah
1 Merah MM 2
2 Pink Mm 7
3 Putih mm 3

Perhitungan X2
X2=
Fenotipe O E d(O-E) d2 ∑(d2/E)
Merah 2 3 -1 1 0,333333
Pink 7 6 1 1 0,166667
Putih 3 3 0 0 0

3 Dihibrid Dominan
NO Fenotipe Genotip Jumlah
Merah
1 Tinggi M.N. 5
Merah
2 rendah M.nn 4
3 Putih tinggi mmN. 2
Putih
4 Rendah mmnn 1

Perhitungan
x2 =
2
No. Fenotipe O E d (O-E) d ∑(d2/E)
merah
1 tinggi 5 6,75 -1,75 3,06 0,45
merah
2 rendah 4 2,25 1,75 3,06 1,36
3 putih tinggi 2 2,25 -0,25 0,06 0,03
putih
4 rendah 1 0,75 0,25 0,06 0,08

4 Dihibrid Resessif
No. Fenotip Jumlah
merah
1 tinggi 1
merah
2 sedang 0
merah
3 rendah 1
4 pink tinggi 4
5 pink sedang 4
6 pink rendah 0
7 putih tinggi 0
putih
8 sedang 2
putih
9 rendah 0

perhitungan
x2 =
No. Fenotipe O E d (O-E) d2 ∑(d2/E)
merah
1 tinggi 1 0,75 0,25 0,06 0,08
merah
2 sedang 0 1,50 -1,50 2,25 1,50
merah
3 rendah 1 0,75 0,25 0,06 0,08
4 pink tinggi 4 1,50 2,50 6,25 4,17
5 pink sedang 4 3,00 1,00 1,00 0,33
6 pink rendah 0 1,50 -1,50 2,25 1,50
7 putih tinggi 0 0,75 -0,75 0,56 0,75
putih
8 sedang 2 1,50 0,50 0,25 0,17
putih
9 rendah 0 0,75 -0,75 0,56 0,75

Tabel Pengamatan Monohibrid Dominan Kelompok 1


No. Genotip Fenotip Jumlah
1 MM merah 21
2 Mm merah 29
3 mm putih 10

Tabel Perhitungan Monohibrid Dominan Kelas

No. Fenotipe O E d (O-E) d2 x2 = ∑(d2/E)


1 merah 50 27 23 529 19,59259259
2 putih 10 9 1 1 0,111111111

Tabel Pengamatan Monohibrid Intermediet Kelompok 1

No. Genotip Fenotip Jumlah


1 MM merah 13
2 Mm pink 32
3 mm putih 15

Tabel Perhitungan Monohibrid Intermediet Kelas

No. Fenotipe O E d (O-E) d2 x2 = ∑(d2/E)


1 merah 13 9 4 16 1,777777778
2 pink 32 18 14 196 10,88888889
3 putih 15 9 6 36 4

Tabel Pengamatan Dihibrid Dominan Kelompok 1

No. Fenotip Jumlah


1 merah tinggi 37
2 merah rendah 9
3 putih tinggi 12
4 putih rendah 2

Tabel Perhitungan Dihibrid Dominan Kelas

No. Fenotipe O E d (O-E) d2 x2 = ∑(d2/E)


1 merah tinggi 37 20,25 16,75 280,5625 13,85493827
2 merah rendah 9 6,75 2,25 5,0625 0,75
3 putih tinggi 12 6,75 5,25 27,5625 4,083333333
4 putih rendah 2 2,25 -0,25 0,0625 0,027777778
Tabel Pengamatan Dihibrid Intermediet Kelompok 1

No. Fenotip Jumlah


1 merah tinggi 3
2 merah sedang 8
3 merah rendah 4
4 pink tinggi 4
5 pink sedang 21
6 pink rendah 10
7 putih tinggi 4
8 putih sedang 4
9 putih rendah 2

Tabel Perhitungan Dihibrid Intermediet Kelas

No. Fenotipe O E d (O-E) d2 x2 = ∑(d2/E)


1 merah tinggi 3 2,25 0,75 0,5625 0,25
2 merah sedang 8 4,5 3,5 12,25 2,722222222
3 merah rendah 4 2,25 1,75 3,0625 1,361111111
4 pink tinggi 4 4,5 -0,5 0,25 0,0625
5 pink sedang 21 9 12 144 20736
6 pink rendah 10 4,5 5,5 30,25 915,0625
7 putih tinggi 4 2,25 1,75 3,0625 9,37890625
8 putih sedang 4 4,5 -0,5 0,25 0,0625
9 putih rendah 1 2,25 -1,25 1,5625 2,44140625

PEMBAHASAN

Perbandingan antara M (warna merah), m (warna putih), N (batang Tinggi), dan n (batang
pendek) pada generasi F2. Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan
gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah
sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya. Secara garis besar, hukum ini
mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter
turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu
nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di
sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar,
misalnya R).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya mm) dan
satu dari tetua betina (misalnya NN dalam).
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar 2),
alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar).
Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada
gamet yang dibentuk pada turunannya.

Dalam hitungan,harus di perhatikan besarnya derajat kebebasan (bahasa inggrisnya :


degree of freedom),yang nilainya sama dengan jumlah kelas fenotip di kurangi dengan
satu.Dalam tabel,makin kekanan nilai kemumgkinan itu makin menjauhi nilai 1,yang
berarti bahwa data hasil percobaan yang di peroleh itu tidak baik.Makin kekiri nilai
kemungkinan makin mendekati 1 (100%),yang berarti bahwa data percobaan yang di
peroleh adalah baik.Apabila nilai x2 yang di dapat dari perhitungan terletak di bawah
kolom nilai kemungkinan 0,05 atau kurang (0,1 atau 0,01) itu berarti bahwa faktor
kebetulan hanya berpengaruh sebanyak 5% atu kurang,sehingga data percobaan yang di
dapat di nyatakan buruk.Apabila nilai x2 yang di dapat dari perhitungan letaknya di
dalam kolom kemungkinan 0,01 atau ahkan 0,001 itu berarti bahwa data yang di peroleh
pada percobaan itu sangat buruk, (Suryo,2004).
Dari percobaan tes imitasi genetis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa ternyata

kemungkinan atau peluang yang dimiliki tiap gen itu berbeda. Dan setiap kemungkinan gen

itu memiliki peluang, namun persentase peluang tiap gen itu berbeda.

Pada percobaan Imitasi Perbandingan Genetis ini dilakukan dengan menggunakan biji

genetis sebanyak 20 buah yang mempunyai warna sangat bervariasi yaitu : 5 warna merah

(k), 5 hijau (B), 5 hitam (b), dan 5 kuning (K). Kemudian dimasukkan dalam kantong yang

berbeda, 10 bji dikantung kiri, dan 10 biji dikantong kanan yang diambil secara acak

sebanyak 16 kali.

Seringkali kita ragu apakah data hasil percobaan yang kita lakukan sudah pasti.

Metode X2 (Chi square) adalah cara untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh

dari hasil persilangan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoristis
yang harus dievaluasi. Chi- square bertujuan untuk: Mendapatkan gambaran tentang

kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet akan bertemu secara acak (random).

Untuk mencari nilai X2 atau chi square, digunakan rumus X2 = ∑ , pada perhitungan

data chi square kelas menghasilkan 4,061 dri tabel chi-square, angka 4,061 terletak diantara

angka 2,366 sampai 4,11. Jadi K(3)= Berada diantara 0,50 - 0,25 karena nilai kemungkinan

lebih besar dari 0.05 (batas signifakan), begitupun dengan hasil data chi square kelompok

yaitu 1,777 dri tabel chi-square, angka 1,777 terletak diantara angka 1,212 sampai 2,366. Jadi

K(3)= berada diantara 0,75 - 0,50. Karena nilai kemungkinan lebih besar dari 0.05 (batas

signifakan), maka deviasi tidak berarti dan percobaan dianggap baik atau benar. Kisaran

keduaa nilai jauh diatas nilai probabilitas kritis, yaitu 0.05 atau 5%. Oleh karena itu, kita

dapat menerima hipotesis nol dan data yang kita peroleh sebagai hasil yang sesuai denga ratio

9 : 3: 3 : 1 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa percobaan yang telah dilakukan sesuai

dengan teori Hukum Mendel atau tidak melenceng dari apa yang telah ditetapkan dan telah

nonsignifikan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum kita dapat menarik kesimpulan bahwa terdapat gambaran
tentang gen-gen yang diperoleh dari gamet-gamet yang dipilih secara acak atau random dan
hasil yang diperoleh sesuai dengan teori Hukum Mendel atau tidak melenceng dari apa yang
telah ditetapkan dan telah nonsignifikan.

REFERENSI

http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2012/09/Genetika-dan-Hukum-Mendel.pdf

http://egalesmana93.files.wordpress.com/2010/08/simulasi-percobaan-monohibrid-mendel1.pdf

http://www.biotech.iastate.edu/publications/mendel/ModuleI.pdf

http://www.esp.org/foundations/genetics/classical/gm-65.pdf

Suryo, 2004. Genetika. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Suryo, 1996.Genetika Manusia.Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.


LAMPIRAN

a. Pertanyaaan
1. Jelaskan hukum mendel 1 dan penjelasannya berkaitan dengan percobaan yang
telah dilaksanakan?
2. Buatlah bagan model pewarisan sifat tanaman yang di uji?
3. Jika hasil percobaan ini tidak sesuai dengan hukum mendel, apakah artinya hukum
mendel tidak berlaku?

Jawab

1. Hukum I Mendel diperoleh dari hasil perkawinan monohibrid, yaitu persilangan


dengan satu sifat beda. Mendel melakukan persilangan antara tanaman ercis biji bulat
dengan tanaman ercis biji berkerut (perhatikan Gambar ). Hasilnya semua keturunan
F1 berupa tanaman ercis biji bulat. Selanjutnya dilakukan persilangan antarketurunan
F1 untuk mendapatkan keturunan F2. Pada keturunan F2 didapatkan
perbandingan fenotip kira-kira 3 biji bulat : 1 biji berkerut.

Berdasarkan hasil perkawinan yang diperoleh dalam percobaannya, Mendel


menyimpulkan bahwa pada waktu pembentukan gamet-gamet, gen akan mengalami
segregasi (memisah) sehingga setiap gamet hanya akan menerima sebuah gen saja.
Kesimpulan itu dirumuskan sebagai hukum I Mendel yang dikenal juga dengan
hukum Pemisahan Gen yang Sealel.
2.

Anda mungkin juga menyukai