Anda di halaman 1dari 9

AGRITEK VOL. 17 NO. 6 NOPEMBER 2009 ISSN.

0852-5426

SENYAWA ALELOPATI TEKI (Cyperus rotundus) DAN ALANG-ALANG


(Imperata cylindrica) SEBAGAI PENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAYAM
DURI (Amaranthus spinosus)

Tommy Martho Palapa


Jurusan Biologi FMIPA Unima Manado

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemanfaatan senyawa


alelopati pada umbi teki (Cyperus rotundus) dan stolon alang-alang (Imperata cylindrica)
sebagai penghambat pertumbuhan bayam duri (Amaranthus spinosus). Penelitian
dilaksanakan pada bulan Juli s/d Nopember 2008 di Laboratorium FMIPA Unima di
Tondano. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) 2 factorial. Faktor pertama ekstrak umbi teki dan faktor kedua adalah
ektrak stolon alang-alang masing-masing diberi ulangan 3 kali. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak senyawa terkandung alelopati alang-alang (Imperata
cylindrica) dan teki (Cyperus rotundus) secara sendiri-sendiri ternyata efektif memberikan
hambatan pada pertumbuhan tanaman bayam duri (Amaranthus spinosus). Sedangkan jika
dikombinasi tidak berpengaruh secara nyata pada penghambatan pertumbuhan bayam duri.

Kata Kunci : Efektifitas, Alelopati, Penghambat, Pertumbuhan

ABSTRACT

This research has goal namely to know the effectivity utilization of aleopatic
substances from Cyperus Rotundus) and Imperata Cylindrica as an inhibitor of Amaranthus
spinosus growth. This research was conducted in July to November 2008 at the Natural and
Science Faculty Laboratory, Manado State Univeristy. Research design used is the
completely randomized design with two factorial combination. The first factor is the extract
of cyperus tuber-root and the second factor is the extract of imperata stolon with three
replications. Research result shows that exctract containing any aleopatic substances
extracted from Imperata Cylindrica and Cyperus Rotundus are effective in inhibiting
growth of Amaranthus Spinosus. Interaction combination of both factors didn’t bring
significant effect in inhibiting growth of amaranthus.

Keywords : Efectivity, Alelopati, Defending, Growth

PENDAHULUAN berpengaruh pada tingkat produksi dan


pendapatan petani.
Gulma adalah tanaman pengganggu Salah satu upaya untuk mengatasi
tumbuhan budidaya yang sering kehadiran gulma adalah dengan
mengganggu sejak masa pertumbuhan memanfaatkan herbisida sebagai
vegetatif, sampai pada masa vegetatifnya. pembasmi, namun cara ini jika dilakukan
Akibat dari gangguan gulma dapat terus menerus dapat mengakibatkan
mempengaruhi produktifitas tanaman kerusakan lingkungan dan meningkatkan
budidaya yang pada gilirannya akan resistensi tanaman budidaya terhadap

131
AGRITEK VOL. 17 NO. 6 NOPEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

penyakit tertentu bahkan mengganggu adalah ektrak stolon alang-alang masing-


kesehatan manusia. Apalagi seringkali para masing diberi ulangan 3 kali. Konsentrasi
petani menggunakan dosis herbisida kimia masing-masing perlakuan pada faktor
melebihi kebutuhan. Dewasa ini produksi Alang-alang (a) adalah (a0=0%, a1=15%,
tanaman yang menggunakan herbisida a2=30%, a3=45%, a4=60%) dan faktor
kimia memiliki daya saing yang rendah Teki (b) adalah (b0=0%, b1=15%,
dibandingkan dengan yang menggunakan b2=30%, b3=45%, b4=60%).
herbisida alami atau organik.
Produksi tanaman yang menggunakan Prosedur
herbisida alami merupakan salah satu Penelitian dilakukan di atas lahan
upaya untuk meningkatkan daya saing seluas 0,5 ha yang di dibagi ke unit-unit
kualitas dan kuantitas produksi. Meskipun perlakuan dimana masing terdiri dari
rumput teki (Cyperus rotundus L.) dan polibag dengan ukuran 2 kg. Tiap unit
alang-alang (Imperata cylindrica L.) juga perlakuan diisi dengan tanah gembur
merupakan gulma namun tanaman ini seberat 2 kg dan diberi pupuk organik
dapat dimanfaatkan sebagai pengendali secara merata. Setiap polibag dimasukkan
biologis (bio kontrol). 3 biji bayam duri dengan kedalaman 3 cm
Teki dapat mengeluarkan senyawa kemudian dibiarkan tumbuh. Ekstrak
penghambat pertumbuhan yang disebut Alang-alang dan Teki ditimbang dengan
Alelopati. Alang-alang juga merupakan timbangan analitik kemudian diencerkan
gulma pengganggu tanaman, namun dapat dengan aquades dan dibuat dalam 5 taraf
juga dimanfaatkan sebagai pengendali konsentrasi yaitu 0%, 15%, 30%, 45%,
biologis juga, karena tanaman ini dan 60%. Selanjutnya di aplikasikan pada
menghasilkan alelopati (Monandir, 1988; setiap unit percobaan sesuai dengan desain
Sukman dan Yakub, 1991). Senyawa penelitian yang telah dirancang
alelopati dapat dilepaskan ke lingkungan sebelumnya. Perlakuan ekstrak dilakukan 2
melalui berbagai organ tanaman. Stolon hari sekali sebanyak 10 ml pada masing-
dan umbi menghasilkan senyawa masing unit perlakuan tiap kali penyiraman
penghambat berupa alelopati yang sampai akhir pengamatan.
dilepaskan ke lingkungan (Rice, 1984;
Moenandir 1990 ) Parameter Pengamatan
Bayam duri (Amaranthus spinosus L.) Parameter pengamatan antara lain a)
merupakan salah satu gulma yang dapat Panjang kecambah dari bayam duri, b)
menyebabkan pertumbuhan awal tanaman panjang akar primer dari tumbuhan bayam
budidaya mengalami kerdil dan daunnya duri, dan c) tinggi tanaman bayam duri
berwarna kuning. Pada tanaman kedelai, sebelum berbunga.
kehadiran bayam duri menyebabkan hasil
panen menurun. Ini diprediksikan bahwa Waktu Pengamatan
bayam duri menghambat pertumbuhan 1. Pengamatan pertama dilakukan 7 hari
tanaman budidaya karena bayam duri sesudah tanam (HST). Pengamatan
merupakan salah satu gulma pengganggu. ini dilakukan untuk memperoleh data
tentang panjang kecambah bayam
duri.
METODE PENELITIAN 2. Pengamatan kedua dilakkan pada 21
hari sesudah tanam (HST) yaitu saat
Rancangan Penelitian sebelum berbunga tanaman bayam
Penelitian ini menggunakan metode duri. Pengamatan ini dilakukan untuk
eksperimen dengan Rancangan Acak menentukan panjang akar primer dari
Lengkap (RAL) 2 factorial. Faktor pertama bayam duri.
adalah ekstrak umbi teki dan faktor kedua

132
AGRITEK VOL. 17 NO. 6 NOPEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

3. Pengamatan ketigaKetika tanaman


berumur 31 HST. Pengamatan ini 1. Panjang Kecambah
dilakukan untuk memperolah data
tentang tinggi tanaman sebelum Hasil uji F pengaruh alang-
berbunga. alang dan teki dan kombinasi
terhadap panjang kecambah
disajikan pada tabel Tabel 1.1, 1.2,
HASIL DAN PEMBAHASAN dan 1.3. dan Grafik 1.

Tabel 1. Rata-rata panjang (Cm) kecambah faktor dosis alang-alang

Dosis
0% 15% 30% 45% 60%
Rata- 4,413 3,753 3,353 2,927 3,053
rata

Tabel 2. Rata-rata panjang (Cm) kecambah faktor dosis teki

Dosis
0% 15% 30% 45% 60%
Rata- 4,420 3,880 3,347 3,267 2,587
rata

Tabel 3. Rata-rata panjang (Cm) kecambah faktor dosis alang-alang dan teki

Dosis Dosis Teki


Alang-
0% 15% 30% 45% 60%
alang
0% 5,367 4,433 4,000 4,733 3,533
15% 4,833 4,567 3,567 2,900 2,900
30% 4,100 3,633 3,400 2,867 2,767
45% 3,467 3,267 3,067 2,967 1,867
60% 4,333 3,500 2,700 2,867 1,867

133
AGRITEK VOL. 17 NO. 6 NOPEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

Gambar 1. Rata-rata Panjang kecambah faktor teki dan alang-alang

2. Panjang Akar Primer rata panjang akar primer menurut masing-


Pengujian pengaruh dilakukan dengan masing faktor dan interaksi disajikan pada
analisis variansi berdasarkan uji F. Rata- Tabel 2.1, 2.2, dan 2.3.

Tabel 4. Rata-rata Panjang Akar Primer Faktor Dosis Alang-alang

Dosis
0% 15% 30% 45% 60%
Rata-rata 1,183246 1,106984 0,722944 1,034216 0,740871

Tabel 5. Rata-rata Panjang Akar Primer Faktor Dosis Teki

Dosis
0% 15% 30% 45% 60%
Rata-rata 1,463882 1,090958 0,953111 0,735321 0,544990

Tabel 6. Rata-rata Panjang Akar Primer Faktor Dosis Alang-alang dan Teki

Dosis Dosis Teki


Alang- 0% 15% 30% 45% 60%
alang
0% 1,897237 1,014841 1,345925 0,852925 0,805305
15% 1,779019 1,194506 0,840332 0,940460 0,780602
30% 1,237451 0,899513 0,565816 0,484962 0,426978
45% 1,190726 1,382470 1,065952 0,836126 0,695803
60% 1,214976 0,963457 0,947527 0,562133 0,016263

Gambar 2. Rata-rata Panjang Akar Primer Faktor Dosis Alang- alang dan Teki

134
AGRITEK VOL. 17 NO. 6 NOPEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

3. Tinggi Tanaman rata tinggi tanaman menurut masing-


masing faktor dan interaksi disajikan pada
Pengujian pengaruh dilakukan dengan Tabel 7, 8, dan 9.
analisis variansi berdasarkan uji F. Rata-

Tabel 7. Rata-rata tinggi tanaman (Cm), faktor dosis alang-alang

Dosis
Rata-rata 0% 15 % 30 % 45 % 60 %
8,320 6,520 5,220 5,753 4,467

Tabel 8. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Faktor Dosis Teki

Dosis
0% 15 % 30 % 45 % 60 %
Rata-rata 8,853 6,327 5,807 5,673 3,620

Tabel 9. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Faktor Dosis Alang-alang dan Teki

Dosis Dosis teki


Alang-alang 0 % 15 % 30 % 45 % 60 %
0% 12,800 8,833 8,567 7,667 3,733
15 % 9,400 7,167 6,633 5,867 3,533
30 % 6,467 5,833 5,100 5,567 3,133
45 % 10,433 5,233 4,267 5,000 3,833
60 % 5,167 4,567 4,467 4,267 3,867

Gambar 3. Rata-rata Tinggi Tanaman

135
AGRITEK VOL. 17 NO. 6 NOPEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

PEMBAHASAN Hasil pengujian pengaruh faktor teki


terhadap pada rata-rata panjang akar
Pengujian pengaruh faktor alang-alang primer bayam duri Tabel 5 menunjukkan
pada Tabel 1 terhadap rata-rata panjang bahwa terpanjang adalah 1,463882 terdapat
kecambah bayam duri terpanjang adalah pada perlakuan a0b0 (perlakuan yang
4,413 terdapat pada perlakuan a0b0 bebas dari ekstrak teki). Sedangkan rata-
(perlakuan yang bebas dari ekstrak alang- rata terpendek adalah 0,544990 terdapat
alang sebagai kontrol). Sedangkan rata-rata pada perlakuan a0b4 (perlakuan 60%
terpendek adalah 2,927 terdapat pada ekstrak teki), dan diikuti oleh 0,735321
perlakuan a3b0 (perlakuan 45% ekstrak terdapat pada perlakuan a0b3 (perlakuan
alang-alang dan di ikuti oleh 3,053 terdapat 45% ekstak teki), 0,953111 terdapat pada
pada perlakuan a4b0 (perlakuan 60% perlakuan a0b2 (perlakuan 30% ekstrak
ekstrak alang-alang), 3,353 terdapat pada teki), 1,090958 terdapat pada perlakuan
perlakuan a2b0 (perlakuan 30% ekstrak a0b1 (perlakuan 15% ekstrak teki).
alang-alang), 3,753 terdapat pada per- Untuk hasil pengujian pengaruh faktor
lakuan a1b0 (perlakuan 15% ekstrak alang- alang-alang pada Tabel 6 menunjukan
alang). bahwa rata-rata tinggi tanaman bayam duri
Hasil pengujian pengaruh teki pada yang tertinggi adalah 8,320 terdapat pada
Tabel 2, menunjukan bahwa rata-rata perlakuan a0b0 (perlakuan yang bebas dari
panjang kecambah bayam duri yang ekstrak alang-alang sebagai kontrol).
terpanjang adalah 4,420 terdapat pada Sedangkan rata-rata terpendek adalah
perlakuan a0b0 (perlakuan yang bebas dari 4,467 terdapat pada perlakuan a4b0
ekstrak teki sebagai kontrol). Sedangkan ( perlakuan 60% ekstrak alang-alang), dan
rata-rata terendah adalah 2,587 terdapat diikuti oleh 5,220 terdapat pada perlakuan
pada perlakuan a0b4 (perlakuan 60% a2b0 (perlakuan 30% ekstrak alang-
ekstrak teki), dan diikuti oleh 3,267 alang), 5,753 terdapat pada perlakuan a3b0
terdapat pada perlakuan a0b3 ( perlakuan (perlakuan 45% ekstrak alang-alang),
45% ekstrak teki), 3,347 terdapat pada 6,520 terdapat pada perlakuan a1b0
perlakuan a0b2 (perlakuan 30% ekstrak (perlakuan 15% ekstrak alang-alang).
teki), 3,880 terdapat pada perlakuan a0b1 Pada hasil pengujian pengaruh faktor
(perlakuan 15% ekstrak teki). teki dari Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-
Data hasil pengujian pengaruh faktor rata tinggi tanaman bayam duri yang
alang-alang terhadap panjang akar primer tertinggi adalah 8,853 terdapat pada
bayam duri pada Tabel 4 menunjukan perlakuan a0b0 (kontrol). Sedangkan rata-
bahwa rata-rata terpanjang adalah rata terpendek 3,620 terdapat pada
1.183246 terdapat pada perlakuan a0b0 perlakuan a0b4 (perlakuan 60% ekstrak
(tanpa ekstrak alang-alang sebagai teki) dan diikuti oleh 5,673 terdapat pada
kontrol). Sedangkan rata-rata terpendek perlakuan a0b3 (perlakuan 45% ekstrak
adalah 0.722944 terdapat pada perlakuan teki), 5,807 terdapat pada perlakuan a0b2
a2b0 ( 30% ekstrak alang-alang), dan (perlakuan 30% ekstrak teki), 6,327
diikuti oleh 0,740871 terdapat pada terdapat pada perlakuan a0b1 (perlakuan
perlakuan a4b0 ( 60% ekstrak alang- 15% ekstrak teki).
alang), 1,034216 terdapat pada perlakuan Dengan demikian dapat dilihat melalui
a3b0 (perlakuan 45% ekstrak alang-alang), percobaan efektivitas senyawa terkandung
1.106984 terdapat pada perlakuan a1b0 alelopati alang-alang dan teki,
(perlakuan 15% ekstrak alang-alang). menghambat secara nyata panjang
kecambah (Tabel 1 dan 2), panjang akar

136
AGRITEK VOL. 17 NO. 6 NOPEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

primer (Tabel 4 dan 5) dan pada tinggi gulma alang-alang dan tanaman lain yang
tanaman (Tabel 6 dan 7) bayam duri. kalah bertumbuh mengakibatkan gangguan
Pada dosis yang rendah yaitu 15% perkecambahan biji (kecambah jadi
ekstrak alang-alang dan teki masing- abnormal), pertumbuhan memanjang, dan
masing ekstrak sudah menghambat susunan sel-sel akar pertumbuhan tanaman
panjang kecambah sebesar 15% dan 12%; yang kerdil, terjadinya klorosis, dan juga
tinggi tanaman sebesar 22% dan 29%; terjadi pengurangan organ tanaman
panjang akar primer 6,4% dan 25%. (Sukman dan Yakub,1991).
Sedangkan pada dosis yang tinggi yaitu Dalam penelitian ini gabungan
60% ekstrak alang-alang dan teki masing- pemberian dosis faktor alang-alang dan
masing menghambat panjang kecambah teki tidak terdapat pengaruh penghambatan
sebesar 31% dan 41%; tinggi tanaman 46% terhadap bayam duri. Hal ini diduga
dan 59%; panjang akar primer 37% dan disebabkan oleh adanya reaksi kimia
63%. Jadi terdapat pengaruh yang sangat alelopati alang-alang dan teki sehingga
nyata pada panjang kecambah dosis alang- kehilangan fungsi terhadap bayam duri.
alang dan teki, panjang akar primer khusus Pelindian bagian bawah tanaman telah
dosis teki, tinggi tanaman pada dosis ditunjukkan efektif dalam mempengaruhi
alang-alang dan teki. Tetapi tidak ada pertumbuhan tanaman lain (Bell dan
pengaruh interaksi antara alang-alang dan Koppe 1972; Jackson dan Willemsen 1976;
teki. Hal ini diuji lebih terperinci dengan Valliapan dan Lakshmanan 1989 dalam
memakai DMRT (Duncan’s Multiple Ngangi dan Santoso 1993).
Range Test) karena adanya pengaruh yang Beberapa senyawa alelopati seperti
sangat nyata. asam kumarat, asam ferulat, asam sansilat,
Kemampuan menghambat pada asam vanilat, asam p-hidroksibenzoat,
masing-masing parameter yang diamati asam siringat, asam protokatekuat, asam
membuktikan adanya potensi senyawa kafenat dan eugenol dapat menghambat
terkandung alelopati yang dikeluarkan oleh pertumbuhan. Senyawa-senyawa tersebut
stolon alang-alang dan umbi teki. Senyawa terdapat pada daun dan umbi teki
alelopati ini efektif menghambat panjang (Jangaraard et al1971 dalam Ngangi dan
kecambah, panjang akar primer, dan tinggi Santoso 1993).
tanaman bayam duri. Penghambatan ini Secara alami senyawa-senyawa ter-
dinyatakan bahwa semakin tinggi sebut dapat masuk ke dalam tanah melalui
kosentrasi atau dosis semakin tinggi proses pencucian daun, eksudat akar atau
hambatannya. pelindian bagian bawah dan dekomposisi
Hasil penelitian menunjukan bahwa sisa tumbuhan yang sudah mati. Senyawa
stolon alang-alang dan umbi teki tersebut diduga menghambat pembesaran
merupakan agen alelopati. Hal ini sel, menghambat kerja hormon, meng-
memperkuat pendapat Komai dan Ueki hambat kerja fotosintesis, respirasi dan
(1990) yang menyatakan bahwa kedua menghambat perlambatan dan peng-
tanaman tersebut diduga mengandung urangan penekanan pertumbuhan, gang-
alelopati. Kandungan alelopati pada guan pada sistem perakaran, klorosis, layu
rumput teki ditemukan pada organ batang, dan mati (Rice, 1984).
daun, rhyzoma, bunga, buah, dan biji serta Pemberian dosis alang-alang-alang
bagian-bagian tumbuhan yang membusuk dan rumput teki 15%, 30%, 45% dan 60%
(Sukman dan Yakub, 1991) berpengaruh sangat nyata pada pengen-
Alelopati dapat juga dihasilkan alang- dalian panjang kecambah, panjang akar
alang (Imperata cylindrica L.) yang primer khusus dosis teki, dan tinggi
menghambat pembelahan sel, pengambilan tanaman gulma bayam duri. Bila kedua
mineral, respirasi, penutupan stomata, dan ekstrak digabung mereka tidak mem-
sintesa protein. Interaksi biokimia antara berikan pengaruh penghambatan per-

137
AGRITEK VOL. 17 NO. 6 NOPEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

tumbuhan gulma karena keduanya terjadi Monandir, J., 1990. Fisiologi Herbisida.
reaksi antagonis. Pengantar Ilmu Gulma dan Pengen-
daliannya. Jakarta: CV. Rajawali
Munawaroh, E. & T. Purwanto. 1990.
KESIMPULAN Pengamatan Beberapa Aspek
Biologi Amaranthus Spinosus L.
Ekstrak senyawa terkandung alelopati Bogor:Balai Pengembangan Kebun
alang-alang (Imperata cylindrica) dan teki Raya
(Cyperus rotundus) secara sendiri-sendiri Olofsotter, M. & Navarez. 1996.
ternyata efektif memberikan hambatan Proceeding 2nd. International Weed
pada pertumbuhan tanaman bayam duri Control. Copenhagen
(Amaranthus spinosus), Sedangkan kom- Peterson, D. T., 1981. Effect of
binasi antara keduanya tidak berpengaruh Alelopathic Chemicals on Growth
nyata pada penghambatan pertumbuhan and Physiologycal Responsesd of
bayam duri. Soybean (Glycine max). Weed
Science. 29. Pratly. J. E., Graham,
R.J. and Leys, A.R. 1993. Proc.10
DAFTAR PUSTAKA Th. Aust. and 14 Th. Asian/Pasific
Weeds Conference. Brisbane
An. M. Pratley, J & Haig, T. 1996. Putnam, A. R. & C. S. Tang. 1986. The
Allelopathy. Proc. 8 Th. Augst. Science of Alelopathy. New York:A.
Conf Toowoomba:Agron Wiley. Interscience Puplication
Campbell, N.A., 1994. Biology. Rambakudzibga, A. M. 1991. Diferential
Riverside:University of California Allelopathic Potential Among
Khan, A. H. & Vaishya, R. D., 1992. Pro. Wheat Accessions To Annual
First National Symposium from Ryegrass. Journal Agriculture
Concept to Reality. Arkansas Farm Resource 29 (1). 77-79:Zimbabwe.
Ress. 41.14-15. Allelopathy In Rice, E. L. 1984. Allelopathy. Basic
Aggroecosystems (Agriculture & Edition. London:Academic Press.
Forestry. Edited by P. Tauro an S. S. Inc.
Narwal. Hisar – 125 004. India Rizvi, S. J .H. and C. W. Ross. 1985. Plant
Komai. K and K, Ueki. 1980. Plant Physiology. California:Wadworth
Growth Inhibitors in Purple Publishing Company Belmont
Nutsedge. Japan:Weed Research. Sodirejoatmodjo, S. M. 1986. Bertanam
Leigh, J. H., Halsall, D. M, & Holgate, Sayuran Daun. Jakarta:Badan
M.D. 1995. Allelopathy. Australian Penertbit Karya Baru
Journal of Agriculture Res. 46, Spurr. S. H. & Barness. B.V. 1980. Forest
179-188. Ecology. Bresbane:New York
Marsusi. 1988. Penerapan Metode Chinester
Taksimetri pada Penentuan Jauh Sukman, Y., & Yakub. 1991. Gulma dan
Dekatnya Hubungan Kekerabatan Teknik Pengendaliannya. Jakarta:
Jenis Amaranthus di Jawa. Tesis. Rajawali Pers
Yogyakarta:UGM. Sutarno, H. & S. Riswan. 1990. Prospek
Merssi, W. & M. Singh. 1988. Effect of Komoditi Pangan Potensial Yang
Phenolic Acids and Ragweed Mendapat Perhatian.
Parthenium (Parthenium Bogor:Puslitbang Tanaman Pangan
Bysteropborus) Eatracts on Tomato Titer, A. H., & Hay, R. K. M. 1991.
(Lycopersicum esculantum) Growth Fisiologi Lingkungan Tanaman.
and Nutrent end Clorophyll Yogyakarta:Gajah Mada University
Content. Weed Science. 36. Press

138
AGRITEK VOL. 17 NO. 6 NOPEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

Wu, H. Pratley, J. Lemerle, D. Haigt. T and


Verbeek, B. 1998. Differential
Allelopathic Potenttial Among
Wheat Accssions To Anual
Ryegrass. Proc. 9 th. Australian.
Agronomi Conference. Wagga
Wagga. PP. 567-570.

139

Anda mungkin juga menyukai