Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGARUH GIZI BURUK PADA BALITA DIPUSKESMAS


GLUGUR DARAT

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

dr. NURFITRIANA

DOSEN PEMBIMBING
dr. SRI WIRYA NINGSIH
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................

BAB I ............................................................................................................

PENDAHULUAN.........................................................................................

1.1. Latar belakang...........................................................................


1.2.Rumus masalah..........................................................................
1.3.Tujuan.........................................................................................

BAB II......................................................................................................................

PENDAHULUAN.....................................................................................................

2.1. arti gizi buruk...................................................................................

2.2. faktor penyebab gizi buruk.............................................................

2.3. penanggulangan gizi buruk..............................................................

2.4. pencegahan gizi buruk....................................................................


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa sehingga penulis bisa dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “ pengaruh gizi buruk pada balita di puskesmas
glugur darat” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar menambah wawasan penulis.
Dalam menyusun makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.
Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Zat gizi merupakan zat penting yang diperlukan oleh tubuh kita baik untuk proses
pertumbuhan maupun perkembangan. Rendahnya konsumsi pangan atau tidak
seimbangnya gizi makanan yang dikonsumsi dapat mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan
penyakit, serta menurunnya aktivitas dan produktivitas kerja. Pada bayi dan anak balita,
kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan
fisik, mental dan spiritual. Bahkan pada bayi, gangguan tersebut dapat bersifat permanen
dan sangat sulit untuk diperbaiki. Kekurangan gizi pada bayi dan balita, akan
mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu pangan dengan
jumlah dan mutu yang memadai harus selalu tersedia dan dapat diakses oleh
semua orang pada setia saat.

Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang atau masyarakat yang disebabkan
oleh tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhannya akan zat gizi yang diperoleh dari
makanan. Masalah Gangguan kesehatan akibat masalah gizi-makro dapat berbentuk status
gizi buruk, gizi kurang, atau gizi lebih. Sedang gangguan kesehatan akibat masalah gizi
mikro hanya dikenal sebutan dalam bentuk gizi kurang zat gizi mikro tertentu, seperti
kurang zat besi, kurang zat yodium, dan kurang vitamin A. Masalah gizi makro, terutama
masalah kurang energi dan protein (KEP) paling banyak menyerang pada balita dan yang
memprihatinkan biasanya orang tua tidak pernah menyadari bahwa anak balitanya
mengalami KEP. Secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh ketidakcukupan asupan
makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh ketersediaan
pangan tingkat rumah tangga, ketersediaan pelayanan kesehatan, pola asuh yang tidak
memadai. Lebih lanjut masalah gizi disebabkan oleh kemiskinan, pendidikan rendah,
kesempatan kerja dan juga keadaan lingkungan.. Status gizi balita secara sederhana dapat
diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut
panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan . Apabila berat badan
menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah
standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk.
1.2.RUMUSAN MASALAH

1.apa itu gizi buruk?


2. mengapa bisa terjadi gizi buruk?
3. bagaimana menaggulangi gizi buruk?

1.3. tujuan

Agar para orang tua bisa menanggulangi dan mencegah terjadinya gizi buruk pada
balita di lingkungan masing-masing.

BAB II

PENDAHULUAN

2.1. ARTI GIZI BURUK

Gizi buruk adalah Keadaan kurang zat gizi tingkat berat yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam waktu cukup lama yang ditandai dengan berat
badan menurut umur (BB/U).
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Tanpa adanya gizi yang adekuat, maka
kualitas hidup tidak akan optimal dan tentunya akan mempenagruhi proses tumbuh kembang.
Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang
disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali disamakan dengan
kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan
besar nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition)
yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke
dalam tubuh.
Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau kualitas nutrien
yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup lama. Malnutrisi
yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan infeksi.Tanda-tanda
dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi dihabiskan dan nutrisi serta energi
yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tidak memenuhi
tanbahan metabolic yang meningkat.

Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam
waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih
merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah
malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat
harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan,
lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium

Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu
ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.

2.2.FAKTOR PENYEBAB GIZI BURUK

Walau saat ini era telah modern, pola kehidupan masyarakat di negara miskin dan
berkembang umumnya masih memicu terjanjian gangguan gizi buruk pada bayi dan balita
terutama berkaitan dengan faktor ekonomi dan pengetahuan mendasar akan kesehatan.
Berbeda dengan pola masyarakat di negara maju, sistem pemerintahan yang sudah tertata
dengan baik, khususnya dibidang kesehatan telah menjamin masyarakat mendapatkan
pelayanan kesehatan dengan mudah sehingga gangguan gizi buruk dapat cepat teratasi.
Berikut penyebab gizi buruk:

 Keterbatasan Penghasilan Keluarga (Faktor Ekonomi)


Penghasilan keluarga akan sangat menentukan makanan yang disajikan setiap harinya, baik
kualitas maupun kuantitas makanan. Namun, bukan berarti makanan yang memenuhi
kebutuhan gizi hanya dapat disajikan di lingkungan keluarga dengan penghasilan cukup saja,
karena pada kenyataannya tidak demikian.
 Pengetahuan Kesehatan tentang Gizi Makanan
Banyak keluarga dengan penghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan kurang
bergizi. Hal ini dikarenaka kurangnya pengetahuan mengenai gizi makanan sehingga
cenderung manyajikan makanan cepat saji yang kurang sehat.

 Jarak Kelahiran yang tidak Terencana


Penelitian menunjukkan bahwa bayi dan anak yang mengalami gizi buruk dipicu karena
seorang ibu yang sedang hamil lagi saat anaknya yang lain masih kecil, sehingga kesempatan
untuk memperhatikan asupan gizi saat hamil dan menyusui menjadi terabaikan. Oleh karena
itu, sangatlah penting mengatur jarak kehamilan agar memiliki waktu yang cukup untuk
memperhatikan asupan gizi calon bayi dan anak yang lain.

 Tradisi Pantangan yang Merugikan


Di daerah pedesaan masih terdapat berbagai pantangan makanan, terutama bagi ibu hamil.
Terdapat beberapa makanan yang dianggap tidak boleh dikonsumsi, padahal makanan
tersebut memiliki zat gizi tinggi.

 Kesukaan yang Berlebihan akan Makanan Tertentu


Menyukai makanan tertentu secara berlebihan akan mengakibatkan kurang bervariasinya
makanan sehingga tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.

2.3. PENANGGULANGAN GIZI BURUK PADA BALITA

· Upaya Kesehatan Kuratif dan Rehabilitatif


1. Penemuan aktif dan rujukan kasus gizi buruk.
2. Perawatan balita gizi buruk
3. Pendampingan balita gizi buruk pasca perawatan
· Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif
1. Pendidikan (penyuluhan) gizi melalui promosi kadarzi
2. Revitalisasi posyandu.
3. Pemberian suplementasi gizi.
4. Pemberian MP – ASI bagi balita gakin
Kerangka Kerja Pencegahan Dan Penanggulangan Gizi Buruk

A. Keluarga
B. Masyarakat dan Lintas Sektor
C. Pelayanan Kesehatan

A.Peran Keluarga:
1. Penyuluhan/Konseling Gizi: a. ASI eksklusif dan MP-ASI; b. Gizi seimbang;
2. Pola asuh ibu dan anak
3. Pemantauan pertumbuhan anak
4. Penggunaan garam beryodium
5. Pemanfaatan pekarangan
6. Peningkatan daya beli keluarga miskin
7. Bantuan pangan darurat: a. PMT balita, ibu hamil, b. Raskin

B.Peran Masyarakat dan Lintas Sektor


1. Mengaktifkan Posyandu: SKDN
2. Semua balita mempunyai KMS,
3. Penimbangan balita (D),
4. Konseling,
5. Suplementasi gizi,
6. Pelayanan kesehatan dasar
7. Berat badan naik (N) sehat dikembalikan ke peran keluarga
8. BB Tidak naik (T1), Gizi kurang diberikan PMT Penyuluhan dan Konseling
9. Berat badan Tidak naik (T2), BGM, Gizi buruk, sakit, dirujuk ke RS atau Puskesmas

C.Peran Pelayanan Kesehatan


1. Mengatasi masalah medis yang mempengaruhi gizi buruk
2. Balita yang sembuh dan perlu PMT, perlu dikembalikan ke Pusat Pemulihan Gizi untuk
diberikan PMT
3. Balita yang sembuh, dan tidak perlu PMT, dikembalikan kepada masyarakat
2.4. PENCEGAHAN GIZI BURUK PADA BALITA

Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan dan
kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal yang dapat
mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak. Berikut adalah beberapa cara untuk
mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak
mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan
tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak,
vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total
kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati
apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera
konsultasikan hal itu ke dokter.
4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola
dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi
dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan
setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak.
Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali
membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan
meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa
gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai