REFERAT
STROKE
Oleh :
Pembimbing :
SMF/BAGIAN SARAF
RSUD DR TC HILLERS
MAUMERE
2019
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular yang belakangan ini
secepat mungkin. Stroke adalah suatu serangan pada otak akibat gangguan
pembuluh darah dalam mensuplai darah yang membawa oksigen dan glukosa
Serangan ini bersifat mendadak dan menimbulkan gejala sesuai dengan bagian
setiap tahunnya adalah 50–100 dari 100.000 orang penderita(2). Di Inggris stroke
kematian utama(3).
utama yang menyebabkan kematian. Dari data South East Asean Medical
Indonesia, stroke ischemic merupakan jenis yang paling banyak diderita yaitu
sebesar 52,9%, diikuti secara berurutan oleh perdarahan intraserebral, emboli dan
2
wilayah dengan prevalensi stroke tertinggi kedua yaitu sebesar 13,6% berdasarkan
diagnosis dan gejala. Pola prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin pria lebih
Perubahan gaya hidup, pola makan terlalu banyak gula, garam, dan lemak
serta beraktivitas adalah faktor risiko stroke(6). Banyak faktor yang menyebabkan
penyakit stroke. Faktor risiko yang tidak dapat diubah atau tidak dapat
dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat diubah atau dapat dimodifikasi. Faktor
risiko yang tidak dapat diubah diantaranya peningkatan usia, jenis kelamin, ras
dan genetik. Faktor risiko yang dapat diubah seperti hipertensi, merokok, diabetes
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
secara fokal maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan
yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular
RI) Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal
syaraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non-
traumatik(8).
1. Trombosis.
a. Aterosklerosis (tersering).
2. Embolisme.
kardiomiopati iskemik.
3. Vasokonstriksi.
2.3 Epidemiologi
Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah
berkembang juga menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di seluruh
dunia. Dua pertiga penderita stroke terjadi di negara yang sedang berkembang.
Terdapat sekitar 13 juta korban stroke baru setiap tahun, dimana sekitar 4,4 juta
stroke di seluruh dunia adalah 180 per 100.000 penduduk per tahun, atau hampir
sekitar 0,5%(10).
15,9% (usia 45 – 55 tahun), 26,8% usia 55 – 65 tahun, dan 23,5% usia > 65 tahun.
Sedangkan insiden stroke sebesar 51,6/ 100.000 penduduk dan kecacatan : 1,6%
tidak berubah, 4,3% semakin memberat. Penderita laki-laki lebih banyak terserang
stroke dibanding perempuan dengan profil usia <45 tahun sebesar 11,8%, usia 45-
64 tahun sebesar 54,2%, dan usia >65 tahun sebesar 33,5%. Stroke menyerang
usia produktif dan usia lanjut, sehingga dapat menimbulkan masalah baru dalam
Otak diperdarahi oleh dua arteri karotis interna dan dua arteri vertebralis.
willisi(12). Arteri karotis interna, setelah memisahkan diri dari arteri karotis
komunis yang merupakan salah satu dari 3 cabang arcus aorta, naik dan masuk ke
mempercabangkan arteri untuk nervus optikus dan retina, dan masuk kedalam
menuju ujung medial sulkus lateralis serebri. akhirnya bercabang dua yaitu arteri
serebri anterior dan arteri serebri media(13). Arteri karotis interna memberikan
vaskularisasi pada regio sentral dan lateral hemisfer. Arteri serebri anterior
Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang
inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya bersatu menjadi arteri
medula spinalis atas. Arteri basilaris memberikan vaskularisasi pada pons. Arteri
hemoragik, diantaranya yaitu faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi dan
1. Usia
Pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 55 tahun dan akan
meningkat dua kali dalam dekade berikutnya. 40% berumur 65 tahun dan hampir
2. Jenis kelamin
karena stroke. Risiko stroke pria 1,25 kali lebih tinggi daripada perempuan(15)
3. Herediter
hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus dan kelainan pembuluh darah, dan
riwayat stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga
pernah mengalami stroke pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko
terkena stroke.(3)
Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada kulit putih.
Data sementara di Indonesia, suku Padang lebih banyak menderita dari pada suku
Jawa(15)
1. Riwayat stroke
lima tahun kemungkinan akan terserang stroke kembali sebanyak 35% sampai
42%(15).
2. Hipertensi
enam kali ini sering di sebut the silent killer dan merupakan risiko utama
menurut JNC 7 yang dimaksud dengan tekanan darah tinggi apabila tekanan darah
lebih tinggi dari 140/90 mmHg, makin tinggi tekanan darah kemungkinan stroke
3. Penyakit jantung
paska oprasi jantung juga memperbesar risiko stroke, yang paling sering
darah otak.
Penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lipat terkena stroke dan
mencapai tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Setelah itu, risiko tersebut akan
menurun. Namun, ada factor penyebab ain yang dapat memperbesar risiko stroke
karena sekitar 40% penderita diabetes pada umumnya juga mengidap hipertensi.
5. TIA
singkat akibat iskemik otak fokal yang cenderung membaik dengan kecepatan dan
tingkat penyembuhan berfariasi tapi biasanya 24 jam. Satu dari seratus orang
dewasa di perkirakan akan mengalami paling sedikit satu kali TIA seumur hidup
mereka, jika diobati dengan benar, sekitar 1/10 dari para pasien ini akan
mengalami stroke dalam 3,5 bulan setelah serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan
6. Hiperkolesterol
bebas. Kolesterol dan trigliserida adalah jenis lipid yang relatif mempunyai makna
klinis penting sehubungan dengan aterogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma
sehingga lipid terikat dengan protein sebagai mekanisme transpor dalam serum,
dan lipoprotein densitas tinggi (HDL). Dari keempat lipoprotein LDL yang paling
kolesterol dan atau trigliserida serum di atas batas normal, kondisi ini secara
7. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terjadinya stroke hampir dua kali lipat, dan
perokok pasif berisiko terkena stroke 1,2 kali lebih besar. Nikotin dan
diantaranya :
2. Trombosis serebri.
3. Embolia serebri.
2. Perdarahan subarachnoid.
a. TIA
b. Stroke in evolution.
c. Completed stroke.
a. Sistem karotis.
b. Sistem vertebra-basilar.
2.7 Patogenesis
2.8.1 Patogenesis Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri
besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus)
yang terbentuk didalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ distal
11
kemudian bekuan dapat terlepas pada trombus vaskular distal, atau mungkin
terbentuk didalam suatu organ seperti jantung, dan kemudian dibawa melalui
merupakan penyebab stroke pada orang berusia lanjut, yang sering mengalami
otak yang mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara bertahap (Sjahrir,
2003)
Tahap 1:
b. Pengurangan O2
c. Kegagalan energi
Tahap 2:
b. Spreading depression
Tahap 3: Inflamasi
Tahap 4: Apoptosis
12
yang dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, perdarahan subarachnoid dan
perdarahan intraserebral(17).
1. Perdarahan subarachnoid
pembuluh darah menuju ke permukaan otak dan tersebar dengan cepat melalui
aliran cairan otak ke dalam ruangan di sekitar otak. Perdarahan sering kali berasal
dari rupturnya aneurisma di basal otak atau pada sirkulasi willisii. Perdarahan
2. Perdarahan intraserebral
vaskular yang sudah lemah akibat aneurisma yang disebabkan oleh kenaikan
darah atau pecahnya pembuluh darah otak akibat tekanan darah, atau pecahnya
dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit. Gejala utama stroke
mendadak/subakut, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran
biasanya tidak menurun. Biasanya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun.
Sedangkan stroke iskemik akibat emboli serebri didapatkan pada usia lebih muda,
terjadi mendadak dan pada waktu beraktifitas. Kesadaran dapat menurun bila
sistem vertebrobasilaris. Gangguan pada salah satu atau kedua sistem tersebut
Pada cabangnya yang menuju otak bagian tengah (a.serebri media) dapat
terjadi gejala :
1) Gangguan rasa di daerah muka dan sesisi atau disertai gangguan rasa di
2) Gangguan gerak dan kelumpuhan dari tingkat ringan sampai total pada
6) Kesadaran menurun
3) Penurunan kesadaran
pandang pada satu sisi atau separuh lapangan pandang pada kedua mata.
2) Rasa nyeri spontan atau hilangnya persepsi nyeri dan getar pada separuh
sisi tubuh.
penglihatan, pandangan kabur atau buta bila gangguan pada lobus oksipital,
sempoyongan
15
Kehilangan keseimbangan
Vertigo
Nistagmus.
Bila lesi di kortikal, akan terjadi gejala klinik seperti afasia, gangguan
sensorik kortikal, muka dan lengan lebih lumpuh, deviasi mata, hemiparese
yang disertai kejang. Bila lesi di subkortikal, akan timbul tanda seperti; muka,
lengan dan tungkai sama berat lumpuhnya, distonic posture, gangguan sensoris
nyeri dan raba pada muka lengan dan tungkai (tampak pada lesi di talamus). Bila
dapat terjadi gangguan sensoris, disartri, gangguan menelan, dan deviasi lidah.
Tidak ada/tidak jelas gejala prodromal, kecuali nyeri kepala (hebat), mual,
• Tanda rangsang meningeal (+) (kaku kuduk dan/atau kernigs sign). Gejala
tergganggu.
2.9 Diagnosis
2.9.1 Anamnesis
disorientasi atau penurunan kesadaran dan dapat digunakan untuk menilai fungsi
luhur. Hal-hal yang ditanyakan pada identitas yaitu nama, usia, alamat, status
mengetahui pusat bahasa lebih dominan di hemisfer cerebri kanan atau kiri. Pada
kinan (cekat tangan kanan), 90% pusat bahasa berada di hemisfer kiri sehingga
jika ada lesi di hemisfer kiri dapat mengakibatkan gangguan bicara atau afasia.
Sedangkan pada kidal (cekat tangan kiri), 60% pusat bahasa berada kiri dan 40%
terkompensasi.
dalam kasus apakah penyakit tersebut. Dalam hal ini, stroke termasuk ke dalam
penyakit vaskular dimana harus terdapat kata kunci yang menandakannya yaitu
17
awitan yang terjadi secara tiba-tiba atau mendadak. Ada 3 hal yang harus
disebutkan dalam keluhanutama, yaitu defisit neurologi yang terjadi, onset, dan
sebelumnya, terdapat dua jenis stroke yaitu stroke hemoragik dan stroke iskemik.
Gejala stroke hemoragik diawali dengan peningkatan tekanan intra kranial yaitu
gerak menandakan adanya gangguan fungsi motorik. Rasa kesemutan dan mati
gangguan otonom dapat ditanyakan tentang alvi, uri, dan hidrosis. Adanya
inkontinensia menandakan lesi UMN dan retensi pada lesi LMN. Bicara pelo dan
mulut mencong berhubungan dengan nervus VII. Riwayat tersedak ketika makan
anamnesis pasien.
serangan pertama atau berulang. Juga bisa didapatkan informasi mengenai faktor
resiko stroke. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis
kelamin, ras, dan genetik. Sementara faktor resiko yang dapat diubah adalah
18
Tanda vital
Pada pasien stroke, tekanan darah diperiksa pada kedua tangan untuk
Status Generalis
Status Neurologis
o GCS
o Pupil
o Nervus cranialis
o Fungsi motorik
o Fungsi sensorik
o Fungsi otonom
1. Pemeriksaan Laboratorium
o Waktu protrombin
o APTT
o Kadar fibrinogen
o D-dimer
20
o INR
o Viskositas plasma
o Protein S
o Protein C
o ACA
o Homosistein
2. Pemeriksaan Neurokardiologi
3. Pemeriksaan Radiologi
2.10 Tatalaksana
2.10.1 Stroke Iskemik
setelah serangan.
22
1. Breathing
Harus dijaga jalan nafas bersih dan longgar, dan bahwa fungsi paru-
paru cukup baik. Pemberian oksigen hanya perlu bila kadar oksigen darah
berkurang3.
2. Brain
Posisi kepala diangkat 20-30 derajat. Udem otak dan kejang harus
dihindari. Bila terjadi udem otak, dapat dilihat dari keadaan penderita yang
3. Blood
Jantung harus berfungsi baik, bila perlu pantau EKG. Tekanan darah
otak. Kadar Hb harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak. Kadar gula
yang tinggi pada fase akut, tidak diturunkan dengan drastis, lebih-lebih pada
4. Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Nutrisi per oral hanya boleh
diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik. Bila tidak baik atau pasien tidak
5. Bladder
intermiten steril atau kateter tetap yang steril, maksimal 5-7 hari diganti, disertai
latihan buli-buli.
pasien dengan posisi kepala 20-30o, posisi pasien hendaklah menghindari tekanan
vena jugular, hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik, hindari
diikuti fenitoin loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50
mg/menit.
dan diatasi penyebabnya. Berikan Asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5
oC. Pada pasien febris atau berisiko terjadi infeksi, harus dilakukan kultur dan
hapusan (trakea, darah dan urin) dan diberikan antibiotik. Jika memakai kateter
mobilisasi terbatas.
sistolik >140mmHg. Penurunan tekanan darah yang tinggi pada stroke akut
24
Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sebesar 15%
(sistolik maupun diastolik) dalam 24 jam pertama setelah awitan jika tekanan
darah sistoik >220 mmHg atau tekanan diastolik >120mmHg. Pada pasien stroke
iskemik akut yang akan diberi terapi trombolitik tekanan darah diturunkan hingga
TDS <185 mmHg dan TDD <110 mmHg. Selanjutnya tekanan darah harus terus
dipantau hingga TDS <185mmHg dan TDD <105 mmHg selama 24 jam setelah
pasien stroke perdarahan intraserebral akut, apabila TDS >200 mmHg, tekanan
Keterangan :
S= sistolic pressure
D= diastolic pressure
25
Golongan /
Mekanisme Dosis Keuntungan Kerugian
Obat
Tiazid
Diazoksid* Aktivasi ATP- IV bolus 50- Awitan<5 Retensi cairan
sensitive 100 mg, IV menit dan garam,
channels infuse 15-30 hiperglikemia
mg/menit berat, durasi
lama (1-12
jam)
ACEI
Enalaprilat* ACE Inhibitor 0,625-1,25 Awitan<5 Durasi lama
mg IV menit (6 jam),
selama 15 disfungsi
menit renal
Calcium
Channel
Blocker
Nikardipin Penyekat kanal 5 mg/jam IV Awitan cepat Takikardi
Diltiazem kalsium 2,5 ng/15 (1-5 menit), atau
menit, tidak terjadi bradikardia,
rebound yang hipotensi,
bermakna jika durasi lama
dihentikan, (4-6 jam)
eliminasi
tidak
dipengaruhi
oleh disfungsi
hati atau
renal, potensi
interaksi obat
rendah.
Beta Blocker
Labetalol* Antagonis 10-80 mg IV Awitan cepat Bradikardia,
reseptor tiap 10 menit (5-10 menit) hipoglikemia,
α1,β1,β2 sampai 300 durasi lama
mg/hari; (2-12 jam),
infuse 0,5-2 gagal jantung
mg/menit kongestif,
bronkospasm
e
Alfa Blocker
Fentolamin* Antagonis 5-20 mg IV Awitan cepat Takikardia,
reseptor α1, α2 (2 menit), aritmia
26
durasi singkat
(10-15 menit)
Vasodilatator
langsung
Hidralasin NO terkait 2,5-10 mg IV Serum-
dengan bolus sickness like,
mobilisasi (sampai 40 drug induce
kalsium dalam mg) lupus, durasi
otot polos lama (3-4
jam), awitan
lambat (15-30
menit)
Nitrogliserin Nitrovasodilato 5-100 Awitan 1-2 Produksi
r mikrogram/k menit, durasi methemoglob
g/menit IV 3-5 menit in, reflex
takikardia
*belum tersedia di Indonesia
dengan luasnya volume infark dan gangguan kortikal. Secara umum hindari kadar
gula darah > 180 mg/dL dengan tidak menggunakan larutan glukosa dalam 24 jam
pertama setelah serangan stroke akan berperan dalam mengendalikan kadar gula
darah.
gejala mirip dengan stroke infark, dan dapat diatasi dengan pemberian bolus
dekstrose atau infus glukosa 10-20% sampai kadar gula darah 80-110 mg/dl2.
stroke akut adalah citicolin. Penggunaan citicolin pada stroke iskemik akut yaitu
dapat diberikan dengan dosis 2x1000 mg intravena 3 hari dan dilanjutkan dengan
Tatalaksana hipoglikemia dan hiperglikemia, Trombolisis pada fase akut Dosis rt-
intravena. 10% dosis total diberikan bolus dan sisanya diberikan melalui infus
yang habis dalam 60 menit. terapi ini diberikan dalam rentang waktu 3 jam dari
pasien dengan bukti jejas iskemik lebih dari 1/3 area serebri media, dan pasien
setelah awitan stroke dianjurkan untuk tiap stroke iskemik akut. Pada pasien
dengan alergi terhadap aspirin atau telah mengkonsumsi aspirin secara teratur,
1. Perdarahan Intraserebral
trombosit.
dan diberikan dalam waktu yang sma dengan terapi yang lain karena efek
walaupun INR menurun, pembekuan bias jadi tidak membaik. Oleh karena
dengan riwayat penggunaan antiplatelet masih tidak jelas dan dalam tahap
2. Perdarahan Subarachnoid
miokard akut, stroke iskemik, emboli paru, atau trombosis vena dalam.
menguntungkan pada hasil akhir secara keseluruhan. Oleh karena itu, studi
2.11 Prognosis
Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek yaitu, death, disease, disability,
terjadi pada awal stroke. Untuk mencegah agar aspek tersebut tidak menjadi lebih
buruk, maka semua penderita stroke harus dimonitor dengan hati-hati terhadap
keadaan umum, fungsi otak, EKG, saturasi oksigen, tekanan darah, suhu tubuh
secara terus menerus selama 24 jam setelah serangan stroke. Prognosis stroke juga
dipengaruhi oleh berbagai faktor dan keadaan yang terjadi pada penderita stroke.
Hasil akhir yang dipakai sebagai tolak ukur antara lain outcome fungsional seperti
BAB 3
KESIMPULAN
Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak
secara fokal maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan
yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular.
otak secara akut yang menimbulkan kehilangan fungsi neurologis secara cepat.
Stroke dibagi menjadi 2 jenis yaitu, stroke hemoragik dan non hemoragik.
Pada stroke non hemoragik disebabkan oleh oklusi arteri di otak, dapat
fisik penting dilakukan untuk mengetahui jenis stroke akibat iskemik ataupun
dibagi menjadi penatalaksaan umum di IGD dan ruang rawat dan penatalaksanaan
perawatan dan penanganan yang cepat dan tepat guna mengembalikan perfusi
jaringan otak. Selain itu, pengendalian faktor risiko yang dapat dimodifikasi
dengan menerapkan pola hidup sehat juga menjadi salah 1 hal yang patut
diperhatikan untuk mengurangi kejadian stroke dengan nutrisi dan olahraga yang
teratur.
33
DAFTAR PUSTAKA
2. Dinata CA, Safrita Y, Sastri S. Gambaran Faktor Risiko dan Tipe Stroke
pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten
Solok Selatan Periode 1 Januari 2010 - 31 Juni 2012. J Kesehat Andalas.
2013;2(2):57–61.
3. Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. IV. Sudoyo, Aru W. ;
Setiyohadi, Bambang ; Alwi, Idrus ; K., Marcellus Simadibrata ; Setiati S,
editor. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.
4. A B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi). 1st ed. Bagian Ilmu
Penyakit Saraf Fakultas KEdokteran Universitas Andalas; 2008.
9. Price, S.A.; Lorraine MW. Patofisiologi Jilid 2 : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Huriawati H, editor. Jakarta: EGC; 2005.
10. Gilroy J. Cerebrovascular Disease. 3rd ed. New York: McGraw Hill; 2000.
225-8 p.
34
13. Aliah, A.; Kuswara, F. F.; Limoa A. Gambaran Umum tentang Gangguan
Peredaran Darah Otak dalam Kapita Selekta Neurologi. 2nd ed. Harsono,
editor. Yogyakarta; 2005. 81-3 p.
15. Madiyono, B.; Suherman SK. Pencegahan Stroke dan Serangan Jantung
pada Usia Muda. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003. 3-11 p.
18. Dewanto;dkk. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf
FK UNIKA ATMAJAYA. Jakarta: EGC; 2007.