PERJANJIAN KERJASAMA
ANTARA
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN
KEDEPUTIAN WILAYAH........
DENGAN
BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
KEPOLISIAN DAERAH…......................
TENTANG
PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA BAGI PESERTA
PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
NOMOR : .............................
NOMOR :……………………...
Perjanjian Kerja Sama ini, dibuat dan ditandatangani di ......., pada hari
.....tanggal .......Bulan....tahun.........., oleh dan antara :
II. KOMBES POL ...... selaku Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian
Daerah.......berdasarkan Surat Perintah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor……… : tanggal ………….tentang Penunjukan dan Pendelegasian Wewenang
Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama, berkedudukan dan beralamat di
………………………., dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kepala Kepolisian
……………………, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
Selanjutnya PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang secara bersama-sama disebut PARA
PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:
a. bahwa PIHAK PERTAMA merupakan badan hukum publik yang dibentuk untuk
menyelenggarakan Program Jaminan Sosial Kesehatan sebagaimana diamanatkan oleh
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
b. bahwa PIHAK KEDUA merupakan unsur pendukung yang berada di bawah Kapolri yang
bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi kedokteran dan kesehatan kepolisian
yang meliputi kedokteran kepolisian, kesehatan kesamaptaan dan pelayanan kesehatan di
lingkungan Polri.
1
Dengan memperhatikan Nota Kesepahaman antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 06/MOU/0318 dan Nomor:
B/12/III/2018 tentang Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat, PARA
PIHAK setuju dan sepakat untuk membuat dan menandatangani Perjanjian Kerja Sama tentang
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Bagi Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional,
selanjutnya disebut Perjanjian dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut.
PASAL 1
KETENTUAN UMUM
2
pelayanan rawat jalan dan rawat inap serta dinyatakan telah memenuhi persyaratan sesuai
peraturan Perundang-undangan.
11. Fasilitas Kesehatan Rujukan tingkat Lanjutan Polri yang selanjutnya disebut FKRTL Polri
adalah Rumah Sakit Bhayangkara yang melaksanakan pelayanan kesehatan yang bersifat
spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan, rawat
inap tingkat lanjutan dan rawat inap di ruang perawatan khusus.
12. Pola jejaring antar FKTP Polri adalah pola dimana peserta Pegawai Negeri pada Polri dan
keluarga dapat dilayani di seluruh FKTP dalam lingkungan Polri dengan menggunakan
aplikasi P-Care di setiap faskes PIHAK KEDUA yang terhubungkan secara online.
13. Jejaring Faskes adalah mekanisme kerja sama adanya hubungan kerja sama yang
dilakukan pihak fasilitas kesehatan tingkat pertama.
14. Rawat Jalan Tingkat Pertama (untuk selanjutnya disebut RJTP) adalah pelayanan
kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik yang dilaksanakan pada FKTP untuk
keperluan observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.
15. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat
non spesialistik dan dilaksanakan pada puskesmas perawatan/FKTP Polri rawat inap/RS
Kelas D Pratama, untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, dan/atau
pelayanan medis lainnya, dimana Peserta dan/atau anggota keluarganya dirawat inap
paling singkat 1 (satu) hari.
16. Formulir Pengajuan Klaim yang selanjutnya disebut FPK adalah formulir baku yang
dikeluarkan oleh PIHAK PERTAMA yang wajib diisi oleh FKTP dan disertakan sebagai
salah satu syarat dalam pengajuan klaim/tagihan atas biaya pelayanan kesehatan.
17. Tindakan Medis adalah tindakan yang bersifat operatif maupun non operatif yang
dilaksanakan baik untuk tujuan diagnostik maupun pengobatan.
18. Pelayanan Obat adalah pemberian obat-obatan sesuai kebutuhan medis bagi Peserta baik
pelayanan obat RJTP dan RITP.
19. Kapitasi adalah sistem pembayaran pelayanan kesehatan kepada FKTP berdasarkan
jumlah Peserta yang terdaftar pada PIHAK KEDUA.
20. Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh PIHAK
PERTAMA kepada FKTP berdasarkan jumlah Peserta yang terdaftar tanpa
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
21. Norma penetapan besaran Kapitasi adalah kriteria mengenai tingkat kelengkapan sumber
daya dan pelayanan FKTP yang digunakan untuk penetapan besaran kapitasi bagi FKTP
Polri.
22. Tarif Non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh PIHAK PERTAMA kepada
FKTP berdasarkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
23. Klaim adalah besaran tagihan atas pelayanan rawat jalan maupun rawat inap yang
dibayarkan ke Faskes PIHAK KEDUA.
24. Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal.
25. Pelayanan Non Kapitasi adalah pelayanan yang diberikan kepada Peserta dan tercakup
dalam benefit yang berhak diterima oleh Peserta Program JKN dan dibayarkan sesuai
dengan jenis dan jumlah pelayanan.
26. Pelayanan Rujuk Balik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada Peserta
Program Rujuk Balik di FKRTL atas rekomendasi dari dokter spesialis/sub-spesialis yang
merawat.
27. Program Rujuk Balik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada penderita penyakit
kronis dengan kondisi stabil dan masih membutuhkan pengobatan atau asuhan
3
keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di FKTP atas rekomendasi/rujukan dari
dokter spesialis/sub-spesialis yang merawat.
28. Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah Peserta untuk pemberian
informasi/edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi Peserta dan keluarga.
29. Kontak Pertama (First Contact) adalah fungsi FKTP sebagai tempat pertama yang
dikunjungi Peserta setiap kali mendapat masalah kesehatan dan Peserta mempercayakan
pemenuhan kebutuhan medis spesialistiknya berdasarkan rekomendasi dari FKTP.
30. Kontinuitas Pelayanan (Continuity) adalah hubungan FKTP dengan Peserta yang
berlangsung secara terus menerus sehingga penanganan penyakit dapat berjalan optimal
serta monitoring/control kesehatan oleh FKTP Peserta berkelanjutan.
31. Komprehensif (Comprehensiveness) adalah fungsi FKTP memberikan pelayanan secara
komprehensif mencakup promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan
kebutuhan Peserta untuk mengurangi angka morbiditas.
32. Koordinasi (Coordination) adalah fungsi FKTP yang berperan sebagai koordinator
pelayanan bagi Peserta untuk mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya.
33. Monitoring dan Evaluasi adalah kegiatan secara terus menerus untuk memantau
perkembangan dalam pelaksanaan tugas dan menilai hasil yang telah dicapai serta
kendala yang dihadapi.
34. Komitmen pelayanan adalah komitmen FKTP untuk meningkatkan mutu pelayanan melalui
pencapaian indikator pelayanan kesehatan perorangan yang disepakati.
35. Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan adalah penyesuaian besaran tarif
kapitasi berdasarkan hasil penilaian pencapaian indikator pelayanan kesehatan
perorangan yang disepakati berupa komitmen pelayanan FKTP dalam rangka peningkatan
mutu pelayanan.
36. Angka Kontak adalah indikator untuk mengetahui aksesabilitas dan pemanfaatan
pelayanan primer di FKTP oleh Peserta dan kepedulian serta upaya FKTP terhadap
kesehatan Peserta pada setiap 1000 (seribu) Peserta terdaftar di FKTP yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan.
37. Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik adalah indikator untuk mengetahui
optimalnya koordinasi dan kerjasama antara FKTP dengan FKRTL sehingga sistem
rujukan terselenggara sesuai indikasi medis dan kompetensinya.
38. Program Pengelolaan Penyakit Kronis yang selanjutnya disebut Prolanis adalah suatu
sistem yang memadukan antara penatalaksanaan pelayanan kesehatan dan komunikasi
bagi sekelompok Peserta dengan kondisi penyakit tertentu melalui upaya penanganan
penyakit secara mandiri.
39. Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung ke FKTP adalah indikator untuk mengetahui
pemanfaatan FKTP oleh Peserta Prolanis dan kesinambungan FKTP dalam melaksanakan
pemeliharaan kesehatan Peserta Prolanis.
40. Kecurangan (Fraud) dalam Pelaksanaan Program JKN pada Sistem Jaminan Sosial
Nasional yang selanjutnya disebut Kecurangan JKN adalah tindakan yang dilakukan
dengan sengaja oleh Peserta, petugas BPJS Kesehatan, pemberi pelayanan kesehatan,
serta penyedia obat dan alat kesehatan untuk mendapatkan keuntungan finansial dari
Program JKN dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional melalui perbuatan curang yang tidak
sesuai dengan ketentuan.
PASAL 2
MAKSUD DAN TUJUAN
4
(1) Maksud Perjanjian ini adalah sebagai pedoman bagi PARA PIHAK dalam rangka
penyediaan layanan kesehatan tingkat pertama bagi Peserta Jaminan Kesehatan di FKTP
Polri.
(2) Tujuan Perjanjian ini adalah terwujudnya kerja sama dan sinergi PARA PIHAK dalam
rangka penyediaan layanan kesehatan tingkat pertama bagi Peserta Jaminan Kesehatan di
FKTP Polri.
PASAL 3
RUANG LINGKUP
PASAL 4
HAK DAN KEWAJIBAN
Tanpa mengesampingkan hak dan kewajiban dalam Pasal-Pasal lain dari Perjanjian ini, PARA
PIHAK sepakat untuk merinci hak dan kewajiban masing-masing sebagaimana diuraikan
sebagai berikut:
(1) Hak PIHAK PERTAMA
a. Menentukan besaran kapitasi berdasarkan norma penetapan tarif kapitasi dan kinerja
pelayanan PIHAK KEDUA sebagaimana Lampiran 1;
b. Melakukan evaluasi atas capaian kinerja pelayanan kesehatan yang diberikan
PIHAK KEDUA sebelum dilakukan penyesuaian atas kapitasi;
c. Mendapatkan data dan informasi tertulis tentang perubahan Sumber Daya Manusia,
kelengkapan sarana prasarana PIHAK KEDUA dan informasi lain tentang pelayanan
kepada Peserta (termasuk melihat rekam medis sesuai peraturan perundang-
undangan);
d. Menerima laporan pelayanan bulanan yang mencakup pencatatan atas jumlah
kunjungan Peserta, jumlah rujukan dan diagnosis melalui aplikasi dan/atau laporan
lainnya yang berkaitan dengan program Jaminan Kesehatan dari PIHAK KEDUA,
kecuali wilayah yang tidak tersedia jaringan komunikasi data, laporan pelayanan
dalam bentuk manual;
e. Memperoleh identitas petugas yang melakukan entry data pelayanan program
jaminan kesehatan, perangkat keras (Hard ware) dan jaringan komunikasi data yang
berfungsi dengan baik;
f. Menerima berkas tagihan Klaim Non Kapitasi lengkap setiap bulan paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya;
g. Melaksanakan audit terhadap pembayaran kapitasi dan non kapitasi/klaim yang
dilakukan oleh PIHAK PERTAMA dan/atau PIHAK lain sesuai peraturan perundang-
undangan;
5
h. Memperhitungkan kompensasi pembayaran kepada PIHAK KEDUA jika terjadi
kelebihan pembayaran setelah dilakukan audit tiap bulan sesuai peraturan
perundang undangan yang berlaku;
i. Memfasilitasi Tim Kendali Mutu Kendali Biaya dan Tim Pencegahan Kecurangan
FKTP dalam melakukan pengawasan, pemeriksaan dan pemberian rekomendasi atas
pelayanan yang diberikan oleh PIHAK KEDUA;
6
n. Menyediakan sarana/unit yang berfungsi untuk memberikan pelayanan informasi dan
penanganaan pengaduan bagi Peserta;
o. Melakukan kegiatan peningkatan pemahaman kepada FKTP PIHAK KEDUA dalam
rangka meningkatkan mutu layanan berupa pelatihan/lokakarya/dan kegiatan lain
yang sejenis;
p. Meningkatkan sistem dan metode pelayanan kesehatan merujuk pada peraturan
perundangan terkait Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan (KBKP) secara
bertahap;
q. Memberikan kompensasi pembayaran kepada PIHAK KEDUA jika terjadi kekurangan
pembayaran setelah dilakukan audit tiap bulan sesuai peraturan perundang
undangan yang berlaku;
d. Menerima pembayaran biaya kapitasi dari PIHAK PERTAMA paling lambat tanggal
15 (lima belas) bulan berjalan melalui Kas Negara;
e. Menerima pembayaran klaim non kapitasi atas pelayanan yang diberikan kepada
Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen Klaim diterima lengkap
oleh PIHAK PERTAMA;
f. Menerima data kepesertaan FKTP setelah dilakukan rekonsiliasi PARA PIHAK
secara terinci yaitu Pegawai Negeri pada Polri, anggota keluarga, purnawirawan
serta masyarakat umum melalui aplikasi Pcare atau soft copy;
g. Mendapatkan sistem informasi data pelayanan Peserta dan daftar FKRTL dari PIHAK
PERTAMA;
j. Dalam hal keterlambatan pembayaran kapitasi dan non kapitasi oleh PIHAK
PERTAMA, PIHAK KEDUA dapat mengenakan sanksi administrasi berupa denda
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
7
k. Dalam hal ketidak lengkapan dokumen tagihan Klaim non kapitasi yang disampaikan
oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA dapat menerima
informasi kekurangan berkas dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja sejak
dokumen diterima oleh PIHAK PERTAMA;
o. Memperoleh daftar faskes rujukan di luar FKRTL Polri dalam wilayah kerja yang
ditunjuk atau bekerjasama dengan PIHAK PERTAMA;
p. Khusus Pegawai Negeri pada Polri dan anggota keluarganya dan purnawirawan
sebagai Peserta JKN-KIS PIHAK KEDUA mengikuti pola jejaring antar FKTP Polri
yang terintegrasi secara online dan sistem rujukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
b. Memberikan pelayanan kesehatan kepada Peserta sesuai dengan ruang lingkup dan
prosedur pelayanan kesehatan sebagaimana diatur dalam Lampiran 2;
c. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Panduan Praktik Klinis (PPK) dan
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI);
8
i. Menyediakan petugas entri data pelayanan Jaminan Kesehatan, perangkat keras
(hardware) dan jaringan komunikasi data yang berfungsi dengan baik;
j. Mengajukan berkas tagihan Klaim non kapitasi lengkap setiap bulan paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya yang sudah dilakukan verifikasi internal;
l. Melaksanakan rekomendasi Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya (TKMKB) dan Tim
Pencegahan Kecurangan FKTP;
PASAL 5
INFORMASI DAN PENANGANAN PENGADUAN PESERTA
(1) Peserta yang tidak puas terhadap pelayanan Jaminan Kesehatan dapat menyampaikan
pengaduan langsung maupun tidak langsung kepada PIHAK PERTAMA dan/atau PIHAK
KEDUA.
(2) Pengaduan secara langsung dapat dilakukan melalui:
a. tatap muka, yaitu Peserta bertemu dengan petugas PIHAK
PERTAMA dan/atau petugas PIHAK KEDUA; atau
b. media saluran telepon, yaitu akses melalui salah satu
layanan pada BPJS Kesehatan Care Center 1500400 dan/atau Hotline Service
Fasilitas Kesehatan.
(3) Standar Pelayanan Penanganan Pengaduan Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dalam Lampiran 3 Perjanjian ini.
PASAL 6
JEJARING FASKES
(1) PIHAK KEDUA dapat bekerja sama dengan Jejaring Faskes dengan mempertimbangkan
kemampuan dan kapasitas pengawasan PIHAK KEDUA;
(2) PIHAK KEDUA dapat bekerjasama dengan Jejaring Faskes antara lain Instalasi
Farmasi/Apotek/Laboratorium yang telah menjalin kerja sama dengan PIHAK PERTAMA;
(3) Jejaring Faskes yang bekerjasama dengan PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud pada
ayat (2),tercantum pada Lampiran 4;
9
(4) Jejaring Faskes sebagaimana dimaksud pada ayat (3), menandatangani pernyataan
persetujuan yang tercantum pada Lampiran 5.
PASAL 7
KERAHASIAAN INFORMASI
PARA PIHAK dilarang, tanpa persetujuan tertulis dari PIHAK lainnya untuk memberitahukan,
membuka atau memberikan informasi, keterangan atau hal yang sejenisnya yang menyangkut
isi atau yang berhubungan dengan Perjanjian ini, selama berlakunya dan sesudah berakhirnya
Perjanjian ini, kepada PIHAK ketiga lainnya baik yang berupa badan hukum, perorangan,
kecuali:
a. Kepada instansi pemerintah yang berwenang mengatur atau mengeluarkan ijin tentang hal-
hal yang diperjanjikan dalam Perjanjian ini;
b. Informasi tersebut yang saat ini atau sewaktu-waktu di kemudian hari dapat menjadi atau
tersedia untuk masyarakat umum;
c. Diperintahkan oleh badan peradilan atau instansi pemerintah lainnya secara tertulis dan
resmi, berkaitan dengan proses penegakan hukum atas suatu perkara yang terkait dengan
hal-hal yang diatur dalam Perjanjian ini;
PASAL 8
PEMBAYARAN PEMANFAATAN FASKES PIHAK KEDUA
(1) PIHAK PERTAMA membayar kapitasi FKTP PIHAK KEDUA sesuai dengan Peraturan
Perundangan-undangan dengan mekanisme sistem Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) secara elektronik.
(2) PIHAK PERTAMA melaksanakan pembayaran kapitasi sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) berdasarkan data jumlah peserta yang terdaftar di FKTP PIHAK KEDUA dan
ketentuan norma kapitasi sebagaimana Lampiran 1.
PASAL 9
LAPORAN PELAYANAN KESEHATAN
10
(1) PIHAK PERTAMA menyampaikan jumlah kepesertaan FKTP PIHAK KEDUA secara
terinci yaitu Pegawai Negeri pada Polri dan anggota keluarga serta masyarakat umum
melalui aplikasi dan soft copy sesudah pembayaran dana kapitasi.
(2) PIHAK PERTAMA memberikan laporan pembayaran Kapitasi FKTP dengan sistem
informasi PNBP Online (Simponi) kepada PIHAK KEDUA setiap bulan dengan tembusan
ke Pusat Keuangan Mabes Polri/Kepala Bidang Keuangan Polda.
(3) PIHAK KEDUA membuat laporan pelayanan rawat jalan tingkat pertama (RJTP) sesuai
dengan Lampiran 6 dan laporan rawat inap tingkat pertama (RITP) sesuai dengan
Lampiran 7.
PASAL 10
SOSIALISASI
Perjanjian ini dalam pelaksanaannya disosialisasikan oleh PARA PIHAK secara bersama-sama
maupun masing-masing kepada jajarannya, guna diketahui dan dilaksanakan.
PASAL 11
JANGKA WAKTU PERJANJIAN
(1) Perjanjian ini berlaku untuk jangka waktu ….. tahun terhitung sejak tanggal .....(bulan)...
(tahun) ... dan berakhir pada tanggal ..... (bulan)... (tahun)....
(2) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya Jangka Waktu Perjanjian, PARA
PIHAK sepakat untuk saling memberitahukan maksudnya apabila hendak memperpanjang
Perjanjian ini.
(3) Pada jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini PIHAK PERTAMA akan
melakukan penilaian kembali terhadap PIHAK KEDUA atas :
a. fasilitas dan kemampuan pelayanan kesehatan;
b. penyelenggaraan pelayanan kesehatan selama jangka waktu Perjanjian;
c. kepatuhan dan komitmen terhadap Perjanjian.
PASAL 12
MONITORING DAN EVALUASI
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN
(1) PARA PIHAK akan melakukan evaluasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh FKTP PIHAK KEDUA secara berkala melalui mekanisme yang ditetapkan.
11
(2) Hasil evaluasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) akan disampaikan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA dengan disertai rekomendasi
(apabila diperlukan) ditembuskan kepada Pusdokkes POLRI.
(3) Dalam rangka melakukan monitoring dan evaluasi, PIHAK PERTAMA secara langsung
dan/atau dengan akademisi, organisasi profesi, dinas kesehatan, Pusdokkes Polri berhak
untuk melakukan pengawasan atas pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama yang dilakukan
oleh PIHAK KEDUA.
(4) Evaluasi yang dilakukan meliputi indikator antara lain : angka kunjungan, rasio rujukan,
angka kontak,angka rujukan non spesialistik, pengelolaan prolanis dan walk trough audit.
PASAL 13
WANPRESTASI
(1) Dalam hal PIHAK KEDUA terbukti secara nyata melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. tidak melayani Peserta sesuai dengan isi perjanjian ini;
b. tidak memberikan fasilitas dan pelayanan kesehatan kepada Peserta sesuai dengan
ketentuan;
c. memungut biaya tambahan kepada Peserta;
d. tidak melaksanakan kewajiban serta ketentuan lain sebagaimana diatur dalam
perjanjian ini;
maka PIHAK PERTAMA berhak memberikan surat peringatan secara tertulis kepada
PIHAK KEDUA, dan selanjutnya diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat oleh
PARA PIHAK.
(2) Dalam hal salah satu pihak diketahui menyalahgunakan wewenang dengan melakukan
kegiatan moral hazard atau fraud namun tidak terbatas pada :
a. membuat Klaim fiktif;
b. tidak memberitahukan adanya perubahan ketersediaan
sumber daya manusia khususnya tenaga kesehatan khususnya tenaga medis,
kelengkapan sarana prasarana dan lingkup pelayanan yang mempengaruhi kapasitas
layanan dan besaran kapitasi yang dibayarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
yang dibuktikan dari hasil pemeriksaan Tim Pemeriksa Internal maupun Eksternal yang
merugikan pihak lainnya, maka pihak yang menyalahgunakan wewenang tersebut
berkewajiban untuk memulihkan kerugian yang terjadi.
(3) Pemulihan kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan
mekanisme sebagai berikut:
a. Apabila kerugian diketahui selama masa perjanjian, maka
pemulihan kerugian dilakukan dengan memperhitungkan pembayaran kapitasi
dan/atau non kapitasi yang dituangkan dalam berita acara pemulihan kerugian;
b. Apabila kerugian diketahui setelah masa perjanjian
berakhir, maka pemulihan kerugian dilakukan dengan pembayaran langsung ke
12
rekening pihak yang dirugikan yang dituangkan dalam Berita Acara Pemulihan
Kerugian.
(4) Dalam hal PIHAK PERTAMA tidak melakukan pembayaran kepada PIHAK KEDUA
sesuai dengan waktu yang telah disepakati dalam Perjanjian ini PIHAK KEDUA berhak
memberikan surat peringatan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA.
(5) Dalam hal surat peringatan PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
Pasal ini tidak ditanggapi oleh PIHAK PERTAMA, dapat menyampaikan pengaduan
kepada Menteri Kesehatan.
PASAL 14
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)
(1) Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (selanjutnya disebut Force Majeure) adalah
suatu keadaan yang terjadinya diluar kemampuan, kesalahan, atau kekuasaan PARA
PIHAK dan yang menyebabkan Pihak yang mengalaminya tidak dapat melaksanakan atau
terpaksa menunda pelaksanaan kewajibannya dalam Perjanjian ini. Force Majeure
tersebut meliputi banjir, wabah, perang (yang dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan),
pemberontakan, huru-hara, pemogokkan umum, kebakaran dan kebijaksanaan Pemerintah
yang berpengaruh secara langsung terhadap pelaksanaan Perjanjian ini.
(2) Dalam hal terjadinya peristiwa Force Majeure, maka Pihak yang terhalang untuk
melaksanakan kewajibannya tidak dapat dituntut oleh Pihak lainnya. Pihak yang terkena
Force Majeure wajib memberitahukan adanya peristiwa Force Majeure tersebut kepada
Pihak yang lain secara tertulis paling lambat 14 (empat belas)hari kalender sejak saat
terjadinya peristiwa Force Majeure, yang dikuatkan oleh surat keterangan dari pejabat yang
berwenang yang menerangkan adanya peristiwa Force Majeure tersebut. Pihak yang
terkena Force Majeure wajib mengupayakan dengan sebaik-baiknya untuk tetap
melaksanakan kewajibannya sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini segera setelah
peristiwa Force Majeure berakhir.
(3) Apabila peristiwa Force Majeure tersebut berlangsung terus hingga melebihi atau diduga
oleh Pihak yang mengalami Force Majeure akan melebihi jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
kalender, maka PARA PIHAK sepakat untuk meninjau kembali Jangka Waktu Perjanjian
ini.
(4) Semua kerugian dan biaya yang diderita oleh salah satu Pihak sebagai akibat terjadinya
peristiwa Force Majeure bukan merupakan tanggung jawab pihak yang lain.
PASAL 15
KORESPONDENSI
13
lainnya dalam pelaksanaan Perjanjian ini, harus dilakukan secara tertulis dan disampaikan
secara langsung, pos, ekspedisi, faksimili atau email dialamatkan kepada:
JL. .......................
Kode Pos
Telp :
Faksimili :
E-mail :
atau kepada alamat lain yang dari waktu ke waktu diberitahukan oleh PARA PIHAK, satu
kepada yang lain, secara tertulis.
14
c. Melalui faksimili dianggap telah diterima apabila telah
dilakukan konfirmasi oleh PIC dengan menggunakan sarana telekomunikasi; dan/atau
d. Melalui email dianggap telah diterima apabila telah
dilakukan konfirmasi oleh PIC dengan menggunakan sarana telekomunikasi.
PASAL 16
PEMBIAYAAN
Seluruh biaya yang timbul berkaitan dengan Perjanjian ini dibebankan kepada anggaran PARA
PIHAK.
PASAL 17
ADDENDUM
Hal-hal yang tidak atau belum diatur dalam Perjanjian ini, dan dianggap penting oleh PARA
PIHAK, akan diatur kemudian oleh PARA PIHAK, dan dituangkan kedalam suatu Perjanjian
tambahan (addendum) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.
PASAL 18
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
(1) Apabila dikemudian hari terjadi perselisihan antara PARA PIHAK dalam rangka
pelaksanaan Perjanjian ini, maka PARA PIHAK akan menyelesaikan secara
musyawarah dan mufakat.
(2) Apabila kesepakatan tidak dicapai oleh PARA PIHAK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), maka perselisihan akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri ...…..
(sesuai domisili)
PASAL 19
PENUTUP
Demikianlah, Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani, dalam rangkap 2 (dua) asli, masing-
masing bermaterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, setelah ditandatangani
oleh PARA PIHAK.
15
DEPUTI DIREKSI WILAYAH............. dr....................
............. KOMBES POL................
16
Lampiran 1 Perjanjian
Nomor :
Nomor :
Rumkit
No Norma Kapitasi Poliklinik /Satkes Polri Bhayangkara
Tk. IV Pratama
Ketersedian
8.000 9.000 9.000 10.000 10.000
1 Dokter umum
a. 1 orang √ √
b. 2 orang √ √ √
2 Dokter Gigi
a. tidak ada √ √
b. ada √ √ √
17
No Pemeriksaan Tarif Keterangan
Rp. 45.000,-
- Pemeriksaan
(empat puluh lima ribu 2 kali dalam 1 tahun bagi
Kolesterol Total
rupiah) seluruh peserta Prolanis
Rp. 60.000,-
- Pemeriksaan
(enam puluh ribu 2 kali dalam 1 tahun bagi
Kolesterol LDL
rupiah) seluruh peserta Prolanis
Rp. 45.000,-
- Pemeriksaan
(empat puluh lima ribu 2 kali dalam 1 tahun bagi
Kolesterol HDL
rupiah) seluruh peserta Prolanis
Rp. 50.000,-
- Pemeriksaan
(lima puluh ribu 2 kali dalam 1 tahun bagi
Trigliserida
rupiah) seluruh peserta Prolanis
2 Pelayanan Skrining Kesehatan
- Pemeriksaan IVA Rp. 25.000,- 1 kali dalam 365 hari,
(dua puluh lima ribu Apabila selama 3 tahun
rupiah) berturut-turut hasilnya
negative maka selanjutnya
per 5 tahun sekali.
- Pemeriksaan Rp. 125.000,- 1 kali dalam 365 hari,
papsmear (seratus dua puluh Apabila selama 3 tahun
lima ribu rupiah) berturut-turut hasilnya
negative maka selanjutnya
per 5 tahun sekali.
- Pemeriksaan GDP Rp. 10.000,- (Sepuluh Untuk peserta Skrining
dan GDPP Ribu Rupiah) sampai Riwayat Kesehatan
dengan Rp. 20.000,- dengan hasil risiko sedang
(Dua Puluh Ribu dan tinggi DM
Rupiah)
- Terapi Krio Rp. 150.000,- Untuk kasus IVA Positif
(seratus lima puluh
ribu rupiah)
3 Jasa Kebidanan, Neonatal dan KB
- Paket ANC Rp. 200.000,- -diberikan dalam bentuk
(dua ratus ribu rupiah) paket paling sedikit 4
(empat) kali pemeriksaan
-jenis pemeriksaan sesuai
dengan ketentuan yang
berlaku
-dalam hal pemeriksaan
ANC tidak dilakukan di
satu tempat maka
dibayarkan perkunjungan
sebesar Rp. 50.000,- (lima
puluh ribu rupiah)
18
No Pemeriksaan Tarif Keterangan
b. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) bagi Klinik dengan fasilitas rawat Inap
- Dibayarkan berdasarkan tarif non kapitasi
19
No Jenis Pelayanan Tarif (Rp)
1 Paket Persalinan pervaginam normal oleh Bidan Rp 700.000
2 Paket Persalinan pervaginam normal oleh Dokter Rp 800.000
3 Pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan Rp 125.000
atau neonatal
20
4) Jumlah Peserta terdaftar adalah jumlah Peserta JKN yang terdaftar
di PIHAK KEDUA per bulan
i. kunjungan sakit;
(c) Bentuk kontak lain yang dapat diukur dan telah disepakati
antara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan BPJS
Kesehatan, baik kunjungan sehat maupun kunjungan sakit.
21
penyakit yang menjadi kompetensi dokter di FKTP sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan atau berdasarkan
kesepakatan antara PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Organisasi Profesi dengan
memperhatikan kemampuan pelayanan FKTP dan progresivitas
penyakit yang merupakan keadaan khusus pasien dan/atau
kedaruratan medis, serta dituangkan secara tertulis dalam berita
acara kesepakatan yang menjadi satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari perjanjian kerja sama.
4) Jenis penyakit kronis yang termasuk dalam Prolanis yang dihitung dalam
indikator adalah penyakit Diabetes Melitus dan Hipertensi atau sesuai
dengan kesepakatan antara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, PIHAK
PERTAMA dan PIHAK KEDUA.
Target pemenuhan angka kontak oleh PIHAK KEDUA sebesar paling sedikit
150‰ (seratus lima puluh permil) setiap bulan.
Target pemenuhan rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik oleh PIHAK
KEDUA sebesar kurang dari 5% (lima persen) setiap bulan.
22
3) Rasio Peserta Prolanis rutin berkunjung ke FKTP (RPPB)
Tabel
Tabel
Penerapan Pembayaran Kapitasi Berbasis
Pemenuhan Komitmen Pelayanan
23
Zona Tidak Aman Zona Aman
1 0 3 100%
2 1 2 95%
3 2 1 92.5%
4 3 0 90%
Contoh:
Rata-rata penilaian bulan 1, 2, 3 digunakan untuk membayar kapitasi pada
bulan 4, 5, 6, dan seterusnya
.b Peserta baru
24
pada pembayaran kapitasi pada bulan berikutnya tanpa dikenakan
sanksi ganti rugi keterlambatan pembayaran kapitasi.
10. Biaya pelayanan kesehatan yang dibayar dengan tarif non kapitasi untuk
pelayanan yang telah dilakukan oleh PIHAK KEDUA maupun jejaringnya,
diajukan secara kolektif oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA
dengan kelengkapan administrasi berdasarkan pada ketentuan yang berlaku.
C. Terhadap pelayanan non kapitasi yang diberikan oleh Jejaring Faskes kepada
Peserta, PIHAK PERTAMA membayarkan langsung klaim non kapitasi kepada
Jejaring Faskes.
D. Kadaluarsa klaim kolektif yang diajukan PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA
adalah 6 (enam) bulan terhitung sejak pelayanan kesehatan selesai diberikan.
25
E. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf D dikecualikan bagi pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh Fasilitas Kesehatan sebelum berlakunya Peraturan
Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.
F. Dalam hal jangka waktu pengajuan klaim sebagaimana dimaksud pada huruf D
terlampaui, klaim tidak dapat diajukan kembali.
I. Tagihan non kapitasi dari PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dibayarkan
ke rekening , sebagai berikut:
K. Biaya administrasi bank yang timbul akibat adanya transfer (kliring) dibebankan
kepada masing-masing rekening PIHAK KEDUA dan Jejaring Faskes.
L. Pembayaran klaim non kapitasi kepada PIHAK KEDUA dan Jejaring Faskes sebesar
Netto setelah dikurangi biaya administrasi bank dan pajak sesuai ketentuan yang
berlaku.
26
Lampiran 2 Perjanjian
Nomor :
Nomor :
I. RUANG LINGKUP
27
.3 Pelayanan gigi
a. administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta
untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke FKRTL;
b. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
c. premedikasi;
d. kegawatdaruratan oro-dental;
e. pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi);
f. pencabutan gigi permanen tanpa penyulit;
g. obat pasca ekstraksi;
h. tumpatan komposit/GIC;
i. Skeling Gigi
B. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) bagi Klinik dengan fasilitas rawat inap
a. Peserta menunjukkan kartu Peserta/Kartu Indonesia Sehat (KIS) Digital Mobile JKN
yang ditetapkanPIHAK PERTAMA(proses administrasi);
b. Faskes melakukan pengecekan keabsahan kartu Peserta/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
Digital Mobile JKN;
c. Faskes melakukan pemeriksaan kesehatan/pelayanan penunjang/ pemberian
tindakan/obat;
28
d. Setelah mendapatkan pelayanan, Peserta menandatangani bukti pelayanan pada
lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masing-masing
Faskes;
e. Faskes melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan yang telah dilakukan;
f. Bila diperlukan Peserta akan memperoleh obat;
g. Apabila Peserta membutuhkan pemeriksaan kehamilan dan pasca melahirkan, maka
pelayanan dapat dilakukan oleh bidan atau dokter umum;
h. Bila berdasarkan hasil pemeriksaan dokter ternyata Peserta memerlukan pemeriksaan
ataupun tindakan spesialis/sub-spesialis sesuai dengan indikasi medis, maka FKTP
akan memberikan surat rujukan ke FKRTL yang bekerjasama dengan PIHAK
PERTAMA sesuai dengan sistem rujukan yang berlaku;
i. Surat rujukan ke FKRTL berlaku 1 (satu) kali untuk diagnosa dan tujuan rujukan yang
sama dalam periode maksimal 1 (satu) bulan sejak tanggal rujukan diterbitkan;
j. Surat rujukan disediakan oleh masing-masing Faskes dengan format sesuai ketentuan
PIHAK PERTAMA;
k. Faskes wajib menginput pelayanan yang diberikan ke dalam sistem informasi
perekaman data pelayanan peserta pada FKTP yang diberikan PIHAK PERTAMA.
2. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) ** bagi Klinik dengan fasilitas rawat inap
29
Lampiran 3 Perjanjian
Nomor :
Nomor :
Waktu
Level
Sejak Sampai dengan Penanganan Syarat
Pengaduan
Pengaduan
30
Waktu
Level
Sejak Sampai dengan Penanganan Syarat
Pengaduan
Pengaduan
Wilayah/Kantor
Pusat
Waktu
Level
Sejak Sampai dengan Penanganan Syarat
Pengaduan
Pengaduan
Peserta
Penanganan
menyampaikan
Pengaduan tidak
pengaduan secara Peserta mendapat Maksimal 3 hari
hijau memerlukan
tertulis di Kantor jawaban kerja
masukan dari unit
Cabang/Kabupaten
lain
/Kota
Peserta
menyampaikan Penanganan
pengaduan secara Pengaduan tidak
Peserta mendapat Maksimal 3 hari
tertulis di hijau memerlukan
jawaban kerja
Kedeputian masukan dari unit
Wilayah/Kantor lain
Pusat
31
menyampaikan
Pengaduan
pengaduan secara
memerlukan
tertulis di Kantor jawaban kerja
masukan dari unit
Cabng/Kabupaten/
lain
Kota
Peserta
menyampaikan Penanganan
pengaduan secara Pengaduan
Peserta mendapat Maksimal 3 hari
tertulis di kuning memerlukan
jawaban kerja
Kedeputian masukan dari unit
Wilayah/Kantor lain
Pusat
Peserta
menyampaikan - respon awal
pengaduan secara Peserta mendapat maks 3 hari kerja
merah
tertulis di jawaban
Kedeputian
Wilayah
32
Lampiran 4 Perjanjian
Nomor :
Nomor :
JEJARING FASKES
2. Bidan .........
a. Nama Penanggungjawab:
b. Alamat praktik :
c. Surat Ijin Praktik :
d. Nomor telepon :
e. Nama Bank :
f. Nomor rekening :
g. Rekening Atas Nama :
h. NPWP :
3. Laboratorium .........
1. NamaPenanggungjawab:
2. Alamat praktik :
3. Surat Ijin Operasional :
4. Nomor telepon :
5. Nama Bank :
6. Nomor Rekening :
7. Rekening Atas Nama :
8. NPWP :
33
4. Apotek ............
1. NamaPenanggungjawab:
2. Alamat praktik :
3. Surat Ijin Operasional :
4. Nomor telepon :
5. Nama Bank :
6. Nomor rekening :
7. Rekening Atas Nama :
8. NPWP :
5. Dst............
34
Lampiran 5 Perjanjian
Nomor :
Nomor :
JEJARING FASKES
NOMOR .....
ANTARA
BPJS KESEHATAN DENGANKEPALA PUSAT KEDOKTERAN DAN KESEHATAN POLRI
TENTANG
PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA BAGI PESERTA
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN
2. Pasal 32 A Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun Tahun 2013 Tentang Pelayanan
Kesehatan PadaJaminan Kesehatan Nasional sebagaimana diubah dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 99 Tahun 2015TentangPerubahan Atas Peraturan Menteri
KesehatanNomor 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan PadaJaminan Kesehatan
Nasional, mengatur sebagai berikut:
35
“Terhadap pelayanan nonkapitasi yang diberikan olehjejaring Fasilitas Kesehatan, BPJS
Kesehatanmembayarkan langsung klaim pembiayaan pelayanantersebut kepada jejaring
Fasilitas Kesehatan.”
36
Lampiran 6 Perjanjian
Nomor :
Nomor :
Nama Faskes :
Alamat :
TANDA
NO KARTU NAMA DI
NO TANGGAL DIAGNOSA TANGAN
PESERTA PESERTA RUJUK
PASIEN
37
Lampiran 7 Perjanjian
Nomor :
Nomor :
Nama Faskes :
Alamat :
NO LENGTH OF
NAMA DI
NO TANGGAL KARTU DIAGNOSA STAY KET.
PESERTA RUJUK
PESERTA (LOS)
38