Anda di halaman 1dari 6

Riset Akuntansi Berbasis Pasar

EARNING RESPONSE COEFFICIENT

DISUSUN OLEH:

YUN ERMALA DEWI


A062181030

PASCASARJANA PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
EARNING RESPONSE COEFFICIENT (ERC)
Earnings Response Coefficient (ERC) adalah ukuran besaran abnormal return
suatu saham sebagai respon terhadap komponen laba abnormal (unexpected earnings)
yang dilaporkan oleh perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (Scott, 2003). ERC
berguna dalam analisis fundamental oleh investor, dalam model penilaian untuk
menentukan reaksi pasar atas informasi laba perusahaan perusahaan. ERC merupakan
koefisien yang diperoleh dari regresi antara proksi harga saham dan laba akuntansi. Proksi
harga saham yang digunakan adalah cummulative abnormal return (CAR), sedangkan
proksi laba akuntansi adalah unexpected earning (UE) (Chaney dan Jeter, 1991). Regresi
model tersebut akan menghasilkan ERC untuk masing-masing sampel yang akan
digunakan untuk analisis berikutnya. ERC merupakan pengaruh laba abnormal
(unexpected earnings) terhadap CAR, yang ditunjukkan melalui slope coeficient dalam
regresi abnormal return saham dengan unexpected earnings (Scott, 2003). Hal ini
menunjukkan bahwa ERC adalah reaksi CAR terhadap laba yang diumumkan oleh
perusahaan.
Cho dan Jung ( 1991) mengklasifikasi pendekatan teoritis ERC menjadi dua
kelompok yaitu:
1. Model penilaian yang didasarkan pada informasi ekonomi (information
economics based valuation model) seperti dikembangkan oleh Holthausen dan
Verrechia (1988) dan Lev (1989) yang menunjukkan bahwa kekuatan respon
investor terhadap sinyal informasi laba (ERC) merupakan fungsi dari
ketidakpastian di masa mendatang. Semakin besar noise dalam system pelaporan
perusahaan (semakin rendah kualitas laba), semakin kecil ERC
2. Model penilaian yang didasarkan pada time series laba (time series based
valuation model) seperti dikembangkan oleh Beaver, Lambert dan Morse (1980).
Menurut Scott (2003) terdapat beberapa hal yang menyebabkan respon pasar yang
berbeda-beda terhadap laba yaitu persistensi laba, beta, struktur permodalan perusahaan,
kualitas laba, growth opportunities, dan ukuran perusahaan (Scott, 2003). Beberapa
penelitian juga mengungkapkan ada empat faktor yang memengaruhi Earnings Response
Coefficient (ERC), yaitu: beta, struktur modal, ketekunan dan pertumbuhan.
1. Beta: Semakin banyak risiko yang terkait dengan pengembalian yang diharapkan
perusahaan, semakin rendah akan menjadi reaksi investor terhadap jumlah
pendapatan tak terduga yang diberikan (Catatan: beta menunjukkan risiko
keamanan sehingga Anda dapat mengasumsikan bahwa beta yang tinggi berarti
risiko yang tinggi).
2. Struktur modal: ERC untuk perusahaan dengan leverage tinggi lebih rendah dari
pada untuk perusahaan dengan sedikit atau tanpa hutang, Berita baik yang
disampaikan berarti bahwa pemegang utang mendapatkan manfaat ini dari pada
investor. (Dengan demikian, penting untuk mengungkapkan sifat & besarnya
instrumen keuangan termasuk di luar neraca).
3. Kegigihan/Ketekunan: Sumber peningkatan pendapatan saat ini memengaruhi
ERC: Jika penghasilan diharapkan untuk bertahan di masa mendatang, ini akan
menghasilkan ERC yang lebih tinggi. Jika komponen dalam penghasilan adalah
non-persisten (mis. Item yang tidak berulang) ini akan menghasilkan ERC yang
lebih rendah.
4. Peluang Pertumbuhan: Misalkan laba bersih saat ini mengungkapkan
profitabilitas tinggi yang tak terduga untuk beberapa proyek investasi baru-baru
ini. Ini mungkin menunjukkan kepada pasar bahwa perusahaan akan menikmati
pertumbuhan yang kuat di masa depan, maka ERC akan tinggi.
Nilai Earnings Response Coeffisiens diprediksi lebih tinggi jika laba perusahaan
lebih persisitensi di masa depan. Demikian juga jika kualitas laba semakin baik, maka
diprediksi nilai ERC akan semakin tinggi. Beta mencerminkan risiko sistematis. Investor
akan menilai laba sekarang untuk memprediksi laba dan return dimasa yang akan datang.
Jika future return tersebut semakin berisiko, maka reaksi investor terhadap unexpected
earnings perusahaan juga semakin rendah (Scott, 2003).
Laba memiliki kandungan informasi yang tercermin dalam harga saham (Easton
dan Harris, 1991 dalam Hidayati dan Murni, 2009). Penelitian ini membuktikan bahwa
laba memiliki nilai relevan yang diketahui dari pengaruhnya terhadap reaksi pasar yang
digambarkan dalam harga saham. Perubahan harga saham bergerak sesuai dengan
kepercayaan investor, sejalan dengan Eficiency Market Theory yang menyatakan bahwa
pasar akan bereaksi cepat terhadap informasi yang baru, sehingga sesaat sebelum dan
sesudah laporan keuangan dikeluarkan, informasi mengenai angka laba yang
dipublikasikan akan memengaruhi tingkah laku investor. Peningkatan laba abnormal
(unexpected earnings) diikuti oleh return abnormal positif dan penurunan laba abnormal
diikuti oleh tingkat return abnormal negatif (Ball dan Brown, 1968). Hasil ini
menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengumuman laba
perusahaan dengan perubahan harga saham. Seberapa jauh respon pasar terhadap
informasi laba dikenal dengan penelitian ERC.
Asumsi yang mendasari penelitian ERC adalah bahwa investor merespon secara
berbeda terhadap informasi laba akuntansi sesuai dengan kredibilitas atau kualitas
informasi laba akuntansi tersebut (Syafrudin, 2004). Menurut Suwardjono (2005), reaksi
pasar ditunjukkan dengan (return saham) perusahaan tertentu yang cukup mencolok pada
saat pengumuman laba adanya perubahan harga pasar. Maksud dari mencolok adalah
perbedaan yang cukup besar antara return realisasi dengan return ekspektasi yang disebut
sebagai return abnormal.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa respon pasar terhadap laba di masing-
masing perusahaan dapat bervariasi dan tidak konstan. Beberapa peneliti yang memiliki
pendapat tersebut adalah Easton dan Zmijweski (1989) ; Collins dan Khotari (1989).
Pihak lain mengatakan bahwa Earnings Response Coefficient relatif tidak berubah dan
tetap, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh; Kormendi dan Lipe (1987).
Untuk menghitung ERC diperlukan beberapa langkah, yaitu:
1. Menghitung nilai cummulative abnormal return (CAR)
CAR dihitung menggunakan model perhitungan kumulatif laba abnormal. Berikut
menghitung abnormal return (ARit) dapat dihitung dengan cara:

Keterangan :
Rit = Return saham perusahaan i pada hari t
Pit = Harga penutupan saham i pada hari t
Pit-1 = Harga penutupan saham I pada hari t-1 2)

Keterangan :
Rmt = Return pasar harian
IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada hari t
IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan pada hari t-1

Keterangan :
RAit = Return abnormal perusahaan i pada waktu t
Rit = Return perusahaan i pada waktu t
Rmt = Return pasar pada waktu t

2. Menghitung nilai Unexpected earning


Unexpected Earnings diukur menggunakan pengukuran laba per lembar saham
(Riyatno, 2007):

Keterangan:
UEit = Unexpected earnings perusahaan i pada periode (tahun) t
EPSit = Laba akuntansi perusahaan i pada periode (tahun) t
EPSit-1 = Laba akuntansi perusahaan i pada periode (tahun) sebelumnya

Setelah nilai CAR dan UE diperoleh maka model regresi linear yang digunakan untuk
menentukan earning response coefficient (ERC) dapat dirumuskan sebagai berikut:
CARit = a + bUEit + εit
Keterangan :
CARit = Abnormal return kumulatif perusahaan i selama perioda pengamatan +
hari
dari publikasi laporan keuangan
UEit = Unexpected earnings
εi = Komponen error dalam model atas perusahaan i pada perioda t
IMPLIKASI PENELITIAN ERC
Alasan mengapa akuntan harus tertarik respon pasar terhadap informasi akuntansi
keuangan. Alasannya adalah bahwa peningkatan pemahaman respon pasar menunjukkan
cara-cara yang dapat lebih meningkatkan kegunaan keputusan laporan keuangan.
informativeness lebih rendah dari harga untuk perusahaan-perusahaan yang lebih kecil
menunjukkan bahwa pengungkapan diperluas untuk perusahaan-perusahaan ini akan
berguna bagi investor, bertentangan dengan argumen umum bahwa perusahaan-
perusahaan besar harus memiliki tanggung jawab pelaporan yang lebih besar. Persistensi
laba terhadap ERC berarti bahwa pengungkapan komponen laba bersih ini berguna bagi
investor. Banyak detail dalam laporan laba rugi, neraca, dan informasi tambahan
membantu investor menafsirkan jumlah laba saat ini.

Anda mungkin juga menyukai