Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia merupakan gangguan fungsi otak yang timbul akibat

ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam

otak.Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri

hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari

hubungan antar pribadi normal.Sering kali diikuti dengan delusi dan

halusinasi.

Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 memperkirakan

bahwa 1 % populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. Penelitian yang

sama oleh WHO juga mengatakan bahwa prevalensi skizofrenia dalam

masyarakat berkisar antara satu sampai tiga per mil penduduk dan di Amerika

Serikat penderita skizofrenia lebih dari dua juta orang. Skizofrenia lebih

sering terjadi pada populasi urban dan pada kelompok sosial ekonomi rendah.

Hasil survey di Indonesia memperlihatkan bahwa sekitar 1-2%

penduduk yang menderita skizofrenia hal ini berarti sekitar 2- 4 juta jiwa dari

jumlah tersebut diperkirakan penderita yang aktif sekitar 700.000-1,4 juta

jiwa.
2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Skizofrenia paranoid adalah salah satu jenis skizofrenia dimana

pasien memiliki waham (keyakinan palsu) bahwa ada seseorang atau

sekelompok individu berupaya menyerang mereka atau anggota keluarga

mereka.Skizofrenia paranoid adalah salah satu jenis skizofrenia dengan

karakteristik klasik mengalami waham (keyakinan palsu) dan mendengar hal-

hal yang tidak nyat.Menurut kamus kesehatan Mediloxicon, skizofrenia

paranoid terutama ditandai dengan delusi penganiayaan dan megalomania

(khayalan tentang kekuasaan dan kebesaran diri).Dengan demikian,

skizofrenia paranoid dapat disimpulkan sebagai salah satu jenis skizofrenia

dengan karakteristik utama pasien mengalami waham penganiayaan dan

waham kebesaran diri.

Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia yang paling

umum.Kebanyakan penderita skizofrenia paranoid juga memiliki halusinasi

pendengaran, yakni mendengar hal-hal yang tidak nyata layaknya penderita

skizofrenia jenis lainnya.Penderita skizofrenia paranoid dapat memiliki

kemampuan berpikir dan berfungsi yang lebih baik dalam kehidupan sehari-

hari dibandingkan dengan penderita skizofrenia jenis lainnya.Penderita tidak

mengalami masalah berarti dengan daya ingat, konsentrasi, ataupun

ketidakmampuan untuk menunjukkan emosi.Meski demikian, skizofrenia


3

paranoid merupakan masalah serius, yakni kondisi yang dapat menyebabkan

banyak komplikasi termasuk perilaku bunuh diri.

2.2 Etiologi

Penyebab skizofrenia paranoid tidak dapat dipastikan.Penelitian

menunjukkan bahwa kebanyakan bentuk skizofrenia disebabkan oleh

disfungsi otak.Kemungkinan besar disfungsi otak ini disebabkan oleh

kombinasi faktor genetik dan pemicu lingkungan.

Para ahli berpikir bahwa ketidakseimbangan salah satu neurotransmiter

yakni dopamin terlibat dalam timbulnya skizofrenia. Ketidakseimbangan ini

paling mungkin disebabkan oleh gen yang menyebabkan kerentanan terhadap

skizofrenia. Beberapa ilmuwan juga menyebutkan neurotransmiter lain yang

mungkin terlibat seperti serotonin. Perubahan fungsi otak, seperti persepsi,

emosi, dan perilaku cenderung menyimpulkan bahwa otak adalah sisi bilogis

skizofrenia.

2.3 Tanda dan Gejala

Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu:

1. Gejala positif

a. Delusi atau waham

Suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal).Meskipun telah

dibuktikan secara objektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun

penderita tetap meyakini kebenarannya.


4

b. Halusinasi

Pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan

(stimulus).Misalnya penderita mendengar suara-suara/ bisikan-bisikan di

telinganya padahal tidak ada sumber dari suara/ bisikan itu.

c. Kekacauan alam pikiran

Dapat dilihat dari isi pembicaraannya.Misalnya bicaranya kacau,

sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.

d.Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan

semangat dan gembira berlebihan.

e. Merasa dirinya ”Orang Besar”, merasa serba mampu dan sejenisnya.

f. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman

terhadap dirinya.

g. Menyimpan rasa permusuhan.

2. Gejala negatif

a. Alam perasaan (affect) ”tumpul” dan ”mendatar”

Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang

tidak menunjukkan ekspresi.

b. Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau kontak dengan

orang lain dan suka melamun.

c. Kontak emosional amat sedikit, sukar diajak bicara dan pendiam.

d. Pasif dan apatis serta menarik diri dari pergaulan sosial.


5

e. Sulit dalam berpikir nyata.

f. Pola pikir steorotip.

g. Tidak ada/ kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif.

2.4 Faktor Resiko Skizofrenia Paranoid

Faktor resiko skizofrenia adalah sebagai berikut:

1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga

2. Kembar identik

3. Struktur otak abnormal

Dengan perkembangan teknik pencitraan teknik noninvasif, seperti

CT scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan Positron Emission

Tomography (PET) dalam 25 tahun terakhir, para ilmuwan meneliti

struktur otak dan aktivitas otak individu penderita skizofrenia. Penelitian

menunjukkan bahwa individu penderita skizofrenia memiliki jaringan otak

yang relatif lebih sedikit.

4. Sosiokultural

Lingkungan sosial individu dengan skizofrenia di negara-negara

berkembang mungkin menfasilitasi dan memulihkan (recovery) dengan

lebih baik daripada di negara maju.Di negara berkembang, terdapat

jaringan keluarga yang lebih luas dan lebih dekat disekeliling orang-orang

dengan skizofrenia dan menyediakan lebih banyak kepedulian terhadap

penderita.Keluarga-keluarga di beberapa negara berkembang lebih sedikit

melakukan tindakan permusuhan, mengkritik, dan sangat terlibat jika


6

dibandingkan dengan keluarga-keluarga di beberapa negara-negara

maju.Hal ini mungkin membantu jumlah atau tingkat kekambuhan dari

anggota-anggota keluarga penderita skizofrenia.

5. Tampilan emosi

Sejumlah penelitian menunjukkan orang-orang dengan skizofrenia

yang keluarganya tinggi dalam mengekspresikan emosi, lebih besar

kemungkinannya untuk menderita kekambuhan psikosis daripada mereka

yang keluarganya sedikit atau kurang mengekspresikan emosi.

2.5 Kriteria Diagnostik

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

2. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol

a. Suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah atau

halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit

(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).

b. Halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol

c. Waham dapat berupa hamper setiap jenis, tetapi waham dikendalikan

(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau

“passivity” dan keyakinan dikejar-kejaryang beraneka ragam, adalah

paling khas.

3. Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relative tidak nyata/tidak menonjol.


7

2.6 Terapi

1) Penggunaan Obat Antipsikosis

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut

antipsikotik.Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan

perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia.Terdapat 3 kategori obat

antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik konvensional, newer

atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).

a. Antipsikotik Konvensional

Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut

antipsikotik konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional

sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik

konvensional antara lain :

1. Haldol (haloperidol)

2. Stelazine ( trifluoperazine)

3. Mellaril (thioridazine)

4. Thorazine ( chlorpromazine)

5. Navane (thiothixene)

6. Trilafon (perphenazine)

7. Prolixin (fluphenazine)

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik

konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer

atypical antipsycotic.
8

Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional).Pertama, pada

pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat

menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang

berarti.Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian

antipskotik konvensional.Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil

secara reguler.Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang

lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot

formulations).Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu

di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan.Sistem depot

formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.

b. Newer Atypcal Antipsycotic

Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena

prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila

dibandingkan dengan antipsikotik konvensional.

Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :

• Risperdal (risperidone)

• Seroquel (quetiapine)

• Zyprexa (olanzopine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-

pasien dengan Skizofrenia.

Cara pemberian

Mulai dosis awal dengan dosis anjuran kemudian dinaikkan setiap 2-3 hari

atau sampai mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis)


9

kemudian dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan.Setelah

mencapai dosis optimal, dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi). Lalu

diturunkan setiap 2 minggu hingga mencapai dosis maintenance, dan

dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/mingu)

kemudian tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu). Lalu hentikan

pengobatan.

c. Clozaril

Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik

atipikal yang pertama.Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak

merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional.Sangat disayangkan,

Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada

kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah

putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat

Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para

ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat

antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.

Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran

1. Klorpromazin Tablet 25 dan 100 mg

Injeksi 25 mg/ml 150 – 600 mg/hari

2. Haloperidol Tablet 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg

Injeksi 5 mg/ml 5 – 15 mg/hari

3. Perfenazin Tablet 2, 4, 8 mg 12 – 24 mg/hari

4. Flufenazin Tablet 2,5 mg, 5 mg 10 – 15 mg/hari


10

5. Flufenazin dekanoat Inj 25 mg/ml 25 mg/2-4 minggu

6. Levomeprazin Tablet 25 mg

Injeksi 25 mg/ml 25 – 50 mg/hari

7. Trifluperazin Tablet 1 mg dan 5 mg 10 – 15 mg/hari

8. Tioridazin Tablet 50 dan 100 mg 150 – 600 mg/hari

9. Sulpirid Tablet 200 mg

Injeksi 50 mg/ml 300 – 600 mg/hari 1 – 4 mg/hari

10. Pimozid Tablet 1 dan 4 mg 1 – 4 mg/hari

11. Risperidon Tablet 1, 2, 3 mg 2 – 6 mg/hari

2) Terapi Elektrokonvulsif

Terapi Elektrokonvulsif disingkat ECT juga dikenal sebagai terapi

elektroshock.ECT telah menjadi pokok perdebatan dan keprihatinan

masyarakat karena beberapa alasan.Namun, sekarang ECT sudah tidak begitu

menyakitkan.Pasien diberi obat bius ringan dan kemudian disuntik dengan

penenang otot.Aliran listrik yang sangat lemah dialirkan ke otak melalui

kedua pelipisatau pada pelipis yang mengandung belahan otak yang tidak

dominan.Hanya aliran ringan yang dibutuhkan untuk menghasilkan serangan

otak yang diberikan, karena serangan itu sendiri yang bersifat terapis, bukan

aliran listriknya.

Penenang otot mencegah terjadinya kekejangan otot tubuh dan

kemungkinan luka.Pasien bangun beberapa menit dan tidak ingat apa-apa

tentang pengobatan yang dilakukan.Kerancuan pikiran dan hilang ingatan

tidak terjadi, terutama bila aliran listrik hanya diberikan kepada belahan otak
11

yang tidak dominan (nondominan hemisphere). Frekuensi dilakukannya

terapi ini tergantung dari keadaan penderita dapat diberi:

• 2-4 hari berturut – turut 1-2 kali sehari

• 2-3 kali seminggu pada keadaan yang lebih ringan

• Maintenance tiap 2-4 minggu

• Dahulu sebelum jaman psikotropik dilakukan 12-20 kali tetapi sekarang

tidak dianut lagi.

Indikasi pemberian terapi ini adalah pasien skizofrenia katatonik

dan bagi pasien karena alasan tertentu karena tidak dapat menggunakan

antipsikotik atau tidak adanya perbaikan setelah pemberian

antipsikotik.Kontra indikasi Elektro konvulsiv terapi adalah Dekompensasio

kordis, aneurisma aorta, penyakit tulang dengan bahaya fraktur tetapi dengan

pemberian obat pelemas otot pada pasien dengan keadaan diatas boleh

dilakukan.Kontra indikasi mutlak adalah tumor otak.

3) Terapi Psikoanalisa.

4) Terapi Perilaku (Behavioristik)

5) Terapi Humanistik

2.7 Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Suatu pola gejala pra morbid mungkin merupakan tanda pertama

dari penyakit, walaupun arti gejala biasanya hanya dikenali secara

retrospektif.Secara karakteristik gejala dimulai pada masa remaja, diikuti

dengan perkembangan gejala prodromal dalam beberapa hari sampai

beberapa bulan.Onset gejala yang mengganggu terlihat dicetuskan oleh suatu


12

perubahan sosial atau lingkungan, seperti pindah sekolah, pengalaman

dengan zat, atau kematian sanak saudara.Sindrom prodromal dapat

berlangsung selama satu tahun atau lebih sebelum onset gejala psikotik yang

jelas.

Setelah episode psikotik yang pertama, pasien memiliki periode

pemulihan yang bertahap, yang dapat diikuti oleh lamanya periode fungsi

yang relatif normal. Tetapi relaps biasanya terjadi dan pola umum dari

penyakit yang ditemukan dalam lima tahun pertama setelah diagnosis

biasanya memperkirakan perjalanan penyakit yang diikuti pasien.

Masing-masing relaps psikosis diikuti oleh perburukan lebih lanjut

pada fungsi dasar pasien. Perjalanan klasik skizofrenia adalah suatu

eksaserbasi dan remisi. Perbedaan utama antara skizofrenia dan gangguan

mood adalah bahwa pasien skizofrenia gagal untuk kembali ke fungsi dasar

setelah masing-masing relaps. Seringkali suatu depresi pascapsikotik yang

dapat diobservasi secara klinis mengikuti suatu episode psikotik, dan

kerentanan pasien skizofrenik terhadap stress biasanya selama hidup.Gejala

positif cenderung menjadi kurang parah dengan berjalannya waktu, tetapi

gejala negatif yang menimbulkan ketidakmampuan secara sosial atau gejala

defisit dapat meningkat keparahannya.

Beberapa penelitian telah menemukan bahwa lebih dari periode 5

sampai 10 tahun setetlah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit

karena skizofrenia, hanya kira-kira 10-20 persen pasien dapat digambarkan

memiliki hasil yang baik. Lebih dari 50 persen pasien dapat digambarkan
13

memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di rumah sakit yang berulang,

eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh

diri.Skizofrenia memang tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang

memburuk, dan sejumlah faktor telah dihubungkan dengan prognosis yang

baik.40 sampai 60 persen dari pasien skizofrenia terus terganggu secara

bermakna oleh gangguannya selama seluruh hidupnya.Pasien skizofrenik

memang jauh kurang baik dibandingkan pasien dengan gangguan mood,

walaupun 20-25 persen pasien dengan gangguan mood juga terganggu parah

pada follow-up jangka panjang.

2.8 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, prevalensi seumur hidup skizofrenia sekitar 1

persen, yang berarti bahwa kurang lebih 1 dari 100 orang akan mengalami

skizofrenia selama masa hidupnya. Studi Epidemiologic Catchment Area

(ECA) yang disponsori National Institute of Mental Health (NIMH)

melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 0,6 sampai 1,9 persen. Menurut

DSM-IV-TR. Insidensi tahunan skizofrenia berkisar antara 0,5 sampai 5,0 per

10.000 dengan beberapa variasi geografik.

Skizofrenia ditemukan pada semua masyarakat dan area geografis

dan angka insidens serta prevalensinya secara kasar merata di seluruh dunia.

Di A.S kurang lebih 0,05 persen populasi total menjalani pengobatan untuk

skizofrenia setiap tahun dan hanya sekitar setengah dari semua pasien

skizofrenia mendapatkan pengobatan, meskipun penyakit ini termasuk berat.


14

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Skizofrenia paranoid adalah salah satu jenis skizofrenia dengan

karakteristik klasik mengalami waham (keyakinan palsu) dan mendengar

hal-hal yang tidak nyata.Skizofrenia paranoid terutama ditandai dengan

delusi penganiayaan dan megalomania (khayalan tentang kekuasaan dan

kebesaran diri).

Para ahli berpikir bahwa ketidakseimbangan salah satu

neurotransmiter yakni dopamin terlibat dalam timbulnya skizofrenia.

Ketidakseimbangan ini paling mungkin disebabkan oleh gen yang

menyebabkan kerentanan terhadap skizofrenia.

Skizofrenia memang tidak selalu memiliki perjalanan penyakit

yang memburuk, dan sejumlah faktor telah dihubungkan dengan prognosis

yang baik.40 sampai 60 persen dari pasien skizofrenia terus terganggu

secara bermakna oleh gangguannya selama seluruh hidupnya.


15

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Skizofrenia, in Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA, et al eds,
Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi ke-2. EGC. Jakarta. 2013. 700-743.

2. Chandra. (2005) Kenali Gejala Dini Skizofrenia. Dibuka pada website


http://www.schizophrenia.com tanggal 29 januari 2011

3. Fahanani, Fitriana. (2010) Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan


Jiwa dengan Dukungan Keluarga yang Mempunyai Anggota Keluarga
Skizofrenia Di RSJD Surakarta. Skripsi Sarjana Keperawatan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

4. Saifullah. (2005) Penanganan Penderita Skizofrenia Secara Holistik di


badan Pelayanan Kesehatan Jiwa Nangroe Aceh Darussalam. Tesis
Pascasarjana USU

5. Tomb, David.(2004).Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Jakarta : EGC

6. Ayuso, Guiterrez. (1997) Factor Inluencing Relapse in The Long Term


Course of Schizophrenia. Schizophrenia Research

Anda mungkin juga menyukai