B. Materi Pembelajaran
1.1 Perkakas
Di sini yang akan kita bahas adalah perkakas yang dipergunakan pada
waktu pemasangan KU. Adapun perkakas kerja tersebut yaitu :
8
Gambar 1.2 :Rol kabel pada tikungan
9
3. Counter Twist Device
1.1.4. Katrol
Katrol diperlukan untuk penarikan kabel bila membutuhkan daya tarik yang
kuat / tinggi. Biasanya, alat ini disebut Tackel, di mana di samping alat
tersebut dapat juga menggunakan tirfor.
10
Gambar 1.6 : Alat penarik kabel
1.2. Material
Dalam pemasangan Kabel Udara di samping tumpukan dan kabel udara
diperlukan material untuk menambatkan kabel pada tumpuan antara lain :
Tiang kayu
Tiang kayu ada dua macam yaitu tiang kayu bentuk balok dengan penampang
segi empat dan bentuk silindris (berpenampang bulat) serta terbuat dari jenis
kayu kelas I (Jati,Rasamala, kayu Besi) yang sudah diawetkan. Jenis tiang ini
sudah jarang digunakan.
Tiang beton
Tiang beton yang dipergunakan adalah tiang beton pra tekan berpenampang
bulat yang terdiri dari beberapa ukuran. Tiang jenis ini sangat cocok
dipergunakan untuk daerah rawan korosi. Spesifikasi tiang beton mengacu
pada STEL-L-022, STEL-L-023, & STEL-L-024.
11
Gambar 1.7 : Pole Strap Biasa
12
Gambar 1.9 : Lubang Galian Penanaman Tiang Besi
13
Gambar 1.11 : Pemasangan Cetakan Kaki Beton
Penanaman tiang beton
Cara penanaman tiang beton dengan menggunakan kaki tiga sebagai berikut :
a) Membuat lubang galian dengan ukuran sebesar diameter tiang ditambah
10 cm berkeliling dan dengan kedalaman 1/6 panjang tiang ditambah 20
cm untuk lapisan dasar
b) Sebelum tiang beton ditanam, batu-batuan ukuran sedang (diameter 5-20
cm) atau sirtu /koral dimasukan ke dasar lubang sebagai lapisan dasar
setebal 20cm. (gbr. No 1.12)
c) Memasang peralatan kaki tiga dan katrol sehingga posisi tengah–tengah
tiang berada di bawah puncak kaki tiga tersebut
d) Tiang ditambat pada katrol dengan bantuan kawat sling dengan posisi
ikatan kawat ± 0,55 panjang tiang dari ujung bawah, selanjutnya tiang
didirikan ditengah–tengah lubang dengan bantuan katrol (gbr. No. 2.13)
e) Setelah diteliti bahwa tiang sudah berdiri tegak lurus, kemudian lubang
ditimbun dan dipadatkan. Selanjutnya dilakukan pemadatan dengan
ukuran sirku / koral dan batu-batuan pada celah lubang antara tiang beton
dan tanah lapis demi lapis secara merata dengan menggunakan linggis.
f) Setelah pemasangan tiang selesai peralatan kaki tiga dibongkar.
14
Gambar 1.13 : Penanaman Tiang Beton dengan Kaki Tiga
15
menggunakan perlengkapan bantu berupa batang besi, pelat besi dan
sekarang ulir / span wartel.
16
Gambar 1.15 : Temberang Sokong
17
Cara Pemasangan Temberang Labrang
a) Tiang bantu dipasang berseberangan jalan dengan tiang telepon dan
posisinya berlawanan arah terhadap bekerjanya gaya yang akan dilawan.
b) Kawat temberang dipasang menyilang jalan dan ditarik antara tiang rute
dan tiang bantu
c) Mengencangkan temberang dengan cara mengatur sekang ulir (span
wartel)
Pemakaian Temberang
Pada tiang awal dan akhir dari rute kabel udara
a) Pada tiang yang merupakan titik belok dari suatu rute dimana sudut
tikunganya lebih besar dari 150°
b) Pada rute lurus dengan beban yang cukup berat dan yang sering
mengalami gangguan angin kencang;Untuk rute semacam ini biasanya
dipasang temberang angin pada setiap 5 (lima) gawang atau sesuai
kebutuhan. Misalnya rute ditengah sawah, ditepi jalan kereta api.
c) Pada tiang yang ada peralihan kapasitas kabel (dari kabel besar ke
kabel kecil);
d) Pada tiang yang jatuh keberapa saluran penanggal ke beberapa
jurusan.
18
1.4. Cara Penambatan Kabel Udara
Cara penambatan kabel udara pada tiang ada beberapa macam
disesuaikan dengan kebutuhan atau kondisi lapangan. Pembahasan
selanjutnya hanya akan diuraikan instalasi kabel udara dengan menggunakan
tumpuan tiang kabel.
Cara Pemasangan
Besi sekang/pole strap type “J” dapat dipasang sebelum atau sesudah
tiang besi didirikan. Pemasangan kabel udara pada tiang dilakukan dengan
cara menjepit bearer kabel pada penjepit polestrap.
Dalam hal ini kabel udara ditambat pada setiap 5 (lima) tiang atau lebih
menurut pertimbangan teknis dipandang aman. Dalam pelaksanaan
penambatan harus diusahakan tidak memotong kawat penggantung (bearer).
Penambatan dilakukan dengan menggunakan alat bantu khusus.
19
Gambar 1.20 :Konstruksi Cara Tambat Pada Tiang Besi
Keterangan:
1. Tiang ; 5. Timbel
2. Stag klem ; 6. Buldogrip
3. Besi S ; 7. Timbel
4. Span Wartel ; 8. Buldogrip
Cara Pemasangan :
Pasang track tang pada tiang tambat dan jepitan kawat penggantung kabel
udara dengan menggunakan track tang tersebut. Beri tanda kupasan pada
penggantung kabel. Selanjutnya pasang besi sekang dan sekang ulir pada
tiang tambat. Kemudian potong kawat penggantung dan tambatkan pada besi
sekang dengan perantaraan sekang ulir dan ikat degan 3 (tiga) buah buldog
grip.
20
b) Tiang yang terdapat Kotak Sambung, yang tempat penyambungan kabel
udara.
Cara Pemasangan :
Pada tiang tambat dipasang temberang tarik / sokong (tergantung pada
kondisi rute). Setelah kabel udara ditarik cukup tegang dan kedua sisi kiri dan
kanan ditahan dengan track tang, maka kawat penggantung dipotong serta
dikupas, kemudian diikatkan pada besi sekang melalui sekang ulir dan timbel
lalu diikat dengan 3 (tiga) buah buldog grip.
21
Gambar 1.23 : Pemotongan kabel dan pemasangan End Cap
22
g) Untuk rute lurus jepit bearer pada penjepit kabel yang sudah terpasang
ditiang;
h) Pasang tambatan bearer pada sisi yang lain ditiang dengan cara tambat
tadi;
i) Tegangkan kabel pada rute selanjutnya dengan cara yang sama
1.5.5. Pemuliran
a) Seperti diketahui karena ringannya kabel udara, kadang-kadang
bergoyang bila dihempas angin. Menurut pengalaman untuk mengurangi
goyangan pada kabel udara, rentangan kabel udara tersebut perlu
diberikan sejumlah puliran pada waktu selesai mengatur lentur;
b) Puliran diberikan kepada kabel udara, terutama ditempat-tempat yang
banyak angin;
c) Bila puliran terlampau banyak, juga akan menimbulkan kekuatan yang
dapat merusak kabel; Oleh sebab itu perlu diperhatikan supaya jumlah
puliran jangan sampai melampaui jumlah yang ditentukan.
Jumlah Puliran
a) Apabila penampang kabel (termasuk kawat penggantung) sampai dengan
30 mm, jarak puliran yang satu dengan yang lainnya 10 m
b) Apabila penampang kabel lebih dari 30 mm, untuk menghitung panjang
dan jumlah puliran dipakai rumus sebagai berikut : P = (350 x A) cm,
Dimana : A = Penampang (cm), P = Panjang puliran, S = Panjang Gawang
(meter), N =Jumlah puliran
Contoh :
Penampang kabel udara 40 mm = 4 cm (A).
Panjang puliran adalah 350 x 4 = 1400 cm = 14 m (P).
Panjang Gawang = 50 m (S).
Maka jumlah puliran (N) adalah N = 50/14 = 3,5
Dalam hal ini dapat diatur, gawang pertama 3 (tiga) puliran dan gawang 4
(empat) puliran.
23
1.5.6. Lentur Kabel
a) Kabel Udara yang tari karena adanya gaya berat kabel, tentunya tidak
dapat merupakan suatu garis lurus (hasil dari penarikan kabel tersebut),
akan tetapi kabel udara akan merupakan garis lengkung (mempunyai
lentur).
b) Defnisi :Lentur (d) adalah selisih ketinggian antara garis lurus tiang antara
yang satu dengan yang lain (berikutnya) dengan ketinggian kabel udara
sebenarnya yang terendah
24
Dimana :
Ww = Beban tekanan angin
K = Koefisien tekanan udara (K = 1,1)
P = Tekanan angin (Kg/m2)
D = Dimensi B+C (mm)
f) Tegangan Kabel
Data dari kawat penggantung kabel udara dan batas putus gaya tegangnya
(Tb):
Kawat bearer 7 x 1,2 mm = 11.000 Newton
WKawat bearer 19 x 1,2 mm = 29.000 Newton
Kawat bearer 7 x 2,0 mm = 29.000 Newton
Dari data bearer di atas dapat dihitung tegangan dari kabel udara yang
direntangkan dengan
mempertimbangkan factor keamanan sebagai berikut :
25
Rumus Faktor Kemanan (SF)
Dimana :
SF = Faktor Kemanan (SF = 2,5);
Tb = Batas putus gaya tegang;
T = Tegangan
g) Lentur
Setelah diketahui faktor beban q dan besarnya tegangan maka dapat dihitung
lentur (d) dengan rumus. Dimana :
S = Panjang gawang;
T = Tegangan Kabel
h) Pengaturan lentur
1) Pada pemasangan / penarikan kabel udara harus mengikuti perhitungan
lentur yang telah ditentukan;
2) Sebagai pegangan lentur kabel udara untuk di Indonesia ditentukan 2%
dari
3) panjang gawang pada suhu 250°C dengan tetap memperhatikan unsur
keraihan.
4) Untuk mempermudah pengaturan lentur kabel udara seperti ditentukan di
atas, maka dalam penarikanya menggunakan alat track tang, dan
penambatanya perlu dipasang span wartel;
5) Untuk mengatur lentur sesuai dengan syarat yang telah ditentukan,
ditempuh cara praktis dalam menentukan lentur kabel udara sebagai berikut :
Berilah tanda pada tiang A dan B yang menunjukan letak titik lentur sesuai
dengan syarat yang
ditentukan;
Lentur maksimum akan dapat diketahui bila dilihat (dengan menarik garis
imaginer) dari tanda letak titik lentur pada tiang A ke arah letak titik lentur
pada tiang B
Dan membandingkannya dengan kondisi titik lentur terendah kabel udara
yang ada seperti pada gambar berikut ini :
26
1.6. Penyeberangan RuteKabel Udara
1.6.1. Penyeberangan di atas jalan raya
Rute kabel udara yang menyeberang jalan raya harus mengikuti ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
Sudut Penyeberangan
a) Penyeberangan harus diusahakan sejauh mungkin membentuk sudut 90°
dengan as jalan;
b) Apabila tidak memungkinkan, diusahakan dengan sudut mnimal 45°
sehingga lintasan kabel relatif pendek.
Tinggi rute diatas jalan raya
Tinggi rute kabel udara dari permukaan jalan raya (as jalan) minimal 6
(enam) meter serta memperhatikan ketentuan perda setempat
Cara Pemasangan
a) Kabel udara yang menyeberang diatas jalan raya tidak boleh ada
sambungan;
b) Pemasangan pada tiang dengan cara ditambat;
c) Tiang tempat penambatan kabel udara yang menyeberang jalan raya
sedapat mungkin dilengkapi dengan temberang.
27
Gambar 1.28 : Penyeberangan Rute Kabel diatas Jalan Kereta Api
1.6.4. Persilangan / sejajar dengan saluran listrik
Persilangan :
Ketentuan mengenai persilangan rute kabel udara dengan saluran listrik
(PLN) dapat dilihat pada tabel 2.2.
Sejajar :
Ketentuan mengenai persilangan rute kabel udara dengan saluran listrik
(PLN) dapat dilihat pada tabel 2.3
28
Tabel No. 1.2 : Rute KU sejajar dengan aluran Listrik/PLN Ukuran dalam
meter (m)
2.1. Perkakas
a) Obeng, perlu disediakan
b) berbagai ukuran;
c) Kniptang;
d) Kombinasi tang;
e) Sabuk Pengaman
f) Helm Pengaman;
g) Tangga
2.2. Material
Untuk menambatkan saluran penanggal pada tumpuan diperlukan material
sebagai penggantung maupun pengikat saluran. Adapun material tersebut
adalah sebagai berikut :
29
Gambar 1.32 : Drop Wire dengan penguat Ganda
30
Gambar 1.36 : Dropwire Clamp Model Spiral
2.2.3. Polestrap
31
Gambar 1.40 : Polestrap dengan Haak
Split Stopper adalah material yang digunakan hanya pada dropwire dengan
kawat penggantung, untukmencegah terjadinya rembetan tersobeknya
dropwire dari kawat penggantung.Split stopper dapat dibuat dari PE dengan
penjepit dari logam atau dapat juga dibuat dari sabuk platik kecil.
32
Gambar 1.44 : Saluran Penanggal Langsung
33
Gambar 1.47 : Cara mengikat bearer dengan selongsong press
Gambar 1.49 : Penambatan drop wire dengan Drop Wire Clamp Japan
34
Gambar 1.50 : Penambatan drop wire dengan Drop Wire Clamp Erricsson
Gambar 1.51 : Penambatan drop wire dengan Drop Wire Clamp Spiral
Gambar 1.53 : Penambatan drop wire dengan selongsong press dan pole trap bentuk
haak
35
Disamping cara penambatan drop wire dengan menggunakan dropwire
clamp dan selongsong press, penambatan saluran penanggal dapat juga
dilakukan dengan sistem lilitan yaitu dimana tiap ujung bearer dibuat 5 sampai
7 lilitan seperti gambar no.2.54 dibawah ini
36
d) Penambatan dropwire tanpa bearer dengan dropwire clamp spiral
37
Gambar 1.59 : Pemasangan Clamp Hook untuk tambatan drop wire pada rumah
pelanggan
38
Gambar 1.60. Lentur drop wire
Jarak rentang, berat kabel, tekanan angin dan air hujan yang menempel
Faktor keamanan dari daya panggul (breaking tension) maksimum. Untuk
mempermudah pelaksanaannya, dibawah ini disajikan tabel dari lentur Drop
Wire yang diijinkan :
2.3.7. Saluran Drop wire atau melintasi arus kuat (power line)
Rentangan drop Wire harus berada dibawah saluran arus kuat. Untuk
mencegah terjadinya induksi arus kuat pada Drop Wire perlu dilakukan
pemisahan antara Drop Wire dengan saluran arus kuat tersebut. Pengukuran
jarak pemisah antara Drop Wire dengan saluran arus kuat harus memenuhi
ketentuan sebagaimana tertera pada table dibawah ini :
Tabel 1.4. Saluran melintas jaringan arus kuat tegangan rendah (dalam cm)
Tabel 1.5. Saluran melintas jaringan arus kuat tegangan tinggi(Ukuran dalam cm)
39
3. Rangkuman
1) Keuntungan dibanding konstruksi jaringan bawah tanah, diantaranya :
Biaya pemasangan relatif murah; Pemeliharaan dan penanggulangan
gangguan lebih mudah dan cepat; Sesuai untuk kabel kapasitas kecil
2) Perkakas instalasi Kabel udara : Rol kabel udara; Tali Penarik kabel
udara; Alat anti pulir; Alat Penarik Kabel kerja dipasang, pastikan
fasilitas-fasilitas
3) Material yang digunakan untuk instalasi kabel udara : Tiang telepon;
Sekang ulir; Baut 5/8 Isolasi PVC; Besi sekang (pole streep)
4) Macam tiang tumpuan kabel udara yang digunakan : Tiang besi; Tiang
kayu; Tiang beton
5) Macam temberang : Temberang Tarik; Temberang sokong; Temberang
labrang
6) Macam penambatan kabel udara : Cara gantung; Cara tambat; Cara
tambat akhir/awal
7) Urutan penarikan kabel udara :
Persiapan penarikan
Pemasangan penjepit kabel udara
Pemasangan rol kabel udara
Pengupasan kabel penggantung (bearer)
Pemasangan alat anti pulir
Pemasangan tali penarik
Penguluran kabel udara
Menegangkan / mengencangkan kabel
Membuat tambatan akhir
Pemuliran
8) Penyeberangan rute kabel udara,dimungkinkan antara lain :
Penyeberangan di atas jalan raya; Penyeberangan di atas sungai;
Penyeberangan diatas jalan kereta api; Persilangan/sejajar dengan
saluran listrik
9) Perkakas instalasi drop wire antara lain : Obeng, perlu disediakan
berbagai ukuran ; Knip tang; Kombinasi tang; Sabuk pengaman; Helm
pengaman tangga
10) Jenis jenis drop wire : Drop wire dengan penggantung; Drop wire
tanpa penggantung
11) Bentuk konstruksi saluran penanggal atas tanah ada 2 macam, yaitu :
Saluran penanggal langsung dan Saluran penanggal tidak langsung
12) Macam penambatan drop wire sesuai dengan kebutuhannya :
Penambatan drop wire pada tiang KP; Penambatan drop wire pada
tiang antara / ditengah rute tambahan antara); Penambatan drop wire
di rumah pelanggan (tambat akhir)
13) Pertimbangan yang dipakai dalam membuat aturan lentur drop wire
antara lain : Jarak rentang, berat kabel, tekanan angin dan air hujan
yang menempel, factor keamanan dari daya panggul.
14) Dalam keselamatan kerja, pemahaman yang perlu dilakukan oleh
petugas adalah :
Langkah langkah atau aturan aturan keselamatan kerja yang baik
dan benar
Menghindarkan hal-hal yang dapat menyebabkan kecelakaan atau
membahayakan
40
Bekerja tidak terburu-buru, teliti dan hati hati.
15) Perkakas atau alat kerja sebelum digunakan sebaiknya :
Pergunakan alat kerja yang tepat untuk setiap pekerjaan
Pastikan bahwa perkakas yang akan digunakan dalam kondisi baik
dan tidak ada kekurangan kelengkapannya
Pergunakan alat pelindung diri bagi pekerjaan pekerjaan yang
berbahaya.
16) Macam nafas buatan :Dari mulut ke hidung dan Dari mulut ke mulut
17) Macam macam luka : Pendarahan arteri; Luka pada mata; Keracunan
gas
18) Tujuan pemasangan papan peringatan adalah :
Papan peringatan dipasang agar pengemudi dan pejalan kaki bias
melihat lokasi konstruksi di depan mereka
Papan peringatan dapat dipasang pada jarak 50 – 100 m dari
lokasi konstruksi.
19) Yang harus diperhatikan saat memasang keselamatan kerja :
Instalasi fasilitas keselamatan kerja harus dilakukan dengan benar
untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Untuk itu fasilitas
keselamatan kerja tidak boleh dicabut atau diganti dengan alasan
karena waktu konstruksi yang pendek atau resiko kecelakaan yang
rendah.
Papan peringatan dan safety cones harus berukuran besar dan
menggunakan lampu
Karena waktu memasang dan mencabut fasilitas keselamatan
kerja sangat berbahaya, harus ada orang yang mengatur lalu
lintas, lakukan hal itu secepat mungkin. Fasilitas keselamatan kerja
dipasang mulai dari arah datangnya kendaraan. Sedangkan
pencabutan dilakukan dari arah perginya kendaraan
Setelah fasilitas keselamatan kerja dipasang, pastikan fasilitas-
fasilitas tersebut dapat berfungsi dengan baik
20) Tujuan pemasangan rambu rambu pengaman adalah : Saat
melakukan pekerjaan di jalan,penting untuk memberitahu sopir dan
pejalan kaki bahwa sedang ada konstruksi. Fasilitas keselamatan kerja
tidak hanya berfungsi sebagai informasi bagi sopir dan pejalan kaki
akan adanya konstruksi tapi agar lalu lintas dan pekerjaan berjalan
lancar. Fasilitas keselamatan kerja dipasang terutama untuk
mencegah terjadinya kecelakaan
C. Evaluasi
Kerjakan sola latihan di bawah ini !
1) Sebutkan keuntungan instalasi kabel udara!
2) Sebutkan perkakas penarikan kabel udara
3) Sebutkan peralatan dan material untuk penarikan kabel udara
4) Sebutkan urutan pekerjaan penarikan kabel udara!
5) Sebutkan kemungkindan perlintasan kabel udara!
6) Sebutkan material penarikan instalasi drop wire!
7) Sebutkan macam macam drop wire!
8) Sebutkan urutan pekerjaan instalasi drop wire!
9) Sebutkan tujuan dari keselamatan kerja !
10) Sebutkan tindakan keselamatan kerja bekerja di instalasi kabel udara!
41
42
BAB 2TEKNIK INSTALASI KABEL RUMAH/GEDUNG
(IKR/G)
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti dan menyelesaikan materi teknik instalasi instalasi kabel
rumah/gedung (IKR/G) ini, peserta diharapkan dapat;
1. Merumuskan prosedur pemecahan masalah instalasi jaringan akses
tembaga kabel rumah/gedung dengan benar
2. Merancang instalasi jaringan akses tembaga kabel rumah/gedung dengan
benar
B. Materi Pembelajaran
1 Instalasi Kabel Rumah (I.K.R.)
Instalasi Kabel Rumah adalah persayaratan teknis / standar yang harus
diikuti oleh instalatur / pemasang kabel rumah agar mempunyai kesamaan
persepsi tentang instalasi kabel rumah baik tentang material maupun tata cara
yang benar menurut spesifikasi yang ditetapkan.
Soket
Merupakan terminal penyambung antara instalasi kabel dalam rumah (indoor
cable) dengan perangkat terminal (misal pesawat telepon) sehingga
memudahkan menyambung dan memutuskan hubungan antara terminal ke
instalasi kabel rumah.
Jenis Soket
a. Soket TanamAdalah soket yang pemasangannya ditanam pada dinding
tembok
43
b. Soket TempelAdalah soket yang pemasanganya ditempel pada dinding
tembok, kayu, sisi meja atau bidang vertikal dengan menggunakan sekrup,
paku atau lem
Tray Cable
1) Tray Terbuka
Digunakan pada jalur kabel yang dipasang diatas plafond dan dibawah
raised floor
44
Pipa instalasi
1) Pipa Lurus 5/8 dari PVC / Besi
45
3) Kotak Tiga Arah (Tree Box / 3-Way)
46
Sadel untuk Persilangan
Digunakan pada IKR yang sifatnya temporer, apabila dalam keadaan terpaksa
kabel harus menyilang pipa atau kabel lain maka padda titik silang harus
digunakan sadel persilangan. Persilangan dengan saluran listrik sebaiknya
dihindarkan.
IKR
Bahan
Pelindung
Penggunaan pada
1. TANAM
1. Pipa
1. Dinding :
a. Terminal awal
b. Jalur mendatar
c. Jalur menurun
d. Terminal akhir
2. Lantai :
Jalur mendatar
47
2. Lantai :
Dibawah lantai raised floor
3. Koridor :
Jalur mendatar sepanjang koridor
4. Plafond :
Jalur mendatar atas plafond dengan tray terbuka
2. Pipa 1. Dinding :
a. Terminal awal
b. Bagian atas sepanjang koridor diatas plafond
2. Lantai :
Dibawah lantai raised floor
3. Plafond :
Diatas plafond dengan rangka kayu
2. IKR Tanam
2.1. Persyaratan
IKR Tanam dipergunakan pada jalur kabel telepon mendatar dan atau jalur
vertikal manurun dengan menggunakan kabel indoor di dalam pipa yang
ditanam pada dinding rumahJarak antara jalur IKR yang ditanam sejajar
dengan instalasi listrik PLN sekurang-kurangnya adalah 30 cm.Ketinggian
jalur IKR tanam mendatar dari permukaan lantai dasar rumah sekurang-
kurangnyaadalah 30 cm.Pada keadaan ruangan yang tidak memungkinkan,
dalam satu rumah dapat digunakan IKR kombinasi antara Tanam dan
Tempel.Pada jalur percabangan, persilangan dan atau belokan ke/dari
ruangan lain harus menggunakan kotak tiga arah, kotak silang, dan atau kotak
siku. Tiap titik akhir jalur yang akan diterminasikan dan dipasang soket
telepon harus menggunakan kotak akhir.
48
c. Sejauh mungkin alur kabel harus lurus baik pada posisi horizontal
maupun posisi vertikal, kecuali apabila terpaksa harus mengikuti bagian
bangunan.
Gambar 3.19 : Pembuatan lubang dinding dan lantai untuk menanam pipa
49
c. Masukkan kawat penarik ke dalam setiap pipa yang akan ditanam
pada jalur mendatar
d. Masukkan pipa pada jalur lubang dan pasang klem untuk menahan.
Jarak antar klem penahan ± 100 cm.
e. Pasang kotak cabang, kotak silang (jika ada), kotak lurus, siku dan
kotak akhir pada tiap terminal akhir.
f. Tutup dengan adukan pasir semen kemudian haluskan permukaan
dengan semen basah
50
Pada jalur paralel dengan kabel listrik PLN, jarak terdekat antara pipa / soket ±
30 cm
a) Pada jalur menurun pipa dimasukan langsung ke alam kabel dari kotak
cabang / siku atas
b) Pada jalur mendatar kabel dimasukkan kedalam pipa dengan bantuan
kawat penarik
51
Gambar 3.26 : Penarikan kabel kedalam pipa jalur mendatar
Gambar 3.27 : Terminasi awal pada jalur masuk rumah IKR tanam
b) Pada terminasi akhir
Terminasi akhir adalah akhir setiap jalur IKR yang sambungkan ke soket
telepon
52
Pada jalur menurun dan mendatar di dalam atau di luar ruanganJalur
mendatar dapat ditanam pada dinding bawah plafond, diatas plafond atau
bagian bawah dinding dengan ketinggian serendah-rendahnya 30 cm dari
permukaan lantai.Jarak minimum antara soket dilantai atas dengan
permukaan lantainya adalah 15 cm.Pada titik percabangan jalur mendatar
dengan jalur kelantai atas dan kebawah digunakan kotak tiga arah
c) Pada jalur antara lantai bawah dengan lantai atas pada rumah bertingkat
53
3. Jalur IKR tempel pada atas plafond yang terbuat dari rangka kayu
dapat menggunakan pipa, tray tertutup atau jika jumlah kabel pair
pada satu jalur parallel lebih dari 6 pair dapat menggunakan tray
terbuka
4. Jalur IKR tempel pada bagian bawah lantai raised floor dapat
menggunakan pipa, tray tertutup atau tray terbuka
5. Dalam satu jalur kabel dengan pipa tidak boleh terisi lebih dari 3 pair
kabel
6. Ketentuan lain mengacu pada Persyaratan IKR tanam.
2.5.3.Pemasangan danPenggunaan
Penentuan Jalur Kabel
Tujuan unuk memilih tempat-tempat yang baik dan memenuhi syarat bagi alur
kabel.Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan penempatan /
pemasangan alurkabel dalam rumah :
1. Sejauh mungkin harus memanfaatkan bagian bangunan yang telah
ada dan mudah pengerjaannya serta rute kabel sependek mungkin.
2. Mudah dicapai bila sewaktu-waktu diadakan pemeliharaan atau perlu
perbaikan.
3. Sejauh mungkin alur kabel harus lurus baik pada posisi horisontal
maupun posisi vertikal, kecuali apabila terpaksa harus mengikuti
bagian bangunan untuk mencapai keserasian arsitektur.
4. Sejauh mungkin memanfaatkan permukaan kayu dari pada permukaan
tembok / beton atau bahan keras lainnya.
5. Pemasangan alur kabel dengan posisi horizontal supaya dilakukan
pada pelipit kayu atau plint kayu, sedangkan posisi vertical dilakukan
pada pintu atau pojok kamar/ruangan
6. Hindari pemasangan alur kabel pada tempat-tempat yang sering atau
mudah terganggu
54
Berikut ini adalah pedoman dan petunjuk pemasangan tray, teknik
penyambungan pada percabangan, belokan datar menurun, belokan siku
mendatar dan beberapa contoh pemasangan tray dalam rungan.
Cara Pemasangan tray Pada jalur lurus menempel dinding dan pada lantai
dibawah raised floor.
(a) Jarak antara paku pada tray yang menempel dinding ± 30 cm
(b) Jarak antara paku pada tray yang menempel pada lantai ± 70 cm
Gambar 3.31 : Pemasangan tray pada jalur lurus dinding dan lantai
55
Gambar 2.34 : Pemasangan tray mengikuti belokan tiang rumah
b) Penarikan Kabel
Dengan bantuan pita isolasi kabel indoor ditempatkan sepanjang jalur tray.
Jarak antara pita isolasi pemegang kabel untuk jalur mendatar ± 60 cm,
sedang pada jalur menurun ± 75 cm. Sisakan ujung kabel sepanjang :
(1) 20 cm untuk penyambungan ke soket
(2) 25 cm untuk penyambungan setiap cabang
56
Gambar 3.35 : Pemasangan kabel pada tray
c) Penggunaan IKR Tempel Dengan Tray. Pada jalur masuk rumah (terminal
awal KTB)Terminal adal (KTB) adalah tempat penyambungan IKR saluran
penganggal. Ketinggian kotak terminal awal dari permukaan lantai sekurang-
kurangnya adalah 170 cm.
Gambar 3.36 : Terminasi awal pada jalur masuk rumah lewat plafond
57
Pemasangan tray pada dinding bawah plafond
58
Pemasangan tray pada atas lis dinding atas lantai
59
Gambar 3.39 : Penggunaan tray pada lantai dibawah raised floor
60
3) IKR Tempel dengan pipa
Pipa tempel dapat digunakan pada jalur mendatar diatas plafond, di bawah
lantai raised floor, sepanjang koridor dan pada jalur keatas plafond di terminal
awal. Berikut ini adalah pedoman dan petunjuk pemasangan pipa, tehnik
penyambungan pada percabangan, belokan, datar menurun, belokan siku
mendatar dan beberapa contoh pemasangan tray dalam ruangan.
a) Cara Pemasangan
Pada Dinding
Pipa dipasang menempel langsung kedinding dengan klem pipa. Jarak antara
klem jika pipa dipasang mendatar adalah ± 60 cm. Pada pipa yang dipasang
menurun jarak antar klem ± 75 cm
61
Gambar 3.42 : Pemasangan pipa pada rangka kayu plafond
62
Gambar 3.44 : Pembuatan jalur cabang dengan pipa tempel
d) Penarikan Kabel
Penarikan kabel pada IKR tempel dengan pipa dilakukan sama seperti
penarikan kabel pada IKR tanam. Penarikan kabel dari atas plafond ke jalur
dalam ruangan dapat dilakukan seperti contoh berikut :
63
Gambar 3.47 : Penggunaan pipa tempel pada jalur masuk rumah
64
Pada rangka atas plafond
65
Instalasi Temporer
Pemakaian kabel indoor tempel langsung hanya diijinkan dalam keadaan
darurat.
Keadaan darurat yang dimaksud disini adalah jika :
a) Pemakaian jalur kabel ke pesawat telepon hanya untuk jangka waktu
tertentu kurang dari 1 (satu) bulan dan
b) Tidak memungkinkan dipasang dengan pelindung pipa atau
tray.Pemasangan Instalasi temporer dilakukan dengan bantuan klem kabel
plastik, klem kabel dengan perekat atau staple.
Catatan :
Pada jalur instalasi temporer yang bersilangan dengan instalasi listrik PLN
harus menggunakan sadel.
Berikut adalah cara pemasangan instalasi temporer :
Dengan klem kabel plastik/staple
66
3.2.5.4.Penyambungan Urat Kabel
Penyambungan urat kabel dilakukan pada titik/jalur percabangan dan
persilangan pada IKR dengan benturan Konektor urat kabel tipe UR (konektor
jagung) untuk 3 urat.
67
Gambar 3.55 : Tehnik penyambungan urat kabel pada percabangan dan persilangan
Konektor RJ-11 adalah suatu alat penyambung yang merupakan antar muka
(interface) dari ujung awal utas telepon dengan soket RJ-11
Utas telepon adalah kabel berurat jamak sebagai penyambung elektris antara
pesawat telepon/terminal dengan soket RJ-11 melalui konektor RJ-11
Lubang Konektor (outlet dari soket) adalah lubang tempat dudukan atau
untuk memasukan konektor RJ-11 dengan pengunci konektor
Dudukan pin adalah tempat dudukan kawat pin pada lubang konektor RJ-11
Pin (Kawat pin) adalah kawat-kawat kontak pada lubang konektor RJ-11
Fungsi Soket
Yaitu untuk penyambungan antara saluran rumah dengan kabel ke pesawat.
Sebagai terminasi kabel untuk penggunaan pesawat telepon secara paralel
Sebagai terminasi saluran telepon untuk penggunaan pesawat telepon lebih
dari satu dalam satu gedung/rumah
Kapasitas Soket
Soket yang mempunyai kapasitas :
1) Satu saluran disebut soket tunggal
2) Dua saluran disebut soket ganda
Jenis Soket
68
Jenis soket secara umum dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :
Dalam hal digunakan soket RJ-11 tempel maka instalasi kabel rumah
menggunakan pelindung kabel, dimana syarat-syarat dan ketentuan pelindung
kabel mengacu pada buku Pedoman Instalasi Kabel Rumah.
Konstruksi Soket
Konstruksi soket RJ-11 terdiri dari badan soket dan lubang konektor (outlet).
Kotak soket harus
dirancang yang artistik dengan ketentuan ukuran luar :
Maksimum : 80 mm x 80 mm
Minimum : 60 mm x 60 mm
1) Soket Tanam
Lubang konektor (outlet) pada soket RJ-11 tanam terletak pada penutup
badan dan dilengkapi dengan penutup outlet yang dalam keadaan tidak
terpakai harus selalu menutup dengan penggerak pegas lunak sehingga
memudahkan untuk membukanya. Dimensi dan prototype soket tanam seperti
pada gambar berikut.
69
2) Soket Tempel
Lubang konektor (outlet) pada soket RJ-11 tempel dapat terletak pada
penutup badan soket atau bagian sisi dari badan soket. Dalam hal outlet
terletak pada penutup outlet yang dalam keadaan tidak terpakai harus selalu
menutup dengan penggerak pegas lunak sehingga memudahkan untuk
membukanya. Dimensi dan prototype soket tempel seperti pada gambar
berikut.
Outlet Soket
Soket RJ-11 dapat dirancang untuk keperluan 1 atau 2 outlet. Outlet pada
badan soket harus dilengkapi dengan pengunci konektor RJ-11 sedemikian
rupa sehingga apabila konektor RJ-11 dimasukan segera terkunci dan tidak
mudah tercabut. Outlet pada soket harus dilengkapi dengan pintu/penutup
sedemikian rupa sehingga apabila tidak digunakan akan menutup dengan
sendirinya yang berguna untuk melindungi kawat pin dari gangguan
mekanis/debu.
Konektor RJ 11
Konektor RJ-11 terbuat dari bahan plastik transparan (bening) atau sejenisnya
yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana tercantum dalam STEL ini.
Konstruksi konektor mempunyai jumlah pin minimal 4 kawat dan harus
disediakan lubang/dudukan pin sebanyak 6 pin (6 pin– 4 kawat). Dimensi
konektor harus memenuhi ukuran seperti gambar di bawah ini.
70
Gambar 3.59 : Dimensi konektor
Nomor pin
Nomor dan penggunaan pin adalah seperti gambar di bawah ini:
71
2.5.4.4. Terminasi Pada Kotak Terminal Batas
Kotak Terminal Batas (KTB)
Pada jaringan kabel lokal terminal yang terakhir adalah Kotak Terminal Batas
(KTB) dan soket yang terletak dirumah pelanggan
Definisi
Kotak Terminal Batas (KTB) adalah perangkat terminasi kabel telepon yang
dipasang pada rumah pelanggan telepon dan digunakan untuk menyambung
saluran penanggal dari Kotak Pembagi (KP) jaringan kabel lokal dengan
instalasi kabel telepon dalam rumah pelanggan.
Fungsi Kotak Terminal Batas:
1) Pembatas antara Instalasi Kabel Rumah pada rumah pelanggan dengan
saluran Penanggal pada jaringan kabel telepon lokal.
2) Tempat terminasi awal Instalasi Kabel Rumah pada rumah pelanggan.
3) Tempat terminasi akhir saluran penanggal dari jaringan kabel telepon lokal.
4) Tempat penyambungan antara instalasi kabel rumah pada rumah
pelanggan dengan saluran penanggal dari jaringan lokal.
5) Tempat pemeriksaan ada tidaknya dial tone (nada pilih)
2) Sisi Pelanggan
Sisi Pelanggan adalah batasan pelanggan diijinkan memelihara, memeriksa
dan memperbaiki instalasi kabel rumah. Dalam kondisi normal (operasi) maka
penyambungan Saluran Penanggal dengan IKR dilakukan dengan
memasukan utas konektor ke dalam outlet pasanganya di sisi pelanggan.
Pelanggan telepon dapat memeriksa ada tidaknya nada pilih dari sentral
telepon dengan cara memasukan utas konektor dari pesawat telepon
langsung ke outlet yang ada pada sisi pelanggan. Sisi Pelanggan KTB
harus dilengkapi dengan pintu berkunci. Cara membuka pintu pada masing-
masing sisi harus independen, tidak boleh saling bergantung antara satu
dengan lainya.
3) Kapasitas KTB :
a) KTB terdiri dari satu atau dua pasang outlet dan plug (RJ-11) yang
dirancang dengan sistem modular sehingga dapat diisi lebih dari 2 bh RJ-
11.
b) KTB mempunyai kapasitas 2 pasang, 4 pasang dan 6 pasang
4) Dimensi KTB
72
Dimensi/ukuran luar KTB tergantung dari kapasitasnya seperti terlihat pada
tabel di bawah ini.
Konstruksi KTB
1) KTB harus tahan dan mampu melindungi fungsi terminasi dan
penyambungan dari pengaruh lingkungan
2) Bentuk luar KTB adalah kotak dengan 2 pintu pada bagian depan
3) Penjelasan gambar :
a) Terminal Kabel adalah baut/ulir tempat terminasi saluran penanggal dan
kabel rumah dan KTB
b) Konektor (Plug) adalah kontak penghubung (male plug) yang merupakan
pasangan dari lubang plug (outlet)
c) Lubang plug (outlet dari soket) adalah lubang tempat dudukan atau untuk
tempat untuk memasukan utas konektor dilengkapi dengan pengunci plug
d) Utas Konektor adalah kabel penghubung konektor (plug) dengan saluran
kabel rumah (IKR)
e) Pin (Kawat Pin) adlah kawat-kawat kontak pada lubang plug
4) Lubang plug (outlet) dan Utas konektor harus ditempatkan pada sisi
pelanggan secara modular sehingga penambahan saluran (nomor telepon)
dapat dilakukan hanya dengan menambah modul soket dan utas konektor
tanpa mengganti KTB.
5) Jumlah modul soket dan utas konektor yang dapat ditempatkan dalam 1
KTB sekurang-kurangnya 2 (dua) buah.
6) Soket dan utas konektor adalah jenis RJ-11 yang sesuai dengan STEL-L-
30-1995.
Pemasangan Terminasi
Pemasangan
1. Diusahakan di luar rumah
2. Terlindung dari hujan dan panas
73
3. Mudah dicapai oleh petugas bila mengadakan perbaikan
4. Tinggi minimum 170 cm dari permukaan lantai
Terminasi KTB
1. Lubang pemasukan kabel saluran penanggal dan kabel IKR pada
sisi OPERATOR.
2. Kable Saluran Penanggal diterminasi pada terminal Sisi
OPERATOR yang disambungkanke outlet.
3. Kabel Rumah diterminasi pada terminal Sisi OPERATOR yang
disambungkan ke utas konektor.
4. Untuk menterminasi urat-urat kabel terlebih dahulu isolasinya
dikupas dan selanjutnya dipasang pada sekrup terminal kabel.
74
Definisi
1. Standar dari Instalasi kabel gedung (IKG) adalah standar dan sistem
instalasi kabel denganaksesorisnya pada gedung bertingkat.
2. Gedung bertingkat adalah suatu gedung permanen yang memiliki
lebih dari 3 lantai termasuk lantai basement, yang kepemilikan dan
pengelolaanya (management) di bawah perusahaan, peroarangan
atau suatu organisasi
Singkatan
1. IKG : Instalasi Kabel Gedung
2. IKR : Instalasi Kabel Rumah
3. PVC : Poly Vinyil Chloride
4. RPU : Rangka Pembagi Utama
5. DP : Distribution Point (Kotak Pembagi)
6. KPA : Kotak Pembagi Antara
7. KPU : Kotak Pembagi Utama
8. PE : Poly Ethilen
3.3.2. Material
Material Utama
Kabel
Kabel yang digunakan adalah kabel yang sesuai dengan ketentuan spesifikasi
yaitu :
1) Untuk kabel rumah berkapasitas 1 pasang (kabel tersier) digunakan indoor
cable yang sesuai dengan SII nomor 0612-82 (STEL-K-002)
2) Untuk kabel printer dan sekunder dalam gedung yaitu kabel dari KPU ke
KPA dan kabel dari KPA ke KP digunakan indoor cable yang sesuai
dengan SII-0709-83 atau SII-0710-83.
Aksesoris Kabel
Kelengkapan kabel yang digunakan dalam IKG adalah :
1) Rangka Pembagi Utama (RPU) atau Kotak Pembagi Utama (KPU) lengkap
dengan terminal bloknya.
Rangka/Kotak Pembagi Utama adalah suatu kerangka besi atau kotak yang
berupa lemari yang dilengkapi dengan blok-blok terminal yang dibuat khusus
untuk menterminasikan kabel pencatu dari luar gedung dengan kabel yang
menuju KPA/KP.
75
telepon dengan saluran dari Kotak Pembagi Antara atau dari Kotak Pembagi
Utama. KP yang digunakan harus sesuai dengan spesifiksi PT. OPERATOR
STEL-L-004 (missal STEL-L-004/R.2.C yaitu spesifikasi untuk Kotak Pembagi
Plastik yang dilengkapi dengan terminal)
Material Bantu
1. Klem kabel Plastik (Plastik Cable Clamp) adalah suatu klem yang
terbuat dari bahan plastic dengan paku beton. Klem ini digunakan
untuk menjepit kabel pada dinding gedung atau tempat lain.
2. Klem Kabel dengan Perekat adalah suatu plat aluminium dengan 2
pasang klip yang pada bagian belakangnya berperekat
76
Pipa fleksibel
Kotak kontrol
3.3. Peralatan
Peralatan Kerja Phisik
Peralatan Utama
1) Katrol (Catrol)
2) Tangga lipat (Portable Ladder)
3) Tool kits
4) Insertion tools di KPU dan KPA
Peralatan Bantu
1) Tambang Plastik (Plastik Rope)
2) Tambang baja (Steel Rope)
Insulation Tester
Alat ini digunakan untuk mengukur tahanan isolasi kabel, urat a terhadap
ground, urat b terhadap ground dan urat a terhadap b.
77
Gambar 3.64 : Struktur Jaringan Distribusi Kabel Tipe 1
Distribusi kabel type 1 ini umumnya digunakan untuk gedung yang
mempunyai 4 (empat) lantai atau kurang dimana lintasan alur kabel vertikal
dari RPU/KPU menggunakan pipa PVC.
b) Distribusi Type 2
Distribusi dari KPU, KPA, KP dan langsung ke soket telepon
Keterangan :
1. Kabel Saluran dari Luar gedung.
2. Rangka Pembagi Utama (RPU)
78
3. Poros Kabel (Cabel Shaft)
4. Jalur kabel (Runway)
5. Kotak Pembagi Antera (KPA)
6. Lintasan Alur Kabel (Cable Path)
7. Kotak Pembagi (KP)
79
Dalam satu gedung bertingkat mempunyai lebih dari satu Kotak Pembagi
Utama (KPU) untuk mencatu pesawat telepon pada setiap ruangan diatasnya.
80
Gambar 3.70 : Distribusi IKG pada gedung KPU terkonstentrasi
1) Posisi Vertikal
Kabel vertical pada gedung bertingkat umumnya melalui suatu cerobong atau
poros persegi / bulat menggunakan beberapa pipa PVC / pipa baja. Cerobong
/ poros tersebut dibuat pada saat yang sama dalam membangun gedung
bertingkat. Poros (pipa PVC atau pipa baja) dapat ditanam di dalam dinding
atau ditempel pada permukaan dinding. Untuk menambah instalasi kabel di
dalam cerobong kita dapat memakai papan kayu atau plat besi berlubang
(Rellogam atau Run Way Cable dengan lebar yang sama dengan lebar
cerobong).
Untuk memperkuat instalasi kabel pada cerobong, perlu digunakan sekrup
atau paku plastic. Instalasi plat besi berlubang harus memakai kaki /
penyangga dari besi. Untuk mencegah beban kabel yang terpusat pada satu
titik, cerobong boleh lebih dari satu dengan berbagai jumlah kabel yang
diinstalasi.
81
Gambar 3.72: Cerobong yang ditanam dengan papan kay untuk penambatan
pemasangan kabel
Posisi Horizontal
Pada dasarnya,kabel horizontal adalah kabel saluran cabang (pencabangan
dari rute vertical / utama). Instalasi kabel horizontal dapat dilakukan dalam 3
(tiga) cara sebagai berikut :
82
c) Kabel-kabel diatur letaknya dengan rapi kemudian diikat satu dengan yang
lainya pada besi penyangga dengan tali nylon atau rami
Kabel horizontal dengan cara plin dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu :
Kabel diinstal langsung pada dinding dengan menggunakan klem
plastic.
Meletakkan papan kayu untuk pemasangan kabel.
Menginstal duct pada plin, selain kabel telepon yang dapat ditarik
kabel untuk tujuan lain.
83
2) Lokasi antara KPU - KP atau KPA - KP. Menggunakan kabel dengan
spesifikasi SII-0709-83 atau SII-0710-83
3) Lokasi antara KP – Pesawat (soket) menggunakan kabel sesuai dengan
spesifikasi SSI.0612-82 (saluran telpon rumah berisolasi dan berselubung
PVC).
Ketentuan-ketentuan Teknis
1) Kabel-kabel yang dipasang dengan titik terminal harus utuh, yang berarti
tidak boleh ada sambungan. Umpamanya antara KPU dan KPA, antara
KPA dan KP atau antara KPU dan KP.
2) Kabel-kabel harus dibundel rapi dengan klem-klem kabel (diikat) dan
diatur, sehingga kabel-kabel yang keluar dari bundle menuju ke salah
satu terminal (KPA, KP) tidak menyilang kabel yang jalannya lurus.
3) Perencanaan dan pemasangan kabel pada gedung bertingkat supaya
diatur agar tiap lantai mendapat 1 kabel tersendiri dengan kapasitas
yang sesuai dengan permintaan sambungan pada lantai yang dimaksud.
Misalnya tiap lantai diperlukan 50 sambungan telepon, maka untuk tiap
lantai dipasang sebuah kabel berkapasitas 60 pair, dengan demikian
tidak ada sebuah kabel mencatu beberapa lantai.
4) Pengaturan pemasangan kabel seperti tersebut diatas akan
mempermudah pemasangan, sehingga jalan kabel dapat disusun lebih
rapi, menyederhanakan dan mempermudah pencatatan yang berakibat
mempermudah mencari gangguan.
Pemasangan kabel
1) Pemasangan kabel untuk mudah dan amannya dimulai dari atas ke
bawah.
2) Pekerjaan pemasangan/menurunkan kabel ke bawah dibatasi sampai
sepanjang 5 lantai untuk menghindari kerusakan-kerusakan pada kabel
dan mempermudah pengaturan letak kabel.
3) Apabila gedung yang dimaksud lebih dari 5 lantai, pemasangan kabel
perlu dilaksanakan secara bertahap
4) Tahapan kegiatan cara pemasangan kabel pada gedung bertingkat.
Misalnya :
Tahapan kegiatan untuk gedung bertingkat 10 secara kronologis dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a) Haspel kabel ditempatkan dilantai 10 (lantai teratas), lantai 9, lantai 8,
lantai7 dan lantai 6, diatas lobang cerobong atau pada tempat yang
diperkirakan kabel mudah dan aman untuk ditarik.
b) Sebelum kabel digelar ke dalam cerobong perlu diberi tanda dengan label
yang menyebut nomor dimana kabel tersebut akan diterminasi.
c) Kabel yang diturunkan dari lantai 10 setelah mencapai lantai 5 digulung
sepanjang jarak dari lantai 5 sampai lantai dasar dimana RPU
ditempatkan.
d) Selanjutnya kabel dari lantai 9 dikerjakan seperti halnya kabel dari lantai
10 demikian seterusnya untuk tiap-tiap lantai sampai dengan lantai 6.
e) Mulai dari lantai 5 kabel yang diturunkan menjadi 2 buah yaitu kabel yang
digulungkan dari lantai 10 dan kabel untuk lantai 5 sendiri.
f) Demikian juga untuk lantai 4, lantai 3, lantai 2, dan lantai 1 dikerjakan hal
yang sama. 5).
84
Dapat dikerjakan dengan beberapa cara misalnya
a) Satu lapis dengan 10 jajaran kabel.
b) Dua lapis dengan 5 jajaran kabel.
85
RPU model standard (berdiri diatas lantai). Model ini biasanya
mempunyai kapasitas yang besar (lebih dari 1000 nomor).
RPU model dinding (dipasang pada dinding). Model ini mempunyai
kapasitas yang lebih kecil(kurang dari 1000 nomor)
2) Dalam hal RPU mempunyai jalur terminal blok vertical dan horizontal, maka
kabel catu (kabel dari jaringan PSTN) diterminasikan pada jalur terminal
vertical, sedang kabel pembagi ke KPA pada jalur terminal blok horizontal.
3) RPU hanya mempunyai jalur terminal blok vertical saja. Maka kabel catu
diterminasikan pada jalur terminal blok sisi kiri, sedang pada jalur terminal
blok sisi kanan diterminasikan kabel pembagi ke KPA, atau KP yang
diterminasi pada
kanan atas.
4) Jumper dari sisi PIN Incoming (PSTN) ke PIN Out Going (KPA dan / atau
KP) harus menggunakan jumper wire.
Kabel dari KPU diterminasi ke sisi kiri terminal blok vertical, dan kabel
pembagi ke KP di terminasi ke sisi kanan terminal blok vertical. Jumper dari
PIN sisi incoming (dari KPU) ke PIN sisi out going (ke KP) menggunakan
kabel jumper.
86
3.6.4. Kotak Pembagi (KP)
Bentuk / model Kotak Pembagi
Seperti halnya KPA Kotak Pembagi juga bermacam jenisnya, yang digunakan
oleh PT.OPERATOR adalah yang sesuai dengan spesifikasi PT.OPERATOR.
Cara terminasi pada Kotak Pembagi
kabel catu dari KPA diterminasikan pada sisi kiri dari terminal blok KP,
sedang pada sisi kanan nantinya akan diterminasikan saluran rumah yang
menghubungkan pesawat-pesawat telepon pelanggan.
Pada KP yang berkapasitas besar dan terdiri atas lebih dari 1 (satu)
terminal blok
Kabel catu dari KPA diterminasikan ditengah (berarti di sisi kanan dari
terminal blok No. 1 dan di sisi kiri dari terminal blok No. 2).
Sedang di sisi luar nantinya akan diterminasikan saluran rumah yang
menghubungkan pesawat-pesawat telepon.
87
Terdiri dari 3 batang elektroda (COOPER ROD) masingmasing panjangnya
200 cm.
Jarak ideal antara batang elektroda adalah 10 meter.
Sambungkan dari system grounding ke Cooper Rod menggunakan kabel
tembaga yang terdiri 7 urat dengan diameter 0,7 mm (BC=50 mm 2– 60 mm2)
dibungkus dengan isolasi berwarna kuning bergaris hijau dan harus di solder.
88
Gambar 3.83. indoor cable tanpa pelindung elektris
Isolasi
Terbuat dari bahan kompon Bahan Poly Vinyl Chloride (PVC) plastic
sejenis.
Sebagai pembungkus dan isolator antar penghantar
Pita Pelilit / Pengikat Kode Warna
Terbuat dari bahan kompon polyethene
Untuk mempermudah perhitungan kabel
Pembungkus Inti Kabel
Untuk pembungkus inti kabel dipergunakan pita non higroscopis yang
terbuat dari bahan polyproliline, kertas, kain katun atau sejenisnya (plastic
transparans dan bahan lain yang sesuai. Dipasang secara longitudinal atau
dibelitkan secara tumpang tindih secukupnya.
Fungsi:
Untuk membalut inti kabel supaya bulat, padat
Sebagai bantalan antara urat kabel dan lapisan alumunium
Sebagai pelindung urat kabel saat pembuatan selubung
Lapisan Alumunium Foil
Bahan pita aluminium polos yang mempunyai ketebalan ± 0,08 mm berlapis
poly-Ethelene (PE) pada kedua sisinya. Dibelitkan secara helical pada inti
dengan tumpang tindih.
89
Sebagai pelindung elektris terhadap induksi tegangan asing.
Kulit Kabel / Selubung PVC
Bahan Poly Vinyl Chloride (PVC)
Fungsi :
1) Sebagai pelindung kemungkinan masuknya air
2) Sebagai bantalan pada waktu penarikan
Warna selubung adalah abu-abu
90
Gambar 2.85. Satuan dasar 10 pair
91
3.11. Kode pengenal kabel
Contoh :
SII-0612-82(STEL-K-002)
R V V 1 x 2 x 0,6
Menyatakan saluran rumah berkapasitas 1 pair dengan penghantar tembaga
berdiameter 0,6 mm, berisolasi dan berselubung PVC.
SII-0709-83
R V V 60 x 2 x 0,6
Menyatakan saluran rumah multi pair berkapasitas 60 pair dengan penghantar
tembaga berdiameter 0,6 mm berisolasi dan berselubung PVC.
SII-0701-83
R V (Pe) 100 x 2 x 0,6
Menyatakan saluran rumah multi pair berkapasitas 100 pair dengan
penghantar tembaga berdiameter 0,6 mm, berisolasi pvc mempunyai
pelindung elektris pita alumunium berselubung PVC.
3.12. Pengkemasan
SII-0612-82
Panjang standar dalam satu rol adalah 500 m
Pada pita pembungkus harus tercetak data-data berikut:
1) Kode pengenal kabel
2) Nomor spesifikasi
3) Diameter penghantar
4) Tanda pengenal produsen dan tahun pembuatan
5) Panjang kabel (dalam meter)
SII-0709-83
Panjang standar dalam satu haspel:
1) Kapasitas 2, 6, dan 10 pasang adalah 250 m
2) Kapasitar 20 s/d 100 pasang adalah 500 m
Pada pita pembungkus harus tercetak data-data:
1) Kode / tanda pengenal kabel
2) Nomor standar / spesifikasi
3) Tanda pengenal produsen dan tahun pembuatan
4) Panjang kabel (dalam meter)
5) Berat kotor ( dalam kg)
6) Arah panah yang menunjukan arah putaran kabel
7) Tanda awal dan akhir gulungan.
Pada setiap ujung kabel harus ditutup dengan penutup ujung (End Cap)
92
dengan menggunakan terminal kabel sehingga terbentuk suatu system
jaringan kabel lokal
Terminal Kabel
Adalah suatu bahan konduktor yang berfungsi sebagai tempat
menyambungkan kabel masukkan (input) dan kabel keluaran (output).
Penggenggam Terminal
Adalah suatu bahan isolator listrik yang berfungsi sebagai penggenggam
terminal kabel, sehingga terminal-terminal kabel tersebut tersusun dengan
rapih dan tidak bersinggungan antara satu dengan yang lainya serta
membentuk satuan kapasitas dasar.
Blok Terminal
Adalah kumpulan terminal yang sudah tersusun pada penggenggam terminal
dan membentuk satuan kapasitas
93
2) Saluran keluaran bersifat fleksibel yang terhubung dengan kawat
sambung (jumper wire) dan terminasinya dengan sekrup atau tekan sisip.
Ditinjau dari Cara Menambatkan Urat Kabel
Blok terminal dapat dibedakan menjadi 3 macam yakni:
Terminal patri / solder
Blok terminal dengan sistem patri / solder ini dipergunakan pada
penyambungan urat kabel dengan terminal yang bersifat permanen.
Contoh:
Pemakaian cara patri/solder dapat dilihat pada terminal keluaran yang
tersambung dengan kabel primer dan skunder di RPU, RK dan KP.
Terminal sekrup/ulir
Blok terminal dengan system sekrup/ulir ini dipergunakan pada
penyambungan urat kabel dengan terminal yang karena kebutuhan lapangan
sifatnya fleksibel dimana bila diperlukan dapat diubah-ubah dari posisi satu ke
posisi lain.
Contoh pemakaiannya dapat dilihat pada :
1) Terminal RK yang tersambung dengan jumper wire.
2) Terminal KP yang tersambung dengan drop wire
94
Alat pengaman disini dimaksudkan adalah alat pengaman elektris yang
berupa perangkat pengardean. Blok terminal dapat dibedakan menjadi 2
macam antara lain:
Terminal dengan menggunakan alat pengaman.
Tempat-tempat yang harus dilengkapi dengan alat pengaman misalnya:
1) Pada rangka pembagi utama (RPU)
2) Pada Kotak Pembagi (KP) yang terletak paling jauh.
3) Pada Kotak Pembagi (KP) yang terletak di daerah terbuka dan frekuensi
terjadinya petir terdolong tinggi.
4) Pada Kotak Pembagi (KP) yang digunakan sebagai titik naik kabel
(peralihan) ke saluran open-wire.
Terminal tanpa alat pengaman
Blok terminal yang tidak diperlengkapi dengan alat pengaman adalah blok
terminal di RPU, RK atau KP yang tidak termasuk kategori di atas.
95
2) Material penunjang
a) Benang sebagai pengikat urat kabel
b) Pita isolasi plastik (isolasi band) sebagai pembungkus urat dan selubung
kabel.
c) Cairan pembersih sebagai pembersih kabel perkakas dan tangan petugas.
d) klem dan kabel arde sebagai penghubung lapisan aluminium dengan
system pentanahan (bila menggunakan indoor kabel SII-0710-83)
Perkakas /peralatan
Hal lain yang sangat penting untuk terlaksananya pekerjaan terminasi dengan
baik dan lancer adalah keberadaan dan kelengkapan perkakas yang dimiliki
oleh petugas. Jenis perkakas yang minimal harus dipersiapkan adalah:
Tempat
1) Sebelum pekerjaan terminasi dimulai, selain sarana / prasarana dan
perkakas, hal lain yang sangat perlu dipersiapkan adalah tempat / ruangan
dimana pekerjaan terminasi tersebut dilakukan.
2) Siapkan tempat / ruangan dimana pekerjaan terminasi tersebut akan
dilaksanakan.
3) Singkirkan benda-benda yang dapat mengganggu pekerjaan atau dapat
membahayakan petugas atau orang lain saat pekerjaan terminasi.
Pelaksanaan pekerjaan terminasi
Apabila segala sesuatunya sudah dipersiapkan, maka pelaksanaan terminasi
sudah dapat dilaksanakan. Secara umum langkahlangkah pekerjaan terminasi
adalah sebagai berikut:
Pengupasan kulit kabel
1) Bersihkan kulit kabel yang akan dikupas dari segala kotoran (debu, tanah)
dengan kain lap dan bila perlu dibasahi sedikit dengan cairan pembersih.
2) Potong ujung kabel yang rusak saat penarikan
3) Tempatkan kabel pada posisi yang sesuai dengan penempatansebenarnya
(rute/alur kabel)
4) Ukur ujung kabel sampai ujung kupasan kulit kabel dengan berpatokan
pada letak blok terminal yang akan diterminasi dan diberi tanda.
a) Terminasi di RPU
Panjang kupasan diukur mulai dari alur masuk ke RPU sampai ke ujung
terminal pada blok terminal dan ditambah ±10-15 cm
96
Panjang kupasan diukur mulai alur masuk ke KPU atau KPA atau KP sampai
ke ujung terminal pada blok terminal dan ditambah ±10cm.
5) Potong kulit kabel pada tanda tersebut dengan menggunakan pisau atau
cutter. Iris kulit kabel arah melintang sampai kulit kabel benar-benar terpisah.
Saat memotong kulit kabel hendaknya hati-hati jangan sampai mata pisau
terkena urat kabel.
6) Belah kulit kabel yang telah terpisah dengan pisau kabel ke arah
memanjang atau dengan menarik kulit kabel, hingga kulit kabel terlepas dari
urat-urat kabel
7) Kupas kulit kabel, lapisan aluminium (kalau ada) dan lapisan pembungkus
inti kabel.
8) Ikat erat-erat urat kabel dengan benang pada posisi diujung kupasan kulit
kabel
Montase kabel
1) Setelah kulit kabel PVC dan lapisan aluminium lepas, urat kabel dimontase
terlebih dahulu sebelum diterminasikan pada blok terminal.
2) Uraikan urat dan ikatkan pita pengikat kode warna pada tiap unit.
3) Bundel pasangan urat kabel diikat dengan benang dari ujung kupasan kulit
kabel pada jarak setiap ikatan ± 1,5 – 2 cm. Setelah kabel diikat pada panjang
tertentu, keluarkan tiap unit yang akan disambungkan ke blok terminal hingga
kabel terurai dan terikat.
97
2) Kulit kabel (selubung PVC) berikut lapisan aluminium pada ujung kupasan
kulit kabel disobek sedikit kira-kira 2-3 cm dan lebar 1,5 cm. (tergantung
panjang klem/jepitan kabel arde) kemudian dibengkokan keluar
3) Sambungkan kawat arde dengan menggunakan jepitan arde.
4) Setelah penyambungan kawat arde selesai, selubung PVC dikembalikan
seperti posisi semula lalu dibalut dengan pita isolasi supaya kuat
Pekerjaan terminasi
1) Alokasikan pasangan urat kabel pada alur kabel pada blok terminal dengan
rapih
2) Karena warna merah dan putih dari isolasi urat kabel adalah kawat a, maka
penempatannya pada bagian kiri dari pasangan urat kabel.
3) Tekuk kebawah urat kabel hingga menempel pada terminal.
4) Sisipkan / tekan urat kabel menggunakan insertion tool hingga konduktor
kabel akan terjepit pada terminal, sisa ujung kabel akan terpotong secara
otomatis oleh insertion tool. Urat kabel yang telah diterminasi diteliti urutan
warnanya (B-O-H-C-A), bila ada urutan warna isolasi yang tidak sesuai segera
adakan perbaikan.
98
3.14. Pengujian IKR/G
3.14.1. UMUM
Instalasi kabel rumah / Gedung yang selesai dikerjakan harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan sebelum disambungkan ke kabel OPERATOR
PSTN, untuk maksud tersebut perlu dilakukan pengujian baik segi material,
instalasi maupun fungsinya.
Definisi :
Pengujian adalah kegiatan membandingkan antara keadaan yang
sebenarnya dengan yang seharusnya atau spesifikasi yang telah ditetapkan.
Pengetesan IKR/G adalah pemeriksaan baik phisik maupun elektris
terhadap hasil pekerjaan instalasi kabel rumah / gedung.
Lingkup pengujian IKR/G meliputi hal-hal sebagai berikut:
Kualitas material sesuai dengan standar.
Kualitas instalasi sesuai dengan standard dan berfungsi dengan baik
Pengujian yang dilakukan adalah pemeriksaan secara fisik / visual dan
pengukuran elektris.
99
a) kabel rumah
kabel PVC sesuai SII- 0612-83
b) KTB sesuai STEL- L-31
c) Soket telepon bahan PVC atau STEL-L-31
d) Tray bahan PVC atau aluminium
Kotak sambung bahan PVC
e) Pipa PVC / besi bahan PVC atau besi
2) Material Bantu antara lain ;
a) konektor urat kabel
b) klem kabel plastic
c) klem kabel dengan perekat
d) penjepit kabel
e) sadel persilangan
Pemeriksaan Instalasi
1) Pedoman Instalasi Kabel Rumah antara lain :
a) Harus menggunakan pipa pelindung atau tray
b) Setiap titik akhir instalasi harus menggunakan soket (Tidak diijinkan
sambungan ke pesawat tanpa soket)
c) Penggunaan pipa atau tray disesuaikan dengan kondisi ruangan atau
rumah pelanggan
d) jumlah soket telepon yang diijinkan bagi 1 (satu) saluran telepon dalam
suatu rumah, maksimum 5 buah soket yang dihubungkan secara parallel
Pengukuran Elektris
Pengukuran kontiniutas
1) Untuk mengetahui apakah secara elektris saluran rumah yang telah
diinstalasi dari KTB sampai ke soket terhubung dengan baik.
2) Pengukuran kontinuitas ini harus dilakukan terhadap seluruh saluran
telepon
3) Alat ukur yang digunakan
a) AVO meter
b) Pair Checker
c) lContinuity Tester
100
Pelaksanaan pengukuran tahanan isolasi saluran IKR dilakukan setelah
disambungkan ke jaringan local pada tegangan tembus 500 Volt DC dan nilai
standar yang ditetapkan minimal 100 M Ohm. Km.
Alat ukur yang digunakan adalah Megger Insulation Tester.
Jenis pengukuran tahanan isolasi :
Urat a terhadap urat b (a / b)
Urat a terhadap tanah (a / t)
Urat b terhadap tanah (b / t)
2) Material Bantu
a) Konektor urat kabel
b) Klem kabel plastic
c) Klem kabel dengan perekat
d) Penjepit kabel
e) Sadel persilangan
101
Pengukuran Elektris
Pengukuran kontinuitas
1) Untuk mengetahui apakah secara elektris urat – urat kabel yang telah
diinstalasi terhubung dari satu ujung ke ujung lainnya dengan baik dan benar
yaitu :
a) Kebenaran urutan urat kabel
b) Urutan kabel yang terbalik atau tertukar
c) Pasangan urat yang tidak benar (terbalik, tertukar)
2) Semua pair kabel harus ditest sambunganya untuk meyakinkan bahwa
setiap urat kabel benar-benar tersambung dengan urutan setiap nomor pair
yang betul
102
RPU/KPU ke KPA
KPA ke KP
KP ke Soket Telepon
103
Gambar 2.99. Pengukuran tahanan isolasi
Catatan :
Untuk IKG dalam satu gedung panjang kabel kurang dari 300 meter tahanan
loop tidak diujikan
Gambar 2.101. Pengukuran tahanan screen dengan metode bantuan satu urat
Gambar 2.102. Pengukuran tahanan screen dengan metode bantuan dua urat
104
Gambar 2.103. Pengukuran tahanan pentanahan
4.Rangkuman
1. Instalasi kabel Rumah adalah persayaratan teknis / standar yang harus
diikuti oleh instalatur / pemasang kabel rumah agar mempunyai
kesamaan persepsi tentang instalasi kabel rumah baik tentang material
maupun tata cara yang benar menurut spesifikasi yang ditetapkan
2. Material IKR antara lain :
a) Material pokok seperti : kabel indoor,soket,Kotak terminal
batas,Tray cable,pipa instalasi.
b) Material bantu ,seperti : klem kabel plastik,klem kabel dengan
perekat, sadel untuk persilangan, kawat penarik, konektor urat kabel
UR (3 urat), pita isolasi, dan paku beton)
3. Peralatan Bantu IKR,terdiri dari :
a) Alat bantu instalasi
b) Alat bantu sambung
c) Alat bantu keamana
5. IKR tanam dipergunakan pada jalur kabel telepon mendatar dan atau
jalur vertikal manurun dengan menggunakan kabel indoor di dalam pipa
yang ditanam pada dinding rumah.
6. IKR tempel digunakan pada jalur atas plafond, jalur mendatar/menurun
pada dinding dan pada jalur bawah lantai raised floor atau pada bagian
bangunan rumah yang menggunakan konstruksi kayu.
7. Kotak Terminal Batas (KTB) adalah perangkat terminasi kabel telepon
yang dipasang pada rumah pelanggan telepon dan digunakan untuk
menyambung saluran penanggal dari Kotak Pembagi (KP) jaringan
kabel lokal dengan instalasi kabel telepon dalam rumah pelanggan.
8. Instalasi Kabel Gedung adalah Standar dari Instalasi kabel gedung
(IKG) adalah standar dan sistem instalasi kabel dengan aksesorisnya
pada gedung bertingkat
105
9. Material utama IKG adalah :
a) Kabel
b) Aksoris Kabel (RPU,KPA,KP,Batang dan kawat tembaga)
10. Material Bantu IKR antaa lain :
a) Klem kabel plasik
b) Klem kabel dengan perekat
c) Pipa pelindung tembus dinding
d) Sadel persilangan
e) Kotak kontrol
11. Kode warna kabel pada IKR ditentukan dengan warna
Biru,Orange,Hijau,Coklat,dan Abu-abu (BOHCA). Dalam keselamatan
kerja, pemahaman yang perlu dilakukan oleh petugas adalah :
a) Langkah langkah atau aturan aturan keselamatan kerja yang baik
dan benar
b) Menghidnarkan hal hal yang dapat menyebabkan kecelakaan atau
membahayakan
c) Bekerja tidak terbutu buru ,teliti dan hati hati.
12. Perkakas atau alat kerja sebelum digunakan sebaiknya :
a) Pergunakan alat kerja yang tepat untuk setiap pekerjaan
b) Pastikan bahwa perkakas yang akan digunakan dalam kondisi baik
dan tidak ada kekurangan kelengkapannya
c) Pergunakan alat pelindung diri bagi pekerjaan pekerjaan yang
berbahaya.
13. Macam nafas buatan :
a) Dari mulut ke hidung
b) Dari mulut ke mulut
14. Macam macam luka :
a) Pendarahan arteri
b) Luka pada mata
c) Keracunan gas
15. Tujuan pemasangan papanPeringatan adalah :
a) Papan peringatan dipasang agar pengemudi dan pejalan kaki bias
melihat lokasi konstruksi di depan meraka
b) Papan peringatan dapat dipasang pada jarak 50 – 100 m dari lokasi
konstruksi.
16. Yang harus diperhatikan saat memasang keselamatan kerja :
a) Instalasi fasilitas keselamatan kerja harus dilakukan dengan benar
untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Untuk itu fasilitas
keselamatan kerja tidak boleh dicabut atau diganti dengan alasan
karena waktu konstruksi yang pendek atau resiko kecelakaan yang
rendah.
b) Papan peringatan dan safety cones harus berukuran besar dan
menggunakan lampu
c) Karena waktu memasang dan mencabut fasilitas keselamatan kerja
sangat berbahaya, harus ada orang yang mengatur lalu lintas,
lakukan hal itu secepat mungkin. Fasilitas keselamatan kerja
dipasang mulai dari arah datangnya kendaraan. Sedangkan
pencabutan dilakukan dari arah perginya kendaraan
d) Setelah fasilitas keselamatan kerja dipasang, pastikan fasilitas-
fasilitas tersebut dapat berfungsi dengan baik
17. Tujuan pemasangan rambu rambu pengaman adalah : Saat melakukan
pekerjaan di jalan, penting untuk memberitahu sopir dan pejalan kaki
bahwa sedang ada konstruksi. Fasilitas keselamatan kerja tidak hanya
106
berfungsi sebagai informasi bagi sopir dan pejalan kaki akan adanya
konstruksi tapi agar lalu lintas dan pekerjaan berjalan lancar. Fasilitas
keselamatan kerja dipasang terutama untuk mencegah terjadinya
kecelakaan.
C. Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Jelaskan yang dimaksud dengan IKR!
2. Sebutkan material IKR!
3. Sebutkan peralatan IKR!
4. Jelaskan yang dimaksud dengan IKR tanam!
5. Jelaskan pemakaian IKR tempel!
6. Jelaskan yang dimaksud dengan KTB!
7. Jelaskan yang dimaksud dengan IKG!
8. Sebutkan material utama IKG!
9. Sebutkan material bantu IKG!
107
BAB 3 TEKNIK INSTALASI KABEL BAWAH TANAH
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti dan menyelesaikan materi teknik instalasi kabel bawah
tanah tanam langsung ini, peserta diharapkan dapat;
3. Merumuskan prosedur pemecahan masalah instalasi jaringan akses
tembaga kabel bawah tanah tanam langsung dengan benar
4. Merancang instalasi jaringan akses tembaga kabel bawah tanah tanam
langsung dengan benar
B. Materi Pembelajaran
1.Instalasi Kabel Tanah Tanam Langsung
Kabel tanah tanam langsung adalah semua jenis kabel yang konstruksinya
dirancang khusus untuk dipasang dibawah permukaan tanah dan dalam
pemasangannya ditanam secara langsung dibawah permukaan tanah (sesuai
STEL-K-007)
108
Menyeberang Jalan
Kabel dimasukkan dalam pipa PVC/paralon dengan diameter 10 cm, tebal 5,5
mm. Kedalaman galian = ± 100 cm atau sesuai peraturan PEMDA setempat
(contoh : Jakarta = ± 130 cm).
Dimana :
D = Diameter luar kabel.
T = kedalaman alur kabel (min = 60 cm).
Menyeberang parit
Kabel dimasukkan ke dalam pipa pelindung besi galvanis dengan diameter
dalam 4 (empat) inchi. 1 (satu) pipa pelindung hanya dapat diisi dengan 1
(satu) kabel primer atau maksimum 3 (tiga) kabel sekunder. Kabel primer dan
kabel sekunder tidak diperkenakan berada dalam satu pipa. Kemudian pipa
pelindung dilindungi kawat berduri. Pipa pelindung yang belum terisi kabel
harus di tutup dengan stopper pada kedua ujungnya
109
Gambar 4.5 : Alur kabel menyeberang parit
Menyeberang sungai
Menempel pada jembatan yang ada;
Pemasangannya harus seijin PEMDA atau PU setempat. Kabel dimasukan
dalam pipa pelindung besi. Pipa pelindung bisa di lewatkan pada sisi atau
bawah jembatan
Hal-hal lainnya
a) Apabila ada tiang listrik, maka galian alur kabel harus berjarak paling sedikit
± 30 cm
110
Gambar 4.7 : Alur kabel kabel dekat tiang listrik
b) Jarak galian alur kabel terhadap pinggir parit berbeton paling sedikit 25 cm.
Jarak galian alur
kabel terhadap pinggir parit tidak berbeton paling sedikit ± 50 cm
111
Alat pengaman
Material yang diperlukan :
a) Batu pelindung (deskteen)
b) Pipa-pipa besi/pralon (jika diperlukan);
c) Pasir.
Pengangkutan
Peralatan dan material diangkut dari gudang ke lokasi atau pengembalian
haspel/sisa kabel dari lokasi ke gudang dengan menggunakan truk atau alat
angkut lainnya yang dianggap layak. Khusus untuk mengangkut kabel,
persyaratan yang harus diperhatikan adalah :
a) Kabel diangkut dengan menggunakan Cable Trailer;
b) Kabel diangkut dengan menggunakan truk.
b) Menggunakan katrol Posisi kabel pada truk harus seperti terlihat ada
gambar di bawah ini.
112
Teknik pelaksanaan
Pertama-tama dibuat galian alur kabel yang telah direncanakan. Apabila alur
kabel tersebut telah selesai barulah penarikan kabel dapat dimulai. Penarikan
kabel dapat dilaksanakan dengan 2 (Dua) cara, menurut situasi
tempat/pekerjaan :
a) Situasi dimana alur/jalannya kabel tidak terdapat hambatan-hambatan
(misalnya : Menyebrang jalan, rel kereta api, parit, atau sungai dan lain-lain),
dan berada di tepi jalan. Dalam situasi ini penarikan kabel dapat dilaksanakan
sebagai berikut :
Penarikan dimulai dari ujung alur kabel yang mendekati kantor (MDF =
untuk kabel primer, RK = untuk kabel sekunder);
Kabel dengan haspelnya kita taruh di atas dongkrak kabel, kemudian kita
naikkan di atas kendaraan yang digunakan untuk menarik (mobil, gerobak);
Ujung kepala kabel (ujung kabel yang berada di luar) kita tarik melalui
bagian bawah haspel, kemudian kita tambatkan pada tempat di mana ujung
kabel tersebut nantinya akan ditambatkan;
Kabel ditarik dengan cara menjalankan kendaraan penarik, maju menuju
ujung jauh dari alur kabel secara pelanpelan;
Setelah pada ujung jauh,maka kabel yang sudah tergelar sepanjang alur
galian, kemudian dimasukkan ke dalam galian, di mana sebelumnya galian
tersebut telah diisi pasir setebal (setengah) dari tebalnya;
Pada saat kabel telah masuk dalam galian maka kabel dapat dipotong
secukupnya.
Perlu diperhatikan bahwa setelah dipotong, maka ujung kabel harus
ditutup/didop, terutama sekali untuk kabel isolasi kertas, baik ujung kabel yang
ditanam maupun ujung kabel yang berada dalam haspel/kabel sisa.
113
Haspel dongkrak kabel pada posisi tetap, sedangkan ujung kepala kabel
ditarik perlahan-lahan menuju ke arah kantor/RK;
Agar supaya kabel tidak bergesekan dengan tanah kasar, batu-batu
ataupun benda-benda tajam lain, maka sepanjang jalur penarikan kabel perlu
dipasang rol-rol kabel tiap jarak ± 2 meter.
Cara lain dapat ditempuh dengan mengusahakan agar kabel tidak
bergesekan dengan tanah yaitu dengan cara kabel tersebut dipegang / ditarik
oleh banyak orang, satu sama lain mengambil jarak tertentu (3 sampai 4
meter); Pada setiap penyebrangan (jalan rel kereta api, parit) ujung kabel
dimasukkan ke dalam pipa yang telah disediakan;
Setelah ujung sampai pada tujuan, maka kabel yang telah ditarik dapat
dimasukkan ke dalam galian yang sebelumnya telah diisi dengan pasir
(setengah tebal yang telah ditentukan seharusnya);
Kemudian sisa kabel dapat dipotong, setelah diukur secukupnya dan
setelah pemotongan ujung-ujung kabel segera ditutup/didop.
Catatan :
Cara pointer ( ) kedua adalah yang paling banyak digunakan dalam
pelaksanaan, dikarenakan sesuai dengan segala situasi.
114
Sambungan Pembagi Bawah Tanah (SPBT)
Titik sambung diletakkan pada dinding Pit Handhole
Keterangan :
1 Kabel sekunder jelly
2 Handhole untuk sambungan Pembagi Bawah Tanah
3 Kabel Distribusi
4 Pit Handhole untuk rute kabel distribusi
Dilihat dari susut keindahan jenis DP ini sangat memenuhi syarat, namun
pada kenyataannya sangat rawan terhadap air, sehingga gangguan sering
teradi dikarenakan masuknya air kedalam sambungan urat kabel didalam
SPBT tersebut
115
Gambar 4.17 : Terminal Post
116
Dimensi pondasi beton :
a. Ukuranpermukaan atas= 50 cm x 50 cm
b. Ukuran bagian bawah = 60 cm x 60 cm
c. Tinggi pondasi disesuaikan dengan kondisi tanah dimana terminal post
dipasang / ditempatkan :
(1) Tinggi pondasi = 50 cm
Diatas permukaan tanah = 20 cm
Dibawah permukaan tanah = 30 cm
(2) Tingi pondasi = 70 cm
Diatas permukaan tanah = 20 cm
Dibawah permukaan tanah = 50 cm
(3) Tinggi pondasi = 80 cm
Diatas permukaan tanah = 30 cm
Dibawah permukaan tanah = 50 cm
117
Hand hole diberi lubang dengan diameter 6 cm pada kedua sisi yang
berlawanan untuk penempatan pipa PVC diameter 6 cm. Demikian juga pada
kedua sisi yang lainya dipersiapkan lubang dengan diameter 3 cm (1 inchi)
untuk penempatan pipa PVC diamter 3 cm (1 inchi) guna alur kabel distribusi
ke rumah pelanggan.
Penempatan hand hole :
Pipa PVC
Jenis pipa PVC :
Pipa PVC yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi PT. TELKOM
nomr STEL-L-008.
a) Untuk alur dari hand hole ke hand hole digunakan pipa PVC berdiameter 6
cm dengan tebal
sekurang-kurangnya 5,5 mm.
b) Untuk alur dari hand hole ke rumah pelanggan digunakan pipa PVC
berdiameter 3 cm dengan tebal sekurang-kurangnya 5,5, mm
Penyambungan pipa PVC
Sebelum pipa PVC dimasukan dalam soket penyambung, kedua ujung pipa
PVC dan kedua ujung harus dibersihkan dulu dengan sikat baja atau amplas
yang kasar. Kemudian diberi perekat PVC pada bagian pipa dan PVC yang
diersihkan/dikasarkan, selanjutnya kedua ujung pipa tersebut dimasukan
kedalam soket. Untuk mengeringkan perekat dan letak pipa pada soket
dibutuhkan waktu kira-kita 5 sampai 10 menit.
Pemasangan pipa PVC pada alur galian
118
1) Pipa PVC antar hand hole
a) Ukuran galian untuk menanam pipa PVC :
Lebar = 20 cm
Kedalaman = 50 cm
Khusus di wilayah DKI kedalaman galian = 110 cm
119
Gambar 4.24 : Pemasangan pipa PVC pada rumah pelangggan
5. Rangkuman
5. Cara Pemasangan kabel tanah tanam langsung ada beberapa
kemungkinan ,antara lain :
a. Di tepi jalan/trotoal
b. Menyeberang jalan
c. Menyeberang parit
d. Menyeberang sungai
6. Urutan cara penarikan kabel tanah tanam langsung :
a. Persiapan penarikan
b. Persiapan alat dan material
c. Pelaksanaan
e. Penimbunan/pengembalian tanah galian
7. Hal-hal yang harus dipahami petugas teknik jaringan dalam hal
keselamatan kerja antara lain :
a. Langkah-langkah atau aturan-aturan keselamatan kerja yang baik dan
benar
b. Menghindarkan hal-hal yang dapat menyebabkan kecelakaan atau
membahayakan
c. Bekerja tidak terburu-buru ,teliti, dan hati-hati
5. Sikap petugas dalam hal keselamatan kerja,antara lain :
a) Petugas agar bersikap wajar, berkesadaran penuh , tidak gugup , dan
mengerti maksud perintah dalam mengoperasikan peralatan.
b) Petunjuk operasi setiap peralatan harus dipahami dan dimengerti
sungguh-sungguh oleh setiap petugas.
c) Mematuhi prosedur kerja yang telah ditentukan
6. Perkakas atau alat kerja yang memenuhi syarat untuk keselamatan kerja
antara lain :
a) Pergunakan alat kerja yang tepat untuk setiap pekerjaan
b) Pastikan bahwa perkakas yang akan digunakan dalam kondisi baik
dan tidak ada kekurangan kelengkapannya
c) Pergunakan alat pelindung diri bagi pekerjaan-pekerjaan yang
berbahaya antara lain : Sarung tangan, sepatu pengaman, sabuk
pengaman, topi pengaman atau helm kacamata pengaman (testprator)
dll
7. Prosedur keselamatan bekerja bekerja di tempat yang panas,antara lain :
a) Jangan memakai pakaian yang ketat
b) Pakailah topi lebar pelindung matahari
c) Cukup minum
120
d) Jika tidak mengikuti aturan di atas, kemungkinan yang terjadi:
Kehabisan tenaga, Pusing, mual, muka pucat bahkan bisa pingsan
8. PPPK pada korban yang terkena aliran listrik adalah :
a. Putuskan/jauhkan kawat/kabel dari si korban dengan kapak atau tali,
dsb.
b. Tarik si korban dengan memegang bajunya untuk membebaskan si
korban dari kawat/kabel hidup, atau bila kawat/kabel sumber listrik
diketahui, segeralah mematikan saklar utama atau mencabutnya dari
stop kontak
9. Cara memberi nafas buatan dari mulut ke hidung, adalah :
a) posisi kepala korban tengadah
b) ambil nafas dalam-dalam kemudian hembuskan ke lubang hidung
korban
c) pada saat tersebut mulut korban harus ditutup dengan tangan kita agar
udara benar-benar masuk
d) ulangi hal tersebut sampai dia mulai bernafas
e) Jika belum juga ada tanda-tanda bisa bernafas, usahakan memberi
nafas buatan agak cepat
10. pendarahan arteri dapat diketahui apabila darah keluar memancar dari
luka, cobalah menghentikan darah dengan membalut luka dengan
pembalut streril. Apabila tidak berhasil tekuklah sampai batas maksimum
sendi sendi tepat di atas luka (misalnya sendi paha, lutut, sikut) dan pada
posisi tersebut ikat dengan pita kain atau sabuk, apa bila masih tidak
berhasil pasang torniket pada lengan atas atau paha. Jika torniket tidak
ada blokir dengan menekan arteri tersebut dengan kedua ibu jari
dilekatkan paralel pada tempat tersebut
11. Hal hal yang perlu dilakukan petugas lapangan dalam hal prosedur
keselamatan kerja :
a) Sebelum mulai bekerja, periksa lokasi kerja dan kondisi lalu lintas.
Setelah itu rencanakan dan koordinasikan pekerjaan instalasi dengan
menggunakan perlengkapan keselamatan kerja untuk mencegah
kecelakaan lalu lintas dan menjaga keselamatan pejalan kaki.
b) Ambil tindakan untuk mencegah masuknya pihak ke 3 ke lokasi kerja,
kemudian periksa fasilitas keselamatan kerja secara periodic
c) Tempatkan orang-orang untuk mengatur lalu lintas sehingga arus lalu
lintas tidak terganggu
d) Penempatan Material Dan Peralatan di Lokasi Kerja
12. Tujuan pemasangan rambu rambu pengaman adalah Saat melakukan
pekerjaan di jalan, penting untuk memberitahu sopir dan pejalan kaki
bahwa sedang ada konstruksi. Fasilitas keselamatan kerja tidak hanya
berfungsi sebagai informasi bagi sopir dan pejalan kaki akan adanya
konstruksi tapi agar lalu lintas dan pekerjaan berjalan lancar. Fasilitas
keselamatan kerja dipasang terutama untuk mencegah terjadinya
kecelakaan
C. Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Jelakan urutan penarikan kabel tanah tanam langsung!
2. Sebutkan macama macam penarikan kabel tanah tanam langsung!
3. Jelaskan hal hal yang perlu dipahami petugas teknik jaringan dalam hal
keselamatan kerja!
4. Jelaskan sikap petugas yang benar dalam hal keselamatan kerja!
5. Jelaskan prosedur keselamatan kerja bekerja di tempat yang panas!
121
BAB 4 TEKNIK INSTALASI KABEL DUCT
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti dan menyelesaikan materi teknik instalasi kabel duct ini,
peserta diharapkan dapat;
1. Merumuskan prosedur pemecahan masalah instalasi jaringan akses
tembaga kabel duct dengan benar
2. Merancang instalasi jaringan akses tembaga kabel duct dengan benar
B. Materi Pembelajaran
Kabel duct adalah semua jenis kabel yang konstruksinya dirancang
khusus untuk dipasang di bawah permukaan tanah dan pemasangannya
harus diletakkan dalam pipa-pipa di bawah permukaan tanah (sesuai STEL-K-
008 dan STEL-K-009).
1. Sistem Duct Beton
Konstruksi Pemasangan Sistem Duct
Sistem duct adalah system pemasangan kabel tanah dengan dimasukkan
ke dalam pipa yang dicor beton. Duct yang dicor beton pada umumnya
memakai pipa PVC tebal 2 mm, tetapi dapat juga dipergunakan pipa yang
lebih tebal, apabila dikehendaki dan diperlukan. Akan tetapi perlu adanya
perubahan pada ukuran dari penyekat, karena penampang dari pipa yang
lebih tebal dindingnya akan lebih besar Pipa PVC tebal 2 mm sangat cocok
untuk duct beton dan cara ini menguntungkan apabila route duct tersebut
lebih dari dua pipa. Dalam pembetonan duct, kita kenal dua cara yaitu :
1) Cara pengecoran standar (Metode A);
2) Cara pengecoran lapis per lapis (Metode B);
Pengecoran Standar (Metode A)
Dalam Multi Exchange Area (MEA), dimana perijinan penggalian menjadi
kendala pokok dalam pembangunan jaringan kabel maka untuk alur kabel
primer digunakan sistem duct. Dalam sistem duct, kabel dimasukkan dalam
polongan pipa PVC yang dicor beton. Jumlah polongan dipersiapkan untuk
kebutuhan sampai 20 tahun mendatang. Satu susunan pipa PVC yang disebut
modul, dicor dengan beton yang selanjutnya modul-modul tersebut secara
horizontal dipisahkan dengan beton.
Cara pembetonan standar adalah yang paling umum dan paling sering
diterapkan untuk pembetonan pipa duct. Cara tersebut di atas sangat disukai
122
karena cara yang dimaksud dapat dibuat alur galian yang panjang, sehingga
dapat mempercepat pekerjaan.
1) Formasi pipa duct;
Formasi pipa duct pada pembetonan standar berbentuk tipis, sehingga
dapat dipasang pada lokasi yang sempit dan masih memberikan kemungkinan
untuk diadakan penambahan pipa duct lagi disamping pipa duct yang lama.
Tetapi dibalik itu formasi duct yang dimaksud membutuhkan alur galian yang
sempit dan dalam, sehingga membutuhkan bekisting dan mempunyai ruang
gerak untuk bekerja yang sempit. Formasi duct yang tebal/lebar memberikan
ruang yang lebih luas untuk bekerja dan tidak diperlukan bekisting, tetapi
mempunyai kemungkinan terbatas untuk mengadakan penambahan pipa
duct, kecuali apabila pemasangan
duct yang terdahulu cukup dalam. Formasi standar terdiri atas sejumlah
modul yang mempunyai jarak horisontal 2,5 cm dan seluruhnya dicor beton
dengan keterangan bahwa tebal beton dasar, samping dan atas sampai
susunan pipa duct adalah 5 cm. Apabila susunan pipa duct lebih tinggi dari 6
pipa perlu diadakan pengecoran dua kali, setelah dicor susunan yang kedua,
seperti gambar berikut ini.
3) Material
a) Beton
Campuran beton untuk pengecoran duct harus memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh PT. TELKOM dengan keterangan bahwa beton tersebut
mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan/ memikul beban yang
ditentukan. Campuran beton ditentukan dengan perbandingan sebagai berikut
:
Semen : Pasir : Batu pecahan = 1 : 3 : 5
Adukan beton dicampur dan diaduk dengan menggunakan mesin pengaduk
beton molen dengan urutan pencampuran kerikil, pasir, semen dan terakhir
air. Lama pengadukan minimum 5 menit dengan kecepatan putaran 6 – 12
rpm. Jumlah beton yang diperlukan dalam pengecoran pipa duct dapat
dihitung sebagai berikut :
100 meter dari astu pipa duct dibutuhkan ± 1,5 m 3 beton.
123
Bila panjang duct dari 20 pipa adalah 60 meter, maka kebutuhan beton
dapat dihitung sebagai berikut : Panjang duct = 60 x 20 = 1200 meter. Jadi
kebutuhan beton = (1200/100) x 1,5 m3
b) Penyekat
Penyekat yang dipakai terbaut dari besi plat, tebal 2 mm dengan ukuran 34,4
x 6,1 x 1,9 cm diberi tiga lubang 1,25 cm untuk menempatkan pemancang,
seperti terlihat pada gambar berikut:
Penyekat tersebut dibuat untuk duct 2 pipa sedangkan untuk duct lebih dari 2
pipa bias disambung penyekatnya.
c) Pancang penguat
Pemancang penguat jarang dipakai, tetapi pemasangan pipa duct di tempat
yang kondisi tanahnya kurang baik dianjurkan pakai pancang penguat.
124
Gambar 5.5. Bracket penjepit
c) Tongkat besi untuk memadatkan beton; Tongkat besi panjang 1,8 meter
dengan diameter 1 cm, dengan tunit sepanjang 6 cm di satu ujungnya dan
ujung lainnya pakai pegangan untuk mendorong dan memadatkan campuran
beton di sela-sela pipa
125
tongkat pemancang pada lobang penyekat yang kosong dan pukul sampai
kedalaman ± 1 meter untuk penguat.
126
Gambar 5.7. Cara penyusunan pipa duct
Keterangan :
1. Brecket penjepit
2. Penyekat atas ( 1 Spacer)
3. Penyekat antara setiap lapisan pipa (1 spacer)
4. Lapisan beton
5. Tongkat pemancang
6. Pipa PVC
7. Penyekatan bawah (Duble Spacer)
8. Pemancang menancap ke dalam tanah (kedalamannya sesuai kondisi
tanah)
Dekat dengan manhole jarak pemisah dari pipa-pipa duct menjadi lebih lebar
sehingga pengecoran beton lebih sempurna. Jarak Pemisah horisontal yang
diatur oleh tongkat pemancang tidak berubah tapi jarak vertical menjadi 4 cm
dengan menggunakan spacer/penyekat double, seperti gambar di bawah ini.
127
Apabila lapisan pipa PC tersebut masih akan ditambah lagi, lapisan penutup
tidak perlu sampai setebal 5 cm.
128
Gambar 5.10. Cetakan/penyekat pembetonan (metode B)
3) Campuran beton;
Campuran beton untuk pembetonan cara lapis demi lapis adalah sebagai
berikut :
a) Batu pecahan = 3
b) Pasir = 2
c) Semen = 1
d) Air = 27 liter/zak
4) Lebar dan kedalaman alur galian;
Lebar alur galian tergantung dari susunan pipa duct yang akan ditanam.
Dianjurkan supaya lebar alur galian dapat mengikuti ukuran-ukuran yang
ditetapkan, sesuai dengan tabel pada halaman di depan. Kedalaman alur
galian dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut:
D = Jumlah pipa duct vertikal x 15 + 80 cm
5) Pemasangan
Pemasangan pipa duct dengan cara pembetonan lapis demi lapis adalah
sebagai berikut:
a) Penggalian alur duct sesuai yang ditentukan;
b) Pasang lapisan beton setelabl 5 cm diatas dasar alur galian;
c) Tempatkan pipa-pipa pada lapisan beton dan pasangkan penyekat
sepanjang alur, lihat gambar di bawah ini
129
pencabangan ke-2 atau lebih arah/jurusan akan diatur dengan tikungan pipa
duct.
Artinya :
Bila kedalaman Manhole A = 1,10 meter (spesifikasi PT. TELKOM), maka
kedalaman Manhole B = 1,70 m. Dengan catatan permukaan tanah antara
Manhole A & Manhole B datar.
Gambar 5.13. Kemiringan duct pada jarak antar manhole < 200 m
130
Formula di atas berdasarkan ketentuan yang berlaku di Australia, bahwa
kemiringan duct 1 meter untuk jarak 300 meter (penurunan 1 meter dalam 300
meter).
131
diharapkan air tidak akan tergenang dalam salah satu manhole, melainkan
mengalir ke Manhole terendah.
Sistem Duct Melintas Parit Atau Sungai
Terdapat 2 (dua) sistem duct saat melintasi parit atau sungai, yaitu :
a) lintasan duct di bawah parit/sungai;
b) lintasan duct di atas parit/sungai
132
Gambar 5.17. Lintasan duct di atas parit/sungai
133
Gambar 5.18. Pengeboran di bawah jalan raya
Lubang di sisi jalan digunakan sebagai tempat peralatan bor dan petugas
pengebor. Sedangkan lubang di seberang jalan digunakan untuk memeriksa
apakah mata bor telah mencapai ujung satunya lagi dengan benar. Selama
pengeboran berlangsung, disemprotkan air dengan tekanan tinggi ke dalam
lubang pengeboran. Bila diameter lubang terowongan kabel besar (lebih dari
satu pipa PVC), maka pada awal pengeboran digunakan mata bor dengan
diameter kecil. Kemudian bertahap menggunakan mata bor yang lebih besar
sampai diameter lubang sesuai dengan jumlah pipa PVC yang akan
dimasukkan. Sesudah pengeboran selesai dan lubang terowongan terbentuk,
kemudian pipa PVC dimasukkan, jumlah pipa PVC yang dipasang harus
sesuai dengan jumlah kabel yang akan ditarik ditambah cadangan sesuai
dengan ketentuan. Apabila jumlah pipa PVC yang dimasukkan lebih dari satu
pipa, ruangan antara pipa dengan pipa lainnya serta antara pipa dengan
lubang terowongan diisi dengan campuran beton dengan cara dipompakan ke
dalam sela-sela (ruang antara) tersebut. Mengingat peralan yang digunakan
berukuran besar, dan membutuhkan ruang kerja yang luas, maka itu untuk
jalan-jalan protokol di kota-kota besar pihak PEMDA sangat berhati-hati dalam
memberi ijin borring tersebut. Bila tidak diijinkan oleh PEMDA, biasanya
meminta agar dibuat terowongan kabel ukuran besar (tunnel) yang dapat
mengakomodasikan kebutuhan instansi lain yang mempunyai jaringan bawah
tanah selain PT. TELKOM.
134
Gambar 5.19. Peralatan ACE MOLE MODEL 301
(2) Cara kerjanya :
Hampir serupa dengan system bor antara lain :
(a) Tetap membutuhkan ruang kerja di dalam tanah di satu sisi jalan dan
ruang lain di seberang jalan untuk arriving jack. Luas ruang kerja yang
diperlukan adalah :
5,4 m x 2,2 m x 4,0 m (untuk tempat peralatan)
4,5 m x 1,5 m x 4,0 m (untuk arriving jack).
(b) Terowongan dibuat dengan sistem tumbukan oleh perangkat pendorong
yang ditempatkan pada starting pit (ruang kerja di bawah tanah).
(c) Alat pendorong ini akan bekerja mendorong suatu unit peralatan berbentuk
bulat panjang berisikan 1 (satu) unit alat penumbuk yang di dalamnya
dilengkapi dengan 1 (satu) unit transmitter.
(d) Kegunaan transmitter adalah untuk mengirimkan signal pada receiver yang
diletakkan di permukaan tanah, sehingga operator dapat mengetahui arah
tumbukan (menyimpang atau tidak).
(3) Urutan Kerja (Lihat Gambar)
(a) Pemasangan peralatan
(b) Penempatkan peralatan penumbuk
(c) Proses mendorong
(d) Pemasangan pipa
(e) Pengambilan peralatan penumbuk pada arrival
(f) Selesai
135
Gambar 5.20. Urutan kerja pengeboran dengan ACE MOLE MODEL 301
2. Terowongan Bersama
Terowongan kabel sampai saat ini, digunakan sebagai sarana bawah tanah
untuk melakukan jaringan kabel melintasi suatu jalan raya. Pada saat kota-
kota besar khususnya kota Jakarta terowongan kabel dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat mengakomodasikan bukan saja jaringan kabel PT. TELKOM
tetapi juga jaringan bawah tanah milik instansi lain seperti PLN, PAM, gas dan
lain-lain. Ada gagasan, agar terowongan tersebut tidak digunakan untuk
crossing jalan, tetapi juga dibangun untuk sarana kabel dan utilitas lain
sepanjang jalan. Gagasan tersebut timbul mengingat adanya hal-hal sbb :
a) PT. TELKOM. PLN, PAM, GAS harus menggali tanah di pinggir jalan untuk
menanam kabel/membangun system duct dan pipa bagi distribusi kepada
para langganan;
b) Belum adanya koordinasi terpadu diantara instansi pemilik jaringan bawah
tanah dalam hal :
Waktu pelaksanaan
Dropping anggaran
Akibat hal tersebut di atas, penggalian tanah sepanjang jalan akan terus-
menerus dilakukan, sehingga mengurangi keindahan kota dan kelancaran lalu
lintas. Bentuk terowongan tersebut, pernah diusulkan oleh PT. TELKOM pada
panel diskusi dalam seminar Telekomunikasi di APRJ tahun 1990 sebagai
berikut :
136
Gambar 5.21. Rencanga Terowongan bersama
Keuntungan :
a. Terjalinnya koordinasi Instansi pemilik jaringan bawah tanah;
b. Rapi, tertib dan bersih sepanjang jalan;
c. Pemeliharaan lebih mudah
d. Kerusakan/gangguan akibat pekerjaan pihak ke-tiga dapat dihindarkan;
e. Dapat saling memberi informasi, bila terlihat kerusakan pada masing-
masing jaringan;
f. Baik dilaksanakan untuk kota-kota yang baru berkembang.
Kerugian :
a. Koordinasi pada saat awal pemakaian;
b. Biaya pembangunan sangat tionggi;
c. Desain bangunan harus benar-benar kedap air. Kuat, aman dan mudah
pemeliharaannya. Komitmen para instansi untuk menggunakan dan
membayar sewanya;
d. Kebocoran pipa gas yang sangat membahayakan petugas;
e. Desain bangunan disesuaikan dengan kapasitas utilitas dan manusia harus
dapat bergerak bebas, maka kemungkinan dijadikan tempat bagi para
gelandangan sulit dihindarkan;
f. Sulit dilaksanakan pada kota-kota yang jaringan bawah tanahnya telah lama
ada.
137
Hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam mendesain manhole adalah
sebagai berikut :
a) Tipe dan ukuran dari kabel yang hendak dipasang dalam manhole;
b) Radius lengkungan dari kabel yang akan dipasang;
c) System penyambungan yang akan dipasang;
d) Jalan masuk dan ruangan yang cukup bagi petugas yang bekerja berikut
peralatannya.
Ketentuan Umum Pembuatan Manhole
a) Dalam pemasangan manhole sedapat mungkin letaknya diluruskan
dengan atau sejajar dengan garis lurus dari pada bangunan gedung yang
ada didekatnya;
b) Jarak minimum antara penyangga kabel yang teratas dengan atap
manhole ± 35 cm;
c) Radius tikungan dari kabel plastic dengan penampang luar 90 mm,
minimum harus 75 cm (20 x penampang luar kabel);
d) Kedalaman manhole adalah 55 cm dari pada pipa duct yang terbawah;
e) Jarak dari lantai manhole sampai penyangga terbawah adalah 40 cm;
f) Jarak vertikal antara penyangga kabel adalah 22,5 cm sampai 25 cm;
g) Jarak masing-masing penyangga secara horizontal 1 meter;
h) Panjang nominal dari sambingan kabel antara 1 meter, tetapi tidak boleh
kurang dari 0,75 meter;
i) Ruangan harus yang cukup untuk bekerja agar bila menempatkan lebih
dari satu kabel padapenyangga dapat diatur sambungan kabel secara
berurutan (antar penyangga satu sambungan kabel);
j) Panjang penyangga tergantung pada jumlah dan ukuran kabel yang akan
ditempatkan;
k) Tutup manhole pada waktu dipasang harus rata dengan permukaan tanah
dan jalan;
l) Dinding, lantai dan atap manhole terbuat dari beton bertulang dengan
tebal minimum 15 cm;
m) Penulangan tersebut harus memenuhi persyaratan beton bertulang yaitu
160 kg M3;
n) Campuran beton yang disyaratkan adalah sebagai berikut :
Untuk dinding dan atap dengan perbandingan
Semen = 1
Pasir = 1,5
Batu pecahan = 2,5
Untuk lantai manhole dengan perbandingan
Semen = 1
Pasir = 1,5
Batu pecahan = 5
o) Pipa PVC sebaiknya ditutup dengan tutup pipa untuk mencegah
masuknya air dan gas beracun.
Type/Bentuk manhole
1) Desain dasar dari manhole yang akan diterapkan adalah manhole yang
berbentuk
138
Gambar 5.22. Bentuk bentuk manhole
139
Gambar 5.25 Manhole type H I C / 4 (8 duct)
140
Gambar 5.28. Manhole type H IV C / 7 (58 duct)
2) Manhole dengan pipa duct dipisahkan
Manhole ini biasanya persegi panjang dengan pemasukan pipa duct
dipisahkan dan tidak dilengkapi dengan lobang penarikan kabel pada ke dua
ujungnya. Keuntungan yang didapat adalah :
Dapat memperpendek panjang manhole;
Penempatan kabel pada penyangga lebih mudah lebih sederhana;
Penarikan kabel lebih sederhana karena lebih dekat pada posisi kabel
yang akan ditempatkan;
Terutama bagi kabel yang besar, dapat lebih mudah diatur pada posisi
dimana kabel akan ditempatkan, karena lengkung dari kabel tersebut tidak
begitu membesar;
Kemungkinan pipa PVC merusak selubung kabel pada mulut duct sangat
kecil
141
Gambar 5.31 : Manhole Type H II S / 6 (24 Duct)
142
Gambar 5. 33 Manhole Type H III S / 7 (56 Duct)
Penyaluran air
1) Untuk mendapatkan kondisi yang kering di dalam manhole, perlu
disediakan sarana untuk menyalurkan air dari manhole. Jumlah saluran air
dari manhole dan metode apa yang akan dipakai tergantung dari beberapa
faktor, seeprti tipe lapangan (rata, turun, naik), jumlah pipa yang dipasang,
jenis dan kepentingan kabel pada route duct tersebut serta jenis tanah
yang dilalui.
2) Sebagai pegangan diberikan ketentuan-ketentuan mengenai penyaluran air
dari manhole sebagai berikut :
a) Semua manhole harus dikeringkan dari air dimana keadaan
memungkinkan dengan pengertian bahwa manhole di mana terdapat
kabel-kabel penting yang harus diprioritaskan;
b) Apabila mengeringkan semua manhole tidak mungkin, maka perlu
diusahakan pengeringan tipe manhole sebagai berikut :
Manhole-manhole pada route duct yang mempunyai 4 pipa atau
lebih;
Manhole untuk Rumah Kabel (RK);
Manhole yang terdapat loading coil dan Repeater;
Manhole yang digunakan untuk pengomsetan;
Manhole yang berada di bawah tempat yang becek;
Manhole di muka STO yang di dalamnya terdapat kabelkabel yang
akan masukSTO.
Macam-macam system penyaluran air pada manhole :
1) Untuk tanah kering (jauh dari sumber air)
143
Gambar 5. :34 Sistem penyaluran air pada manhole untuk tanah kering
144
Pra Pabrikasi Manhole (Prefabricated Concrete Manhole)
Dalam system duct, salah satu komponen/bagian penting adalah Manhole. Di
Indonesia pembuatan Manhole masih menggunakan pola dibuat di tempat,
artinya Manhole dibangun pada jarak tertentu dalam route duct di lapangan.
Permasalahan / kendala yang timbul, antara lain :
a) Bila kondisi tanah banyak mengandung air, proses pengecoran akan
mengalami kesulitan, karena air yang menggenang harus di pompa keluar;
b) Selama proses pembuatan bekesting, pembesian dan pengecoran lubang
tetap terbuka sehingga sering mengganggu kelancaran lalu lintas;
c) Kualitas Manhole, sering kali tidak kedap air karena pengecoran dilakukan
tidak dalam kondisi kering.
Mengingat penyelesaian proyek pembangunan jarkab berdasarkan target
oriented, dimana waktu pelaksanaan pekerjaan sangat berperan, maka
kendala di atas akan sangat besar pengaruhnya. Oleh karena itu, upaya
mencari suatu metode lain yang lebih baik guna menghindarkan kendala
tersebut di atas perlu diadakan.
Salah satu metoda yang telah digunakan di Negara lain adalah membuat
Manhole tidak di
lapangan melainkan di pabrik. Metoda ini disebut sebagai prefabricated
concrete manholes (Pra Pabrikasi Manhole).
Keuntungan dari metode ini :
a) Lebih ekonomis;
b) Pemasangan lebih cepat;
c) Tidak terlalu lama mengganggu ketertiban lalulintas;
d) Uji terima terhadap Manhole dapat lebih cermat;
e) Pengecoran dapat dilakukan lebih berhati-hati karena dibuat di pabrik;
f) Untuk kapasitas besar, dapat dicetak/dibuat persegmen. Satu Manhole
dibagi 3 segmen yaitu pinggir/sisi duct masuk, tengah dan pinggir/sisi duct
keluar.
Kerugian :
a) Untuk kapasitas sedang/besar memerlukan alat angkut (semi trailer) dan
crane untuk mengangkut dan menurunkan Manhole di lokasi;
b) Pada jalan-jalan ukuran kecil, lalu-lintas dapat terganggu pada saat
menurunkan Manhole dan trailer ke lubang galian;
c) Tidak dapat menyesuaikan dengan kondisi lubang galian, bila terdapat
batu-batuan, pipa PAM/gas, saluran air dan halangan lainnya.
d) Untuk jenis Manhole ini, diperlukan dasar galian yang betul-betul rata,
padat dan bebas halangan;
e) Sambungan antara pipa duct dengan Manhole harus benar benar rapat
dan kedap air. Kondisi ini sangat sulit terutama bila pada lubang galian
banyak terdapat air;
f) Untuk Manhole kapasitas besar, pemasangan dan penyambungan antar
segmen dilakukan di tempat. Dalam melakukan pekerjaan tersebut
diperlukan dasar lubang yang padat dan rata, serta kecermatan dalam
menyambung segmen-segmen manhole.
Lama Instalasi
Dengan mengambil contoh di Negara Australia serta asumsi bahwa hambatan
tidak ada.
145
1) Pekerjaan yang dilakukan meliputi :
a) Menggali lubang untuk Manhole;
b) Memasang Manhole berikut menyambung pipa duct ke Manhole;
c) Menimbun dan pengerasan tanah;
d) Pembesihan lapangan;
e) Waktu tidak efektif (transportasi dll)
146
Keterangan :
1) Ukuran Manhole :
a) 2600 mm x 1240 mm x 1490 mm [(panjang) x (lebar) x (tinggi luar)]
b) 2460 mm x 1100 mm x 1325 mm [(panjang) x (lebar) x (tinggi dalam)] ;
Ukuran Handhole :
Handhole tersebut dapat dibuat terlebih dahulu (prefabricated) atau dapat juga
dibuat di tempat kerja / di lokasi dengan ukuran sebagai berikut :
Panjang = 0,6 m
Lebar = 0,4 m
Dalam = 0,4 m
Handhole yang dimaksud dibuat dari beton dengan perbandingan campuran
cor beton sebagai berikut :
Semen : Pasir : Kerikil diameter ± 2 cm = 1 : 3 : 5
147
Setelah dilakukan penggalian tanah, pekerjaan pembuatan manhole /
handhole dapat dimulaisesuai dengan rencana gambar desain.
Pada bagian dasar dari manhole/handhole harus terdapat lapisan pasir
setebal 10 cm dan pada permukaannya diberik lantai kerja dengan campuran
1 pc : 3 ps : 5 kr dengan tebal 5 cm. Pelaksanaan pekerjaan selanjutnya dapat
dilakukan minimal 2 hari setelah lantai kerja selesai. Hal ini untuk menunggu
agar lantai kerja mengeras terlebih dahulu;
Pekerjaan pemasangan besi tulangan dilakukan dengan memasang besi
tulangan sebanyak dan sesuai rencana. Selanjutnya dilaksanakan
pemasangan bekesting cetakan/forming. Konstruksi bekesting terbuat dari
triplek dan kayu serta harus cukup kuat untuk menahan adukan beton muda;
Selanjutnya dilaksanakan pekerjaan pengecoran. Hal ini dapat
dilaksanakan setelah keadaan lantai kerja, bekesting, bahan material (semen,
pasir dan kerikil), ukuran-ukuran dimensi manhole telah memenuhi spesifikasi
yang ditentukan.
Selama 24 jam setelah pengecoran, manhole harus bebas dari gangguan
air (jika terdapat air di dalam manhole harus dipompa keluar dengan
menggunakan pompa air). Adukan beton muda yang tidak tertutup harus
dibasahi permukaannya paling sedikit 24 jam;
Bekesting baru boleh dibuka setelah 21 (dua puluh satu) hari sesudah
pengecoran adukan beton selesai;
Dalam pembongkaran cetakan/bekesting, harus dicegah terjadinya
kerusakan pada permukaan beton dan konstruksi manhole.
Permukaan beton yang tidak rata harus secepatnya diperbaiki agar tercapai
satu kesatuan (monolit) dengan beton muda (cor-coran) sebelumnya.
Permukaan dalam manhole/handole harus rata dan kuat, diplester dengan
ukuran 1 pc : 2 ps.
Pembuatan tutup lubang manhole/handhole ukurannya harus tetap
(standar) agar sesuai dengan ukuran dalam lubang. Lubang manhole harus
mencapai bidang permukaan tanah/jalan/trotoar. Pengurugan tanah dapat
dilaksanakan setelah beton berumur 12 hari. Pengurugan tanah dilakukan
dengan cara lapis demi lapis dan dipadatkan secara merata.
148
Kabel yang akan dipasang sepanjang itu memungkinkan, kabel-kabel
kapasitas besar harus dimintai dengan kepanjangan tertentu sesuai dengan
panjang duct antara manhole (seksi). Biasanya ditambah 3 meter untuk
sambungan. Tujuannya untuk mengurangi pemakaian kabel yang tidak
berguna, selain itu juga dalam penyimpanan di dalam gudang dapat mudah
diambil. Untuk jelasnya lihat daftar alokasi haspel kabel.
149
Gambar 5.42. Penarikan kabel pada manhole dengan lubang pemasuk
2) Bila tidak digunakan pipa plastik maka dipergunakan alat bantu penarik lain
seperti terlihat pada gambar berikut :
Rodding duct
Rodding duct dilakukan untuk pemasangan tali pemancing pada duct. Cara
pelaksanaannya ada beberapa macam :
Dengan Peniupan Parasut
a) Tali pemancing diikatkan pada parasut di dalam pipa duct
b) Parasut dihembus dengan compressor udara hingga terdorong sampai
pada ujung duct pada manhole berikut
Dengan penghisapan
150
a) Tali nylon diletakkan di tempat manhole yang lebih tinggi dan mesin
pengisap (reductor) pada manhole yang lebih rendah.
b) Kemudian mesin dihidupkan serta jangan sampai bocor dan asap mesin
jangan sampai masuk ke manhole.
c) Ujung tali dimasukkan ke dalam pipa yang dihisap dan ujung satunya
disambungkan dengan tali/kawat penarik
Dengan stick
Apabila mesin tidak berhasil menyedot tali nylon, maka kita rodding duct
mempergunakan tongkat/stick dari PVC
a) Tempatkan sejumlah stick di manhole M1 sehingga cukup untuk jarak route
duct sampai dengan manhole M2
b) Secara berurutan menyambung stick sampai stick yang terakhir disertai
mendorong serta memutar stick ke arah putaran ke kanan.
c) Setelah stick terakhir tersambung dan ternyata stick yang pertama
mencapai manhole M2, maka pekerjaan selanjutnya mengikatkan tali penarik
di manhole M1 pada stick terakhir tersebut.
d) Kemudian di manhole M2 stick yang pertama ditarik sambil diputar dan
dilepas secara berurutan, begitu pula stick berikutnya dilepas.
e) Akhirnya seluruh stick tersebut ditumpuk kembali di manhole M2, dengan
demikian tambang penarik akan terpasang di dalam pipa yang di rodding.
Untuk jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut ini
151
membersihkan kotoran di dalam pipa duct yang dilaluinya dari bekas
pemasangan pipa duct tersebut;
Mandril
Mandril terbuat dari logam, dengan diameter sedikit lebih kecil dari diameter
pipa duct (10 cm) dan panjangnya ± 87,5 cm. Fungsinya untuk mengetes
keadaan pipa duct apakah dalam keadaan baik atau tidak, kemungkinan
dalam pemasangan pipa duct ada pipa yang terjepit.
1) Ujung akhir tali penarik di manhole M1 secara berurutan disambung dengan
sikat pembersih kemudian mandril, serta pada ujung mandril satunya
disambung lagi dengan tali penarik, sehingga di dalam pipa tetap masih ada
tali penarik.
2) Kemudian ujung tali penarik di manhole M2 ditarik sedemikian rupa
sehingga akhirnya sikat pembersih dan madril tadi dapat keluar dari pipa. Bila
mandril dapat berhasil dan kotoran dapat keluar berarti pekerjaan cleaning
dan checking berhasil dan selesai.
3) Agar dapat bersih dengan sempurna, sikat pembersih dan mandril dapat
dipasang kembali, tetapi arahnya dibalik yaitu dari manhole M2 kembali ke
manhole M1. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar berikut ini
Penarikan dan
Meletakkan Kabel Duct
Penarikan kabel duct;
1) Kawat penarik yang terpasang di dalam pipa duct diganti dengan tali
penarik kabel, yang biasanya terbuat dari kawat serabut dari baja yang terdiri
dari berbagai ukuran;
Contohnya :
Warriflex 6 x 25 steel uk diameter 0,5 inchi, kekuatan kerja dapat menarik ±
2,6 sampai 3 ton tanpa putus.
2) Pada ujung kabel dipasang kabel grip sebagai pemegang kabel, sehingga
kabel tidak akan mengalami kerusakan. Kabel grip ini terbuat dari rajut baja
yang berbagai macam ukurannya tergantung juga pada besar kecilnya kabel.
Pada umumnya kabel yang mempunyai diameter lebih besar dari 45 mm,
telah dilengkapi dengan cincin penarik (pulling eye), jadi disini tidak perlu
menggunakan kabel grip.
152
Gambar 5.49. Cable Grip
3) Cable grip disambungkan pada tali penarik kabel yang telah terpasang
pada pipa duct tadi, serta dipasang alat swivel atau anti pulir;
4) Tenaga Penarik;
Tenaga penarik di ujung manhole yang lain tergantung dari jarak route duct,
kapasitas kabel yang dipasang di mana dapat berupa.
a) Tenaga manusia seluruhnya;Ukuran kapasitas kabel kecil, jarak manhole
pendek.
b) Tenaga manusia dan alat bantu mekanik; Tirfor atau tackle untuk kabel
berukuran sedang Peralatan Winch truck
5) Bila penempatan haspel dan penempatan tenaga penarik sudah selesai,
maka penarikan kabel duct dapat dilaksanakan. Perlu diperhatikan untuk
mempermudah jalannya kabel di dalam pipa duct di manhole harus ada
petugas yang selalu mengawasi jalannya kabel dan memberi pelumas
(misalnya : gemuk) pada kabelnya untuk membantu lancarnya kabel.
6) Pergunakan alat walky-talky untuk hubungan dari manhole satu ke manhole
kedua, jadi bila terjadi kemacetan pada haspel bisa diberitahukan dengan
cepat supaya menghentikan penarikan
7) Pekerjaan penarikan kabel duct harus dilaksanakan dengan hati-hati untuk
mencegah rusaknya alat ataupun terjadi kecelakaan terhadap pekerjaan atau
masyarakat lain.
Meletakkan kabel duct di manhole
Kabel-kabel duct yang baru dipasang di dalam pipa duct sebaiknya dibiarkan
dahulu minimal satu hari setelah penarikan. Untuk mencegah posisi kabel
berubah karena pengaruh kemungkinan mengerutnya kabel, akibat dari
pekerjaan penyambungan dan terminasi. Meletakkan kabel duct di dalam
manhole sebaiknya di sebelah kanan atau kiri dari arah route duct di dinding
manhole, sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu waktu pekerjaan
penarikan/pencabutan kabel lewat manhole tersebut. Sekalipun kabel duct
hanya melalui manhole tanpa ada sambungan kabel posisinya tetap seperti
tersebut di atas.
Catatan :
Lubang-lubang pipa duct di dalam manhole yang belum dipasang kabel
duct/masih kosong harus ditutup dengan stopper.
153
Duct block
Masalah yang sering ditemui pada sistem duct kabel duct tidak dapat ditarik
karena “duck block” (pipa PVC tersumbat).
Duct block dapat terjadi karena :
1) Pipa PVC pecah/patah pada saat pengecoran
2) Penyambungan pipa tidak sesuai spesifikasi instalasi yang benar;
a) Kualitas pipa tidak sesuai dengan spesifikasi material;
b) Semen/batu bekas pengecoran masuk ke dalam pipa, sehingga
menyumbat pipa;
c) Pengecoran dilakukan dengan cara menuang campuran beton sekaligus
pada pipa PVC;
d) Campuran neton tidak sesuai dengan komposisi yang ditentukan dalam
spesifikasi (1 : 3 : 5), mengakibatkan duct beton tidak efektif berfungsi sebagai
pelindung pipa PVC pada saat mengalami beban berat (misalnya truk dengan
tonnase besar bergenti lama di atas rute duct);
e) Pipa duct tersumbat oleh tanah/Lumpur akibat pada ujung pipa duct di
Manhole tidak dipasang stopper (penutup ujung pipa duct yang belum dipakai)
Salah satu cara untuk meniadakan duct block, terutama bila tersumbat oleh
bekas semen cor-coran, tanah dan lumpur adalah dengan menggunakan
perangkat “water jet”.
Untuk mengetahui penyebab “duct block” secara lebih jelas dapat dilakukan
dengan system pemotretan yang dilakukan dalam pipa yang tersumbat
tersebut dengan menggunakan peralatan “Camera Head Proyector”
Water Jet :
Peralatan terdiri dari :
1) Selang air tekanan tinggi
a) Diameter luar mm x 29 mm
b) Diameter dalam 8 mm
c) Panjang 180 mm, berat 500 gr/m radius lengkung minimum 0,5 m
d) Ketahanan terhadap tekanan (pada saat tes) = 350 kh/cm2 selama 5 (lima)
menit
2) Gulung (HASPEL)
Ketentuan Standar
a) Diameter luar = 1,5 m dan ketebalan = 0,7 m
b) Tinggi keseluruhan – 1,7 m
c) Berat keseluruhan (pada saat selang digulung penuh) = 150 kg
3) Nozzle mounting metal fittings : Untuk bantalan Nozzle
4) Anti Pulir (swivel) Untuk bantalan penghubung antara selang dengan unit
pompa tekanan tinggi
5) Pita pengaman Untuk menjaga agar gulungan (HASPEL) tidak bergeser
6) Nozzle
a) Backward jet type 0,8 mm x 1 holes
b) Forward jet type 0,8 mm x 1 holes
7) Pompa tekanan (Peralatan Tambahan)
Engine type dengan tekanan maks. 170 kgf/cm2 kecepatan mengalirkan air =
16 ltr/menit
154
Gambar 5.51. Reel / gulungan
Langkah penggunaan
1) Persiapan ;
a) Menentukan jarak bekerja dan tempat untuk menempatkan fasilitas
keamanan;
b) Membuka tutup Manhole;
c) Pasang gasa detector;
d) Keringkan Manhole (bila berair);
e) Siapkan peralatan yang Persiapan Membersihkan pipa duct bagian dalam
155
(4) pastikan backward jet nozzle mencapai Manhole lawan;
(5) Tarik kembali selang air dengan kecepatan 3 m/menit;
(6) Matikan compressor pada saat backward nozzle mencapai manhole lawan
b) Metode Fordward Jet Nozzle; Metode ini digunakan pada pipa duct yang
tersumbat (baik oleh kotoran berupa tanah, Lumpur maupun bekas cor-coran).
Pekerjaan permbersihan dimulai dari Manhole yang mempunyai level tinggi ke
Manhole dengan level yang lebih rendah). Adapun cara-cara pembersihannya
adalah sebagai berikut :
(1) Masukkan fordward jet nozzle pada pipa duct;
(2) Dorong forward jet nozzle secara perlahan-lahan dengan kecepatan
optimal;
(3) Ketika fordward jet nozzle mencapai tempat yang diset pada posisi
pressrurized;
(4) Hilangkan kotoran-kotoran yang meyumbat;
(5) Tarik kembali selang air dan matikan compressor segera;
(6) Ganti forward jet Nozzle dengan backward jet nozzle;
(7) Lakukan langkah pembersihan pada “metode backward jet nozzle
156
Gambar 5.54. Metode Forward Jet Nozzle
Cara kerjanya :
a) Masukkan kabel terusan (pass through cable) ke dalam pipa duct dimana
hal ini dapat dilakukan seperti melakukan “rodding”;
b) Pasang alat pembersih pada kabel terusan (ujung kanan dan kiri pembersih
dihubungkan dengan kabel terusan);
157
ada pipa yang pecah atau retak. Hal ini tersebut dapat terjadi karena air yang
disemprotkan ke dalam pipa duct tidak seluruhnya sampai ke Manhole lawan.
Terutama bila beton pelindung duct tidak dalam kondisi baik maka pancaran
air bias terlihat di permukaan tanah.
158
Tabel 5.5. Spesifikasi peralatan
159
Gambar 5.57. Peralatan Camera Head
160
Gambar 5.60. Pemeriksaan fungsi stopper
6) Hubungkan cord ke camera control unit (ccu) dan ke submonitor. Jadi cord
tersebut menghubungkan ccu dan submonitor.
161
Gambar 5.64. Pemasangan cord pada sub monitor
8) Masukkan camera pada pipa duct, dorong sampai mendekati duct block
(sumbatan pada pipa PVC);
9) Kondisi dalam pipa yang dimonitori camera head akan ditampilkan di layer
monitor. Kondisi ini juga akan terekam pada video atau paper print out.
Dengan menggunakan peralatan ini, maka dapat diketahui juga jenis kotoran
yang menyumbat pipa duct dan jarak duct block ke ujung pipa tempat
memasukkan camera serta kondisi pipa. Dengan diketahuinya jenis kotoran
yang menyebabkan duct block maka dapat ditentukan bagaimana cara
membersihkan kotoran tersebut.
162
Kipas ventilasi sebaiknya dihidupkan setelah pipa ventilasi dimasukkan ke
dalam manhole
Selama pekerjaan berlangsung, proses ventilasi harus terus dilakukan
Kipas penghembus udara dari kipas harus ditempatkan di udara segar. Hal
ini harus diperhatikan agar jangan sampai asap mobil atau udara kotor dari
generator masuk kedalam manhole
Bagian ujung pipa ventilasi harus tetap berada 30 cm dari dalam manhole
Proses ventilasi harus dilakukan minimal 5 kali volume bagian dalam
manhole. Setelah itu lakukan pemeriksaan gas dan pekerja boleh masuk
kedalam manhole
Pemeriksaan Udara
Setelah proses ventilasi selesai, periksa 4 macam gas yaitu oksigen, gas yang
mudah terbajar (metan), karbon monoksida dan hydrogen sulfida dengan
menggunakan gas detector. Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan
pengukuran adalah :
Setelah proses ventilasi selesai, kadar ke empat gas diukur dan hasilnya
dicatat. Pengukuran diulangi lagi beberapa kali dengan interval yang teratur
Pengukuran harus dilakukan dibeberapa titik yang berbeda, baik secara
vertikal maupun horizontal
Jenis gas dan ambang batas yang diijinkan
163
Metan < 1.5 Mudah terbakar
Gas-gas yang mudah terbakar < 30 dari batas ledak Mudah terbakar
Oksigen > 18 Menyesakan, kurang O2
H2S < 0.001 (10 ppm) Beracun
21%
18 %
?
?
16 % 12 % 10 % 8 % 6 %
Kondisi udara
Oksigen > 18% tidak
164
Oksigen > 18% tidak
Persiapan *1
4. Rangkuman :
1. Kabel duct adalah semua jenis kabel yang konstruksinya dirancang
khusus untuk dipasang di bawah permukaan tanah dan pemasangannya
harus diletakkan dalam pipa-pipa di bawah permukaan tanah (sesuai
STEL-K-008 dan STELK-009).
2. Sistem duct adalah system pemasangan kabel tanah dengan
dimasukkan ke dalam pipa yang dicor beton. Duct yang dicor beton pada
umumnya memakai pipa PVC tebal 2 mm, tetapi dapat juga dipergunakan
pipa yang lebih tebal, apabila dikehendaki dan diperlukan. Akan tetapi
perlu adanya perubahan pada ukuran dari penyekat, karena penampang
dari pipa yang lebih tebal dindingnya akan lebih besar Pipa PVC tebal 2
mm sangat cocok untuk duct beton dan cara ini menguntungkan apabila
route duct tersebut lebih dari dua pipa.
3. Campuran beton untuk pengecoran duct harus memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh dengan keterangan bahwa beton tersebut mempunyai
kekuatan yang cukup untuk menahan/memikul beban yang ditentukan.
Campuran beton ditentukan dengan perbandingan sebagai berikut =
Semen : Pasir : Batu pecahan = 1 : 3 : 5.
4. Sebuah manhole adalah konstruksi bangunan di bawah tanah yang
dipergunakan untuk menempatkan peralatan jaringan kabel dan
memberikan jalan serta ruangan kepada petugas untuk melaksanakan
pemasangan dan pemeliharaan dari peralatan tersebut. Handhole adalah
ruangan bawah tanah berukuran kecil yang berfungsi untuk :
a) Tempat sambungan kabel sekunder;
b) Tempat Distribusi Point bawah tanah;
c) Tempat sambungan pembagi bawah tanah;
165
d) Memudahkan pemasangan kabel ke Rumah Kabel (RK)
166
C. Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Jelaskan yang dimaksud dengan kabel duct dan system duct !
2. Sebutkan dan jelaskan campuran beton untuk pengecoran duct!
3. Jelaskan yang dimaksud dengan manhole dan handhole!
4. Jelaskan urutan pekerjaan penarikan kabel duct!
5. Jelaskandan sebutkan usaha preventife mencegah kecelakaan kerja!
167
BAB 5 TEKNIK PENYAMBUNGAN KABEL TEMBAGA
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti menyelesaikan materi teknik penyambungan kabel
tembaga ini, peserta diharapkan dapat;
1. Mengetahui material yang digunakan dalam penyambungan kabel
tembaga dengan benar
2. Mengetahui peralatan yang digunakan dalam penyambungan kabel
tembaga dengan benar
3. Mengetahui fungsi dari masing-masing material dalam penyambungan
dengan benar
4. Mengetahui fungsi dari masing-masing alat yang digunakan dalam
penyambungan dengan benar
B. Materi Pembelajaran
1. Umum
a) Mutu dari hasil pembangunan jaringan kabel dapat tercermin antara lain
melalui lamanya umur operasi jaringan label tersebut. Salah satu faktor
yang menunjang umur operasi jaringan kabel adalah mutu dari
sambungan kabel. Semakin baik mutu sambungan kabel akan dapat
menjamin umur operasi jaringan kabel, sebaliknya mutu hasil sambungan
yang jelek akan mempercepat timbulnya gangguan pada titik sambung
kabel yang pada akhirnya akan mengganggu kestabilan operasi dari
jaringan kabel tersebut.
Definisi
a) Penyambungan KabelAdalah proses penyambungan ujung ekor kabel
dengan ujung kepala kabel menggunakan Sarana Sambung Kabel (SSK)
sehingga mutu elektris dan mekanis kabel pulih kembali seperti kabel
tanpa sambungan.
168
b) Sarana Sambung Kabel (SSK)Adalah sarana pembungkus sambungan
kabel beserta segenap komponennya yang memenuhi spesifikasi teknis
PT. TELKOM Yaitu STEL – L – 001 / R2A atau STEL – 1 – 001 / R2B.
169
Penyambungannya mempergunakan alat khusus yang disebut AMP Crimping
Tool
4. 3 M Connector
Penyambungannya mempergunakan alat khusus yang disebut 3 M Crimping
Tool, tapi bila alat ini tidak ada bisa menggunakan kombinasi tang.
5. PSI Connector (Modul connector)
Penyambungannya mempergunakan alat khusus yang disebut Hand Press
Tool atau Modul Connector Crimping Tool.
c) Penutup sambungan
Adalah pelindung mekanik (selongsong) yang berfungsi untuk mengembalikan
kekuatan fisik sambungan (pelindung mekanik). Misalnya :
Mof UC 3 – 5, UC 4 – 6 dan UC 6 – 9
Selongsong P S I
Selongsong Xaga & rel penjepit
Kanester atau tabung aluminium
End Cap (penutup ujung)
170
…… dst
171
(strain relief)
o 16 segmen
o 8 segmen
Hard paper
Silica gel (zat desikan)
Tissu kabel
RVC tape
Ampelas
Connector
172
Gambar 6.2. Material SSK UC 6-9
173
a) Bahan / Material SSK type P S I
Selongsong PSI
End plate
Washer / Ring Sekat
Grounding clamp
Grounding wire
Cable tie
Sealling tapr
Sealling cord
PVC tape
Benang katun
Connector
2. XAGA 1000
Sarana Sambung Kabel ( SSK ) panas kerut untuk kabel dengan tekanan gas.
174
b) Arti Nomor Kode
Type SSK ini mempunyai kode yang mudah dikemal ukuran-ukurannya sesuai
kabel yang akan disambung
.
Tabel 6.3. Contoh : Xaga 550 – 75 / 15 – 500
Kode Arti Kode
550 : Type xaga pengeluaran tahun 1994
75 : Maksimum diameter dari sambungan urat kabel setelah dibalut (mm)
15 : Minimum diameter luar PE bagian dalam dari kabel (mm)
500 : Ukuran panjang maksimum bagian dalam katup (shell) yang digunakan
(mm)
175
d) Bahan/material SSK XAGA
Type XAGA 550
Selongsong Xaga
Tabung aluminium/kanister
Kenal/rel penjepit
Continuity wire dengan 2 (dua) klip penjepit
Klip pencabang
Lembar aluminium foil untuk kabel
Pita aluminium foil untuk
kanister
Tie Wrap
Silika gel/zat desicant
Isolasi tape
Pita katun
Pita ampelas
Tissue kabel
Connector
176
Klip pencabang
Lembar aluminium foil untuk kabel
Pita aluminium foil untuk
kanister
Tie Wrap
Silika gel/zat desicant
Isolasi tape
Valve/Pentil
Pita katun
Pita ampelas
Tissue kabel
Connector
177
3. Peralatan Sambung Kabel
Peralatan yang akan dibahas dalam hal ini adalah peralatan yang bersifat
khusus saja, sedangkan peralatan yang sifatnya umum tidak akan diuraikan
secara detail.
178
Gambar 6.7. Pembelah kulit dalam kabel (Mantel Sneilder)
179
Gambar 6.12. Crimping Tool UY Connector
180
Gambar 6.16. Tahap tahap penyambungan
5) Persiapan kabel
Ukur kontinuitas dan tahanan isolasi kedua bagian kabel yang akan
disambung untuk meyakinkan kabel tersebut baik.
181
2) Dilaksanakan diatas tiang, setelah kabel terpasang pada tiang. Posisi
sambungan harus dekat dengan tiang dan krdua kawat penggantung ( bearer
) kabel ditambatkan pada tiang melalui span wartel.
Perlu diperhatikan pengamanan pekerja, baik yang diatas tiang maupun yang
di bawah tiang seperti pemasangan safety belt, pengikatan tangga,
penggunaan alat penyambungan, rambu-rambu lalu lintas yang jelas dan
sebagainya.
Panjang = ( 20 D + 100 ) cm
Lebar = ( 20 D + 100 ) cm
Kedalaman = ( t + 30 ) cm
182
2) Siapkan cadangan ujung kabel atau slack kabel masing-masing ujung kabel
panjangnya minimal = 60 D +100 cm.
3) Pasang tenda
183
6.4.4. Penyambungan urat kabel
Dilakukan pengelompokan per unit atau per quad dengan memilih unit/quad
kabel yang akan disambung, kemudian dipotong sepanjang 10 cm dan urat
kabel disambung dengan konektor. Bundel sambungan ditekuk sejajar dengan
kabel asal dan diikat dengan pita pelilit unit tersebut.
184
c) Sambungan Kabel Udara dengan KTTL
Ikat sambungan kabel dengan pita isolasi / pita pengikat pada tiang minimal
pada 2 ( dua ) tempat yang kuat dan rapi.
185
Gambar 6.24. Tahapan Penyambungan
d. Pasang tenda kalau ada untuk menanggulangi panas matahari dan hujan.
e. Membuat / mengatur slack kabel atau spare kabel
f. Pasang pancang atau patok penyangga sambungan pada kedua sisi ujung
kabel.
c) Ukur pada kedua ujung kabel batas kupasan kulit kabel dan beri tanda yaitu
batas tepi mof ditambah 6 cm. ( panjang kupasan kulit luar kabel = A + 6 cm )
186
Gambar 6.25. Panjang kupasan Kulit luar KTTL
d) Balut ujung antara kupasan dengansealling tape ( pita sekat ) satu lapis
dan PVC tape.
e) Kupas kulit dalam kabel serta lapisan aluminium pada jarak 10 cm dari
kupasan ujung kulit luar kabel.
187
Gambar 6.30. Memasang klem arde
c) Ikat ujung kabel pada patok penyangga sambungan hingga posisi kabel
tidak berubah.
d) Sambungkan seluruh urat kabel menggunakan konektor (B wire atau 3M
konektor). Supaya sambungan tidak membesar maka penempatan konektor
perlu dikelompokkan.
e) Bila urat telah disambungkan seluruhnya, kabel diikat dengan isolasi PVC
supaya mempunyai bentuk yang kecil kemudian letakkan zat desicant dan
balut plastic transparan.
f) Pasang / hubungkan kedua ujung continuity wire pada lapisan aluminium.
g) Balut sambungan dengan hard paper serta diikat menggunakan PVC tape
pada ujung dan tengah hard paper
188
Gambar 6.33. Membungkus urat kabel
189
Gambar 6.35. Memasang pita sekat pada kabel
f) Pasang pita logam bergerigi ( strain relief ) pada sisi dalam mof masing-
masing 4 (empat) segmen.
g) Pasang sealling tape satu lapis dan sealing cord pada kedua belah mof
(sealing tape diatas / menutup strain relief).
Gambar 6.36. Memasang pita sekat dan strain relief pada mof UC
h) Pasang mof pada sambungan kabel sehingga pas menjepit seallling tape
pada kulit kabel.
190
Yang dipasang pertama-tama pasang adalah di tangan kemudian
kencangkan tetapi jangan terlalu kencang.
Selanjutnya pasang sabuk pengencang pada kedua ujung mof kencangkan,
juga jangan terlalu kencang.
Kencangi ulang dari tengah kemudian dilanjutkan ke dua ujungnya
Pengencangan dihentikan setelah indicator kekencangan sudah sesuai
dengan alat pengukur khusus.
Balut sabuk pengencang dengan PVC tape
.
191
f) Penyambungan Urat kabel
g) Pemasngan Selongsong penutup UC 6-9
6.2. Persiapan
Penyambungan Untuk penyambungan kabel duct menggunakan SSK UC 6 –
9
a. Persiapan segala peralatan dan material yang akan digunakan
b) Buku tautup manhole dan tunggu sebentar hingga udara O2 dan CO2 (Gas
Detector)
c) Pasang rambu lalulintas / pengaman di sekitar tutup manhole
d) Kalu bisa penyambungan kabel dinaikan ke atas manhole dan pasang
tenda.
e) Gunakan generator untuk penerangan dan tenda dipasang di atas tutup
manhole, bila air tidak masuk kedalam manhole
d) Kupas kulit kabel beserta lapsian aluminium pda tanda tersebut di atas.
192
Gambar 6.41. Membuat belahan pada kulit kabel
b) Lubangilah belahan kulit kabel tadi dengan alat khusus pada jarak = 1,3 cm
dari ujung kulit kabel
b) Ukurlah keliling kabel dengan pita ukur khusus yang tersedia sehingga
diperoleh angka tertentu.
193
Gambar 6.45. Menentukan diameter lubang pengeboran
d) Letakkan sumbu drilling tool (alat pemegang bor pada sosisi yang sesuai
dengan jenis UC yang akan dilubangi.)
e) Pasang End Cap pada alat pengebor (Driling Tool dan kencangkan posisi
End Cap dengan memutrar klem penjepit bagian atas hingga kuat
d) Bersihkan kulit kabel pada bagian yang diberi tanda tadi, kasarkan dengan
ampelas secara melingkar, bersihkan lagi dengan tissue.
194
e) Oleskan perekat/sealing pasta sekeliling kabel pada bagian yang diberi
tanda tadi dari ratakan, tunggu sebentar sampai kering
f) Ambil pita sekat/sealing tape dan tariklah ujungnya hingga menipis dan
membentuk huruf V, kemudian balutkan pada kulit kabel yang telah diberi
sealing pasta tadi sebanyak dua lapis.
g) Pasang End Cap pada bagian kabel yang diberi saling tape dan kuatkan
dengan sabuk pengkait (clamping band Kencangkan sabuk pengikat dengan
tensioning tool).
h) Letakkan skrup pengencang dari sabuk pengikat pada bagian yang datar.
i) Pengencang dihentikan setlah posisi End Cap rapat betul atau cek dengan
gauge yang disediakan. Selanjutnya keraskan sekrup pengencangnya
kemudian seabuk pengikat dibalut dengan PVC tape
195
Gambar 6.51. Memasang Perforated Grounding Strap
e) Balut sambungan kabel dengan plastik transparan dan ikat dengan PVC
tape.
f) Pasangkan kertas keras/hard paper coklat pada sambungan kebel dengan
PVC tape
g) Pasang kembali grounding bar
196
Gambar 6.55. Menutup Sambungan
197
Gambar 6.58. Mengikat Clamping Bar
198
Gambar 6.59. Langkah langkah penyambungan dengan PSI
Pasangkan 2 (duabuah ring sekat pada kedua ujung kulit kabel (5 cm dari
ujung kulit kabel) dan beri jarak selebar sealing tape ( 3/4") pada kedua
ring sekat.
Memasang lapisn pita sekat/Lilitkan sealing tape diantara kedua ring sekat
tesebut sampai ketebalannya mencapai sisi ring sekat (penuh dan dipotong
reta dengan permukaan)
Pasangkan ring bagian dalam pada kabel dengan jarak antara ring sekat
sesuai tabel di atas (5cm dari ujung kulit kabel)
Pasangan ring sekat bagian luar pada kabel sehingga rapat dengan pita
sekat
199
7.4. Pemasangan klem arde
a. Buatlah belahan pada setiap ujung kulit kabel sepanjang 2,5 cm
b) Masukkan klem arde di bawah belahan tadi, kemudian balut dengan PVC
tape.
c) Pasang kabel arde serabut pada baut, lalu dikunci dengan mur dan
kencangkan
g) Pada SSK PSI untuk sambungan cabang, lubang cover/main sleeve yang
tidak digunakan dapat ditutup dengan plugging spool yang dilapisi sealing
tape sebanyak dua kali
200
h) Pemasangan penguat kabel
Pasang sabuk pengikat di atas penguat kabel dan kencangkan sampai
gerigi penguat menjepit kulit kabel
Setelah kencang, balut sabuk dengan isolasi (perforated grounding strap)
sekaligus pasangkan pula pada grounding bar
Pasangkan kabel grounding pada salah satu ujung grounding bar
201
Gambar 6.68. Menutup Sambungan
e) Mengencangkan baut-baut posisi nomor dua dari luar, baru kemudian baut
berikutnya sedikit demi sedikitnya secara menyilang
202
Tahapan penyambungan Kabel Tanah Tanam Langsung berisolasi PE
dengan menggunakan SSK XAGA 55 (RAYCHEM) adalah sebagai berikut :
a) Persiapan penyambungan
b) Pengupasak kulit/selubung kabel
c) Pemasangan klem arde/continuity wire
d) Penyambungan urat kabel
e) Memalut sambungan urat kabel
f) Pemasangan tabung aluminium (metal sheil)
g) Pemasangan selongsong xaga
h) Pemanasan selongsong xaga
203
h) Pengupasan kulit dalam kabel Kupas kulit dalam kabel sekaligus dengan
lapisan aluminiumnya dan sisakan 25 cm dari kupasan ujung kulit luar kabel
c) Sambungkan seluruh urat kabel dan ukur kontinuitas urat kabel yang telah
disambung
204
8.6. Pembalutan Sambungan Urat Kabel
a. Setelah penyambungan uraturatnya selesai, ikat silica gel pada bundel
sambungan dengan isolasi.
b. Sambungkan continuity wire
c) Balutlah sambungan dengan pita katun dua lapis. Continuity wire berada
diantara lapisan pita
kartun
205
a) Bungkus bagian tengah metal shell dengan pita aluminium tanpa perekat
yang berfungsi supaya selongsong Xaga setelah dipanaskan tidak melekat
pada metal shell.
b) Bersihkan masing-masing kulit kabel sepanjang 15 cm dari ujung metal
shell.
c) Kasarkan secara melingkar kulit kabel sepanjang 15 cm dari pita sekat
pada kedua ujung kabel
d) Ukurkan Xaga tepat diatas metal shell dan berilah tanda pada kabel 2,5 cm
dari ujung-ujung selongsong Xaga ( arah dalam selongsong Xaga )
e) Balut pita aluminium 2,5 cm dari tanda pada kabel tadi ke arah luar pada ke
dua sisi kabel Pita aluminium berfungsi untuk menahan panas.
f) Ratakan pita aluinium tadi hingga lengket betul pada kulit kabel dengan
menggunakan tangkai palu atau benda bulat lainnya.
g) Bersihkan kulit kabel antara pita sekat dengan pita aluminium dengan
tissue pembersih.
h) Hangatkan bagian yang dibersihkan tadi dengan api kompor gas elpiji /
minyak tanah.
i) Lepaskan plastic pelindung yang melekat pada bagian dalam selongsong
Xaga
206
Gambar 6.83. Memasang klip pencabang
207
9. Rangkuman
1. Mutu dari hasil pembangunan jaringan kabel dapat tercermin antara lain
melalui lamanya umur operasi jaringan label tersebut. Salah satu factor yang
menunjang umur operasi jaringan kabel adalah mutu dari sambungan kabel.
Semakin baik mutu sambungan kabel akan dapat menjamin umur operasi
jaringan kabel, sebaliknya mutu hasil sambungan yang jelek akan
mempercepat timbulnya gangguan pada titik sambung kabel yang pada
akhirnya akan mengganggu kestabilan operasi dari jaringan kabel tersebut
208
o Isolasi Tape : Sebagai pembalut
o Ampelas : Untuk mengasarkan kulit kabel
C. Evaluasi
Jawablah pertanyaan dibawah ini?
1. Jelaskan secara umum tentang penyambungan kabel tembaga!
2. Jelaskan tenang SSK UC!
3. Sebutkan bahan SSK UC 3-6
4. Jelaskan fungsi masing-masing bahan SSK!
5. Jelaskan urutan pekerjaan penyambungan.
209
BAB 6 TEKNIK INSTALASI TERMINALJARINGAN AKSES
TEMBAGA
A. Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti dan menyelesaikan materi teknik instalasi terminal jaringan
akses tembaga ini, peserta diharapkan dapat;
1. Merumuskan prosedur pemecahan masalah instalasi jaringan akses
tembaga dengan benar
2. Merumuskan prosedur pemecahan masalah terminasi jaringan akses
tembaga dengan benar
3. Merancang instalasi jaringan akses tembaga dengan benar
4. Merancang terminasi jaringan akses tembaga dengan benar
B. Materi Pembelajaran
1. RANGKA PEMBAGI UTAMA (RPU)
1.1. Tujuan
Pedoman ini membahas tata cara instalasi perangkat di ruangan Rangka
Pembagi Utama, seperti : Rangka Pembagi Utama (RPU), perlengkapan
Cable Chamber, Blok Terminal Rangka Pembagi Utama (BTRPU) Jumper
Wire, Tie Cable, Meja Ukur dan Pentanahan, dengan tujuan untuk
memperoleh mutu pekerjaan yang baik dan seragam dalam cara pemasangan
serta peralatan yang digunakan.
1.2. Penggunaan
Buku pedoman ini dipakai sebagai pegangan dan petunjuk dalam
pelaksanaan pekerjaan pemasangan/ instalasi perangkat di ruangan RPU,
baik yang di kerjakan oleh Petugas / Karyawan Operator maupun oleh Mitra
operator telekomunikasi.
1.3. Definisi
1.3.1. Ruangan Rangka Pembagi Utama
adalah suatu ruangan dimana ditempatkan Perangkat -perangkat, seperti
Rangka Pembagi Utama (RPU), Cable Chamber dan perangkat yang
berkaitan dengan jaringan kabel antara lain Sistem Alarm Tekanan Gas
(SATG), Pengganda Saluran dll.
1.3.2. Rangka Pembagi Utama
Rangka Pembagi Utama ialah susunan rangka dari pelat logam yang
digunakan untuk tempat menginstalasi BTRPU, sebagai titik sambung ujung
kabel ke arah Jaringan dan ke arah Sentral.
1.3.3. Cable Chamber
Cable Chamber ialah ruangan yang dibangun di bawah ruangan RPU, yang
merupakan tempat untuk mengatur jalannya kabel dari luar menuju ke Blok
Terminal di RPU.
1.3.4. Block Terminal Rangka Pembagi Utama (BTRPU)
Blok Terminal Rangka Pembagi Utama (BTRPU) ialah suatu terminal yang
berfungsi sebagai titik peralihan yang terdiri dari susunan titik-titik kontak
dimana ujung-ujung urat kabel, baik yang berasala dari jaringan luar maupun
dari arah sentral, diterminasikan. Titik-titik kontak Blok Terminal tersebut
adalah system Tekan Sisip.
1.3.5. Jumper wire
Jumper Wire ialah kawat sambungan yang digunakan sebagai penghubung
antara titik peralihan, baik di RPU maupun di Rumah Kabel.
210
1.3.6. Kabel Penghubung
Kabel Penghubung ialah kabel PVC multi pair yang digunakan sebagai
penghubung antara Rangka Pembagi Utama (RPU) dengan Rangka Pembagi
Antara (RPA) dan antar RPU di suatu lokasi Sentral.
211
Gambar 7.1. Layout Ruangan MDF
212
Gambar 7.2. Rangka Pembagi Utama
213
Horizontal ke RPU di mana urat-uratnya diterminasikan, sedangkan untuk
kabel dengan sistem terminasi tidak langsung, kabel terminasinya dapat
ditarik tegak lurus dari pothead langsung ke RPU untuk diterminasikan.
Lubang masukan kabel harus berada pada sisi lebar dari Cable Chamber.
Setiap kabel diberi label terbuat dari bahan yang kuat dan mudah terbaca
seperti terlihat dalam Gambar 7.3 berikut.
Pemasangan / penambatan kabel pada Rak Kabel dimulai dari sisi kiri
berturut-turut ke arah kanan, dan diberi label, dimulai dengan huruf P1 untuk
kabel pertama kemudian diikuti dengan P2 untuk kabel no. 2 dan seterusnya.
Gambar 7.3. Pelabelan cable chamber dari bahan yang mudah dibaca
1.7. Terminasi
1.7.1. Montase Kabel di RPU
a) Kabel dari luar masuk ke Cable Chamber melalui lubang-lubang pipa kabel
yang telah disediakan pada sisi lebar, dan kemudian ditata secara rapih pada
rangka kabel, untuk kemudian masuk secara vertikal ke arah RPU.
b) Mulai dari atas permukaan lantai RPU kabel dikupas, diurai dan dibundel
sesuai dengan kapasitas masing-masing BTRPU. Urat-uratnya diterminasikan
214
pada BTRPU dari atas ke bawah dimulai dari nomor urat kecil ke nomor urat
yang lebih besar secara berurutan.
c) Alluminium foil / Screen Cable disambungkan dengan kawat multi
konduktor menggunakan penjepit Screen Cable dihubungkan ke bar
pentanahan secara individual.
215
1.7.3. Terminasi pada BTRPU Sistem
Tekan Sisip
a) Urat Kabel Primer diterminasikan pada BTRPU melalui sisi/jalur masukan
dan Jumper Wire melalui sisi/jalur keluaran.
b) Posisi titik terminasi kawat a dan kawat b. Harus diseragamkan.
c) Alat penekan (Insertion Tool) yang digunakan harus sesuai dengan Blok
Terminal yang dipasang. Cara terminasi dapat dilihat pada gambar 7.7 berikut
ini :
216
c) Jalur dari Tie Cable harus rapih dan tidak boleh ada tikungan yang terlalu
tajam.
d) Pada Blok Terminal ujung dari Tie Cable harus dilengkapi dengan label
yang jelas
2.1. Tujuan
Pedoman ini menguraikan cara Pemasangan dan Penempatan Rumah Kabel
beserta Instalasi Blok Terminalnya pada Kabel Tanah Tanam Langsung dan
Kabel Duct, dengan tujuan supaya pelaksanaan pekerjaan menjadi Bersih
Indah dan Rapih (BIR). Selain dari itu Pedoman ini dimaksudkan untuk
menyeragamkan/standarisasi cara Pemasangan dan Penempatan Rumah
Kabel dan Instalasi Blok Terminal.
217
2.2. Penggunaan
Pedoman ini disusun untuk dipakai sebagai petunjuk dalam pelaksanaan
pekerjaan pemasangan dan penempatan Rumah Kabel beserta Instalasi Blok
Terminalnya pada jaringan
Kabel Tanah Tanam Langsung dan Kabel Duct, baik yang dikerjakan oleh
Petugas / Karyawan Operator maupun oleh Mitra Operator.
2.3. Definisi
2.3.1. Rumah Kabel Rumah Kabel (RK)
adalah bagian yang penting dari struktur jaringan kabel yang berfungsi
sebagai
a) Titik terminal akhir dari jaringan Kabel Primer.
b) Titik terminal awal dari jaringan Kabel Sekunder.
c) Titik sambung peralihan yang fleksible antara jaringan Kabel Primer dan
jaringan Kabel Sekunder.
2.3.2. Kapasitas RK
Kapasitas RK ditentukan oleh jumlah pasangan Kabel Primer dan Sekunder
maksimum yang dapat diterminasikan di RK tersebut.
Gambar 7.10. Rumah kabel kapasitas 800 pair satu pintu depan
218
RK kapasitas 1600 pasang/ pair dengan 2 pintu depan (model lama/
RK kapasitas > 2400 pasang / pair dengan 2 pintu depan dan 2 pintu
belakang (belum ada STEL) seperti Gambar 7.13 berikut ini.
219
Gambar 7.13. RK kapasitas 2400 pair dengan 2 pinta depan dan belakang
Rumah Kabel dibuat dari bahan isolasi tahan panas yang diperkuat dengan
fiber glass warna abu-abu/krem dan harus memenuhi persyaratan teknis
sebagai berikut :
a) Mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap korosi.
b) Mempunyai dya isolasi yang baik terhadap panas.
c) Mempunyai bobot yang relative ringan.
d) Kedap terhadap air hujan.
e) Mempunyai ventilasi yang cukup, sehingga dapat mencegah terjadinya
penggembunan (kondensasi) di dalam RK. Pondasi Rumah Kabel terbuat
daribeton cor dengan perbandingan semen, pasir, batu pecahan (1:2:3) dan
ukurannya disesuaikan dengan ukuran Rumah Kabel. Pembuatan pondasi
selain dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan RK, dapat juga
dibuat lebih dahulu (precast).
Contoh bentuk pondasi berikut ukurannya dapat dilihat pada Gambar 7.14 dan
7.15 dibawah ini
220
Gambar 7.15. Pondasi Rumah Kabel kapasitas 1600 pair
221
Penempatan Rumah Kabel pada lokasi yang telah ditentukan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut
222
a) Penempatan RK jangan terlalu dekat dengan sudut jalan, terutama apabila
RK yang di maksud terletak di sisi kiri.
b) Bila perlu dapat dipasang patok pengaman 4 atau lebih buah untuk
menghindari kemungkinan RK terlanggar langsung oleh kendaraan seperti
pada Gambar 7.20 berikut ini.
c) Penempatan RK harus sepengetahuan PEMDA setempat
223
Gambar 7.21. Penempatan blok terminal RUmah kabel cara SPSS
224
2.7. Pemasangan Rumah Kabel dan Blok Terminal
2.7.1. Pemasangan RK untuk kabel duct
Cara pemasangan RK untuk Kabel duct. Pada dasarnya, cara
pemasangannya dibedakan menjadi 2 (dua) hal tergantung posisi tempat RK,
apakah jauh atau dekat dari Manhole terkait, disamping harus tetap
memperhatikan tata cara pemilihan tempat sebagaimana diuraikan di muka.
Gambar 7.23. Penempatan Rumah Kabel yang letaknya jauh dari manhole
225
Gambar 7.25. Pemasangan pondasi RK yang dicetak
226
Gambar 7.27. Pemasangan RK yang letaknya dekat dengan Manhole
227
b) Material yang diperlukan adalah sbb :
b) Setelah penarikan kabel selesai, ujung kabel yang rusak karena penarikan
dipotong dengan alat pemotong kabel. Dari ujung baru sepanjang 1 meter
kabel diikat dengan pita isolasi plastik.
c) Dimuka ikatan pita isolasi plastik tersebut kabel dikupas dengan hati-hati
sampai ke selubung
almunium. Kemudian selubung PE berikut pelindung almunium ditarik cukup
kuat sampai terlepas
dari bundel kabel, seperti terlihat pada Gambar 7.30. berikut
228
2) Untuk Kabel Jelly, sebelum diterminasikan agar dibersihkan terlebih dahulu
dengan trichloretilen.
3) Terminasi dengan system tekan sisip Blok Terminal tekan sisip
berkapasitas 100 pair, terdiri dari 10 Terminal Strip (modul) masing masing 10
pair.
a) Mula-mula dilakukan pemasangan tempat dudukan Blok Terminal (Back
Mount Frame) pada rel besi yang sudah tersedia di RK dengan menggunakan
baut/skrup sesuai kebutuhan, seperti terlihat pada Gambar 7.31.
b) Kabel yang akan diterminasikan dikupas ujungnya ditempatkan dalam Back
Mount Frame dibelakang Blok Terminal dimana terdapat ruang yang telah
tersedia, seperti terlihat pada Gambar 7.31.
c) Penyambungan Kawat Pentanahan
Selubung PE berikut selubung aluminium pada ujung kabel disobek sedikit,
dibengkokkan keluar disambung dengan kawat tanah menggunakan sekrup
atau baut seperti Gambar 7.32.
Setelah itu, selubung PE dikembalikan seperti semula dan diikat dengan
pita isolasi plastik yang terdiri dari 2 lapis, lapisan 1 antara inti kabel dengan
sekrup
229
Kemudian cadangan kabel tersebut dikendorkan dengan bantuan batang besi
yang terdapat pada dudukan Blok Terminal.
e) Cara terminasi pasangan urat kabel
Urutan pemasangan di mulai dari Terminal Strip yg paling bawah dengan
cara memasukkan pasangan urat kabel satu per satu tanpa dikupas
isolasinya, secara berurutan dari kiri ke kanan melalui sisir penuntun dan
ditarik ke dalam masing-masing pegas kontak atau klem, lihat Gambar 7.33
berikut
Gambar 7.33. Cara terminasi pasang urat kabel pada rumah kabel
230
penyambungan pelanggan. Untuk penjumperan layanan khusus (Non POTS)
dipasang label dengan warna tertentu. Ketentuan, Jumper Wire :
Diameter 0,6 mm;
Tidak boleh ada sambungan;
Penarikannya harus rapi dan melalui Ring Guide yang telah disediakan.
Untuk Rumah Kabel model 2 pintu (depan dan belakang) penarikannya
dimulai dari terminal depan ke terminal belakang melalui jalur bagian bawah
Ring Guide.
f) Penutupan lobang dasar RK. Untuk menutup lobang bagian dasar RK,
dilakukan dengan cara dicor lilin, parafin yang dicairkan atau coumpound.
231
Gambar 7.35. Penulisan nama Rumah Kabel
232
Gambar 7.38. Handhole Rumah Kabel
233
Gambar 7.41. Layout Rumah Kabel
234
Tabel 7.3. Daftar klem kabel sekunder
3.2. Penggunaan
Pedoman ini digunakan sebagai petunjuk dalam pelaksanaan pekerjaan
pemasangan dan penempatan Kotak Pembagi termasuk instalasi kabelnya
pada Blok Terminal. Pedoman ini berlaku untuk Kotak Pembagi yang
dipasang pada tiang telepon, pada dinding, pada permukaan tanah/pelataran
maupun yang dipasang di bawah tanah oleh Petugas / Karyawan PT.
TELKOM maupun oleh Mitra PT. TELKOM.
3.3. Definisi
3.3.1. Kotak Pembagi (KP)
Adalah merupakan bagian dari jaringan kabel akses tembaga (JARLOKAT)
yang berfungsi sebagai :
a. Titik Terminasi Akhir dari jaringan Kabel Sekunder atau Kabel Catu
Langsung.
b. Titik Terminasi Awal dari jaringan kabel distribusi.
c. Titik Temu atau titik peralihan antara Kabel Sekunder/Kabel Catu
Langsung dengan kabel distribusi pada Blok Terminal.
235
3.3.2. Blok Terminal Kotak Pembagi (BTKP)
BTKP adalah merupakantitik sambung di mana pada satu sisi diterminasikan
Kabel Sekunder/Kabel Catu Langsung dan pada sisi lainnya diterminasikan
Kabel Distribusi.
Gambar 7.43. BTKP non logan dengan pengaman dan Desain terminal untuk
dropwire 10” / 20”
Gambar 7.44. Kotak pembagi non logak dengan/tanpa pengaman khusus dropwire
10”
Gambar 7.45. Kotak Pembagi non logam dengan / tapa pengaman khusus Drop wire
20”
236
b. Kapasitas
1) Kotak Pembagi kapasitas 10 pasang (Gambar 6-01/6-02a).
2) Kotak Pembagi kapasitas 20 pasang (Gambar 6-02b).
3) Kotak Pembagi kapasitas lebih besar dari 20 pasang sampai dengan 40
pasang, biasanya untuk daerah-daerah dengan kepadatan jasa
telekomunikasi yang tinggi.
4) Kotak Pembagi kapasitas lebih besar dari 40 pasang sampai dengan 200
pasang biasanya dipasang di dalam bangunan bertingkat, pertokoan maupun
perkantoran yang selanjutnya disebut Kotak Pembagi Utama (KPU), dan
masih mungkin dibagi-bagi lagi ke Kotak Pembagi Antara (KPA).
c. Penempatan
1) Kotak Pembagi Tiang (KPT) adalah KP yang dipasang pada tiang telepon
seperti Gambar
7.46, 7.47, dan 7.48
237
Gambar 7.48. Detail pemasangan KPT dengan pondasi sesuai kebutuhan
2) Kotak Pembagi Dinding (KPD) adalah KP yang dipasang pada dinding luar
bangunan. ( Gambar 7.49 dan 7.50 )
238
3) Kotak Pembagi Permukaan Tanah (KPTP) atau Tabung Pembagi/Terminal
Post (TP) adalah KP yang dipasang pada permukaan tanah / pelataran seperti
pada Gambar 7.50, 7.51 dan 7.52
berikut ini.
239
4) Sambungan Pembagi Bawah Tanah (SPBT) adalah KP yang dipasang di
bawah permukaan Tanah
7.3.4. Bentuk dan Bahan pembuatan kotak pembagi & blok terminal
a. Bentuk dan ukuran dari Kotak Pembagi maupun Blok Terminalnya adalah
fleksible sesuai kebutuhan, yang penting fungsinya terwakili dan adanya
keharmonisan antara kotak dan Blok Terminalnya, juga dengan
lingkungannya. (STEL-L-004).
b. Bahan Pembuatan.
1) KPT dan KPD terbuat dari bahan plastik/pvc/fibre glass dengan ketebalan
3 mm yang dipres/dicetak, sesuai STEL-L-004 Mengingat kita berada pada
daerah tropis dan juga daerah vulkanis yang sangat rawan terhadap korosi,
maka lebih tepat memakai Kotak Pembagi non metal.
2) Tabung Pembagi / Terminal Post (TP) terbuat dari bahan metal anti
karat dengan ketebalan 3 mm maupun dari bahan plastik/pvc/fibre glass
dengan ketebalan lebih kurang 5 mm sehingga kokoh. TP terdiri dua bagian
yaitu bagian bawah dan penutup.
4) BTKP terbuat dari bahan pengantar anti karat dan plastik atau sejenis
sebagai isolasi (STEL-L- 015).
c. Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah baik KP maupun Blok Terminal
yang akan diinstalasi merupakan produk berkualitas dan telah lulus uji oleh
lembaga yang ditunjuk PT. TELKOM berdasarkan Keputusan Direksi.
240
Gambar 7.55. Blok Terminal tekan sisip khusus untuk drop wire
241
Tabel 7.4. KPT
242
1. Kabel udara pada K.P Dinding. Kelengkapan bantu yang diperlukan sbb:
3.7.1. Pemasangan KP
Pemasangan KP dengan tahapan sebagai berikut : (lihat Gambar 7.55, 7.56
dan Gambar 7.57 pada halaman sebelumnya).
3) Bila dinding bangunan terbuat dari kayu, maka dipergunakan skrup kayu
diameter 12 mm panjang 7 cm.
243
sepanjang 20 cm dan bagian atasnya dijepit pada dua tempat memakai besi
penjepit.
244
1. Bundel urat kabel 5. Selubung dalam PE
2. Ikatan bundel dengan benang 6. Selubung perisai
3. Pita pembungkus plastik 7. Selubung luar PE
4. Selubung aluminium 8. Dililit pita isolasi
245
Gambar 7.57. Montase urat urat kabel
246
c. Untuk penomoran Kotak Pembagi Utama (KPU) tetap mengacu pada butir
dan b. Di atas. Selain pemberian nomer tsb di atas semua Kotak Pembagi
diberi logo TELKOM dengan ukuran yang proporsional disesuaikan dengan
luas dan bentuk tutup permukaan KP.
d. Untuk Multi Exchange Area (M.E.A) maka pada KP ditambahkan nama dari
STO masing-masing atau singkatannya seperti Bandung Tegallega dan
seterusnya, yang ditempatkan antara logo dan nomor KP. Data-data lainnya
cukup dimuat pada database SISKA atau kartu/daftar klem yang ditaruh di
dalam KP.
4. Rangkuman
5. Rangka Pembagi Utama ialah susunan rangka dari pelat logam yang
digunakan untuk tempat menginstalasi BTRPU, sebagai titik sambung
ujung kabel ke arah Jaringan dan ke arah Sentral
7. Blok Terminal Rangka Pembagi Utama (BTRPU) ialah suatu terminal yang
berfungsi sebagai titik peralihan yang terdiri dari susunan titik-titik kontak
dimana ujung-ujung urat kabel, baik yang berasal dari jaringan luar maupun
dari arah sentral, diterminasikan. Titik-titik kontak Blok Terminal tersebut
adalah system Tekan Sisip
247
8. Jumper Wire ialah kawat sambungan yang digunakan sebagai penghubung
antara titik peralihan, baik di RPU maupun di Rumah Kabel
9. Kabel Penghubung ialah kabel PVC multi pair yang digunakan sebagai
penghubung antara Rangka Pembagi Utama (RPU) dengan Rangka
Pembagi Antara (RPA) dan antar RPU di suatu lokasi Sentral.
10. Meja Ukur ialah suatu perangkat pengukur yang ditempatkan diruangan
RPU, yang fungsinya untuk mengukur besaran elektris saluran, baik yang
ke arah sentral maupun ke arah jaringan luar.
11. Rumah Kabel (RK) adalah bagian yang penting dari struktur jaringan kabel
yang berfungsi sebagai :
13. Blok Terminal RK, adalah perlengkapan RK di mana Kabel Primer dan
Kabel Sekunder diterminasikan. Pada sebuah Blok Terminal hanya boleh
diterminasikan Kabel Primer atau Kabel Sekunder saja. Kawat yang
menghubungkan antara blok- blok terminal di mana kabel Primer dan
Sekunder diterminasikan disebut Jumper Wire
14. Kotak Pembagi (KP) adalah merupakan bagian dari jaringan kabel akses
tembaga (JARLOKAT) yang berfungsi sebagai :
a) Titik Terminasi Akhir dari jaringan KabelSekunder atau Kabel Catu
Langsung.
b) Titik Terminasi Awal dari jaringan kabel distribusi.
c) Titik Temu atau titik peralihan antara Kabel Sekunder/Kabel Catu
Langsung dengan kabel distribusi pada Blok Terminal.
15. BTKP adalah merupakan titik sambung di mana pada satu sisi
diterminasikan Kabel Sekunder/Kabel Catu Langsung dan pada sisi lainnya
diterminasikan Kabel Distribusi.
C. Evaluasi
Jawablah pertanyaan dibawah ini:
1) Jelaskan yang dimaksud dengan RPU dan cable chamber!
2) Jelaskan yang dimaksud dengan BTRPU dan Jumper wire!
3) Jelaskan yang dimaksud dengan kabel penghubung dan meja ukur!
4) Jelaskan yang dimaksud dengan RK!
5) Jelaskan yang dimaksud dengan kapasitas RK!
6) Jelaskan yang dimaksud dengan blok terminal RK!
7) Jelaskan yang dimaksud dengan Kotak Pembagi!
248
BAB 7 TEKNIK INSTALASI PERANGKAT
PENDUKUNGJARINGAN AKSES TEMBAGA
A. Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti menyelesaikan materi teknik instalasi perangkat pendukung
jaringan akses tembaga ini, peserta diharapkan dapat;
1. Merumuskan prosedur pemecahan masalah instalasi perangkat
pendukung jaringan akses tembaga dengan benar
2. Merancang instalasi perangkat pendukung jaringan akses tembaga
dengan benar
B. Materi Pembelajaran
1. Instalasi Pentanahan di MDF
a. Pentanahan pada RPU sangat penting sekali karena semua kabel
berpangkal pada RPU, sehingga besar kemungkinan tegangan lebih maupun
tegangan liar yang terjadi di lapangan akan sampai juga ke RPU dengan
segala akibatnya. Untuk pengamanannya maka perlu dibuat Sistem
Pentanahan yang andal di RPU.
b. Harga Tahanan Pentanahan sesuai STEL.L.011 ditentukan maksimum 3
Ohm, namun apabila kondisi tanah/lingkungan tidak memungkinkan untuk
mencapai harga tersebut, maka harga tahanan pentanahan dapat ditentukan
lain oleh pihak yang berwenang.
c. Dalam Sistem Pentanahan Jaringan Kabel, semua pentanahan yang ada
harus tersambung secara kontinyu, mulai dari KP, RK sampai ke RPU melalui
Screen Cable. Pentanahan di RPU terdiri dari :
Kutub Tanah
Hantaran Tanah
Terminal Tanah
Distribusi Tanah
d. Sistem Pentanahan di RPU harus dilaksanakan secara cermat dan benar:
1) Semua Screen Cable yang masuk di RPU harus diterminasikan pada Bar
Pentanahan secara individual.
2) Semua BTRPU harus dihubungkan ke Bar Pentanahan dengan
menggunakan kawat hantaran tanah multi konduktor (BCC).
3) Bilamana ada lebih dari satu Bar Pentanahan, maka masing-masing Bar
Pentanahan harus diterminasikan ke Terminal Kutub Tanah secara baik.
4) Sistem Pentanahan RPU harus diintegrasikan dengan system pentanahan /
grounding lokasi dimana RPU itu berada seperti terlihat pada Gambar 8.1.
dan 8.2 berikut ini :
249
Gambar 8.1. Sistem pentanahan pada RPU
Keterangan:
1. Kutub Tanah
2. Hantaran Tanah
3. Terminal Induk Tanah
4. Distribusi Induk Tanah
250
Gambar 8.3. Blok terminasi Rangka Pembagi Utama sisi horizontal
2. Instalasi Pentanahan di RK
2.1. Tujuan Pentanahan
Agar perangkat tersebut dapat bekerja sesuai dengan ketentuan teknis yang
berlaku serta aman, baik bagi perangkat itu sendiri, maupun bagi petugas dan
pemakai jasa terhadap tegangan atau arus lebih yang membahayakan
251
Gambar 8.5. Pemasangan kutub tanah
e) Setiap kawat tanah yang disambung dari screen Kabel Primer dan
Sekunder harus disambungkan pada bar pentanahan secara individual
dengan mempergunakan sepatu kabel seperti gambar beikut.
3. Instalasi Pentanahan di DP
8.3.1. Pengaman fisik
Pengamanan fisik Kotak Pembagi mengacu pada STEL-L 004.
252
2) Semua kabel skrin (Screen Cable) yang diterminasikan pada KP, harus
disambungkan ke body KP/metal yang secara elektris mempunyai hubungan
langsung dengan tanah.
3) Semua kabel skrin pada KP ujung terjauh dari tiap Kabel Sekunder/Catu
Langsung dihubungkan dengan tanah melalui sistem pentanahan yang baik
(maksimum 3 ohm).
253
240 kHz atau lebih kecil jika dibandingkan dengan yang diperlukan oleh AMI.
HDSL dapat menyalurkan data pada kecepatan tersebut diatas pada saluran
24 AWG sepanjang 12 kft, biasa disebut CSA (Carrier Serving Area) dan
memerlukan 2 pasang saluran kawat untuk T1 dan 3 apdang saluran untuk E1
yang masing masing bekerja ½ atau 1/3 kecepatan total
254
komunikasi dilakukan dengan mengirimkan kedua sinyal (sinyal yang
dikirimkandan diterima) denganmemodulasikannya pada frekwensi pembawa
yang sama sehingga akan terjadi yang desbut dengan echo (sinyal yang
sedang dipancarkan masuk ke bagian penerima kembali atau sinyal sinyal
balik). Echo biasanya dapat dihilangkan dengan rangkaian echo canceller
yang tidak sederhana. Dari sisi aplikasinya, dewasa ini hanya diperlukan
aplikasi aplikasi yang dapat menyediakan informasi satu arah, misalnya video
on demand, home shopping, internet access, remote LAN access, dan
multimedia access. Oleh karena itu, dari semua penjelasan di atas,
tampaknya akan lebih mjdah untukmembangun system ADSL.
255
Unit ini digunakan pada sisi pemakai. Koneksi ATU-R biasanya 10baswe-
T,V.35,ATM-25, atau T1/E1. Alat multiport lainyang mendukung suara, data
dan video juga memungkinkan. ATU-R tersedia dalam berbagai konfigurasi.
Selain sebagai modem DSL, ATU-R dapat juga digunakan
untuk bridging, routing, TDM multiplexing dan ATM multiplexing.
POTS splitter
Divais ini ada pada CO dan pemakai yang memungkinkan loop digunakan
untuk transmisi data kecepatan tinggi dan digunakan juga untuk komunikasi
telepon. POTS splitter biasanya mempunyai 2 konfigurasi , yaitu splitter
tunggal untuk penggunak rumah dan mass splitter untuk CO.
256
kecepatan rendah ke local access network, tempat sebuah Digital Service Unit
(DSU) atau Network Termination Unit (NTU) digunakan untuk koneksi digital
yang lebih cepat seperti 56/64 kbps atau T1/E1. Untuk komunikasi kecepatan
tinggi, topologi dari CO akan berubah. Pada Modem analog, trafik data dapat
dibawa melalu switch teelon, sedang pada kecepatan yang lebih tinggi, switch
akan diabaikan (byupass). Hal ini terjadi karena switch telepon tidak didesain
untuk komunikasi data kecepatan tinggi. Saluran data kecepatan tinggi akan
yang melalui local loop akan melewati DACS (Digital Access an Cross
Connect System), yaitu alat yang mengijinkan saluran DSO untuk diroute dan
dikonfigasi secara manual, dan system transmisi .DACS digunakan di seluruh
jaringan sebagai basis transport degnan teknologi Time Division Multiplexing
(TDM) Jadi, layanan data kecepatan rendah dapat dengan mudah
diintegrasikan ke jaringan POTS, sedangkan layanan data kecepata tinggi
perlu dikonfigurasikan sebuah jaringan dedicated yang mengabaikan switch.
Teknolgi DSL jika diterapkan dalam local loop akan memungkinkan terjadinya
akses kecepatan tinggi tanpa repeater. Jika layanan DSL diterapkan, data
yang ditterima CO akan mengabaikan telephone switch dan dimasukan
langsung ke inter–CO. Selain itu, dapat ditunjukan bahwa teknolgo packet dan
cell multiplexing sebagai tambahan pada TDM yang diterapkan pada DSLAM
akan menghasilkan efesiensi bandwidth yang lebih tinggi. Diagram Referensi
Jaringan DSL
257
Gambar 8.9. Model referensi layanan DSL
258
Gambar 8.10. Model Referensi Layanan DSL untuk Fram Relay
259
Model referensi yang ditunjukan diatas adalah model referensi layanan DSL
untuk multiservice. DSLAM dapat menyediakan layanan untuk IP/LAN, Frame
Relay dan ATM . Sebuah jaringan akses ATM digunakan untuk interkoneksi
penggunak ke NSP tanpa mempedulikan jenis layanan yang disediakan oleh
service provider
260
(interactive TV). Layanan dengan content berupa film, video ataupun siaran
broadcast TV saat ini masih dominan disediakan oleh teknologi berbasis cable
TV (HFC). Bagaimana jika model layanan ini ingin dikirimkan oleh teknologi
ADSL ? Berikut gambaran umum konfigurasi kesistemannya
Keterangan :
Gambar 8.12. Konfigurasi system ADSL untuk layanan video dan TV over IP
261
4.13. Teknologi Kompresi Video
Jika kita melihat kemapuan kecepatan ADSL yang sampai dengan 8 Mbps,
ini cukup untukmembawa 2 (dua) kanal video digital dengan kompresi MPEG-
2, tanpa mengurangi kemampuannya untuk dapat menyalurkan 1 (satu) kanal
telepon POTS. Berbeda dengan sistem cable TV (HFC), dimana sinyal analog
TV (NTSC, PAL, atau lainnya) tidak dimodulasi atau dikompresi menjadi lebih
kecil, di xDSL sinyal analog TV dimodulasi ke digital dengan bandiwth yang
lebih kecil. Sinyal analog murni NTSC atau PAL membutuhkan bandwith 6
MHz dan 8 MHz. Sementara kalau dilalukan langsung ke dalam sistem ADSL
tidak dimungkinkan karena frekeunsi kerja ADSL hanya sampai dengan 1
MHz. Teknologi kompresi paket video yang popular dikenal dengan dikenal
dengan MPEG (Moving Picture Experts Group). Untuk xDSL yang memakai
format data ATM telah berkembang teknologi MPEG melalui ATM yang
dikenal dengan istilah MPEG-over-ATM ataupun MPEG-over-IP-over- ATM,
disamping paket MPEG over Ethernet yang telah berkembang lebih dahulu.
Dikarenakan teknologi ini baru berkembang, walaupun kedua teknologi ini
telah exist, pasar masih didominasi oleh teknologi MPEG over IP. Salah satu
factor pendukungnya adalah perangkat sisi pelanggan atau user dominan
ethernet-compatible. Ada 3 (tiga) standar MPEG saat ini, MPEG-1, MPEG-2
dan MPEG-4. MPEG-1 ditujukan untuk aplikasi video dengan kecepatan
sampai dengan 1,5 Mbps seperti aplikasi VCD. Kemudian MPEG-2 ditujukan
untuk aplikasi video dengan kualitas yang lebih tinggi, aplikasi video
kecepatan 3 Mbps sampai dengan 15 Mbps. Aplikasi MPEG-2 banyak dipakai
untuk siaran broadcast TV. MPEG-4 yang belakang berkembang, berbalik
memikirkan bagaimana paket video dapat dikirimkan pada bandiwth yang
kecil atau terbatas, ditujukan untuk aplikasi mobile video seperti untuk PDA
(Personal Digital Assistants) dan telepon selular. Ujicoba yang ilakukan Alcate
dan Thomson Multimedia, ADSL dapat dilalukan dengan video over MPEG2
dengan kecepatan 700 Kbps. Pengujian ini menggunakan model encoder
baru yang dikembangkan oleh Nextream. Umum aplikasi TV over MPEG-2
masih membutuhkan bandwidth 1,5 Mbps
262
Teknologi Wireless LAN berkembang sangat cepat, seiring dengan sifatnya
yang mobility dibandingkan dengan teknologi berbasis fixed wireline. Selain
tidak dibutuhkan instalasi perangkat pelanggan yang rumit, terutama masalah
perkabelan, perkembangan teknologi fixed wireline pun mendukung
perkembangan teknologi wireless. Teknologi ADSL yang lahir dengan
pertimbangan pemanfaatan jaringan kabel tembaga existing, kini juga
berkembang dengan variasi kemampuan. Setelah ADSL dikembangkan
dengan kemapuan tidak hanya fungsi bridging, tetapi dapat difungsikan
sebagai router, kini ADSL dapat difungsikan terintegrasi sebagai access point
(AP) wireless LAN. Sehingga komputer-komputer user tidak lagi harus
terhubung secara fisik dengan kabel ke modem xDSL CPE, tetapi sudah
dapat mobility, selama dalam coverage modem xDSL CPE. Model antenna
wireless LAN ini adalah omni dengan coverage area sekitar 100 meter.
Standarisasi antarmuka wireless LAN (IEE 802.11a dan 802.11b) sudah
banyak dipasang sebagai modul/slot tambahan ataupun modul yang menyatu
(integrated). Beberapa produk CPE modem keluaran Korea dan Eropa sudah
banyak menawarkan fasilitas ini. Beberapa yang sempat penulis lihat antara
lain produk dari Siemens, Netopia, Masscom Nextara, Cayman, dan
Sunnybell. Standar 802.11b yang support aplikasi sampai dengan kecepatan
data 11 Mbps, dengan ADSL sebagai penyedia pipa saluran backbonenya
dirasakan cukup untuk membawa bandwith 8 Mbps yang akan dishare untuk
beberapa terminal client wireless LAN
263
ADSL salah satu teknologi xDSL yang memanfaatkan kabel tembaga untuk
melewatkan data dengan kecepatan tinggi, seperti halnya high bit rate digital
subscriber line (HDSL) atau symmetric digital subscriber line (SDSL). Beda di
antara varian xDSL adalah mode transmisi dan kecepatannya. Pada ADSL,
mode transmisinya asimetris, kecepatan ke sisi sentral telepon (upstream)
berbeda dengan kecepatan ke sisi pengguna (downstream). Ini
dilatarbelakangi kenyataan bahwa koneksi internet lebih banyak mengambil
data download) dari jaringan utama (backbone) internet dibandingkan dengan
melakukan pengiriman informasi (upload). ADSL lebih efisien dan memenuhi
kebutuhan pengguna Internet dibandingkan dengan varian lainnya. Teknologi
ADSL merupakan generasi ketiga dalam evolusi jaringan akses pita lebar
(broadband) setelah modem analog yang berbasis suara (voiceband modem)
dan integrated service digital network (ISDN). Teknologi modem analog
berkembang pesat dari hanya berkecepatan 14,4 kbps hingga kini mencapai
56 kbps meski kenyataannya sulit meraih batas kecepatan ini. ISDN mampu
mencapai 128 kbps, tetapi butuh investasi besar untuk penggelarannya dan
tetap masih dianggap lambat dibandingkan denganm kecepatan ADSL yang
bisa melesat hingga 8 Mbps. Modem ADSL menggunakan teknik pengodean
digital untuk mengompres data hingga mampu melewatkannya sampai
dengan 99 persen kapasitas saluran telepon tanpa mengganggu layanan
suara yang telah ada. Ini artinya, kita tetap bisa melakukan pembicaraan di
telepon atau mengirimkan facsimile saat sedang menjelajahi (browsing)
internet. ADSL mampu menyalurkan informasi sampai dengan 8 Mbps ke sisi
downstream dan hingga mendekati 1 Mbps ke sisi upstream, tergantung
kepada kondisi jaringan telepon. Teoretis, ADSL berkecepatan 2 Mbps
mempunyai jarak jangkau dari sentral telepon ke pelanggan sekitar 5
kilometer. Semakin bagus kualitas jaringan telepon yang ada dan semakin
besar diameter kabel telepon yang digunakan, semakin jauh jarak
jangkauannya. Konfigurasi ADSL terdiri dari dua komponen utama, yaitu
perangkat digital subscriber line access multiplexer (DSLAM) di sisi operator
telekomunikasi dan modem ADSL di sisi pelanggan. DSLAM bias ditempatkan
di sentral telepon (disebut juga indoor DSLAM) atau di sisi jauh jaringan
telepon (disebut juga outdoor DSLAM). Perangkat DSLAM biasanya
berukuran besar dan dilengkapi POTS splitter yang digunakan untuk
memisahkan antara suara dan data. Jenis protokol yang digunakan ke sisi
backbone internet ada dua macam, asynchronous transfer mode (ATM) dan
internet protocol (IP). IP lebih populer karena lebih banyak perangkat
pendukung sesuai dengan standar ini. Kapasitas port DSLAM bermacam-
macam, dari empat port hingga ribuan port, disesuaikan dengan potensi
pelanggan yang dilayani. Modem ADSL di sisi pelanggan dimensinya lebih
kecil, dilengkapi colokan untuk data dan suara. Seperti halnya modem analog,
modem ADSL tersedia dalam bentuk internal (terpasang pada motherboard
komputer) maupun eksternal (terpisah dari komputer). Ada dua sistem
modulasi yang sekarang ini banyak dipakai oleh pemasok (vendor) ADSL,
yaitu carrier-less amplitude/phase (CAP) dan discrete multi-tone (DMT).
Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan dan belum ada standar
resmi untuk pengodean ADSL. CAP merupakan salah satu versi pengodean
quadrate amplitude modulation (QAM) yang memodulasi data yang masuk
dengan sinyal pembawa (carrier) tunggal kemudian ditransmisikan melalui
saluran telepon. Sinyal pembawa tersebut telah dikompres sebelum
ditransmisikan dan dapat dikembalikan ke asalnya pada sisi penerima
sehingga seolaholah tanpa sinyal pembawa (carrier- less). Pada teknik
pengodean DMT, data yang masuk dikumpulkan terlebih dulu, kemudian
264
didistribusikan melalui sinyal pembawa kecil yang jumlahnya sangat banyak.
DMT membuat kanal-kanal ini menggunakan teknik yang dikenal dengan
discrete fast-fourier transform. Banyak keuntungan penggunaan teknologi
ADSL. Operator tidak perlu melakukan penggantian jaringan kabel telepon
eksisting untuk membangun infrastruktur broadband secara cepat, berarti
pengurangan biaya investasi. ADSL juga lebih murah dibandingkan dengan
penggelaran serat optik ke rumah-rumah pelanggan (fiber to the home/
FTTH). Keuntungan pelanggan, ia dapat melakukan komunikasi data lewat
internet dan komunikasi suara sekaligus hanya dengan satu saluran telepon,
tak perlu menambah saluran baru. Kenyamanan pengguna saat berinternet ria
tak akan terganggu panggilan telepon masuk, tidak seperti pada dial up
internet yang kadang-kadang membuat koneksi internet terputus. Koneksi
ADSL selalu tersambung (always on) sehingga tak perlu repot melakukan
login berulang kali. Teknologi ini juga sesuai untukkalangan perumahan
(residential), pekerja jarak jauh (telecommuter) dan usaha kecil menengah
(UKM) karena biaya berlangganannya relatif murah dibandingkan dengan
solusi broadband lainnya. Harga perangkat modem ADSL juga tidak terlalu
mahal, berkisar Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta, tergantung merek dan fitur yang
dimilikinya. Akses internet kecepatan tinggi kini dapat dinikmati oleh para
pemakai internet dengan menggunakan teknologi ADSL (Asymmetric Digital
Subscriber Line). Pacific Link bekerja sama dengan PT. Telkom dengan jenis
layanan MMA (Multi Media Access). Kecepatan upstream dan downstream
tidak sama (asymmetric), upstream bias mencapai 640Kbps sedangkan
downstream sampai 8Mbps. Untuk layanan yang disediakan sekarang oleh
Telkom MMA adalah upstream maksimum 64Kbps, downstream maksimum
512Kbps. Layanan ini menggunakan kabel telepon yang sama dengan yang
digunakan para pelanggan telepon sekarang. Koneksi ADSL baik hingga jarak
sekitar 5 km dari STO (Sentral Telepon Otomat) terdekat.
Benefit
ADSL memberikan kemampuan Internet dan Voice/Fax secara simultan. Ini
berarti anda dapat Surfing internet dan menggunakanTelepon atau Fax pada
saat bersamaan. Ini akan memberikan kepuasan bagi Anda untuk menikmati
High-Speed Internet Access tanpa kehilangan kontak telepon dengan relasi
Anda.
Kecepatan koneksi lebih stabil karena masing masing pemakai ADSL
mempunyai jalur tersendiri hingga ke peralatan multiplexer di sisi Telkom.
Kecepatan tidak terpengaruh oleh pertambahan jumlah pelanggan yang akses
bersamaan.
Berbagai aplikasi multimedia masa depan, akan dapat dinikmati dengan
kualitas serta kenyamanan yang optimal. Anda bisa mulai menjelajahi dunia
Internet masa depan, Internet 3D
yang padat dengan animasi video- musik.
Dapat menggunakan saluran telepon yang ada.
Sasaran Pemakai
Perusahaan, instansi pemerintah, atau institusi yang memiliki LAN
dengan user 10 orang atau lebih.
Penyedia content (dotcom companies) yang ingin servernya dapat diakses
lebih cepat dan tetap siaga 7 x 24 jam.
265
Warung internet (Warnet)
Pemilik atau pengelola gedung yang ingin menyediakan fasilitas akses
internet bagi para penyewanya.
Perorangan di rumah yang intens menggunakan internet untuk usaha, main
games, videoconference dengan relasi atau keluarga
Peralatan
Berlangganan layanan ADSL Telkom MMA dari PT. Telkom. Pacific Link
dapat membantu mendaftarkancalon pelanggan.
PC multimedia dengan spesifikasi minimum Pentium II 233 MHz, RAM 64
MB, port USB atau Ethernet card.
Modem atau router ADSL
Operating system Win /95/98/NT/ME/2000, Linux, Mac OS.
Browser internet misalnya IE 5.0 ke atas, Netscape 4.0 ke atas.
Software multimedia. Asesori LAN seperti hub, switch, atau router bagi
pelanggan corporate/instansi
5. Rangkuman
3. Pentanahan pada RPU sangat penting sekali karena semua kabel
berpangkal pada RPU, sehingga besar kemungkinan tegangan lebih
maupun tegangan liar yang terjadi di lapangan akan sampai juga ke RPU
dengan segala akibatnya. Untuk pengamanannya maka perlu dibuat
Sistem Pentanahan yang andal di RPU
4. Harga Tahanan Pentanahan sesuai STEL.L.011 ditentukan maksimum3
Ohm, namun apabila kondisi tanah/lingkungan tidak memungkinkan untuk
mencapai harga tersebut, maka harga tahanan pentanahan dapat
ditentukan lain oleh pihak yang berwenang.
5. Dalam Sistem Pentanahan Jaringan Kabel, semua pentanahan yang ada
harus tersambung secara kontinyu, mulai dari KP, RK sampai ke RPU
melalui Screen Cable. Pentanahan di RPU terdiri dari :
a. Kutub Tanah
b. Hantaran Tanah
c. Terminal Tanah
d. Distribusi Tanah
6. Sistem Pentanahan di RPU harus dilaksanakan secara cermat dan benar
sbb :
a) Semua Screen Cable yang masuk di RPU harus diterminasikan pada
Bar Pentanahan secara individual.
b) Semua BTRPU harus dihubungkan ke Bar Pentanahan dengan
menggunakan kawat hantaran tanah multi konduktor (BCC).
c) Bilamana ada lebih dari satu Bar Pentanahan, maka masing-masing
Bar Pentanahan tersebut harus diterminasikan ke Terminal Kutub
Tanah secara baik.
d) Sistem Pentanahan RPU harus diintegrasikan dengan system
pentanahan / grounding lokasi dimana RPU itu berada
7. Tujuan Pentanahan Agar perangkat tersebut dapat bekerja sesuai dengan
ketentuan teknisyang berlaku serta aman, baik bagi perangkat itu sendiri,
maupun bagi petugas dan pemakai jasa terhadap tegangan atau arus lebih
yang membahayakan.
266
8. Pengamanan elektris
a) Pada daerah rawan petir semua KP Ujung diberi pengaman
overvvoltage/over current.
b) Semua kabel skrin (Screen Cable) yang diterminasikan pada KP,
harus disambungkan ke body KP/metal yang secara elektris
mempunyai hubungan langsung dengan tanah.
c) Semua kabel skrin pada KP ujung terjauh dari tiap Kabel
Sekunder/Catu Langsung dihubungkan dengan tanah melalui sistem
pentanahan yang baik (maksimum 3 ohm).
a) Digital Subcriber Lines sebagai teknologi transmisi sebenarnya dibangun
untu ISDN (Integrated Services Digital Network) Basic Rate Access
Chanel. NamaDSL digunakan untuk mendiskripsikan teknologi transmisi
atau physical layer untuk ISDN Basic Rate Acces Chanel. Saat ini , DSL,
atau disebut juga xDSL digunakan sebagai penamaan umum untuk semua
jenis system DSL
9. HDSL merupakan sebuah system yang lebih baik untuk mengirimkan
T1/E1 melalui saluran akwat twisted pair. HDSL memerlukan bandwidth
yang lebih kecil dan tidak memerlukan repeater. Dengan menerapkan
teknik modulasi yang lebih baik, HDSL dapat mengirimkand ata dengan
transfer rate 1,544 Mbps atau 2,048 Mbps hanya dengan bandwidth sekitar
80 kHz hingga 240 kHz atau lebih kecil jika dibandingkan degnan yang
diperlukan oleh AMI
10. SDSL merupakan jenis lain dari HDS. SDSL hanya memerlukan sepasang
kawat saluran saya untuk menyalurkan POTS dan T1/E1. kelebihan utama
SDSL dibandingkan degan HDSL adalah mudah diterapkan di setiap
pelanggan kaerna hanya memerlukan satu saluran telepon biasa.
Kekurangannya adalah hanya dapat digunakan pada saluran sepanjang 10
kft
11. ADSL merupakan perkembangan selanjutnya dari HDSL. Seperti namanya
ADSL mentransmisikan data secara asimetrik yaitu kapasitas transmisinya
berbeda antara saat down stream (dari jaringan ke pelanggan ) dan saat
upstream (dari pelanggan ke jaringan ). Kapasitas downstream lebih tinggi
dari pada kapasita upstream. Ada beberapa alasan mengenai transmisi
datanya yang asimetrik, antara lain karena kebutuhan kapasitas
transmisinya, sifat saluran transmisi dan sisi aplikasinya
12. VDSL sebelumnya disebut sebagai VADSL karena pada awalnya, VDSL
hanya dapat mengirimkan data digital secara asimetrik seperti ADSL, tetapi
dengan kapasitas yang lebih tinggi dari ADSL. Dari beberapa diskusi yang
ada, kapasita downstream yang umum untuk VDSL adalah 12,96 Mbps
(1/4 STS-1 ; 4,5 kft), 25,82 Mbps (1/2 STS-1; 4 kft), dan 51,84 Mbps (ST 1 ;
1 kft)
C. Evaluasi
Jawablah pertanyaan di bawah ini:
1. Jelaskan tentang pentanahan di MDF !
2. Jelaskan tentang pentanahan di RK!
3. Jelaskan pentanahan di DP!
4. Jelaskan tentang DSL!
5. Jelaskan tentang ADSL,XDSL,SDSL!
267
BAB 8TEKNIK PENGUKURAN KABEL TEMBAGA
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti dan menyelesaikan materi teknik pengukuran kabel
tembaga ini, peserta diharapkan dapat;
1. Mengetahui macam-macam pengukuran jaringan akses tembaga dengan
benar
2. Mengetahui cara melakukan pengukuran jaringan akses tembaga dengan
benar
3. Mengetahui peralatan yang digunakan dalam pengukuran jaringan akses
tembaga dengan benar
4. Mengetahui parameter yang perlu diperhatikan dalam pengukuran
jaringan akses tembaga dengan benar
B. Materi Pembelajaran
1. Pendahuluan
1.1. Pengertian
a) Pengukuran elektris adalah merupakan cara untuk mengetahui nilai
elektris yang dimiliki oleh setiap jaringan kabel pada saat tertentu baik
sebelum maupun pada saat instalasi dan masa pemeliharaan.
b) Pengukuran jaringan kabelpada hakekatnya merupakan bagian dari
pemeliharaan korektif dan preventif.
c) Tujuan pengukuran kabel adalah untuk mengetahui kondisi elektris suatu
kabel baik kabel yang sudah terpasang membentuk suatu jaringan,
maupun kabel yang belum terpasang.
d) Untuk mengetahui baik tidaknya suatu kabel didasarkan pada standar nilai
yang telah ditetapkan Pada bab ini akan dipelajari karakteristik
saluran/kabel, parameter-parameter elektris saluran/kabel, serta
prinsipprinsip pengukuranpengukuran suatu kabel.
1.2. Prinsip Pengukuran
Dasar pengukuran
Pengukuran karakteristik saluran/kabel pada dasarnya tidak terlepas dari
pengukuran besaran listrik.
Besaran listrik meliputi tegangan arus, dan hambatan listrik yang
hubungannya memenuhi hukum Ohm :
V adalah tegangan dalam volt,
I adlah arus dalam ampere (A)
R ádalah hambatan atau tahanan listrik (resistansi) dalam ohm
Pengukuran tegangan listrik menggunakan volt dan dipasang sejajar
dengan sumber daya atau beban sesuai gambar 6.1 sebagai berikut
268
Dalam mengukur tegangan listrik perlu diperhatikan apakah sumber daya
listrik tersebut adalah sumber daya yang bertegangan searah atau bolak-balik.
Voltmeter yang digunakan untuk mengukur tegangan harus sesuai dengan
jenis tegangan tersebut apakah Volt meter untuk tegangan searah atau untuk
tegangan bolak-balik.
Pengukur arus listrik menggunakan ampere meter dengan rtangkaian
sperti gambar ini. Berbeda dengan pengukuran teganga,pada pengukur arus.
Ampere meter dihubungkan seri antra beban sumber dengan sumber daya
tersebut
Pada pengukuran arus juga harus diperhatikan jenis arus diukur..aurs boalk-
balik atau searah. Hal ini diperlukan untuk memilih ampere meter yang sesuai.
Pengukuran tahanan listrik menggunakan ohm meter. Pada dasarnya
pengukuran tahanan listrik adalah pengukuran arus. Sesuai dengan hukum
ohm tersebut. Semakin besar tahananya semakin kecil arusnya. Sehingga
penyimpangan jarum meterpun semakin kecil. Pada keadaan ini jarum
terbesar apabila tahanan listriknya nol (hubung singkat). Pada keadaan ini
jarum menunjukan angka nol ohm
269
2. Macam Pengukuran Jaringan Kabel
2.1. Pengukuran Kabel Menurut Fungsinya
Pengukuran uji terima material kabel
Pengukuran uji terima dilakukan terhadap (jaringan) kabel yang akan
digunakan TELKOM. Pelaksanaannya dapat dilakukan
Pengukuran di pabrik Adalah pengukuran yang dilaksanakan di pabrik
sebelum kabel tersebut dikirim ke gudang ataupun lokasi pembangunan.
Pengukuran di gudang Adalah pengukuran yang dilaksanakan pada saat
material telah tiba di gudang
Pengukuran di lapangan/lokasi Adalah pengukuran yang dilaksanakan pada
saat material tiba di lokasi pembangunan/di lapangan
Pengukuran Saluran Final Test (Uji Akhir)
Adalah pengukuran yang dilakukan oleh kontraktor dibawah pengawasan
Waspang terhadap hasil pekerjaan pembangunan jaringan kabel yang telah
selesai dilaksanakan. Hasil ukur harus memenuhi standard nilai yang telah
ditentukan.
Pengukuran Rutin
Pengukuran rutin ini dilakukan dalam rangka pemeliharaan preventif yang
pelaksanaanya dilakukan secara periodik/berkala dan teratur terhadap semua
jaringan kabel.
Pengukuran Gangguan
Pengukuran gangguan ini dilakukan dalam rangka pemeliharaan korektif
terhadap jaringan kabel yang mengalami gangguan dengan maksud
mengetahui dan menentukan jenis serta letak gangguannya.
270
Untuk mengetahui kondisi kabel dan adanya tegangan induksi screen
kabel berfungsi untuk melindungi kabel dari tegangan asing apakah itu
tegangan asing extern maupun tegangan asing intern.
271
3. Tata cara pengukuran
3.1. Pengukuran Kontinuitas Penghantar
Maksud dari pengukuran kontnuitas untuk mengetahui kesinambungan statu
saluran/kabel apakah secara elektris hubungan urat kabel dari titik-titik
Terminal tidak terputus serta hubungan setiap urat apakah sudah tersambung
dengan benar.Alat ukur:
Continuity tester atau Multy tester
Bicontest
Cara pengukuran
272
Harga tahanan R berbanding lurus dengan panjang saluran dan berbanding
terbalik dengan luas penampang kawat. Artinya :
Bila panjang (l) makin besar > harga R makin besar Bila
penampang (q) makin besar > harga R makin kecil. Alat ukur :
Pengukuran tahanan jerat maupun tahanan penghantar dapat dilakukan
dengan menggunakan : Jembatan Wheatstone (Wheatstone Bridge) Digital
Multy Tester.
Cara pengukuran : Gambar berikut menunjukkan bagaimana pengukuran
tahanan jerat suatu saluran dilaksanakan
Gambar 9.5. Pengukuran tahanan jerat saluran (loop resistance) dan tahanan
penghantar
Standar Nilai
Tahanan jerat suatusaluran tergantung dari daimeter, panjang serta
temperatur dan tahanan jenis bahan. Tabel di bawah menunjukkan standar
nilai tahanan jerat untuk berbagai diameter urat.
273
Karena sebuah kabel terdiri lebih dari sebuah saluran dan untuk mengetahui
tahanan isolasi antara satu urat terhadap seluruh urat yang lain dan terhadap
pelindung elektrisnya, maka cara pengukuran tahanan isolasi urat-urat suatu
kabel adalah :
Harga tahanan isolasi saluran tergantung pada panjang kabel, makin panjang
kabel, kebocoran makin banyak sehingga hasil ukur makin kecil (nilai
kebocoran makin besar).
Standar Nilai
Untuk kabel dalam haspel, tahanan isolasi minimum sebesar 10.000 Mega
Ohm.Km.
Untuk kabel yang sudah terpasang dan diterminasi
minimum sebesar 1000 Mega Ohm.Km.
Hasil ukur dikonversi menjadi panjang 1000 meter,rumus
274
Pengukuran tahanan screen kabel dapat dilakukan dengan menggunakan
perantaraan 1 urat atau menggunakan perantaraan satu saluran (2 urat) yang
baik.
Pengukuran tahanan screen Dengan perantaraan 1 urat
275
xdSetiap informasi yang dikirimkan melalui saluran (jaringan kabel) harus
dapat mencapai tujuan dan dapat diterima dengan baik oleh si penerima. Oleh
karena itu saluran harus mempunyai rugi-rugi yang memenuhi standar nilai
yang telah ditentukan. Redaman redaman saluran yang dimaksud di sini
adalah kehilangan atau rugi-rugi daya elektris yang terjadi pada saluran. Hal
ini dapat terjadi karena sifat karakteristik saluran itu sendiri. Untuk lebih
jelasnya, saluran pada dasarnya dapat digambarkan sebagai berikut.
V1 turun karena adanya komponen seri (R dan L) pada saluran sehingga V1 >
V2
Impedansi paralel
I1 turun karena adanya komponen seri (C dan G) pada saluran sehingga I1 >
I2 Karena pengaruh impedansi seri dan impedansi paralel, apabila disalurkan
daya sebesar Pkirim (P1 = V1 xI1) pada pengirim, setelah melalui saluran daya
akan menurun dan diterima sebesar Pditerima(P2 = V2 x I2) Atau Pkirim > Pterima.
Dengan kata lain terjadi kehilangan daya (redaman atau
loss) pada saluran sebesar Philang = Pkirim – Pterima. Daya yang hilang ini jelas
karena adanya redamaan pada saluran. Redaman pada saluran disingkat
dengan (baca alfa) yang merupakan perbandingan antara daya yang diterima
dengan daya dikirimkan, atau = Pterima : Pkiriim . Redaman sering dinyatakan
dalam bel atau desibel. 1 bel = 10 desibel, yaitu perbandingan daya dalam
logaritma berbasis 10 = Log 10 (Pterima / Pkiriim) bel, atau = 10log 10 (Pterima /
Pkiriim) desibel (dB)
276
Karena pada rugi-rugi Pterima <Pkiriim maka besarnya redaman ( ) selalu negative
artinya kehilangan daya. Tetapi untuk mempermudah dalam perhitungan
tanda negative dihilangkan sehingga redaman hanya dituliskan besarnya saja
misal a Db. Contoh : Apabila dikirimkan sinyal sebesar 100 mW, kemudian
setelah melalui saluran ternyata hanya diterima sebesar 10 mW, maka pada
saluran terjadi redaman sebesar
= 10 log10 10/100
= 10 log10 0,1
= 10 dB
Jadi redaman saluran adalah 10 dB (tanpa tanda negatif) Alat ukur Cross talk
meter, yaitu terdiri dari 2 (dua) unit yaitu :
Unit oscilator (pembangkit frekwensi)
Cara pengukuran
Untuk mengukur redaman suatu saluran terdapat dua cara tergantung
perangkat yang digunakan. Satu set alat pengukur redaman terdiri dari dua
unit yaitu bagian pengirim (Osilator) dan bagian Penerima yang berupa
level meter.
Pengirim (Oscilator) diset pada frekwensi 800 Hz level sinyal pada 0dBm.
Oscilator mempunyai tahanan dalam 500 ohm tanpa LC atau 1200 ohm
denga LC. Penerima yang berupa level meter diset pada frekwensi yang
sama,dan juga mempunyai tahanan dalam yang sama. Hasil ukur yang
dilaksanakan adalah redaman semu (image attenuation)
277
Gambar 9.13 : skema pengukuran redaman secara tidak langsung
S1 + S2 = X dB................................................... (1)
S1 + S3 = Y dB................................................... (2)
S2 + S3 = Z dB .................................................. (3)
Dari (1) dan (2)
S1 + S2 = X dB................................................... (1)
S1 + S3 = Y dB................................................... (2)
------------------ (-)
X – S2 + S3 = Y-------- S3 = Y – X + S2
Dari persamaan (3) kita ganti S3 dengan Y – X + S2
S2 + S3 = X dB
S2 + Y – X + S2 = Z dB
------------------
2S2 = Z – X + Y .............................S=Z-Y+X......... (4)
2
Dari (1) dan (4)
S1+S2 = X Db (2) >> S1 = X – S2
>>>>>>> S1 = X – Z-Y+X
2
Dengan demikian saluran pembantunya adalah S1 yang selalu dipakai untuk
pengukuran saluran lain. Standar nilai Berikut adalah tabel redaman saluran
dalam dB/km suatu saluran dari berbagai diameter. Tampak bahwa
penggunaan LC (loading coil) pada saluran akan mengurangi besar redaman
pada frekwensi ukur.
278
Gambar 9.14 : skema terjadinya bicara silang pada kabel
Cara pengukuran
Pengukuran NEXT Pengukuran redaman bicara silang dekat (NEXT) dapat
dilaksanakan seperti diperhatikan pada gambar berikut : Pengirim (osilator)
dan penerima (level meter) diletakkan pada sisi yang sama
Pengukuran FEXT
Pengukuran Redaman bicara silang jauh (FEXT) dapat dilaksanakan seperti
gambar di bawah ini pengesetan frekuensi dan level pengirim (osilator) sama
seperti NEXT demikian pula pemakaian tahanan penutup Rp. Perbedaannya
disini adalah penempatan pengirim dan penerima yang bersebrangan ujung
(pada sisi yang berbeda
279
Gambar 9.16 skema pengukuran FEXT
Standar nilai
Nilai standar redaman bicara silang (cross talk attenuation) baik NEXT
maupun FEXT adalah
Saluran tanpa LC minimum 55 dB
Saluran dengan LC minimum 58 dB
280
Gambar 9.18. skema pengukuran ketidak seimbangan tahanan penghantar
Standar nilai
281
Gambar 6.20. skema pengukuran ketidakseimbangan kapasitansi
Standar nilai
Untuk k1, maksimum 300 pF/300m
Untuk k9, k10, dan k12 maksimum 400 pF/300m
Untuk e1 dan e2 maksimum 400 pF/300m, tetapi 5% dari kapasitas kabel
boleh mencapai 800 pF/300m
Untuk kabel yang panjangnya kurang dari 300 meter dianggap mempunyai
panjang 300 meter.
282
cair). Keuntungan AVO jenis ini memudahkan pembacaan dan memperkecil
kemungkinan kesalahan baca hasil ukur.
Pengoperasian AVO meter
Pengoperasian AVO meter yang akan dibahas disini hanya yang digital dari
sanwa dengan tipe CD-700E seperti gambar berikut
Pengukuran tegangan
Jangan menghubungkan kedua utas ukur bila tahapan berikut belum
dilaksanakan :
1) Letakkan posisi tombol pemilih V (volt meter) yang sesuai (DC atau AC)
2) Hubungkan utas merah dengan terminal 1 dan utas hitam pada Terminal 2
(terminal COM)
3) Hubungkan kedua utas dengan titik yang akan diukur
4) Hasil ukur dapat langsung dibaca pada display
283
1) Pastikan tidak terdapat tegangan pada saluran. Hindari pengukuran ini bila
terdapat tegangan (asing) pada saluran
2) Hubung singkat ujung jauh saluran untuk membentuk sirkit tertutup agar
arus listrik dari AVO meter mengalir ke dalam saluran.
3) Letakkan posisi tombol pemilih pada simbol (sound). Hubungkan kedua
utas dengan titik yang akan diukur
4) Bila terdengan nada buzzer pada AVO meter berarti saluran
baik.sebaliknya bila saluran putus.
Jika tahanan yang diukur kecil (terminal X dan Y dihubung singkat),maka arus
yang melalui kumparan penunjuk (M) sangat tinggi. Arus ini sebanding
dengan gaya gerak listrik (ggl) yang ditimbulkan pada sistem meter. Oleh
karena itu kopel yangditimbulkan adalah maksimum
284
Gambar 9.23 Skala penunjuk pada megger
Kebalikan dari kasus diatas adalah jika Rx sangat besar (Rx = ),maka arus
yang melalui meter sangat kecil (0) dan megger akan menunjuk skala nol (0).
Dari skala (0) samapai skala ( ) dibuat skala yang tidak linier yang
menunjukkan harga tahanan yang diukur. 2) Megger 2 (dua) buah Kumparan
Keterangan :
(1) Kumparan arus (KA)
(2) Kumparan tekan (KT)
(3) Magnit permanen
(4) Skala penunjuk
Megger ini terdiri dari sebuah generator AC dari sebuah meter kumparan
putar ditampung bersama dalam sebuah kotak. Generator ini mempunyai
magnet permanen yang disatukan pula dengan meter penunjuk. Tegangan
yang syaratkan khusus di PT TELKOM adalah 500 Volt DC. Gandengan
centrifugal memungkinkan generator tersebut membangkitkan tegangan yang
tidak tergantung dari putaran. Megger tipe ini berisi sebuah generator arus
searah dan sebuah meter kumparan putar yang ditempatkan dalam sebuah
kotak. Generator ini mempunyai magnit permanen yang bersamaan pula
digunakan sebagai sistem magnit untuk kumparan putar.generator yang
umumnya bertegangan 250 Volt dan 500 Volt DC digerakkan oleh sebuah
engkol dan untuk instrument yang modern digerakkan oleh motor listrik.
Gandengan centrifugal mengusahakan agar generator berputar secara tetap,
biasanya putaran ini 100 rpm. Karena peralatan ini maka kecepatan berputar
tetap hingga mekanisme dari instrument tidak tergantung dari tegangan
generator. Gaya gerak listrik (ggl) ini sangat diperlukan guna menghindari
arus lawan dalam pengukuran inductance
285
Gambar 9.25. Rangkaian generator arus searah pada megger
Gambar kiri memperlihatkan pada kutub luar terbuka jadi R = . Arus hanya
mengalir pada kumparan P saja. (kumparan tekan). Kumparan ini menduduki
tempat diantar kutubkutub yang tegak lurus garis medan magnit dalam
kedudukan begini jarum menunjuk R = Kutub-kutub diberi bentuk demikian
sehingga sistemputaran berada dalam keseimbangan yang sangat stabil.
Kawat-kawat didalam cincin tidak memperoleh koppel. Kumparan arus dapat
disamakan denga kumparan putus dalam mili ampere kumparan putar. Arus
mengalir pada kumparan ini mengakibatkan gaya yang akan membentuk
koppel. Kumparan ini akan memperoleh kedudukan dimanan koppel
kumparan arus sama dengan kumparan tekan. Dengan demikian jarum
menunjuk suatu harga.kumparan tekan dihubungkan melalui sebuah tahanan
pengaman pada output generator. Karena tahana tersebut konstan maka
sebanding dengan gaya gerak listrik (ggl) Lingkaran kumparan arus termasuk
tahanan arus. Arus yang melalui tergantung dari arus ggl. Generator dan
harga tahanan luar. Gaya gerak listrik ini untuk kedua pengukuran tetap sama,
sehingga bandingan arus tidak tergantung dari ggl. Tapi ditentukan oleh harga
286
tahanan dari Rx. Jika tidak ada arus maka sisi luar kumparan ada dalam
medan magnit kebocoran dari luar. Kebanyakan meter ohm diberi kumparan
kompensasi digandeng dan dipasangberderet dengan kumparan tekan. Jika
ada medan magnet luar, maka terdapatlah koppel yang justru berlawanan.
287
b) Pada saat kita menghubung singkatkan terminal ukur L dan E, kemudain
megger diberi daya,maka jarum harus menunjuk ke angka 0 (nol)
3) Pengetesan utas ukur. Jika dengan menghubungkan utas ukur ke terminal
G dan Line ujung utas ukur terbuka, kemudian megger diberi daya,jarum tidak
menunjukkan ke atau kurang dari tanda maka utas ukur harus diganti.
4) Hal-hal yang harus diperhatikan.
a) Jangan mengganti utas ukur yang telah ditetapkan/dipasang pada alat ukur
yang bersangkutan.
b) Sebelum mengukur pastikan dahulu bahwa saluran bebas dari unsur
tegangan asing.
c) Jangan memberi daya pada megger saat memindahkan utas ukur dari satu
saluran ke saluran lain.
2) Posisi awal dari selector switch (pengatur skala ukur) harus pada skal yang
paling tinggi (mega ohm)
a) Jika jarum menunjuk ke posisi “0” maka selector switch harus dikecilkan
pada skala kilo ohm
b) Jika jarum masih menunjuk keposisi “0” maka selector switch harus
diperkecil lagi pada skala ohm
3) Pembaca skala. Pada saat kita memberi daya pada megger selama
pengukuran dan jarum masih bergerak naik, maka pemberian daya jangan
288
dihentikan sampai jarum benar-benar berhenti menunjuk ke suatu harga
tertentu
289
L = Panjang saluran
1) Bila switch GA ditutup pada sirkit akan mengalir arus dari sumber tegangan
E, demikian juga pada galvanometer, sehingga jarum pada galvanometer
akan menyimpang.
2) Dengan mengatur Rv akan didapat sirkit dalam keadaan seimbang.
Galvanometer tidak dialiri arus sehingga jarumnya menunjuk nol. Pada
keadaan ini akan didapatkan
290
E = Batere
Lx = Jarak kerusakan
L = Panjang saluran
Keterangan :
P = Tahanan tetap
Q = Tahanan variabel
RL = Tahanan jerat saluran
Rx = Tahanan penghantar dari titik ukur sampai titik kerusakan
G = Galvanometer
GA = Tombol untuk galvanometer
291
BA = Tombol untuk batere
Lx = Letak kerusakan dari titik ukur
L = Panang saluran
E = Batere
Keterangan :
G = Terminal yang dihubungkan dengan tanah
INT/EXT/BAT = Switch batere 2 posisi, bila menggunakan batere dalam
switch pada posisi INT BA -B dan +B = Terminal yang disambungkan dengan
batere luar.
M = Tombol putar multiply yang berfungsi sebagai pengganti tahanan tetap R1
dan R2
MD = Tombol putar multiply dial berfungsi sebagai pengganti tahanan variabel
RV
GA = Galvanometer
R/MV = Switch untuk memindahkan metode pengukuran
EXT GA = Bila alat ukur menggunakan galvanometer luar
INT GA = Bila alat ukur menggunakan galvanometer dalam
BA = Tombol tekan untuk menghubungkan galvanometer dengan rangkaian
GA = Tombol tekan untuk menghubungkan galvanometer dengan rangkaian
X1 dan X2 = Terminal yang berfungsi untuk menghubungkan alat ukur dengan
saluran
292
Gambar 9.34. panel alat ukur jembatan wheatstone
293
Gambar 9.36. Rangkaian jembatan wheatstone pada alat ukur
Dimana : M = R1/R2.
MD = Rv, sehingga persamaan teoritis jembatan wheatstone :
RL = (R1/R2)Rv, dapat diubah menjadi : RL = M.MD ohm.
Pelaksanaan pengukuran
1) Hubungkan saluran ke terminal X1 dan X2 pada alat ukur
2) Hubung singkat ujung jauh saluran
3) Atur posisi M pada kedudukan yang tepat sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut :
4) Atur posisi MD pada 1999
5) Atur posisi alat ukur pada INT BA dan INT GA dan switch pemilih R
6) Tekan tombol BA dan GA sesaat dan perhatikan penunjukkan
galvanometer.
7) Atur MD sampai jarum galvanometer menunjuk nol pengaturan MD dimulai
dari skala terbesar dan tombol BA galvanometer menunjuk positif (+) MD
ditambah, sebaliknya bila jarum menunjuk negatif (-) MD dikurangi.
8) Setelah jarum galvanometer menunjuk nol,catat besar M dan MD
9) Maka RL = M. MD Ohm.
Letak gangguan menurut teori varley dapat dicari dari tahanan penghantar
antara titik ukur denan letak gangguan. Besar tahanan penghantar tersebut.
Pelaksanaan pengukuran
a) Hubungkan urat yang baik ke terminal X1 sedang urat yang rusak (kontak
dengan tanah) ke terminal X2 pada alat ukur
b) Hubung singkat ujung jauh saluran
c) Hubungkan ke terminal G dengan tanah (penyebab gangguan)
294
d) Atur posisi alat ukur pada INTGA dan INT BA
e) Atur posisi switch fungsi (R/MV) pada posisi MV Atur MD (measuring dial)
pada posisi 1999
f) Atur posisi M (multiply) pada posisi yang sesuai dengan ketentuan sebagai
berikut
h) Tekan tombol BA dan GA sesaat dan perhatikan penunjukkan jarum
galvanometer
i) Bila jarum menunjuk positif (+) perbesar harga MD dan bila jarum menunjuk
negative kurangi harga MD
j) Ulangi penekanan tombol BA gan GA dan atur MD sampai jarum
galvanometer menunjuk angka nol
k) Catat harga M dan MD setelah jarum galvanometer benar-benar menunjuk
angka nol
l) Maka didapat harga RX dengan menggunakan rumus
m) Menentukan letak gangguan
Apabila :
L = Panjang saluran
RL = Tahanan Jerat Saluran
295
Gambar 9.39. Perubahan rangkaian metode Murrya pada alat ukur
296
dihitung dalam satuan s (mikro sekon). Alat ukur ini mempunyai 3 daerah
penguuran yaitu 1000m, 10000m, dan 100 km. Daerah pengukuran tersebut
bervariasi dan dapat dipilih dengan menggunakan tombol-tombol tekan.
Dalam hal pengaturan pulsa yang diukur, maka simulasi jaringan
penyeimbang yang terdapat di dalam alat ukur dapat diganti dengan
rangkaian pengganti luar, yaitu dengan cara menghubungkan alat ukur
dengan dua saluran sehingga dengan menggunakan metode pembedaan
maak echo akan tampak. Bila melaksanakan pengukuran gelombang pantul
maka besarnya dapat ditentukan dari perbandingan pulsa pantul L1 dan pulsa
pantul L2 pada layar.
297
5) Bentuk dari semua sinyal baik pulsa kirim maupun pulsa patul akan
berubah oleh redaman karakteristik saluran yang berganung pada frekuensi.
Perubahan akan bertambah sesuai dengan panjang saluran yang dilalui.
6) Pulsa sempit terdiri dari lebih banyak komponen frekuensi yang lebih tinggi
dari pada pulsa lebar. Oleh karena itu redaman saluran akan bergantung pada
frekuensi. Semakin tinggi frekuensi (daerah frekuensi semakin lebar) pulsa
semakin sempit akan lebih mudah cacat dibandingkan dengan pulsa lebar
dalam menentukan kerusakan pada saluran yang panjang.
7) Penentuan letak kerusakan bergantung pada hasil pengukuran waktu. Yaitu
waktu kirim pulsa dari ujung kirim sampai titik kerusakan ditambah waktu
pantul (waktu kelambatan) dari titik kerusakan sampai ke ujung kirim.
8) Untuk menghitung waktu pada layar dapat digunakan titik awal pulsa kirim
dan titik awal pulsa pantul. Dengan bertambahnya jarak saluran, maka
penentuan titik awal pulsa pantul akan menjadi lebih sulti karena adanya
kemungkinan cacat pada pulsa
9) Salah satu cara untuk menentukan titik awal pulsa adalah dengan
menghubung singkatkan jung jauh saluran yang terbuka secara berulang-
ulang dengan cepat. Hal ini menyebabkan polarisasi pulsa pantul berubah-
ubah sehingga titik awal pulsa pantul mudah ditandai sebagai titik
penyimpangan
10) Untuk memperjelas letak titik awal pulsa pantul dapat dilakukan dengan
cara mengubah–ubah tingkat penguatan (amplitudo) dengan cepat.
298
Gambar 9.43. Penguatan amplitudo
Melalui cara tersebut, dapat ditentukan titik mana yang posisinya tetap,titik
itulah sebagai titik awal pulsa. Variasi dari rK = - 1 (RK = 0 ohm ke rA = + 1 (RA
= ohm) dimana 2 ZW dapat diabaikan jika dibandingkan dengan RA = ohm.
Prinsip kirim positif
299
Gambar 9.45. Bentuk pulsa akibat perubahan impedansi
Bentuk pulsa kerusakan
1) Gambar pulsa pantul dari saluran hubung singkat dan putus. Perbedaan
tahanan (R) pada letak kerusakan dengan tahanan propagansi (ZW) akan
menghasilkan pantulan besarnya factor pantulan “r” ditentukan oleh rumus
sebagai berikut R = Tahanan propagansi pada saluran ZW = Impedansi
propagansi karakteristik saluran Tahanan kerusakan (RK) akan bervariasi
antara 0 K ohm (hubung singkat sempurna) sampai ohm (putus sempurna).
Besarnya faktor pantulan untuk hubung singkat (K) dan putus (A) ditentukan
oleh
Hubungan ini berlaku bila panjang kabel tidak melebihi panjang maksimum
yang dapat ditempuh pulsa kirim. Bentuk pulsa diatas adalah bentuk pulsa
ideal. Alat ukur ini akan memperlihatkan bentuk pulsa yang tidak
ideal/sempurna akibat dari :
a. Jarak letak kerusakan
b. Besar penguatan
c. Perubahan nilai impedansi propagansi
Pada saat menentukan letak kerusakan diupayakan agar perubahan
impedansi propagansi minimum untuk memudahkan penentuan kerusakan
tersebut. Agar letak kerusakan dapat ditentukan dan dibedakan dari jenis
kerusakan akibat ketidakteraturan/ketidaksempurnaan kabel maka perubahan
impedansi propagasi pulsa harus lebih tinggi/besar dari perubahan impedansi
akibat ketidaksempurnaan bahan kabel
Teknik penggeseran pulsaEchometer A2-035/01mempunyai daerah
pengukuran :
1) Daerah pengukuran I maksimum 1000 m
2) Daerah pengukuran II maksimum 15 km
3) Daerah pengukuran III maksimum 150 km
300
Daerah-daerah pengukuran tersebut dibagi lagi menjadi daerah pengukuran
yang lebih rinci sebagai berikut :
1) Daerah I : 30 m, 100m, 300m, dan 1000m
2) Daerah II : 300m, 1000m, 3000m, dan 10 km
3) Daerah III : 3km, 10 km, 30km,dan 100 km
Pengaturan dari bagian skala bergantung pada cepat rambat pulsa (V/2)
sehingga diperlukan kalibrasi longitudinal jika cepat rambat pulsa diubah.
Dengan demikian pulsa dapat diamati seluruhnya dengan baik. Teknik
penggeseran pulsa digunakan untuk mengukur jarak antara pulsa kirim
dengan pulsa pantul atau titik asal pengetesan dengan tempat kerusakan
terjadi
Bagian gambar pulsa yang harus diamati dapat diperlebar sampai didapat
hasil sebaik mungkin, sehingga didapat titik-titik A dan F/F tepat berimpit
dengan cara penggeseran waktu
301
Gambar 9.49. Pengaturan dengan penggeseran pulsa
Jarak kerusakan yang tercatat, dibaca pada bagian (layar) B 13 pada posisi Ix
Pembacaan akan sesuai dengan kecepatan rambat (V/2) yang
dimasukkan/ditentukan sebelumnya
Obyek yang akan ditest disambungkan ke hybrid ini pada L1. Suatu saluran
simulasi ditest berada didalam alat ukur. Pada socket N suatu saluran
simulasi luar dapat disambungkan (dalam hal ini satu pasang urat kabel yang
berdekatan atau satu pasang urat dari satu quad dalam kondisi yang sama).
302
Jika suatu pengganti luar digunakan, saluran pengimbang dalam terputus oleh
socket penghubung. Jaringan simulasi dalam, memberikan kompensasi yang
cukup menjamin bahwa amplitudo pulsapulsa kirim pada jaringan kabel
dibatasi untuk meyakinkan pantulan dekat saluran murni (asal) yang akan
direnacanakan, dan untuk mencegah penguat vertical (tegak) dari beban yang
terlalu besar. Pulsa kirim selalu datang pada obyek yang akan ditest dengan
polarisasi sama (a = positif /b = negative .......................... layar ) tidak
bergantung pada pulsa yang muncul pada layar, yang dapat diatur oleh
pengatur kompensasi Pulsa kirim dapat dimunculkan dengan setiap polarisasi
dan amplitudo yang diinginkan yaitu denga adanya pengaturan kompensasi
SP = Sending pulse/pulsa kirim
E = Echo
Pulsa kirim yang tidak diubah menyembunyikan pantulan yang terjadi dalam
lebar dasar pulsa Saluran (sirkit) simulasi dalam dapat diukur dengan dua
tombol pada panel depan dari alat ukur dalam upaya untuk menjaga
pengaturan secara maksimal. Pantulan-pantulan akan diterima pada socket
L1 dalam hybrid. Hybrid adalah suatu penguat Y amplitido yang dipasang
dengan suaru batas (daerah) dinamis yang besar. Ini dapat membawa
memproses kuat atau lemahnya sinyal-sinyal dengan sama baiknya. Daerah
dinamis akan mencegah/memperkecil beban yang melampaui batas. Hasilnya
sinyal-sinyal yang diterima dengan sangat tingginya penguatan tidak
menghasilkan beban yang melampaui batas. Oleh karena itu, meskipun kita
menyetel tingkat penguatan yang tinggi amplifier mampu mengevaluasi sinyal-
sinyal pantul kecil. Penguatan dapat diaganti dengan pengatur luar.
2) Penyambungan pembanding
Disamping socket penghubung L1 socket L2 dilengkapi untuk memperlihatkan
gambargambar pantulan yang berbeda dari dua pasang urat kabel.jika “L1”
disambungkan kesaluran yang rusak (pair-1) dan “L2” ke saluran yang baik
(pair 2), kemudian pada mode pengoperasian “pergantian” switch relay
pembalik secara periodik memperlihatkan secara bergantian gambar-gambar
pantulan dari “L1” dan “L2”. Dengan demikian perbedaan-perbedaan akan
tampak jelas. Disarankan saluran-saluran yang akan diperbandingkan berada
pada quad yang sama. Jika dua obyek pengetesan (yang akan ditest) mirip
303
maka perbedaanperbedaan kecil pada gambar-gambar pantulan akan lebih
mudah dikenal
3) Pembedaan gambar
Untuk teknik ini jaringan simulasi didalam alat ukur diganti dengan sistem luar
yang bebas dari kerusakan dan yang semirip mungkin dengan obyek yang
ditest. Untuk ini digunakan socket Pengertian dari prosedur ini adalah bahwa
pantulanpantulan yang sama bentuknya pada 2 saluran (dalam hal ini
pantulan pantulan yang sama letaknya, sama bentuk/keruncingannya
dan amplitudonya) akan terhapus/hilang sendiri pada layar. Hanya pantulan-
pantulan yang tidak diinginkan seperti misalnya yang disebabkan oleh
ketidakteraturan sambungansambungan cabang dan sebagainya. Penguatan
level lebih tinggi (Y amplitudo) dapat digunakan. Pantulan-pantulan dan letak
kerusakan yang terkecil, lebih cepat dikenal. Syarat mutlak yang harus ada
adalah sistem perbandingan saluran yanb bebas dari kerusakan, jika
memungkinkan dapat digunakan trunk (penghubung) yang bebas kerusakan
kesalahan yang sama atau quad yang berdekatan. Suatu kesalahan yang
sama terjadi pada kedua system tersebut (misal titik kebocoran ari) tak dapat
ditentukan tempatnya (lokasinya). Pada teknik pembedaan gambar ini
kerusakan tertentu akan hilang/terhapus pada layer
304
menghasilkan coupling langsung antara saluran 1 (pair 1) dengan saluran 2
(pair 2). Sinyal-sinyalk bicara silang (cakap silang) disebabkan oleh coupling
yang bergerak (terkirim) sepanjang saluran yang terganggu
samapi/kemasukan (input). Echometer dan akan dimunculkan (terlihat) pada
layar dari sinyal kirim (pulsa kirim) yang sesuai dengan waktu pantul (waktu
kelambatan). Polaritas dari sinyal cakap liang (bicara silang) ditentukan oleh
hubungan koupling pada saluran.ini tergantung pada kawat-kawat mana dari
ke dua saluran (kedua pair) yang terkoupling. Mode (cara) pengukuran untuk
coupling K1 ialah dengan mengoperasikan tomboltombol pada echometer
ketidakseimbangan (saluran). Phantom terhadao/kesaluran pada sistem
tetlpon simetris terutama disebabkan oleh kerusakan-kerusakan seri kawat
tunggal atau kerusakan-kerusakan karena ketidaksamaan kapasitas.
Kerusakankerusakan dari tipe ini biasanya menyebabkan kopling antara
saluran dan saluran Phantom (k2/k3 koupling. Mode pengukuran untuk k2/k3
dinaksudkan untuk menentukan letak dari tingkatan (kelas) kerusakan-
kerusakan ini, mode (cara) dapat dipilih dengan sebuah tombol tekan.
Penunjukkan koupling k2/k3 dimaksudkan (menyatakan) koupling baik dari
pair 1 (saluran 1) atau pair 2 (saluran 2) ke saluran Phantom.
305
Setelah waktu yang lama dari keadaan tidak (non) operasi atau bila
penggunaan sumbat-sumbat modul seri A1...../01,menghidupkan alat ini
dengan cara memutar kembali saklar A2 A3 – socket (lubang) untuk catuan
utama AC Alat ini dilepas/diedarkan untuk dipakai dengan stela awal pada
tegangan 230 volt. Perubahan tegangan catuan menjadi 115 volt
dimungkinkan bila saklar yang ada didalamnya diubah posisinya. Dalam hal
ini indicator tegangan pencatu pada panel depan harus ditandai dengan label
yang jelas. Tegangan catu utama ditandai dengan lampu LED berwarna hijau.
A4 – LED bila menyala menunjukkan bahwa beter sedang diisi (dicatu) secara
penuh sebesar 0,5 A. Cara ini hanya dimungkinkan dengan menyambungkan
pada catuan utama (PLN) dengan posisi saklar off. Suatu pembatas waktu
(timer) membatasi waktu pengisian penuh (tersapai), saklar (catua) disetel
otomatis pada “trickle charge mode”
A5 – socket untuk persambungan (hubungan) catuan daya luar (11 – 15 volt
arus searah/DC) A5 – socket arde A7 – pengontrol ketajaman skala (dilayar)
A8 – socket keluaran (ouput) untuk hubungan HDW electroniccontoh IXY
recorder R 404 atau alat semacam
A9 – pelepasan kerja alat ukur untuk sumbat (dalam ) modul.
Untuk memindahkan suatu sumbat dalammodul tariklah kunci ini. Penguncian
kerja alat ukur ini sangat leluasa kira-kira 1 cm diluar pegangan . kunci
tersebut kemudain dapat dicabut dengan tangan. Waktu memasukkan modul,
dengan ditekan kekanan samapi berhenti (di ujung), maka kegiatan
penguncian tersebut akan terdengan.
A10 – penggeser horisontak/mendatar pada layar
A11 – penggeser vertikal (tegak) pada layar
A12 – pengatur fokus sinar Semua modul dari seriu A2 dapat digunakan. Dari
seri A1, hanya
tipe modul A1 dapat digunakan (contoh : A1 – 083/01)
Persiapan pengoperasian dari echometer A2 – 035/01 (penggunaan kunci-
kunci echometer A2 – 035/01).
B1 – daerah pengukuran : 1 km – 10 km – 100 km
1) Daerah I : 1 km
2) Daerah II : 10 km
3) Daerah III : 100 km
B2 – Saklar geser untuk sinyal : “0 – Lx – 0/Lx”
1) 0 : mengembalikan posisi Lx (B13) ke 0
2) Lx : signal pada layar pengukuran yang dpaat digeser
3) 0/Lx: penunjukkan lain ( signal geseran) pada layar B3 – display x dan –
LCD (Liquid Crystal Display) Menunjukkan daerah pengukuran dan pemilihan
lebar pulsa (lihat B1 dan B9) B4 – socket – socket penghubung ke kabel yang
akan diukur pada berbagai model pengukuran (N, L1, L2 dan ^)
B5 – Yo/Y kunci penguat Pada cara o/Lx (lihat B2) pantulan-pantulan dari
bagian pengukuran tanpa digeser tampak dengan amplitudo mengecil dalam
perbandingan dengan pantulan yang digeser B5 – “Y ampl”, pengatur
amplitudo (y).
B7 - “N” pengatur dari simulasi jaringan kabel tiruan pada alat Ukur B8 –
Model pengukuran, L1/L2, K2/K3, K1, r
1) r : pengukuran pantulan
2) L1/L2: perbandingan saluran
3) K1 : hubungan/kopling antara pasangan 1 dan 2
4) K1/K2: hubungan antara pasangan dengan sirkirt phantomnya B9 – “ “
pengaturan lebar pulsa
306
1) Daerah I : 50-200 ns (ns = nano sekon)
2) Daerah II : 50 s-2 s
3) Daerah III : 0,5 s - 2 s B10 – “X”, pengaturan batas pengukuran pada layar
307
sampai 150 m/s dengan B12 dan minimum sampai 59,9 m/s dengan B11 swit
B14 ke Lx
10) Dengan swit B12, atur jarak pada 1000 m (pada LCD B13)
a) Swit B2 ke o/Lx, pada CRT muncul 2 pulsa yang terpisah jarak 1 skala.
Pulsa sebelah kiri adalah pulsa geseran. Tekan swit B5 (Yo/Y) maka
amplitudo pulsa sebelah kanan akan menjadi 0,5 skala.
b) Swit B5 off
c) Swit B2 ke Lx pulsa yang digeser (asli) akan tampak pada CRT Swit B2 ke
0 pembacaan pada LCD menjadi “0000” pulsa pada CRT akan tampak lagi
pada tempat semula
11) Swit B1 ke 100 km. Variasi jarak pengukuran hanya dapat diatur denga
B10 pada 10, 3, 1km dan 300 m. Pada saat bersamaan (dengan B9) hanya
pulsa-pulsa dengan lebar :2 s = 1 s – 0,5 s – 12 s akan muncul.
Catatan : Jika semua pengecekan sesuai prosedura pada paragraf 1 sampai
11 diatasi tidak terdapat perbedaan/kelainan maka kesalahan fungsi alat ukur
ini dapat diabaikan Hal-hal yang perlu diperhatikan
1) Perhatian umum
a. Sebelum menempatkan basic unit A2- 1 dalam pengoperasian : basic unit
ini akan dipasang dengan memasukkan sumbat module (module yang
mempunyai sumbat/stop kontak)
b. Module akan disisipkan dari depan sehingga akan terdengan bunyi disaat
penguncian (secara) mekanis tercapai
c. Modul seri A2, A2 – 014, A2 – 035 yang dapat digunakan. Modul seriseri
A1,.... baik A1 – 035
maupun A1 – 083, A1 – 0835, A1 – 071, A1 – 072 dan seterusnya. Hanya
dapat disesuaikan dengan cara penyempurnaan (modifikasi) type 01 adalah
A1 – 083/01
Catatan : Modul – modul (dengan sumbat.stop kontak) dab seri A1 tidak
dirobah (dimodifiksi) ke
type 01 dapat menyebabkan kerusakan pasa basic unit (satuan dasar). Modul
hanay
boleh ditukar bila alat ukur dalam keadaan off (dalam keadaan dimatikan)
d. Alat ukur yang lembab atau yang terlihat adanya kondensasi janganlah
dioperasikan (digunakan). Kondensasi akan mengakibatkan terjadinya
lengkungan (ada yang terkikis) terutama disekeliling HT supply (10 Kv) pada
CRT.
2) Catu daya dari AC
a. Penyetelan pada 230/115 Volt AC Alat ukur dari pabriknya sudah distel
pada tegangan pengoperasian sebesar 230 volt. Batas toleransi + 10% - 15%
yaitu untuk keleluasaan (kebebasan) pengoperasian dengan catu daya
diantara tegangan 220 V sampai dengan 240 V. Penyetelan peralatan pada
tegangan 115 V (caru utamam 110 – 120 V) dimungkinkan dengan membuka
tutupnya. Catu utama harus diputuskan sebelum pembukaan peralatan.
Pindahkan 2 (dua) skrup dari sisi kiri ke kana dari tutupnya di dalam daerah
tambatan/pegangannya dan tariklah keluar unit dari tutupnya. Penyetelan
tegangan catu dilaksanakan menempatkan kembali connector pada papan
sumbat (patchboard). Bila akan merubah posisi tegangan catu sekering Si-1
dan Si-2 harus diganti (lihat detail label informasi peralatan)
308
Gambar 9.55. Label penjelasan perubahan 115/230 Volt
Bila perubahan pada posisi (distel) 115 volt AC suatu label informasi harus
dipasang pada tempat yang terang (lihat juga A3) memberikan penjelasan
tentang tegangan catu yang dipilih jika tegangan catu tertulis tidak jelas, maka
alat ukur harus ditest/diperiksa sebelum digunakan
b) Hal yang perlu dilaksanakan catu utama Sambungkan (hubungkan
peralatan pada pencatu dengan kabel penghubung 0335 (dengan sumbat
yang sesuai dan aman pada pengatur lokal) Dengan saklar putar ke posisi off.
LED hijau diatas socket hubungan utama menunjukkan bahwa tegangan ada.
bila batere NiCD dipasang, LED kuning (A4) menunjukkan bahwa pengisian
sedang dilaksanakan. Setel saklar utama ke posisi ON. LED merah deka
dengan saklar itu menyala dan setelah sedikit waktu pemanasan (pemanas
sebentar), aturlah gambar pada CRT dengan control (A10), (A11), (A12).
Ketajaman (brightnest) dari garis skala dapat distel dengan pengatur (A7)
pada harga yang sesuai (tepat) “Alat ukur (unit) hanya boleh digunakan bila
pemasang modul (yang tersumbat) terpasang modul boleh dirubah (diganti)
bila saklar pada posisi off Dalam hal sebelum penentuan cara (mode)
pengukuran dengan kimpuls atau metode pengiriman gelombang. Khusus
(spesial) bila penggunaan alat ukur berada di dalam kendaraan, alat ukur
tersebut harus diardekan dengan menggunakan socket (15) dipanel depan.
c) Pengisian batere dalam NiCD (untuk pemasangan lihat 4.0) Bila daya dari
catuan utama (230/115 Volt), batere dalam (internal battery) akan diisi oleh
pembangkit muatan didalamnya. Proses pengisian disetel pada 2 (dua) level.
Pengisian penuh (full charge) adalah 12 jam/0,5A dan trickle charge (tidak
dibatasi waktunya pada + 0,12A). Status pengisian penuh dan transfer pada
status trickle charge adalah control melalui pengatur waktu yang ada
didalamnya.
(1) Pengisian penuh (full charge) Sejak saat penyambungan pertama kepada
catuan utama (penyalaan LED hijau) dan membiarkan alat ukur ini tidak diswit
ke ON. Pengisian penuh dimulai sampai selama + 12 jam pada 0,5A. Jika
catuan utama terputus untuk 30 menit (selingan) dan kemudain proses
pengisian akan berlangsung sampai lamanya 12 jam tercapai. Fungsi ini akan
ditunjukkan oleh LED (A3) dan (A4). jika catuan utama terputus untuk lebih
309
lama dan 30 menit, maka pengatur waktu pengisian penuh 12 jam akan
kembali ke angka nol.
(2) Trickle charge. Pada akhir periode 12 jam pengisian penuh, level akan
otomatis pindah pada posisi trickle charge (pengisian penuh ditunjukkan oleh
penyalaan LED kuning (A4). Posisi trickle charge akan selalu terjaga.
Pemutusan catu daya utama lebih dari 30 menit, menyebabkan status
pengisian penuh akan dikembalikan untuk waktu kekurangannya dari 12 jam
sesuai dengan besarnya daya yang hilang/terputus. Jika alta ukur diswit ke
on,selama proes pengisian, maka proses pengisian akan diputuskan. bila
penyetelan saklar ke off lagi proses pengisian akan berlangsung lagi dengan
sendirinya.
(3) Pengoperasian dengan DC extern (autobatere 12 volt) Dengan
menggunakan kabel L 503/hubungan batere auto, hubungkan alat ukur
dengan sumber DC (batere). Stel akan utama pada posisi ON (A2)
pengaturan LED menunjukkan status pengoperasian. Pengontrol (A10), (A11),
(A12), (A13) perlu diatur seperlunya jika dipolarisasi catuan terbalik alat ukur
tidak dapat dihidupkan (swit on) tidak ada kerusakan yang disebabkan oleh
terbaliknya polarisasi tersebut. Catatan : Catuan (daya) akan disambungkan
negatifnya ke chasis/bodinya
(4) Pengoperasian dengan betere dalam NiCD (internal Battere Perhatian
penggunaan pertama (alat ukur) battere dalam harus diisi selama 12 jam
dengan pemilihan cara full charge (pengisian penuh). Setelah lebih kurang 24
jam disarankan untuk mengurangi proses ini, dalam hal ini periode
penyimpanan lama, agar supaya kapasitas full charge dari batere tercapai.
Waktu pengoperasian dari alat ukur adalah dibatasi sampai dengan 7
menit,tetapi dapat dirubah dengan penyetelan dalam. Begitu timer pengontrol
daya dari alat ukur (peralatan) jatuh, hal ini dihidupkan kembali (yang
tersumbat) dari A2 dengan penekanan kunci utama (hanya mampu untuk
pemutusan singkat/sebentar dari pengoperasian) Setelah periode pemutusan
lebih lama atau jika penggunaan modul (yang tersumbat) dari A1 seri. Uni
akan diswit on lagi dengan penyetelan/perubahan saklar utama A2 dari off ke
on Bila penggunaan modul itu dari A2 .... seri, penekanan salah saatu dari
saklar utama menyebabkan timer (pengukur waktu) kembali ke posisi nol,
dengan demikian waktu pengoperasian berikut sesuai posisi kembali + 7
menit Bila alat ukur berubah ke posisi off oleh timer dalam data yang telah
masuk dan disimpan
didalam A2..... seri modul (yang tersumbat) akan tertahan selama waktu
tertentu. Dengan demikian harga pengoperasian yang dimasukkan berturut-
turut tidak akan hilang tetapi siap digunakan kembali. Periode perekaman
untuk data demikian + 1 jam yang disetel oleh pabrik alat ukur ini dapat diatur
jika diperlukan. Inidkator (data) adanya perekaman (penyimpangan) data
adalah dengan penyalaan angka yang berkedip-kedip didalam tempat
indicator data tersebut, (lihat petunjuk pengoperasian untuk modul) Jika saklar
utama alat ukur distel pada posisi off kemudian semua informasi akan hilang
(lenyap) dan tergantung penyetelan saklar on lagi. Alat ukur akan kembali ke
posisi dasar (basic) dari modul yang sedang digunakan (lihat petunjuk
pengoperasian
(5) Harga-harga nominal untuk cepat rambat yang spesifik modul)
310
(6) Perekaman gambar-gambar di layar
a. Perekaman gambar-gambar dilayar dengan sampling XY Recorder R404
Bila echometer digunakan dengan kontak modul digabungkan didalamnya
menurut teknik waktu tepat ini dimungkinkan untuk membuat laporan-laporan
gambar di layar dengan mempergunakan sampling XY recorder Hubungan-
hubungan recorder dengan cara menghubungkan “cable k205” ke socket
(lubang REC (A7) Lebih lanjut hal-hal yang mendetail terdapat dalam petunjuk
pengoperasian sampling recorder untuk HDW electronic (R 404). Bila akan
menggunakan sampling technology modul (A1 – 0721.01) dapat digunakan
XY recorder normal (biasa). Hubungan (persambungan) dibuat langsung
kepada modul lihat pada operating instructions T 07/2)
b) Perekaman gambar di layar dengan sebuah POLAROID CAMERA. Untuk
pembuatan photo dari gambar dilayar disarankan menggunakan polaroid
camera CU-5. Camera ditempatkan pada basic unit A2-1 dengan dengan
adaptor R301
Lepaskan viewing tube dari basic unit A2-1 jika camera tersebut terpasang.
Pasang photo adaptor R301 diatas plat penutup CRT dan tekanlah pada
platnya sehingga akan mengunci secara mekanis.
Hubungkan/pasangkan film cassete dan pemasangan lensa (lihat
manufactur’s instructions)
Masukkan supplementeru lensa NL – (HDW 0540) untuk melaksanakan ini
keluarkan clamp ring 0541 masukkan lensa 0540 dan klemnya.
Isikan film (pak 107) pada film cassete
Kuatkan camera pada adapter dengan cara menekannya kembali terhadap
universal fixture sehigga mekanis tercapai dan kemudain kuarkan kontak
camera pada adapter basethead.
Bila membuat gambar photo (memotret), eksposure time dan aperate
setting harus distel secara tepat. Karena itulah lebarnya perubahan optik
(penglihatan) dapat diperlihatkan pada layar keterangan khusus tentang
pemasangan camera tidak dibuat ini disarankan untuk (memperoleh) posisi
yang maksimum dengan gambar percobaan yang berulang-ulang kali.
311
Sebagai petunjuk dapat digunakan data berikut ini. Tipe film : tipe 107 hitam
putih. Kepekaan/sensitifias : 35.DIN/3000 ASA .Lensa tambahan : NL – 1.
Bingkai jarak/penyidik jarak : tidak ada Ukuran celah : 5,5. Waktu bidik/wakjtu
memotret : 0,125 detik .Cahaya yang dipancarkan disediakan untuk
benda/sasaran yang dipotret untuk pemotretean/pembidikan multiple
(berulang-ulang) penerangan cahaya akan padam setelah
pemotretan/pembidikan yang pertama Jika gambaran benda yang dipotret
tidak lengkap dilayar gambarnya akan diubah vertikal dengan menggunakan
pengontrol A11 sebelum pemotretan.
Bila pemotretan jarak dekat, dalam hal ini kerusakan terlihat pada kabel-
kabel, lensa gabungan NL – 5 (05039) digunakan untuk close up (pemotretan
jarak dekat). Polaroid view finder (0538) dapat digunakan juga. Untuk
memperjelas pandangan, ring flashlight yang berada didalamnya dapat
digunakan juga. Ring flaslight dicatu oleh sebuah batere (0537). Perhatikan
data pada pabrik pembuat camera
312
2) Pengukuran pantulan dengan cara pembanding (alternatif)
313
5) Pengukuran Kopling k1 “pair 1 – pair 2”
314
Gambar 9.63. pengukuran crosstalk 2 pair
5) Cara lain pengukuran saluran dengan phantom antara sirkit pair 2/3 (pair 2/
pair 3 rusak)
Pengukuran kerusakan
315
1) Menentukan jarak kerusakan dengan cepat rambat diketahui (dengan
bantuan pengukuran pantulan pada satu pair)
a) Swit A2 on
b) Hubungkan saluran yang iukur ke socket L1 tekan tombol “r” (B8)
c) Atur cepat rambat (V/2) pada layar (B13) dengan tombol B11 dan B12
sehingga penunjukan sesuai dengan kecepatan rambat yang sudah
diketahui
d) Pilih/atur pulsa dengan (B9) dan amplitudo B5 agar pulsa menjadi
jelas.
e) Atur layar B13 ke Lx (meter dengan swit B14)
f) Tempatkan switch penggeser sinyal (B2) ke O/Lx dan atur agar
pantulan kerusakan yang akan diukur bergeser ke sebelah kiri hingga
berimpit pada pulsa kirim dengan B11/B12
g) Atur batas pengukuran seskecil mungkin dengan switch B10
h) Tempatkan titik awal pulsa pantul (kerusakan) tepat pada titik awal
pulsa kirim
i) Baca jarak kerusakan pada layar (B13) = ......meter
316
c) Sebagai perbandingan, pilih saluran yang baik pada quad yang sama
atau quad lain. Hubungkan pair ini ke soket L2, tekan kunci“r”.
d) Pilih bentuk pulsa kirim dengan mengatur B9 dan B5 agar pulsa
menjadi jelas.
e) Dengan kontrol N (B7) dari jaringansimulator alat ukur, atur pulsa kirim
pada layar agar mencapai ukuran maksimum dan jika perlu
polaritasnya.
f) Tekan kunci L1/L2 (B8) suatu gambar pembanding tampak pada CRT.
Berlawanan antara keduanya menyatakan kerusakan.
g) Kemudian ikutilah cara-cara menentukan jarak kerusakan terdahulu.
d) Pengukuran K3.
Pair 2 dihubungkan ke L1.
Pair 1 dihubungkan ke “ _ “.
e) Atur pulsa dengan (B9) dan atur amplitude dengan B5 agar pantulan
tampak jelas.
e) Letak kopling akan tampak pada CRT sebagai pulsa pantul.
317
f) Lihat tata cara menentukan jarak.
g) Pengukuran ketidakseimbangan sirkit dengan ground. Echometer A2 –
035/01 memungkinkan untuk mampu mengukur ketidakseimbangan sirkit ke
ground e1 – e3. Alat harus distel ke K1 dan soket-soket N, L1, L2 harus
disambungkan dengan utas-utas penyambungan seperti diagram berikut
a) Hubungan-hubungan luar.
Hubungkan soket b dengan s.
Hubungkan soket a dengan Na.
b) Hubungkan pengirim.
Hubungkan satu sirkit phantom atau utas-utas
paling luar dengan a (semua utas diparalel).
Hubungkan selubung kabel aau ke S.
c) Hubungan penerima.
Untuk pengukuran e1 :
Hubungkan pair 1 ke L 1a dan L 1b.
Untuk pengukuran e2 :
Hubungkan pair 2 ke L 1ª dan L 1b.
Untuk pengukuran e3 :
Hubungkan pair 1 a/b ke L 1a dan pair 2 a/b ke L 1b. Fungsi bantu dari kunci
penguat Yo/Y.
Untuk mengembangkan pangukuran kerusakan-kerusakan pada tingkat
penguatan yang tinggi, dengan menggunakan kunci Yo/Y (B5) memungkinkan
tingkat penguatan direduksi (dikecilkan). Melalui operasi secara simultan kunci
penguat Yo/Y (B5) dan kunci pembanding sinyal O/Lx (B2), level penguatan
Yo yang rendah tidak akan tergeser.
5. Rangkuman
1) Pengukuran elektris adalah merupakan cara untuk mengetahui nilai
elektris yang dimiliki oleh setiap jaringan kabel pada saat tertentu baik
sebelum maupun pada saat instalasi dan masa pemeliharaan.
318
2) Pengukuran jaringan kabel pada hakekatnya merupakan bagian dari
pemeliharaan korektif dan preventif.
3) Tujuan pengukuran kabel adalah untuk mengetahui kondisi elektris suatu
kabel baik kabel yang sudah terpasang membentuk suatu jaringan,
maupun kabel yang belum terpasang.
4) Untuk mengetahui baik tidaknya suatu kabel didasarkan pada standar
nilai yang telah ditetapkan.
5) Macam pengukuran jaringan kabel
a) Pengukuran kabel menurut fungsinya
b) Menurut materi yang diukur
C. Evaluasi
Jawablah pertanyaan dibawah ini:
1) Jelaskan yang dimaksud dengan pengukuran elektris!
2) Jelaskan metode pengukuran kontinuitas,loop,screen dan isolasi!
3) Jelaskan metode pengukuran Redaman saluran,dan redaman bicara
silang!
4) Jelaskan tentang pengukuran impedansi saluran,dan pengukuran
ketidakseimbangan tahanan penghantar!
5) Jelaskan yang dimaksud dengan pengukuran kapasitansi bersama (CO)
dan ketidakseimbangan kapasitansi
319
DAFTAR PUSTAKA
320