Anda di halaman 1dari 8

Program Inovasi : “KRING RESTI”

PUSKESMAS MUARA JAWA


Rabu, 18 Oktober 2017

“Manfaatkan Aplikasi Mode Alarm, Untuk Pengingat


Pemantauan dan Kunjungan Ke Bumil Resti”
Kapusk Muara Jawa Melalui Masitah Petugas Bikor.
KUKAR : Selama Tiga tahun terakhir jumlah
kematian ibu di wilayah Puskesmas Muara Jawa
menunjukkan angka yang sama yaitu empat orang
kematian setiap tahunnya. Hal ini yang menjadi
pemicu bagi Puskesmas untuk melakukan kegiatan
inovasi “Alarm Bumil Resti”. “Inovasi ini kami
diselenggarakan sebagai upaya untuk mengatasi
jumlah kematian ibu yang belum menunjukkan
penurunan” Ujar Kepala Puskesmas Muara Jawa
disampaikan oleh Masitah Petugas KIA saat
dihubungi via telepon beberapa waktu yang lalu
Masitah, yang juga seorang bidan, mengatakan
bahwa dari hasil audit maternal, penyebab
kematian tersebut disebabkan sebagian ibu hamil
yang mempunyai resiko tinggi tersebut tidak
pernah memeriksakan kehamilannya ke petugas
kesehatan. Mencermati kondisi seperti ini,
pihaknya melakukan upaya inovasi dengan
membuat gerakan Alarm Bumil Resti.
Bagimana mekanismenya ?.. Terkait hal tersebut ia
menjelaskan bahwa inovasi ini dibangun
melalui kerja sama dengan Kader kesehatan, Ketua
RT dan tokoh masyarakat untuk melakukan
pendataan khususnya ibu hamil, baik warga
kecamatan Muara Jawa atau pendatang.
Dari Data bumil tersebut dilakukan screening
khusus bumil dengan kategori resiko tinggi yang
kemudian petugas atau bidan desa mencatat
rencana pemeriksaan/kunjungan ulang dan
perkiraan kelahiran pada “Aplikasi Mode Alarm”
handphone android yang disebar ke seluruh kader
dan ketua RT yang ada diwilayah kecamatan Muara
Jawa.
Catatan bumil resti pada “aplikasi mode alarm’’ ini
menjadi “notifikasi” atau pengingat petugas untuk
melakukan pemantauan / mendeteksi jadwal
kontrol dan jadwal persalinan mereka. Juga mudah
untuk menyiapkan sarana yang mendukung proses
persalinan seperti mobil ambulans, dan donor
darah yang tertuang dalam P4K.
“Kader dan bidan desa mempunyai catatan jadwal
kontrol dan persalinan yang telah diinput
dipengingat hape mereka, sehingga memudahkan
petugas dalam memantau ibu hamil pada saat
kontrol ulang dan yang mendekati proses
persalinan” Ungkap Masitah.
Apa yang dilakukan oleh kader dan bidan desa ?.
Masitah menuturkan bahwa langkah awal pihak
Puskesmas membangun kesepakatan dengan
kepala desa dan perangkatnya serta Ketua RT dan
kader kesehatan. Kesepakatan ini sangat
diperlukan karena program inovasi Kring Resti
menjadi tanggung jawab bersama.
Kemudian Bidan beserta kader yang sudah dilatih
mengumpulkan data ibu hamil resti, memantau ibu
hamil resti berdasarkan wilayah kerja masing-
masing desa melalui aplikasi Smartphone dan
melakukan kunjungan rumah.
Selain itu, tambah Masitah, program ini juga
melibatkan masyarakat yang tergabung dalam
Kelompok Pemerhati Kesehatan Ibu dan Anak
(KPKIA), serta melibatkan suami dan keluarga
untuk melakukan deteksi dini faktor resiko pada
ibu hamil.
“Kegiatan utama dilapangan yang kami lakukan
mulai dari kunjungan rumah, membuka kelas ibu
hamil, koordinasi deteksi dini faktor resiko dengan
bidan penanggung jawab wilayah kerja, BPM,
ataupun Klinik swasta”imbuhnya .
Untuk menghindari dan mencegah kemungkinan
teradinya komplikasi obstretif, pihaknya melakukan
perencanaan persalinan dengan program P4K serta
melakukan tatalaksana manual rujukan pada
setiap kasus resiko tinggi ibu hamil yang ditemui.
Terkait dengan capaian keberhasilannya, ia menjelaskan bahwa
kegiatan ini baru berjalan kurang dari satu tahun. “Saat ini kami fokus
pada proses kegiatan, meskipun sampai akhir bulan ini (Nopember)
belum terjadi kematian ibu” Pungkasnya

Anda mungkin juga menyukai