Anda di halaman 1dari 3

Manfaatkan Aplikasi Mode Alarm, Untuk Pengingat Pemantauan

dan Kunjungan Ke Bumil Resti” Kapusk Muara Jawa Melalui


Masitah Petugas Bikor.

KUKAR : Selama Tiga tahun terakhir jumlah kematian ibu di wilayah


Puskesmas Muara Jawa menunjukkan angka yang sama yaitu empat
orang kematian setiap tahunnya. Hal ini yang menjadi pemicu bagi
Puskesmas untuk melakukan kegiatan inovasi “Alarm Bumil Resti”.
“Inovasi ini kami diselenggarakan sebagai upaya untuk mengatasi
jumlah kematian ibu yang belum menunjukkan penurunan” Ujar Kepala
Puskesmas Muara Jawa disampaikan oleh Masitah Petugas KIA saat
dihubungi via telepon beberapa waktu yang lalu

Masitah, yang juga seorang bidan, mengatakan bahwa dari hasil audit
maternal, penyebab kematian tersebut disebabkan sebagian ibu hamil
yang mempunyai resiko tinggi tersebut tidak pernah memeriksakan
kehamilannya ke petugas kesehatan. Mencermati kondisi seperti ini,
pihaknya melakukan upaya inovasi dengan membuat gerakan Alarm
Bumil Resti.

Bagimana mekanismenya ?.. Terkait hal tersebut ia menjelaskan bahwa


inovasi ini dibangun melalui kerja sama dengan Kader kesehatan, Ketua
RT dan tokoh masyarakat untuk melakukan pendataan khususnya ibu
hamil, baik warga kecamatan Muara Jawa atau pendatang.

Dari Data bumil tersebut dilakukan screening khusus bumil dengan


kategori resiko tinggi yang kemudian petugas atau bidan desa mencatat
rencana pemeriksaan/kunjungan ulang dan perkiraan kelahiran pada
“Aplikasi Mode Alarm” handphone android yang disebar ke seluruh
kader dan ketua RT yang ada diwilayah kecamatan Muara Jawa.

Catatan bumil resti pada “aplikasi mode alarm’’ ini menjadi “notifikasi”
atau pengingat petugas untuk melakukan pemantauan / mendeteksi
jadwal kontrol dan jadwal persalinan mereka. Juga mudah untuk
menyiapkan sarana yang mendukung proses persalinan seperti mobil
ambulans, dan donor darah yang tertuang dalam P4K.

“Kader dan bidan desa mempunyai catatan jadwal kontrol dan


persalinan yang telah diinput dipengingat hape mereka, sehingga
memudahkan petugas dalam memantau ibu hamil pada saat kontrol
ulang dan yang mendekati proses persalinan” Ungkap Masitah.

Apa yang dilakukan oleh kader dan bidan desa ?. Masitah menuturkan
bahwa langkah awal pihak Puskesmas membangun kesepakatan dengan
kepala desa dan perangkatnya serta Ketua RT dan kader kesehatan.
Kesepakatan ini sangat diperlukan karena program inovasi Kring Resti
menjadi tanggung jawab bersama.

Kemudian Bidan beserta kader yang sudah dilatih mengumpulkan data


ibu hamil resti, memantau ibu hamil resti berdasarkan wilayah kerja
masing-masing desa melalui aplikasi Smartphone dan melakukan
kunjungan rumah.

Selain itu, tambah Masitah, program ini juga melibatkan masyarakat


yang tergabung dalam Kelompok Pemerhati Kesehatan Ibu dan Anak
(KPKIA), serta melibatkan suami dan keluarga untuk melakukan deteksi
dini faktor resiko pada ibu hamil.

“Kegiatan utama dilapangan yang kami lakukan mulai dari kunjungan


rumah, membuka kelas ibu hamil, koordinasi deteksi dini faktor resiko
dengan bidan penanggung jawab wilayah kerja, BPM, ataupun Klinik
swasta”imbuhnya .

Untuk menghindari dan mencegah kemungkinan teradinya komplikasi


obstretif, pihaknya melakukan perencanaan persalinan dengan program
P4K serta melakukan tatalaksana manual rujukan pada setiap kasus
resiko tinggi ibu hamil yang ditemui.
Terkait dengan capaian keberhasilannya, ia menjelaskan bahwa
kegiatan ini baru berjalan kurang dari satu tahun. “Saat ini kami fokus
pada proses kegiatan, meskipun sampai akhir bulan ini (Nopember)
belum terjadi kematian ibu” Pungkasnya.

Anda mungkin juga menyukai