Anda di halaman 1dari 28

Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

Analisa Kromosom Pada Sindrom Down


Abstrak: Konseling genetik diperlukan dalam hal untuk mengetahui seberapa besar paparan
kelainan genetik yang dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Analisis kromosom pada
kasus ini diperlukan untuk evaluasi, penatalaksanaan, dan konseling karena sindrom down
merupakan kelainan genetik dan kromosom. Pada kasus ibu A dengan kehamilan di atas umur
30 tahun merupakan salah satu faktor resiko bagi anaknya untuk mengalami kelainan
kromosom, ditambah lagi riwayat saudara perempuan ibu A yang baru melahirkan bayi
perempuan dengan Sindrom Down (47,XX,+21). Dalam kasus ini ibu A ingin melakukan
Amniocentesis untuk mengetahui apakah bayi yang dikandung memiliki resiko menderita
Sindrom Down. Amniocentesis merupakan tindakan aspirasi (pengambilan) cairan amnion
(ketuban) dengan pungsi melalui dinding abdomen. Prosedur dilakukan di bawah pedoman
ultrasonografi untuk mendeteksi kelainan genetik. Hasil analisis kromosom dapat membantu
penatalaksanaan selanjutnya pada pasien, dalam aspek psikologis, neurologis, perilaku,
emosional, dan kognitif.
Kata kunci: Konseling genetik, analisis kromosom, Sindrom Down, amniocentesis.

Abstract: Genetic counseling is needed in the case to determine how much exposure a
genetic disorder that can be passed down to the next generation. Chromosome analysis in this
case is necessary for the evaluation, management, and counseling for Down syndrome is a
genetic and chromosomal abnormalities. In the case of a mother with pregnancy at the age of
30 years is one of the risk factors for their children to undergo chromosomal abnormalities,
plus a history of mother's sister who recently gave birth to a baby girl with Down Syndrome
(47, XX, +21). In this case A mother wants to do Amniocentesis to determine whether the
baby has Down menderitaSindrom risk. Amniocentesis is an aspiration (removal) of the
amniotic fluid (amniotic) to puncture through the abdominal wall. The procedure is done
under ultrasound guidance to detect genetic abnormalities. Results of chromosome analysis
can help subsequent management in patients, the psychological, neurological, behavioral,
emotional, and cognitive.

Keywords: Genetic counseling, chromosome analysis, Down Syndrome, amniocentesis.

I. Pendahuluan
ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 1
Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

1.1 Latar Belakang

Kelainan kromosom merupakan salah satu masalah yang menjadi perhatian publik
dan para ilmuwan pada saat ini. Kelainan kromosom yang diderita dapat berupa kelainan
jumlah atau kelainan struktur kromosom. Kelainan jumlah dapat berupa hilang atau
bertambahnya satu kromosom. Misalnya monosomi, trisomi, triploidi. Sedangkan kelainan
struktur dapat terjadi dikarenakan delesi, duplikasi, translokasi, inversi, kromosom cincin
Selain kelainan struktur dan jumlah, keadaan mosaik juga merupakan salah satu jenis
kelainan kromosom. Jumlah kromosom akan sangat mempengaruhi pembentukan protein-
protein tubuh dan dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan janin atau bayi yang
tidak normal. Ada beberapa indikasi pada pemeriksaan kromosom, yaitu hambatan (retardasi)
perkembangan psikomotorik yang nampak jelas, kelainan bawaan/kongenital kecil atau
multiple, dan pemastian terhadap dugaan sindrom sitogenetik tertentu, karena gambaran
keadaan kliniknya. Analisis kromosom dapat dilakukan dengan cara mengkultur atau
membiakkan sel yang diperoleh dari darah tepi (peripherial blood) yang memerlukan 3-4 hari
kultur, biopsi kulit untuk menghasilkan fibroblas, sumsum tulang untuk diagnosis keganasan
hematologis, Fetal cells yang berasal dari cairan amnion (amniosentesis).

1.2 Tujuan

Penulis mampu memenuhi seluruh sasaran belajar yang ditugaskan, yaitu :

1. Mampu dan memahami serta menjelaskan tentang prosedur, klasifikasi dan indikasi
pemeriksaan kromosom.

2. Mampu dan memahami serta menjelaskan tentang Amniocentesis, skrining pre-natal


dan post-natal.

3. Mampu dan memahami serta menjelaskan tentang jenis-jenis kelainan kromosom.

4. Mampu dan memahami serta menjelaskan tentang Sindrom Down.

5. Mampu dan memahami serta menjelaskan tentang konseling genetik.

II. Pembahasan

2.1 Pengertian Kromosom

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 2


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

Kromosom adalah untaian material genetik yang terdapat didalam setiap sel mahluk hidup.
Setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom
tubuh (kromosom 1 s/d kormosom 22) dan 1 pasang kromosom sex (kromosom X dan Y)
yang menentukan jenis kelamin. Kromosom pada makhluk hidup berukuran panjang 0,2–50
mikron dan diameter 0,2–20 mikron. Pada manusia ukuran kromosom kurang lebih 6 mikron.
Kromosom berfungsi membawa sifat individu dan membawa informasi genetika, karena di
dalam kromosom mengandung gen. Kromosom mengandung struktur yang terdiri dari
benang-benang tipis yang melingkar-lingkar. Disepanjang benang-benang inilah terletak
secara teratur struktur yang disebut Gen. Setiap gen menempati tempat tertentu dalam
kromosom. Tempat gen didalam kromosom disebut lokus gen. Jadi gen inilah yang
sebenarnya berfungsi mengatur sifat – sifat yang akan diwariskan dari induk kepada
keturunanya. Selain itu, gen juga berfungsi mengatur perkembangan dan metabolisme
individu. Gen terdiri dari DNA (asam Nukleat). Sejumlah gen yang berderet pada kromosom
masing-masing memiliki tugas khusus. Ada gen yang mengatur warna kulit , tinggi badan,
bentuk hidung, jenis rambut, warna rambut, golongan darah, dan sebagainya.1

Gambar 1. Struktur Kromosom

2.2 Analisa kromosom

2.2.1 Prosedur Pemeriksaan Kromosom

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 3


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

- C-banding merupakan teknik pewarnaan sentromer heterokromatin, yakni begian tertentu


dari DNA constitutive heterochromatin yang ditandai dengan warna lebih gelap pada
kromosom selama interfase dan profase. Sedangkan saat metafase biasanya jarang nampak.
C-banding cocok untuk mewarnai sentromer kromosom dengan menggunakan pewarna perak
nitrat.

- G-banding lebih mendetail dibandingkan dengan C-banding dan biasanya dilakukan setelah
kromosom diberi perlakuan awal dengan larutan trypsin, urea, protease atau acetic acid saline
(ASG). Bersama-sama Q- dan R-banding akan memberikan hasil yang lebih meyakinkan
tentang struktur kromosom terutama dalam penyusunan karyotipe.

- Q-banding potensial digunakan untuk mendeteksi perbedaan komposisi dasar DNA dengan
melihat pola berpendarnya selama metafase mitosis, karena secara khusus mengikat atom N7.
Senyawa yang sering digunakan dalam teknik ini adalah quinacrine mustard dihydrochliride,
yaitu senyawa yang agak berpendar.

- R-banding merupakan kebalikan dari G-banding dalam hal tampilan warna kromosom.
Warna yang terang pada G-banding akan berwarna gelap dalam R-banding, daerah yang
tersusun atas eukromatin tampak terang, sedangkan daerah heterokromatin tampak gelap.

- Fragile site analysis

Menggunakan media tanpa asam folat untuk mendeteksi folate sensitive X-chromosome
fragile site. Analisis dikerjakan dibawah mikroskop cahaya untuk mendeteksi Sindrom
Fragile-X.

- FISH (Fluorescence In Situ Hybridization)

Mengggunakan probe DNA pada sel-sel metafase dan interfase. Tidak menggunakan
teknologi kultur jaringan, melainkan sitogenik molekular. Biasanya digunakan untuk
mendeteksi delesi kromosom submikroskopik misalnya pada Sindrom Prader-Willi.1,2

Setiap pergantian tahapan prosedur, preparat dibiarkan kering udara. Pengeringan setelah
penetasan suspensi sel di atas preparat misalnya berguna agar sel melekat dengan erat
sehingga tidak terlepas saat proses berikutnya. Setelah pewarnaan dilakukan penutupan
preparat. Semua gelembung udara dalam etelan dikeluarkan dari preparat. Gelas penutup

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 4


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

diarahkan secara merata dan hati-hati. Tekanan yang terlalu kuat akan merusak warna, bentuk
sel dan kromosom.

Kromosom yang menyebar baik dan lengkap difoto, dicuci-cetak, digunting mengikuti bentuk
dan ukuran kromosom dan disusun. Penyusunan didasarkan pada kehomologan bentuk dan
ukuran. Metode ini disebut fotokaryotipe. Analisis karyotipe bermanfaat untuk mengetahui
adanya penyakit genetik, mutasi kromosom, mengidentifikasi spesies, mengidentifikasi
hybrid hasil persilangan, pemantauan jenis kelamin dan mengidentifikasi tingkat ploidi suatu
organisme. Hasil yang lebih menyakinkan dalam penyusunan karyotipe diperoleh dari hasil
banding.1,2

2.2.2 Indikasi Pemeriksaan Kromosom

Iindikasi pada pemeriksaan kromosom, yaitu hambatan (retardasi) perkembangan


psikomotorik yang nampak jelas, kelainan bawaan/kongenital kecil atau multiple, pemastian
terhadap dugaan sindrom sitogenetik tertentu, karena gambaran keadaan kliniknya, usia
maternal ibu yang beresiko tinggi (>35 tahun), kelainan genetik kongenital (bawaan) yaitu
ayah atau ibu yang membawa kelainan kromosom, pembawa mutasi gen, seperti penderita
hemofilia atau anaknya menderita thalasemia, albino, mengalami keguguran berulang kali
yang mungkin penyebabnya susunan kromosom tak seimbang, memiliki anak dengan
kelainan kromosom, hingga perlu diselidiki apakah karena keturunan atau bukan, riwayat
penyakit genetik pada salah satu anggota keluarga, memiliki anak retardasi mental/kebodohan
tanpa diketahui penyebabnya, memiliki anak dengan jenis kelamin diragukan (sex ambigua),
suami-istri yang mengalami infertilitas, wanita dengan amenore primer (tak pernah haid).3

2.2.3 Klasifikasi Pemeriksaan Kromosom

 Pemeriksaan prenatal

-
Analisa kromosom Amniocentesis

Amniosintesis adalah tindakan mengeluarkan cairan amnion yang mengandung sel-sel janin
dan unsur biokimia dari rongga amnion. Amniosintesis untuk deteksi kelainan kromosom
prenatal pertama kali dilaporkan pada tahun 1967. Sejak itu amniosintesis diterima secara

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 5


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

luas menjadi metode untuk diagnosis prenatal untuk kelainan kromosom, penyakit-penyakit
yang diturunkan, dan beberapa infeksi kongenital.
Indikasi utama untuk tindakan amniosintesis adalah pemeriksaan karyotype janin. Sel-sel
dalam cairan amnion berasal dari kulit janin yang mengalami deskuamasi dan dikeluarkan
dari saluran gastrointestinal, urogenital, saluran pernafasan dan amnion. Sel-sel ini
dipersiapkan untuk analisis pada tahap metafase maupun untuk pemeriksaan FISH. Namun
laboratorium lebih senang bila mendapat sampel dari darah atau villi korialis karena banyak
mengandung DNA yang diperlukan untuk kultur.
Dahulu cairan amnion juga dipakai untuk pemeriksaan kadar enzym untuk menentukan
adanya gangguan metabolisme dan analisis metabolit untuk mendeteksi penyakit kistik
fibrosis, namun saat ini telah digantikan dengan pemeriksaan yang lebih akurat yaitu dengan
pemeriksaan mutasi DNA yang bertanggung jawab terhadap kondisi ini.4
Amniosintesis midtrimester untuk pemeriksaan genetik umumnya dilakukan pada usia
kehamilan antara 15-18 minggu. Pada saat itu jumlah air ketuban sudah memadai (sekitar 150
ml) dan perbandingan antara sel yang viable dan non viable mencapai rasio terbesar.
Sebelum amniosintesis terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan USG untuk menentukan
kondisi janin, konfirmasi usia kehamilan, memastikan viabilitas janin, deteksi anomali pada
janin dan menentukan lokasi plasenta dan insersi tali pusat serta memperkirakan jumlah air
ketuban. Dilakukan tindakan antisepsis pada kulit perut ibu dan operator memakai sarung
tangan steril. Dengan tuntunan USG, tusukkan jarum ukuran 20-22 pada kantong amnion
yang tidak berisi bagian kecil janin atau tali pusat. Sebaiknya dilakukan pada daerah fundus
untuk mengurangi risiko robekan selaput ketuban, dan sedapat mungkin menghindari daerah
plasenta. Bila terpaksa harus melakukan tusukan pada daerah plasenta sebaiknya dibantu
dengan color doppler untuk mengidentifikasi pembuluh darah dan lakukan tusukan pada
daerah yang paling tipis jauh dari tepi plasenta. Prosedur ini biasanya tidak memerlukan
anestesi lokal.4,5
Dapat dilakukan dengan teknik “free hand” dimana tangan operator yang satu memegang
tranduser dan tangan lainnya memegang jarum, atau dapat dipasang pengantar jarum pada
tranduser. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat menghindari gerakan jarum ke arah
lateral yang dapat meningkatkan ukuran tusukan jarum. Cairan amnion yang pertama
diaspirasi dibuang sebanyak 1-2 ml untuk menghindari kontaminasi dengan sel-sel maternal.
Dilakukan aspirasi cairan amnion sebanyak 15 ml ke dalam tabung untuk analisa
sitogenetika. Bila pada kesempatan pertama gagal untuk mengaspirasi cairan maka dapat
dilakukan pada lokasi lain setelah terlebih dahulu menilai kembali keadaan janin dan letak
plasenta. Tenting pada selaput ketuban atau kontraksi uterus sering menjadi penyebab
ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 6
Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

kegagalan. Bila tindakan kedua gagal maka tunda tindakan amniosintesis untuk beberapa hari
kemudian, jangan melakukan dua kali tindakan pada satu kesempatan yang sama.
Walaupun dengan pengalaman selama kurang lebih tiga dekade dengan amniosintesis
midtrimester namun masih sulit untuk menentukan risiko prosedur ini yang berhubungan
dengan abortus.3,5
Selain abortus risiko lain pada janin dan ibu juga perlu untuk dipertimbangkan. Sudah ada
laporan mengenai terjadinya scar pada tubuh janin akibat tusukan jarum namun jarang
terjadi. Amniosintesis yang dilakukan dengan tuntunan USG dapat mengurangi risiko
tersebut dan juga risiko perlukaan yang lain. Komplikasi lain dari amniosintesis midtrimester
meliputi korioamnionitis, robekan selaput ketuban dan perdarahan pervaginam. Insidens
korioamnionitis < 1 per 1000 prosedur, robekan selaput ketuban terjadi pada 1-2% penderita,
namun biasanya sembuh sendiri dan terjadi reakumulasi cairan dan pada umumnya luaran
kehamilan normal. Insiden perdarahan pervaginam juga sekitar 1% dan berhubungan dengan
ukuran jarum yang dipakai.
Sudah pernah dilaporkan kasus sensitasi pada wanita dengan rhesus negatif setelah
amniosintesis, risikonya sekitar 1%. Risiko ini dapat dikurangi dengan menghindari
pendekatan transplasenta, memakai jarum berukuran kecil dan pemberian anti-D
immunoglobulin intramuskuler sesudah tindakan amniosintesis terhadap pasien Rh-negatif
yang belum tersensitasi.5
Amniosintesis dini adalah amniosintesis yang dilakukan pada usia kehamilan sebelum 15
minggu (11-14 minggu). Kesulitan teknisnya lebih besar karena jumlah air ketuban belum
banyak dan fusi antara amnion dan korion belum sempurna sehingga sering menyebabkan
tenting pada selaput ketuban. Selain itu targetnya lebih kecil, uterus belum berbatasan dengan
dinding perut sehingga meningkatkan kemungkinan perlukaan pada usus atau masuknya
kuman dari usus ke uterus.
Tindakan amniosintesis dini dilakukan dengan maksud untuk melakukan diagnosis prenatal
yang lebih dini dan menjadi tindakan alternatif untuk pemeriksaan villi korialis yang
tekniknya relatif lebih sulit dan mempunyai lebih banyak komplikasi. Dengan tuntunan USG
dilakukan pengambilan cairan amnion sebanyak 10-12 ml. Walaupun jumlah sel yang
terambil lebih sedikit namun persentasi sel yang viable lebih besar dibanding dengan pada
usia kehamilan yang lebih lanjut. Keberhasilan kultur pada kehamilan 12-14 minggu lebih
dari 95% dengan waktu panen rata-rata 12 hari (1-2 lebih lama ) daripada kehamilan 16
minggu. Dibanding dengan CVS, amniosintesis dini mempunyai frekuensi kontaminasi sel
maternal yang lebih rendah.5

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 7


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

Gambar 2. Amniocentesis

-
Analisa kromosom CVS (Chorionic Villus Sampling)

Pemeriksaan villi korialis biasanya dilakukan pada usia kehamilan antara 10-12 minggu,
untuk pemeriksaan sitogenetik, molekuler (analisis DNA) dan atau metode biokimia yang
dapat diaplikasikan pada jaringan villii. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi anomali
kromosom, defek gen spesifik dan aktivitas enzym yang abnormal dalam kehamilan
terutama pada penyakit turunan.

Jaringan villi dapat diambil dengan teknik transervikal maupun transabdominal. Sebelum
tindakan, dilakukan pemeriksaan USG untuk konfirmasi denyut jantung janin dan letak
plasenta. Tentukan posisi uterus dan serviks, bila uterus anteversi maka tambahan pengisian
kandung kemih dapat membantu untuk meluruskan posisi uterus, namun hindari pengisian
kandung kemih yang berlebihan karena dapat mendorong uterus keluar dari rongga pelvis
sehingga memperpanjang jarak untuk mencapai tempat pengambilan sampel yang dapat
mengurangi kelenturan yang diperlukan untuk manipulasi kateter.4,6

Pasien dibaringkan dalam posisis litotomi, antisepsis vulva dan vagina kemudian masukkan
spekulum dan lakukan hal yang sama pada serviks. Ujung distal kateter (3-5 cm) sedikit
ditekuk untuk membentuk lengkungan dan kateter dimasukkan kedalam uterus dengan
tuntunan USG sampai terasa tahanan menghilang pada endoserviks. Operator menunggu

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 8


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

sampai sonographer menvisualisasi ujung kateter, kemudian kateter dimasukkan sejajar


dengan selaput korion ke tepi distal plasenta. Keluarkan stylet dan pasang tabung pengisap 20
ml yang mengandung medium nutrien. Jaringan villi yang terisap ke dalam tabung dapat
dilihat dengan mata telanjang sebagai struktur putih yang terapung dalam media.

Kadang kala diperlukan pemeriksaan mikroskop untuk mengkonfirmasi jaringan villi. Sering
jaringan desidua ibu ikut terambil namun mudah dikenali sebagai stuktur yang amorf (tak
berbentuk). Bila tidak berhasil mendapat jaringan villi yang cukup maka dapat dilakukan
insersi kedua. Dengan tuntunan USG masukkan jarum spinal ukuran 19 atau 20 ke dalam
sumbu panjang plasenta. Setelah stylet dikeluarkan, aspirasi villi ke dalam tabung 20 ml
yang berisi media kultur jaringan.6

Berhubung karena jarum yang dipakai lebih kecil dari kateter servikal maka perlu dilakukan
tiga sampai empat kali gerakan maju mundur pada ujung jarum terhadap jaringan plasenta
agar jaringan villi dapat terambil. Berbeda dengan teknik transervikal yang dilakukan
sebelum usia kehamilan 14 minggu, teknik ini dapat dilakukan sepanjang kehamilan sehingga
dapat menjadi alternatif untuk amniosintesis dan pemeriksaan darah janin. Komplikasi yang
dapat terjadi pada pemeriksaan villi korialis adalah abortus dan yang ditakuti akhi-akhir ini
adalah hubungan antara tindakan ini dengan kejadian reduksi anggota gerak. CVS yang
dilakukan pada kehamilan < 9 minggu mempunyai risiko untuk reduksi anggota gerak 10-20
kali lebih besar dibandingkan dengan CVS yang dilakukan setelah usia > 11 minggu.3,6

Kontaminasi jaringan desidua ibu pada sampel yang dikultur dapat memberikan hasil negatif
palsu, dan hal ini sering terjadi bila hanya sedikit sampel yang terambil, namun di senter yang
telah berpengalaman kejadian ini tidak ditemukan lagi.

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 9


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

Gambar 3. Chorionic Villus Sampling

-
Analisa kromosom Cordocentesis

Pengambilan darah janin melalui aspirasi darah talipusat. Dilakukan lewat abdomen dengan
bantuan USG. Darah janin diperiksa secara biokimiawi dan seluler. Teknik ini disebut juga
kordosentesis, PUBS (percutaneous umbilical blood sampling), fetal blood sampling atau
furnipuncture. Kordosintesis adalah istilah yang sering digunakan. Teknik ini memungkinkan
kita melakukan pemeriksaan karotipe ( 2 – 3 hari ) dengan cara mengambil 2 – 3 cc darah
janin dari vena umbilikalis secara transabdominal, jarum ditusukkan ke perut ibu menembus
uterus menembus uterus menuju tali pusat.
Dengan ahli yang khusus dididik dalam PUBS, jarum yang sangat halus dimasukkan
menembus vena umbilicalis. Risiko terhadap janin, yang biasanya berupa keguguran, hanya <
5%. Bila dilakukan oleh orang yang tidak ahli, fetal loss bisa men-capai 50%. Darah janin
yang diperoleh dapat dianalisis kromosomnya, ensim dan biokimia serta analisis DNA.
Indikasi pemeriksaan ini dapat dibagi atas indikasi diagnostik dan terapeutik. Umumnya,
pemeriksaan darah janin diindikasikan bila keuntungannya lebih banyak dari kerugiannya.
Sebelumnya pemeriksaan darah janin dilakukan untuk kariotipe cepat namun dengan teknik
sitogenetik yang baru memakai metode FISH sampel dari villi korialis dan amniosit juga
dapat diperiksa dengan cepat. Pemeriksaan darah janin juga dilakukan pada wanita yang
datang terlambat (usia kehamilan lanjut) pada kunjungan antenatal dan menginginkan
pemeriksaan karyotype atau untuk diagnosis prenatal retardasi mental fragile-X.6
Indikasi diagnostik yang lain adalah pemeriksaan hemoglobinopathi, koagulaopathi, penyakit
granulomatous kronik dan beberapa kelainan metabolisme serta penentuan anemia dan
trombositopenia pada janin. Untuk indikasi terapeutik adalah : terapi anemia pada janin
melalui transfusi darah dan pemberian obat antiaritmia pada janin dengan hidrops.
Dengan tuntunan USG tusukkan jarum melalui dinding perut ibu dan arahkan ke tempat
insersi tali pusat di plasenta, tusukan pada bagian tali pusat yang melayang lebih sulit
dilakukan. Bila menggunakan pengantar jarum pada tranduser USG maka ukuran jarumnya
lebih kecil (22-26) sedang bila menggunakan teknik free hand jarum yang dipakai berukuran
20-22. Bila ujung jarum telah mencapai tali pusat, pasang tabung pengisap dan isap darah
kurang lebih 5 ml. Penting untuk menentukan apakah sampel darah ini berasal dari janin atau
terkontaminasi darah ibu, walaupun dengan teknik yang baik hal ini jarang terjadi namun
lebih bijaksana bila dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya. Sel darah
janin akan tampak lebih besar dengan MCV yang lebih besar. Pengambilan sampel darah
ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 10
Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

janin juga selain di vena umbilikus dapat dilakukan pada vena intrahepatik maupun jantung
janin.6
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin pasca kordosintesis adalah : terjadinya hematoma
atau perdarahan pada tempat tusukan jarum, bradikardi, infeksi. Kemungkinan untuk
terjadinya kematian janin berkisar 1% untuk itu perlu dilakukan pemantauan denyut jantung
janin dengan kardiotokografi selama paling sedikit 30 menit.

Pada ibu komplikasi yang dapat terjadi adalah isoimunisasi rhesus, sehingga harus diberikan
anti-D immunoglobulin pada ibu dengan rhesus negatif.

Gambar 4. Cordocentesis

-
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi sebenarnya merupakan kunci utama pemeriksaan diagnosis prenatal.


Tujuannya untuk melihat langsung (real time) kondisi janin di dalam rahim. Kemajuan
teknologi USG memungkinkan dokter untuk dapat melihat struktur janin lebih jelas, seperti
melihat organ yang seharusnya ada tetapi tidak ada, umpama, tidak ada tulang hidung (absent
nasal bone). Juga bisa melihat kelainan struktur janin seperti penebalan kulit belakang leher
(nuchal translucency), ada tidaknya batok kepala, bibir sumbing, kelainan jantung, kelainan
dinding perut dan lainnya. Jadi berbeda dari pemeriksaan non-invasif lain yang hanya sebagai
pendukung dan tidak dapat menegakkan diagnosis, pemeriksaan USG dapat juga
menegakkan suatu diagnosis apakah janin memiliki kelainan atau tidak.4

Sebagai contoh, disaat ibu hamil menjalani skrining di usia kehamilan 11-14 minggu, adanya
penebalan kulit di belakang leher (thickened nuchal translucency) pada pemeriksaan USG
menunjukkan adanya risiko tinggi terhadap kelainan kromosom penyebab Sindroma Down.
Dalam hal ini USG bertindak sebagai pemeriksaan skrining. Namun pada kesempatan lain
ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 11
Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

dimana USG dapat melihat kelainan struktur lain seperti tidak adanya batok kepala
(anensefalus) atau kepala membesar berisi cairan (hidrosefalus), maka kali ini USG berfungsi
sebagai alat diagnostik.

-
Pemeriksaan Serum Ibu

a. Maternal Serum Alpha-Fetoprotein (MSAFP)7


Janin yang sedang berkembang memiliki dua protein darah utama : albumin dan alfa
fetoprotein ( AFP ). Karena orang dewasa biasanya hanya memiliki albumin dalam darah, tes
MSAFP dapat dimanfaatkan untuk menentukan tingkat AFP dari janin. Biasanya, hanya
sejumlah kecil AFP memperoleh akses ke air ketuban dan plasenta untuk melintasi darah ibu.
Namun, bila ada cacat tabung saraf pada janin, dari kegagalan bagian dari saraf embryologic
tabung untuk menutup, maka AFP akan melarikan diri ke dalam cairan ketuban. Cacat tabung
saraf termasuk anencephaly ( kegagalan penutupan pada akhir tengkorak tabung saraf).
Insiden gangguan-gangguan tersebut sekitar 1-2 kelahiran per 1000 di AS. Juga, jika ada
omphalocele ( keduanya cacat pada dinding perut janin ), AFP dari janin akan berakhir di
darah ibu dalam jumlah yang lebih tinggi.
Agar tes MSAFP memiliki utilitas terbaik, usia kehamilan ibu harus diketahui dengan pasti.
Hal ini karena jumlah MSAFP meningkat sesuai usia kehamilan. Juga, ras ibu dan kehadiran
gestational diabetes penting untuk diketahui, karena MSAFP dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor ini. MSAFP biasanya dilaporkan sebagai multiples of mean (MoM). Semakin besar
MoM, semakin besar kemungkinan cacat hadir. Para MSAFP memiliki sensitivitas terbesar
antara 16-18 minggu kehamilan, tetapi masih berguna antara 15-22 minggu kehamilan.
MSAFP juga dapat berguna dalam penyaringan untuk Sindrom Down dan trisomies lainnya.
MSAFP cenderung lebih rendah ketika Sindrom Down atau kelainan kromosom lain hadir.
b. Maternal Serum Beta-HCG
Tes ini paling sering digunakan sebagai tes untuk kehamilan. Dimulai pada sekitar seminggu
setelah pembuahan dan implantasi embrio ke dalam rahim, trofoblas akan menghasilkan
cukup beta-HCG untuk mendiagnosis kehamilan. Jadi, pada saat pertama kali menstruasi
luput, beta-HCG akan sudah cukup untuk tes kehamilan positif. Beta-HCG juga dapat diukur
dalam serum dari darah ibu, dan ini dapat berguna di awal kehamilan ketika terancam aborsi
atau kehamilan ektopik dicurigai, karena jumlah beta-HCG akan lebih rendah dari yang
diharapkan. Kemudian pada kehamilan, di tengah sampai akhir trimester kedua, beta-HCG
dapat digunakan bersama MSAFP untuk skrining kelainan kromosom, dan sindrom down

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 12


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

pada khususnya. Sebuah beta-HCG tinggi dibarengi dengan penurunan MSAFP menunjukkan
Sindrom Down. Tingkat HCG yang tinggi mengindikasikan adanya penyakit Tropoblastic
(kehamilan molar). Tidak adanya bayi saat di USG disertai HCG yang tinggi
mengindikasikan mola hidatidosa, Kadar HCG juga bisa digunakan untuk follow up
perawatan pada kehamilan molar untuk memastikan tidak adanya penyakit trophoblastik
seperti kariokarsinoma.4,7
c. Serum estriol maternal (uE3)
Jumlah estriol dalam serum ibu bergantung pada kelayakan janin, sebuah plasenta berfungsi
dengan benar, dan keadaan ibu. Substrat untuk estriol dimulai sebagai
dehydroepiandrosterone ( DHEA ) yang dibuat oleh kelenjar adrenal janin.
Ini dimetabolisme lebih lanjut di dalam plasenta menjadi estriol. Estriol masuk ke sirkulasi
ibu dan dieksresi oleh ginjal dalam air seni ibu atau oleh hati ibu dalam empedu. Pengukuran
tingkat estriol serial pada trimester ketiga akan memberikan indikasi umum kesejahteraan
janin. Jika tingkat estriol turun, maka janin terancam dan emergency mungkin diperlukan.
Estriol cenderung lebih rendah bila Sindrom Down hadir dan juga adanya adrenal hypoplasia
dengan anencephaly.
d. Inhibin-A
Inhibin disekresi oleh plasenta dan korpus liteum. Inhibin-A dapat diukur dalam serum ibu.
Tingkat peningkatan inhibin-A adalah dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk trisomi 21.
Inhibin-A tinggi dapat berhubungan dengan risiko kelahiran prematur.

e. Pregnancy-Associated Plasma Protein A (PAPP-A)


Rendahnya tingkat PAPP-A sebagai diukur dalam serum ibu trimester pertama dapat
berhubungan dengan anomali kromosom janin termasuk trisomies 13,18, dan 21. Selain itu,
kadar PAPP-A pada trimester pertama dapat memprediksi hasil kehamilan yang merugikan,
termasuk small for gestational age ( SGA ) atau lahir mati. PAPP-A tinggi dapat memprediksi
large of gestational age ( LGA) baby.7

f. Triple or Quadriple Screen

Menggabungkan tes serum ibu dapat membantu dalam meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas
untuk deteksi kelainan janin. Tes klasik adalah triple screen untuk MSAFP, beta-HCG, dan estriol (uE3)
atau quadriple screen dengan ditambah inhibin-A.

CONDITION MSAFP uE3 HCG

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 13


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

Neural tube defect Increased Normal Normal


Trisomy 21 Low Low Increased
Trisomy 18 Low Low Low
Molar pregnancy Low Low Very High
Multiple gestation Increased Normal Increased
Fetal death Increased Low Low
Tabel 1. Kadar Serum pada kelainan kromosom

 Pemeriksaaan post natal

-
Analisa darah perifer

Untuk analisis kromosom setelah bayi lahir. Dapat mendeteksi penyakit genetik seperti
Hemophilia, Thalasemia, Sickle cells Anemia maupun infeksi pada janin.

-
Analisa urin bayi

-
Pemeriksaan urin bayi baru lahir diperlukan untuk menentukan kadar bilirubin
juga untuk mendeteksi bayi yang menderita fenilketonuria.4

- Pemeriksaan lainnya :

-
EKG : untuk mendeteksi kemungkinan kelainan jantung bawaan
-
ABR : untuk menentukan derajat gangguan pendengaran/ketulian
-
DDST : untuk deteksi dini gangguan tumbuh kembang

2.3 Kelainan kromosom

Secara garis besar, kelainan kromosom dapat dibedakan menjadi dua, kelainan numerik dan
kelainan struktural.

2.3.1 Kelainan kromosom numerikal

Yaitu hilangnya atau bertambahnya satu kromosom atau secara keseluruhan. Terjadi karena
kesalahan dalam pemisahan kromosom homolog atau non-disjunction pada fase meiosis I dan
II.

1) Monosomi : hilangnya satu kromosom pada sepasang kromosom.

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 14


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

2) Trisomi : bertambahnya satu kromosom pada sepasang kromosom.

3) Polyploidi : dalam satu sel terdapat banyak kromosom haploid, seperti 69, triploidi, atau
92, tetraploidi.

4) Mosaik : adanya 2/lebih macam sel pada individu atau jaringan yang berbeda aturan
genetiknya namun tetap diturunkan dari zygote yang sama, jadi memiliki asal genetik yang
sama.

A. Trisomi 21 Sindrom Down (47,XY + 21 dan 47,XX + 21 )


Penderita mengalami kelebihan satu autosom pada kromosom nomor 21 dan dapat terjadi
pada laki-laki dan perempuan. Kelainan ini ditemukan J. Langdon Down pada tahun 1866
dengan ciri-ciri tinggi badan sekitar 120 cm, kepala lebar dan pendek, bibir tebal, lidah besar
dan menjulur, liur selalu menetes, jari pendek dan gemuk terutama kelingking, telapak tangan
tebal, mata sempit miring kesamping, gigi kecil-kecil dan jarang, IQ rendah, umumnya steril.

B. Trisomi 13 / Sindrom Patau (47,XY + 13 dan 47, XX + 13)

Penderita mempunyai 45 Autosom, sehingga disebut trisomi. Trisomi dapat terjadi pada
kromosom nomor 13, 14 atau 15. Ciri-ciri penderita kepala kecil, mata kecil, sumbing celah
langit langit, tuli, polidaktili, mempunyai kelainan otak, jantung, ginjal dan usus serta
pertumbuhan mentalnya terbelakang. Biasanya penderita meninggal pada usia kurang dari 1
tahun.

C. Trisomi 18/ Sindrom Edward (47,XY + 18 dan 47, XX + 18)

Penderita mengalami trisomi atau kelebihan satu Autosom nomor 18. Ciri-ciri penderita
adalah memiliki kelainan pada alat tubuh telinga dan rahang bawah kedudukannya rendah,
mulut kecil, mental terbelakang, tulang dada pendek, umumnya hanya mencapai umur 6
bulan saja.4,8

2.3.2 Kelainan kromosom struktural

Disebabkan karena kesalahan ketika proses penyatuan yang tejadi pada crossing-over pada
meiosis I.

1) Translokasi (t) : berpindahnya materi kromosom antara kromosom yang satu dengan
lainnya. Pertukaran ini biasanya tidak disertai dengan hilangnya DNA sehingga disebut
ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 15
Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

balanced translocation, dimana secara klinis individu tersebut terlihat normal. Namun pada
pembawa kromosom translokasi balans akan memberikan keturunan dengan translokasi

imbalans/tidak seimbang yang sangat memungkinkan juga disertai hilangnya DNA.

Translokasi reciprocal terjadi akibat kerusakan pada minimal 2 kromosom dengan pertukaran
pada masig-masing segmen kromosom untuk membentuk kromosom derivative yang baru,
dan biasanya jumlah kromosom tetap 46. Translokasi robertsonian adalah tipe khusus dari
translokasi rciprokal dimana kerusakan kromosom terjadi pada atau dekat dengan sentromer
dari dua kromosom akrosentrik. Sehingga kemudian terjadi fusi antara masing-masing lengan
panjang kromosom (centric fusion). Lengan pendek masing-masing kromosom hilang,
sehingga jumlah kromosom berkurang menjadi 45.

2) Delesi (del) : hilangnya bagian dari sebuah kromosom dan berakibat pada mosomi untuk
segment kromosom tersebut. Delesi dapat terjadi pada 2 level, delesi kromosom yang luas
yang dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Sedangkan mikrodelesi yang bersifat
submikroskopik dapat diidentifikasi dengan menggunakan pemeriksaan flourescent in situ
hybridization (FISH) .

3) Insersi : terjadi karena segmen dari salah satu kromosom dimasukkan ke dalam kromosom
yang lain.

4) Duplikasi (dup) : adanya dua salinan salah satu segmen kromosom pada satu kromosom.

5) Inversi (inv) : terjadi akibat adanya dua patahan pada satu kromosom yang kemudian
patahan tersebut memutar terbalik 180 derajat atau bertukar posisi. Inversi parasentrik bila
patahan ini pada salah satu lengan dan tak termasuk sentromernya. Inversi perisentrik bila
patahan pada salah satu tepi dari sentromer.1,8

6) Isokromosom (i) : terjadinya delesi pada salah satu lengan digantikan oleh duplikasi dari
lengan yang lain, sehingga biasanya lengan panjang atau lengan pendek menjadi identik.

A. Wolf-Hirscshorn

Delesi pada lengan pendek kromosom 4 dan 5, secara berturut-turut. Namun bagaimanapun
juga terdapat perbedaan, terutama pada Wolf-Hirscshorn sindrom, terdapat korelasi yang
buruk antara fenotip dengan materi kromoson yang hilang yang ditentukan oleh analisis

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 16


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

molekular. Hipertelorisme, jembatan hidung luas, celah bibir +/- palatum, mulut cenderung
untuk menurun, perawakan pendek.

B. Cri du Chat syndrome

Anak yang dilahirkan dengan delesi pada kromosom nomor 5 ini mempunyai mental
terbelakang, memiliki kepala yang kecil dengan penampakan wajah yang tidak biasa, dan
memiliki tangisan yang suaranya seperti suara kucing. Penderita biasanya meninggal ketika
masih bayi atau anak-anak.

B. Prader Willi syndrome dan Angelman syndrome

Mikrodelesi pada kromosom 15q11-13, dan dengan mikroskop cahaya sering tidak tampak
dan memberikan 2 manifestasi klinik yang berbeda walaupun berasal dari lokus yang sama.
Kedua sindrom ini disebabkan oleh gen yang imprinted (gen dari lokus yang sama berasal
dari salah satu orang tuanya, ibu atau bapaknya memberikan ekspresi yang berbeda). Pada
Prader Willi delesi besifat paternal, dan pada Angelman bersifat maternal.

- Prader-Wili syndrome : obesitas, hipotonia, tangan dan kaki kecil, fissura palpebra miring
keatas (upslant), hipogonadisme, penis kecil, gagal untuk tumbuh kembang.1,8

- Angelman syndrome: keterlambatan perkembangan, gangguan bicara, sering tertawa, dan


gerakan-gerakan kasar (puppet-like gait), kejang.

2.3.3 Kelainan kromosom sex

A. Sindrom Klinefelter (47, XXY atau 44A + XXY)

Penderita mempunyai 44 Autosom dan 3 kromosom kelamin (XXY). Kelainan ini ditemukan
oleh H.F. Klinefelter tahun 1942. Penderita berjenis kelamin laki-laki tetapi cenderung
bersifat kewanitaan, testis mengecil dan mandul, payudara membesar, dada sempit, pinggul
lebar, rambut badan tidak tumbuh, tubuhnya cenderung tinggi (lengan dan kakinya panjang),
mental terbelakang.

B. Sindrom Turner (45,XO atau 44A + X)

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 17


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

Penderita mempunyai 44 Autosom dan hanya 1 kromosom kelamin yaitu X. Kelainan ini
ditemukan oleh H.H. Turner tahun 1938. Penderita Sindrom Turner berkelamin wanita,
namun tidak memiliki ovarium, alat kelamin bagian dalam terlambat perkembangannya
(infatil) dan tidak sempurna, steril, kedua puting susu berjarak melebar, payudara tidak
berkembang, badan cenderung pendek (kurang lebih 120 cm), dada lebar , leher pendek,
mempunyai gelambir pada leher, dan mengalami keterbelakangan mental.

C. XXX females

Survei menunjukkan bahwa 0,1% dari seluruh perempuan memiliki kariotipe 47, XXX.
Kasus ini biasanya terjadi karena kesalahan pada meiosis I. Wanita tampak normal tapi IQ
dibawah rata-rata.

D. XYY males

Penambahan kromosom Y dapat dikarenakan non-disjunction meiosis II yang bersifat


paternal atau post-zygotic event. Pria lebih tinggi dari rata-rata, banyak jerawat.8,9

E. Fragile X syndrome

Disebut juga dengan sindrom Martin Bell. Penyakit diturunkan mengikuti hukum mendel (X
linked). Kasus ini biasanya diderita oleh laki-laki, dan perempuan hanya sebagai pembawa
sifat. Secara sitogenetik tampak adanya fragile site pada ujung lengan kromosom X. Carrier
wanita secara molekuler pada promoterregion gen FMR-1 Mempunyai CGG repeat lebih dari
200 disebut mutasi penuh, sedang yang CGG repeat 50-200 disebut premutasi. Wajah
memanjang, jidat lebar, bibir tebal, testis besar, retardasi mental.

2.4 Sindrom Down

Sindrom down adalah sebuah gangguan genetik yang disebabkan oleh trisomi kromosom 21.
Gangguan ini adalah gangguan kromosom tersering yang dijumpai dalam kelahiran hidup,
yaitu 1 dari 800 kelahiran hidup. Pada 95% kasus, sindrom down disebabkan oleh
nondisjungsi kromosom ibu nomor 21 selama meiosis. Insidens sindrom down yang

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 18


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

berhubungan dengan nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Sindrom down terjadi
pada 1 dari 1350 bayi yang lahir dari ibu berusia kurang dari dari 24 tahun, dan 1 dari 65 bayi
yang lahir dari ibu berusia 41 sampai 45 tahun. Kurang dari 5% kasus sindrom down yang
dapat dilacak berasal dari kromosom ekstra ayah. Penyebab sindrom down ketiga yang tidak
lazim adalah translokasi total atau sebagian dari salah satu duplikat kromosom 21 normal
menjadi kromosom yang bebeda, biasanya menjadi kromosom 13, 14, 15, 18, atau 22, namun
kromosom lain juga dapat menjadi target. Anak yang mengidap sindrom down memiliki
tingkat retardasi mental yang bervariasi, sering dapat diintervensi secara positif dengan
program intervensi anak secara dini.8,9

Patofisiologi

Penemuan penanda-penanda molekular untuk berbagai bagian dari kromosom 21


memungkinkan perolehan informasi yang cukp banyak mengenai kapan dan bagaimana
material kromosom tambahan muncul pada sindrom down; Human Genome Project telah
membuat daftar sekitar 230 gen yang ditemukan di kromosom 21. Sebaliknya, sangat sedikit
yang diketahui tentang mengapa peningkatan dosis gen untuk kromosom 21 menyebabkan
timbulnya gambaran klinis sindrom down.9

Untuk trisomi 21 (47,XX+21 atau 47,XY+21), penanda sitogenik atau molekular yang
membedakan antara salinan kromosom 21 dari ibu atau ayah dapat digunakan untuk
mebedakan apakah salinan tambahan kromosom 21 berasal dari sel telur atau sel sperma.
Tidak terdapat perbedaan klinis yang nyata antara kedua tipe individu trisomi 21 ini, yang
mengisyaratkan bahwa genetic imprinting tidak berperan penting dalam patogenesis sindrom
down. Jika kedua salinan kromosom 21 yang dibawa oleh masing-masing orang tua dapat
dibedakan, biasanya dapat diketahui apakah proses nondisjungsion yang menyebabkan
kelainan gamet, terjadi selama anafase meiosis I atau meiosis II. Studi-studi semacam ini
memperlihatkan bahwa sekitar 75% kasus trisomi 21 disebabkan oleh tambahan kromosom
ibu dan bahwa sekitar 75% proses nondisjungsion terjadi selama meiosis I dan proses
nondisjungsion meningkat seiring pertambahan usia ibu.8

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 19


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

Gambar 5. Trisomi 21

Tabel 2 Gambaran fenotip trisomi 21

Gambaran Frekuensi
Fisura palpebra yang tertarik ke atas (upslanting) 82%
Kelebihan kulit di tengkuk 81%
Brakisefali 75%
Hiperekstensibilitas sendi 75%
Jembatn hidung datar 68%
Celah lebar antara jari kaki pertama dan kedua 68%
Tangan pendek gemuk 64%
Lipatan epikantus 59%
Jari tangan kelima pendek 58%
Jari tangan kelima melengkung ke dalam 57%
BercakBrushfield (hipoplasia iris) 56%
Alur palmar transversal 53%
Telinga terlipat atau displastik 50%
Lidah menonjol 47%

Jenis jenis Sindrom Down :

Terdapat 3 variasi yang menjadi penyebab sindrom down yaitu :

1. Trisomi 21

Keadaan ini disebabkan oleh adanya ekstra kromosom 21 dalam semua se individu.
Hal seperti ini terjadi karena salah satu dari orang tua memberikan dua kromosom 1
baik melalui sel telur maupun sperma, bukannya saru seperti biasanya. Ini merupan
bentuk yang paling banyak terjadi (95%) pada ana anak sindrom down yang lahir dari
ibu dengn bermacam macam usia.

2. Translokasi

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 20


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

Pada tipe ini, sebagian dari kromosom lain tersangkut pada kromosom 21. Hal ini
terjadi ketik bagian ata yang kecil dari kromosom 1 dan sebuah kromosom lain pecah
lalu kedua bagian yang tersisa sag melekat satu sama lain pada bagian ujungnya.
Proses saling melekat tersebut dinamakan translokasi. Kromosom yang terlibat hanya
tertentu saja, yaitu kromosom yang memiliki jung ujung kecil yang secara gbetik
tidak aktif, yang dapa putus dan hilang tanpa menimbulkan efek buruk seperti
kromoom 13, 14, 15, 22 atau kromosom 21 lainnya. Kasus seperti ini hanya terjadi
hanya 3 sampai 4% pada anak anak penyandang sindrom down.

Jenis translokasi ini bisa terjadi apabila salah satu orang tua merupakan pembawa.
Yang dimaksud dengan pembawa adalah orangtua yang memiliki 23 pasang kromoom
namun salah satu dari kromosom 21 melekat dengan kromosom lainnnya. Maka
maalah yang akan timbul adalah pada saat memproduksi sperma aray se telur adalah
sulitnya untuk membagi jumlah kromosom dengn merata, karen akedua kromosom
tersebut sudah saling melekat satu sama lain.

3. Mosaik

Pada keadaan ini hanya sebagian sel yang mengandung ekstra kromosom sedangkan
sel lain normal. Individu individu ini dikatakan menunjuan gambaran mosaic karena
sel sel tubuh seperti mosaic yang tersusun dari potongan potongan yang berbeda,
sebagian normal dan sebagian dengan kromosom tambahan. Kasus ini adalah kasus
yang paling jarang terjadi pada anak sindrom down, jumlahnya hanya 1% saja.

Gambaran klinis

Sindrom down terjadi pada sekitar satu dari 700 kelahiran hidup dan menyebabkan 1
per tiga dari semua kasus retardasi mental, kemungkinan memiki anak dengan sindroma
down berkaitan secara eksponensial dengan peningkatan usia ibu,

Penyakit ini biasanya dicurigai pada periode perinatal oleh adanya gambaran wajah
yang khas dan dismorfik seperti brakisefali. Lipatan epicantus, telingan kecil, alur transversal
ditelapak tangan dan hipotonia, sekitar 50 % anak yang terken mengalami defek jantung
congenital, yang datang berobat pada periode perinatal dini karna masalah kardiorespirsi,

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 21


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

kecurigaan kuat akan penyakit ini berdaarkan pengamatan klinis biasanya dipastikan dengan
penentua kariotipe 2 sampai 3 hari.8

Riwayat alami sindrom down pada masa kanak kanak terutama ditandai dengan keterlambatan perkembangan, retardai pertumbuhan, dan

imunodefisiensi. Keterlambatan perkembangan biasanya sudah tampak pada usia 3 sampai 6 bulan sebagai kegagalan mencapai tahapan tahapan penting

perkembanga sesuai usia dan mempengaruhi semua aspek fungsi motorik dan kognitif. IQ rata rata antara 30 sampai 70 dan menurun seiring dengan

bertambahnya usia. Namun, derajat retrdasi mental pada orang dewasa dengan sindrom down cukup bervariasi, dan banyak pengidap dapat hidup

semiindipendent. Scara umum, keterampilan kognitif lebih terbatas daripada kemampuan afektif, dan hanya sebagian kecil pengidap yang mengalami retardasi

berat. Sebaliknya, pertambahan berat pada sindrom down memperlihatkan peningkatan ringan yang proposional dibandingkan dengan pertambahan berat pada

populasi umum dan sebagian besar orang dewasa dengan sindrom down mengalami kelebihan berat badan.
8

Gambaran klinis sindrom Down9


Umum Anggota badan
Hipotonia neonatal Klinodaktili pada jari ke-5
Retardasi mental ringan sampai sedang Garis tangan tunggal
Perawakan pendek Celah lebar antara jari kaki pertama dan
kedua
Daerah kepala dan wajah Lain-lain
Brakisefali Penyakit jantung bawaan (40%) contoh :
Lipatan-lipatan epikantus common atrio-ventricular canal, ASD,
Lidah menjulur PDA, VSD, Tetralogi Fallot
Telinga kecil Atresia nus
Fisura palpebra miring ke arah atas Atresia duodenum
Strabismus dan atau nistagmus

Insidens leukemia meningkat (1 persen)


Tabel 3. Gambaran klinis Sindrom Down

Diagnosis: pada bayi baru lahir, dokter akan menduga adanya Sindrom Down karena
gambaran wajah yang khas, tubuhnya yang sangat lentur, biasanya otot-ototnya sangat lemas
(hipotonia), sehingga menghambat perkembangan gerak bayi. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan analisa kromosom.9

Penanganan: pada saat bayi baru lahir, bila diketahui adanya kelemahan otot, bisa dilakukan
latihan otot yang akan membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan perkembangan
anak. Penderita ini bisa dilatih dan dididik menjadi manusia yang mandiri untuk bisa

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 22


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

melakukan semua keperluan pribadinya sehari-hari seperti berpakaian dan buang air,
walaupun kemajuannya lebih lambat dari anak biasa.

Pencegahan: deteksi dini sindrom Down dilakukan pada usia janin mulai 11 minggu (2,5
bulan) sampai 14 minggu. Dengan demikian, orangtua akan diberi kesempatan memutuskan
segala hal terhadap janinnya. Jika memang kehamilan ingin diteruskan, orangtua setidaknya
sudah siap secara mental. Para ibu dianjurkan untuk tidak hamil setelah usia 35 tahun.
Memang ini merupakan suatu problem tersendiri dengan majunya zaman yang wanita
cenderung mengutamakan karier sehingga menunda perkawinan dan atau kehamilan.
Sangatlah bijaksana bila informasi ini disampaikan bersama-sama oleh petugas keluarga
berencana. Berkonsultasilah ke dokter bila seorang pernah mengalami keguguran atau
melahirkan anak yang cacat karena mungkin wanita tersebut memerlukan pemeriksaan-
pemeriksaan tertentu untuk mencari penyebabnya. Bila sudah terjadi kehamilan pencegahan
bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah dan atau kromosom dari cairan ketuban atau ari-ari
seperti telah disebutkan.8,9

Risiko mendapatkan abnormalitas kromosom meningkat dengan meningkatnya umur ibu.

Grafik 1. Hubungan umur ibu dengan risiko abnormalitas kromosom.

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 23


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

2.5 Konseling genetik

Konseling genetik merupakan proses komunikasi yang berhubungan dengan kejadian atau
risiko kejadian kelainan genetik pada keluarga. Dengan adanya konseling genetik, maka
keluarga memperoleh manfaat terkait masalah genetik, khususnya dalam mencegah
munculnya kelainan-kelainan genetik pada keluarga. Manfaat ini dapat diperoleh dengan
melaksanakan tindakan-tindakan yang dianjurkan oleh konselor, termasuk di dalamnya
tindakan untuk melakukan uji terkait pencegahan kelainan genetik.

Konseling genetika sebagian besar dilakukan dengan anamnesis, di antaranya:

 Berapakah umur Ibu saat hamil anak pertama, dan umur Ibu sekarang?

Pada kelainan jumlah kromosom trisomi─salah satunya trisomi 21 atau down


syndrome, umur ibu saat hamil merupakan salah satu faktor resiko yang cukup
menentukkan. Insidens Trisomi meningkat sesuai dengan meningkatnya usia ibu,
terutama ibu yang berumur diatas 35 tahun.

 Riwayat penyakit anak terdahulu? Apakah ada kelainan tertentu yang terjadi pada
anak tersebut?

Pada individu dengan trisomi 21, mereka akan lebih beresiko untuk menderita
kelaianan kongenital. Sebesar 50% kemungkinan individu dengan trisomi 21
mengalami penyakit jantung kongenital, salah satu yang banyak ditemukan adalah
ventricular septal defect1. Anomali sistem pencernaan seperti duodenal atresia dan
penyakit hirschprung juga cukup umum ditemukan pada anak dengan trisomi 21.
Perlu ditanyakan lebih jauh tentang gejala-gejala yang terjadi terkait dengan anomali
kongenital yang mungkin saja dialami.

 Bagaimanakah riwayat keluarga anak? Apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit kelainan genetika yang sama?

Pada down syndrome tipe robertsonian translocation, merupakan satu dari tiga tipe
yang bersifat herediter atau yang diturunkan. Tipe ini tidak terlalu berkaitan dengan

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 24


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

umur ibu saat hamil anak tersebut, namun lebih disebabkan karena orang tua yang
merupakan carrier dan mewarisi kepada anaknya secara random.

 Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anak selama ini? Apakah ada gangguan
seperti terlambat, mungkin kesulitan belajar, gangguan makan dan sebagainya?
Bagaimana data antropometrik seperti BB, TB dan sebagainya selama ini?

Anak dengan trisomi 21 pada umumnya terjadi perkembangannya lebih lambat


beberapa bulan dibandingkan dari anak yang normal. Terdapat juga faktor-faktor
seperti kelainan kongenital yang kemungkinan dialami yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut.

 Riwayat kehamilan sebelumnya? Bagaimana berat badan waktu lahir anak pertama?

Berat badan pada waktu lahir dari bayi dengan down syndrome pada umumnya
kurang dari berat badan lahir normal. Diperkirakan 20% kasus mempunyai berat
badan lahir 2500 gram atau kurang.2

Konseling genetik dilakukan bila ada riwayat mempunyai anak cacat lahir yang disebabkan
kelainan genetik, terjadi keguguran berulang, wanita hamil pada usia lebih dari 35 tahun, ada
masalah kesehatan pada anak yang diduga karena kelainan genetik, pemeriksaan kehamilan
bila salah satu atau kedua belah pihak mempunyai masalah genetik, atau mempunyai riwayat
keluarga dengan kelainan genetik.2,9

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 25


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

Gambar 6. Alur Konseling Genetik

Konseling genetik dapat membantu anda memahami masalah anda dan memberikan anjuran-
anjuran langsung kepada anda, anda beserta keluarga akan memutuskan apa yang
akandilakukan selanjutnya.

Jika anda telah mendapatkan informasi tentang konsepsi bahwa anda atau pasangan berisiko
tinggi untuk memiliki anak dengan kecacatan yang parah/ fatal pilihan anda adalah:

1. Diagnosis preimplantasi : saat sel telur telah dibuahi dalam uterus dilakukan tes untuk
menilai kecacatan pada fase blastosis dan hanya blastosis yang tidak terpengaruh yang
ditanamkan di uterus untuk menghasilkan kehamilan.
2. Menggunakan donor sperma atau donor sel telur.

3. Adopsi.

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 26


Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

Jika anda mendapatkan diagnosis kecacatan yang fatal setelah konsepsi berikut ini adalah
piilihan-pilihan yang dapat anda lakukan:

1. Menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan saat anda memiliki bayi dengan kelainan
genetik.
2. Terminasi kehamilan.9

III. Kesimpulan

Prenatal diagnostik sangat disarankan bagi wanita hamil ≥ 35 tahun, dimana faktor resiko
terjadinya kelainan pada janin meningkat. Dapat juga dilakukan bila ada riwayat kelahiran
dengan kelainan genetik dalam keluarga, seperti pada kasus ibu A dengan riwayat Sindrom
Down dalam keluarganya. Banyak pemeriksaan kromosom yang dapat dilakukan, tidak hanya
amniocentesis seperti yang sudah dijelaskan diatas. Kita sebagai dokter harus memberi tahu
pasien tentang kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pemeriksaan tersebut, dan
biarkan pasien yang memilih. Pemeriksaan tersebut sebaiknya dilakukan sedini mungkin
sehingga jika ditemukan kelainan dapat dikoreksi jika kelainan tersebut dapat segera
dikoreksi atau jika perlu dilakukan terminasi kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA
ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 27
Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

1. Sudoyo Aru, Setiyohadi Bambang. Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta: InternaPublishing;


2010. Hal 140-158.
2. Jenkins T, Wapner R. Prenatal diagnosis of congenital disorders. In: Creasy R, Resnik
R, Iams J, editors. Maternal fetal medicine. 5 th ed. Philadelphia: WB. Saunders; 2004.
p. 235-73.
3. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Ed IV. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2009. hal 736-44.
4. Rodeck C, Pandya P. Prenatal diagnosis of fetal abnormalities. In: Chamberlain G,
Steer P, Breat G, Chang A, Johnson M, Neilson J, editors. Turnbull's obstetrics. 3 rd ed.
London: Churchill Livingstone; 2001. p. 169 - 96.
5. Overton T, Fisk N. Amniocentesis. In: James D, Steer P, Weiner C, Gonik B, editors.
High risk pregnancy management option. 2 nd ed. New York: W.B Saunders; 2000. p.
215-23.
6. Holzgreve W, Miny P. Chorionic villus sampling and placental biopsy. In: James D,
Steer P, Weiner C, Gonik B, editors. High risk pregnancy management option. 2 nd ed.
New York: W.B Saunders; 2000. p. 207-13.
7. Soothill P. Fetal blood sampling before labor. In: James D, Steer P, Weiner C, Gonik B,
editors. High risk pregnancy management option. 2 nd ed. New York: W.B Saunders;
2000. p. 225-33.
8. Rossiter J, Blakemore K. Fetal genetic disorders. In: Winn H, Hobbins J, editors.
Clinical maternal-fetal medicine. 1 st ed. New York: Parthenon Publishing Group;
2000. p. 783-98
9. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom KD.
Alih bahasa, Hartono A, Joko YS. Obstetri William. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 2005; Edisi ke-21: 1084-112.

ǀ A-6 ǀ Genetika Klinik dan Gizi Masyarakat 28

Anda mungkin juga menyukai