Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH UJIAN KASUS

PATOLOGI FORENSIK
LUKA TUSUK

Disusun Oleh:
Elaine Ariadne Lase
1006658240
Rombongan I (Rotasi II)

Penguji:
dr. Fitri Ambar Sari, SpF

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTOMANGUNKUSUMO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
OKTOBER 2013

BAB I
ILUSTRASI KASUS
No. Registrasi Forensik

: 1032/SK-II/X/2013

No. Registrasi RSCM

: 3740A1013

Pemeriksaan Luar

: 20 Oktober 2013 pukul 07.30 WIB

Pemeriksaan Dalam

: 20 Oktober 2013 pukul 08.50 WIB

Identitas Jenazah
Nama

: Tn. L

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tempat / Tanggal Lahir

: Tegal/1996

Usia

: 17 tahun

Warga Negara

: Indonesia

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Karyawan

Alamat

: DS. Lumiser RT 04/01 Kec. Adiwarna, Tegal, Jateng

Riwayat Kasus
Pada hari Minggu, 20 Oktober 2013, pihak Kepolisian Resort Metropolitan Jakarta Selatan
Sektor Kebayoran Lama membawa mayat laki-laki yang sudah diidentifikasi sebagai Tn. L ke
bagian forensik Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Laki-laki sebelum meninggal
bekerja sebagai penjaga toko di Toko Plastik H. Subur dan ditemukan meninggal dunia pada
hari Minggu, 20 Oktober 2013 jam 04.00 WIB dalam toko tempatnya bekerja. Diduga korban
meninggal akibat luka tusuk pada bagian dada. Polsek Kebayoran Lama mengirimkan
jenazah untuk dilakukan pemeriksaan luar dan pemeriksaan bedah mayat melalui surat
permintaan nomor 118/VER/X/2013/SEK.KEB.LAMA agar dapat dibuatkan visum et
repertumnya. Pemeriksaan bedah mayat dapat dilaksanakan segera setelah pemeriksaan luar
selesai karena sebelumnya, pada pukul 07.10 WIB, Tn. R, sanak saudara korban sudah
menangani pernyataan persetujuan pemeriksaan luar dan pemeriksaan bedah mayat atas
jenazah Tn. L. Berikut adalah visum et repertumnya.

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


RUMAH SAKIT DR CIPTO MANGUNKUSUMO

Jalan Diponegoro no. 71, Jakarta Pusat 10430, Kotak Pos 1086
Telp. 3918301, 31930808 (Hunting), Fax 3148991

Jakarta, 25 Oktober 2013


PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
No. 01/TU.RSCiptoMangunkusumo/X/2013

Yang bertanda tangan di bawah ini, Elaine Ariadne Lase, dokter pada Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah
Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari
Kepolisian Resort Metropolitan Jakarta Selatan Sektor Kebayoran Lama dalam suratnya yang
bernomor 118/VER/X/2013/SEK.KEB.LAMA tertanggal 20 Oktober 2013, pada tanggal dua
puluh Oktober tahun dua ribu tiga belas pukul tujuh lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia
bagian Barat, bertempat di Ruang Bedah Jenazah Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta, telah dilakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat
permintaan tersebut adalah:------------------------------------------------------------------------------Nama
: Tn. L---------------------------------------------------------------------------Jenis Kelamin
: Laki-laki----------------------------------------------------------------------Tempat/Tanggal Lahir : Tegal/1996--------------------------------------------------------------------Umur
: 17 tahun-----------------------------------------------------------------------Kebangsaan
: Indonesia----------------------------------------------------------------------Agama
: Islam---------------------------------------------------------------------------Pekerjaan
: Karyawan---------------------------------------------------------------------Alamat
: DS. Lumiser RT 04/01 Kec. Adiwarna, Tegal, Jateng------------------Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna kuning tanpa materai yang terikat
pada ibu jari kaki kanan korban.-------------------------------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN-------------------------------------------------------------------------------I. Pemeriksaan Luar-------------------------------------------------------------------------------------1. Mayat diletakkan di dalam kantong khusus mayat dengan bahan parasut warna oranye
bertuliskan DINAS PERTAMANAN DAN PEMAKAMAN PROVINSI DKI JAKARTA
TAHUN
ANGGARAN
2012
warna
hitam
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------2. Pada jari manis tangan kanan terdapat cincin dari logam berwarna abu-abu perak yang
bertuliskan
Rita
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------3. Mayat berpakaian sebagai berikut:-----------------------------------------------------------------a. Kaos lengan pendek warna hitam bertuliskan FatGag 3 pada sisi depan. Pada bagian
tengah sisi depan kaos ditemukan robekan bertepi rata sepanjang tiga sentimeter
dengan
bercak
darah
pada
bagian
bawah
------------------------------------------------------------------------------------------------------b. Celana pendek berbahan jins warna abu-abu dengan bercak darah pada sisi depan
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

c. Celana
dalam
berbahan
kaos
warna
biru
------------------------------------------------------------------------------------------------------4. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh dan sukar dilawan. Lebam mayat terdapat pada
bagian punggung, berwarna
Lanjutan VeR No. 01/TU.RSCiptoMangunkusumo/X/2013
Halaman ke 2 dari 5 halaman
bagian punggung, berwarna merah kebiruan, tidak hilang pada penekanan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------5. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia ras Mongoloid berumur kurang lebih
tujuh belas tahun dengan kulit sawo matang, gizi sedang, panjang tubuh seratus lima
puluh tujuh sentimeter, berat tubuh lima puluh dua kilogram, dan zakar disunat
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------6. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh ikal, panjang empat sentimeter. Alis berwarna
hitam, tumbuh lebat. Bulu mata berwarna hitam, tumbuh lurus. Kumis berwarna hitam,
tumbuh
tipis
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------7. Kedua mata terbuka masing-masing tiga milimeter. Selaput bening mata agak keruh,
kedua teleng mata bulat dengan garis tengah tiga milimeter. Tirai mata berwarna cokelat.
Kedua
selaput
bola
mata
dan
selaput
kelopak
mata
pucat
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------8. Hidung berbentuk biasa. Kedua daun telinga berbentuk biasa.---------------------------------9. Mulut tertutup. Lidah tidak terjulur. Gigi geligi lengkap kecuali pada rahang atas sebelah
kiri dan kedua sisi rahang bawah yang tidak memiliki geraham bungsu sehingga gigi
geligi
berjumlah
dua
puluh
sembilan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------10. Dari lubang mulut, hidung, telinga, dan lubang tubuh lainnya tidak keluar apa-apa--------11. Luka-luka:----------------------------------------------------------------------------------------------Pada dada sebelah kiri, dua koma lima sentimeter dari garis pertengahan depan, empat
belas sentimeter di bawah tulang selangka, dan seratus delapan belas sentimeter di atas
tumit, terdapat sebuah luka terbuka melintang bertepi rata, salah satu sudutnya lancip,
dengan dasar rongga dada. Bila luka dirapatkan, terbentuk garis sepanjang tiga koma lima
sentimeter
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------12. Darah dan urin diambil sebanyak masing-masing sepuluh mililiter---------------------------II. Pemeriksaan Dalam (Bedah Jenazah)-----------------------------------------------------------13. Jaringan lemak bawah kulit berwarna kuning dengan tebal di daerah dada tiga milimeter
dan tebal di daerah perut dua puluh milimeter. Otot-otot berwarna merah kecokelatan dan
cukup
tebal
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------14. Sekat rongga badan sebelah kanan setinggi sela iga keempat dan yang kiri setinggi sela
iga
kelima
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------15. Iga kelima kiri, empat sentimeter dari garis pertengahan depan, tampak terpotong
membentuk garis melintang bertepi rata sepanjang lima sentimeter dikelilingi resapan
darah berukuran dua sentimeter kali tiga sentimeter sesuai dengan luka nomor 11 pada
pemeriksaan
luar
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Iga
lain
serta
tulang
dada
tidak
menunjukkan
kelainan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------16. Dalam rongga dada sebelah kanan tidak terdapat cairan sedangkan dalam rongga dada
sebelah kiri terdapat darah dan bekuan darah sebanyak seribu seratus mililiter
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Kandung jantung tampak tidak tertutupi paru. Di dalamnya terdapat darah dan bekuan
darah sebanyak seratus mililiter. Permukaan atas kandung jantung bagian bawah tampak
terpotong rata sepanjang empat koma lima sentimeter dikelilingi resapan darah seluas
sepuluh sentimeter kali enam sentimeter sesuai dengan luka nomor 11 pada pemeriksaan
luar. Permukaan belakang kandung jantung bagian bawah terpotong rata sepanjang tiga
sentimeter
hingga
menembus
sekat
rongga
badan.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------17. Jaringan ikat bawah kulit daerah leher dan otot leher tidak menunjukkan kelainan---------18. Selaput dinding rongga perut tampak licin, berwarna kelabu mengkilat. Dalam rongga
perut terdapat darah dan bekuan darah sebanyak tiga ratus mililiter. Pada jaringan ikat
sekitar usus besar bagian naik sebelah kanan, terdapat resapan darah seluas sepuluh
sentimeter kali
tujuh sentimeter

Lanjutan VeR No. 01/TU.RSCiptoMangunkusumo/X/2013


Halaman ke 3 dari 5 halaman
tujuh
sentimeter
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------19. Lidah berwarna kelabu kecokelatan dan penampangnya berwarna kecokelatan. Tulang
lidah, rawan gondok, dan rawan cincin utuh. Kelenjar gondok berwarna merah, teraba
kenyal, penampangnya berwarna merah kecokelatan dengan berat sepuluh gram
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------20. Batang tenggorok berisi lendir warna kuning. Selaput lendirnya berwarna kelabu pucat
dengan
sedikit
bintik
darah
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------21. Kerongkongan berisi lendir warna putih. Selaput lendirnya berwarna kelabu----------------22. Paru kanan terdiri atas tiga baga yang nampak pucat dengan perabaan seperti spons.
Penampangnya berwarna merah tua dan pada pemijatan keluar sedikit darah. Berat paru
kanan
seratus
delapan
puluh
gram
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Paru kiri terdiri atas dua baga yang nampak pucat dengan perabaan seperti spons.
Penampangnya berwarna merah pucat dan pada pemijatan keluar sedikit darah. Berat paru
kiri
seratus
lima
puluh
gram
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------23. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat, tampak merah pucat, dengan perabaan kenyal.
Pada dinding depan bilik jantung kanan terdapat luka terbuka bertepi rata sepanjang tiga
koma lima sentimeter yang menembus hingga dinding belakang bilik jantung kanan dan
hampir
memutus
sebagian
kecil
bilik
jantung
kanan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Ukuran lingkaran katup serambi kanan sepuluh sentimeter sedangkan yang kiri tujuh
koma lima sentimeter. Ukuran lingkaran pembuluh nadi paru lima koma lima sentimeter
dan ukuran lingkaran batang nadi lima koma lima sentimeter. Tebal otot bilik kanan tiga
milimeter dan yang kiri delapan milimeter. Pembuluh nadi jantung tidak tersumbat dan
dindingnya
tidak
menebal.
Sekat
jantung
berwarna
cokelat
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Berat
jantung
dua
ratus
sepuluh
gram
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------24. Hati berwarna merah kecokelatan dengan permukaan licin, tepi tajam, dan perabaan
kenyal padat. Penampangnya berwarna merah dengan gambaran hati tampak jelas
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Pada baga kiri terdapat luka terbuka yang menembus hingga bagian belakang baga kiri
dan bila dirapatkan membentuk garis zig-zag dengan panjang kaki-kaki nol koma tiga
sentimeter, satu koma lima sentimeter, dan nol koma tiga sentimeter
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Berat
hati
seribu
dua
ratus
gram
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------25. Kandung empedu berisi cairan berwarna kuning. Selaput lendirnya berwarna hijau seperti
beludru.
Saluran
empedu
tidak
menunjukkan
penyumbatan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------26. Limpa berwarna ungu, permukaan keriput, dan perabaan kenyal. Penampangnya
berwarna merah gelap, gambaran limpa tampak jelas, dan pada pengikisan jaringan
terikut.
Berat
limpa
seratus
empat
puluh
gram
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

27. Kelenjar liur perut berwarna cokelat pucat, permukaan menunjukkan belah-belah, dan
perabaannya kenyal. Penampangnya berwarna cokelat pucat dengan gambaran kelenjar
tampak
jelas.
Berat
kelenjar
liur
perut
enam
puluh
gram
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------28. Lambung berisi lendir dan makanan yang setengah tercerna berupa butiran nasi dan
butiran kacang kedelai (tempe). Selaput lendirnya berwarna kelabu pucat dan
menunjukkan
lipatan
yang
biasa
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Pada jaringan ikat yang menghubungkan hati dan lambung terdapat luka terbuka bertepi
rata sepanjang satu sentimeter yang dikelilingi resapan darah seluas satu koma lima
sentimeter
kali
satu
sentimeter
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Pada jaringan ikat lambung bagian belakang terdapat resapan darah seluas empat
sentimeter
kali
tiga
sentimeter
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Usus dua belas
Lanjutan VeR No. 01/TU.RSCiptoMangunkusumo/X/2013
Halaman ke 4 dari 5 halaman
Usus dua belas jari berisi lendir warna kuning kecokelatan. Selaput lendirnya berwarna
kelabu
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Usus halus berisi massa lunak warna cokelat kekuningan. Pada selaput lendirnya tampak
sedikit
pelebaran
pembuluh
darah
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Usus besar berisi massa lunak warna cokelat kekuningan. Pada selaput lendirnya tampak
sedikit
pelebaran
pembuluh
darah
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

29. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapesium dan yang kiri tidak beraturan. Keduanya
berwarna
kuning
dengan
penampang
berlapis
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------30. Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri mudah dilepas.
Permukaan ginjal kanan dan kiri tampak rata, licin, dan berwarna cokelat pucat. Pada
permukaan ginjal kanan dan kiri tampak pelebaran pembuluh darah. Penampang ginjal
kanan dan kiri berwarna cokelat pucat dengan gambaran ginjal yang jelas. Piala ginjal dan
saluran
kemih
tidak
menunjukkan
kelainan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Berat ginjal kanan sembilan puluh lima gram dan yang kiri seratus gram
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------31. Kandung kemih berisi cairan berwarna kekuningan. Selaput lendirnya berwarna kelabu- - 32. Kulit kepala bagian dalam bersih. Tulang tengkorak utuh. Selaput keras otak tidak
menunjukkan kelainan. Tidak terdapat perdarahan di atas maupun di bawah selaput keras
otak.
Selaput
lunak
otak
tidak
menunjukkan
kelainan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Pada permukaan dan penampang otak besar tampak pelebaran pembuluh darah. Batas
antara daerah putih dan abu-abu jelas. Pada permukaan dan penampang otak kecil tampak
pelebaran pembuluh darah. Batas antara daerah putih dan abu-abu jelas. Tonjolan otak
kecil tampak sama tinggi. Pada permukaan dan penampang batang otak tampak pelebaran

pembuluh
darah
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Bilik otak berisi sedikit cairan kekuningan. Berat otak secara keseluruhan adalah seribu
tiga
ratus
tujuh
puluh
gram
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------33. Selanjutnya dapat ditentukan saluran luka sebagai berikut: luka nomor 11 pada
pemeriksaan luar berturut-turut menembus kulit, jaringan bawah kulit, otot dinding dada
kiri, tulang iga kiri, rongga dada kiri, kandung jantung, bilik jantung kanan, sekat rongga
badan bagian tengah, hati baga kiri, dan jaringan ikat antara hati dan lambung sisi depan.
Saluran berakhir di jaringan ikat lambung bagian belakang. Luka berjalan dari kiri depan
atas ke kanan belakang bawah membentuk sudut tiga puluh derajat dari bidang datar
dengan
panjang
saluran
luka
empat
belas
koma
lima
sentimeter
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------III. Pemeriksaan Laboratorium-----------------------------------------------------------------------34. Pemeriksaan golongan darah dilakukan dan hasilnya golongan darah adalah O-------------35. Pemeriksaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya dilakukan dengan bahan urin
dan diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Morfin:
LOT:
MOP
2090017;
EXP:2014-08:
negatif
------------------------------------------------------------------------------------------------------b. Ganja:
LOT:THC
12110005;
EXP:2014-11:
negatif
------------------------------------------------------------------------------------------------------c. Benzodiazepin:
LOT:BZ
02110030;
EXP:2014-10:
negatif
------------------------------------------------------------------------------------------------------d. Cocain:
LOT:COC
12100004;
EXP:2014-10:
negatif
------------------------------------------------------------------------------------------------------e. Ekstasi:
LOT:MDM
2020027;
EXP:2014-01:
negatif
------------------------------------------------------------------------------------------------------f. Amfetamin:
LOT:AMP
12100003;
EXP:2014-10:
negatif
------------------------------------------------------------------------------------------------------g. Metamfetamin:
LOT:MET
2110026;
EXP:2014-10:
negatif
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

KESIMPULAN
Lanjutan VeR No. 01/TU.RSCiptoMangunkusumo/X/2013
Halaman ke 5 dari 5 halaman
KESIMPULAN-------------------------------------------------------------------------------------------Pada mayat laki-laki, Tn. L, berusia kurang lebih tujuh belas tahun dengan golongan darah O
ini ditemukan luka terbuka pada dada sebelah kiri akibat kekerasan tajam.-----------------------Sebab kematian orang ini adalah kekerasan tajam pada dada sebelah kiri yang menembus
dinding dada dan mengenai jantung serta menembus sekat rongga badan dan mengenai hati
sehingga terjadi perdarahan dalam rongga dada, kandung jantung, dan rongga perut. Saat
kematian diperkirakan antara delapan hingga dua belas jam sebelum pemeriksaan dilakukan,
yakni hari Sabtu tanggal sembilan belas Oktober dua ribu tiga belas antara pukul sembilan
belas lewat tiga puluh menit hingga pukul dua puluh tiga lewat tiga puluh menit Waktu
Indonesia bagian Barat.-----------------------------------------------------------------------------------Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenar-benarnya dengan menggunakan
keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana.--------------------------------------------------------------------------------------

Dokter yang memeriksa,

dr. Elaine Ariadne Lase


NIP 1006658240

BAB II
PEMBAHASAN UMUM
2.1 Prosedur Medikolegal
Ilmu kedokteran forensik adalah cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang dimanfaatkan
untuk penegakan hukum serta keadilan. Ilmu kedokteran forensik muncul karena di tengah
masyarakat dapat terjadi pelanggaran hukum terkait tubuh manusia dan untuk memperjelas
perkara tersebut diperlukan pengetahuan yang lebih dalam dari bidang kedokteran. Selain di
dalam lingkup pengadilan, ilmu kedokteran forensik juga berperan dalam membantu
penyelesaian klaim asuransi, masalah paternitas, dan membantu usaha peningkatan keamanan
dan keselamatan kerja melalui database yang dimilikinya tentang jumlah korban kecelakaan
lalu lintas atau kecelekaan kerja.
Saat terjadi suatu peristiwa yang diduga adalah suatu tindak pidana, pada awalnya dilakukan
proses penyelidikan oleh polisi untuk menentukan apakah peristiwa tersebut dapat dianggap
sebagai suatu tindak pidana. Jika diputuskan bahwa peristiwa tersebut merupakan tindak
pidana, selanjutnya dilakukan penyidikan dengan maksud mengumpulkan berbagai bukti
supaya perkara semakin jelas dan tersangka dapat ditemukan. KUHAP pasal 6 dan Peraturan
Pemerintah No. 58 Tahun 2010 menyebutkan bahwa penyidik adalah polisi yang minimal
berpangkat Inspektur Polisi Dua atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang minimal golongan
III/a. Bila dalam satu sektor tidak ada Inspektur Polisi Dua, maka bintara dengan tingkatan di
bawahnya (Ajun Inspektur Polisi) yang menjadi penyidik. Sementara itu, penyidik pembantu
adalah polisi yang minimal berpangkat Brigadir Polisi Dua. Penyidikan kemudian dilanjutkan
dengan penuntutan dan pengadilan. Dalam proses pengadilan, hakim baru dapat menjatuhkan
pidana kepada seorang terdakwa apabila memiliki sekurang-kurangnya dua alat bukti yang
sah (KUHAP pasal 183).
KUHAP pasal 133 ayat 1 berbunyi dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. KUHAP Pasal 179 ayat 1
berbunyi setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. UU No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan pasal 28 juga menyebutkan bahwa tenaga kesehatan wajib

melakukan pemeriksaan kesehatan atas permintaan penegak hukum, Di sinilah terlihat


pentingnya ilmu kedokteran forensik dalam bidang peradilan. Berbeda halnya dengan peran
sebagai klinisi, untuk kepentingan peradilan, dokter tidak berhadapan dengan pasien
melainkan dengan korban, baik korban hidup maupun korban mati, yang statusnya adalah
barang bukti. Dalam penegakan hukum, dokter bertindak sebagai ahli lalu memberikan
bantuan pemeriksaan kedokteran forensik terhadap korban hidup, korban mati, bagian tubuh
manusia, atau benda yang diduga berasal dari tubuh manusia. Tindak pidana yang bisa terjadi
di mana saja membuat setiap dokter secara praktis harus mampu melakukan pemeriksaan
forensik. Dari hasil pemeriksaannya, dokter memberikan keterangan ahli, baik secara lisan di
pengadilan atau secara tertulis dalam bentuk surat. Keduanya dapat menjadi alat bukti yang
sah untuk membuat terang suatu perkara, dengan syarat dokter yang menyampaikan telah
mengambil sumpah jabatan dan memiliki Surat Izin Praktik yang valid. Apabila seorang
dokter menolak untuk membantu, kepadanya dapat dijatuhkan hukuman penjara paling lama
9 bulan.
Untuk bisa mendapatkan keterangan ahli, KUHAP pasal 133 ayat 2 menyebutkan bahwa
penyidik harus memberikan permintaan tertulis yang mencantumkan jenis pemeriksaan yang
dibutuhkan; apakah itu pemeriksaan luka, pemeriksaan luar mayat, dan/atau pemeriksaan
bedah mayat/autopsi. Permintaan tertulis ini dikenal dengan Surat Permintaan Visum yang
diajukan kepada instansi kesehatan tempat seorang dokter bekerja. Yang berwenang
mengajukannya adalah penyidik atau penyidik pembantu. Adapun penyidik dan penyidik
pembantu yang dimaksud dalam hal ini adalah polisi, bukan PNS. Dalam hal korban mati dan
diperlukan adanya autopsi, penyidik wajib memberitahukan kepada pihak keluarga korban
dan menerangkan hingga sejelas-jelasnya tentang tujuan dilakukannya autopsi. Autopsi baru
dilakukan setelah mendapat persetujuan keluarga korban atau bila dalam waktu 2 x 24 jam
tidak ada jawaban dari keluarga korban. Jenazah sebagai barang bukti juga diberi label
identitas yang dilak, diberi cap jabatan, dan diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh
lain (KUHAP pasal 133 ayat 3). Apabila jenazah sampai kepada dokter pemeriksa dalam
keadaan belum teridentifikasi, maka dokter harus membantu proses identifikasi sebagaimana
tertulis dalam UU Kesehatan pasal 118. Setelah seluruh pemeriksaan yang diminta penyidik
selesai dilakukan, jenazah dapat dibawa keluar dari institusi kesehatan. Namun bila jenazah
dibawa pulang paksa, dokter tidak akan mengeluarkan keterangan tertulis hasil pemeriksaan
dan mereka yang menghalangi pemeriksaan dapat dikenakan sanksi sesuai KUHP pasal 222.

Produk tertulis yang dikeluarkan seorang dokter sebagai ahli setelah melakukan pemeriksaan
forensik disebut sebagai visum et repertum yang tergolong dalam alat bukti berupa surat.
Dikarenakan Surat Permintaan Visum diajukan oleh penyidik, maka visum et repertum hanya
boleh diberikan kepada polisi yang bertindak sebagai penyidik. Secara umum, visum et
repertum terdiri dari 5 bagian, yakni:
1. Kata Pro Justitia yang menunjukkan bahwa visum et repertum dibuat khusus untuk tujuan
peradilan
2. Bagian pendahuluan yang memuat nama dokter pembuat visum et repertum dan institusi
kesehatan tempat ia bekerja, instansi penyidik yang mengajukan permintaan berikut
nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas
korban yang diperiksa
3. Bagian pemberitaan yang memuat hasil pemeriksaan berkaitan dengan kasus
4. Bagian kesimpulan yang dalam hal visum et repertum jenazah memuat luka-luka yang
ditemukan dan jenis kekerasan penyebabnya serta pendapat dokter tentang sebab
kematian dan perkiraan saat kematian. Sebab kematian baru dapat ditentukan apabila
sudah dilakukan autopsi.
5. Bagian penutup
2.2 Tanatologi
Dalam ilmu kedokteran forensik, dikenal cabang ilmu tanatologi yang mempelajari kematian,
perubahan setelah kematian, dan faktor yang memengaruhinya. Terdapat beberapa macam
istilah mati dalam tanatologi, yakni mati somatis (mati klinis), mati suri, mati seluler, mati
serebral, dan mati batang otak

Mati somatis adalah terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yakni susunan

saraf pusat, sistem kardiovaskular, dan sistem pernapasan, secara menetap.


Mati suri adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan jika dinilai dengan alat
kedokteran sederhana. Namun, jika digunakan alat yang lebih canggih dapat dibuktikan

bahwa ketiga sistem masih berfungsi.


Mati seluler adalah kematian organ atau jaringan beberapa saat setelah kematian somatis.
Waktu yang dibutuhkan tiap organ atau jaringan untuk mengalami mati seluler berbedabeda. Sistem saraf pusat dapat mengalaminya dalam waktu 4 menit sedangkan otot

mengalaminya setelah 4 jam.


Mati serebral adalah rusaknya kedua hemisfer otak besar secara menetap namun otak
kecil dan batang otak masih berfungsi sehingga sistem pernapasan dan sistem
kardiovaskular dapat berjalan dengan alat bantu.

Mati batang otak adalah rusaknya seluruh isi neuronal intrakranial, termasuk otak kecil
dan batang otak, secara menetap.

Mati somatis dan mati batang otak digunakan sebagai definisi kematian sebagaimana yang
dimaksud dalam UU Kesehatan pasal 126.
Setelah seseorang meninggal, terjadi berbagai perubahan yang dapat digunakan sebagai
tanda-tanda untuk mengenali kematian. Tanda-tanda kematian dibagi menjadi tanda-tanda
dini dan tanda-tanda lanjut. Kematian dapat dikatakan secara pasti setelah timbulnya tandatanda lanjut.
Tanda dini kematian
1.
2.
3.
4.

Pernapasan berhenti yang dinilai selama lebih dari 10 menit


Sirkulasi berhenti yang dinilai selama 15 menit
Kulit pucat
Tonus otot menghilang akibat relaksasi primer sehingga terjadi pendataran daerah tubuh

yang tertekan dan wajah terkadang tampak lebih muda


5. Segmentasi pembuluh darah retina
6. Selaput bening mata mongering sehingga terjadi kekeruhan yang jika baru terjadi 10
menit masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air
Tanda lanjut kematian
a. Lebam mayat/livor mortis
Lebam mayat adalah perubahan warna kulit pasca kematian akibat terkumpulnya darah di
pembuluh darah pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian yang tertekan, karena
pengaruh gaya gravitasi. Lebam mayat biasanya berwarna merah keunguan (livid) dan
muncul 20-30 menit pasca kematian. Pada mulanya, lebam mayat hilang jika dilakukan
penekanan. Semakin lama, intensitas lebam mayat meningkat dan setelah 8-12 jam lebam
mayat akan menetap/tidak hilang pada penekanan. Hal ini dikarenakan sel darah merah
sudah tertimbun dalam jumlah yang cukup banyak sehingga tidak dapat berpindah lagi, di
samping karena otot-otot dinding pembuluh darah menjadi kaku. Apabila mayat diubah
posisinya sebelum 8-12 jam pasca kematian, lebam mayat dapat berubah posisi.
Untuk membedakan lebam mayat dengan resapan darah akibat trauma, dapat dilakukan
pengirisan pada suatu daerah yang mengalami perubahan warna kemudian dilakukan
penyiraman dengan air. Apabila warna merah pudar atau menghilang, perubahan warna
tersebut adalah lebam mayat.
b. Kaku mayat/rigor mortis

Kaku mayat terjadi karena cadangan glikogen habis sehingga tidak dapat dibuat ATP baru
yang berakibat pada menggumpalnya aktin dan miosin. Kaku mayat muncul sekitar 2-4
jam pasca kematian, dimulai dari otot-otot kecil ke otot-otot besar, kemudian menjadi
lengkap di seluruh tubuh sekitar 8-10 jam pasca kematian. Setelah lengkap, kaku mayat
dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama karena
degradasi jaringan. Pemeriksaan kaku mayat dilakukan di sendi-sendi pada tubuh. Faktor
yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum kematian, suhu
tubuh yang tinggi, tubuh yang kurus, dan suhu lingkungan yang tinggi. Terdapat beberapa
kondisi kekakuan otot pasca kematian yang menyerupai kaku mayat, yakni cadaveric
spasm, heat stiffening, dan cold stiffening.
Cadaveric spasm adalah kekakuan otot yang langsung terjadi pada saat kematian
tanpa didahului relaksasi primer dan menetap. Penyebab cadaveric spasm adalah
habisnya cadangan glikogen lokal pada saat mati klnis karena kelelahan atau emosi

yang hebat sesaat sebelum meninggal.


Heat stiffening adalah kekakuan otot akibat koagulasi protein otot karena panas.
Koagulasi protein otot menyebabkan otot memendek dan memberi gambaran seperti

petinju (pugilistic attitude) akibat fleksi pada sendi-sendi.


Cold stiffening adalah kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin sehingga cairan

dalam rongga sendi mengeras dan jaringan subkutan serta otot memadat.
c. Penurunan suhu tubuh mayat/algor mortis
Penurunan suhu tubuh mayat terjadi karena pemindahan panas dari tubuh mayat ke
lingkungan sekitarnya melalui proses konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
Penurunan suhu tubuh membentuk kurva sigmoid jika digambarkan dalam grafik. Faktor
yang mempercepat penurunan suhu tubuh adalah suhu lingkungan yang rendah,
kelembaban rendah dan lingkungan berangin, tubuh yang kurus, posisi telentang, serta
tidak berpakaian atau berpakaian tipis.
d. Pembusukan/dekomposisi
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan akibat autolisis oleh enzim yang dilepaskan
sel pasca kematian dan akibat kerja bakteri. Bakteri yang dimaksud adalah bakteri yang
semasa hidup mendiami usus besar, terutama dari genus Clostridium. Oleh karena itu,
pembusukan pertama-tama ditandai dengan munculnya warna kehijauan di kuadran kanan
bawah perut (daerah sekum) 18-24 jam pasca kematian karena terbentuknya
sulfmethemoglobin dari kerja bakteri. Setelah mati, bakteri mendapat akses ke sirkulasi
tubuh dan berproliferasi dengan baik dalam medium berupa darah. Hal ini menyebabkan
warna hijau perlahan menyebar ke daerah tubuh lainnya.

Bakteri menghasilkan gas-gas pembusukan berupa alkana, hidrogen sulfida, dan gas
lainnya yang berbau busuk. Darah mengalami degenerasi (hemolisis), bereaksi dengan
hidrogen sulfida dari kerja bakteri, kemudian menempel pada dinding pembuluh darah
sehingga menciptakan pola reticulated warna kehitaman pada pembuluh darah yang dekat
dengan permukaan kulit. Gambaran ini disebut marbling dan muncul 24-48 jam pasca
kematian. Pada kulit, terbentuk gelembung berisi cairan pembusukan warna kemerahan
yang muncul dalam 24-48 jam pasca kematian. Gas yang terbentuk di pembuluh darah
paru dan jalan napas memberi tekanan yang cukup kuat sehingga dari mulut dan hidung
keluar cairan berwarna kemerahan yang merupakan darah yang telah mengalami
pembusukan. Gambaran ini disebut blood purge dan terjadi 24-48 jam pasca kematian.
Pada akhirnya, dalam waktu 48-72 jam seluruh tubuh akan tampak menggembung,
terutama di wajah, dada, dan alat genitalia. Dalam waktu 48-72 jam pula kulit ari tampak
mengelupas akibat pecahnya gelembung pembusukan dan melonggarnya jaringan
epidermis. Organ dalam juga mengalami pembusukan dengan kecepatan berbeda. Prostat
dan uterus nongravida adalah organ yang paling tahan terhadap pembusukan.
Pada mayat dapat pula dijumpai larva lalat yang dapat membantu perkiraan saat kematian
dengan asumsi setelah seseorang meninggal lalat segera meletakkan telurnya terutama di
bagian bermukosa. Kecepatan pertambahan panjang larva berbeda-beda untuk tiap
spesies. Di Indonesia, spesies yang paling sering dijumpai adalah Chrysomya
megacephala (lalat hijau) yang larvanya menetas setelah satu hari dan setiap hari
bertambah panjang 1 cm.
Kecepatan pembusukan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang lebiih
hangat mempercepat pertumbuhan bakteri sehingga pembusukan berjalan lebih cepat.
Mayat juga lebih cepat membusuk bila diletakkan di udara dibanding apabila diletakkan
di air dan dalam tanah (udara : air : tanah = 8 : 2 : 1)
e. Adiposera/lilin mayat
Adiposera adalah bahan berwarna keputihan, lunak atau berminyak, dan berbau tengik
yang terbentuk dalam jaringan lunak tubuh pasca kematian. Bahan pembentuk adiposera
terutama asam-asam lemak tidak jenuh hasil hidrolisis lemak yang mengalami
hidrogenisasi dan bercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang
termumifikasi, dan kristal-kristal sferis. Adiposera mulai terbentuk dalam waktu 4 minggu
pasca kematian dan menjadi jelas terlihat secara makroskopik setelah 12 minggu atau
lebih. Adiposera dapat dijumpai di berbagai tempat, terutama di pipi, payudara, bokong,
dan ekstremitas. Keberadaan adiposera membuat jaringan dan organ di bawahnya tetap
berada dalam kondisi baik hingga bertahun-tahun karena derajat keasaman dan dehidrasi

jaringan bertambah. Faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah


kelembaban dan lemak tubuh yang cukup.
f. Mumifikasi
Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang terjadi dengan
cukup cepat sehingga jaringan mongering dan pembusukan terhenti. Mayat yang
mengalami mumifikasi berubah menjadi keras dan kering, warna gelap, berkeriput, dan
tidak membusuk. Mumifikasi terjadi dalam waktu 12-14 minggu bila suhu lingkungan
hangat dan kelembaban rendah.
2.3 Kekerasan Tajam
Kekerasan tajam diakibatkan oleh benda-benda yang memiliki sisi tajam ataupun ujung
runcing. Secara umum, luka yang diakibatkan oleh kekerasan tajam bertepi rata, dinding rata,
tidak terdapat jembatan jaringan, dan bila dirapatkan luka membentuk garis atau titik. Akibat
kekerasan tajam dapat terjadi luka sayat, luka tusuk, dan luka bacok.
Luka sayat dan luka bacok mempunyai kedua sudut yang lancip dan dalam lukanya tidak
melebihi panjang luka. Pada luka tusuk, sudut luka dapat membantu memperikirakan benda
penyebabnya apakah bermata satu atau bermata dua. Satu sudut luka yang lancip
menunjukkan bendanya bermata satu sedangkan dua sudut luka yang lancip belum tentu
disebabkan oleh benda bermata dua. Dalamnya luka tusuk tidak dapat dipakai menentukan
panjang benda penyebab karena faktor elastisitas jaringan tubuh dan gerakan korban. Di
sekitar luka tusuk dapat ditemukan memar atau lecet akibat benturan gagang benda penyebab.

BAB III
PEMBAHASAN KHUSUS
3.1 Prosedur Medikolegal
Pada kasus ini, surat permintaan visum disampaikan dalam bentuk tertulis sesuai dengan
KUHAP pasal 133 ayat 2. Surat ini terdiri atas:
1. Institusi pengirim
Kepolisian Resort Metropolitan Jakarta Selatan Sektor Kebayoran Lama
2. Nomor surat
118/VER/X/2013/SEK.KEB.LAMA
3. Tujuan surat
RS Cipto Mangunkusumo
4. Identitas
Tercantum nama, tahun lahir, jenis kelamin, warga negara, agama, pekerjaan, dan alamat
korban. Disertakan pula fotokopi KTP pemilik toko tempat korban dulunya bekerja.
5. Waktu ditemukannya korban
Minggu, 20 Oktober 2013 pukul 04.00 WIB
6. Dugaan penyebab kematian
Luka tusuk pada bagian dada
7. Permintaan penyidik
Pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam
8. Jabatan pengirim
Kepala Kepolisian Sektor Kebayoran Lama atas nama Ajun Komisaris Polisi Pardiyanto
Jabatan penyidik yang tertera dalam surat memenuhi syarat PP No. 58 Tahun 2010 pasal 2A
yang menyebutkan bahwa penyidik minimal berpangkat Inspektur Polisi Dua. Surat
permintaan visum dan jenazah diantar oleh penyidik pembantu yang berpangkat Brigadir
Polisi Kepala; memenuhi syarat minimal pangkat penyidik pembantu dalam PP No. 58 Tahun
2010 pasal 3.
Jenazah sudah diberi label yang terikat pada ibu jari kaki kanan korban dan diberi cap jabatan
seperti instruksi dalam KUHAP pasal 133 ayat (3), namun tidak dilak.
Pihak keluarga korban sudah diberi tahu perihal pelaksanaan bedah mayat sesuai dengan
KUHAP pasal 134 ayat (1) serta (2) dan telah memberikan persetujuan tertulis.
Menilai hal-hal tersebut di atas, prosedur medikolegal dalam penyidikan ini dapat dikatakan
telah berjalan dengan baik.

3.2 Identifikasi Jenazah


Jenazah dapat diidentifikasi menggunakan metode sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan
perhiasan, medik, gigi, serologi, secara eksklusi, serta DNA. Untuk dapat diidentifikasi,
setidaknya dibutuhkan dua metode.
Dalam kasus memang tidak ditemukan adanya tanda pengenal pada saku pakaian jenazah
namun jenazah datang dalam keadaan terlabel yang menunjukkan bahwa kemungkinan
dokumen identitas korban sudah diamankan. Jenazah juga sudah diidentifikasi secara visual
oleh dua orang yang mengenalnya, yakni pemilik toko tempat korban bekerja serta keluarga
korban. Pada jenazah ditemukan perhiasan berupa cincin bertuliskan Rita yang mampu
memperkuat identitas korban.
3.3 Tanda Kematian dan Perkiraan Waktu Kematian
Pada jenazah, ditemukan tanda-tanda kematian lanjut berupa kaku mayat pada seluruh tubuh
yang sukar dilawan. Selain itu, terdapat juga lebam mayat di daerah punggung, berwarna
merah kebiruan, yang tidak hilang saat dilakukan penekanan. Kaku mayat menjadi lengkap di
seluruh tubuh sekitar 8-10 jam pasca kematian. Sementara itu, lebam mayat terfiksasi atau
tidak hilang pada saat penekanan sekitar 8-12 jam pasca kematian. Selaput bening mata juga
ditemukan dalam keadaan keruh namun tidak dilakukan penetesan air pada selaput bening
mata untuk mengetahui apakah kekeruhan sudah menetap. Meski demikian, berdasarkan
karakteristik kaku mayat dan lebam mayat, dapat diperkirakan bahwa korban telah meninggal
8-12 jam sebelum dilakukannya pemeriksaan luar.
3.4 Luka-luka
Pada jenazah hanya ditemukan satu luka, yakni luka terbuka tepi rata dengan salah satu sudut
lancip yang dasarnya rongga dada dan bila dirapatkan membentuk garis lurus sepanjang 3,5
sentimeter. Luka ini berjalan dari kiri depan atas ke kanan belakang bawah membentuk sudut
30o dari bidang datar dengan panjang saluran luka 14,5 cm. Saluran luka berturut-turut adalah
kulit, jaringan bawah kulit, otot dinding dada kiri, tulang iga kiri, rongga dada kiri, kandung
jantung, bilik jantung kanan, sekat rongga badan bagian tengah, hati baga kiri, jaringan ikat
antara hati dan lambung sisi depan, dan berakhir di jaringan ikat lambung bagian belakang.
Gambaran luka yang demikian cocok dengan luka tusukan benda tajam bermata satu.
3.5 Sebab dan Mekanisme Kematian

Sebab kematian adalah kekerasan tajam yang menembus dinding dada dan kandung jantung
hingga mengenai jantung serta menembus sekat rongga badan hingga mengenai hati dan
menyebabkan perdarahan dalam rongga dada, kandung jantung, dan rongga perut. Adapun
total volume perdarahan dan bekuan darah adalah 1500 mL. Saat dilakukan pengukuran,
bekuan darah tidak diukur secara terpisah melainkan langsung dicampur dengan darah
sehingga total volume perdarahan yang terhitung kurang dari jumlah yang sebenarnya. Selain
itu, sebelum diperiksa dan selama pemeriksaan luar, darah telah mengalir keluar dari luka
korban. Dengan jumlah normal darah 70 mL untuk setiap kilogram berat badan, diperkirakan
total volume darah korban adalah 3640 mL. Dengan demikian, menimbang volume
kehilangan darah yang tidak terukur dan volume bekuan darah yang tidak diukur secara
terpisah, volume perdarahan diperkirakan melebihi 41% total volume darah dalam tubuh
korban. Dalam klasifikasi ATLS, perdarahan tersebut sudah tergolong derajat IV yang
mengakibatkan syok hemoragik berat. Perdarahan derajat IV menyebabkan kematian dalam
waktu 15 menit pada 50% kasus. Fakta ini didukung juga dengan temuan pada autopsi di
mana organ-organ dalam tampak pucat. Pelebaran pembuluh darah pada otak, ginjal, dan usus
menunjukkan bahwa korban tidak langsung meninggal setelah ditusuk. Syok yang terjadi
menyebabkan tubuh melakukan kompensasi berupa vasokonstriksi pembuluh darah. Namun
karena perdarahan terus berlangsung, jaringan tubuh malah semakin mengalami hipoksia
yang memicu terbukanya arteri. Pada akhirnya, jantung tidak kuat lagi memompa diikuti
dengan henti napas serta kerusakan otak.
3.6 Kesimpulan
Pada mayat laki-laki, Tn. L, berusia kurang lebih tujuh belas tahun dengan golongan darah O
ini ditemukan luka terbuka pada dada sebelah kiri akibat kekerasan tajam yang sesuai dengan
tusukan benda tajam bermata satu.
Sebab kematian adalah kekerasan tajam pada dada sebelah kiri yang menembus dinding dada
dan mengenai jantung serta menembus sekat rongga badan dan mengenai hati sehingga
terjadi perdarahan dalam rongga dada, kandung jantung, dan rongga perut. Saat kematian
diperkirakan antara 8-12 jam sebelum pemeriksaan luar dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran.
Jakarta: FKUI; 1994. p. 1, 3-5, 11-6.
Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik autopsi forensik. Jakarta: FKUI; 2000. p. 1-7, 723.
Bonanno FG. Hemorrhagic shock: The physiology approach. J Emerg Trauma Shock.
2012;5(4):285-95.
Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Munim A, Sidhi, dkk. Ilmu kedokteran
forensik. Jakarta: FKUI; 1994. p. 1-36.
Dix J, Graham M. Time of death, decomposition and identification: An atlas. p. 1-14.
Garrioch MA. The bodys response to blood loss. Vox Sanguinis. 2004;87 (Suppl. 1):74-6.
James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpsons forensic medicine. 13th ed. London:
Hodder Arnold; 2011. p. 42-53.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana.
Sugiharto AF. Pengantar patologi forensik [Unpublished lecture notes]. K 02: Modul Praktik
Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, FKUI; lecture given 2013 Oct
16.

Anda mungkin juga menyukai