PATOLOGI FORENSIK
LUKA TUSUK
Disusun Oleh:
Elaine Ariadne Lase
1006658240
Rombongan I (Rotasi II)
Penguji:
dr. Fitri Ambar Sari, SpF
BAB I
ILUSTRASI KASUS
No. Registrasi Forensik
: 1032/SK-II/X/2013
: 3740A1013
Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan Dalam
Identitas Jenazah
Nama
: Tn. L
Jenis Kelamin
: Laki-laki
: Tegal/1996
Usia
: 17 tahun
Warga Negara
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Karyawan
Alamat
Riwayat Kasus
Pada hari Minggu, 20 Oktober 2013, pihak Kepolisian Resort Metropolitan Jakarta Selatan
Sektor Kebayoran Lama membawa mayat laki-laki yang sudah diidentifikasi sebagai Tn. L ke
bagian forensik Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Laki-laki sebelum meninggal
bekerja sebagai penjaga toko di Toko Plastik H. Subur dan ditemukan meninggal dunia pada
hari Minggu, 20 Oktober 2013 jam 04.00 WIB dalam toko tempatnya bekerja. Diduga korban
meninggal akibat luka tusuk pada bagian dada. Polsek Kebayoran Lama mengirimkan
jenazah untuk dilakukan pemeriksaan luar dan pemeriksaan bedah mayat melalui surat
permintaan nomor 118/VER/X/2013/SEK.KEB.LAMA agar dapat dibuatkan visum et
repertumnya. Pemeriksaan bedah mayat dapat dilaksanakan segera setelah pemeriksaan luar
selesai karena sebelumnya, pada pukul 07.10 WIB, Tn. R, sanak saudara korban sudah
menangani pernyataan persetujuan pemeriksaan luar dan pemeriksaan bedah mayat atas
jenazah Tn. L. Berikut adalah visum et repertumnya.
Jalan Diponegoro no. 71, Jakarta Pusat 10430, Kotak Pos 1086
Telp. 3918301, 31930808 (Hunting), Fax 3148991
Yang bertanda tangan di bawah ini, Elaine Ariadne Lase, dokter pada Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah
Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari
Kepolisian Resort Metropolitan Jakarta Selatan Sektor Kebayoran Lama dalam suratnya yang
bernomor 118/VER/X/2013/SEK.KEB.LAMA tertanggal 20 Oktober 2013, pada tanggal dua
puluh Oktober tahun dua ribu tiga belas pukul tujuh lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia
bagian Barat, bertempat di Ruang Bedah Jenazah Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta, telah dilakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat
permintaan tersebut adalah:------------------------------------------------------------------------------Nama
: Tn. L---------------------------------------------------------------------------Jenis Kelamin
: Laki-laki----------------------------------------------------------------------Tempat/Tanggal Lahir : Tegal/1996--------------------------------------------------------------------Umur
: 17 tahun-----------------------------------------------------------------------Kebangsaan
: Indonesia----------------------------------------------------------------------Agama
: Islam---------------------------------------------------------------------------Pekerjaan
: Karyawan---------------------------------------------------------------------Alamat
: DS. Lumiser RT 04/01 Kec. Adiwarna, Tegal, Jateng------------------Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna kuning tanpa materai yang terikat
pada ibu jari kaki kanan korban.-------------------------------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN-------------------------------------------------------------------------------I. Pemeriksaan Luar-------------------------------------------------------------------------------------1. Mayat diletakkan di dalam kantong khusus mayat dengan bahan parasut warna oranye
bertuliskan DINAS PERTAMANAN DAN PEMAKAMAN PROVINSI DKI JAKARTA
TAHUN
ANGGARAN
2012
warna
hitam
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------2. Pada jari manis tangan kanan terdapat cincin dari logam berwarna abu-abu perak yang
bertuliskan
Rita
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------3. Mayat berpakaian sebagai berikut:-----------------------------------------------------------------a. Kaos lengan pendek warna hitam bertuliskan FatGag 3 pada sisi depan. Pada bagian
tengah sisi depan kaos ditemukan robekan bertepi rata sepanjang tiga sentimeter
dengan
bercak
darah
pada
bagian
bawah
------------------------------------------------------------------------------------------------------b. Celana pendek berbahan jins warna abu-abu dengan bercak darah pada sisi depan
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
c. Celana
dalam
berbahan
kaos
warna
biru
------------------------------------------------------------------------------------------------------4. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh dan sukar dilawan. Lebam mayat terdapat pada
bagian punggung, berwarna
Lanjutan VeR No. 01/TU.RSCiptoMangunkusumo/X/2013
Halaman ke 2 dari 5 halaman
bagian punggung, berwarna merah kebiruan, tidak hilang pada penekanan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------5. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia ras Mongoloid berumur kurang lebih
tujuh belas tahun dengan kulit sawo matang, gizi sedang, panjang tubuh seratus lima
puluh tujuh sentimeter, berat tubuh lima puluh dua kilogram, dan zakar disunat
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------6. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh ikal, panjang empat sentimeter. Alis berwarna
hitam, tumbuh lebat. Bulu mata berwarna hitam, tumbuh lurus. Kumis berwarna hitam,
tumbuh
tipis
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------7. Kedua mata terbuka masing-masing tiga milimeter. Selaput bening mata agak keruh,
kedua teleng mata bulat dengan garis tengah tiga milimeter. Tirai mata berwarna cokelat.
Kedua
selaput
bola
mata
dan
selaput
kelopak
mata
pucat
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------8. Hidung berbentuk biasa. Kedua daun telinga berbentuk biasa.---------------------------------9. Mulut tertutup. Lidah tidak terjulur. Gigi geligi lengkap kecuali pada rahang atas sebelah
kiri dan kedua sisi rahang bawah yang tidak memiliki geraham bungsu sehingga gigi
geligi
berjumlah
dua
puluh
sembilan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------10. Dari lubang mulut, hidung, telinga, dan lubang tubuh lainnya tidak keluar apa-apa--------11. Luka-luka:----------------------------------------------------------------------------------------------Pada dada sebelah kiri, dua koma lima sentimeter dari garis pertengahan depan, empat
belas sentimeter di bawah tulang selangka, dan seratus delapan belas sentimeter di atas
tumit, terdapat sebuah luka terbuka melintang bertepi rata, salah satu sudutnya lancip,
dengan dasar rongga dada. Bila luka dirapatkan, terbentuk garis sepanjang tiga koma lima
sentimeter
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------12. Darah dan urin diambil sebanyak masing-masing sepuluh mililiter---------------------------II. Pemeriksaan Dalam (Bedah Jenazah)-----------------------------------------------------------13. Jaringan lemak bawah kulit berwarna kuning dengan tebal di daerah dada tiga milimeter
dan tebal di daerah perut dua puluh milimeter. Otot-otot berwarna merah kecokelatan dan
cukup
tebal
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------14. Sekat rongga badan sebelah kanan setinggi sela iga keempat dan yang kiri setinggi sela
iga
kelima
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------15. Iga kelima kiri, empat sentimeter dari garis pertengahan depan, tampak terpotong
membentuk garis melintang bertepi rata sepanjang lima sentimeter dikelilingi resapan
darah berukuran dua sentimeter kali tiga sentimeter sesuai dengan luka nomor 11 pada
pemeriksaan
luar
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Iga
lain
serta
tulang
dada
tidak
menunjukkan
kelainan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------16. Dalam rongga dada sebelah kanan tidak terdapat cairan sedangkan dalam rongga dada
sebelah kiri terdapat darah dan bekuan darah sebanyak seribu seratus mililiter
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Kandung jantung tampak tidak tertutupi paru. Di dalamnya terdapat darah dan bekuan
darah sebanyak seratus mililiter. Permukaan atas kandung jantung bagian bawah tampak
terpotong rata sepanjang empat koma lima sentimeter dikelilingi resapan darah seluas
sepuluh sentimeter kali enam sentimeter sesuai dengan luka nomor 11 pada pemeriksaan
luar. Permukaan belakang kandung jantung bagian bawah terpotong rata sepanjang tiga
sentimeter
hingga
menembus
sekat
rongga
badan.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------17. Jaringan ikat bawah kulit daerah leher dan otot leher tidak menunjukkan kelainan---------18. Selaput dinding rongga perut tampak licin, berwarna kelabu mengkilat. Dalam rongga
perut terdapat darah dan bekuan darah sebanyak tiga ratus mililiter. Pada jaringan ikat
sekitar usus besar bagian naik sebelah kanan, terdapat resapan darah seluas sepuluh
sentimeter kali
tujuh sentimeter
27. Kelenjar liur perut berwarna cokelat pucat, permukaan menunjukkan belah-belah, dan
perabaannya kenyal. Penampangnya berwarna cokelat pucat dengan gambaran kelenjar
tampak
jelas.
Berat
kelenjar
liur
perut
enam
puluh
gram
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------28. Lambung berisi lendir dan makanan yang setengah tercerna berupa butiran nasi dan
butiran kacang kedelai (tempe). Selaput lendirnya berwarna kelabu pucat dan
menunjukkan
lipatan
yang
biasa
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Pada jaringan ikat yang menghubungkan hati dan lambung terdapat luka terbuka bertepi
rata sepanjang satu sentimeter yang dikelilingi resapan darah seluas satu koma lima
sentimeter
kali
satu
sentimeter
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Pada jaringan ikat lambung bagian belakang terdapat resapan darah seluas empat
sentimeter
kali
tiga
sentimeter
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Usus dua belas
Lanjutan VeR No. 01/TU.RSCiptoMangunkusumo/X/2013
Halaman ke 4 dari 5 halaman
Usus dua belas jari berisi lendir warna kuning kecokelatan. Selaput lendirnya berwarna
kelabu
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Usus halus berisi massa lunak warna cokelat kekuningan. Pada selaput lendirnya tampak
sedikit
pelebaran
pembuluh
darah
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Usus besar berisi massa lunak warna cokelat kekuningan. Pada selaput lendirnya tampak
sedikit
pelebaran
pembuluh
darah
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
29. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapesium dan yang kiri tidak beraturan. Keduanya
berwarna
kuning
dengan
penampang
berlapis
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------30. Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri mudah dilepas.
Permukaan ginjal kanan dan kiri tampak rata, licin, dan berwarna cokelat pucat. Pada
permukaan ginjal kanan dan kiri tampak pelebaran pembuluh darah. Penampang ginjal
kanan dan kiri berwarna cokelat pucat dengan gambaran ginjal yang jelas. Piala ginjal dan
saluran
kemih
tidak
menunjukkan
kelainan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Berat ginjal kanan sembilan puluh lima gram dan yang kiri seratus gram
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------31. Kandung kemih berisi cairan berwarna kekuningan. Selaput lendirnya berwarna kelabu- - 32. Kulit kepala bagian dalam bersih. Tulang tengkorak utuh. Selaput keras otak tidak
menunjukkan kelainan. Tidak terdapat perdarahan di atas maupun di bawah selaput keras
otak.
Selaput
lunak
otak
tidak
menunjukkan
kelainan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Pada permukaan dan penampang otak besar tampak pelebaran pembuluh darah. Batas
antara daerah putih dan abu-abu jelas. Pada permukaan dan penampang otak kecil tampak
pelebaran pembuluh darah. Batas antara daerah putih dan abu-abu jelas. Tonjolan otak
kecil tampak sama tinggi. Pada permukaan dan penampang batang otak tampak pelebaran
pembuluh
darah
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Bilik otak berisi sedikit cairan kekuningan. Berat otak secara keseluruhan adalah seribu
tiga
ratus
tujuh
puluh
gram
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------33. Selanjutnya dapat ditentukan saluran luka sebagai berikut: luka nomor 11 pada
pemeriksaan luar berturut-turut menembus kulit, jaringan bawah kulit, otot dinding dada
kiri, tulang iga kiri, rongga dada kiri, kandung jantung, bilik jantung kanan, sekat rongga
badan bagian tengah, hati baga kiri, dan jaringan ikat antara hati dan lambung sisi depan.
Saluran berakhir di jaringan ikat lambung bagian belakang. Luka berjalan dari kiri depan
atas ke kanan belakang bawah membentuk sudut tiga puluh derajat dari bidang datar
dengan
panjang
saluran
luka
empat
belas
koma
lima
sentimeter
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------III. Pemeriksaan Laboratorium-----------------------------------------------------------------------34. Pemeriksaan golongan darah dilakukan dan hasilnya golongan darah adalah O-------------35. Pemeriksaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya dilakukan dengan bahan urin
dan diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Morfin:
LOT:
MOP
2090017;
EXP:2014-08:
negatif
------------------------------------------------------------------------------------------------------b. Ganja:
LOT:THC
12110005;
EXP:2014-11:
negatif
------------------------------------------------------------------------------------------------------c. Benzodiazepin:
LOT:BZ
02110030;
EXP:2014-10:
negatif
------------------------------------------------------------------------------------------------------d. Cocain:
LOT:COC
12100004;
EXP:2014-10:
negatif
------------------------------------------------------------------------------------------------------e. Ekstasi:
LOT:MDM
2020027;
EXP:2014-01:
negatif
------------------------------------------------------------------------------------------------------f. Amfetamin:
LOT:AMP
12100003;
EXP:2014-10:
negatif
------------------------------------------------------------------------------------------------------g. Metamfetamin:
LOT:MET
2110026;
EXP:2014-10:
negatif
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN
Lanjutan VeR No. 01/TU.RSCiptoMangunkusumo/X/2013
Halaman ke 5 dari 5 halaman
KESIMPULAN-------------------------------------------------------------------------------------------Pada mayat laki-laki, Tn. L, berusia kurang lebih tujuh belas tahun dengan golongan darah O
ini ditemukan luka terbuka pada dada sebelah kiri akibat kekerasan tajam.-----------------------Sebab kematian orang ini adalah kekerasan tajam pada dada sebelah kiri yang menembus
dinding dada dan mengenai jantung serta menembus sekat rongga badan dan mengenai hati
sehingga terjadi perdarahan dalam rongga dada, kandung jantung, dan rongga perut. Saat
kematian diperkirakan antara delapan hingga dua belas jam sebelum pemeriksaan dilakukan,
yakni hari Sabtu tanggal sembilan belas Oktober dua ribu tiga belas antara pukul sembilan
belas lewat tiga puluh menit hingga pukul dua puluh tiga lewat tiga puluh menit Waktu
Indonesia bagian Barat.-----------------------------------------------------------------------------------Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenar-benarnya dengan menggunakan
keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana.--------------------------------------------------------------------------------------
BAB II
PEMBAHASAN UMUM
2.1 Prosedur Medikolegal
Ilmu kedokteran forensik adalah cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang dimanfaatkan
untuk penegakan hukum serta keadilan. Ilmu kedokteran forensik muncul karena di tengah
masyarakat dapat terjadi pelanggaran hukum terkait tubuh manusia dan untuk memperjelas
perkara tersebut diperlukan pengetahuan yang lebih dalam dari bidang kedokteran. Selain di
dalam lingkup pengadilan, ilmu kedokteran forensik juga berperan dalam membantu
penyelesaian klaim asuransi, masalah paternitas, dan membantu usaha peningkatan keamanan
dan keselamatan kerja melalui database yang dimilikinya tentang jumlah korban kecelakaan
lalu lintas atau kecelekaan kerja.
Saat terjadi suatu peristiwa yang diduga adalah suatu tindak pidana, pada awalnya dilakukan
proses penyelidikan oleh polisi untuk menentukan apakah peristiwa tersebut dapat dianggap
sebagai suatu tindak pidana. Jika diputuskan bahwa peristiwa tersebut merupakan tindak
pidana, selanjutnya dilakukan penyidikan dengan maksud mengumpulkan berbagai bukti
supaya perkara semakin jelas dan tersangka dapat ditemukan. KUHAP pasal 6 dan Peraturan
Pemerintah No. 58 Tahun 2010 menyebutkan bahwa penyidik adalah polisi yang minimal
berpangkat Inspektur Polisi Dua atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang minimal golongan
III/a. Bila dalam satu sektor tidak ada Inspektur Polisi Dua, maka bintara dengan tingkatan di
bawahnya (Ajun Inspektur Polisi) yang menjadi penyidik. Sementara itu, penyidik pembantu
adalah polisi yang minimal berpangkat Brigadir Polisi Dua. Penyidikan kemudian dilanjutkan
dengan penuntutan dan pengadilan. Dalam proses pengadilan, hakim baru dapat menjatuhkan
pidana kepada seorang terdakwa apabila memiliki sekurang-kurangnya dua alat bukti yang
sah (KUHAP pasal 183).
KUHAP pasal 133 ayat 1 berbunyi dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. KUHAP Pasal 179 ayat 1
berbunyi setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. UU No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan pasal 28 juga menyebutkan bahwa tenaga kesehatan wajib
Produk tertulis yang dikeluarkan seorang dokter sebagai ahli setelah melakukan pemeriksaan
forensik disebut sebagai visum et repertum yang tergolong dalam alat bukti berupa surat.
Dikarenakan Surat Permintaan Visum diajukan oleh penyidik, maka visum et repertum hanya
boleh diberikan kepada polisi yang bertindak sebagai penyidik. Secara umum, visum et
repertum terdiri dari 5 bagian, yakni:
1. Kata Pro Justitia yang menunjukkan bahwa visum et repertum dibuat khusus untuk tujuan
peradilan
2. Bagian pendahuluan yang memuat nama dokter pembuat visum et repertum dan institusi
kesehatan tempat ia bekerja, instansi penyidik yang mengajukan permintaan berikut
nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas
korban yang diperiksa
3. Bagian pemberitaan yang memuat hasil pemeriksaan berkaitan dengan kasus
4. Bagian kesimpulan yang dalam hal visum et repertum jenazah memuat luka-luka yang
ditemukan dan jenis kekerasan penyebabnya serta pendapat dokter tentang sebab
kematian dan perkiraan saat kematian. Sebab kematian baru dapat ditentukan apabila
sudah dilakukan autopsi.
5. Bagian penutup
2.2 Tanatologi
Dalam ilmu kedokteran forensik, dikenal cabang ilmu tanatologi yang mempelajari kematian,
perubahan setelah kematian, dan faktor yang memengaruhinya. Terdapat beberapa macam
istilah mati dalam tanatologi, yakni mati somatis (mati klinis), mati suri, mati seluler, mati
serebral, dan mati batang otak
Mati somatis adalah terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yakni susunan
Mati batang otak adalah rusaknya seluruh isi neuronal intrakranial, termasuk otak kecil
dan batang otak, secara menetap.
Mati somatis dan mati batang otak digunakan sebagai definisi kematian sebagaimana yang
dimaksud dalam UU Kesehatan pasal 126.
Setelah seseorang meninggal, terjadi berbagai perubahan yang dapat digunakan sebagai
tanda-tanda untuk mengenali kematian. Tanda-tanda kematian dibagi menjadi tanda-tanda
dini dan tanda-tanda lanjut. Kematian dapat dikatakan secara pasti setelah timbulnya tandatanda lanjut.
Tanda dini kematian
1.
2.
3.
4.
Kaku mayat terjadi karena cadangan glikogen habis sehingga tidak dapat dibuat ATP baru
yang berakibat pada menggumpalnya aktin dan miosin. Kaku mayat muncul sekitar 2-4
jam pasca kematian, dimulai dari otot-otot kecil ke otot-otot besar, kemudian menjadi
lengkap di seluruh tubuh sekitar 8-10 jam pasca kematian. Setelah lengkap, kaku mayat
dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama karena
degradasi jaringan. Pemeriksaan kaku mayat dilakukan di sendi-sendi pada tubuh. Faktor
yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum kematian, suhu
tubuh yang tinggi, tubuh yang kurus, dan suhu lingkungan yang tinggi. Terdapat beberapa
kondisi kekakuan otot pasca kematian yang menyerupai kaku mayat, yakni cadaveric
spasm, heat stiffening, dan cold stiffening.
Cadaveric spasm adalah kekakuan otot yang langsung terjadi pada saat kematian
tanpa didahului relaksasi primer dan menetap. Penyebab cadaveric spasm adalah
habisnya cadangan glikogen lokal pada saat mati klnis karena kelelahan atau emosi
dalam rongga sendi mengeras dan jaringan subkutan serta otot memadat.
c. Penurunan suhu tubuh mayat/algor mortis
Penurunan suhu tubuh mayat terjadi karena pemindahan panas dari tubuh mayat ke
lingkungan sekitarnya melalui proses konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
Penurunan suhu tubuh membentuk kurva sigmoid jika digambarkan dalam grafik. Faktor
yang mempercepat penurunan suhu tubuh adalah suhu lingkungan yang rendah,
kelembaban rendah dan lingkungan berangin, tubuh yang kurus, posisi telentang, serta
tidak berpakaian atau berpakaian tipis.
d. Pembusukan/dekomposisi
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan akibat autolisis oleh enzim yang dilepaskan
sel pasca kematian dan akibat kerja bakteri. Bakteri yang dimaksud adalah bakteri yang
semasa hidup mendiami usus besar, terutama dari genus Clostridium. Oleh karena itu,
pembusukan pertama-tama ditandai dengan munculnya warna kehijauan di kuadran kanan
bawah perut (daerah sekum) 18-24 jam pasca kematian karena terbentuknya
sulfmethemoglobin dari kerja bakteri. Setelah mati, bakteri mendapat akses ke sirkulasi
tubuh dan berproliferasi dengan baik dalam medium berupa darah. Hal ini menyebabkan
warna hijau perlahan menyebar ke daerah tubuh lainnya.
Bakteri menghasilkan gas-gas pembusukan berupa alkana, hidrogen sulfida, dan gas
lainnya yang berbau busuk. Darah mengalami degenerasi (hemolisis), bereaksi dengan
hidrogen sulfida dari kerja bakteri, kemudian menempel pada dinding pembuluh darah
sehingga menciptakan pola reticulated warna kehitaman pada pembuluh darah yang dekat
dengan permukaan kulit. Gambaran ini disebut marbling dan muncul 24-48 jam pasca
kematian. Pada kulit, terbentuk gelembung berisi cairan pembusukan warna kemerahan
yang muncul dalam 24-48 jam pasca kematian. Gas yang terbentuk di pembuluh darah
paru dan jalan napas memberi tekanan yang cukup kuat sehingga dari mulut dan hidung
keluar cairan berwarna kemerahan yang merupakan darah yang telah mengalami
pembusukan. Gambaran ini disebut blood purge dan terjadi 24-48 jam pasca kematian.
Pada akhirnya, dalam waktu 48-72 jam seluruh tubuh akan tampak menggembung,
terutama di wajah, dada, dan alat genitalia. Dalam waktu 48-72 jam pula kulit ari tampak
mengelupas akibat pecahnya gelembung pembusukan dan melonggarnya jaringan
epidermis. Organ dalam juga mengalami pembusukan dengan kecepatan berbeda. Prostat
dan uterus nongravida adalah organ yang paling tahan terhadap pembusukan.
Pada mayat dapat pula dijumpai larva lalat yang dapat membantu perkiraan saat kematian
dengan asumsi setelah seseorang meninggal lalat segera meletakkan telurnya terutama di
bagian bermukosa. Kecepatan pertambahan panjang larva berbeda-beda untuk tiap
spesies. Di Indonesia, spesies yang paling sering dijumpai adalah Chrysomya
megacephala (lalat hijau) yang larvanya menetas setelah satu hari dan setiap hari
bertambah panjang 1 cm.
Kecepatan pembusukan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang lebiih
hangat mempercepat pertumbuhan bakteri sehingga pembusukan berjalan lebih cepat.
Mayat juga lebih cepat membusuk bila diletakkan di udara dibanding apabila diletakkan
di air dan dalam tanah (udara : air : tanah = 8 : 2 : 1)
e. Adiposera/lilin mayat
Adiposera adalah bahan berwarna keputihan, lunak atau berminyak, dan berbau tengik
yang terbentuk dalam jaringan lunak tubuh pasca kematian. Bahan pembentuk adiposera
terutama asam-asam lemak tidak jenuh hasil hidrolisis lemak yang mengalami
hidrogenisasi dan bercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang
termumifikasi, dan kristal-kristal sferis. Adiposera mulai terbentuk dalam waktu 4 minggu
pasca kematian dan menjadi jelas terlihat secara makroskopik setelah 12 minggu atau
lebih. Adiposera dapat dijumpai di berbagai tempat, terutama di pipi, payudara, bokong,
dan ekstremitas. Keberadaan adiposera membuat jaringan dan organ di bawahnya tetap
berada dalam kondisi baik hingga bertahun-tahun karena derajat keasaman dan dehidrasi
BAB III
PEMBAHASAN KHUSUS
3.1 Prosedur Medikolegal
Pada kasus ini, surat permintaan visum disampaikan dalam bentuk tertulis sesuai dengan
KUHAP pasal 133 ayat 2. Surat ini terdiri atas:
1. Institusi pengirim
Kepolisian Resort Metropolitan Jakarta Selatan Sektor Kebayoran Lama
2. Nomor surat
118/VER/X/2013/SEK.KEB.LAMA
3. Tujuan surat
RS Cipto Mangunkusumo
4. Identitas
Tercantum nama, tahun lahir, jenis kelamin, warga negara, agama, pekerjaan, dan alamat
korban. Disertakan pula fotokopi KTP pemilik toko tempat korban dulunya bekerja.
5. Waktu ditemukannya korban
Minggu, 20 Oktober 2013 pukul 04.00 WIB
6. Dugaan penyebab kematian
Luka tusuk pada bagian dada
7. Permintaan penyidik
Pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam
8. Jabatan pengirim
Kepala Kepolisian Sektor Kebayoran Lama atas nama Ajun Komisaris Polisi Pardiyanto
Jabatan penyidik yang tertera dalam surat memenuhi syarat PP No. 58 Tahun 2010 pasal 2A
yang menyebutkan bahwa penyidik minimal berpangkat Inspektur Polisi Dua. Surat
permintaan visum dan jenazah diantar oleh penyidik pembantu yang berpangkat Brigadir
Polisi Kepala; memenuhi syarat minimal pangkat penyidik pembantu dalam PP No. 58 Tahun
2010 pasal 3.
Jenazah sudah diberi label yang terikat pada ibu jari kaki kanan korban dan diberi cap jabatan
seperti instruksi dalam KUHAP pasal 133 ayat (3), namun tidak dilak.
Pihak keluarga korban sudah diberi tahu perihal pelaksanaan bedah mayat sesuai dengan
KUHAP pasal 134 ayat (1) serta (2) dan telah memberikan persetujuan tertulis.
Menilai hal-hal tersebut di atas, prosedur medikolegal dalam penyidikan ini dapat dikatakan
telah berjalan dengan baik.
Sebab kematian adalah kekerasan tajam yang menembus dinding dada dan kandung jantung
hingga mengenai jantung serta menembus sekat rongga badan hingga mengenai hati dan
menyebabkan perdarahan dalam rongga dada, kandung jantung, dan rongga perut. Adapun
total volume perdarahan dan bekuan darah adalah 1500 mL. Saat dilakukan pengukuran,
bekuan darah tidak diukur secara terpisah melainkan langsung dicampur dengan darah
sehingga total volume perdarahan yang terhitung kurang dari jumlah yang sebenarnya. Selain
itu, sebelum diperiksa dan selama pemeriksaan luar, darah telah mengalir keluar dari luka
korban. Dengan jumlah normal darah 70 mL untuk setiap kilogram berat badan, diperkirakan
total volume darah korban adalah 3640 mL. Dengan demikian, menimbang volume
kehilangan darah yang tidak terukur dan volume bekuan darah yang tidak diukur secara
terpisah, volume perdarahan diperkirakan melebihi 41% total volume darah dalam tubuh
korban. Dalam klasifikasi ATLS, perdarahan tersebut sudah tergolong derajat IV yang
mengakibatkan syok hemoragik berat. Perdarahan derajat IV menyebabkan kematian dalam
waktu 15 menit pada 50% kasus. Fakta ini didukung juga dengan temuan pada autopsi di
mana organ-organ dalam tampak pucat. Pelebaran pembuluh darah pada otak, ginjal, dan usus
menunjukkan bahwa korban tidak langsung meninggal setelah ditusuk. Syok yang terjadi
menyebabkan tubuh melakukan kompensasi berupa vasokonstriksi pembuluh darah. Namun
karena perdarahan terus berlangsung, jaringan tubuh malah semakin mengalami hipoksia
yang memicu terbukanya arteri. Pada akhirnya, jantung tidak kuat lagi memompa diikuti
dengan henti napas serta kerusakan otak.
3.6 Kesimpulan
Pada mayat laki-laki, Tn. L, berusia kurang lebih tujuh belas tahun dengan golongan darah O
ini ditemukan luka terbuka pada dada sebelah kiri akibat kekerasan tajam yang sesuai dengan
tusukan benda tajam bermata satu.
Sebab kematian adalah kekerasan tajam pada dada sebelah kiri yang menembus dinding dada
dan mengenai jantung serta menembus sekat rongga badan dan mengenai hati sehingga
terjadi perdarahan dalam rongga dada, kandung jantung, dan rongga perut. Saat kematian
diperkirakan antara 8-12 jam sebelum pemeriksaan luar dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran.
Jakarta: FKUI; 1994. p. 1, 3-5, 11-6.
Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik autopsi forensik. Jakarta: FKUI; 2000. p. 1-7, 723.
Bonanno FG. Hemorrhagic shock: The physiology approach. J Emerg Trauma Shock.
2012;5(4):285-95.
Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Munim A, Sidhi, dkk. Ilmu kedokteran
forensik. Jakarta: FKUI; 1994. p. 1-36.
Dix J, Graham M. Time of death, decomposition and identification: An atlas. p. 1-14.
Garrioch MA. The bodys response to blood loss. Vox Sanguinis. 2004;87 (Suppl. 1):74-6.
James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpsons forensic medicine. 13th ed. London:
Hodder Arnold; 2011. p. 42-53.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana.
Sugiharto AF. Pengantar patologi forensik [Unpublished lecture notes]. K 02: Modul Praktik
Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, FKUI; lecture given 2013 Oct
16.