Anda di halaman 1dari 30

Analisa Kromosom Pada Sindrom Down

KELOMPOK A-6

Lius Gerald 102010043


Bernadette Elvina Setiadi 102010047
Andrean Linata 102010063
Rina Purnawati 102010073
Yunita 102010152
RA Lukitasari Ayu Galuh Ardhi 102010270
Norhidayu Binti Mesman 102010393
Lanny Ardianny 102011425
Skenario 1
• Seorang ibu A, berusia 31 tahun; gestasi 6 minggu;
datang untuk konseling genetik. Saudara perempuan ibu
A baru melahirkan bayi perempuan dengan Sindrom
Down. Ibu A ini ingin melakukan Amniocentesis.
Masalah
• Ibu A 31 tahun, gestasi 6 minggu ingin melakukan
amniocentesis karena saudara perempuannya baru
melahirkan bayi perempuan dengan Sindrom Down.
Mind Mapping Prosedur

Analisa Klasifikasi
Kromosom

Indikasi

Ibu 31 tahun ingin


amniocentesis, Kelainan
riwayat keluarga Kromosom
Sindrom Down

Kel.jumlah Kel.struktur Kel.Sex


Konseling
Genetik
Sindom
Down
Hipotesis
• Kelainan kromosom (Sindrom Down)
hanya dapat didapat didiagnosis dengan
Amniocentesis.
Sasaran Belajar
• Mampu dan memahami serta menjelaskan tentang prosedur,
klasifikasi dan indikasi pemeriksaan kromosom.
• Mampu dan memahami serta menjelaskan tentang
Amniocentesis, skrining pre-natal dan post-natal.
• Mampu dan memahami serta menjelaskan tentang jenis-jenis
kelainan kromosom.
• Mampu dan memahami serta menjelaskan tentang Sindrom
Down.
• Mampu dan memahami serta menjelaskan tentang konseling
genetik.
Kromosom
• Normal = 46 kromosom dan 1 pasang kromosom sex
• Pembawa sifat dan informasi genetik
• Mengandung Gen
• Tempat Gen dalam kromosom = lokus gen
• Gen terdiri dari DNA (asam nukleat)
Prosedur analisa kromosom
• C-banding
Pewarnaan sentromer heterokromatin = gelap saat interfase dan profase.
Pewarnaan sentromer kromosom dengan menggunakan pewarna perak
nitrat.

• Q-banding
Deteksi perbedaan komposisi dasar DNA dengan melihat pola berpendarnya
selama metafase mitosis.
Senyawa = quinacrine mustard dihydrochliride, yaitu senyawa yang agak
berpendar

• G-banding
Lebih mendetail, setelah kromosom diberi larutan trypsin, urea, protease
atau acetic acid saline (ASG).
Q- banding + R-banding = hasil lebih baik.
• R-banding
Kebalikan dari G-banding . Daerah yang tersusun atas
eukromatin tampak terang, sedangkan daerah heterokromatin
tampak gelap.

• Fragile site analysis


Media tanpa asam folat untuk mendeteksi folate sensitive X-
chromosome fragile site. Analisis dikerjakan dibawah mikroskop
cahaya untuk mendeteksi Sindrom Fragile-X.

• FISH (Fluorescence In Situ Hybridization)


Probe DNA pada sel-sel metafase dan interfase. Tidak
menggunakan teknologi kultur jaringan, melainkan sitogenik
molekular. Biasanya digunakan untuk mendeteksi delesi
kromosom submikroskopik misalnya pada Sindrom Prader-Willi
Indikasi pemeriksaan kromosom
• Hambatan (retardasi) perkembangan psikomotorik
• Usia maternal ibu yang beresiko tinggi (>35 tahun)
• Kelainan genetik kongenital (bawaan) seperti orang tua
penderita hemofilia, thalasemia, albino.
• Mengalami keguguran berulang kali
• Pernah memiliki anak dengan kelainan kromosom
• Riwayat penyakit genetik pada salah satu anggota keluarga
• Memiliki anak retardasi mental/kebodohan tanpa diketahui
penyebabnya
• Memiliki anak dengan jenis kelamin diragukan (sex ambigua)
• Suami-istri yang mengalami infertilitas
• Wanita dengan amenore primer (tak pernah haid).
Amniocentesis

Pre-natal CVS

Cordocentesis

USG

Analisa Pem. Serum MSAFP


Kromosom
Maternal ß-
HCG
Serum
estriol
Darah
Post-natal perifer

Urin
Amniosentesis
• Invasif
• Transabdominal
• Usia 15-18 minggu
kehamilan
• Usia ibu >35 tahun
• Dengan bantuan USG
CVS
• Pemeriksaan
trimester 1
• Transvaginal (serviks-
uterus)
• Panduan USG
• Dengan flexible
kateter/jarum
• Diambil ‘chorionic
villi’
Cordosentesis (PUBS)
• 17 minggu-aterm
• Aspirasi 0,5-1ml
• Guidance USG
• Vena umbilikalis
Pemeriksaan Serum
CONDITION MSAFP Estriol HCG

Neural tube Increased Normal Normal


defect
Trisomy 21 Low Low Increased

Trisomy 18 Low Low Low

Molar Low Low Very High


pregnancy
Multiple Increased Normal Increased
gestation
Fetal death Increased Low Low
Post-natal
• Analisa darah perifer
Deteksi penyakit genetik seperti Hemophilia,
Thalasemia, Sickle cells Anemia dan infeksi pada
janin.

• Analisa urin bayi


Deteksi fenilketonuria.
Kelainan Kromosom
Kelainan numerik/jumlah
• Trisomi 21 / Sindrom Down (47,XY + 21 dan 47,XX + 21 )
TB 120 cm, kepala lebar dan pendek, bibir tebal, lidah besar dan
menjulur, liur selalu menetes, jari pendek dan gemuk, telapak tangan
tebal, mata sempit miring kesamping,IQ rendah, umumnya infertil.

• Trisomi 13/ Sindrom Patau (47,XY + 13 dan 47, XX + 13)


Kepala kecil, mata kecil, sumbing celah langit langit, tuli, polidaktili,
mempunyai kelainan otak, jantung, ginjal dan usus serta pertumbuhan
mentalnya terbelakang. Biasanya penderita meninggal pada usia kurang
dari 1 tahun.

• Trisomi 18/ Sindrom Edward (47,XY + 18 dan 47, XX + 18)


memiliki kelainan pada alat tubuh, telinga, rahang bawah kedudukannya
rendah, mulut kecil, mental terbelakang, tulang dada pendek, umumnya
hanya mencapai umur 6 bulan saja.
Kelainan Struktural
• Translokasi
Perpindahan sebagian kromosom ke kromosom lain
• Delesi
Pemendekan lengan kromosom.
• Adisi
Pertambahan panjang lengan kromosom.
• Duplikasi
Adanya salinan salah satu segmen kromosom pada satu kromosom.
• Inversi
Adanya dua patahan pada satu kromosom yang kemudian patahan
tersebut memutar terbalik 180 derajat atau bertukar posisi.
• Isokromosom
Salah satu lengan digantikan oleh duplikasi dari lengan yang lain.
Kelainan Kromosom Sex
• Sindrom Klinefelter (47, XXY atau 44A + XXY)
Penderita berjenis kelamin laki-laki tetapi cenderung bersifat
kewanitaan, testis mengecil dan mandul, payudara membesar, dada
sempit, pinggul lebar, rambut badan tidak tumbuh, tubuhnya
cenderung tinggi (lengan dan kakinya panjang), mental terbelakang.

• Sindrom Turner (45,XO atau 44A + X)


Penderita Sindrom Turner berkelamin wanita, namun tidak memiliki
ovarium, alat kelamin bagian dalam terlambat perkembangannya
(infertil) dan tidak sempurna, steril, kedua puting susu berjarak
melebar, payudara tidak berkembang, badan cenderung pendek
(kurang lebih 120 cm), dada lebar , leher pendek, mempunyai gelambir
pada leher, dan mengalami keterbelakangan mental.
• XXX females
Survei menunjukkan bahwa 0,1% dari seluruh perempuan
memiliki kariotipe 47, XXX. Kasus ini biasanya terjadi karena
kesalahan pada meiosis I. Wanita tampak normal tapi IQ
dibawah rata-rata.

• XYY males
Penambahan kromosom Y dapat dikarenakan non-disjunction
meiosis II yang bersifat paternal. Pria lebih tinggi dari rata-rata,
banyak jerawat.

• Fragile X syndrome
Disebut juga dengan sindrom Martin Bell. Diderita oleh laki-laki,
dan perempuan hanya sebagai pembawa sifat. Secara
sitogenetik tampak adanya fragile site pada ujung lengan
kromosom X. Wajah memanjang, jidat lebar, bibir tebal, testis
besar, retardasi mental.
Sindrom down
• Down Syndrom (Down syndrome) adalah suatu kondisi
keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang
diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom 21.
Jenis sindrom Down
Terdapat 3 variasi yang menjadi penyebab sindrom down yaitu :
• Trisomi 21 (95%)
• Translokasi (4-5%)
Perlekatan pecahan “p” kromosom 21 dengan kromosom
13, 14, 15, 22 atau kromosom 21 lainnya. Kasus seperti ini
hanya terjadi hanya 3 sampai 4% pada anak penyandang
Sindrom Down.
• Mosaic (1%)
Sel tubuh tersusun mosaik dgn kromosom tambahan
Sindrom Down
• Diagnosis: Gejala klinis + analisis kromosom
• Penanganan: kelemahan otot → lakukan latihan otot yang
akan membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
• Pencegahan: deteksi dini sindrom Down dilakukan pada usia
janin mulai 11 minggu (2,5 bulan) sampai 14 minggu. Dengan
demikian, orangtua akan diberi kesempatan memutuskan
segala hal terhadap janinnya. Jika memang kehamilan ingin
diteruskan, orangtua setidaknya sudah siap secara mental.
Hubungan umur ibu dengan risiko
abnormalitas kromosom.
Konseling Genetik
• Berapakah umur Ibu saat hamil anak pertama, dan umur Ibu sekarang?
• Riwayat penyakit anak terdahulu? Apakah ada kelainan tertentu yang
terjadi pada anak tersebut?
• Bagaimanakah riwayat keluarga anak? Apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit kelainan genetika yang sama?
• Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anak selama ini? Apakah
ada gangguan seperti terlambat, mungkin kesulitan belajar, gangguan
makan dan sebagainya?
• Riwayat kehamilan sebelumnya? Bagaimana berat badan waktu lahir
anak pertama?
Konseling Genetik
Konseling Genetik
• Menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan saat anda
memiliki bayi dengan kelainan genetik.
• Terminasi kehamilan.
• Menggunakan donor sperma atau donor sel telur.
• Adopsi.
Kesimpulan
• Hipotesis ditolak. Banyak pemeriksaan kromosom yang dapat
dilakukan, tidak hanya amniocentesis.
• Kita sebagai dokter harus memberi tahu pasien tentang kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing pemeriksaan tersebut, dan biarkan
pasien yang memilih.
• Pemeriksaan tersebut sebaiknya dilakukan sedini mungkin sehingga
jika ditemukan kelainan dapat segera dikoreksi atau jika diperlukan
dilakukan terminasi kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai