Anda di halaman 1dari 177

DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

BAB IV
METHODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. UMUM

Sejalan dengan kebijakan mutu perusahaan PT. Estetika Panca Sanjaya secara

profesional untuk menjamin hasil dan mutu pekerjaan perlu untuk selalu

memelihara Sasaran mutu proyek agar dapat terselenggara secara konsisten.

Untuk itu Sasaran mutu proyek telah ditetapkan secara rinci, disajikan dalam butir-

butir berikut :

1. Terlaksananya sistem pengelolaan pekerjaan yang efektif dan efisien sesuai

dengan tata laksana kerja, tanggung jawab, dan wewenang dari segenap

komponen tenaga pelaksana proyek.

2. Terlaksananya kegiatan yang berjalan sesuai dengan kerangka acuan,

prosedur dan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan.

3. Proses pelaksanaan kegiatan dapat diselenggaranya sesuai dengan

perencanaan menurut metodologi yang ditetapkan dengan jelas dan

sistematis, sehingga diperoleh keluaran yang memenuhi keabsahan produk

bagi pemenuhan kebutuhan pelanggan.

4. Inspeksi dan pengujian yang dibutuhkan dalam mendukung pengendalian

proses /produk dapat dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur mutu,

waktu dan biaya yang telah ditetapkan.

stntika PENDAHULUAN V I-1


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

5. Terlaksananya distribusi/pengendalian dokumen sesuai dengan ketentuan

yang dipersyaratkan, khususnya rekaman dokumen kegiatan.

Penyelesaian pekerjaan dapat dipelihara sesuai dengan kerangka jadwal/waktu

pelaksanaan yang diprogramkan dan sesuai dengan mutu dan waktu yang

ditargetkan, sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja.

Dalam pelaksanaan pekerjaan Detail Desain Pembangunan Embung Pesantren

Batang Asap Kab Tanjung Jabung Barat, agar diperoleh hasil produk yang optimal,

maka Konsultan akan menyiapkan rencana kerja dan methodology pelaksanaan

yang optimal sesuai yang disyaratkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK).

Pendekatan teknis digunakan untuk memperhitungkan secara teknis, bagaimana

potensi sebaran potensi Embung untuk air baku, Perencanaan Manfaat,

Perencanaan Kontruksi Bangunan utama dan pelengkapnya, perencanaan

Geologi dan mekanika tanahnya, perencanaan reduksi banjir, perencanaan

pelaksanaan kontruksi, perencanaan ekonomi dan perencanaan kondisi

lingkungan. Norma, strandar Pedoman serta kriteria yang berlaku menjadi acuan

dalam perhitungan aspek teknis.

Pendekatan partisipatif digunakan untuk mengakomodasi masukan atau saran

dari masyarakat. Masukan atau saran dari masyarakat ini diupayakan diperoleh

berbarengan dengan pelaksanaan survei topografi, pengambilan Sample

Sedimen, dan Kualitas Air. Dewasa ini masalah pendekatan dan partisipasi dari

masyarakat merupakan faktor penting untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan

Studi Penelitian dan Aau Perencanaan

stntika PENDAHULUAN V I-2


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Berikut ini merupakan Daftar Alir Pelaksanaan Pekerjaan : Detail Desain

Pembangunan Embung Pesantren Batang Asam Kab. Tanjung Jabung Barat, demi

terwujudnya pelaksanaan pekerjaan yang mantab :

stntika PENDAHULUAN V I-3


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

MULAI

PREDIKSI AWAL,
DATA DOKUMEN KERANGKA ACUAN
LITERATUR DAN
KONTRAK KERJA
REFERENSI

A SP. 1

KEGIATAN PERSIAPAN

A SP. 1.1 A SP. 1.2 A SP. 1.3


Pekerjaan Persiapan dan PENYUSUNAN
Pengumpulan Data Sekunder LAPORAN RMK
Mobilisasi Personil
 Persiapan kantor proyek, base  Data data pembangunan atau rencana pembangunan yang
camp, dan perlengkapan lainnya berkaitan dengan Daerah Aliran Sungai Ste Rencana embung
 Menyusun schedule program kerja Pesantren
(personil, peralatan dan bahan)  Rencana tata ruang wilayah propinsi, kabupaten, dan pola Tidak
secara rinci pengembangan sumber daya air Wilayah Sungai Embung
 Mengkaji study-study terdahulu, Pesantren, Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Norma standar Kriteria pedoman
 Data geologi, hidrologi, geografi, dan areal banjir.
peraturan dan perundang undangan
terkait  Tata guna lahan, kawasan pariwisata, Kawasan lindung, DISKUSI RMK
 Orientasi lapangan untuk setiap kawasan indusrtri, kawasan pertambangan, kawasan hutan
item pekerjaan pokok untuk serta lingkungan hidup umumnya.
pengumpulan data lapangan  Sarana dan kondisi sosial, budaya, pertanian, petenakan,
(kondisi dan permasalahan) agro ekonomi, perikanan, industri, irigasi serta drainase.
 Menyusun Rencana Mutu Kontrak  Penggunaan air, potensi berbagai permasalahannya, dan
(RMK) Pekerjaan Penyedia Jasa data lainnya
 Menyusun Rencana Kesehatan  Data sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan serta kebijakan
Keselamatan Kerja dan Kontrak pemerintah;
(RK3K)
 Data kepemilikan lahan (pemilik, penyewa, penggarap);
 Mengadakan Technical Meeting
sebelum memulai kegiatan lapangan  Daftar Harga Bahan Material dan Upah setempat;
 Dan data data lain yang menurut penyedia jasa diperlukan
sebagai pendukung pelaksanaan pekerjaan ini.

A SP. 1.7
A SP. 1.4 A SP. 1.6
ASPEK
SURVEY PENDAHULUAN KAJIAN STUDI TERDAHULU HIDROLOGI

1. Mendapatkan Gambaran Site 1. Studi Terdahulu Mengenai A SP. 1.8


Rencana Embung Pesantren
A SP. 1.5 Hidrologi Wilayah
2. Mendapatkan Gambaran Peluang 2. Studi Terdahulu Mengenai
Layanan Yang dapat Di terapkan GROUND SURVEY ASPEK
Pengembangan Lahan Pertanian KEBUTUHAN
3. Mendapatkan Gambaran Sistem TOPOGRAFI
3. Studi Terdahulu Mengenai Kajian
Hidrologi Embung Pesantren MENGGUNAKAN Banjir
LAYANAN
4. Mendapatkan Gambaran Awal DRONE DAN 4. Studi Terdahulu Mengenai
Potensi Peluang Pengembangan A SP. 1.9
WALKTROUGH Konservasi
Kawasan Embung 5. Studi Terdahulu mengenai
5. Mendapatkan Rencana Lokasi Area perencanaan Tata Ruang Wilayah ASPEK GEOLOGI
Pengukuran Topografi Kab. Tanjung Jabung Barat
6. Mendapatkan Gamaran Rencana 6. Studi terdahulu mengenai
Kebutuhan Lokasi Pengambilan perencanaan pengembangan
Sampel kualitas air, Hidrometri Pesantren Chairul Umam

DRAFT LAPORAN
PENDAHULUAN

A SP. 2.

Tidak

DISKUSI LAPORAN
PENDAHULUAN A SP. 2.1

LAPORAN
A SP. 2.2
PENDAHULUAN

stntika PENDAHULUAN V I-4


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.1. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan (a)

B SP.1

KEGIATAN LAPANGAN ( PENGAMBILAN SAMPLE DAN PENGUKURAN )

B SP.1.1 B SP.1.2 B SP.1.3 B SP.1.4


Hidrometri, Hidrologi, Survey Pengukuran Investigasi Geologi dan
Survey Sosial Ekonomi
Klimatologi Topografi Mekanika Tanah
1. Wawancara Masyarakat Sekitar
1. Pengukuran Debit Sumber
1. Pemasangan Patok BM Mengenai Harapan Manfaat
Inflow Site Embung Pesantren 1. Pelaksanaan Bor Inti Lokasi
2. Pemasangan Patok CP embung
2. Pengambilan Sample Kualitas Rencana Tubuh Embung
3. Pengukuran Situasi Site 2. Wawancara Masyarakat
air 2. Pelaksanaan Sondir Lokasi
Rencana embung Pesantren Tingkat Keinginan Daerah
3. Pengamatan dan Pengukuran Lokasi rencana Bangunan
4. Pengukuran Situasi Area Wisata
Bekas Banjir Hujan Besar 3. Pelaksanaan Hand Bore Lokasi
Genangan Tampungan 3. Wawancara Masyarakat
4. Pengukuran Kandungan Rencana Bangunan
embung Pesantren Sumber Pendapatan, Jumlah
Sedimen (Jika Ada )
KK sekitar Lokasi

B SP.1.5

Laboratorium

1. Laboratorium Kualitas Air


2. Laboratorium Mekanika Tanah
dan Geologi
3. Laboratorium Sedimen atau
Sedimen Yield / Lahan

C. SP.2 C. SP.1

Detail Data Lapangan :


 Data Kondisi Geologi KEGIATAN ANALISA RANCANGAN
Material Bendungan
 Kondisi Material Borrow
Area
 Profil Melintang Memanjang
Geologi C. SP.1.1 C. SP.1.4 C. SP.1.5 C. SP.1.6
 Site Plan Topografi Lokasi As C. SP.1.2 C. SP.1.3
Bendungan dan Tampungan Analisa Pengukuran
Waduk Analisa Spasial Hidrologi Abalisa kebutuhan Air Analisa Simulasi Keandalan
Analisa Hidrologi Low Flow Analisa Hidrologi High Flow Topografi dan Laboratorium
 Potongan Memanjang dan Erosi dan Sedimentasi Layanan Embung Pesantren Layanan Tampngan Embung
Sedimen
Melintang Topografi AS dan
Tampungan Waduk
 Data Debit Pengukuran
 Data Sedimen dan
Karakteristik Material C. SP.1.8 C. SP.1.8
Sedimen
Analisa Hidrolika Analisa Geologi

DRAFT
LAPORAN
ANTARA
C SP.3

Tidak

DISKUSI LAPORAN
ANTARA C SP.4

LAPORAN C SP.5
ANTARA

Gambar 4.2. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan (b)

stntika PENDAHULUAN V I-5


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

D SP.1

ANALISA DETAIL DESAIN

D SP.1.7
D SP.1.1 Analisa Desain Kebutuhan Instrument
Analisa Banjir Melalui Pelimpah

D SP.1.8
D SP.1.2 Analisa Desain Hidromekanikal
Desain Struktur Pelimpah

D SP.1.9
D SP.1.3 Analisa Desain Prasarana Air Baku
Analisa Hidrolika Pelimpah dan Penentuan
Dimensi rencana

D SP.1.10
D SP.1.4 Analisa Kebutuhan Operasi Pemeliharaan
Analisa Tubuh Embung Pesantren

D SP.1.11
D SP.1.5 Analisa Kebutuhan Operasi Pemeliharaan
Analisa Keamanan Tubuh Embung Pesantren

D SP.1.12
D SP.1.6 Persiapan Penafsian Dokumen Lingkungan
Perhitungan Desain Struktur Bangunan
Pelengkap

E SP.1

DETAIL DESAIN EMBUNG PESANTREN

Tidak F SP.1 G SP.1


H SP.1
Pekerjaan Perhitungan Biaya Dan
PENGGAMBARAN
Kelayakan ekonomi DRAFT
LAPORAN Tidak
AKHIR
RAB Desain Kontruksi Bangunan
RAB Desain Bangunan Pelengkap
RAB Desain Struktur Mekanikal
RAB Desain Sarana Prasarana Embung
I SP.1.2
DISKUSI LAPORAN PENYUSUNAN LAPORAN
Ya
AKHIR
1. Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK)
I SP.1 2. Laporan Bulanan
3. Draft Laporan Pendahuluan
ANALISA 4. Laporan Pendahuluan
KELAYAKAN 5. Laporan Pendukung
EKONOMI A. Topografi
B. Hidrologi
C. Mekanika Tanah
D. Sosial Ekonomi
E. Buku ukur
F. Diskripsi BM
6. Draft Laporan Antara
LAPORAN 7. Laporan Antara
AKHIR 8. Nota Desain
9. Draft Laporan Akhir
I SP.1.1 10. Laporan Akhir
11. Ringkasan Laporan/ (Summary Sub Report )
12. RAB dan BOQ
13. Rekomendasi O & P
14. Spesifikasi Teknis & Persyaratan Kualifikasi
15. Metode Pelaksanaan
16. Dokumen Tender
SELESAI
17. Dokumen Lingkungan Hidup
18. Gambar Perencanaan
19. Gambar Ukuran A1
20. Gambar Ukuran A3
21. Soft Copy Hard Disk Exsternal 1 Tb

Gambar 4.3. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan (c)

stntika PENDAHULUAN V I-6


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Secara umum tahapan sesuai dengan carth diatas dan tahapn tahapan sistematis

yang kami konsultan susun adalah sebagai berikut :

I. Tahap Persiapan

1. Mobilisasi personil, sebagai bagian survei awal dan koordinasi dengan

Direksi Pekerjaan dan instansi lainnya yang terkait.

2. Penyusunan Rencana Mutu Kontrak

3. Diskusi dengan Direksi Pekerjaan untuk membahas Rencana Kerja

Konsultan dalam Diskus RMK.

4. Persiapan Administrasi Kegiatan Survey Pendahuluan

5. Perencanaan Item Item Survey Pendahuluan, termasuk studi awal

topografi wilayah sungai yang memiliki potensi Embung

6. Mempersiapkan Administrasi Pengukuran Topografi Geologi dan Survey

Sosial ekonomi dan lingkungan

II. Pengumpulan data sekunder

1. Peta wilayah Adminsitrasi Kabupaten Tanjung Jabung Barat

2. Peta Topografi dan Jaringan Sungai yang didapatkan dalam Peta RBI

Bakosurtanal

3. Data Kabupaten dan Kecamatan Dalam Angka yang berisi salah satunya

adalah data Statistik Jumlah Penduduk, Data Statistik Luasan Lahan

Pertanian, Data Statistik Sumber Layanan Air masyarakat

4. Data Hidrologi Curah Hujan wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat

stntika PENDAHULUAN V I-7


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

5. Data Hidrologi Debit aliran Sungai Sungai Wilayah Kabupaten Tanjung

Jabung Barat

6. Peta Jenis Tanah Kabupaten Tanjung Jabung Barat

7. Peta Land Use Data Terbaru Kabupaten Tanjung Jabung Barat

8. Buku dan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah

9. Buku Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai C3

Khususnya untuk Kabupaten Tanjung Jabung Barat

10. Studi Terdahulu Potensi embung Kabupaten Tanjung Jabung Barat

III. STUDI PENDAHULUAN

adalah kegiatan lapangan di awal pekerjaan mengenai identifikasi daerah

daerah yang memiliki potensi dibangunnya embung, dan wilayah daerah yang

membutuhkan air dari segi untuk lahan pertanian irigasi dan air bersih.

1. Mendapatkan Gambaran Site Rencana Embung Pesantren

2. Mendapatkan Gambaran Peluang Layanan Yang dapat Di terapkan

3. Mendapatkan Gambaran Sistem Hidrologi Embung Pesantren

4. Mendapatkan Gambaran Awal Potensi Peluang Pengembangan Kawasan

Embung

5. Mendapatkan Gambaran Kondisi Geologi Site Rencana Embung Pesantren

6. Mendapatkan Rencana Lokasi Area Pengukuran Topografi

stntika PENDAHULUAN V I-8


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

7. Mendapatkan Gamaran Rencana Kebutuhan Lokasi Pengambilan Sampel

kualitas air, Hidrometri

8. Mendapatkan Informasi awal Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar

9. Pengambilan Foto Udara Potensi Rencana Site embung Pesantren

10. Desk Study Hasil Survey Pendahuluan

IV. KEGIATAN PENGUKURAN LAPANGAN

1. Pengukuran Topografi Site Lokasi terpilih


2. Pengukuran Hidrometri :
a). Debit Aliran Sesaat,
b} Potensi Sedimen
c). Kualitas Air.
3. Survey Investigasi Geologi Teknik dan Mekanika Tanah :
a). Pengujian Sondir
b). Permeability Test,
C) Test Pit
d) Bor Inti
4. Pengujian Laboratorium

V. KEGIATAN SISTEM PLANING DAN ANALISA RANCANGAN

I. Pengolahan hasil lapangan topografi, debit, sedimen kualitas air dan

geologi

II. Analisa hidrologi low flow

III. Analisa hidrologi high flow

IV. Analisa spasial hidrologi erosi dan sedimentasi

stntika PENDAHULUAN V I-9


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

V. Abalisa kebutuhan Air Layanan Embung Pesantren

VI. Analisa Simulasi Keandalan Layanan Tampngan Embung

VII. Pra Desain  Analisa Hidrolika, dan Geologi

VI. ANALISA DETAIL DESAIN

I. Analisa banjir melalui pelimpah

II. Desain struktur pelimpah

III. Analisa hidrolika pelimpah dan penentuan dimensi rencana

IV. Analisa tubuh embung pesantren

V. Analisa keamanan tubuh embung pesantren

VI. Perhitungan desain struktur bangunan pelengkap

VII. Analisa desain kebutuhan instrument

VIII. Analisa desain hidromekanikal

IX. Analisa desain prasarana air baku

X. Analisa kebutuhan operasi pemeliharaan

XI. Persiapan penafsian dokumen lingkungan

VII. DETAIL DESAIN EMBUNG PESANTREN

I. Pekerjaan Perhitungan Biaya Dan Kelayakan ekonomi

II. Penggambaran

stntika PENDAHULUAN V I-10


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

4.2. KEGIATAN SURVEY PENDAHULUAN

Kegiatan Survey Pendahuluan adalah kegiatan lapangan di awal pekerjaan

mengenai identifikasi daerah daerah yang memiliki potensi dibangunnya

embung, dan wilayah daerah yang membutuhkan air dari segi untuk lahan

pertanian irigasi dan air bersih.

Kegiatan ini dilakukan Bersama sama dengan Direksi Pekerjaan, Pengawas

pekerjaan, dan Dinas Daerah Setempat.

Lokasi lokasi yang sudah di identifikasi pada kegiatan persiapan dilakukan

peninjauan langsung lapangan untuk meninjau karakteristik lapangan

evaluasi terhadap Rencana Pembangunan embung.

Pada kegiatan Orientasi lapangan, konsultan akan melakukan kegiatan

kegiatan sesuai dengan Dokumen KAK diatas, dengan menambahkan item

item kekususan yaitu seperti :

1 Penentuan Cakupan dan jalur pengukuran Topografi

2 Penentuan lokasi pengambilan Sampel Kualitas Air dan sedimen serta

pengukuran Hidrometri Debit aliran Sungai rencana Site Embung

Pesantren

3 Pengambilan foto udara menggunakan fasilitas Drone untuk

mendapatkan gambaran fiual udara Site Rencana Embung Pesantren,

juga melakukan Mapping foto udara wialayah perairan tampungan

Embung Pesantren, sehingga sudah didapatkan Gambaran Awal bentuk

alternative alternatef desain Embung Pesantren.

stntika PENDAHULUAN V I-11


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Untuk kegiatan awal ini Fisual foto udara menggunakan Drone dapat

membantu sebagai gambaran awal profil topografi Site rencana embung

pesantren beserta gambaran awal topografi area perairan

tampungannya.

4.3. KEGIATAN DESK STUDY HASIL SURVEY PENDAHULUAN

Kegiatan ini adalah mentabulasi hasil kegiatan Survey Pendahuluan yang

berkenaan lokasi lokasi site Sungai Potensi Embung. Tabulasi yang dilakukan

adalah :

1. Koordinat Lokasi

2. Wilayah Administrasi

3. Jalan Akses Masuk

4. Kondisi Topografi Wilayah dan Rencana Site

5. Gambaran Umum Kondisi Geologi dan Mekanika Tanah

6. Gambaran Umum Ketersediaan Material

7. Penilaian Masyarakat

8. Wilayah Potensi Layanan

9. Potensi Tampungan

stntika PENDAHULUAN V I-12


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Tabel 4.1. Form Isian Pentabulasian Data Lapangan


No Wilayah Adminisrasi x y Kondisi Wilayah Foto

Kajian

1 Kab Kecamatan Desa

a Akses Jalan Masuk

b Lokasi Site

C Kondisi Topografi Wilayah dan Rencana Site

D Gambaran Umum Kondisi Geologi dan Mekanika

Tanah

E Gambaran Umum Ketersediaan Material

F Penilaian Masyarakat

d Wilayah Potensi Layanan

e Potensi Tampungan

4.4. DISKUSI PENDAHULUAN

Target hasil pekerjaan ini pada Diskusi Pendahuluan adalah diantaranya :

1. Diskusi Paparan Lokasi Lokasi yang di Identifikasikan sebagai lokasi Site

Potensi embung.

2. Diskusi Paparan Kondisi sosial Wilayah Daerah Layanan

3. Diskusi Paparan Analisa Perangkingan Lokasi Site Embung

4. Diskusi Paparan Jadwal Pelaksanaan dan Rencana Program

stntika PENDAHULUAN V I-13


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

5. Evaluasi Bersama hasil yang di dapat dan Rencana Berikutnya

4.5. KEGIATAN PENGUKURAN LAPANGAN

Setelah koordinasi Teknis potensi wilayah berdasarkan perangkingan data

diperoleh, maka di lanjutkan pada kegiatan pengukuran lapangan diantaranya

adalah :

1. Pengukuran Topografi Site Lokasi terpilih  Untuk mendapatkan Data

terukur mengenai profil topografi ketinggian wilayah dan topografi

tampungan.

2. Pengukuran Hidrometri : a). Debit Aliran Sesaat, untuk mengetahui besar

debit aliran sesaat pada ruas Sungai lokasi rencana Embung b} Sedimen

Sungai, sebagai gambaran awal tingkat sedimentasi sungai lokasi Site

terpilih, sehingga didapatkan hubungan besaran debit dan sedimen yang

mengalir, untuk Analisa potensi sedimen yang masuk tampungan embung

c). Kualitas Air  Pengambilan Sampel Air dan uji laboratorium untuk

diketahui nilai parameter kualitas air.

3. Survey Investigasi Geologi Teknik dan Mekanika Tanah : a). Pengujian

Sondir Untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras serta sifat daya

dukung maupun daya lekat setiap kedalaman, b). Permeability Test, untuk

mengetahui nilai koefsien rembesan dari suatu jents tanah. C) Test Pit

digunakan untuk mengetahui kondisi pelapisan tanah dibawah tanah

permukaan.

stntika PENDAHULUAN V I-14


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

4.5.1. PENGUKURAN TOPOGRAFI

Lingkup pekerjaan survey topografi meliputi :

Pemetaan Dam site Embung dan pelimpah skala 1:500

Pemetaan Situasi untuk daerah Genangan dengan skala 1 : 2.000.

Penggambaran Hasil Pengukuran

Rincian Pekerjaan meliputi sebagai berikut :

1. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

 Menyiapkan administrasi yang diperlukan, seperti perijinan, surat jalan dan

sebagainya.

 Penyiapan data pendukung seperti peta rupa bumi 1 : 25.000, dan tabel

deklinasi matahari.

 Melakukan inventarisasi data koordinat titik acuan terdekat atau titik acuan

yang diarahkan oleh pihak proyek.

 Menyiapkan peta kerja, termasuk perencanaan jalur pengukuran dan rencana

penempatan titik kontrol.

2. Pemasangan Monumentasi dan Patok Bantu

Ada 2 ( dua ) jenis monumentasi yang perlu dipasang yaitu :

a) Bench Mark ( BM )

stntika PENDAHULUAN V I-15


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Bench Mark yang terbuat dari beton menggunakan tulangan dengan

ukuran 20 cm x 20 x cm x 100 cm . BM dilengkapi dengan baud yang diberi

tanda silang pada bagian atasnya sebagai titik centering, serta diberi

penamaan pada bagian samping menggunakan tegel. BM ini dipasang

sedemikian rupa sehingga bagian yang muncul di atas tanah lebih kurang

20 cm. Patok BM dipasang 2 buah masing- masing dipasang pada

tumpuan kiri dan kanan dan 2 buah dilokasi lain yang dianggap penting.

Titik Ketinggian dari Kuningan

20 cm Plat Nomenkltur
PermukaanTanah

20 cm Beton Bertulang 1: 2 : 3
70 cm

40 cm 10 cm

40 cm

stntika PENDAHULUAN V I-16


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.1 Bentuk dan ukuran Patok BM

b) Control Point ( CP )

Control Point dengan ukuran 10 cm x 60 cm terbuat dari cor semen,

dipasang dengan tujuan untuk memberikan acuan arah azimuth dari BM

terpasang. Control point ini dipasang dengan posisi saling terlihat dengan
10 cm
BM terpasang.

stntika PENDAHULUAN V I-17


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

10 cm

20 cm

20 cm PermukaanTanah

40 cm
Adukan semen

20 cm

5 cm

Angkur besi 20 cm

Gambar 4.2 Bentuk dan ukuran Patok CP

c) Patok Bantu

Patok bantu dipasang pada setiap tempat berdiri alat poligon, situasi, cross

section dan diantara tempat berdiri alat waterpas. Patok ini dibuat dari

kayu dengan ukuran 3 cm x 5 cm x 40 cm. Patok kayu ini pada bagian

atasnya dipasang paku payung sebagai penanda centering titik tempat

berdiri alat atau titik berdiri rambu pada pengukuran waterpass. Untuk

memudahkan penentuan patok, perlu juga diberikan peng-kodean atau

stntika PENDAHULUAN V I-18


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

penamaan masing-masing patok kayu tersebut dengan nama, huruf atau

nomer.

3. Pengukuran Poligon Utama

Pengukuran Kerangka Kontrol Horisontal atau yang lazim disebut Poligon,

dilakukan dengan spesifikasi sebagai berikut :

a) Poligon harus diukur dengan cara poligon tertutup (closed traverse) dan

melingkupi daerah yang dipetakan, jika daerah cukup luas maka poligon

utama dibagi dalam beberapa kring tertutup, maksimum sisi poligon 1,0

km.

b) Diusahakan sisi-sisi poligon sama panjangnya, poligon cabang terikat

pada poligon utama dan titik referensi yang digunakan mendapat

persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Jalur poligon baik cabang atau

utama.

c) Setiap poligon akan dilakukan pengamatan matahari setiap 2,5 km, dan

sebagai target adalah azimuth mark bila pengamatan dilakukan di titik

bench mark.

d) Setiap BM eksisting maupun BM dan CP baru harus dilalui pengukuran

poligon.

e) Poligon harus diukur menggunakan alat Total Station atau pasangan

Theodolith Wild T-2 dengan EDM.

f) Sudut diukur minimal dalam 2 seri, yaitu bacaan Biasa dan bacaan Luar

Biasa, dengan ketelitian sudut 5”.

stntika PENDAHULUAN V I-19


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

g) Pengukuran sudut dilakukan dengan titik nol yang berbeda semisal 0o,

45o, 90o dan seterusnya.

h) Jarak mendatar diukur minimal 3 (tiga) kali ke muka dan ke belakang.

i) Kesalahan penutup sudut harus lebih kecil dari 10 “  n, dimana n adalah

jumlah setasiun berdiri alat.

j) Pengamatan Matahari dilakukan setiap 2,5 km sepanjang jalur

pengukuran poligon dan pada pertemuan loop pengukuran.

k) Kesalahan linier yang dicapai harus lebih kecil dari 1 : 10.000

l) Semua data lapangan dan hitungan harus dicatat secara jelas dan

sistematis, jika ada kesalahan cukup dicoret dan ditulis kembali

didekatnya, serta tidak diperbolehkan melakukan koreksi menggunakan

tinta koreksi.

m) Pekerjaan hitungan poligon harus diselesaikan di lapangan, agar bila

terjadi kesalahan dapat segera diketahui dan dilakukan pengukuran

kembali hingga benar.

n) Perataan hitungan poligon dilakukan dengan perataan metode

Bouwditch.

4. Pengukuran Poligon Cabang

Pengukuran Poligon Cabang perlu dilakukan supaya pada saat

pengambilan detail yang posisinya jauh dari poligon utama mempunyai

stntika PENDAHULUAN V I-20


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

ikatan yang satu system dengan poligon utama. Pengukuran poligon

cabang dilakukan sebagai berikut :

a) Poligon harus diukur dengan awalan pada titik poligon utama dan

diakhiri pada titik poligon utama pula.

b) Setiap BM eksisting maupun BM dan CP baru harus dilalui pengukuran

poligon.

c) Poligon harus diukur menggunakan alat Total Station atau pasangan

Theodolith Wild T-2 dengan EDM.

d) Sudut diukur minimal dalam 1 seri, yaitu bacaan Biasa dan bacaan Luar

Biasa, dengan ketelitian sudut 20”.

e) Jarak mendatar diukur minimal 1 ( satu ) kali ke muka dan ke belakang.

f) Kesalahan penutup sudut harus lebih kecil dari 20 “  n, dimana n adalah

jumlah setasiun berdiri alat.

g) Pengamatan Matahari dilakukan setiap 2,5 km sepanjang jalur

pengukuran poligon dan pada pertemuan loop pengukuran.

h) Kesalahan linier yang dicapai harus lebih kecil dari 1 : 5.000

i) Semua data lapangan dan hitungan harus dicatat secara jelas dan

sistematis, jika ada kesalahan cukup dicoret dan ditulis kembali

didekatnya, serta tidak diperbolehkan melakukan koreksi menggunakan

tinta koreksi.

stntika PENDAHULUAN V I-21


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

j) Pekerjaan hitungan poligon harus diselesaikan di lapangan, agar bila

terjadi kesalahan dapat segera diketahui dan dilakukan pengukuran

kembali hingga benar.

k) Perataan hitungan poligon dilakukan dengan perataan metode

Bouwditch.

5. Pengukuran Waterpass

Rute pengukuran waterpass mengikuti rute pengukuran poligon dengan

pembagian loop seperti pengukuran poligon. Pengukuran Kerangka

Kontrol Vertikal atau waterpass, harus diukur dengan spesifikasi sebagai

berikut :

a) Kerangka Kontrol Vertikal harus diukur dengan cara loop, dengan

menggunakan alat waterpass Wild Nak-2 atau yang sejenis.

b) Jarak antara tempat berdiri alat dengan rambu tidak boleh lebih besar

dari 50 meter.

c) Baud-baud tripod (statip) tidak boleh longgar, sambungan rambu

harus lurus betul serta perpindahan skala rambu pada sambungan

harus tepat, serta rambu harus menggunakan nivo rambu.

stntika PENDAHULUAN V I-22


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

d) Sepatu rambu digunakan untuk peletakan rambu ukur pada saat

pengukuran.

e) Jangkauan bacaan rambu berkisar antara minimal 0500 sampai

dengan maksimal 2750.

f) Data yang dicatat adalah bacaan ketiga benang yaitu benang atas,

benang tengah dan benang bawah.

g) Pengukuran sipat datar dilakukan setelah BM dipasang, serta semua

BM eksisiting dan BM baru terpasang harus dilalui pengukuran

waterpass.

h) Slaag per seksi diusahakan genap dan jumlah jarak muka diusahakan

sama dengan jarak belakang.

i) Pada jalur terikat, pengukuran dilakukan pergi-pulang dan pada jalur

terbuka pengukuran dilakukan pergi-pulang dan double stand.

j) Kesalahan beda tinggi yang dicapai harus lebih kecil dari 7 mmD,

dimana D adalah jumlah panjang jalur pengukuran dalam kilometer.

k) Semua data lapangan dan hitungan harus dicatat secara jelas dan

sistematis, jika ada kesalahan cukup dicoret dan ditulis kembali

didekatnya, serta tidak diperbolehkan melakukan koreksi

menggunakan tinta koreksi.

l) Pekerjaan hitungan waterpass harus diselesaikan di lapangan, agar bila

terjadi kesalahan dapat segera diketahui dan dilakukan pengukuran

kembali hingga benar.

stntika PENDAHULUAN V I-23


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

m) Perataan hitungan waterpass dilakukan dengan perataan metode

Bouwditch.

6. Pengukuran Situasi Detail Tapak Embung

Pengukuran detail rencana tapak Embung skala 1 : 500 dilakukan dengan

spesifikasi sebagai berikut :

a) Pengukuran situasi dilakukan secara raai, dengan interval raai 20 m

pada 200 m ke hulu dan 100 meter ke hilir dari rencana as dan

seterusnya menggunakan interval 50 meter.

b) Lebar pengukuran rencana tapak Embung diukur minimal 2 meter

diatas elevasi puncak Embung.

c) Untuk detail-detail yang tidak tercakup dengan pengukuran raai,

ditambahkan pengukuran detil dengan sudut kutub.

d) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan theodolith Wild-T0.

e) Semua titik berdiri alat harus terikat pada poligon utama.

f) Semua data lapangan dan hitungan harus dicatat secara jelas dan rapi.

7. Pengukuran Situasi Daerah Genangan

Pengukuran detail daerah genangan skala 1 : 2.000, dilakukan dengan

spesifikasi sebagai berikut :

a) Daerah genangan diukur overlap dengan lokasi rencana bangunan

utama.

stntika PENDAHULUAN V I-24


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

b) Kenampakan bangunan yang ada di lapangan baik alamiah maupun

buatan manusia harus di ukur secara lengkap dan ajelas.

c) Untuk detail-detail yang tidak tercakup dengan pengukuran raai,

ditambahkan pengukuran detil dengan sudut kutub.

d) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan theodolith Wild-T0.

e) Semua titik berdiri alat harus terikat pada poligon utama.

f) Interval kontur untuk darah yang relatif datar adalah 0,5 meter dan untuk

daerah yang terjal adalah 1 meter.

g) Semua data lapangan dan hitungan harus dicatat secara jelas dan rapi.

8. Pekerjaan Kantor ( Studio )

Pekerjaan kantor atau studio dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Pekerjaan Hitungan :

Setelah hitungan awal pekerjaan pengukuran dilapangan terutama

hitungan kerangka kontrol horizontal dan vertical diselesaikan, maka

proses selanjutnya adalah penghitungan data secara simultan.

Hitungan-hitungan yang dilakukan adalah hitungan untuk detail

situasi. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan kalkulator

maupun dengan menggunakan bantuan Personal Computer. Tahapan

pekerjaan perhitungan ini meliputi :

stntika PENDAHULUAN V I-25


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

 Pekerjaan hitungan sementara harus selesai di lapangan, sehingga

kalau ada kesalahan dapat segera diulang untuk segera dapat

diperbaiki.

 Stasiun pengamatan matahari dicantumkan dalam seketsa.

 Hitungan poligon dan sipat datar menggunakan metode perataan

bowditch.

 Pada gambar seketsa dicantumkan pula salah penutup sudut

poligon beserta jumlah titik, salah linier poligon beserta harga

toleransi, serta jumlah jarak.

 Perhitungan koordinat dilakukan dengan proyeksi UTM.

b). Pekerjaan Penggambaran :

Pekerjaan penggambaran dilakukan setelah pekerjaan hitungan selesai

dilakukan, penggambaran dilaksanakan dalam dua tahap yaitu proses

penggambaran draft pada media kertas putih. Setelah gambar draft

ini disetujui oleh pihak proyek, maka tahapan selanjutnya adalah

proses kalkiring atau pengeplotan gambar pada media kertas kalkir

dengan menggunakan plotter. Adapun spesifikasi penggambaran ini

adalah sebagai berikut :

 Kertas yang digunakan adalah kertas kalkir 80/85 gram, dengan

format sesuai dengan standar proyek.

 Garis silang grid dibuat setiap 10 cm.

stntika PENDAHULUAN V I-26


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

 Gambar draft harus disetujui oleh Direksi sebelum dikalkir.

 Semua Titik Referensi, BM eksisting yang terdapat dilapangan dan

BM serta CP hasil pemasangan baru harus digambar dengan

legenda yang telah ditentukan dan dilengkapi dengan koordinat

dan elevasi.

 Pada setiap interval 5 ( lima ) garis kontur dibuat tebal sebagai

contour index.

 Pencantuman legenda pada gambar harus sesuai dengan yang ada

di lapangan.

 Penarikan kontur lembah, alur atau sadel bukit harus ada data

elevasinya.

 Overlap peta sebesar 5 cm.

 Gambar dan keterangan mengenai kampung, sungai, jalan, sawah,

bangunan dan detail lainnya dicantumkan secara jelas.

 Peta Ikthisar digambar dengan skala 1:10.000 pada kertas kalkir.

 Grid Peta Ikhtisar 1:10.000 per 10 cm.

 Interval kontur untuk peta ikhtisar diambil 2,5 meter untuk daerah

datar dan 5 meter untuk daerah berbukit.

 Format gambar dan etiket peta sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.

 Titik poligon utama, poligon cabang dan poligon Raai digambar

dengan sistem koordinat.

stntika PENDAHULUAN V I-27


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

 Skala penggambaran untuk situasi daerah genangan adalah 1:2.000

dengan interval 1 m.

 Skala penggambaran untuk situasi dam site adalah 1:500 dengan

interval 0,5 m untuk daerah datar dan 1,0 m untuk daerah terjal.

4.5.2. INVESTIGASI GEOLOGI TEKNIK DAN MEKANIKA TANAH

Kegiatan Investigasi Geologi Teknik dan Mekanika Tanah pada pelaksanaan

pekerjaan ini terdiri dari kegiatan :

1. Sondir

2. Pemboran Hand Bor

3. Bor Inti

4. Permeability Test

5. Uji Test Pit (Sumur Uji).

6. Uji Laboratorium

4.5.2.1. SONDIR

a) Kegunaan:

Untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras serta sifat daya dukung

maupun daya lekat setiap kedalaman.

b) Pelaksanaan:

Alat yang biasa digunakan adalah dutch cone penetrometer dengan

bikonus yang digunakan bekerja ganda sehingga dapat menunjukan

stntika PENDAHULUAN V I-28


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

tingkat kepadatan lapisan tanah yang dicapai sehingga ujung konus dan

geseran setempat yang diukur oleh geseran mantel konus.

Pekerjaan ini dilakukan dengan

menggunakan alat sondir

kapasitas 2,5 ton. Pembacaan

tekanan ujung tanah dilakukan

setiap interval kedalam 20 cm,

pembacaan dihentikan sampai pembacaan mencapai 150 kg/cm². Hasil

pembacaan tekanan konus ditampilkan dalam bentuk grafik antar

kedalaman dengan tekanan ujung. Tes sondir ini dilakukan dengan

menggunakan alat sondir dengan kapasitas 2,5 ton, sepanjang daerah

rencana jalur pipa air baku sebanyak 5 titik.

Peralatan yang digunakan; mesin sondir, satu set (30 buah batang) stang

sondir lengkap dengan stang dalam yang panjangnya masing-masing 1,0

meter, manometer 2 buah, kapasitas 0 – 50 kg/cm2, kapasitas 0 – 250

kg/cm2, satu buah bikonus dan satu buah paten konus, satu set angker,

perlengkapan: kunci pipa, kunci plunyer, palu, minyak manometer,

waterpass dan lain-lain, minyak hidrolik (kastrol oil, sae 10).

Prosedur pelaksanaan:

stntika PENDAHULUAN V I-29


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

1. pasang mesin tegak lurus di tempat yang akan diselidiki yang diperkuat

dengan angker yang ditanam ke dalam tanah.

2. pasang traker, tekan stang dalam. pada penekanan pertama ujung konus

akan bergerak ke bawah sedalam 4 cm, kemudian baca manometer yang

menyatakan perlawanan ujung. pada penekanan berikutnya konus dan

mantelnya bergerak ke bawah 4 cm. nilai pada manometer yang terbaca

adalah nilai tahanan ujung dan perlawanan lekat.

3. tekan stang luar sampai kedalaman baru, penekanan stang dilakukan

sampai kedalaman tambahan sebanyak 20 cm.

4. pekerjaan sondir dihentikan pada keadaan sebagai berikut:

 jika bacaan pada manometer tiga kali berturut-turut manunjukkan nilai >

150 kg/cm2.

 jika alat sondir terangkat ke atas sedangakan bacaan manometer belum

menunjukkan angka yang maksimum maka alat sondir diberi pemberat.

Perhitungan:

1. hambatan lekat (hl) dihitunga dengan rumus:

hl = (jp – pk)

keterangan:

pk = perlawanan penetrasi konus

jp = jumlah perlawanan

2. jumlah hambatan lekat

stntika PENDAHULUAN V I-30


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

jhli = hl

dimana :

i = kedalaman lapisan yang ditinjau

3. grafik yang dibuat:

 perlawanan penetrasi konus pk pada tiap kedalaman.

 jumlah hambatan lekat pada tiap kedalaman.

4.5.2.2. PEMBORAN

Pengeboran menggunakan bor tangan dengan jumlah titik 3 lubang bor

pada masing-masing lokasi dengan distribusi titik-titik pemboran tangan

didistribusikan sesuai dengan bentuk lay-out rencana jenis bangunan yaitu 3

titik pada poros saluran interkoneksi. Elevasi pemboran tangan harus diukur

terhadap referensi yang ada sehingga titik pemboran dapat diplot pada peta

topografi yang ada.

Setelah lokasi Hand Auger pada Embung ini mendapat persetujuan Direksi

Proyek, mesin bor dapat ditempatkan pada lokasi tersebut. Pekerjaan ini

mempunyai tujuan yang tidak berbeda dengan pemboran dengan mesin,

hanya prosedurnya lebih sederhana. pelaksanaan dari pekerjaan ini mengacu

pada standar buku astm d.1452-80. Hasil yang didapat adalah lubang bor

dengan kedalaman maksimum 6 ~ 10 m dengan diameter 50 – 200 mm.

Pemboran tangan adalah metode yang cepat dan murah untuk tanah yang

stntika PENDAHULUAN V I-31


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

lunak dan penyelidikan dengan menggunakan metode ini dapat dilaksanakan

pada daerah terpencil dan sulit untuk transportasi alat besar, mengingat alat

yang dipakai cukup sederhana dan dapat dibawa dengan mudah kemana

saja (portable). Penyelidikan dengan bor tangan ini berguna sebagai

perencanaan awal dan dapat digunakan untuk pencarian muka air tanah dan

untuk memasang peralatan-peralatan.

Pengambilan contoh tanah dapat dilaksanakan baik pada tanah asli maupun

terganggu (disturb – undisturb).

Kegunaan:

Untuk mendapatkan keterangan mengenai tanah, jenisnya, sifat-sifat fisis dan

keadaan tanah itu sendiri.

Pelaksanaan:

Bor tangan dilaksankan dengan menggunakan berbagai macam bor (auger)

pada ujung bagian bawah dari serangkaian stang bor. bagian atasnya terdiri

dari stang berbentuk t untuk memutar stang bor. Sebelum pemboran

dilaksanakan perlu diketahui beberapa hal sebagai berikut: letak titik

pemboran, kedalaman pemboran, jenis contoh yang dikehendaki, macam

bor yang akan digunakan.

Peralatan yang dibutuhkan; bor jenis jarret diameter 10 cm dengan mata

spiral, bor jenis iwan diameter 10 cm dengan mata bor helical, kepala

pengambil contoh 6.8 cm dengan kuncinya, satu set stang bor, tabung

stntika PENDAHULUAN V I-32


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

ukuran contoh ukuran diameter 6.8 cm dan panjang 40 cm, pemutar stang

bor, satu set pipa pelindung (casing) dengan sepatu dan dongkrak pencabut

pipa, kantong plastik, lilin atau parafin, kunci pipa dan dan obeng, pita ukur,

pensil, kertas dan form data, alas terpal untuk tempat contoh.

Prosedur pelaksanaan:

1. setelah lubang untuk pemeriksaan dibuat dan bersih, kemudian bor

dimasukkan ke dalam tanah dengan memutar stang bor hingga bor

penuh terisi tanah dan kemudian stang ditarik ke atas. tanah dalam mata

bor dibersihkan ke dalam kantong plastik.

2. pengambilan contoh tidak asli (disturb sample): untuk contoh ini dapat

diambil dari contoh tanah dengan bor. tanah yang diambil adalah

contoh dari setiap lapisan yang ditentukan dengan pemeriksaan visual.

contoh kemudian dimasukkan dalam kantung plastik dan diberi label.

3. pengambilan contoh asli (undisturb sample):, untuk cara ini diperlukan

tabung contoh dengan ukuran 6.8 cm dan panjang 40 cm

a. tabung contoh kemudian dimasukkan ke dalam lubang bor dan

kemudian ditekan perlahan-lahan sampai mencapai kedalaman 40

cm

b. untuk memudahkan pemeriksaan laboratorium, minimal 60 % dari

tabung harus terisi tanah.

c. stang bor kemudian diputar dengan arah terbalik sehingga contoh

tanah terlepas dari kelilingnya dan contoh dapat diangkat ke atas.

stntika PENDAHULUAN V I-33


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

d. setelah tabung contoh diangkat keluar, dilepas dari kepala tabung,

ujung tanah diratakan dan dibersihkan kemudian diberi lilin/paraffin

pada ujung-ujungnya sebagai isolator.

e. setelah lilin/paraffin mengering, contoh diberi label dan

ditempatkan pada tempat yang terlindung.

f. penulisan label harus jelas dan dapat dimengerti maksudnya serta

informative, informasi yang harus dicantumkan antara lain: nomor

lubang bor, kedalaman pengambilan contoh dan lain sebagainya.

g. Hasil penyelidikan selanjutnya disusun dalam suatu penyelidikan

lapangan yang biasa disebut bor log.

4.5.2.3. BOR INTI

pondasi (Subsurface) secara terperinci, sehingga dapat digunakan

secara baik oleh pendesain.

Pengambilan contoh dengan menggunakan metoda pengeboran

adalah untuk suatu cara untuk mengetahui perlapisan batuan yang

ada dibawah permukaan secara maksimal pada suatu titik.

Tahapan penyelidikan detail ini merupakan kelanjutan dari

penyelidikan tahap sebelumnya (review design). Investigasi rinci ini

mencakup :

1) Pekerjaan Pengeboran Inti.

stntika PENDAHULUAN V I-34


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

 Melakukan pemboran inti pada titik-titik bor yang telah mendapat

persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

 Menyusun perencanaan kerja secara rinci, termasuk daftar

peralatan yang dipakai beserta personilnya.

 Perijinan penggunaan lahan lokasi titik bor, mobilisasi alat serta

persiapan kerja di lapangan.

 Melaksanakan pemboran inti, termasuk pengambilan sampel,

pemerian titik bor, pengujian-pengujian seperti uji SPT dan

kelulusan air.

 Menyiapkan peti contoh batuan atau Core Box.

 Lubang bor yang sudah selesai diberi tanda dengan patok beton.

Apabila semua pekerjaan pemboran sudah diperiksa oleh Direksi dan

telah disetujui, maka peralatan beserta personilnya bisa

didemobilisasikan.

Deskripsi Inti Bor dilakukan pada log bor yang sudah terlebih dahulu

disiapkan, deskripsi ini mencakup hal-hal sebagai berikut :

 Semua informasi yang tercakup dalam laporan harian pemboran.

 Ketebalan untuk setiap lapisan atau batuan, ketebalan yang

didapat ini masih merupakan ketebalan semu, sedangkan untuk

mendapatkan ketebalan sesungguhnya perlu dikoreksi dengan

mengetahui kedudukan batuan di sekitar lokasi pemboran.

stntika PENDAHULUAN V I-35


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

 Elevasi lubang bor dengan koordinatnya, didapat dari hasil

pengukuran tim topografi, dengan menggunakan alat ukur T0

atau T2, oleh karena itu perlu koordinasi dengan tim topografi .

 Simbol dari satuan tanah atau batuan disesuaikan dengan kaidah-

kaidah yang berlaku dalam pemboran geologi teknik.

 Deskripsi terhadap inti bor sesuai dengan British Standard (BS)

5930, 1981 atau ASTM D 2488-69 (1925).

 Core recovery dihitung saat pengambilan sampel dari core barrel,

sedangkan R Q D dihitung pada batuan yang memiliki panjang

lebih dari 10 cm.

a) Pekerjaan Pengeboran ini dilaksanakan dengan menggunakan

mesin bor putar (rotary drilling machine).

stntika PENDAHULUAN V I-36


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.3 Mesin bor putar (Rotary drilling machine)

b) pengambilan contoh inti secara menerus (continuous coring)

dilakukan untuk seluruh kedalaman dengan menggunakan

jenis barrel sesuai dengan kondisi batuannya (single, double

atau triple core barrels), sehingga contoh inti batuan dapat

terambil dengan baik.

c) Kecepatan pengeboran harus dipantau dan dicatat pada log

bor dalam satuan menit per 0,3 m (1 ft). Waktu yang

diperlukan untuk melaksanakan pengeboran digunakan

untuk menentukan kecepatan pengeboran.

stntika PENDAHULUAN V I-37


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

d) Melalui lubang-lubang pengeboran dilakukan pengujian-pengujian

sebagai berikut:

uji penetrasi standar (SPT), interval kedalaman 2 meter,

dilakukan sampai dengan nilai SPT mencapai 50 pukulan/30

cm. Tabung SPT harus mempunyai ukuran standard, ujung

tabung bawah (shoe) harus dalam kondisi tajam. Palu

(hammer) mempunyai ukuran berat dan tinggi jatuh yang

standar. Jatuhnya palu harus dibuat secara otomatis (tidak

boleh secara manual). Palu dengan berat 63,5 kg (140 lb)

yang dijatuhkan secara berulang dengan tinggi 0,76 m (30

in). Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu

berturut-turut setebal 150 mm (6 in) untuk masing-masing

tahap. Tahap pertama dicatat sebagai dudukan, sementara

jumlah pukulan untuk memasukkan tahap kedua dan ketiga

dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N atau

perlawanan SPT (dinyatakan dalam pukulan/0,3 m atau

pukulan per foot).

uji kelulusan air, pada lapisan batuan lunak atau tanah

dilakukan dengan cara open end test (falling head atau

constant head, tergantung jenis tanah/batuan), tanpa

tekanan air, sedangkan untuk batuan keras menggunakan

tekanan air (packer test). Tekanan air yang digunakan

stntika PENDAHULUAN V I-38


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

disesuaikan dengan tinggi tekananm (head) desain sampai ke

posisi titik yang diuji dan jenis batuannya. Pengujian

dilakukan pada tekanan dengan urutan: 1/3 Pmaks – 2/3 Pmaks

– Pmaks – 2/3 Pmaks – 1/3 Pmaks. Hasil pengujian digambarkan

dalam bentuk grafik hubungan debit (q) versus tekanan (P)

dalam format yang standar. Uji kelulusan ini dilakukan pada

setiap interval 3 meter. Cara pengujian dapat mengacu SNI

03-2411-1991, Cara uji lapangan tentang kelulusan air

bertekanan.

Uji permeabilitas dapat dilakukan dengan 3 (tiga) metode sesuai dengan kondisi

lapangan, yaitu :

a. Constant Head Test

Metode ini akan dipilih apabila ruas uji berupa tanah atau material lepas.

Pengujian akan mengikuti prosedur USBR E-18, dengan cara memasukkan air

ke dalam pipa casing dengan debit konstan. Pencatatan dilakukan terhadap

debit dan waktu pembacaan debit tersebut.

b. Falling Head Test (Variable Head Test)

Metode ini dipilih apabila ruas uji berupa tanah atau material lepas berbutir

halus. Pengujian akan mengikuti prosedur USBR E-18 dengan cara mengisi

lubang bor dengan air bersih melalui pipa casing. Pengamatan/pencatatan

dilakukan terhadap penurunan muka air di dalam pipa casing pada interval

waktu tertentu.

stntika PENDAHULUAN V I-39


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Sebelum pengujian, akan dilakukan pengukuran kedalaman muka air tanah

di dalam lubang bor.

c. Packer Test (Lugeon Test)

Cara ini digunakan apabila ruas uji berupa formasi batuan. Pengujian akan

mengikuti prosedur SNI 03-2411-1991. Pengujian dilakukan pada lubang bor

dengan kedalaman yang telah ditentukan. Panjang ruas uji bervariasi antara 1

s.d. 5 meter tergantung pada kondisi batuan pada ruas uji.

Peralatan yang dipakai terdiri dari :

 Pompa air yang mampu menghasilkan debit tertentu secara konstan

pada tekanan yang dikehendaki

 Meteran air yang telah dikalibrasi

 Manometer tekanan yang telah dikalibrasi

 Single packer (air packer)

 Selang udara

 Pipa penghantar air (stang bor)

 Pompa udara atau tabung gas nitrogen bertekanan tinggi

 Stopwatch

Pengujian dilakukan dengan cara :

 Mengukur dan mencatat muka air tanah pada lubang bor

 Mengembangkan single packer pada kedalaman yang telah ditentukan

sehingga menyekat lubang bor dan terbentuklah ruas uji.

 Memompakan air kedalam ruas uji melalui stang bor

stntika PENDAHULUAN V I-40


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

 Mencatat tekanan, pembacaan volume air dan menghitung debit air

sebagai berikut :

Tekanan Pembaca volume air Debit rata-rata

( kg/cm2) Liter/menit Liter/det

P1 q1 q2 q3 q4 q5 Q1

P2 q1 q2 q3 q4 q5 Q2

Pmax q1 q2 q3 q4 q5 Q3

P2 q1 q2 q3 q4 q5 Q4

P1 q1 q2 q3 q4 q5 Q5

Lamanya pengujian pada tiap tekanan = 5 menit sehingga total waktu yang

diperlukan untuk 5 variasi tekanan adalah 25 menit

e) Konsultan dalam pelaksanaan pengeboran diwajibkan membuat

buku catatan harian lapangan yang antara lain mencatat: kemajuan

pengeboran, tekanan air yang digunakan, jenis barrel, kehilangan air

(water loss), kejadian penting saat pengeboran, pengujian-pengujian

di dalam lubang bor, dll.

f) Hasil pengeboran berupa inti batu/tanah ditempatkan ke dalam

kotak inti (core box) yang terbuat dari aluminium material yang

setara yang kuat disimpan selama minimal 10 tahun. Kotak tersebut

diberi label sesuai dengan : nama proyek, kedalaman, SPT, nomor

kotak, dll.

stntika PENDAHULUAN V I-41


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.4 Kotak penyimpanan contoh inti batuan dan labeling

Untuk menjaga hasil sample pengambilan material ini konsultan ber upaya

pembuatan Box Penyimpanan dengan menggunakan material yang bagus,

seperti tergambar berikut ini :

stntika PENDAHULUAN V I-42


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

g) Penentuan lokasi dan kedalaman

mendapatkan persetujuan Direksi.

h) Untuk setiap kedalaman dan perubahan

jenis lapisan tanah harus dibuat

deskripsinya, meliputi kedalaman,

kedalaman muka air tanah, jenis tanah,

warna tanah serta sifat tanah.

i) Lubang bor yang sudah selesai harus

diisi dengan mortar dan di beri tanda

menggunakan patok beton dengan diberi

nomor bor,tanggal, koordinat dan elevasi.

j) Lokasi titik bor harus difoto dan diplot pada peta situasi rencana

bangunan dan di buat deskripsinya (termasuk koordinat dan

elevasinya).

k) Hasil pekerjaan pengeboran ini digambarkan dalam bentuk “Boring

Log” yang menunjukkan kedalaman, muka air tanah, jenis

tanah/batuan, warna dan sifat dari lapisan tanah, SPT, kelulusan air,

core recovery, dll.

Aspek-aspek yang harus dicatat pada log bor,adalah sbb:

stntika PENDAHULUAN V I-43


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Data survei topografi yang meliputi lokasi pengeboran dan

elevasipermukaan, serta lokasi tanda patok dan datum (jika

tersedia).

Data akurat dari setiap deviasi lokasi bor rencana.

Identifikasi tanah dan batuan dasar yang terdiri atas

kepadatan, konsistensi, warna, kadar air, struktur, dan sumber

geologi.

Kedalaman berbagai lapisan tanah dan batuan secara umum.

Jenis tabung contoh, kedalaman, penetrasi, dan contoh inti

terambil (core recovery).

Perlawanan pengambilan contoh sesuai dengan tekanan

hidraulik atau pukulan per kedalaman penetrasi tabung contoh,

serta ukuran dan jenis hammer, dan tinggi jatuh.

Interval pengambilan contoh tanah dan contoh inti terambil

(core recovery).

Jumlah bor inti batuan, kedalaman dan panjang, inti terambil

(core recovery), dan nilai kualitas batuan (RQD).

Jenis operasi pengeboran yang digunakan untuk mempercepat

dan menstabilkan lubang bor.

Perbandingan perlawanan terhadap pengeboran.

Kehilangan air pembilas.

stntika PENDAHULUAN V I-44


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Pengamatan muka air tanah dengan tanda-tanda perubahan

karena permukaan gelombang atau turun naiknya air sungai.

Tanggal dan waktu pengeboran mulai, selesai, dan

pengukuran muka air tanah.

l) Penutupan lubang bor.

m) Volume pekerjaan pengeboran inti dapat dilihat pada table di

bawah.

n) Secara keseluruhan prosedur pengeboran, SPT, pengujian

permeabilitas, pengambilan contoh tanah dan cara

penggambaran bor log tersebut harus mengikuti Pd T-03.2-

2005-A.

o) Foto dokumentasi

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi foto inti

adalah seperti berikut;

- Setelah pemindahan dari lubang bor, contoh inti yang telah

dkeluarkan harus segera difoto, dan diberi label untuk

identifikasi log bor, interval kedalaman dan jumlah bor inti.

- Kadang-kadang diperlukan gambar close-up dari bentuk inti

yang menarik. Untuk itu, permukaan contoh inti dibasahi

dengan semprotan dan atau digosok dengan spon sebelum

pengambilan foto agar dapat memperjelas perbedaan warna

contoh inti.

stntika PENDAHULUAN V I-45


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Pita ukur atau penggaris harus ditempatkan melintasi bagian atas atau

dasar ujung blok untuk memberikan skala dalam foto. Pita ukur harus

mempunyai panjang minimal 1 meter (3 ft) dan penandaan yang relatif

besar dan sangat mencolok harus diupayakan agar terlihat dalam foto.

4.5.2.4. BORROW AREA DAN QUARRY

a. Sumuran Uji (Test Pit)

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui ketebalan lapisan

tanah yang akan digunakan sebagai material timbunan dari sumber

material (borrow area). Pada saat pelaksanaan sumuran uji tersebut

juga perlu dilakukan diskripsi jenis dan warna tanah di sertai foto dari

atas dan foto dari samping juga harus dicatat elevasi ketinggian dari

lokasi tersebut. Ukuran sumuran uji tersebut 1-1,5 meter persegi

dengan maksimum kedalaman galian 3 m. Pekerjaan investigasi di

borrow area ini dibantu dengan pengeboran tangan kedalaman 10

meter untuk mengetahui penyebaran dan ketebalan lapisan tanah

yang akan digunakan sebagai material timbunan.

Pembuatan sumur uji ini dihentikan bilamana :

a) Telah dijumpai dengan lapisan keras, dan diperkirakan benar-benar

keras pada sekeliling lokasi tersebut.

b) Bila di jumpai rembesan air tanah yang cukup besar sehingga sulit

untuk di atasi.

stntika PENDAHULUAN V I-46


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

c) Bila dinding galian mudah runtuh yang membahayakan

keselamatan pekerja gali, dinding sumur harus diberi pengaman

dengan membuat papan-papan penahan dinding galian.

d) Pada sumur uji di atas, dilakukan:

Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed samples)

minimal seberat 30 – 40 kg untuk pengujian index properties dan

engineering properties, berdasarkan uji pemadatan di

laboratorium dengan standard proctor.

Kadar air asli menggunakan tabung tanah khusus

untuk kadar air.

Pengambilan contoh tanah harus dilakukan dari

bagian atas hingga ke bawah dinding sumur

sedemikian rupa, sehingga contoh yang terambil

mewakili lapisan tanah yang akan diambil sebagai

material timbunan.

b. Pengambilan Contoh Tanah.

Untuk pengujian contoh tanah di laboratorium untuk mengetahui sifat

fisik dan sifat teknik tanah, prosedur dan metode pengambilan contoh

tanah ini sangat penting dan harus mengikuti standar SNI yang

berlaku.

Pengambilan Contoh Tanah Asli/tak terganggu (Undisturbed

Samples). Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya

stntika PENDAHULUAN V I-47


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

masih dapat di gunakan maka perlu di perhatikan pada saat

pengambilan, pengangkutan dan penyimpangan contoh-

contoh tanah memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Gunakan tabung contoh tanah tabung Shelby yang memenuhi

standar dan mempunyai ujung tabung yang tajam dan rasio

diameter dalam dan diameter luar yang memenuhi SNI.

b. Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan, dinding tabung bagian

dalam di beri pelumas (oli) agar gangguan terhadap contoh tanah dapat

di perkecil, terutama pada waktu mengeluarkan contoh tanah ini.

stntika PENDAHULUAN V I-48


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

c. Agar kadar asli contoh tanah tidak terlalu berubah, maka pada kedua

ujung tabung perlu diberi/ditutup dengan paraffin yang cukup tebal dan

tabung tersebut di beri symbol lokasi dan kedalaman dari contoh tanah

tersebut.

d. Pada saat pengambilan contoh tanah ini diusahakan dengan

memberikan tekanan hidrolis (jangan dipukul) sentris.

e. Pada waktu penyimpanan tabung sample supaya dihindarkan dari sinar

matahari langsung.

f. Tabung-tabung contoh tanah diangkut ke laboratorium

menggunakan peti tanah yang dilapisi busa/foam untuk

meredam getaran selama pengangkutan

g. Core box harus terbuat dari material yang tahan

minimal 10 tahun, ukuran lebar 50 cm, panjang 100

cm dan tebal 10 cm. Harus disimpan terlindung dari

hujan dan sinar matahari (ruangan khusus)

Pengambilan Contoh Tanah Terganggu (disturbed samples)

Pengambilan contoh tanah terganggu di peroleh dari

pembuatan sumur uji/Test Pit atau Trench (Paritan Uji).

Pengambilan contoh tanah di ambil sebagai berikut : bila

lapisan tanah masing-masing lapisan cukup tebal, maka

harus di ambil contoh tanah dari masing-masing lapisan

dengan cara pengambilan contoh secara vertikal.

stntika PENDAHULUAN V I-49


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

4.5.2.5. PERMEABILITY TEST

Tes Permeabilitas yang dimaksud untuk koefesien permeabilitas dan

dilakukan pada setiap lubang Bor Tangan dengan sistem Falling head setiap

interval 2 meter atau pada setiap perubahan perlapisan.

Di dalam Ilmu kebumian, Permeabilitas ( biasanya bersimbol k atau K)

merupakan kemampuan suatu material ( khususnya batuan) untuk

melewatkan fluida. Besaran ini dapat diperoleh melalui perhitungan

HukumDarcy. Di dalam Hukum Darcy, permeabilitas merupakan bagian

konstanta perbandingan yang berhubungan dengan laju aliran dan sifat fisis

fluida (viskositas) dengan gradien tekanan yang diberikan pada medium

berpori. Pada Tahun 1856, Henry Darcy merumuskan hubungan yang sangat

mendasar untuk mendasar untuk mendefinisikan aliran fluida yang melewati

batuan berpori. Pada hukum ini diasumsikan bahwa medium berpori telah

tersaturasi dan fluida yang digunakan adalah air dengan viskositas sebesar 1

cP. Secara matematis Hukum Darcy dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu

Dimana Q (m3/det) adalah total fluida dengan Viskositas dinamik η (kg/ms

atau Pa.s) yang keluar per satuan waktu melewati medium berpori dengan

stntika PENDAHULUAN V I-50


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

permeabilitas k (m2), luas Penampang A (m2), dan Panjang L (m), dengan

perubahan tekanan (Pb-Pa). Penjelasan untuk Hukum Darcy dapat dilihat

pada Gambar :

Gambar 4.5 Penjelasan Hukum Darcy

Jika kedua ruas pada persamaan diatas dibagi dengan luas penampang A

maka akan didapat persamaan :

Dimana q (m/s) dikenal sebagai kecepatan Darcy dan 𝑉̅ 𝑃 adalah gradien

tekanan dalam satuan atm/cm. Kecepatan Darcy q merupakan flux volume

dan bukanlah kecepatan fluida yang sebenarnya. Jika dihubungkan dengan

kecepatan sebenarnya yaitu kecepatan rerata fluida di dalam pori maka akan

didapatkan persamaan yang merupakan Hukum Dupuit-Forcheimer (

Gueguen, 1994), yaitu :

Dimana v adalah kecepatan pori dan ø adalah porositas.

stntika PENDAHULUAN V I-51


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Satuan yang biasa dipakai untuk permeabilitas adalah Darcy (D) atau

millidarcy (mD) dan dalam SI satuannya adalah m2, dimana 1 darcy sama

dengan 10-12 m2.

1 Darcy = 0.986923 x 10-12 m2.

Menurut Gueguen (1994), permeabilitas 1 D merupakan permeabilitas yang

cukup besar. Batuan Vulkanik biasanya mempunyai permeabilitas tinggi yang

dapat bernilai lebih dari 1 mD. PErmeabilitas berbagai macam batuan dilihat

pada table berikut :

Tabel 4.2. Permeabilitas Batuan

Hubungan Permeabilitas dengan Besaran Lain

Besaran fisis suatu batuan akan dipengaruhi oleh besaran lain yang saling

berhubungan. Permeabilitas erat kaitannya dengan porositas, tortuositas, jari

jari pori, luas penampang spesifik, dan sebagainya.

stntika PENDAHULUAN V I-52


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Porositas adalah ukuran volume pori pori yang tersedia pada batuan yang

dapat diisi oleh gas, air, minyak, atau campuran dari ketiganya. Porositas (ø)

didefinisikan sebagai fraksi volume batuan V yang tidak terisi oleh unsur

padatan (matriks).

Gambar 4.6 Porositas 2 D

Gambar 4.7 Porositas 3D

Jika volume matriks adalah Vs, dan Volume pori sebagai Vp = V -Vs maka

porositas didefinisikan sebagai

Dengan melakukan sedikit penyesuaian, maka untuk media 2D seperti

pada irisan penampang struktur mikro batuan dapat menggunakan

hubungan sebagai berikut :

stntika PENDAHULUAN V I-53


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Dimana Apori adalah luas ruang pori dan Atotal adalah luas ruang total.

Porositas berbagai macam batuan dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 4.3. Porositas Batuan

Sumber: Huebeck, Free University of Berlin

Selain porositas, besaran lainnya yang dapat mempengarui

permeabilitas adalah tortuositas (τ) didefinisikan sebagai perbandingan

antara Panjang suatu pori yang saling terhubung antara satu dengan

yang lainnya sehingga membentuk jalur yang dapat dialiri oleh fluida

dari satu sisi ke sisi yang bersebrangan (L’) dengan Panjang dari sampel

batuan tersebut (L).

stntika PENDAHULUAN V I-54


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.8 Penjelasan untuk tortusitas

Secara matematis, tortuositas dapat didefinisikan sebagai berikut :

Silinder lurus memiliki nilai tortousitas 1, sedangkan untuk kebanyakan

media berpori memiliki nilai tortousitas 2 sampai 5.

Dari besaran besaran tersebut, nilai permeabilitas suatu medium berpori

dapat ditentukan menggunakan hubungan Kozeny-Carman.

Penurunannya dilakukan berdasarkan aliran fluida melalui pipa kapiler

yang memiliki luas penampang lingkaran dengan radius R (Mavko, 1998).

Laju aliran dalam suatu pipa kapiler menurut hokum Hagen-Poiseulle

dinyatakan sebagai :

Di mana L adalah Panjang pipa kapiler. Kecepatan rata rata di berikan

oleh :

stntika PENDAHULUAN V I-55


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Karena diketahui bahwa medium pori sesungguhnya tidak lurus seperti

yang terlihat pada Gambar 3.6, maka perlu didefinisikan sebuah volume

representative ( Representative Elementary Volume, REV) yang juga

dapat mendefinisikan Panjang representatif dan kecepatan aliran. Waktu

yang dibutuhkan fluida untuk melewati jalur tortous akan sama dengan

waktu yang dibutuhkan untuk melewati REV.

Dengan mengombinasikan persamaan (1), (3), (4), (9), dan (10) maka

didapat hubungan sebagai berikut :

Pada akhirnya didapat hubungan permeabilitas dengan besaran lain

yaituporositas, tortuositas, radius pipa kapiler sebagai berikut :

Hubungan Permeabilitas dengan luas permukaan spesifik di peroleh dari

persamaan Konzeny-Carman sebagai berikut :

stntika PENDAHULUAN V I-56


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

METHODE PENGUKURAN PERMEABILITAS

Ada beberapa metode yang digunakan dalam menentukan

permeabilitas baik dengan methode lapangan (in-Situ) ataupun uji

laboratorium. Pada uji laboratorium ada dua methode yang biasa di

gunakan yaitu methode falling Head dan Constant Head dimana

pemakaiannya disesuaikan dengan tipe sampel yang akan digunakan.

Methode Constant Head digunakan pada batuan dengan permeabilitas

tinggi, sedangkan methode falling head digunakan pada batuan dengan

permeabilitas rendah. Pada methode Constant Head, ketinggian

permukaan air dibuat constant, sedangkan pada methode falling head,

ketinggian permukaan air dibiarkan turun.

Persamaan yang digunakan untuk metode Constant :

Persamaan yang digunakan Falling Head

stntika PENDAHULUAN V I-57


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

K adalah Konduktivitas hidraulik dengan satuan cm/s yang sebanding

dengan permeabilitas dan hubungannya adalah sebagai berikut :

Dimana adalah ρ massa jenis fluida, dan g adalah percepatan grafitasi ( ̴

10 m/s2)

Gambar 4.9 (a) Permeameter Constant Head dan (b)permeameter Falling

Head

Pada Gambar tersebut terlihat bahwa ketinggian permukaan air (h1)

pada permeameter Constant Head akan selalu di buat tetap

sehingga tidak ada perubahan tekanan. Sedangkan pada

stntika PENDAHULUAN V I-58


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

permeameter Falling Head, ketinggian permukaan air akan dibiarkan

menurun, sehingga terjadi perubahan tekanan, dan yang diukur

adalah beda ketinggian permukaan air awal dan akhir (∆ h0 dan ∆ ht).

Pengukuran dengan uji di lapangan dapat dilakukan metode Steady

State Condition dimana air dari sumur lubang bor dipompa pada

kecepatan aliran constant dalam jangka waktu yang cukup lama dan

methode Slug Test yang mengukur kecepatan naik atau turunnya

permukaan air didalam sumur setelah mengetahui volume air yang

diambil dari atau dimasukkan ke dalam sumur.

4.5.2.6. UJI TEST PI (SUMUR UJI)

Ukuran Lubang uji (Test Pit) 1.25 x 1.25 dengan kedalaman penggalian tanah

maksimum + 4 m. Pada keadaan muka air tanah dangkal, lubang uji diganti

dengan percobaan pemboran dengan menggunakan bor tangan sampai

maksimum kedalaman + 5 m. Pada tiap lubang uji diambil contoh tanah

terganggu (disturbed sample) pada setiap perubahan lapisan seberat + 20

kg untuk diuji sifat-sifat pemadatannya (compaction test) di laboratorium

untuk mengetahui karakteristik tanah yang akan digunakan sebagai

timbunan juga untuk mengetahui ketebalan dan jenis material Borrow Area

dan dilaksanakan sebanyak 2 titik untuk setiap lokasi.

Sumur uji adalah digunakan untuk mengetahui kondisi pelapisan tanah

dibawah tanah permukaan. Dibuat pada daerah borrow area. Dari sumur uji,

stntika PENDAHULUAN V I-59


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

diskripsi akan dibuat tipe dan ketebalan tanah, sementara juga volume materi

tanah yang tersedia di daerah borrow area dapat dihitung.

Metode ( Tata Cara )

Sumur Uji akan dilaksanakan pada titik tertentu yang akan disetujui oleh

Pemberi Pekerjaan, yang berguna untuk mengetahui penyebaran pelapisan

tanah dan pengambilan contoh untuk pengujian tanah. Sumur uji berbentuk

kotak berukuran sekurangnya 1,25 m x 1,25 m seluruh kedalaman sumur.

Sumur uji dibuat sampai kedalaman 3.0 m atau ada petunjuk lain dari

Pemberi Pekerjaan. Material hasil galian ditempatkan di sekitar sumur uji,

untuk setiap kedalaman dari material sumur uji. Setelah penyelesaian sumur

uji, Konsultan akan membuat catatan hal yang ditemukan, mengambil foto

warna dari sumur uji dan harus diserahkan kepada Pemberi Kerja. Konsultan

akan bertanggung jawa penuh untuk keselamatan dan peralatan para

pekerja. Konsultan akan menyiapkan segala yang diperlukan untuk perangkat

keamanan pada pembuatan sumur uji. Seluruh sumur uji akan ditimbun oleh

material galian, setelah inspeksi oleh Pemberi Kerja.

Contoh Tanah Terganggu

Contoh tanah sebanyak 30 kg akan diambil dari lubang sumur uji.

Contoh tanah tersebut harus terdiri dari, sebagai berikut :

stntika PENDAHULUAN V I-60


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

 Dalam hal lapisan relatif tebal, contoh akan diambil dari setiap lapisan

secara vertical.

 Dalam hal lapisan tipis (<0.5m), seluruh contoh diambil secara vertical.

Seluruh contoh akan diuji di laboratorium, untuk mengetahui sifat fisik dan

sifat mekanisnya.

Seluruh contoh mempunyai penamaan menunjukkan hal-hal sebagai berikut

: Nama Proyek dan Lokasi, nomor contoh, nomor lubang bor, kedalaman dan

diskripsi tanah. Kartu petunjuk ditulis secara jelas dan dimasukkan ke dalam

karung atau kotak contoh. Setiap contoh terganggu dari lubang bor Auger

harus dimasukkan ke dalam karung plastik kedap air secepatnya setelah

pengeboran. Udara yang terjebak di dalam kantong harus dikeluarkan dan

karung harus ditutup untuk mencegah penguapan atau perubahan kadar air

dari contoh.

Peralatan

Peralatan yang akan digunakan biasanya adalah :

 Peralatan untuk penggalian

 Linggis digunakan untuk lapisan tanah keras

 Pompa digunakan apabila ada rembesan air tanah.

 Papan untuk pengamanan dinding galian dari kemungkinan runtuh.

Laporan

stntika PENDAHULUAN V I-61


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Laporan hasil penyelidikan akan disiapkan oleh Konsultan dan disampaikan

kepada Pemberi Pekerjaan.

Laporan terdiri dari log sumur uji, yang mana format sudah disetujui oleh

Pemberi Pekerjaan, foto sumur uji, serta profil geologi sumur uji.

Log dari sumur uji mengandung hal-hal sebagai berikut :

 Nomor Sumur Uji dan lokasi.

 Elevasi sumur uji.

 Tanggal penggalian.

 Kedalaman setiap perlapisan tanah, diskripsi persen fraksi butiran, besar

butir maksimum, kelembaban, warna, konsistensi (material halus saja),

sementasi (material berbutir kasar saja).

 Catatan (alasan penghentian, rincian alat yang digunakan, detail

instrument dan komentar lainnya).

 Muka air pada lubang sumur uji.

4.5.2.7. UJI LABORATORIUM

Tujuan

Tujuan dari Uji Laboratorium adalah untuk mengetahui karakter dan sifat

teknis, yang diperlukan dalam mempelajari teknis kondisi pondasi lokasi

Embung dan material timbunan dari borrow area.

Jenis dan Metode

stntika PENDAHULUAN V I-62


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Uji laboratorium dilaksanakan sesuai dengan standart sebagai berikut :

Standart Desain Irigasi PT-3 Desember 1986 (PU), ASTM, JIS atau standart

lainnya yang disetujui oleh Pemberi Pekerjaan. Materi contoh tanah tidak

boleh dikeringkan atau dibasahi sebelum pelaksanaan uji tanah, untuk

menjaga kondisi asli. Pada kasus contoh tanah terganggu untuk keperluan

material timbunan, density serta kandungan air contoh untuk uji tri-axial,

harus berdasarkan atas hasil uji kompaksi dan kelembaban lapangan dari

masing-masing contoh. Sebelum pelaksanaan uji, density dan kelembaban

dari contoh harus diketahui oleh pemberi pekerjaan. Konsultan akan

menyiapkan contoh berdasarkan instruksi Pemberi Pekerjaan. Contoh tanah

ditempatkan pada posisi 95 % density maksimum proctor. Density kering dan

kandungan air optimum atau D95 basah sesuai dengan hasil uji kompaksi.

Konsultan akan mencatat kondisi awal dari contoh yang akan diuji, untuk

semua sifat mekanisnya. Jenis test laboratorium terdiri dari beberapa hal,

yaitu sebagai berikut :

Uji Sifat Fisik :

- Moisture Content : ASTM D2216-7 atau JIS A 1203

- Spesific Gravity : ASTM D854-58 atau JIS A 1202

- Grain Size : ASTM D422-72 atau JIS A 1204

- Atterberg Limit : ASTM D423 atau JIS A 1205 (Liquid Limit)

ASTM D424 atau JIS A 1206 (Plastic Limit)

- Density Unit : ASTM C29 -71 atau JIS A 1225

stntika PENDAHULUAN V I-63


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Uji Sifat Mekanis :

- Uji Kompaksi : Standart Proctor ASTM D698 atau JIS A1210, energi

kompaksi : 5,625 kg.cm/cm3 (Ec=100%), diameter dari mold : 10 cm,

setidaknya lima contoh, menggunakan contoh tanah yang baru dan sudah

disiapkan. Kandungan air untuk setiap contoh harus ditambah atau

dikurangi dari kandungan air asli (Tidak lebih dari 5%)

- Tri-axial UU ( Unconsolidated Undrained tri-axial compression test : ASTM

D-2850 ).

- Tri-axial CU (Consolidated Un-drained tri-axial compression test : ASTM

D-4767. Tekanan lateral yang akan diterapkan untuk tri-axial compression

test adalah 0.5, 1.0, 2.0 kgf/cm2, diameter contoh untuk material konstruksi

harus lebih dari 7 cm. Uji harus mengukur tekanan air pori.

- Uji permeabilitas : ASTM D 2434-68 (79), uji permeabilitas menggunakan

metode constant head test.

- Consolidation Test : ASTM D-2345 atau JIS A 1217

- Unconfined Compression Test : ASTM D-2166 atau JIS A 1216.

Soil Properties

- Unit Density (m)

untuk memperoleh jenis nilai berat ini tanah, maka tanah yang akan

dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli.

- Specify Gravityv(Gs)

stntika PENDAHULUAN V I-64


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Nilai berat jenis suatu tanah dapat ditentukan dengan menggunakan suatu

botol pichnometer dan perlengkapannya. Prosedur penentuan berat jenis

tanah ini dapat mengikuti cara : ASTM-D-854 atau AASHO-T-100.

- Moisture Content (n)

Tanah yang akan dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli.

Prosedumya dapat mengikuti: ASTM.D.2216

- Grain Size Distribution

Pada tanah yang berbutir kasar dengan diameter butir lebih besar dari

pada 75 mm (tertahan pada ayakan No. 200).

Penentuan diameter butirnya dilakukan dengan ayakan (Sieve Analisys),

sedangkan pada tanah yang berbutir halus atau tanah dengan diameter

lebih kecil dari 75 mm lotos melalui ayakan No. 200 akan ditentukan

dengan cara Hydrometer Analisys.

Hasil dari pengujian ini akan digambar dengan sumbu mendatar adalah

skala logaritma merupakan nilai diameter dalam mm dari pada butiran dan

sumbu tegak adaiah skala biasanya merupakan prosentase kehalusan.

Pembagian butir tanahnya digunakan USSR dengan prosedur

yang sesuai dengan ASTM.D.42.

Atterberg Limit

- Liquit Limit (LL)

Batas cair/liquit limit ini adalah nilai kadar air yang dinyatakan proses dari

contoh tanah yang dikeringkan dalanm oven pada batas antara keadaan

stntika PENDAHULUAN V I-65


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

cair, ini dapat ditentukan dengan cara penentukan nilai kadar air pada

contoh tanah yang mempunyai jumlah ketukan sebanyak 25 kali dijatuhkan

setinggi 1 cm pada kecepatan ketukan 2 kali setiap detiknya. Prosedumya

dapat mengikuti ASTM.D.423

- Plastic Limit (PL)

Batas plastic ini adalah nilai kadar air pada batas daerah plastic. Kadar air

ini ditentukan dengan menggiling-giling tanah yang melewati ayakan No.

40 pada alat kaca sehingga membentuk diameter 3,2 mm dan

memperlihatkan retak-retak, Prosedur dapat mengikuti ASTM.D.424.

- Shinkage Limit

Shrinkage limit adalah nilai maksimum kadar air pada keadaan dimana

volume dari tanah ini tidak berubah, prosedur penentuan nilai batas susut

ini dapat mengikuti ASTM.D.427.

Unconfined Compression Test

Percobaan ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai kekuatan geser dari

tanah yang berjenis lempung, baik pada kondisi asli maupun tergganggu.

Kecepatan pergerakan perubahan tinggi pada arah vertikal adalah 1 % /menit.

Hasilnya merupakan gambar yang memberikan hubungan antara besar

beban tegangan dengan perbandingan perubahan tinggi contoh tanah.

Prosedur percobaan mengikuti ASTM.D.2166.

Direct Shear Test

stntika PENDAHULUAN V I-66


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Dimaksudkan untuk menentukan nilai kekuatan geser tanah dengan

melakukan percobaan geser langsung (Diret Shear Test). Dengan merubah-

rubah tegangan axial pada beberapa contoh tanah (minimal 4 macam besar

pembebanan dengan setiap beban pada satu contoh tanah).

Maka akan diperoleh tegangan gesernya, kecepatan perubahan gerakan

contah tanah pada arah horizontal disesuaikan dengan keadaan jenis

tanahnya.

Kecepatan perubahan pergerakan ini ditentukan dari waktu yang akan

dicapai sehingga contah tanah akan longsor. Dengan ini diperoleh

garis yang memberikan hubungan antara tegangan geser dan tegangan

axial. Produsure percobaan ini meliputi cara ASTM.D.3080.

Triaxial Compression Test

Percobaan ini dimaksud untuk memperoleh nilai kekuatan geseran serta sifat-

sifat tanah akibat pembebanan. Untuk mendapatkan hasil yang cukup baik

maka setiap sample perlu dipersiapkan 3 contoh tanah dengan pembebanan

atau tekanan kecil yang berlainan dengan disesuaikan dengan rencana

bangunan yang ada.

Kecepatan perubahan tinggi contoh tanah disesuaikan dengan macam

percobaan dan sifat dari jenis tanahnya. Prosedur dari percobaan triaxial

ini agar disesuaikan dengan literatur ( The meassurement Of Soil

Properties in the Triaxial Test by Bishop & o Soil and Their Measurement by

stntika PENDAHULUAN V I-67


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Bowles). Dari hasil - hasil gambar yang diperoleh dengan mengikuti prosedur

101.D.565.

Consolidation Test

Percobaan ini dimasudkan untuk mengetahui sifat-sifat tanah sehubungan

dengan pembebanan yang telah dilakukan. Dengan demikian maka perkiraan

besar penurunan yang terjadi pada lapisan-lapisan tanah dapat diketahui.

Besamya increment ratio 1, dengan nilai pembebana 1/4, 1/2, 1, 2, 4, 8 dan 18

kg / cm2, pada setiap 24-jam dan pengurangan pembebanan 4,1,1/4 kg /

cm2, pada setiap 24 jam.

Data parameter seperti nilai compression indeks (Co) dan coesfission of

consolidation dapat diperoleh. Prosedur percobaan pemampatan ini dapat

mengikuti cara ASTM.D.2435. Engineering Properties of Soil and Their

Measurement by Bowles.

Permeability Test

Percobaan kerembesan ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai koefsien

rembesan dari suatu jents tanah sebutir kasar yang dapat dilakukan dengan

cara constant head, sedangkan pada tanah cohesive soil yang mempunyai

nilai koefisien rembesan cukup rendah dapat dilakukan dengan cara filling

head. Agar waktu yang ada pada filling head ini tidak terlalu lama,

penambahan tekanan dapat dilakukan.

Compaction Test

stntika PENDAHULUAN V I-68


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Salah satu contoh untuk memperoleh hasil pemadatan yang maximal telah

banyak digunakan metode proctol (1983) di laboratorium. Dengan cara ini

maka pengangan sebagai dasar-dasar pemadatan di lapangan dapat

dilakukan seperti penentuan kadar air optimum (Wopt). Perkiraan kepadatan

di lapangan, jumlah tanah bahan proctor berkisar 30 kg, tanah ini akan

dikenakan percobaan Standart/ Modified ASSHO, sehingga akan diperoleh

nilai maximum depadatan cukup baik, maka minimal 5 titik lengkung

pemadatan perlu diperoleh dengan kadar air berkisar + 3 % di daerah

optimum. Prosedur dapat dilakukan dengan menggunakan cara ASSHO T.180

dan ASTM.D.698.

Jumlah Pengujian Laboratorium yang dipakai adalah :

Moisture Content lubang 3

Specific Gravity test 3

Grain Size Analysis test 3

Atterberg limit test 3

Compaction Test test 3

Triaxial CU test 3

Permeability Test test 3

Pengujian contoh air test 2

Laporan

Laporan hasil pengujian dimasukkan dalam formulir dan disampaikan kepada

Pemberi Pekerjaan. Formulir laporan akan disiapkan oleh Konsultan.

stntika PENDAHULUAN V I-69


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Konsultan akan melampirkan data dan tata cara perhitungan di dalam

laporan. Laporan hasil uji laboratorium mencakup hasil analisa dan evaluasi

data. Laporan akan mengandung hal-hal sebagai berikut :

 Tipe peralatan dan metode

 Evaluasi data untuk pondasi dan material timbunan.

 Evaluasi data untuk material konstruksi dari borrow area

 Penghitungan dari uji laboratorium dengan data terakhir.

4.5.3. SURVEY HIDROMETRI

A. SURVEY HIDROMETRI DEBIT ALIRAN

Pengukuran kecepatan aliran dilakukan pada bagian aliran (di sungai) yang

tidak terpengaruh pasang surut. Peralatan yang dipakai guna pengukuran

tersebut adalah dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika kedalaman aliran > 1,0 m, dipakai alat CurrentMeter, dengan metode

pengukuran sebagai berikut:

 Untuk kedalaman aliran > 1,5 m, pengukuran kecepatan dilakukan pada

kedalaman 0,2 h; 0,6 h dan 0,8 h dari kedalaman aliran untuk masing-

masing lokasi (bagian tengah dan pinggir aliran)

 Untuk kedalaman aliran antara 1,0 - 1,5 m, pengukuran kecepatan

dilakukan pada kedalaman 0,5 h dari kedalaman aliran pada bagian

tengah aliran

stntika PENDAHULUAN V I-70


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

2. Jika kedalaman aliran < atau = 1,0 m, dipakai alat metode pengukuran

kecepatan aliran dengan menggunakan pelampung. Namun demikian

mengingat hasil yang didapat merupakan kecepatan permukaan, maka

hasilnya hendaknya dikalikan terlebih dahulu dengan angka 0,8 ~ 0,9

sebagai angka kalibrasinya.

3. Pada lokasi pengukuran kecepatan aliran haruslah dilakukan pula

pengukuran penampang melintang sungai

4. Saat dilakukan pengukuran kecepatan aliran tersebut haruslah pula

dilakukan pengamatan tinggi muka air sungai pada lokasi tersebut.

B. PENGUKURAN DEBIT ALIRAN

Pengukuran debit aliran dilakukan mengunakan alat current meter dan data

ukur long dan cross section pada masing – masing titik tinjauan.

Current meter merupakan alat pengukur kecepatan yang paling banyak

digunakan karena memberikan ketelitian yang cukup tinggi. Kecepatan aliran

yang diukur adalah kecepatan aliran titik dalam suatu penampang aliran

tertentu.

Untuk meningkatkan ketelitian pengukuran arus tidak hanya dilakukan dengan

membagi beberapa pias vertikal tetapi juga dilakukan dengan membagi pias

horizontal dimana masing-masing pias pengukuran horisontal akan dibagi

menjadi beberapa pias pengukuran vertikal. Hasil pengukuran kecepatan

stntika PENDAHULUAN V I-71


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

tersebut dikonversikan menjasi besaran aliran berupa debit dengan satuan

liter/detik atau m3/dtk mengunakan Persamaan berikut :

Q=A.V

dengan

Q = debit aliran dalam satuan liter/detik

A = luas penampang sumber mata air dalam satuan m2

V = kecepatan aliran dalam satuan m/detik

Tabel 4.4. Ketentuan dan Rumus Pengukuran Debit dengan Current

Meter

Kecepatam rata-rata pada


Tipe Kedalaman Air (d) Titik Pengamatan
vertikal (V)

Satu titik 0,3 – 0,6 m 0,6 dari permukaan V=V

Dua titik 0,6 - 3 m 0,2 dan 0,8 d V = ½ (V2 + V8)

Tiga titik 3– 6 m 0,2 ; 0,6 dan 0,8 d V = ¼ (V2 + V6 + V8)

Lima titik Lebih dari 6 m S ; 0,2 ; 0,6 ; 0,8 dan B V = 1/10 (VS + 3V2 +

2V6 + 3V8 + VB)

stntika PENDAHULUAN V I-72


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

C. PENGUJIAN KUALITAS AIR

Maksud dan tujuan pekerjaan ini adalah melakukan kegiatan pengujian sampel

air di laboratorium terkait guna mengetahui data-data fisik dan kimiawi air.

Berdasarkan parameter-parameter yang diperoleh selanjutnya dibandingkan

dengan standar kualitas air yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan.

Volume sampel air yang ditest terdiri dari 2 (dua) sampel, satu sampel diperoleh

dari daerah pelayanan dan satu sampel lagi diambil dari lokasi sumber air.

Pekerjaan pengujian sampel air dilakukan di laboratorium kesehatan atau

instansi swasta yang menyediakan faslitas lab tes air baku. Volume sampel air

yang ditest terdiri dari 2 (dua) sampel, satu sampel diperoleh dari daerah

pelayanan dan satu sampel lagi diambil dari lokasi sumber air.

1. Pengamatan pH dan salinitas

Pengamatan ini sangat penting terutama pada daerah pasang surut.

2. Pengamatan kualitas air

Kualitas pengambilan air baku ini sangat penting yaitu untuk menentukan

kelayakan air untuk diolah menjadi air yang layak minum menurut

kesehatan.

Hasil dari sampel air yang dites selanjutnya akan dibandingkan dengan

Standar Baku Mutu kualitas air untuk air minum yang dikeluarkan oelh Dinas

Kesehatan.

Tabel 4.5. Baku Mutu Kualitas Air

stntika PENDAHULUAN V I-73


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Parameter Satuan Baku1) Baku2)

Bau - * *

Zat padat terlarut mg/Liter 500 1000

Kekeruhan mg/Liter 5 5

Rasa - ** **

Suhu Celcius *** ***

Warna Unit Pt.CO 5 15

Besi (Fe) mg/Liter 0.1 0.15

Flourida (F) mg/Liter 1.5 2.5

Kesadahan mg/Liter - 500

Klorida mg/Liter 200 250

Mangan (Mn) mg/Liter 0.05 0.3

Natrium (Na) mg/Liter - 200

Nitrat (NO3) mg/Liter 5 10

Nitrit (NO2) mg/Liter nihil 0.1

pH 6.5 - 8.5 6.5 - 8.5

Sulfat (SO4) mg/Liter 200 400

Zat organik mg/Liter nihil 10

Karbondioksida (CO2) mg/Liter - -

CO2 agresif mg/Liter - -

Daya pengikat Khlor mg/Liter - -

Logam berat (Hg) mg/Liter 0.0005 0.001

Bikarbonat (HCO3) mg/Liter - -

Kalium (K) mg/Liter - -

H+ mg/Liter - -

*) tidak berbau

**) tidak berasa

***) temperatur air normal

stntika PENDAHULUAN V I-74


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

1. Baku mutu air pada sumber air - Baku Mutu Air golongan A Keputusan

MENKLH No. KEP-02/MENKLH/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku

Mutu Lingkungan

2. Daftar persyaratan kualitas air minum peraturan Menteri Kesehatan

RINo.416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 September 1990

D. SURVEY SEDIMEN INFLOW

Pengambilan muatan sedimen melayang dilakukan segera setelah pengukuran

debit selesai dilakukan, dengan tahapan sebagai berikut :

a) Tahap persiapan pengambilan contoh, sebagai berikut.

1. Tentukan lokasi pengambilan.

2. Siapkan data hasil pengukuran penampang melintang.

3. Siapkan data hasil pengukuran debit.

4. Siapkan, periksa dan rakit alat pengambilan contoh.

5. Siapkan formulir pengambilan contoh.

6. Isi formulir pengambilan contoh.

7. Tentukan jumlah titik pengambilan di suatu penampang melintang

b) Tahap pengambilan contoh, sebagai berikut.

1. Hitung besar debit pada setiap sub penampang melintang dengan

rumus (1).

stntika PENDAHULUAN V I-75


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

2. Hitung debit tengah dari setiap sub penampang melintang dengan

rumus (2).

3. Tentukan lokasi pengambilan dengan cara mencari titik pada kartu

pengukuran dengan besaran debit yang paling dekat dengan besar

debit pada butir 2).

4. Tentukan jarak lokasi titik pengambilan dari sisi sungai, sesuai dengan

butir 3).

5. Tentukan lama waktu pengambilan pada grafik (Gambar A2), sesuai

dengan diameter lubang alat (nozzle) pengambil yang digunakan.

6. Lakukan pengambilan contoh muatan sedimen melayang.

7. Masukkan contoh muatan sedimen melayang ke dalam botol yang

telah disediakan.

8. Botol tersebut diberi tanda label.

9. Siapkan contoh muatan sedimen melayang untuk dianalisis di

laboratorium.

10. Ulangi kegiatan butir 3) sampai 9) untuk lokasi titik pengambilan yang

lainnya, hingga semuanya selesai dikerjakan.

Rumus-rumus yang digunakan dalam metode pengambilan sedimen melayang

ini, sebagai berikut:

stntika PENDAHULUAN V I-76


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Dengan:

Q adalah debit di suatu penampang melintang sungai m3/det:

qi adalah debit pada setiap sub penampang ke i, m3/det;

qqi adalah debit tengah pada setiap sub penampang melintang ke i, m3/det;

Sqi adalah debit pada seksi ke i, m3/det;

I adalah 1, 2, 3, 4, 5,................. n; i tanda adalah bagian penampang

n adalah jumlah vertikal pengambilan di suatu penampang melintang.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam lokasi pengambilan contoh adalah

sebagai berikut.

a. Pengambilan contoh muatan sedimen melayang harus dipilih pada lokasi

yang tidakterpengaruh adanya bangunan air atau arus balik.

b. Lokasi pengambilan contoh muatan sedimen melayang dipilih dengan

memperhatikan ketentuan sebagai berikut.

 Pengukuran muatan sedimen melayang dilakukan pada lokasi

pengukuran debit.

 Dasar sungai merata.

 Penampang melintang harus tegak lurus arah aliran.

c. Penetapan titik pengambilan

stntika PENDAHULUAN V I-77


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Penetapan titik pengambilan, digambarkan dan dirumuskan sebagaimana

gambar dibawah ini sebagai berikut :

Gambar 4.10 Sketsa Lokasi Pengambilan Contoh

4.6. ANALISA RANCANGAN

4.6.1. ANALISA HIDROLOGI LOW FLOW ANALYS

Analisa debit diperlukan untuk menentukan besarnya debit yang mengalir

pada suatu sungai. Kendala dalam analisa debit antara lain tidak ada alat

pengukur debit dilapangan sehingga perlu dilakukan pendekatan empiris,

antaralain dengan metode di bawah ini.

1. Metode NRECA

Langkah perhitungan mencakup 18 tahap, perhitungan dapat dilakukan

kolom per kolom dari kolom (1) hingga (18) seperti dibawah ini (Ibnu

Kasiro. dkk, 1994 : 4.5) :

(1) Nama Bulan Januari sampai Desember (dipakai periode 10 harian)

(2) Nilai hujan harian (Rb) dalam 1 periode

(3) Nilai evapotranspirasi (PET = Penguapan Peluh Potensial)

stntika PENDAHULUAN V I-78


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

(4) Nilai tampungan kelengasan awal (W0), nilainya didapat dengan try and

error, dan pada percobaan pertama diambil 600 (mm) di Bulan Januari.

(5) Rasio tampungan tanah (soil storage ratio – Wi) dihitung dengan rumus:

Wo
Wi 
NOMINAL

NOMINAL = 100 + 0.2 Ra

Ra = hujan tahunan (mm)

(6) Rasio Rb / PET = kolom (2) : kolom (3)

(7) Rasio AET / PET

AET = Penguapan Peluh Aktual yang diperoleh dari Gambar 6.7,

nilainya tergantung dari rasio Rb/PET (kolom 6) dan Wi

(kolom 5)

 AET 
(8) AET   x PET x koefisien reduksi 
 PET 

= kolom (7) x kolom (3) x koefisien reduksi

Koefisien reduksi diperoleh dari menghitung beda elevasi sungai hulu

sampai as bendung (dalam m) dibagi panjang sungai (km).

Tabel 4.6. Koefisien Nilai Reduksi dengan kemiringan

Kemiringan (m/km) Koef. reduksi

0 - 50 m/km 0,9

51 - 100 m/km 0,8

101 - 200 m/km 0,6

> 200 m/km 0,4

stntika PENDAHULUAN V I-79


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

(9) Neraca air = Rb – AET = kolom (2) – kolom (8)

(10) Rasio kelebihan kelengasan (excess moisture) yang dapat diperoleh

sebagai berikut :

a) Jika neraca air (kolom 9) positif, maka rasio tersebut dapat diperoleh

dengan memasukkan nilai tampungan kelengasan tanah (Wi) di

kolom 5.

b) Jika neraca air negatif, rasio 0.

(11) Kelebihan kelengasan

= rasio kelebihan kelengasan x neraca air

= kolom (10) x kolom (9)

(12) Perubahan tampungan

= neraca air - kelebihan kelengasan

= kolom (9) x kolom (11)

(13) Tampungan air tanah

= P1 x kelebihan kelengasan

= P1 x kolom (11)

P1 = parameter yang menggambarkan karakteristik tanah

permukaan (kedalaman 0-2 m), nilainya 0,1– 0,5 tergantung

pada sifat lulus air lahan.

P1 = 0.1 bila bersifat kedap air

P1 = 0.5 bila bersifat lulus air

stntika PENDAHULUAN V I-80


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

(14) Tampungan air tanah awal yang harus dicoba-coba dengan nilai awal

=2

(15) Tampungan air tanah akhir

= tampungan air tanah + tampungan air tanah awal

= kolom (13) x kolom (14)

(16) Aliran air tanah

= P2 x tampungan air tanah akhir

= P2 x kolom (15)

P2 = parameter seperti P1 tetapi untuk lapisan tanah dalam

(kedalaman 0-10 m)

P2 = 0.9 bila bersifat kedap air

P2 = 0.5 bila bersifat lulus air

(17) Larian langsung (direct run off)

= kelebihan kelengasan - tampungan air tanah

= kolom (11) - kolom (13)

(18) Aliran total

= larian langsung + aliran air tanah

= kolom (17) + kolom (16), dalam mm/periode

= kolom (18) dalam mm x 10 x luas tadah hujan (ha), m3/periode

Untuk perhitungan periode berikutnya diperlukan nilai tampungan

kelengasan (kolom 4) untuk periode berikutnya dan tampungan air tanah

stntika PENDAHULUAN V I-81


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

(kolom 14) periode berikutnya yang dapat dihitung dengan menggunakan

rumus berikut :

a. Tampungan kelengasan = tampungan kelengasan periode sebelumnya

+ perubahan tampungan = kolom (4) + kolom (12), semuanya dari

periode sebelumnya.

b. Tampungan air tanah = tampungan air tanah periode sebelumnya –

aliran air tanah = Kolom (15) – kolom (16), semuanya dari periode

sebelumnya.

Sebagai kontrol di akhir perhitungan, nilai tampungan kelengasan awal

(periode I Januari) harus mendekati tampungan kelengasan akhir (periode

III Bulan Desember). Jika perbedaan antara keduanya cukup jauh (> 200 mm)

perhitungan perlu diulang mulai awal periode I Bulan Januari lagi dengan

mengambil nilai tampungan kelengasan awal (Januari) = tampungan

kelengasan periode III Bulan Desember.

stntika PENDAHULUAN V I-82


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.11 Rasio AET/PET

stntika PENDAHULUAN V I-83


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.12 Rasio Tampungan Kelengasan Tanah

2. Metode F.J. Mock

Perhitungan debit bulanan didekati dengan cara Metode F. J. Mock. Metode

ini menganggap bahwa hujan yang jatuh pada Daerah Aliran Sungai

(catchment area) sebagian akan hilang sebagai evapotranspirasi, sebagian

akan langsung menjadi limpasan permukaan (direct run off) dan sebagian

lagi akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi). Infiltrasi ini pertama-tama akan

menjenuhkan top-soil dulu baru kemudian menjadi perkolasi ke tampungan

air tanah yang nantinya akan keluar ke sungai sebagai base flow. Dalam hal

ini harus ada keseimbangan antara hujan yang jatuh dengan

evapotranspirasi, direct run off dan infiltrasi sebagai soil moisture dan

ground water discharge. Aliran dalam sungai adalah jumlah aliran yang

langsung di permukaan tanah (direct run off) dan base flow.

Metode F.J. Mock mempunyai dua prinsip pendekatan perhitungan aliran

permukaan yang terjadi di sungai, yaitu neraca air di atas permukaan tanah

stntika PENDAHULUAN V I-84


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

dan neraca air bawah tanah yang semua berdasarkan hujan, iklim dan

kondisi tanah.

Rumus untuk menghitung aliran permukaan terdiri dari :

a. Hujan netto

R net = ( R – Eta)

dimana :

Eta = Etp – E

E = Etp . Nd/30.m

Nd = 27 – 3/2. Nr

b. Neraca air di atas permukaan:

WS = Rnet – SS

dimana :

SS = SMt + SMt-1

SMt = SMt-1 + Rnet

c. Neraca air di bawah permukaan

dVt = Vt – Vt-1

dimana:

I = C1 . WS

Vt = ½ (1+k).I + k. Vt-1

d. Aliran permukaan

RO = BF + DRO

Dalam satuan debit

stntika PENDAHULUAN V I-85


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Q = 0,0116 . RO. A/H

dimana :

BF = I – dVt

DRO = WS – I

dimana notasi rumus di atas:

Rnet = hujan netto, mm

R = hujan, mm

Etp = evapotranspirasi potensial, mm

Eta = evapotranspirasi aktual, mm

Nd = jumlah hari kering (tidak hujan), hari

Nr = jumlah hari hujan, hari

WS = kelebihan air, mm

SS = daya serap tanah atas air, mm

SM = kelembaban tanah, mm

dV = perubahan kandungan air tanah, mm

V = kandungan air tanah, mm

I = laju infiltrasi, mm

Ci = koefisien resapan (<1)

k = koefisien resesi aliran air tanah (<1)

DRO = aliran langsung, mm

BF = aliran air tanah (mm)

RO = aliran permukaan, mm

stntika PENDAHULUAN V I-86


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

H = jumah hari kalender dalam sebulan, hari

A = luas DPS, km2

Q = debit aliran permukaan, m3/det

t = waktu tinjau (periode sekarang t dan yang lalu t-1)

3. HEC HMS 3.2.

HEC HMS 3.2 adalah program pengembangan dari program HEC HMS

sebelumnya, yang telah dikembangkan untuk tujuan memudahkan

pemakaiannya. Hidrologi Modeling Sistem (HMS) ini di desain untuk

mensimulasi proses hujan terhadap kejadian yang menimpa pada system

WS/DAS. HMS didesain untuk pengaplikasiannya untuk menyelesaikan

beberapa kasus masalah dalam bidang SDA, diantaranya adalah analisa

sumber daya air dalam skala yang besar, analisa banjir, analisa besar

limpasan permukaan lahan (runoff).

HMS 3.2 ini dalam penggunaannya dapat dilakukan secara langsung

menggunakan program ini ataupun dikerjakan bersama-sama yang di

gabung dari beberapa program hidrologi lainnya, untuk macam studi

ketersediaan air, urban drainage, perkiraan banjir, dampak pengembangan

kawasan, desain waduk dan lain-lainnya.

a. Kemampuan HEC HMS 3.2.

stntika PENDAHULUAN V I-87


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

HEC HMS 3.2 adalah program hidrologi yang mampu untuk mensimulasi

fenomena hidrologi dimana seperti pada pembahasan siklus hidrologi

yaitu besaran hujan yang jatuh kepermukaan bumi mengalir dan

meresap kedalam tanah sehingga mengisi cekungan alam atau sungai

menjadi aliran debit di sungai. Kelebihan model HEC HMS 3.2 ini adalah

mampu untuk ,mensimulasi debit disungai akibat dari proses hidrologi

yang ada dipermukaan lahan dengan periode simulasi pemodelan harian

(Low Flow analyst). Atau dengan modifikasi pemodelan HEC HMS 3.2 ini

juga dapat untuk menentukan hidrograf banjir rancangan atau High Flow

Anaiyst

b. Pembangunan Data Input Sistem DAS / Basin Model

Create Project

Penamaan file hendaknya diberikan dengan nama sesuai dengan wilayah

lokasi yang akan di modelkan, untuk tujuan memudahkan pencarian

project di waktu yang akan dating dan disimpan di folder khusus project

HMS.

Penggambaran Basin Model

Penggambaran basin model dapat berupa format CAD,dxf format atau

format GIS Esri shape ).shp.

Penggambaran dapat dilakukan pada CAD, karena program HEC HMS

mampu untuk menerjemahkan gambar berupa format CAD : dxf format.

stntika PENDAHULUAN V I-88


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

namun file gambar akan lebih bagus jika menggunakan format GIS ).shp

file.

Gambar 4.13 Persiapan Basin Pemodelan

Setelah gambar pemodelan Watersheed sudah di persiapkan maka dapat

dilanjutkan untuk menjalankan Model HEC HMS 3.2

Pemasukan Gambar Pemodelan

Untuk menginput gambar pemodelan dilakukan sebagai berikut :

1. Pada menu component pilih tools Basin Model Manager

stntika PENDAHULUAN V I-89


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

2. Klik new untuk menamai pemodelan Basin yang akan di lakukan (Misal

: Nasal Padang Guci)

3. Pada folder eksplorer model akan muncul sub folder basin model.

Untuk selanjutnya frame windows desktop juga akan muncul.

4. klik kanan pada frame windows desktop, klik kanan dan pilih

background layer , untuk memanggil file gambar yang dipakai untuk

pemodelan

stntika PENDAHULUAN V I-90


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Editing Sistem Jaringan

Editing system jaringan yaitu memasukkan symbol-simbol dari system

jaringan DAS yang dimiliki oleh lokasi yang di modelkan.

Metodologi Pekerjaan Persiapan dan Pengumpulan Data Sekunder

Pemasukan data data atribut system Jaringan

Pemasukan data data atribut system jaringan dilakukan pada frame

windows component editor, untuk pengisian dapat disesuaikan dengan

tools menu di HEC HMS yang tertampil atau seperti yang dijelaskan pada

BAB I sebelumnya.

stntika PENDAHULUAN V I-91


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.14 Data Input Atribut untuk Sub Basin Model / Karakteristik Lahan

Pemasukan Data Hujan

Pemasukan data hujan adalah melalui menu Component pilih time series

data, pada menu isian pilih Precipitation Gauge dan dilanjutkan dengan

penamaan stasiun hujan yang dipakai.

stntika PENDAHULUAN V I-92


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Sub Basin Sumber

Kolaman/D
Reach/Sunga
LokasiPengambila
Reservoir Outlet

Penentuan Faktor Stasiun Hujan Yang berpengaruh Terhadap Sistem

Jaringan

stntika PENDAHULUAN V I-93


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Pemasukan data pengaruh stasiun hujan terhadap masing-masing lahan

DAS adalah melalui menu Component – Meteoreologic Data Manager.

Pemilihan option precipitation dipilih metode factor berat/pengaruh

luasan. Untuk isian lainnya dapat diisi atu di kosong kan, diberikan sesuai

dengan data-data yang tersedia.

Menu option basin : merupakan menu option mempertimbangkan factor

pengaruh luasan stasiun hujan terhadap DAS, pilih yes.

Pada folder meteorologic Models akan muncul sub folder untuk masing-

masing isian sub basin dari system model yang di gambarkan, guna

melakukan isian stasiun hujan yang berpengaruh terhadap masing-

masing sub Basin pada system model.

stntika PENDAHULUAN V I-94


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Option gage weight : merupakan isian nilai factor luasan pengaruh untuk

stasiun hujan yang mempengarui sub basin dari system model yang

digambarkan.

Penentuan Simulasi Periode Waktu Pemodelan

Input menu Componen Control Specifications Manager di gunakan untuk

isian waktu simulasi pemodelan, yang disesuaikan dengan jumlah data

hujan yang dimasukkan.

stntika PENDAHULUAN V I-95


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Setelah isian sudah di lengkapi maka pemodelan HEC HMS sudah siap

untuk di lakukan simulasi running perhitungan.

Demikian uraian singkat tentang prosedur operasi penggunaan model HEC

HMS 3.2, semoga dapat bermanfaat dan dapat digunakan untuk

kepentingan pengembangan penelitian bidang SDA, dan aplikasi aplikasi

teknis di lingkungan managemen penataan kawasan DAS.

4.6.2. ANALISA KEBUTUHAN LAYANAN

4.6.2.1. KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Pola Tata Tanam

Pola tata tanam merupakan cara yang terpenting dalam perencanaan tata

tanam. Maksud disediakannya pola tata tanam adalah untuk mengatur

waktu, tempat, jenis, dan luas tanaman pada daerah irigasi. Tujuan pola tata

tanam adalah untuk memanfaatkan persediaan air irigasi seefisien dan

seefektif mungkin, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

stntika PENDAHULUAN V I-96


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Pola tata tanam yang akan dikembangkan pada studi ini adalah padi – padi

– padi, padi – padi – palawija, padi – palawija – tebu.

Koefisien Tanaman

Kebutuhan air irigasi sebagai pengganti konsumtif ditentukan oleh koefisien

tanaman dan evapotranspirasi potensial.

Tabel 4.7. Koefisien Padi

Nedeco/Prosida FAO
Bulan Ke
Varietas Biasa Vaeietas Unggul Varietas Biasa Varietas Unggul

0,5 1,2 1,2 1,1 1,1

1 1,2 1,27 1,1 1,1

1,5 1,32 1,33 1,1 1,05

2 1,4 1,3 1,1 1,05

2,5 1,35 1,3 1,1 1,05

3 1,24 0 1,05 0,95

3,5 1,12 0 0,95 0

4 0 0 0 0

Sumber: (Anonim, 1986:164)

Tabel 4.8. Koefisien Tanaman Jagung

Umur (hari) Koefisien

10 0.30

20 0.48

30 0.62

40 0.80

50 0.91

60 0.90

70 0.82

stntika PENDAHULUAN V I-97


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

80 0.74

90 0.60

100 0.50

Sumber: Anonim, Dirjen Pengairan, Bina Program PSA.

010, 1985

Evapotranspirasi Potensial

Evapotranspirasi adalah besarnya air yang diperlukan oleh tanaman untuk

proses evaporasi dan transpirasi pada perakaran tanaman. Besarnya

evapotranspirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: suhu rerata

bulanan (t), kelembaban relatif bulanan rerata (Rh), kecerahan matahari

bulanan rerata (n/N), kecepatan angin bulanan rerata (u), dan posisi

geografis lokasi yang ditinjau.

Prosedur perhitungan evapotranspirasi potensial berdasar rumus Penman

yang sudah dimodifikasi adalah sebagai berikut:

1. Mencari data temperatur rata-rata bulanan (t, oC)

2. Berdasar nilai (t) cari besaran (ea), (W), (1-W) dan f(t) dengan Tabel 3.7.

3. Mencari data kelembaban relatif (RH, %)

4. Berdasar nilai (ea) dan (RH) cari (ed)

5. Berdasar nilai (ed) cari f(ed)

6. Cari letak lintang daerah yang ditinjau

7. Berdasar letak lintang cari nilai (Ra) dengan Tabel 3.8.

8. Cari data kecerahan matahari (n/N)

9. Berdasar nilai (Ra) dan (n/N) cari besaran (Rs)

stntika PENDAHULUAN V I-98


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

10. Berdasar nilai (n/N) cari f(n/N)

11. Cari data kecepatan angin rata-rata bulanan (u)

12. Berdasar nilai (u) cari f(u)

13. Hitung besar Rn1

14. Cari besarnya angka koreksi (c) dengan Tabel 3.9.

15. Berdasar besaran nilai W, (1-W), Rs, Rn1, f(u), ea, dan ed yang telah

didapat hitung ETo*

16. Hitung Eto

Tabel 4.9. Hubungan Suhui (t) dengan nilai ea, W dan f(t)

Suhu (oC) Ea (mbar) W f(t)

24.0 29.85 0.74 15.40

24.2 30.21 0.74 15.45

24.4 30.57 0.74 15.50

24.6 30.94 0.74 15.55

24.8 31.31 0.74 15.60

25.0 31.69 0.75 15.65

25.2 32.06 0.75 15.70

25.4 32.45 0.75 15.75

25.6 32.83 0.75 15.80

25.8 33.22 0.75 15.85

26.0 34.62 0.76 15.90

26.2 34.02 0.76 15.94

26.4 34.42 0.76 15.98

26.6 34.83 0.76 16.02

26.8 35.83 0.76 16.06

27.0 35.25 0.77 16.10

27.2 35.66 0.77 16.14

stntika PENDAHULUAN V I-99


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Suhu (oC) Ea (mbar) W f(t)

27.4 36.09 0.77 16.18

27.6 36.50 0.77 16.22

27.8 36.94 0.77 16.26

28.0 37.37 0.78 16.30

28.2 38.25 0.78 16.34

28.4 38.70 0.78 16.38

28.6 39.14 0.78 16.42

28.8 39.61 0.78 16.46

29.0 40.06 0.79 16.50

Sumber: (Suhardjono, 1994:54)

Tabel 4.10. Besar Nilai Angot (Ra) Untuk Daerah Indonesia Antara 50

LU Sampai 100 LS dalam mm/hr

Lintang Utara Lintang Selatan


Bulan
5 4 2 0 2 4 6 8 10

Januari 13.0 14.3 14.7 15.0 15.3 15.5 15.8 16.1 16.1

Februari 14.0 15.0 15.3 15.5 15.7 15.8 16.0 16.1 16.0

Maret 15.0 15.5 15.6 15.7 15.7 15.6 15.6 15.5 15.3

Apirl 15.1 15.5 15.3 15.3 15.1 14.9 14.7 14.4 14.0

Mei 15.3 14.9 14.6 14.4 14.1 13.8 13.4 13.1 12.6

Juni 15.0 14.4 14.2 13.5 13.5 13.2 12.8 12.4 12.0

Juli 15.1 14.6 14.3 13.7 13.7 13.4 13.1 12.7 11.8

Agustus 15.3 15.1 14.9 14.5 14.5 14.3 14.0 13.7 12.2

September 15.1 15.3 15.3 15.2 15.2 15.1 15.0 14.9 13.3

Oktober 15.7 15.1 15.3 15.5 15.5 15.6 15.7 15.8 14.6

November 14.8 14.5 14.8 15.3 15.3 15.5 15.8 16.0 15.6

Desember 14.6 14.6 14.4 15.1 15.1 15.4 15.7 16.0 16.0

stntika PENDAHULUAN V I-100


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Sumber: (Suhardjono, 1994:55)

Tabel 4.11. Besaran Angka Koreksi (c) Bulanan

Angka Koreksi (c)

Bulan Blaney-
Radiasi Penman
Criddle

Januari 0.80 0.80 1.10

Februari 0.80 0.80 1.10

Maret 0.75 0.75 1.00

April 0.75 0.75 0.90

Mei 0.70 0.70 0.90

Juni 0.70 0.70 0.90

Juli 0.75 0.75 0.90

Agustus 0.75 0.75 1.00

September 0.80 0.80 1.10

Oktober 0.80 0.80 1.10

November 0.83 0.83 1.10

Desember 0.83 0.83 1.10

Sumber: (Suhardjono, 1994:55)

Penggunaan Air Konsumtif

stntika PENDAHULUAN V I-101


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Penggunaan air konsumtif oleh tanaman diperkirakan berdasarkan metode

prakira empiris dengan menggunakan data iklim, koefisien tanaman pada

tahap pertumbuhan, seperti dinyatakan di bawah ini (Anonim, 1987:6):

ETC = KC x ETo

dimana:

KC = koefisien tanaman

ETo = evaporasi potensial (mm/hr)

Perkolasi

Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh (antara

permukaan tanah sampai ke permukaan air tanah) ke dalam daerah jenuh

(daerah di bawah permukaan air tanah) (Soemarto, 1987:80).

Laju perkolasi sangat bergantung pada sifat-sifat tanah. Pada tanah

lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi

dapat mencapai 1-3 mm/hr. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju

perkolasi bisa lebih tinggi (Anonim, 1986:165).

Perkolasi dibedakan berdasarkan kemiringan dan tekstur tanah. Berdasarkan

kemiringan, lahan dibedakan menjadi lahan datar dengan perkolasi 1

mm/hari dan lahan miring > 5% dengan perkolasi 2-5 mm/hari. Berdasarkan

tekstur, tanah dibedakan menjadi tanah berat (lempung) perkolasi 1-2

mm/hari, tanah sedang (lempung berpasir) perkolasi 2-3 mm/hari dan tanah

ringan dengan perkolasi 3-6 mm/hari.

Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan

stntika PENDAHULUAN V I-102


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Untuk menghitung kebutuhan air selama masa penyiapan lahan, digunakan

metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra. Metode tersebut

didasarkan pada laju air konstan dalam lt/dt selama periode penyiapan

lahan dan menghasilkan rumus sebagai berikut (Anonim, 1986:160):

ek
IR = Mx
( ek - 1 )

M = Eo + P

T
K = Mx
S

dimana:

IR = kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan (mm/hr)

M = kebutuhan air pengganti kehilangan akibat evaporasi dan perkolasi

di sawah yang telah dijenuhkan (mm/hr)

Eo = evaporasi air terbuka (diambil 1,1 x ETo) (mm/hr)

P = perkolasi (mm/hr)

T = jangka waktu penyiapan lahan (hari)

S = kebutuhan air untuk penjenuhan (mm)

Tabel 4.12. Kebutuhan Air Irigasi Untuk Penyiapan Lahan

Eo + P T 30 hari T 45 hari

(mm/hr) S250 mm S 300 mm S250 mm S 300 mm

5.0 11.1 12.7 8.4 9.5

5.5 11.4 13.0 8.8 9.8

6.0 11.7 13.3 9.1 10.1

6.5 12.0 13.6 9.4 10.4

stntika PENDAHULUAN V I-103


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Eo + P T 30 hari T 45 hari

(mm/hr) S250 mm S 300 mm S250 mm S 300 mm

7.0 12.3 13.9 9.8 10.8

7.5 12.7 14.2 10.1 11.1

8.0 13.0 14.5 10.5 11.4

8.5 13.3 14.8 10.8 11.8

9.0 13.6 15.2 11.2 12.1

9.5 14.0 15.5 11.6 12.5

10.0 14.3 15.8 12.0 12.9

10.5 14.7 16.2 12.4 13.2

11.0 15.0 16.5 12.8 13.6

Sumber: (Anonim, 1986:161)

Penggantian Lapisan Air

Penggantian ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan air yang

terputus akibat kegiatan di sawah. Adapun ketentuan di dalam melakukan

penggantian lapisan air adalah sebagai berikut (Anonim, 1986:165):

1. Setelah pemupukan diusahakan untuk menjadwalkan dan mengganti

lapisan air menurut kebutuhan.

2. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak

2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/hr selama setengah bulan)

selama satu bulan dan dua bulan setelah transplantasi.

Curah Hujan Efektif

stntika PENDAHULUAN V I-104


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Pengertian curah hujan efektif adalah sejumlah curah hujan yang jatuh

pada suatu daerah dan dapat digunakan oleh tanaman untuk

pertumbuhannya. Curah hujan efektif merupakan sebagian saja dari curah

hujan nyata.

Berdasarkan pengertian di atas, maka perlu dibedakan antara curah hujan

efektif dengan curah hujan nyata:

1. Curah hujan nyata adalah sejumlah curah hujan yang jatuh pada suatu

daerah dalam kurun waktu tertentu.

2. Curah hujan efektif adalah sejumlah curah hujan yang jatuh pada suatu

daerah dan dapat digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhannya.

Nilai curah hujan efektif untuk masing-masing tanaman adalah sebagai

berikut (Anonim, 1986:10):

1. Untuk tanaman padi, curah hujan efektif ditentukan sebesar 70% dari

curah hujan 15 harian yang terlampaui 80% dari waktu dalam periode

tersebut. Dirumuskan sebagai berikut:

Re = 0,7 x R80

2. Untuk tanaman palawija, curah hujan efektif adalah 50% dari curah hujan

bulanan. Dirumuskan sebagai berikut:

Re = R50

dimana:

Re = curah hujan efektif (mm)

R80 = curah hujan rancangan dengan probabilitas 80% (mm)

stntika PENDAHULUAN V I-105


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

R50 = curah hujan rancangan dengan probabilitas 50% (mm)

Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi

Perhitungan kebutuhan air irigasi dilakukan dengan menggunakan metode

standart perencanaan irigasi. Beberpa faktor yang mempengaruhi

besarnya kebutuhan air irigasi adalah:

1. Luas daerah irigasi

2. Pola tata tanam yang direncanakan

3. Evapotranspirasi potensial

4. Koefisien tanaman

5. Teknik pengolahan lahan

6. Perkolasi

7. Curah hujan efektif

8. Efisiensi irigasi

Tahap perhitungan adalah sebagai berikut:

1. Menggambar pola tata tanam sesuai dengan jenis tanaman dan waktu

mulai tanam.

2. Menentukan koefisien tanaman sesuai dengan grafik periode umur

tanaman.

3. Rerata koefisien tanaman dihitung dengan rumus:

4. Rerata = koefisien : jumlah koefisien

stntika PENDAHULUAN V I-106


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

5. Memasukkan harga evapotranspirasi potensial dari hasil perhitungan

evapotranspirasi potensian dengan metode Penman yang telah

dimodifikasi.

6. Menghitung penggunaan air konsumtif (PAK) dengan rumus:

7. PAK = rerata koefisien tanaman x Eto

8. Rasio luas penggunaan air konsumtif.

9. Penggunaan air konsumtif dengan rasio luas dihitung dengan rumus:

10. PAKrasio luas = PAK x Rasio Luas

11. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan.

12. Rasio luas penyiapan lahan.

13. Penyiapan lahan dengan rasio luas dihitung dengan rumus:

14. PL rasio luas = kebutuhan air untuk PL x rasio luas PL

15. Perkolasi dapat diketahui berdasarkan jenis tanah.

16. Penggantian lapisan air (WLR).

17. Rasio luas penggantian lapisan air.

18. Penggantian lapisan air dengan rasio luas dihitung dengan rumus:

19. WLR rasio luas = WLR x rasio luas WLR

20. Kebutuhan air kotor di sawah dihitung dengan rumus:

21. Keb. air kotor = PAKrasio luas + PL rasio luas + perkolasi + WLRrasio luas

22. Curah hujan efektif.

23. Kebutuhan air bersih di sawah (NFR).

stntika PENDAHULUAN V I-107


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

4.6.2.2. KEBUTUHAN AIR BAKU

Metode Aritmatik

Proyeksi jumlah penduduk dengan metode aritmatik dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Pn = Po (1 + r x n)

dengan:

Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa)

Po = jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa)

r = angka pertambahan penduduk per tahun (%)

n = jumlah tahun proyeksi (tahun)

Metode Geometrik

Dengan menggunakan geometrik, maka perkembangan penduduk suatu

daerah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Pn = Po x (1 + r)n

dengan:

Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa)

Po = jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa)

r = angka pertambahan penduduk per tahun (%)

n = jumlah tahun proyeksi (tahun)

Metode Eksponensial

Perkiraan jumlah penduduk dengan metode eksponensial menggunakan

rumus sebagai berikut:

stntika PENDAHULUAN V I-108


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Pn = Po x er x n

dengan:

Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa)

Po = jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa)

r = angka pertambahan penduduk per tahun (%)

n = jumlah tahun proyeksi (tahun)

e = bilangan logaritma natural (2,7182818)

Uji Kesesuaian Proyeksi Jumlah Penduduk

Dalam menganalisa uji kesesuaian proyeksi jumlah penduduk terdapat 2

cara yaitu:

1. Standart deviasi

Standar deviasi dapat diartikan sebagai nilai atau standar yang

menunjukkan besar jarak sebaran terhadap nilai rata – rata. Jadi semakin

besar nilai standar deviasi, maka data menjadi kurang akurat. Berikut ini

rumus dari perhitungan standar deviasi:

__
(X i  X) 2
S
n

dengan:

S = standar deviasi

Xi = jumlah penduduk tahun ke i

X = rata-rata jumlah penduduk

n = jumlah data

2. Koefisien korelasi

stntika PENDAHULUAN V I-109


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Pemilihan metode proyeksi pertumbuhan penduduk di atas berdasarkan

cara pengujian statistik yaitu berdasarkan nilai koefisien korelasi yang

terbesar mendekati +1. Adapun rumus yang digunakan yaitu sebagai

berikut:

n  XY   X  Y
r
(n  X 2  ( X) 2 (n  Y 2  ( Y 2 ) 2 )

dengan:

r = koefisien korelasi

X = tahun proyeksi

Y = jumlah penduduk hasil proyeksi

Perhitungan Kebutuhan Air Baku

Kebutuhan air merupakan hal yang wajar bagi setiap manusia. Pada

umumnya kebutuhan air ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari

– hari. Besar tidaknya pemakaian air dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya tingkat kehidupan, pendidikan, tingkat ekonomi, dan juga

kondisi sosial. Kebutuhan air perorang perhari disesuaikan dengan dimana

orang tersebut tinggal. Setiap kategori kota tertentu mempunyai kebutuhan

akan air yang berbeda. Semakin besar kota maka tingkat kebutuhan air juga

akan semakin besar.

Tabel 4.13. Kebutuhan Air Baku Berdasarkan Kategori Kota dan Jumlah Penduduk

Kebutuhan air
Kategori kota Keterangan Jumlah Penduduk
(lt/org/hr)

I Kota Metropolitan Diatas 1 juta 190

stntika PENDAHULUAN V I-110


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Kebutuhan air
Kategori kota Keterangan Jumlah Penduduk
(lt/org/hr)

II Kota Besar 500.000 - 1 juta 170

III Kota Sedang 100.000 - 500.000 150

IV Kota Kecil 20.000 - 100.000 130

V Desa 10.000 - 20.000 100

VI Desa Kecil 3.000 - 10.000 60

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum RI Ditjen Cipta Karya (1994:40)

4.6.2.3. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)

Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan

peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, prakiraan

kebutuhan listrik jangka panjang di Indonesia sangat diperlukan agar dapat

menggambarkan kondisi kelistrikan saat ini dan masa datang. Dengan

diketahuinya perkiraan kebutuhan listrik jangka panjang antara akan dapat

ditentukan jenis dan perkiraan kapasitas pembangkit listrik yang dibutuhkan

di Indonesia selama kurun waktu tersebut. Dengan adanya potensi alternatif

PLTA Embung Pesantren diharapkan menambah bisa pasokan listrik sistem

interkoneksi.

Besarnya tenaga air yang tersedia dari suatu sumber air bergantung pada

besarnya head dan debit air. Dalam hubungan dengan reservoir air maka

head adalah beda ketinggian antara muka air pada reservoir dengan muka

air keluar dari kincir air/turbin air. Total energi yang tersedia dari suatu

reservoir air adalah merupakan energi potensial air yaitu :

stntika PENDAHULUAN V I-111


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

E  mgh

Dimana :

m = Massa air

h = Head (m)

m
g = Percepatan gravitasi  2 
s 

E
Daya merupakan energi tiap satuan waktu   , sehingga persamaan (1.1)
t 

dapat dinyatakan sebagai :

E m
 gh
t t

E
Dengan mensubsitusikan P terhadap   dan mensubsitusikan Q
t 

m
terhadap   maka :
 t 

P  Qgh

dengan

P = Daya (watt) yaitu

 m3 
Q = Kapasitas aliran  
 s 

 = Densitas air  kg 
m 
3

Selain memanfaatkan air jatuh hydropower dapat diperoleh dari aliran air

datar. Dalam hal ini energi yang tersedia merupakan energi kinetik

1 2
E mv
2

stntika PENDAHULUAN V I-112


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

dimana :

m
v = Kecepatan aliran air  
s

Daya air yang tersedia dinyatakan sebagai berikut :

1
P Qv 2
2

atau dengan menggunakan persamaan kontinuitas Q  Av maka

1
P Av 3
2

dengan A adalah luas penampang aliran air m 2  


Prinsip dari suatu pembangkit adalah suatu turbin hidrolik yang dapat

mengubah energi air menjadi energi mekanik kemudian generator listrik

tenaga air mengubah energi mekanik menjadi listrik. Operasi generator

berdasarkan prinsip temuan Faraday dimana bahwa ketika sebuah magnet

pindah melewati sebuah konduktor, menyebabkan listrik mengalir.

Dalam suatu generator besar, elektromagnet yang dibuat oleh beredar saat

ini langsung melalui loop kawat luka sekitar tumpukan baja laminasi

magnetik.. Ini disebut kutub lapangan, dan dipasang di sekeliling luar rotor.

Rotor terpasang di poros turbin, dan berputar pada kecepatan tetap. Bila

ternyata rotor, hal itu menyebabkan tiang lapangan (dengan elektromagnet)

untuk bergerak melewati konduktor dipasang pada stator. Hal ini, pada

gilirannya, menyebabkan listrik mengalir dan tegangan untuk

mengembangkan pada terminal keluaran generator.

stntika PENDAHULUAN V I-113


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.15 Tipikal PLTA dan generator Turbin Pembangkit

4.6.3. ANALISA MANFAAT DAN KEMAMPUAN LAYANAN EMBUNG PESANTREN

Analisa manfaat yang digunakan adalah analisa simulasi routing kapasitas

waduk untuk irgasi dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Pembangunan

waduk akan menjadi mahal harganya bila dalam melayani konsumen tidak

diperbolehkan mengalami kegagalan atau kekurangan air sama sekali. Kriteria

kegagalan untuk pelayanan air baku ditentukan berdasarkan jumlah kejadian

kegagalan dalam memenuhi kebutuhan, yaitu dengan 90% keandalan.

Besar volume tampungan bersih waduk yang dibutuhkan dengan keandalan

tertentu, ditentukan secara simulasi berdasarkan neraca air di waduk sebagai

fungsi dari inflow (hasil hitungan ketersediaan air) dan outflow (kebutuhan air)

serta tampungan di waduk dalam interval waktu bulanan. Sebelumnya perlu

digambarkan hubungan antara elevasi, luas permukaan dan volume. Simulasi

neraca air air dilakukan berdasarkan inflow yang sudah dihitung dan berbagai

besaran outflow untuk berbagai tingkat keandalan. Untuk menentukan volume

tampungan bersih optimum, perlu dibuat beberapa alternatif lengkung

stntika PENDAHULUAN V I-114


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

hubungan antara volume tampungan bersih, jumlah pelayanan air baku dan

tingkat keandalan.

Simulasi neraca air waduk merupakan fungsi dari inflow, outflow dan

tampungan waduk yang dapat disajikan dalam persamaan sederhana :

I – O = ds/dt

Dimana

I = inflow

O = outflow

ds/dt = dS = perubahan tampungan.

Secara rinci dapat ditampilkan sebagai berikut :

Vt = Vt-1 + It + Rt – Et – Lt –Ot – Ost

Dimana :

Vt = Tampungan waduk pada periode t

Vt-1 = Tampungan waduk pada periode t-1

It = Inflow waduk pada periode t

Rt = Hujan yang jatuh diatas waduk pada periode t

Et = Kehilangan air akibat evaporasi pada periode t

Lt = Kehilangan air akibat rembesan dan bocoran

Ot = Total kebutuhan air

Ost = Outflow dari pelimpah

dt = Periode operasi dari waduk adalah setengah bulanan

stntika PENDAHULUAN V I-115


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Inflow adalah aliran sungai yang masuk ke waduk dan curah hujan yang jatuh

diatas permukaan waduk. Outflow terdiri dari lepasan waduk untuk air baku

dan kebutuhan konservasi sungai. Selainitu limpasan air dari pelimpah dan

penguapan dari permukaan waduk juga diperhitungkan sebagai outflow.

Perubahan tampungan waduk adalah besarnya perubahan volume waduk yang

mengacu pada lengkung kapasitas waduk.

Simulasi dimulai dengan asumsi pada saat waduk penuh dan berakhir juga

pada saat waduk dalam kondisi penuh kembali, sepanjang tahun dan dilakukan

berulang sepanjang tahun dengan data debit yang dimiliki.

Inflow untuk analisis waduk proyek digunakan metode pendekatan, dengan

data debit sepanjang 25 tahun atau yang sesuai dengan umur efektif waduk.

Faktor pembatas dari simulasi ini adalah :

a. Maksimum area yang akan diairi

b. Kapasitas waduk yang tergantung pada keadaan topografi

c. Laju sedimentasi di waduk

d. Kebutuhan air bersih dari target sasaran.

e. Material yang tersedia

4.6.4. ANALISA HIDROLOGI BANJIR

4.6.4.1. CURAH HUJAN MAKSIMUM DAERAH

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan

pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan

stntika PENDAHULUAN V I-116


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada

suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah/daerah dan

dinyatakan dalam mm. Curah hujan daerah ini harus diperkirakan dari

beberapa titik pengamatan curah hujan. Perhitungan curah hujan daerah

dari pengamatan curah hujan dibeberapa titik menggunakan metode

Thiessen. Jika titik-titik pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar

merata, maka cara perhitungan curah hujan rata-rata itu dilakukan dengan

memperhitungkan daerah pengaruh tiap titik pengamatan. Curah hujan

daerah itu dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

A1 .R1 +A2 .R2 +… +An .Rn


R
̅ =
A1 +A2 +…+ An
A1 .R1 +A2 .R2 +… +An .Rn
=
A
= W1R1 + W2R2 + … + WnRn

dimana:

R
̅ = curah hujan daerah

R1, R2, … Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan dan n adalah jumlah

titik-titik pengamatan

A1, A2, … An = bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan


A1 A2 An
W1, W2 … Wn : A
, A
… A

Cara Thiessen ini memberikan hasil yang lebih teliti dari pada cara aljabar

rata-rata. Akan tetapi, penentuan titik pengamatan dan pemilihan

ketinggian akan mempengaruhi ketelitian hasil yang didapat. Kerugian yang

stntika PENDAHULUAN V I-117


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

lain ialah umpamanya untuk penentuan kembali jaringan segitiga jika

terdapat kekurangan pengamatan pada salah satu titik pengamatan.

Gambar 4.16 Cara Thiessen

Gambar 4.17 Titik pengamatan curah hujan dan curah hujan harian dalam

daerah aliran

stntika PENDAHULUAN V I-118


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

4.6.4.2. CURAH HUJAN RANCANGAN

Distribusi Log Pearson Type III banyak digunakan dalam analisis hidrologi,

terutama dalam analisis data maksimum (banjir) dan minimum (debit

minimum) dengan nilai ekstrem. (Soewarno, 1995:141).

Parameter-parameter statistik yang diperlukan oleh distribusi Log Pearson

Type III adalah : (CD. Soemarto, 1987:243)

 Harga rata-rata.

 Standart deviasi.

 Koefisien kemencengan.

Distribusi frekuensi komulatif akan tergambar sebagai garis lurus pada

kertas log-normal jika koefisien asimetri Cs = 0. Prosedur untuk menentukan

kurva distribusi Log Pearson Type III, adalah :

a. Mengubah data debit banjir tahunan sebanyak n buah X1, X2, X3, ……….,

Xn menjadi log X1, log X2, log X3, ………….., log Xn.

b. Menghitung nilai rata-rata dengan rumus :

log X 
 log X
n

dimana:

n = jumlah data

c. Menghitung nilai deviasi standar dari log X, dengan rumus sebagai

berikut:

 log X  log X
2

S log X 
n  1

d. Menghitung nilai koefisien kemencengan, dengan rumus sebagai berikut:

stntika PENDAHULUAN V I-119


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

 log X  log X
3
n
CS 
n  1n  2S log X
3

e. Menghitung logaritma debit dengan waktu balik yang dikehendaki

dengan periode tertentu sesuai dengan nilai Cs nya.

f. Mencari anti log X untuk mendapatkan debit banjir dengan waktu balik

yang dikehendaki.

Tabel 4.14. Nilai k Distribusi Log Pearson Type III

Periode Ulang (tahun)

2 5 10 5 50 100 200 1000


CS
Peluang (%)

50 20 10 4 2 1 0.5 0.1

3.0 -0.360 0.420 1.180 2.278 3.152 4.051 4.970 7.250

2.5 -0.360 0.518 1.250 2.262 3.048 3.845 4.652 6.600

2.2 -0.330 0.574 1.284 2.240 2.970 3.705 4.444 6.200

2.0 -0.307 0.609 1.302 2.219 2.912 3.605 4.298 5.910

1.8 -0.282 0.643 1.318 2.193 2.848 3.499 4.147 5.660

1.6 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.780 3.388 3.990 5.390

1.4 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271 3.828 5.110

1.2 -0.195 0.732 1.340 2.087 2.626 3.149 3.661 4.820

1.0 -0.164 0.758 1.340 2.043 2.542 3.022 3.489 4.540

0.9 -0.148 0.769 1.339 2.018 2.498 2.957 3.401 4.395

0.8 -0.132 0.780 1.336 1.998 2.453 2.891 3.312 4.250

0.7 -0.116 0.790 1.333 1.967 2.407 2.824 3.223 4.105

0.6 0.099 0.800 1.328 1.939 2.359 2.755 3.132 3.960

0.5 -0.083 0.808 1.323 1.910 2.311 2.686 3.041 3.815

0.4 -0.066 0.816 1.317 1.880 2.261 2.615 2.949 3.670

0.3 -0.050 0.824 1.309 1.849 2.211 2.544 2.856 3.525

0.2 -0.033 0.830 1.301 1.818 2.159 2.472 2.763 3.380

stntika PENDAHULUAN V I-120


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Periode Ulang (tahun)

2 5 10 5 50 100 200 1000


CS
Peluang (%)

50 20 10 4 2 1 0.5 0.1

0.1 -0.017 0.836 1.292 1.785 2.107 2.400 2.670 3.235

0.0 0.000 0.842 1.282 1.751 2.054 2.326 2.576 3.090

-0.1 0.017 0.836 1.270 1.761 2.000 2.252 2.482 3.950

-0.2 0.033 0.850 1.258 1.680 1.945 2.178 2.388 2.810

-0.3 0.050 0.853 1.245 1.643 1.890 2.104 2.294 2.675

-0.4 0.066 0.855 1.231 1.606 1.834 2.029 2.201 2.540

-0.5 0.083 0.856 1.216 1.567 1.777 1.955 2.108 2.400

-0.6 0.099 0.857 1.200 1.528 1.720 1.880 2.016 2.275

-0.7 0.116 0.857 1.183 1.488 1.663 1.806 1.926 2.150

-0.8 0.132 0.856 1.166 1.448 1.606 1.733 1.837 2.035

-0.9 0.148 0.854 1.147 1.407 1.549 1.660 1.749 1.910

-1.0 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492 1.588 1.664 1.800

-1.2 0.195 0.844 1.086 1.282 1.379 1.449 1.501 1.625

-1.4 0.225 0.832 1.041 1.198 1.270 1.318 1.351 1.465

-1.6 0.254 0.817 0.994 1.116 1.166 1.197 1.216 1.280

-1.8 0.282 0.799 0.945 1.035 1.069 1.087 1.097 1.130

-2.0 0.307 0.777 0.895 0.959 0.980 0.990 1.995 1.000

-2.2 0.330 0.752 0.844 0.888 0.900 0.905 0.907 0.910

-2.5 0.360 0.711 0.771 0.793 0.798 0.799 0.800 0.802

-3.0 0.396 0.636 0.660 0.666 0.666 0.667 0.667 0.668

4.6.4.3. UJI KESESUAIAN DISTRIBUSI CURAH HUJAN

Untuk menentukan kecocokan (the goodness of fit test) distribusi frekuensi

dari sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dapat

stntika PENDAHULUAN V I-121


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

menggambarkan/mewakili distribusi frekuensi tersebut diperlukan

pengujian parameter.

Uji Smirnov-Kolmogorov

Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov, sering juga disebut uji kecocokan non

parametrik (non parametric test), karena pengujiannya tidak menggunakan

fungsi distribusi tertentu. Apabila D (selisih maksimum antara peluang

pengamatan dengan peluang teoritis) lebih kecil dari Do, maka distribusi

teoritis yang digunakan untuk menentukan persamaan distribusi dapat

diterima. Apabila D lebih besar dari Do, maka distribusi teoritis yang

digunakan untuk menentukan persamaan distribusi tidak dapat diterima.

Tabel 4.15. Nilai Kritis Do Untuk Uji Smirnov-Kolmogorof

n 𝜶 0,200 0,100 0,050 0,010

5 0,450 0,510 0,560 0,670

10 0,320 0,370 0,410 0,490

15 0,270 0,300 0,340 0,400

20 0,230 0,260 0,290 0,360

25 0,210 0,240 0,270 0,320

30 0,190 0,220 0,240 0,290

35 0,180 0,200 0,230 0,270

40 0,170 0,190 0,210 0,250

45 0,160 0,180 0,200 0,240

50 0,150 0,170 0,190 0,230

n > 50 1,07 1,22 1,36 1,63


n0,5 n0,5 n0,5 n0,5

Uji Chi-Square

stntika PENDAHULUAN V I-122


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Uji chi-square dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi

peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data

yang dianalisis. Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter X2,

oleh karena itu disebut dengan uji Chi-Kuadrat. Parameter X2 dapat dihitung

dengan rumus :
2
(Oi -Ei )
Xh2 = ∑G
i=1 Ei

dimana:

Xh2 = parameter chi-square terhitung

G = jumlah sub-kelompok

Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke-i

Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke-i

Parameter Xh2 merupakan variabel acak. Peluang untuk mencapai nilai Xh2

sama atau lebih besar dari pada nilai chi-kuadrat yang sebenarnya dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.16. Harga Chi-Square

Derajat Bebas (dk) 0,200 0,100 0,050 0,010 0,001

1 1,642 2,706 3,841 6,635 10,827

2 3,219 4,605 5,991 9,210 13,827

3 4,642 6,251 7,815 11,345 16,268

4 5,989 7,779 9,488 13,277 18,465

5 7,289 9,236 11,070 15,086 20,517

6 8,558 10,645 12,592 16,812 22,457

7 9,803 12,017 14,067 18,475 24,322

8 11,030 12,362 15,507 20,090 26,125

9 12,242 14,987 16,919 21,666 27,877

stntika PENDAHULUAN V I-123


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Derajat Bebas (dk) 0,200 0,100 0,050 0,010 0,001

10 14,631 15,987 18,307 23,209 29,588

11 15,812 16,275 19,675 24,725 31,264

12 16,985 18,549 21,026 26,217 32,909

13 18,151 19,812 22,362 27,688 34,528

14 16,985 21,064 23,685 29,141 36,123

15 18,151 22,307 24,996 30,578 37,697

16 20,465 23,542 26,296 32,000 39,252

17 21,615 24.769 27,869 33,409 40,790

18 22,760 25,989 28,869 34,805 42,312

19 23,900 27,204 30,144 36,191 43,820

20 25,038 28,412 31,410 37,566 45,315

Interpretasi hasilnya adalah :

1. Apabila peluang lebih besar dari 5%, maka persamaan distribusi teoritis

yang digunakan dapat diterima;

2. Apabila peluang lebih kecil dari 1%, maka persamaan distribusi teoritis

yang digunakan tidak dapat diterima;

3. Apabila peluang berada antara 1-5% adalah tidak mungkin mengambil

keputusan, misal perlu tambah data.

4.6.4.4. CURAH HUJAN PMF

Hujan berpeluang maksimum atau PMP didefinisikan sebagai tinggi terbesar

hujan dengan durasi tertentu yang secara meteorologi dimungkinkan bagi

suatu daerah pengaliran dalam suatu waktu dalam tahun tanpa adanya

kelonggaran yang dibuat untuk trend klimatologis jangka panjang

(Soemarto, 1999 : 154). Desain bangunan pelimpah pada bendungan besar,

stntika PENDAHULUAN V I-124


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

perlu memperhitungkan factor keamanan agar waduk mampu menampung

dan mengalirkan air banjir dengan aman terhadap bahaya Overtoping. Oleh

karena itu dibutuhkan perkiraan besarnya hujan badai terbesar yang akan

menghasilkan debit aliran masuk yang besar pula. Nilai besaran hujan badai

terbesar yang mungkin terjadi ditinjau secara matematis maupun fisik

(meteorologi) harus realistis. Dengan demikian banjir aliran masuk (inflow)

akan menjadi realistis pula dan akan menghasilkan suatu dimensi bangunan

yang cukup tinggi tingkat kehandalannya Curah hujan maksimum boleh jadi

(CMB) atau Probable Maximum Precipitation (PMP) dapat diartikan sebagai

curah hujan terbesar dengan durasi tertentu yang secara fisik dimungkinkan

terjadi pada suatu pos atau DAS. Secara umum besar CMB ini berkisar antara

2 sampai 6 kali hujan kala ulang 100 tahun.

Curah hujan maksimum boleh jadi (Probable Maximum Precipitattion, PMP)

dihitung dengan menggunakan metode Hersfield. Sebagai berikut :

dimana:

XPMP = hujan banjir maximum boleh jadi

X = nilai rata-rata hujan / banjir

K = factor koefisien Hersfield

S = standard deviasi

stntika PENDAHULUAN V I-125


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.18 Faktor penyesuaian Rata rata Terhadap Pengamatan Maksimum

Gambar 4.19 Faktor Penyesuaian Simpangan Baku Terhadap Pengamatan

Maksimum

stntika PENDAHULUAN V I-126


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.20 Faktor Penyesuaian Rata rata dan Simpangan Baku Terhadap

Panjang Pengamatan Data

stntika PENDAHULUAN V I-127


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.21 Grafik hubungan antara Km dengan fungsi durasi hujan dan

hujan maksimum rata-rata tahunan (mm)

Gambar 4.22 Grafik hubungan prosentasi hujan titik (point rainfall) berpeluang

maksimum dengan durasi hujan dan luas daerah pengaliran

stntika PENDAHULUAN V I-128


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.23 Grafik hubungan antara fixed time interval adjustment dengan

lamanya pengukuran data hujan (jam) setiap hari

4.6.4.5. DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN

Untuk mentransformasikan curah hujan rancangan menjadi debit banjir

rancangan diperlukan curah hujan jam-jaman. Pada umumnya data hujan

yang tersedia pada stasiun meteorologi adalah data hujan harian. Namun

demikian jika tersedia data hujan otomatis (automatic rainfall recorder),

maka pola distribusi hujan jam-jaman dapat dibuat dengan menggunakan

metode mass curve untuk tiap kejadian hujan lebat dengan mengabaikan

waktu kejadian.

Untuk studi ini akan digunakan metode PSA 007. Untuk mendapatkan curah

jam-jaman selanjutnya sesuai dengan PSA 007, distribusi hujan disusun

dalam bentuk genta, dimana hujan tertinggi ditempatkan di tengah,

stntika PENDAHULUAN V I-129


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

tertinggi kedua di sebelah kiri, tertinggi ketiga di sebelah kanan dan

seterusnya.

Tabel 4.17. Intensitas hujan dalam % yang disarankan PSA 007

Distribusi Hujan
No Jam Ke
T5thn T10thn T25thn T50thn T100thn T1000thn CMB

1 0,50 2 2 2 2 2 2 2

2 1,00 2 2 2 2 3 3 3

3 1,50 3 3 3 3 4 4 5

4 2,00 4 5 5 6 7 7 9

5 2,50 12 12 13 13 13 13 11

6 3,00 59 57 55 53 52 49 45

7 3,50 7 7 7 7 7 8 10

8 4,00 3 4 5 6 5 7 8

9 4,50 2 2 3 3 3 3 3

10 5,00 2 2 2 2 2 2 2

11 5,50 2 2 2 2 1 1 1

12 6,00 2 2 1 1 1 1 1

4.6.4.6. HIDROGRAF SATUAN SINTETIK (HSS) GAMA-I

Hidrograf satuan sintetik ini dikembangkan oleh Sri Harto yang diturunkan

berdasarkan teori hidrograf satuan sintetik yang dikemukakan oleh

Sherman. Hidrograf satuan sintetik Gama-I merupakan persamaan empiris

yang diturunkan dengan mendasarkan pada parameter-parameter DAS

terhadap bentuk dan besaran hidrograf satuan parameter-parameter DAS

stntika PENDAHULUAN V I-130


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

tersebut yaitu faktor sumber (SF), frekuensi sumber (SN), faktor lebar (WF),

luas relatif (RUA), faktor simetris (SIM) dan jumlah pertemuan sungai.

Karakteristik hidrograf satuan sintetik Gamma-I dapat dilihat pada gambar

berikut :

Sketsa Penetapan WF Sketsa Penetapan RUA

WU

WL U = 0.75 L

V = 0.25 L

WF = WU / WL

Gambar 4.24 Sketsa Penetapan Nilai WF dan RUA HSS Gama-I

Qp
Q (m3/dt)

1 (jam)
TR

TB

stntika PENDAHULUAN V I-131


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.25 Sketsa HSS Gama-I

Satuan hidrograf sintetik Gama-I dibentuk oleh tiga komponen dasar yaitu

waktu naik (TR), debit puncak (QP), waktu dasar (TB) dengan uraian sebagai

berikut :

Waktu naik TR dinyatakan dalam persamaan :

TR = 0,43 (L/100 SF)3 + 1,0665 SIM + 1,2775

Dimana :

TR = Waktu naik (jam)

L = Panjang sungai (km)

SF = Faktor sumber yaitu perbandingan antara jumlah panjang

sungai tingkat I dengan panjang sungai semua tingkat.

SIM = Faktor simetri ditetapkan sebagai hasil kali antara faktor lebar

(WF) dengan luas relatif DAS sebelah hulu (RUA).

WF = faktor lebar yaitu perbandingan antara lebar DAS yang diukur

dari titik di sungai yang berjarak 3/4 L dan lebar DAS yang

diukur dari titik yang berjarak 1/4 L dari tempat pengukuran.

Debit Puncak (QP) dinyatakan dengan rumus :

Qp = 0,1836 . A 0,5886 . TR -0,4008 . JN 0,2381

Dimana :

Qp = Debit Puncak (m3/det)

stntika PENDAHULUAN V I-132


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

JN = Jumlah Pertemuan Sungai

TR = Waktu naik

Waktu dasar (TB) dinyatakan dengan rumus :

TB = 27,4132 . TR 0,1457 . S -0,0956 . SN 0,7344 .RUA0,2574

Dimana :

TB = waktu dasar

TR = waktu Naik

S = landai sungai rata-rata

SN = frekuensi sumber yaitu perbandingan antara jumlah segmen

sungai - sungai tingkat I dengan jumlah sungai semua tingkat.

RUA = luas relatif DAS hulu.

Koefisien Penampungan (K) dinyatakan dengan rumus :

K = 0,5617 . A 0,1798 . S -0,1446 . SF -1,0697 . D 0,0452

Dimana :

K = Koefisien penampungan

A = Luas DAS (km2)

S = Landai sungai rata-rata

SF = Faktor Sumber

D = Kerapatan drainase

Recession Curve

Qt = Qp . e -(L/K)

stntika PENDAHULUAN V I-133


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Dimana :

Qt = Debit pada waktu t (m3/det)

Qp = Debit puncak (m3/det)

t = Waktu dari saat terjadinya debit puncak (jam)

K = Koefisien tampungan.

Hasil akhir dari perhitungan debit banjir rancangan adalah informasi

kejadian banjir disertai probabilitas dan kala ulangnya (Return Period).

4.6.4.7. HIDROGRAF SATUAN SINTETIK (HSS) SNYDER

Snyder (1938) mengusulkan prosedur untuk mendapatkan hidrograf satuan

(hidrograf limpasan langsung yang dihasilkan oleh hujan efektif yang terjadi

merata diseluruh DAS dengan intensitas tetap dalam satu satuan yang

ditetapkan) denganhidrograf satuan sintetik (HSS). Teori ini didasarkan pada

kondisi hidrologi di pegunungan Appalachian di Amerika Serikat. HSS

Snyder dinyatakan dalam beberapa persamaan dibawah ini. Empat

parameter yaitu waktu kelambatan, aliran puncak, waktu dasar, dan durasi

standar dari hujan efektif untuk hidrograf satuan dikaitkan dengan geometri

fisik dari DAS dengan hubungan berikut ini :

tp = Ct (L . Lc)0.3

Qp = Cp. A / tp

T = 3 + (tp / 8)

tD = tp / 5,5

stntika PENDAHULUAN V I-134


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Apabila durasi hujan efektif tr tidak sama dengan durasi standar tp, maka :

tpr = tp + 0,25 (tr – tD)

Qpr = Qp (tp / tpr )

Dengan :

tp = durasi standar dari hujan efektif (jam)

tr = durasi hujan efektif (jam)

tp = waktu dari titik berat durasi hujan efektif ke puncak hidrograf

satuan (jam)

tpr = waktu dari titik berat durasi hujan efektif ke puncak hidrograf

satuan (jam)

T = waktu dasar hidrograf satuan (hari)

Qp = debit puncak untuk durasi

Qpr = debit puncak untuk durasi

L = panjang sungai utama terhadap titik control yang ditinjau (km)

Lc = jarak antara titik control ke titik yang terdekat dengan titik

berat DAS (km) luas DAS (km2)

A = luas DAS (km2)

Ct = koefisien yang tergantung kemiringan DAS, yang bervariasi

dari 1,4 sampai 1,7

Cp = koefisien yang tergantung pada karakteristik DAS, yang

bervariasi antara 0,15 sampai 0,19

stntika PENDAHULUAN V I-135


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

4.6.4.8. HIDROGRAF SATUAN SINTETIK (HSS) ITB 1 DAN ITB 2

Untuk menganalisis hidrograf satuan sintetis pada suatu DAS dengan cara

ITB perlu diketahui beberapa komponen penting pembentuk hidrograf

satuan sintetis berikut 1) Tinggi dan Durasi Hujan Satuan. 2) Time Lag (TL),

Waktu Puncak (Tp) dan Waktu Dasar (Tb), 3) Bentuk Hidrograf Satuan dan

4) Debit Puncak Hidrograf Satuan.

stntika PENDAHULUAN V I-136


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.26 Prinsip hidrograf satuan (Triatmojo, 2008)

Dari karakteristik fisik DAS dapat dihitung dua elemen -elemen penting yang

akan menentukan bentuk dari hidrograf satuan itu yaitu 1) Time Lag (TL), 2)

Waktu puncak (Tp) dan waktu dasar (Tb). Selain parameter fisik terdapat pula

parameter non-fisik yang digunakan untuk proses kalibrasi. Saat ini ada

banyak sekali rumus time lag yang telah dikembangkan oleh para peneliti

baik di dalam maupun di luar negeri. Beberapa software seperti misalnya

Program HEC-HMS (Hydrology Modeling System) membebaskan pengguna

memilih rumusan time lag yang akan digunakan. Prosedur umum ini juga

direncanakan cukup fleksibel dalam mengadopsi rumusan time lag yang

akan digunakan. Fleksibilitas seperti ini perlu diberikan karena sudah banyak

hasil penelitian tentang time lag yang masih berjalan bahkan telah

dipublikasikan.

Rumus standard untuk Time lag yang digunakan adalah penyederhanaan

dari rumus Snyder sebagai berikut:

dimana TL = time lag (jam); Ct = koefisien waktu (untuk proses kalibrasi);

L = panjang sungai (km). Koefisien Ct diperlukan dalam proses kalibrasi

harga Tp. Harga standar koefisien Ct adalah 1.0, jika Tp perhitungan lebih

kecil dari Tp pengamatan, harga diambil Ct > 1.0 agar harga Tp membesar.

Jika Tp perhitungan lebih besar dari Tp pengamatan, harga diambil Ct < 1.0

stntika PENDAHULUAN V I-137


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

agar harga Tp akan mengecil. Proses ini diulang agar Tp perhitungan

mendekati Tp pengamatan.

Waktu Puncak (Tp)

Waktu puncak Tp didefiniskan sebagai berikut :

Tp = TL + 0.50 Tr

Waktu Dasar (Tb)

Untuk DAS kecil (A < 2 km2), menurut SCS harga Tb dihitung dengan :

Tb = 8/3 Tp

Untuk DAS berukuran sedang dan besar harga secara teoritis Tb dapat

berharga tak berhingga (sama dengan cara Nakayasu), namun prakteknya

Tb dapat dibatasi sampai lengkung turun mendekati nol, atau dapat juga

menggunakan harga berikut

Tb = (10 s/d 20)*Tp

Bentuk dasar hidrograf satuan

Prosedur umum yang diusulkan dapat mengadopsi berbagai bentuk dasar

HSS yang akan digunakan. Beberapa bentuk HSS yang dapat digunakan

antara lain adalah SCS Triangular, SCS Cuvilinear, USGS Nationwide SUH,

Delmarvara, Fungsi Gamma dan lain-lain.

Selain itu kami telah mengembangkan dua bentuk dasar HSS yang dapat

digunakan yaitu bentuk HSS ITB-1 dan HSS ITB-2 sebagai berikut :

stntika PENDAHULUAN V I-138


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

HSS ITB-1 memiliki persamaan lengkung naik dan lengkung turun

seluruhnya yang dinyatakan dengan satu persamaan yang sama yaitu :

HSS ITB-2 memiliki persamaan lengkung naik dan lengkung turun yang

dinyatakan dengan dua persamaan yang berbeda yaitu :

Lengkung naik (0  t  1) :

q(t) = tα

Lengkung turun (t > 1 s/d ∞)

dimana t = T/Tp dan q = Q/Qp masing-masing adalah waktu dan debit yang

telah dinormalkan sehingga t=T/ Tp berharga antara 0 dan 1, sedang q =

Q/Qp. Berharga antara 0 dan ∞ (atau antara 0 dan 10 jika harga Tb/ Tp=10).

Koefisien α, β dan Cp

Harga koefisien α dan β dapat dirubah, namun untuk lebih memudahkan,

proses kalibrasi dapat dilakukan dengan merubah harga koefisien Cp. Harga

standar koefisien Cp adalah 1.0, jika harga debit puncak perhitungan lebih

kecil dari debit puncak pengamatan, maka harga diambil Cp > 1.0 ini akan

membuat harga debit puncak membesar, sebaliknya jika debit puncak

perhitungan lebih besar dari hasil pengamatan maka harga diambil Cp < 1.0

agar harga debit puncak mengecil.

stntika PENDAHULUAN V I-139


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Debit puncak hidrograf satuan

Sebelum membahas debit puncak hidrograf satuan, akan dijelaskan

kesetaraan luas HSS dengan HSS yang telah dinormalkan. Hal ini berguna

dalam menjelaskan penerapan prinsip konservasi mass dalam penurunan

debit puncak hidrograf satuan.

Kesetaraan luas HSS dengan HSS yang telah dinormalkan

Untuk memudahkan penjelasan, tinjau suatu kurva hidrograf

berbentuksegitiga yang terjadi akibat hujan efektif R=1 mm pada suatu DAS

luas ADAS. Seperti ditunjukan pada Gambar 2.a, Integrasi kurva di bawah

kurva hidrograf sama dengan volume hidrograf satuan. Misalkan Tp adalah

absis dan Qp adalah ordinat titik puncak P.Jika seluruh harga pada absis t

(waktu) dinormalkan terhadap Tp dan seluruh harga ordinat Q (debit)

dinormalkan terhadap Qp, akan didapat suatu kurva hidrograf tak

berdimensi (lihat Gambar 2.b). Luas bidang di bawah kurva yang telah

dinormalkan dapat dihitung dari rumus luas segitiga sebagai berikut :

stntika PENDAHULUAN V I-140


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.27 Kesetaraan Luas HSS SCS-Segitiga dengan HSS SCS-Segitiga Tak-

Berdimensi

Volume hidrograf satuan VHSS (memiliki dimensi m3) dapat diperoleh

dengan cara yang lebih mudah yaitu mengalikan AHSS dengan Qp dan Tp,

atau VHSS = Qp Tp AHSS = (5 m3/s)*(2s)*(2) = 20 (m3) Hasil tersebut dapat

digeneralisasi untuk bentuk HSS yang lebih kompleks seperti ditunjukan

pada gambar dibawah ini :

stntika PENDAHULUAN V I-141


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.28 Kesetaraan volume HSS generik dengan HSS yang telah

dinormalkan

Jika hidrograf banjir dinormalkan dengan faktor Qp dan Tp, maka volume

HSS dapat dihitung dengan rumus :

VHSS = Qp Tp AHSS

Jika Tp (jam) dikonversi dalam detik, maka:

VHS = AHSS Qp Tp 3600 (m3)

dimana AHSS adalah luas HSS tak berdimensi yang dapat dihitung secara

exact atau secara numerik. Untuk hujan efektif R=1 mm pada suatu DAS luas

ADAS (km2), maka volume hujan efektif satu satuan R=1 mm yang jatuh

merata di seluruh DAS (VDAS) dapat dinyatakan sebagai berikut

VDAS = R x ADAS = 1000 ADAS (m3).

Debit puncak hidrograf satuan sintetis

Dari definisi hidrogrpf satuan sitetis dan prinsip konservasi massa, dapat

disimpulkan bahwa volume hujan efektif satu satuan yang jatuh merata di

seluruh DAS (VDAS) harus sama volume hidrograf satuan sintetis (VHS)

dengan waktu puncak Tp, atau 1000 ADAS = AHSS Qp Tp 3600 sehingga

Dimana Qp = Debit puncak hidrograf satuan (m3/s), R = Curah hujan satuan

(1 mm), Tp= Waktu puncak (jam), ADAS = Luas DAS (km2) dan AHSS = Luas

HSS tak berdimensi yang dapat dihitung secara exact atau secara numerik.

Methode ITB bentuknya jauh lebih sederhana namun bersifat lebih umum.

stntika PENDAHULUAN V I-142


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Penting untuk dicatat bahwa dengan procedure perhitungan HSS dengan

cara ITB, maka jika seandainya bentuk kurva dasar hidrograf yang digunakan

adalah kurva Nakayasu atau kurva Snyder, maka debit puncak dan bentuk

HSS yang

dihasilkan dan juga hidrograf hasil superposisi untuk distribusi hujan tertentu

akan sangat mendekati hasil perhitungan yang dilakukan dengan cara

cara Snyder yang asli.

A. ANALISA ROUTING BANJIR TERHADAP DESAIN PELIMPAH

Penelusuran banjir adalah suatu prosedur untuk memperkirakan waktu dan

besaran banjir disuatu titik di sungai, berdasarkan data yang diketahui di

sungai bagian hulu. Dalam praktek terdapat 2 macam routing yaitu

penelusuran saluran (channel routing) dan penelusuran waduk (reservoir

routing). Tujuan routing adalah:

 Menentukan hidrograf sungai di tempat tertentu berdasar hidrograf di hulu

yang diketahui.

 Sarana peringatan dini pada pengaman banjir (early warning system).

 Menentukan dimensi bangunan-bangunan hidrolik disepanjang sungai.

Berdasarkan teori terdapat 2 macam routing yaitu hydraulic routing dan

hydrologic routing. Perlu diperhatikan untuk bendungan yang spillwaynya

dilengkapi pintu, pelaksanaan routing harus memperhatikan rencana operasi

pintu.

stntika PENDAHULUAN V I-143


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Penulusuran banjir lewat waduk, adalah untuk menghitung besar perubahan

banjir yang melewati suatu waduk, menyangkut penentuan ukuran bangunan

pelimpah dan tubuh bendungan utama.

Prinsip dasar penelusuran banjir dikembangkan dari persamaan kontinuitas

yaitu

ds
IO
dt

dimana :

I = aliran masuk (inflow), dalam m3/dt

O = aliran keluar (outflow), dalam m3/dt

S = penampungan (storage), dalam m3/dt

T = waktu, dalam detik

ds
= perubahan storage (tampungan) terhadap waktu
dt

Bentuk persamaan di atas biasanya dipakai sebagai dasar penulusuran banjir

dengan interval tertentu.

Untuk penelususran banjir lewat waduk rumus diatas dikembangkan sebagai

berikut :

 I1  I2   S1 O1   S2 O2 
 2   Δt    
   2   Δt 2 

jika :

S1 O
 1  Ψ dan
Δt 2
S2 O
 2 
Δt 2

stntika PENDAHULUAN V I-144


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

maka persamaan tadi dapat ditulis menjadi :

 I1  I2 
 2  Ψ  
 

Rumus diatas dikembangkan oleh LG Puls dari US Army Corps of Engineers.

Kapasitas bangunan pelimpah untuk bendungan urugan biasanya

direncanakan untuk dapat menampung debit banjir dengan periode

perulangan (return period) 100 tahun (atau disingkat Q100max), dikalikan

dengan angka koefisien 1,2.

Akan tetapi apabila banjir-banjir yang pernah terjadi melampaui Q100max,

maka debit banjir rencana supaya didasarkan pada debit banjir yang pernah

terjadi dikalikan dengan angka koefisien 1,2.

stntika PENDAHULUAN V I-145


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

4.7. METHODOLOGI PERENCANAAN DETAIL BENDUNGAN

Analisis Hidrolika digunakan untuk dimensi pelimpah dari tinggi jagaan

bendungan (freeboard). Sedangkan dimensi struktur akhir ditentukan

berdasarkan optimasi lebar pelimpah yang dihubungkan dengan biaya .

4.7.1. AMBANG PELIMPAH

Debit yang melintasi ambang dihitung dengan menggunakan persamaan

sebagai berikut :

Q = C . L . H3/2

Leff = L - 2 (nKp + Ka) Hd

Dimana :

Q = debit ( m3/dt )

C = koefisien debit

H = total tinggi tekanan air di atas mercu bendung

L = panjang efektif (meter)

n = jumlah pilar

Kp = koefisien konstraksi pilar,

Ka = koefisien konstraksi pangkal bendung

Hd = tinggi energi (m)

Perhitungan dimensi ambang pelimpah

Xu1 = 0,282 Hd

Xu2 = 0,175 Hd

R1 = 0,5 Hd

stntika PENDAHULUAN V I-146


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

R2 = 0,2 Hd

1 = sin-1 (Xu1/R1)

a = (R1-R2) sin 1

b = Xu - a

2 = sin-1 (b/R2)

Yu1 = R1 (1 - cos 1)

Yu2 = R1 - (R1-R2) cos 1 - R2 cos 2)

Persamaan lengkung Harrold : Y = 0,301 X1,85

Koordinat P : ( Xd, Yd )

4.7.2. SALURAN PENGARAH

Saluran pengarah berfungsi mengarahkan aliran ke mercu pelimpah dengan

kecepatan rendah dan kemudian arah aliran dan kecepatannya berubah

secara perlahan tanpa menimbulkan turbulensi pada kedalaman air yang

cukup.

Dari hasil perencanaan di atas persyaratan hidrolik pada saluran pelimpah

adalah :

P  H/5

V  4 m/dt

Dimana :

H = kedalaman air di atas mercu (m)

P = kedalaman air dibawah mercu (m)

V = kecepatan aliran pemasukan (m/dt)

stntika PENDAHULUAN V I-147


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

4.7.3. SALURAN TRANSISI DAN SALURAN PELUNCUR

Saluran transisi direncanakan dengan lebar sama dengan lebar ambang

yang berubah menyempit dengan bentuk saluran yang datar. Pada akhir

saluran transisi terdapat end sill setinggi h dengan kemiringan 1:3,00. Saluran

peluncur mempunyai lebar B m dan kemiringan dasar 1 : n.

Saluran peluncur direncanakan dengan debit Q100 yang dikontrol dengan

debit Q1000. Persamaan Bernoulli untuk kemiringan dasar saluran yang

curam (steeply sloped floor) berikut:

2 2
v v
Z1 + d1 cos  +  1 = Z2 + d2 cos  +  2 + hf
2g 2g

Dimana :

hf = Kehilangan akibat gesekan

4x n2 Q2 n2 n2
(= 
0 R 4 / 3 A2
dx = ½ { 4/3
R1 A1
2
 4/3
R2 A2
2
}Q2(x

Dimana :

R = radius hidrolik

A = luas penampang

n = koefisien kekasaran Manning

4.7.4. PEREDAM ENERGI

Peredam energi direncanakan berdasarkan debit banjir rencana kala ulang

100 tahun. dan koefisien kekasaran Manning (n) = 0,014.

Dari hasil perhitungan hidrolika didapatkan angka Froude = f dengan tinggi

air h m serta kecepatan v maka peredam energi direncanakan dengan kolam

stntika PENDAHULUAN V I-148


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

olakan datar tipe I atau II sampai IV dengan elevasi dasar tertentu.

Penentuan tipe kolam olak oleh USBR dikelompokan berdasarkan nilai Froud

number (FR).

4.7.5. TERMINAL CHANNEL

Terminal channel di hilir peredam energi direncanakan berdasarkan rating

curve pada sungai yang untuk mendapatkan elevasi lantai terminal channel

pada bagian hulu ataupun bagian hilir.

Terminal Channel direncanakan dengan lebar (B) m, kemiringan dinding

1:0,50 dengan debit banjir outflow Q100 m3/det.

Kedalaman kritis pada terminal Channel dihitung berdasarkan persamaan:

Q2 A3

g T

Dimana :

Q = Debit ( m3/dt )

g = Percepatan gravitasi, m/dt2 (= 9,81)

A = Luas penampang saluran (m2)

T = Lebar penampang basah bagian atas ( m )

4.7.6. ANALISA KONSTRUKSI PELIMPAH

Di dalam perhitungan analisa stabilitas konstruksi pelimpah ditinjau 3

keadaan:

a. Keadaan I : Setelah selesai konstruksi/after completion

 Kondisi Normal

 Kondisi Gempa

stntika PENDAHULUAN V I-149


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

b. Keadaan II : kondisi muka air tinggi/HWL

 Kondisi Normal

 Kondisi Gempa

c. Keadaan III : kondisi banjir/FWL

 Kondisi Normal

 Kondisi Gempa

Analisa stabilitas konstruksi pada bangunan pelimpah terdiri dari beberapa

bagian sebagai berikut :

a. Ambang bangunan pelimpah

b. Pilar bangunan pelimpah

c. Dinding pada saluran pengarah identik dengan dinding pada saluran

peredam energi.

d. Abutment pada saluran pengarah

e. Dinding pada saluran transisi

f. Dinding pada saluran peluncur

g. Dinding pada terminal channel

Analisa terhadap stabilitas konstruksi menggunakan rumus sebagai berikut

a. Stabilitas terhadap guling

f =
 Mv > 1,5 (Kondisi normal)
 Mh
> 1,2 ( Kondisi gempa)

e =
 Mv  Mh  B / 2  < B/6 (Kondisi norma)
V

stntika PENDAHULUAN V I-150


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

< B/3 (Kondisi gempa)

b. Stabilitas geser

Sf =
V. f > 1.5 (Kondisi normal)
H
> 1.2 (Kondisi gempa)

Stabilitas terhadap daya dukung

Untuk e < B/6   12 =


V x(1  6 xe)
BxL B

2V
e < B/3   max =
Lx3.( B / 2  e)

c. Stabilitas terhadap floatation

Sf =
V > 1.5 (Kondisi normal),
U

Dimana :

 Mv = Momen tahan (t.m)

 Mh = Momen guling (t.m)

V = Beban vertikal (ton)

H = Beban horisontal (ton)

U = Gaya RPLift (ton)

f = Koefisien geser antara beton dan pondasi

B = Lebar konstruksi

L = Panjang konstruksi

stntika PENDAHULUAN V I-151


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

4.7.7. TIPE TUBUH BENDUNGAN

Bendungan dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan jenis

material konstruksi bendungan, yaitu:

 Bendungan beton

 Bendungan urugan tanah dan urugan batu.

Bendungan Beton

Bendungan beton umumnya dibangun pada fondasi batuan walaupun ada

juga bendungan beton yang rendah yang dibangun pada fondasi kerikil.

Mulanya bendungan beton dibangun dengan menggunakan material yang

memiliki kuat tekan yang tinggi tetapi kuat tarik yang rendah. Oleh karena

itu bentuk bendungan beton dirancang secara khusus agar dapat

meneruskan beban kerja ke fondasi dalam bentuk beban tekan, sementara

beban tarik diperkecil atau dihilangkan dengan cara merancang bentuk

bendungan secara cermat. Faktor terpenting dalam pemilihan bendungan

beton adalah fondasi bendungan.

Jenis-jenis bendungan beton, yaitu: bendungan gravity, bendungan gravity

lengkung (curved gravity dam), busur (arch dam), penopang (buttress).

Bendungan Urugan

Bendungan urugan, umumnya diklasifikasikan lagi menjadi beberapa jenis

berdasar pada material yang digunakan, baik untuk urugan tanah maupun

urugan batu seperti pada gambar di bawah.

stntika PENDAHULUAN V I-152


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Bendungan urugan didesain secara spesifik sesuai dengan kondisi lokasi dan

ketersediaan material konstruksi di lokasi bendungan. Stabilitas bendungan

diperoleh dari massa timbunan yang sangat berat sehingga mampu

menahan beban yang bekerja.

Bendungan Komposit

Jenis bendungan ini merupakan kombinasi/gabungan antara bendunan

beton dengan bendungan urugan tanah. Salah satu keuntungan bendungan

jenis ini adalah bahwa bagian bendungan beton biasanya dibuat mampu

untuk mengalirkan aliran air banjir selama konstruksi dan sebagai bangunan

pelimpah setelah konstruksi selesai, disamping biaya konstruksi yang murah

dan ketersediaan material yang ada.

Bendungan ini dapat dibangun pada bagian lembah yang lebar dan dapat

mengalirkan banjir besar melalui lembah tersebut yang mungkin dapat

menjadi masalah pada pengelakan sungainya, bila memilih bendungan

urugan.

Bagian bendungan beton memerlukan fondasi yang cukup kuat dan cukup

kedap untuk tinggi 10 m dan untuk tinggi < 10 m bendungan dapat

ditempatkan pada lapisan yang lebih pervious.

4.7.8. LEBAR PUNCAK BENDUNGAN

Lebar puncak bendungan minimum ditentukan dengan rumus sebagai

berikut :

Lebar menurut Panduan Perencanaan Bendungan Urugan :

stntika PENDAHULUAN V I-153


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

B = 5/3 * H1/2 (dalam meter ) , dimana H adalah ketinggian air di waduk.

z
B=  10 (dalam feet) , dimana z adalah ketinggian air di waduk.
5

4.7.9. KEMIRINGAN LERENG URUGAN

Kemiringan lereng urugan diperhitungkan terhadap :

a) jenis material urugan yang digunakan,

b) kestabilan lereng akibat muka air kolam turun secara mendadak,

c) kestabilan lereng akibat terjadinya rembesan melalui tubuh bendungan

pada kondisi muka air normal,

d) tahan terhadap pengaruh gempa.

4.7.10. ELEVASI PUNCAK BENDUNGAN DAN TINGGI JAGAAN

Elevasi puncak bendungan ditentukan berdasarkan tinggi muka air banjir

diatas ambang pelimpah ditambah dengan tinggi jagaan.

Dari perhitungan penelusuran banjir melalui pelimpah, didapatkan elevasi

muka air banjir untuk debit rancangan (Q 1/2MF) .

Kebutuhan tinggi jagaan dihitung dari rumus dengan kondisi muka air

waduk sebagai berikut (Panduan Perencanaan Bendungan Urugan) :

a. Kondisi Muka Air Normal : H1 ≥ 3/4Hw + Hs + Hr + He + hu

b. Muka Air Banjir Q 1000 th : H2 ≥ 3/4Hw +Hs + Hr + hu

c. Muka Air Banjir Q 1/2PMF : H3 ≥ 0,75 m

Dimana :

stntika PENDAHULUAN V I-154


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Hw = Tinggi gelombang karena angin

Hs = Peningkatan tinggi muka air karena angin

Hr = Tinggi rayapan gelombang

He = Tinggi gelombang akibat gempa

Hu = Tinggi cadangan untuk ketidak pastian

 Pada kondisi muka air normal hu = 1,0 m

 Pada keadaan banjir :

hu > 0,50 m, bila ada beragam analisa hidrologi dan untuk pelimpah tanpa

pintu

hu > 1,00 m, bila kemungkinan terjadi kemacetan operasi pintu

4.7.11. TINGGI TUBUH BENDUNGAN

Tinggi tubuh dam ditentukan berdasarkan pertimbangan kebutuhan

tampungan air dan keamanan tubuh bendungan terhadap peluapan banjir.

Jadi tinggi tubuh bendungan adalah tinggi muka air kolam pada kondisi

penuh (kapasitas tampung rencana) ditambah tinggi tampungan banjir dan

tinggi jagaan. Dalam penentuan tinggi bendungan perlu dipertimbangkan

adanya bangunan yang sudah ada dimana tidak bisa diabaikan yaitu

jembatan. Atau dengan rumus berikut:

Hd = Hk + Hb + Hf (+ Hs)

Dimana :

Hd = Tinggi tubuh bendungan rancangan (m),

stntika PENDAHULUAN V I-155


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Hk = Tinggi muka air kolam pada kondisi penuh (m),

Hb = Tinggi tampungan banjir (m),

Hf = Tinggi jagaan (m),

Hs = Cadangan akibat bendungan mengalami penurunan (m).

Hs = 0,001 (Hd)1,5 dan diambil secara praktis Hs = 0,25 m.

4.7.12. KETERSEDIAAN MATERIAL URUGAN

Bahan untuk tubuh bendungan merupakan hasil galian bahan tanah di

borrow area disekitar tempat kedudukan tubuh bendungan. Bahan material

untuk timbunan harus memperhatikan tentang kualitas dan kuantitas dari

bahan material tersebut serta kemudahan dalam pengolahan dan

pengangkutan ke lokasi penimbunan. Kuantitas material urugan yang

tersedia harus lebih dari 2-3 kali jumlah kebutuhan timbunan.

4.7.13. PELINDUNG LERENG

Konstruksi rip-rap diperlukan untuk melindungi lereng hulu tubuh dam

akibat pengaruh gelombang. Batuan untuk konstruksi rip-rap harus aman

atau didasarkan pada :

(a) Ukuran batu untuk rip-rap dan berat volume bahan batu,

(b) Ketahanan terhadap keausan akibat cuaca.

Ukuran konstuksi rip-rap dan tebal yang dibutuhkan didasarkan pada

perkiraan tinggi gelombang, tergantung pada kecepatan angin dan jarak

stntika PENDAHULUAN V I-156


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

antara kedua sisi tebing kolam tampungan (waduk). Pada bendungan tipe

urugan, permukaan lereng harus dilindungi terhadap erosi yang disebabkan

oleh angin dan hujan. Pelindung lereng sebelah hulu untuk tipe urugan

dengan menempatkan gebalan rumput.

4.7.14. STABILITAS TUBUH BENDUNGAN

Stabilitas tubuh bendungan dihitung dengan Metode Irisan Bidang Luncur

Bundar. Bidang luncur bundar dibagi dalam beberapa irisan vertikal, maka

faktor keamanan diperoleh dari rumus:

acl  ( N  U  Ne) tan u


FS =
(T  Te)

Dimana :

Fs = Faktor keamanan

N= Beban komponen vertikal yang timbul dari setiap irisan bidang

luncur

T = Beban komponen trangensial yang timbul dari setiap

luncur

U = Tekanan air yang bekerja pada setiap irisan bidand luncur

Ne = Komponen vertikal beban seismic yang bekerja pada setiap

irisan bidang luncur

Te = Komponen trangensial beban seismic yang bekerja pada

setiap

irisan bidang luncur

stntika PENDAHULUAN V I-157


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

C = Angka kohesi bahan yang membentuk dasar setiap irisan

e = Intensitas seimic horizontal

 = Sudut geser dalam bahan

S
h W En+1
En
W
S 
N
N
l N u.

Gambar 4.29 Tubuh Bendungan

Stabilitas lereng tubuh bendungan ditinjau dari beberapa kondisi yaitu

a) Bagian Hulu

 Pada saat bendungan baru selesai dibangun (immediately after

completion) untuk kondisi normal ( Fs ( 1.5) dan kondisi gempa k =

0.03 (Fs ( 1.2)

 Pada saat air waduk penuh (reservoir full) untuk kondisi normal (Fs (

1.5) dan kondisi gempa k = 0.06 (Fs ( 1.2).

 Pada saat air waduk banjir untuk kondisi normal (Fs ( 1.3).

 Pada saat air waduk mengalami penurunan secara tiba-tiba (rapid

draw down) untuk kondisi normal k = 0 ( Fs ( 1.3) dan kondisi gempa

k = 0.06 (Fs ( 1.1).

b) Bagian Hilir

stntika PENDAHULUAN V I-158


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

 Pada saat bendungan baru selesai dibangun (immediately after

completion) untuk kondisi normal ( Fs ( 1.5) dan kondisi gempa k =

0.03 (Fs ( 1.2)

 Pada saat air waduk penuh (reservoir full) untuk kondisi normal (Fs (

1.5) dan kondisi gempa k = 0.06 (Fs ( 1.2).

Stabilitas bendungan juga di periksa dengan menggunakan Metode Irisan

Bidang Luncur Kombinasi. Pada metode ini garis lurus tidak berbentuk

lingkaran, tetapi terdiri dari garis yang patah-patah. Metode ini

dikembangkan oleh Wedge dan Fellenius dengan masing-masing

karateristik sendiri.

stntika PENDAHULUAN V I-159


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Tabel 4.18. Faktor Keamanan lereng bendungan untuk berbagai kondisi beban

Lereng
No Kondisi Beban FK. Min
Ditinjau

Berat sendiri, air pori D/S


1 Selesai Konstruksi 1.2
50 % beban gempa U/S

Berat sendiri, Tekanan


MA Full Supply
2 hidrostatis, air pori, tanpa D/S 1.5
Steady Seepage
gempa

Berat sendiri, Tekanan


MA Full Supply
3 hidrostatis, air pori, dengan D/S 1.2
Steady Seepage
gempa

Berat sendiri, Tekanan


MA Max Flood Seady
4 hidrostatis, air pori, tanpa D/S 1.2
Seepage
gempa

Berat sendiri, Tekanan


MA Max Flood Seady
5 hidrostatis, air pori, dengan D/S 1.1
Seepage
gempa

Berat sendiri, Tekanan


MA Surut tiba-tiba
6 hidrostatis, air pori, tanpa U/S 1.2
Rapid Draw Down
gempa

stntika PENDAHULUAN V I-160


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

4.7.15. STABILITAS TERHADAP ALIRAN FILTRASI

Tubuh bendungan maupun pondasinya harus mampu menahan gaya-gaya

yang ditimbulkan oleh adanya air filtrasi yang mengalir melalui celah-celah

antara butiran tanah pembentuk tubuh bendungan dan pondasinya.

Keamanan konstruksi bendungan terhadap aliran filtrasi ditinjau terhadap:

 Kapasitas aliran filtrasi

 Gejala-gejala sufosi (piping) dan sembulan (boiling)

 Kecepatan Kritis Aliran.

4.7.16. PENURUNAN TUBUH BENDUNGAN

Penimbunan ekstra pada puncak bendungan diperlukan untuk

mengimbangi adanya penurunan pada tubuh bendungan yang disebabkan

oleh adanya proses konsolidasi.

Besarnya penurunan ini ( H) dihitung dengan rumus :

 H = mv . v . H

dimana :

H = penurunan yang terjadi pada tubuh bendungan (m)

H = tinggi bendungan (m)

mv = koefisien kompresibility (cm2/gram), sumber : data hasil

penyelidikan tanah.

v = Pertambahan Tegangan (kg/cm2), sumber : data hasil

penyelidikan

stntika PENDAHULUAN V I-161


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

tanah.

Penimbunan ekstra pada puncak bendungan diperlukan untuk

mengimbangi adanya penurunan pada inti bendungan yang disebabkan

oleh adanya proses konsolidasi. Tinggi penimbunan ekstra dihitung dengan

rumus :

a) Panduan Perencanaan Bendungan Urugan : 2 % H

b) British Standart : 0,5% H + 0,5 m

4.7.17. KOEFISIEN KEGEMPAAN

Koefisien Gempa Rancangan

Pada bangunan-bangunan air, selalu diperhitungkan terhadap pengaruh

gempa, terutama bangunan-bangunan yang didirikan di wilayah rawan

gempa seperti di Pulau Jawa. Umumnya pengaruh gempa di perhitungkan

dengan menentukan koefisien gempa (k) yang digunakan untuk analisis

bangunan-bangunan tersebut. Analisis koefisien gempa menurut metode

Standar Rancangan Bangunan-Bangunan Irigasi (KP 06, 1986) didasarkan

hubungan sebagai berikut.

ad  n(ac.z ) m

ad
kg 
g

Dimana :

ad = Percepatan gempa rancangan (gal - cm/s2),

n, m = Koefisien berdasarkan tipe tanah fondasi,

stntika PENDAHULUAN V I-162


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

ac = Percepatan gempa dasar,

z = Koefisien gempa berdasarkan lokasi,

g = Percepatan gravitasi (981 cm/detik2)

kg = Koefisien gaya gempa arah horisontal.

Dua tipe tanah fondasi yang digunakan untuk pertimbangan yaitu lapisan

tanah alluvial dan batuan.

Parameter Gempa Rancangan

Percepatan gempa (ad) dan koefisien gaya gempa horisontal (kg) dihitung

berdasarkan hubungan KP-06 diperoleh sebagai berikut ini.

Tabel 4.19. Percepatan Gempa dan Koefisien Gempa

Tanah Periode ulang (T) – tahun Parameter

Dasar fondasi 20 50 100 200

Alluvial 49,000 63,000 143,000 146,000 ad

0,049 0,064 0,146 0,149 kg

Aluvial lembek 48,000 69,000 109,000 124,000 ad

0,048 0,071 0,112 0,127 kg

Tabel 4.20. Koefisien Gempa Berdasarkan Tipe Tanah

Tipe tanah n M

stntika PENDAHULUAN V I-163


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Batu 2,76 0,71

Dilluvium 0,87 1,05

Alluvium 1,56 0,89

Aluvium lembek/lunak 0,29 1,32

Tabel 4.21. Percepatan Gempa Dasar (ac)

Kala ulang (tahun) ac (cm/s2 - gal)

20 85

50 117

100 160

200 176

4.7.18. ANALISIS STRUKTUR

Analisis struktur pada bangunan penunjang meliputi 2 bagian utama yaitu

bangunan pelimpah dan bangunan pengambilan, dan bangunan pelengkap

lainnya.

Analisis bangunan pelimpah terdiri dari : struktur ambang pelimpah, dinding

hulu, dinding hilir, saluran peluncur dan peredam energi.

Penggunaan nilai debit banjir QPMF dipertimbangkan dengan tingkat

resiko apabila bendungan runtuh.

stntika PENDAHULUAN V I-164


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

4.7.19. ANALISA BANGUNAN PENGELAK

Pekerjaan bangunan pengelak terdiri atas 2 bagian yaitu bendung pengelak

di bagian hulu (upstream cofferdam) dan bagian hilir waduk (downstream

cofferdam), serta saluran pengelak dengan inlet dan outlet di bagian hulu

dan hilir bendung pengelak.

Parameter yang digunakan dalam penentuan desain untuk masing-masing

bangunan adalah :

1. saluran pengelak, kondisi geologi dan topografi

2. bendung pengelak, kondisi geologi, lokasi dan volume timbunan

3. pertimbangan banjir maksimum selama masa konstruksi 2 tahun

4. biaya dan waktu pelaksanaan

Dengan parameter di atas maka ditetapkan kriteria bangunan pengelak

sebagai berikut ini.

1. banjir maksimum menggunakan kala ulang 20 tahunan (Q20)

2. dimensi saluran pengelak

3. dimensi cofferdam.

Desain bangunan pengelak menggunakan bentuk konvensional (struktur

timbunan homogen) dengan material tanah dari borrow area dengan jenis

material yang sama digunakan pada bendungan utama. Pembangunan

cofferdam akan dimulai sesudah ekskavasi saluran pengelak selesai

sehingga air dapat dialirkan melalui saluran pengelak.

stntika PENDAHULUAN V I-165


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Debit banjir rancangan untuk saluran pengelak dengan periode ulang 20

tahun (Q20) yang dikontrol dengan debit periode ulang 25 tahun (Q25) Tipe

aliran pada saluran pengelak dibagi menjadi 2 kondisi :

a. Kondisi Aliran Bebas

Aliran bebas terjadi ketika perbandingan tinggi muka air dan tinggi

saluran kurang dari 1,2 D. Untuk menentukan kecepatan aliran dalam

saluran pengelak digunakan rumus Manning:

1 2/3 1/2
V R S
n

Q =A.V

Dimana :

Q = Debit yang mengalir pada kedalaman tertentu (m3/det)

R = Jari-jari hidrolis = A/P (m)

A = Luas penampang basah (m2)

P = Keliling basah (m)

D = Diameter saluran (m)

S = Kemiringan saluran

n = Koefisien kekasaran Manning

Tabel 4.22. Nilai Koefisien Kekasaran Manning

Bahan Saluran maks min

Saluran beton jadi atau dicor di tempat 0,014 0,008

Saluran baja dengan sambungan dilas 0,012 0,008

Saluran batuan alami 0,035 0,020

stntika PENDAHULUAN V I-166


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

b. Kondisi Aliran Tekan

Gambar 4. 27 Diagram Kondisi Aliran Tekan

Syarat yang harus dipenuhi untuk aliran tekan (pressure condition) adalah

d
: > 1,2
D

Dimana :

D = dimensi saluran (D= 2,50 m)

d = tinggi air di atas inlet intake

Berlaku rumus : Q = A . V

Harga V dihitung berdasarkan Rumus Bernoulli :

HA + ZA = H + ZB

dimana :

HA = Tinggi air di atas inlet (m)

ZA-ZB = Perbedaan tinggi antara inlet dan outlet

H = Total kehilangan tinggi

stntika PENDAHULUAN V I-167


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

H = He + Htr + Hb1 + Hcon + Hf + Ho

Dimana :

He = Kehilangan tinggi akibat entrance

Htr = Kehilangan tinggi akibat trashrack

Hf = Kehilangan tinggi akibat geseran

Hcon = Kehilangan tinggi akibat kontraksi (penyempitan)

Hb = Kehilangan tinggi akibat belokan

Ho = Kehilangan tinggi akibat perubahan kecepatan pada outlet

V 2  V 2  fL1 V 2  V 2 
H = fe   + ftr   +   + fcon  +
 2g   2g  D1  2 g   2 g 

V 2  V 2 
fb   + fo  
 2g   2 g 

V 12  L 
H =  fe  ftr  f D  fcon  fb  fo
2g  

V2
=  f
2g

2. g .H
V =
 f

Q = A.V

2. g .H
= A.
 f

4.7.20. ANALISA BANGUNAN PENGAMBILAN / INTAKE

Komponen terpenting dari bangunan pengambilan bendungan urugan

adalah penyadap, pengatur dan penyalur aliran.

stntika PENDAHULUAN V I-168


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Bangunan pengambilan direncanakan berada di atas pintu masuk/intake

saluran pembawa untuk menempatkan stoplog dan lain-lain. Bangunan

pengambilan ini dibangun sesudah diversion inlet dan saluran pembawa

selesai pembangunannya. Perlu diperhatikan bahwa tidak boleh ada

penempatan material, beton dan sebagainya di saluran pengelak untuk

menghindari sumbatan.

Pengambilan debit air dari waduk melalui saluran pipa pengambilan yang

terletak di bangunan pengambilan. Perhitungan kapasitas debit bangunan

pengambilan berdasarkan pada elevasi pipa pengambilan. Suplai air diatur

menggunakan pintu geser dengan dimensi 1,0 x 1,0 m. Selain berfungsi

sebagai pintu pengatur dapat juga berfungsi sebagai pintu darurat yang

berfungsi untuk pengosongan air waduk.

Analisis hidrolik dengan perhitungan kapasitas debit yang dapat dikeluarkan

dihitung dengan rumus :

2.g(H  hL )
Q = C.A

Dimana :

Qren = debit, m3/dt

C = koefisien debit untuk katup

= 0,80 untuk katup terbuka penuh

A = luasan potongan pintu, m2

g = percepatan grafitasi, m2/dt

H = tinggi muka air di waduk, m

stntika PENDAHULUAN V I-169


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

hL = jumlah kehilangan tinggi, m

Nilai jumlah kehilangan tinggi dicari dengan menggunakan persamaan

sebagai berikut :

hL = Htr + He + Hcn1 + Hf1 + Hb + Hex1 + Hf2 + Hcn2

Dimana :

hL = Total kehilangan tinggi

Htr = Kehilangan tinggi akibat saringan (trash rack)

He = Kehilangan tinggi akibat entrance

Hcn1 = Kehilangan tinggi akibat transisi (contraction)

Hf1 = Kehilangan tinggi akibat geseran di pipa

Hb = Kehilangan tinggi akibat belokan

Hex1 = Kehilangan tinggi akibat transisi (expansion)

Hf2 = Kehilangan tinggi akibat geseran di conduit

Hcn2 = Kehilangan tinggi akibat transisi (contraction)

4.8. METODOLOGI PEKERJAAN FINALISASI DETAIL DESAIN

A. PENGGAMBARAN / DRAWING

Penggambaran pra desain bangunan utama bendungan dan bangunan-

bangunan pelengkapnya disajikan termasuk penampang memanjang dan

melintang berikut detail penulangan.

Penggambaran disajikan dalam gambar ukuran A1 dan A3 dengan skala :

 Gambar situasi bendungan dengan skala 1 : 1.000

stntika PENDAHULUAN V I-170


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

 Gambar tampang melintang dan memanjang dengan skala 1 : 100 / 1 : 200

 Peta situasi daerah konservasi mencakup daerah genangan, lokasi bendung

utama, bangunan pelengkap, gasilitas penunjang, borrow area, rencana

jalan masuk dan lain sebagainya sakala 1 : 2,000

 Peta situasi areal genangan waduk skala 1 : 500

 Peta situasi lokasi bangunan utama dan bangunan pelengkapnya.

 Gambar potongan memanjang dan melintang rencana as bangunan

pelimpah skala 1 : 100 / 1 : 200

 Gambar melintang areal genangan waduk skala 1 : 200 / 1 : 500

 Peta daerah sumber galian skala 1 : 500 / 1 : 1.000

 Peta geologi permukaan skala 1 : 500 / 1 : 5.000

 Gambar detail bangunan skala 1 : 50 / 1 : 200

B. PERHITUNGAN BOQ DAN RAB

Perhitungan BOQ dan RAB didasarkan pada biaya pembebasan tanah dan

volume pekerjaan dengan analisa harga satuan pekerjaan. Item dari BOQ dan

RAB ini mencakup materi diantaraanya sebagai berikut :

 Pekerjaan persiapan

 Tubuh Bendungan

 Bangunan pengambilan

 Bangunan olakan

 Bangunan spillway/pelimpah

 Fasilitas Keamanan Waduk/Bendungan

stntika PENDAHULUAN V I-171


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Hasil analisis dari perhitungan RAB disajikan dalam satu bentuk laporan yaitu

Laporan BOQ dan RAB dan juga merupakan bagian dari Laporan Penunjang.

C. ANALISA KELAYAKAN EKONOMI

Analisis Ekonomi dititik beratkan kepada nilai manfaat proyek, dengan

membandingkan kondisi sebelum dan sesudah proyek.

Tiga parameter yang akan dihitung dalam analisis ekonomi adalah sebagai

berikut:

 Ratio Manfaat Biaya (BCR = Benefit Cost Ratio)

 Nilai netto sekarang (NPV = Net Present Value)

 Tingkat Pengembalian Internal (IRR atau EIRR = Economic Internal Rate of

Return)

Hasil perencanaan waduk sangat tergantung pada data-data pendukung yang

telah dikerjakan pada tahap-tahap sebelumnya, seperti hasil survei topografi

dan geologi, hidrometri, kualitas dan kelengkapan data yang telah

dikumpulkan. Beberapa aspek sebagai dasar pemikiran perencanaan waduk

dapat diuraikan sebagai berikut :

 Melakukan evaluasi makro manfaat (benefit), yaitu prasarana pengadaan air

baku .

 Memformulasikan proyek atas dasar analisa demand-supply serta

elastisitasnya. Optimalisasi fungsi serbaguna masing-masing komponen

fungsi waduk.

stntika PENDAHULUAN V I-172


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

 Menganalisa hasil survai dan investigasi lapangan menjadi parameter

rancang bangun konstruksi waduk dan bangunan pelengkapnya.

 Merencanakan disain bangunan bendungan beserta pelengkapnya lengkap

dengan dasar perhitungan dan gambar-gambar tipikalnya.

 Menghitung volume pekerjaan (BOQ) dan estimasi biaya dari konstruksi baik

dari komponen bangunan sipil maupun mesin listrik, termasuk biaya O/P

dan perbaikan dampak negatif lingkungan.

 Mempersiapkan metode pelaksanaan, jadual implementasi proyek dan

alokasi pendanaan proyek.

 Menganalisa tingkat kelayakan proyek secara tekno-ekonomis baik dalam

bentuk analisa break-even point, benefit cost ratio maupun internal rate of

return (EIRR) nya untuk berbagai kondisi.

 Mempersiapkan saran-saran/rekomendasi untuk program kelanjutan

perencanaan menuju detailed design level lengkap dengan kebutuhan

pelayanan jasa rekayasa (engineering service).

 Menyajikan produk akhir perencanaan kelayakan dalam laporan-laporan

yang diperlukan seperti terlihat dalam sub bab berikut.

Dalam menentukan tinggi bendungan yang optimum, digunakan analisis

ekonomi, yang dikenal dengan istlah nisbah B/C (B/C ratio). Perhitungan nisbah

B/C didasarkan pada awal tahun perncanaan (Present value). Sedangkan nilai

manfaat (benefit) per-tahun bisa dirumuskan sebagai berikut :

Bt = LPt1.H tP1.LPt 2 .H tP 2 .LPt 3 .H tP 3  Blama

stntika PENDAHULUAN V I-173


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

dan PBt = Bt . ( P/F , tb %, t )

t
 1 
P/F =  
1  tb 
n
PBT = B
t 1
t

Dengan :

Bt = Benefit karena adanya proyek tahun ke- t ( rupiah )

LP1 = Luas areal pertanian musim-1 yang dapat diari pada tahun

ke-t (ha)

LP2 = luas areal pertanian musim-2 yang dapat diairi pada tahun

ke-t (ha)

LP3 = Luas areal pertanian musim-3 yang dapat diari pada tahun

ke-t (ha)

HP1 = Besar keuntungan karena panen pertanian musim-1 yang

diperoleh

petani dengan adanya proyek (rupiah)

HP2 = Besar keuntungan karena panen pertanian musim-2 yang

diperoleh

petani dengan adanya proyek (rupiah)

HP3 = Besar keuntungan karena panen pertanian musim -3 yang

diperoleh petani dengan adanya proyek. (rupiah)

Blama = Total besar keuntungan petani tiap tahun bila tanpa proyek

stntika PENDAHULUAN V I-174


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Pbt = Present value benefit, didasarkan tahun awal perencanaan

(rupiah)

P/F = Tingkat produksi mata uang dengan tingkat bunga tb %

dan T

tahun dari perhitungan

PBT = Present value benefit total dengan tingkat bunga tb %

(rupiah)

PCT = C1. (P/F, tb %,1)+C2. (P/F, tb %,2)+C3. (P/F, tb %,2)+C4.

(P/F, tb % ,32)

PCT = Present Value cost total dengan tingkat bunga tb %

(rupiah)

C1 = Biaya konstruksi pada tahun pertama

C2 = Biaya konstruksi pada tahun kedua

C3 = Biaya pembangunan waduk, yang dilaksanakan tahun

kedua

C4 = Biaya overhoul dari waduk pada pertengahan umur

proyek (30 Tahun)

OMt = Biaya operasi dan pemeliharaan pada tahun ke-t ( rupiah )

Dari data diatas dihitung B / C Ratio, dengan persamaan :

B/C = PBT

PCT

stntika PENDAHULUAN V I-175


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Hasil perhitungan diatas dengan berbagai ketinggian operasi Waduk

ditunjukkan pada tabel berikut. Sedangkan nilai EIRR diperoleh dengan mencari

tingkat bunga bila B/C = 1.

Parameter lain yang akan dihitung dalam analisis ekonomi ini antara lain :

 Biaya Proyek, yang mencakup biaya modal (investasi), biaya tahunan

(annual cost) dan biaya kontraktor.

 Manfaat Proyek, yang mencakup kondisi dengan dan tanpa proyek.

 Umur Ekonomis, yang mencakup umur pelayanan ekonomi dan umur

pelayanan fisik atau teknik.

 Nilai sekarang dan tingkat suku bunga

 Analisis Kepekaan (Sensitivitas)

Hasil analisis dari studi ini dan rekomendasinya selanjutnya disusun menjadi

Laporan Analisis Ekonomi. Laporan ini juga merupakan bagian dari Laporan

Penunjang.

stntika PENDAHULUAN V I-176


DETAIL DESAIN PEMBANGUNAN EMBUNG PESANTREN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BATANG ASAM KAB. TANJUNG JABUNG BARAT
DI R EK TOR AT J END ER A L SU MB ER D AYA A I R TAHUN ANGGARAN 2019
BALI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

stntika PENDAHULUAN V I-177

Anda mungkin juga menyukai