1. DESKRIPSI WILAYAHSUNGAI
2. KEBIJAKAN PENGELOLAANSDA PADA WS KAMPAR
3. ISU-ISU STRATEGIS
4. POTENSI SDA DI WS KAMPAR
5. IDENTIFIKASI KONDISI LINGKUNGAN DAN PERMASALAHAN SDA
6. ANALISA DATA (NERACA AIR)
7. KEBIJAKAN OPERASIONAL
8. PETA TEMATIK
DESKRIPSI WILAYAH SUNGAI Letak Geografis dan Administrasi
Administrasi
No Provinsi / Kabupaten
Luas (Km2) Prosentase
Luas lahan kritis dan sangat kritis Fenomena alam BONO dimana pada saat
adalah 3764 km2 dan 288 km2 tertentu terjadi gelombang pasang
(BPDAS Rokan-Indragiri). Maka Luas kawasan lindung di WS Kampar berurutan mencapai tinggi gelombang > 6
erosi dan sedimentasi merupakan 26,45 % atau kurang dari 30% luas meter, terjadi kawasan muara dan terus
isu serius. Terutama untuk WS, sebagaimana tercantum dalam menghulu Sungai Kampar lebih dari 75 km
penyelamatan fungsi waduk PLTA UU No. 26/2007 tentang Penataan dari muara.. Selain membahayakan
Kotopanjang, serta penyelamatan Ruang. Sementara proses alih fungsi transportasi sungai dan menyebabkan
fungsi Sungai Kampar sebagai lahan terus berlangsung, dimana kerusakan tebing, juga merupakan surga
prasarana transportasi air didaerah kawasan lindung beralih fungsi menjadi bagi para peselancar air kelas dunia.
hilir sungai kawasan budidaya, berpotensi
mendorong laju degradasi lingkungan
• Undang-Undang Dasar 1945, pasal 33 ayat (3); • Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, tentang
• Undang-Undang No. 7 Tahun 2004, tentang SDA; Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
• Undang-Undang No. 25 Tahun 2004, tentang Sistem • Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2003, tentang
Perencanaan Pembangunan Nasional; Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani);
• Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah • Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004, tentang
Daerah; Penatagunaan Tanah;
• Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan • Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004, tentang
Keuangan antara Pusat dan Daerah; Perlindungan Hutan;
• Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi • Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005, tentang
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
• Undang-Undang No. 41 Tahun 1999, tentang Kehutanan; • Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006, tentang Irigasi;
• Undang-Undang No. 34 Tahun 2000, tentang Perubahan • Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007, tentang Tata
Atas Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah;
Daerah dan Retribusi Daerah; • Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007, tentang Tata Hutan
• Undang-Undang No. 18 Tahun 2004, tentang Perkebunan; dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta
• Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, tentang Pemanfaatan Hutan;
Penanggulangan Bencana; • Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008, tentang
• Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007
Ruang; tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
• Undang-Undang No. 27 Tahun 2007, tentang Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan;
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; • Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008, tentang Rencana
• Undang-Undang No. 4 Tahun 2009, tentang Pertambangan Tata Ruang Wilayah Nasional;
Mineral dan Batubara; • Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008, tentang
• Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan Pengelolaan SDA;
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; • Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008, tentang Air Tanah;
• Undang-Undang No. 41 Tahun 2009, tentang Perlindungan • Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2010, tentang Tata Cara
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan;
• Undang-Undang No. 45 Tahun 2009, tentang Perikanan; • Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010, tentang
• Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, tentang Penggunaan Kawasan Hutan;
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; • Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010, tentang
• Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991, tentang Rawa; Penyelenggaraan Penataan Ruang;
• Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010, tentang Bendungan; • Peraturan Menteri PU No. 06/PRT/M/2011, tentang
• Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011, tentang Sungai; Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air.
• Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2011, tentang Kebijakan • Peraturan Daerah Provinsi Riau Tahun 2011, tentang
Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air; Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Riau
• Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011, tentang Rencana Aksi Tahun 2005 - 2025;
Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca; • Peraturan Daerah Provinsi Riau Tahun 2011, tentang
• Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990, tentang Pengelolaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi
Kawasan Lindung; Riau Tahun 2009 - 2013;
• Keputusan Presiden No. 26 Tahun 2011, tentang Penetapan • Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 6 Tahun 2006,
Cekungan Air Tanah; tentang Pengelolaan Air Tanah dan Air Permukaan;
• Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2012, tentang Penetapan • Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 7 Tahun 2000,
Wilayah Sungai; tentang Retribusi Izin Pengendalian Pembuangan
• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003, tentang Limbah Cair;
Baku Mutu Air Limbah Domestik; • Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7
• Peraturan Menteri PU No. 11A/PRT/M/2006, tentang Kriteria dan Tahun 2008, tentang Rencana Pembangunan Jangka
Penetapan Wilayah Sungai; Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sumatera Barat
• Peraturan Menteri Negara LH No. 01 Tahun 2010, tentang Tata Tahun 2005 - 2025;
Laksana Pengendalian Pencemaran Air; • Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 5
• Peraturan Menteri Negara LH No. 03 Tahun 2010, tentang Baku Tahun 2011, tentang Rencana Rencana Pembangunan
Mutu Air Limbah bagi Kawasan Industri; Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Sumatera
• Peraturan Menteri PU No. 22/PRT/M/2009, tentang Pedoman Barat Tahun 2010 - 2015;
Teknis dan Tatacara Penyusunan Pola Pengelolaan SDA; • Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 28 Tahun
• Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010, tentang Standar 2009, tentang Penetapan Klasifikasi Mutu Air Sungai
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; Batang Ombilin dan Batang Anai.
Potensi air permukaan di WS Kampar pada tahun 2011 adalah sebesar 35.128,37 Juta m3 / tahun (Q80%). Sebagian besar
potensi air yang ada tersebut masih belum termanfaatkan.
Potensi air tanah dangkal sebesar 6.576 juta m3/tahun dan air tanah dalam sebesar 359 Juta m3/tahun.
IDENTIFIKASI KONDISI LINGKUNGAN & PERMASALAHAN
Erosi Aktual
No Nama DAS TBE
(ton/ha/thn)
1 DAS KAMPAR 183.41 Berat
2 DAS TELUK 32.10 Ringan
3 DAS UPIH 66.87 Sedang
4 DAS TELUK BERINGIN 35.66 Ringan
5 DAS SOLOK 66.87 Sedang
6 DAS TANJUNG SUM 48.15 Ringan
7 DAS TELUK DALAM 40.12 Ringan
IDENTIFIKASI KONDISI LINGKUNGAN & PERMASALAHAN
ASPEK KONSERVASI SDA KUALITAS AIR
IDENTIFIKASI KONDISI LINGKUNGAN & PERMASALAHAN
Klasifikasi
No Lokasi No Kecamatan
Lokasi PanjangKecamatan
Garis Pantai Panjang
Panjang Pantai
Garis Yang RusakPanjang Pantai Yang Rusak
Pantai
Kerusakan
1 Batangmal Kuala
1 Kampar
Batangmal Kuala92.990
Kamparm Abrasi = 3.000
92.990mm Abrasi = 3.000 Rusak
m Sedang
2 Mendol Kuala
2 Kampar
Mendol Kuala92.990
Kamparm Abrasi = 2.500
92.990mm Abrasi = 2.500 Rusak
m Berat
Abrasi = 2.000 m, Abrasi = 2.000 m,
3 Serapung Kuala
3 Kampar
Serapung Kuala19.080
Kamparm 19.080 m Rusak Ringan
Sedimentasi = 1.500 m Sedimentasi = 1.500 m
Tingkat Kerusakan 4 Sigamai Barat Teluk
4 Meranti
Sigamai Barat Teluk194.630
Meranti m Abrasi = 3.000
194.630mm Abrasi = 3.000 Rusak
m Berat
Abrasi = 3.000 m, Abrasi = 3.000 m,
Daerah Muara dan 5 Sikubak Kuala
5 Kampar
Sikubak Kuala92.990
Kamparm 92.990 m
Sedimentasi = 750 m
Rusak Sedang
Sedimentasi = 750 m
Pantai WS Kampar 6 Sungai dua Teluk
6 Meranti
Sungai dua Teluk194.630
Meranti m Abrasi = 2.500
194.630mm Abrasi = 2.500 Rusak
m Sedang
7 Tanjung Kiadan Teluk
7 Meranti
Tanjung Kiadan 9.920 m
Teluk Meranti Abrasi = 4.000
9.920mm Abrasi = 4.000 Rusak
m Berat
yang terdapat di 8 Tanjung Silukup Kuala
8 Kampar
Tanjung Silukup Kuala 9.920
Kamparm Abrasi = 3.500
9.920mm Abrasi = 3.500 Rusak
m Sedang
Kabupaten Pelalawan 9 Tanjung Sum Kuala
9 Kampar
Tanjung Sum Kuala 9.920
Kamparm Abrasi = 2.000
9.920mm Abrasi = 2.000 Rusak
m Berat
10 Teluk Bungaros Kuala
10 Kampar
Teluk Bungaros Kuala 9.920
Kamparm Abrasi = 3.000 mm
9.920 Abrasi = 3.000 Rusak
m Sedang
11 Teluk Dalam Kuala
11 Kampar
Teluk Dalam Kuala 9.920
Kamparm Abrasi = 4.000 mm
9.920 Abrasi = 4.000 Rusak
m Berat
Abrasi = 2.000 m’, Abrasi = 2.000 m’,
12 Tugau Kuala
12 Kampar
Tugau Kuala 9.920
Kamparm 9.920 m Rusak Ringan
Sedimentasi = 1.000 m’ Sedimentasi = 1.000 m’
13 Untul Tanjung Labu Teluk
13 Meranti
Untul Tanjung Labu Teluk194.630
Meranti m Abrasi = 3.000 m m
194.630 Abrasi = 3.000 Rusak
m Berat
IDENTIFIKASI KONDISI LINGKUNGAN & PERMASALAHAN
Skenario kondisi ekonomi dalam penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
dengan asumsi pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :
1.100
30
15 14,10 16,16
13,45
10,74
10
5,90
Pembangunan Bendung Afterbay Kotopanjang untuk air baku
5 Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru Selatan dan jaringan
irigasi 7.500 Ha.
-
2011 2016 2021 2026 2031
1.100
30
24,54
25 24,54
23,29
20
17,02 20,15
m3/s
15 13,88 16,34
Pembangunan Bendung Afterbay
Kotopanjang untuk air baku
10,74 14,34 Kabupaten Kampar dan Kota
Pekanbaru Selatan dan jaringan
irigasi 7.500 Ha
10
-
2011 2016 2021 2026 2031
1.100
30
27,40 27,40
26,20
25
22,34
20 19,20
17,20 18,47
Pembangunan Bendung Afterbay
Kotopanjang untuk air baku Kabupaten
m3/s
5,90
-
2011 2016 2021 2026 2031
ASPEK KONSERVASI
Strategi
Pendek Menengah Panjang
SUB ASPEK
Menambah luas Menambah luas Menambah luas
kawasan lindung seluas kawasan lindung kawasan lindung seluas
10% atau seluas 1.302 menjadi seluas 52.800 79.600ha (60%),
ha di DAS Kampar ha (40%), Lokasi di Sehingga target
DAS Kampar, DAS penambahan luas
Teluk, DAS Upih, DAS kawasan lindung
Teluk Berangin, DAS, tercapai 100% (130.200
Solok,DAS Tanjung Sum ha). Lokasi di DAS
dan DAS Teluk Kampar, DAS Teluk,
DAS Upih, DAS Teluk
Berangin, DAS Solok,
DAS Tanjung Sum dan
DAS Teluk
SUB ASPEK
•Studi inventarisasi untuk •Pembangunan waduk •Pembangunan waduk
PLTMH/ PLTA sebagai PLTA Sibayang 112 MW PLTA Singingi 38 MW di
pembangkit energi di sungai Kampar kiri, sungai Kampar kiri,
/tenaga terbarukan Kabupaten Kampar Kabupaten Kampar
Lembaga /
Kementerian PU, PT. PLN, PDAM, Dinas PU Provinsi
Instansi
Riau, Dinas PU Kabupaten Kampar
Terkait
Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan SDA WS Kampar
Belum memadainya sistem prakiraan dan peringatan dini
Hasil Analisa /
banjir, termasuk untuk fenomena BONO di muara sungai
Permasalahan
Kampar Kabupaten Pelalawan
SUB ASPEK
Membangun sistem Mengembangkan sistem Mengembangkan sistem
prakiraan dan peringatan prakiraan dan peringatan prakiraan dan peringatan
dini bencana/ banjir / dini bencana/ banjir / dini bencana/ banjir /
fenomena BONO (20%) fenomena BONO (60%) fenomena BONO,
disempurnakan dengan
hasil monitoring dan
evaluasi serta teknologi
maju buatan dalam
negeri, melalui
kesepakatan pada wadah
koordinasi al. TKPSDA
WS Kampar (100%)
SUB ASPEK
(SISDA)
Menyepakati melakukan Dari hasil monitoring dan Berdasar monitoring dan
penataan ulang evaluasi, menyepakati evaluasi, menyepakati
pengaturan dan melakukan penataan melakukan penataan
pembagian tugas di ulang pengaturan dan ulang pengaturan dan
berbagai instansi pembagian tugas di pembagian tugas di
pengelola data dan berbagai instansi berbagai instansi
informasi SDA., melalui pengelola data dan pengelola data dan
wadah koordinasi al. TKP informasi SDA., melalui informasi SDA., melalui
SDA WS Kampar. Hasil wadah koordinasi al. TKP wadah koordinasi al. TKP
kesepakatan dituangkan SDA WS Kampar. Hasil SDA WS Kampar. Hasil
dalam nota kesepakatan dituangkan kesepakatan dituangkan
kesepahaman/ Kerja dalam nota dalam nota
Sama Operasi (KSO) kesepahaman/ Kerja kesepahaman/ Kerja
(20%) Sama Operasi (KSO) Sama Operasi (KSO)
(60%) (100%)
Kebijakan
Sosialisasi, Monitoring dan Evaluasi
Operasional
PERENCANAAN
dana CSR dilakukan dana CSR dilakukan dana CSR dilakukan
SUB ASPEK
Penyuluhan, seminar, Penyuluhan, seminar, Penyuluhan, seminar,
lokakarya untuk lokakarya untuk lokakarya untuk
meningkatkan peran meningkatkan peran meningkatkan peran
serta masyarakat dan serta masyarakat dan serta masyarakat dan
dunia usaha dalam dunia usaha dalam dunia usaha dalam
penyusunan penyusunan penyusunan
perencanaan kebijakan perencanaan kebijakan perencanaan kebijakan
pengelolaan SDA pengelolaan SDA pengelolaan SDA
(30%) (60%) (100%)
KABUPATEN: KAMPAR & KUANTAN SENGINGI KABUPATEN SIAK & KOTA PEKANBARU KABUPATEN PELALAWAN
1. Menambah luas kawasan hutan lindung seluas 13.500 ha di 1. Menambah luas kawasan hutan lindung seluas 960 ha di Kab. Siak. 1. Menambah luas kawasan hutan lindung seluas 11. 050 Ha.
Kab. Kampar, seluas 3.560 ha di Kabupaten Kuantan 2. Merehabilitasi lahan kritis seluas 529 ha di Kab. Siak. 2. Merehabilitasi lahan kritis seluas 325.200 ha, hutan lindung gambut 14.900 ha
Sengingi 3. Membuat dilineasi kawasan lindung 3. Membuat dilineasi kawasan lindung
2. Membuat delineasi kawasan lindung 4. Pemeliharaan terhadap danau, embung, telaga, bantaran sungai 4. Pemeliharaan terhadap danau, embung, telaga, bantaran sungai
3. Pemberdayaan kelompok masyarakat sekitar hutan dengan 5. Memberikan insentif penegembangan hutan kota di Kota Pekanbaru 5. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat sekitar hutan dengan dana CSR
dana CSR 6. Kalangan pengembang kawasan industri dan pemukiman diwajibkan 6. Memelihara hutan suaka alam 47.100 ha, memelihara hutan alam pulau - pulau
4. Merehabilitasi lahan kritis seluas 633.100 ha Kabupaten membuat IPAL/ IPAL Komunal kecil 10.000 ha.
Kampar dan seluas 227.300 ha di Kabupaten Kuantan 7. Membuat sanitasi umum di kawasan pemukiman sepanjang sungai 7. Memelihara dan merehabilitasi hutan manggrove di muara dan pantai seluas
Sengingi 8. Penegakan hukum pada pembuangan limbah / sesuai baku mutu limbah 38.000 ha.
5. Menetapkan kawasan imbuhan air tanah sebagai kawasan 9. Mengembangkan PAH, sumur resapan dan kolam resapan air 8. Penegakan hukum
lindung / kawasan terbuka hujau, dalam PERDA RTRW 10.Perkuatan kelembagaan kelompok pengguna air di perkotaan 9. Memberikan insentif untuk pengembangan hutan rakyat
Kabupaten. 11.Memeliharan kawasan sempadan sungai dan jaringan drainase 10.Kalangan industri diwajibkan membuat IPAL/ IPAL Komunal
6. Membangun bendungan PLTA Sibayan dan bendungan 11.Memelihara sempadan sungai dan kawasan sempadan pantai
PLTA Singingi di Kabupaten Kampar
7. Mengendalikan alih fungsi lahan dari kawasan lindung
menjadi kawasan budidaya, lahan irigasi menjadi
pemukiman,
8. Menetapkan pembagian zona di waduk Kotopanjang: a.
Zona bahaya 30%, b. Zona Konservasi 40%, dan c. Zona
budidaya 30% dari luas waduk. Budidaya Karamba Jaring
Apung maksimal 3% dari luas zona budidaya.
9. Penerapan hemat air dengan motto 3 R: Reduce, Recycle,
Reuse.
10.Pengendalian penambangan galian C dan PETI
11.Penegakan hukum untuk pembalakan/ illegal logging
12.Kewajiban menanam mulsa diatara pokok tanaman
perkebunan sawit