Anda di halaman 1dari 39

OUTLINE PEMAPARAN

1. DESKRIPSI WILAYAHSUNGAI
2. KEBIJAKAN PENGELOLAANSDA PADA WS KAMPAR
3. ISU-ISU STRATEGIS
4. POTENSI SDA DI WS KAMPAR
5. IDENTIFIKASI KONDISI LINGKUNGAN DAN PERMASALAHAN SDA
6. ANALISA DATA (NERACA AIR)
7. KEBIJAKAN OPERASIONAL
8. PETA TEMATIK
DESKRIPSI WILAYAH SUNGAI Letak Geografis dan Administrasi

Administrasi
No Provinsi / Kabupaten
Luas (Km2) Prosentase

1 PROVINSI RIAU 23405 89,89%


1.1 KAB. INDRAGIRI HILIR 495 1,90%
1.2 KAB. INDRAGIRI HULU 605 2,32%
1.3 KAB. KAMPAR 6911 26,54%
1.4 KAB. KUANTAN SINGINGI 2463 9,46% WS. KAMPAR
1.5 KAB. PELALAWAN 12352 47,44% Luas : 26038 Km2
1.6 KAB. SIAK 530 2,03%
Letak Geografis : 100.138 BT - 103.356 BT
1.7 KOTA PEKANBARU 50 0,19%
2 PROVINSI SUMATERA BARAT 2633 10,11% 0.585 LS - 0.725 LU
2.1 KAB. LIMAPULUHKOTO 1979 7,60% Status : Lintas Provinsi (Riau dan Sumatera Barat)
2.2 KAB. PASAMAN 554 2,13%
Kode WS : 01.27.A2
2.3 KAB. SAWAHLUNTO / SINJUNJUNG 99 0,38%
Total 26038 100,00%
Pembagian Daerah Aliran Sungai

NO DAS LUAS (Km2)


1 Kampar 25.691,881 No Bagian Sungai Induk
2 Teluk 132,381 1 Panjang Sungai 580 Km1
3 Upih 45,737 2 Panjang Sungai yang Dapat dilayari 300 Km1
4 Teluk 24,296 3 Kemiringan Dasar Sungai (i)
5 Solok 48,411 - Up Stream (Hulu) 0,00287
6 Tanjung Sum 74,476 - Middle Stream (Tengah) 0,00025
7 Teluk Dalam 20,815 - Down Stream (Hilir) 0,00005
TOTAL 26.037,997
MAKSUD VISI
Maksud penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air ” Terwujudnya penyelenggaraan
WS Kampar adalah untuk membuat kerangka dasar dalam pengelolaan sumber daya air yang dapat
pengelolaan SDA di WS Kampar, untuk dijadikan acuan
dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan
memberikan manfaat sebesar-besarnya
pelestarian Sumber Daya Air. untuk peningkatan kesejahteraan rakyat
secara berkelanjutan khususnya di
TUJUAN Wilayah Sungai Kampar”
Tujuan penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS MISI
Kampar adalah untuk menjamin terselenggaranya
pengelolaan Sumber Daya Air secara berkelanjutan yang 1. Mengkonservasi SDA secara berkelanjutan;
dapat memberikan manfaat sebesar besarnya bagi 2. Mendayagunakan SDA secara adil serta
masyarakat dan dunia usaha khususnya di WS Kampar. memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas
untuk berbagai kebutuhan masyarakat;
SASARAN 3. Mengendalikan daya rusak air;
Memberikan arahan kebijakan dalam : 4. Memberdayakan dan meningkatkan peran
- Konservasi sumber daya air di WS Kampar; masyarakat dan pemerintah dalam
- Pendayagunaan sumber daya air di WS Kampar pengelolaan SDA;
dengan memperhatikan kebijakan daerah, termasuk 5. Meningkatkan keterbukaan serta
arahan dalam penataan ruang wilayah; ketersediaan data dan informasi dalam
- Pengendalian daya rusak air di WS Kampar; pengelolaan SDA.
- Sistem informasi sumber daya air di WS Kampar;
- Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam
pengelolaan sumber daya air di WS Kampar.
1. Kebijakan Nasional SDA (Perpres No.33 Tahun 2011)
 Kebijakan Peningkatan Konservasi Sumber Daya Air Secara Terus Menerus
 Kebijakan Pendayagunaan Sumber Daya Air Untuk Keadilan Dan Kesejahteraan Masyarakat
 Kebijakan Pengendalian Daya Rusak Air Dan Pengurangan Dampak
 Kebijakan Peningkatan Peran Masyarakat Dan Dunia Usaha Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air
 Kebijakan Pengembangan Jaringan Sistem Informasi Sumber Daya Air (SISDA) dalam Pengelolaan
Sumber Daya Air Nasional Terpadu

2. Kebijakan Daerah terkait SDA (Tingkat Prov./Kab./Kota)


A. Provinsi Sumatera Barat Draft RTRW Provinsi Sumatera Barat 2009-2029
“ Pengembangan prasarana sumber daya air meliputi konservasi sumber daya air, pendayagunaan
sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air“
B. Provinsi Riau (RPJP Prov. Tahun 2005 – 2025) :
• Terciptanya kualitas lingkungan hidup yang baik bagi masyarakat untuk menyelenggarakan
kehidupannya sesuai dengan standar kualitas lingkungan yang berlaku.
• Penurunan kerusakan lingkungan yang mengakibatkan banjir, kebakaran hutan, pencemaran, dan
penurunan kualitas lingkungan lainnya.
• Keterlibatan masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam pengawasan kerusakan dan
penurunan kualitas lingkungan.
• Terlaksananya penegakan hukum di bidang lingkungan hidup.
• Terpeliharanya keanekaragaman hayati dan kawasan lindung.
• Tercapainya kinerja pengelolaan lingkungan yang baik yang diindikasikan oleh pengakuan melalui
penghargaan di bidang lingkungan hidup.
a. Millenium Development Goals (MDG’s)
WS Kampar pada tahun 2000 terdapat 79 % penduduk belum terlayani
dengan air bersih dan sanitasi. Dalam tahun 2010 turun menjadi 57 %
penduduk belum terlayani, sehingga secara rata rata peningkatan
pelayanan air bersih dan sanitasi adalah 2,2 %/ tahun. Target MDG’s pada
tahun 2015 kurang dari 40% penduduk di WS Kampar yang belum terlayani,
Berarti peningkatan pelayanan air bersih dan sanitasi harus ada peningkatan
sebesar 6% pertahun, atau hampir tiga kali lipat dibanding tahun tahun
sebelumnya
b. Ketahanan Pangan
WS Kampar saat ini (tahun 2010) belum swasembada pangan. Kebutuhan
beras 143.106 ton, sementara tingkat produksi rata rata 128.096 ton, atau
tiap tahun harus didatangkan beras sebesar 15.010 ton. Kondisi ini
diperburuk dengan makin maraknya alih fungsi lahan dari lahan sawah
menjadi kebun kelapa sawit
c. Ketersediaan Energi
Untuk menambah energi terbarukan, terdapat potensi untuk membangun
2 buah bendungan PLTA di Sibayang sebesar 121 mW dan di Singingi sebesar
38 mW di Kabupaten Kampar
d. Perubahan Iklim Global (Global Climate Change)
Pemanasan Global menyebabkan adanya perubahan iklim dengan cuaca
yang sangat ekstrim. Cuaca ekstrim ini dapat menimbulkan berbagai
bencana, dari bencana banjir maupun kekeringan berkepanjangan. Cuaca
ekstrim ini juga memicu adanya emisi gas karbon dan kebakaran hutan.
Bencana yang ditimbulkan adalah kebakaran lahan/ hutan, disebabkan
kelalaian manusia, seperti proses pembersihan lahan perkebunan dengan
cara dibakar. Terjadi beberapa kali kabut asap di Pekanbaru dan sekitarnya.
BMKG Wilayah I Medan mencatat, pada tanggal 15 Agustus 2012, sebanyak
115 dari 125 titik api akibat suhu panas di Sumatera berada di Provinsi Riau
Kualitas air sungai orde satu hanya memenuhi
kualitas kelas III dari tolok ukur PP
No.82/2001, sehingga pemenuhan pelayanan
air baku dan sanitasi penduduk untuk
memenuhi target MDG’s terkendala.

Luas lahan kritis dan sangat kritis Fenomena alam BONO dimana pada saat
adalah 3764 km2 dan 288 km2 tertentu terjadi gelombang pasang
(BPDAS Rokan-Indragiri). Maka Luas kawasan lindung di WS Kampar berurutan mencapai tinggi gelombang > 6
erosi dan sedimentasi merupakan 26,45 % atau kurang dari 30% luas meter, terjadi kawasan muara dan terus
isu serius. Terutama untuk WS, sebagaimana tercantum dalam menghulu Sungai Kampar lebih dari 75 km
penyelamatan fungsi waduk PLTA UU No. 26/2007 tentang Penataan dari muara.. Selain membahayakan
Kotopanjang, serta penyelamatan Ruang. Sementara proses alih fungsi transportasi sungai dan menyebabkan
fungsi Sungai Kampar sebagai lahan terus berlangsung, dimana kerusakan tebing, juga merupakan surga
prasarana transportasi air didaerah kawasan lindung beralih fungsi menjadi bagi para peselancar air kelas dunia.
hilir sungai kawasan budidaya, berpotensi
mendorong laju degradasi lingkungan
• Undang-Undang Dasar 1945, pasal 33 ayat (3); • Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, tentang
• Undang-Undang No. 7 Tahun 2004, tentang SDA; Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
• Undang-Undang No. 25 Tahun 2004, tentang Sistem • Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2003, tentang
Perencanaan Pembangunan Nasional; Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani);
• Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah • Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004, tentang
Daerah; Penatagunaan Tanah;
• Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan • Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004, tentang
Keuangan antara Pusat dan Daerah; Perlindungan Hutan;
• Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi • Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005, tentang
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
• Undang-Undang No. 41 Tahun 1999, tentang Kehutanan; • Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006, tentang Irigasi;
• Undang-Undang No. 34 Tahun 2000, tentang Perubahan • Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007, tentang Tata
Atas Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah;
Daerah dan Retribusi Daerah; • Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007, tentang Tata Hutan
• Undang-Undang No. 18 Tahun 2004, tentang Perkebunan; dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta
• Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, tentang Pemanfaatan Hutan;
Penanggulangan Bencana; • Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008, tentang
• Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007
Ruang; tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
• Undang-Undang No. 27 Tahun 2007, tentang Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan;
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; • Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008, tentang Rencana
• Undang-Undang No. 4 Tahun 2009, tentang Pertambangan Tata Ruang Wilayah Nasional;
Mineral dan Batubara; • Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008, tentang
• Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan Pengelolaan SDA;
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; • Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008, tentang Air Tanah;
• Undang-Undang No. 41 Tahun 2009, tentang Perlindungan • Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2010, tentang Tata Cara
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan;
• Undang-Undang No. 45 Tahun 2009, tentang Perikanan; • Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010, tentang
• Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, tentang Penggunaan Kawasan Hutan;
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; • Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010, tentang
• Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991, tentang Rawa; Penyelenggaraan Penataan Ruang;
• Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010, tentang Bendungan; • Peraturan Menteri PU No. 06/PRT/M/2011, tentang
• Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011, tentang Sungai; Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air.
• Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2011, tentang Kebijakan • Peraturan Daerah Provinsi Riau Tahun 2011, tentang
Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air; Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Riau
• Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011, tentang Rencana Aksi Tahun 2005 - 2025;
Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca; • Peraturan Daerah Provinsi Riau Tahun 2011, tentang
• Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990, tentang Pengelolaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi
Kawasan Lindung; Riau Tahun 2009 - 2013;
• Keputusan Presiden No. 26 Tahun 2011, tentang Penetapan • Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 6 Tahun 2006,
Cekungan Air Tanah; tentang Pengelolaan Air Tanah dan Air Permukaan;
• Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2012, tentang Penetapan • Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 7 Tahun 2000,
Wilayah Sungai; tentang Retribusi Izin Pengendalian Pembuangan
• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003, tentang Limbah Cair;
Baku Mutu Air Limbah Domestik; • Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7
• Peraturan Menteri PU No. 11A/PRT/M/2006, tentang Kriteria dan Tahun 2008, tentang Rencana Pembangunan Jangka
Penetapan Wilayah Sungai; Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sumatera Barat
• Peraturan Menteri Negara LH No. 01 Tahun 2010, tentang Tata Tahun 2005 - 2025;
Laksana Pengendalian Pencemaran Air; • Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 5
• Peraturan Menteri Negara LH No. 03 Tahun 2010, tentang Baku Tahun 2011, tentang Rencana Rencana Pembangunan
Mutu Air Limbah bagi Kawasan Industri; Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Sumatera
• Peraturan Menteri PU No. 22/PRT/M/2009, tentang Pedoman Barat Tahun 2010 - 2015;
Teknis dan Tatacara Penyusunan Pola Pengelolaan SDA; • Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 28 Tahun
• Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010, tentang Standar 2009, tentang Penetapan Klasifikasi Mutu Air Sungai
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; Batang Ombilin dan Batang Anai.
Potensi air permukaan di WS Kampar pada tahun 2011 adalah sebesar 35.128,37 Juta m3 / tahun (Q80%). Sebagian besar
potensi air yang ada tersebut masih belum termanfaatkan.
Potensi air tanah dangkal sebesar 6.576 juta m3/tahun dan air tanah dalam sebesar 359 Juta m3/tahun.
IDENTIFIKASI KONDISI LINGKUNGAN & PERMASALAHAN

ASPEK KONSERVASI SDA


a. Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI)
Meluasnya
Usaha Keramba
penambangan golongan CJaring
makin meluas dan penambangan
PETI
Apung (KJA) di Waduk PLTASingingi Kabupaten Kampar
di Sungai Kampar Kiri Kecamatan
Kotopanjang
b. Menurunnya makin
Fungsi mendekati
Waduk PLTA Kotopanjang
arah pintu
Meluasnya air turbin.
Keramba Jaring Daerah
Apung (KJA) di Waduk PLTA
Tangkapanmakin
Kotopanjang Air mendekati
(DTA) / arahCA pintu air turbin. Daerah
Tangkapan Air (DTA) / CA Waduk Kotopanjang dalam kondisi kritis
Waduk Kotopanjang dalam
sehingga mengancam kelestarian fungsi Waduk PLTA Kotopanjang
kondisi kritis sehingga
c. Menurunnya Kawasan Lindung
mengancam kelestarian fungsi
Terjadinya alih fungsi lahan dari kawasan lindung menjadi kawasan
Waduk PLTA Kotopanjang
budidaya. Lahan irigasi / rawa menjadi kebun kelapa sawit,
kawasan industri dan pemukiman yang mengakibatkan
penyusutan kawasan lindung sehingga makin jauh dari ketetapan
UU no. 26/2007 yang menetapkan luas kawasan lindung minimal
30% dari luas masing-masing DAS
Usaha Hutan
d. Kebakaran penambangan
golongan C makin meluas
Musim kemarau yang cukup panjang menimbulkan beberapa
dan penambangan
permasalahan. PermasalahanPETI
yang di
ditimbulkan adalah kebakaran
Sungai
lahan/ Kampar kelalaian
hutan, disebabkan Kiri manusia, seperti proses
Kecamatan
pembersihan Singingi
lahan perkebunan dengan cara dibakar. Terjadi
beberapa kali kabut asap di Pekanbaru dan sekitarnya,
Kabupaten Kampar
mengganggu kelancaran transportasi udara, transportasi sungai,
dan gangguan kesehatan mata dan pernapasan pada masyarakat.
BMKG Wilayah I Medan mencatat, pada tanggal 15 Agustus 2012,
sebanyak 115 dari 125 titik api akibat suhu panas di Sumatera
berada di Provinsi Riau
IDENTIFIKASI KONDISI LINGKUNGAN & PERMASALAHAN
ASPEK KONSERVASI SDA LAHAN KRITIS DALAM WS KAMPAR

Administrasi Kondisi Lahan Kritis ( Km2)


No Provinsi / Kabupaten Tidak Potensial Agak Sangat
Luas (Km2) Prosentase Kritis
Kritis Kritis Kritis Kritis
1 PROVINSI RIAU 23405 89.89% 1030 4400 14806 2905 264
1.1 KAB. INDRAGIRI HILIR 495 1.90% 0 3 492 0 0
1.2 KAB. INDRAGIRI HULU 605 2.32% 0 282 312 11 0 80%
58.32%
1.3 KAB. KAMPAR 6911 26.54% 580 2212 2736 1295 88 60%
1.4 KAB. KUANTAN SINGINGI 2463 9.46% 189 737 979 543 14
1.5 KAB. PELALAWAN 12352 47.44% 262 1092 9821 1017 161 40%
22.11%
14.46%
1.6 KAB. SIAK 530 2.03% 0 72 417 40 0 20% 4.00% 1.11%
1.7 KOTA PEKANBARU 50 0.19% 0 0 50 0 0
0%
2 PROVINSI SUMATERA BARAT 2633 10.11% 12 1358 379 859 25
Tidak Potensial Agak Kritis Sangat
2.1 KAB. LIMAPULUHKOTO 1979 7.60% 12 888 337 717 25 Kritis Kritis Kritis Kritis
2.2 KAB. PASAMAN 554 2.13% 0 374 38 142 0
2.3 KAB. SAWAHLUNTO / SINJUNJUNG 99 0.38% 0 96 3 0 0
Total 26038 100.00% 1042 5758 15185 3764 288
IDENTIFIKASI KONDISI LINGKUNGAN & PERMASALAHAN

ASPEK KONSERVASI SDA EROSI DALAM WS KAMPAR

Erosi Aktual
No Nama DAS TBE
(ton/ha/thn)
1 DAS KAMPAR 183.41 Berat
2 DAS TELUK 32.10 Ringan
3 DAS UPIH 66.87 Sedang
4 DAS TELUK BERINGIN 35.66 Ringan
5 DAS SOLOK 66.87 Sedang
6 DAS TANJUNG SUM 48.15 Ringan
7 DAS TELUK DALAM 40.12 Ringan
IDENTIFIKASI KONDISI LINGKUNGAN & PERMASALAHAN
ASPEK KONSERVASI SDA KUALITAS AIR
IDENTIFIKASI KONDISI LINGKUNGAN & PERMASALAHAN

ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR

a. Kebutuhan Air Bersih


Jumlah penduduk semakin lama semakin
meningkat namun hal ini tidak dibarengi dengan
peningkatan jumlah air baku yang layak konsumsi.
Selain itu, kondisi air yang dapat dimanfaatkan
semakin jarang karena berkurangnya daerah
resapan juga kualitas air yang semakin buruk
akibat pencemaran limbah industri dan rumah
tangga.
Dengan semakin menurunnya kualitas air di
Sungai Siak mengharuskan pemerintah mencari
alternatif sumber air baku pengganti.
Kondisi kualitas air sungai kampar yang lebih baik
daripada sungai siak dapat dijadikan alternatif
pilihan sebagai air baku untuk Kota Pekanbaru

b. Menurunnya Fungsi Layanan Irigasi


OP prasarana SDA (Irigasi, sungai, bendung, rawa)
belum memadai sehingga ikut memicu alih fungsi
lahan persawahan ke perkebunan.
IDENTIFIKASI KONDISI LINGKUNGAN & PERMASALAHAN

ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR

a.Penertiban Daerah Sempadan Sungai


Banyak penduduk yang masih bermukim
didaerah sepanjang sungai sehingga
memperkecil kapasitas pengaliran debit banjir
b.Banjir
Meski secara keseluruhan daerah rawan banjir
sudah mulai berkurang dengan dibangunnya
Waduk PLTA Kotopanjang, namun daerah hilir
(Kabupaten Pelalawan) sungai masih sering
terjadi banjir di musim hujan dan setelah
terjadinya gelombang BONO yang datang dari
laut.
c.Erosi dan Sedimentasi
Tingginya erosi dan sedimentasi di sungai
menyebabkan terjadinya beting-beting sungai
mengganggu kelancaran transportasi air serta
meluasnya daerah genangan banjir.
Sedimentasi didaerah Waduk Kotopanjang juga
membuat menurunnya fungsi waduk sebagai
pengendali banjir.
IDENTIFIKASI KONDISI LINGKUNGAN & PERMASALAHAN

ASPEK DAYA RUSAK AIR

Klasifikasi
No Lokasi No Kecamatan
Lokasi PanjangKecamatan
Garis Pantai Panjang
Panjang Pantai
Garis Yang RusakPanjang Pantai Yang Rusak
Pantai
Kerusakan
1 Batangmal Kuala
1 Kampar
Batangmal Kuala92.990
Kamparm Abrasi = 3.000
92.990mm Abrasi = 3.000 Rusak
m Sedang
2 Mendol Kuala
2 Kampar
Mendol Kuala92.990
Kamparm Abrasi = 2.500
92.990mm Abrasi = 2.500 Rusak
m Berat
Abrasi = 2.000 m, Abrasi = 2.000 m,
3 Serapung Kuala
3 Kampar
Serapung Kuala19.080
Kamparm 19.080 m Rusak Ringan
Sedimentasi = 1.500 m Sedimentasi = 1.500 m
Tingkat Kerusakan 4 Sigamai Barat Teluk
4 Meranti
Sigamai Barat Teluk194.630
Meranti m Abrasi = 3.000
194.630mm Abrasi = 3.000 Rusak
m Berat
Abrasi = 3.000 m, Abrasi = 3.000 m,
Daerah Muara dan 5 Sikubak Kuala
5 Kampar
Sikubak Kuala92.990
Kamparm 92.990 m
Sedimentasi = 750 m
Rusak Sedang
Sedimentasi = 750 m
Pantai WS Kampar 6 Sungai dua Teluk
6 Meranti
Sungai dua Teluk194.630
Meranti m Abrasi = 2.500
194.630mm Abrasi = 2.500 Rusak
m Sedang
7 Tanjung Kiadan Teluk
7 Meranti
Tanjung Kiadan 9.920 m
Teluk Meranti Abrasi = 4.000
9.920mm Abrasi = 4.000 Rusak
m Berat
yang terdapat di 8 Tanjung Silukup Kuala
8 Kampar
Tanjung Silukup Kuala 9.920
Kamparm Abrasi = 3.500
9.920mm Abrasi = 3.500 Rusak
m Sedang
Kabupaten Pelalawan 9 Tanjung Sum Kuala
9 Kampar
Tanjung Sum Kuala 9.920
Kamparm Abrasi = 2.000
9.920mm Abrasi = 2.000 Rusak
m Berat
10 Teluk Bungaros Kuala
10 Kampar
Teluk Bungaros Kuala 9.920
Kamparm Abrasi = 3.000 mm
9.920 Abrasi = 3.000 Rusak
m Sedang
11 Teluk Dalam Kuala
11 Kampar
Teluk Dalam Kuala 9.920
Kamparm Abrasi = 4.000 mm
9.920 Abrasi = 4.000 Rusak
m Berat
Abrasi = 2.000 m’, Abrasi = 2.000 m’,
12 Tugau Kuala
12 Kampar
Tugau Kuala 9.920
Kamparm 9.920 m Rusak Ringan
Sedimentasi = 1.000 m’ Sedimentasi = 1.000 m’
13 Untul Tanjung Labu Teluk
13 Meranti
Untul Tanjung Labu Teluk194.630
Meranti m Abrasi = 3.000 m m
194.630 Abrasi = 3.000 Rusak
m Berat
IDENTIFIKASI KONDISI LINGKUNGAN & PERMASALAHAN

1. Belum terbentuknya TKPSDA WS 1. Informasi sumber daya air belum


ASPEK PERAN Kampar ASPEK SISTEM berkesinambungan, penyebabnya adalah
SERTA 2. Masyarakat belum terlibat secara INFORMASI data & sistem informasi SDA masih
MASYARAKAT & aktif dalam perencanaan terbatas.
DUNIA USAHA pengelolaan sumber daya air di WS 2. Belum adanya sistem peringatan dini
Kampar bagi masyarakat daerah hilir pada saat
3. Meningkatkan kemampuan datangnya BONO .
kelembagaan dalam berperan serta 3. Akurasi dan kelengkapan data serta
dalam pelaksanaan O&P Partisipatif penyebarluasan informasi SDA belum
pada Pengelolaan SDA WS Kampar memadai di Kabupaten/Kota dalam WS
Kampaw.
IDENTIFIKASI TERHADAP POTENSI YANG BISA DIKEMBANGKAN
ASPEK KONSERVASI SDA

 Telah ada Waduk Kotopanjang di Kabupaten


Kampar, dengan volume 1.545 juta m3, yang
digunakan untuk PLTA sebesar 114 MW. Potensi
ini perlu dilestarikan fungsi dan peranannya
dengan menjaga tampungan waduknya serta
kelestarian kawasan DTA-nya. Menurunnya debit
dan kualitas air yang masuk ke Waduk
mengindikasikan perlu adanya upaya baik
dengan reboisasi kawasan DTA dan mengatur
daerah keramba ikan yang di ijinkan didaerah
genangan waduk
 Pembangunan Bendung Afterbay Kotopanjang
yang direncanakan untuk Daerah Irigasi seluas
7500 Ha dan penyediaan air baku 9,01 m3/detik
untuk Kampar dan Pekanbaru
 Pengolahan limbah perkebunan dan pabrik
kelapa sawit menjadi pakan ternak melalui
proses fermentasi dapat mengurangi beban
pencemaran di Sungai Kampar.
 Fenomena alam BONO di Sungai Kampar bisa
dikembangkan untuk mendukung pariwisata
internasional.
IDENTIFIKASI TERHADAP POTENSI YANG BISA DIKEMBANGKAN
ASPEK PENDAYAGUNAAN SDA Kondisi kualitas air di Sungai Kampar yang lebih baik
daripada kualitas air di Sungai Siak berpotensi untuk
dikembangkan oleh PDAM sebagai air baku khususnya
daerah Kota Pekanbaru bagian selatan.

Potensi membangun Bendung


Afterbay Kotopanjang desa Kuak Tersedia potensi air tanah relatif besar
Kabupaten Kampar dihilir waduk pada CAT Pekanbaru – Jambi sebesar
Kotopanjang, guna pelayanan 21.000 m3/tahun untuk Kota Pekanbaru
irigasi (7.500 ha) dan penambahan
penyediaan air baku sebesar 9,01 Fenomena Bono di Kab. Pelalawan berpotensi
m/detik. Bendung afterbay menjadi tujuan sekaligus sebagai ikon wisata
Kotopanjang telah direview pada kelas dunia
tahun 2010.

Potensi menambah volume tampungan waduk di Sungai Kampar


Kiri, dengan membangun waduk Sibayang (PLTA 121 mW), dan
Waduk Singingi (PLTA 38 MW), di Kabupaten Kampar.
Penambahan volume tampungan berguna dalam upaya
pengawetan air.
IDENTIFIKASI TERHADAP POTENSI YANG BISA DIKEMBANGKAN
ASPEK PENDAYAGUNAAN SDA

Pengembangan potensi Daerah Irigasi dapat dilakukan


dengan mengembangkan areal potensial seluas 9213 Ha
menjadi areal fungsional, sehingga meningkat dari yang
semula 6376 Ha menjadi 15589 Ha
Direncanakan DI /Simandolak Pangean (Simpang) akan di-
interkoneksi sehingga total luas DI lebih besar dari 3000 Ha
yang menjadi kewenangan pusat di Kab. Kuantan Singingi
IDENTIFIKASI TERHADAP POTENSI YANG BISA DIKEMBANGKAN
ASPEK PENDAYAGUNAAN SDA

Pengembangan potensi Daerah Rawa dapat dilakukan


dengan mengembangkan areal potensial seluas 28700
Ha irigasi Daerah Rawa menjadi areal fungsional dari
semula 12957 Ha menjadi 41657 Ha
Neraca Air di WS Kampar
SKENARIO PENGELOLAAN SDA WS KAMPAR

Skenario kondisi ekonomi dalam penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
dengan asumsi pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :

• Skenario ekonomi tinggi, jika laju pertumbuhan ekonomi > 6,5% *)


(dimungkinkan melaksanakan seluruh strategi untuk konservasi, pendayagunaan dan
pengendalian daya rusak)

• Skenario ekonomi sedang, jika laju pertumbuhan ekonomi 4,5% - 6,5% *)


(strategi yang dilaksanakan masih terbatas)

• Skenario ekonomi rendah, jika laju pertumbuhan ekonomi < 4,5% *)


(strategi yang dilaksanakan hanya berdasarkan skala prioritas untuk hal yang mendesak)
*) Sumber : BPS Pusat
SKENARIO EKONOMI RENDAH

1.150 Potensi air = 1,113 m3/s

1.125 1.113 1.113 1.113 1.113 1.113

1.100

30

O & P serta Rehab Irigasi


dan Air Baku
25
O & P serta Rehab Waduk
PLTA Kotopanjang
20,32 21,58
20
18,87 20,32
17,44
m3/s

15 14,10 16,16

13,45

10,74
10

5,90
Pembangunan Bendung Afterbay Kotopanjang untuk air baku
5 Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru Selatan dan jaringan
irigasi 7.500 Ha.

-
2011 2016 2021 2026 2031

Kebutuhan air ekonomi rendah Penyediaan Air


SKENARIO EKONOMI SEDANG

1.150 Potensi air = 1,113 m3/s

1.125 1.113 1.113 1.113 1.113 1.113

1.100

30

24,54
25 24,54

23,29

20
17,02 20,15
m3/s

15 13,88 16,34
Pembangunan Bendung Afterbay
Kotopanjang untuk air baku
10,74 14,34 Kabupaten Kampar dan Kota
Pekanbaru Selatan dan jaringan
irigasi 7.500 Ha
10

O & P serta Rehab Irigasi dan Air


5,90 Baku

Membuat Waduk di Sungai Sibayang PLTA 121 mW.

-
2011 2016 2021 2026 2031

Kebutuhan air ekonomi sedang Penyediaan Air


SKENARIO EKONOMI TINGGI

1.150 Potensi air = 1,113 m3/s

1.125 1.113 1.113 1.113 1.113 1.113

1.100

30

27,40 27,40

26,20
25

22,34

20 19,20

17,20 18,47
Pembangunan Bendung Afterbay
Kotopanjang untuk air baku Kabupaten
m3/s

15 Kampar dan Kota Pekanbaru Selatan dan


14,61 jaringan irigasi 7.500 Ha

10 10,74 O & P serta Rehab


Irigasi dan Air Baku

5,90

Membuat Waduk di Sungai Sibayang Serbaguna (PLTA 121 mW)


Membangun Waduk Singingi untuk PLTA 38 mW

-
2011 2016 2021 2026 2031

Penyediaan Air Kebutuhan air ekonomi tinggi


Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan SDA WS Kampar
Hasil Analisa / Luas kawasan lindung di WS Kampar 25,42 % dari luas

PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR


Permasalahan WS, dan masih terjadi proses penyusutan luas kawasan
lindung

Menambah luas kawasan lindung sebesar 5% = 130.200


Sasaran ha, sehingga target kawasan lindung mencapai luas
>30% luas WS, sesuai UU No. 6 /2007.

Jangka Jangka Jangka

ASPEK KONSERVASI
Strategi
Pendek Menengah Panjang

SUB ASPEK
Menambah luas Menambah luas Menambah luas
kawasan lindung seluas kawasan lindung kawasan lindung seluas
10% atau seluas 1.302 menjadi seluas 52.800 79.600ha (60%),
ha di DAS Kampar ha (40%), Lokasi di Sehingga target
DAS Kampar, DAS penambahan luas
Teluk, DAS Upih, DAS kawasan lindung
Teluk Berangin, DAS, tercapai 100% (130.200
Solok,DAS Tanjung Sum ha). Lokasi di DAS
dan DAS Teluk Kampar, DAS Teluk,
DAS Upih, DAS Teluk
Berangin, DAS Solok,
DAS Tanjung Sum dan
DAS Teluk

Kebijakan Menetapkan deliniasi kawasan lindung hutan mencapai


Operasional luas minimal 30% luas WS Kampar

Lembaga / BPDAS Indragiri – Rokan, BAPPEDA Provinsi Riau, Dinas


Instansi Kehutanan Provinsi Riau dan Pemda masing-masing
Terkait daerah yang masuk WS Kampar
Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan SDA WS Kampar

Hasil Analisa / Sedimentasi dan beting sungai menggaggu kelancaran


Permasalahan transportasi air dan kekurangan sumber energi

PENINGKATAN UPAYA PENGEMBANGAN SDA


Pengembangan sungai sebagai media transportasi air

ASPEK PENDAYAGUNAAN SDA


Sasaran yang aman, dan pengembangan PLTA dan PLTMH
sebagai energi terbarui

Jangka Jangka Jangka


Strategi
Pendek Menengah Panjang

SUB ASPEK
•Studi inventarisasi untuk •Pembangunan waduk •Pembangunan waduk
PLTMH/ PLTA sebagai PLTA Sibayang 112 MW PLTA Singingi 38 MW di
pembangkit energi di sungai Kampar kiri, sungai Kampar kiri,
/tenaga terbarukan Kabupaten Kampar Kabupaten Kampar

•Pengerukan 30 % •Pengerukan 60 % •Pengerukan 100 %


sedimentasi dan beting sedimentasi dan beting sedimentasi dan beting
beting sungai agar tidak beting sungai agar tidak beting sungai agar tidak
mengganggu navigasi di mengganggu navigasi di mengganggu navigasi di
Kab. Pelalawan Kab. Pelalawan Kab. Pelalawan

Kebijakan Membangun Waduk serbaguna Sibayang dan Waduk


Operasional PLTA Singingi

Lembaga /
Kementerian PU, PT. PLN, PDAM, Dinas PU Provinsi
Instansi
Riau, Dinas PU Kabupaten Kampar
Terkait
Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan SDA WS Kampar
Belum memadainya sistem prakiraan dan peringatan dini
Hasil Analisa /
banjir, termasuk untuk fenomena BONO di muara sungai
Permasalahan
Kampar Kabupaten Pelalawan

ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR


PENINGKATAN UPAYA PENANGGULANGAN
Mengembangkan sistem prakiraan dan peringatan dini
Sasaran
banjir, dan fenomena BONO di WS Kampar

Jangka Jangka Jangka


Strategi
Pendek Menengah Panjang

SUB ASPEK
Membangun sistem Mengembangkan sistem Mengembangkan sistem
prakiraan dan peringatan prakiraan dan peringatan prakiraan dan peringatan
dini bencana/ banjir / dini bencana/ banjir / dini bencana/ banjir /
fenomena BONO (20%) fenomena BONO (60%) fenomena BONO,
disempurnakan dengan
hasil monitoring dan
evaluasi serta teknologi
maju buatan dalam
negeri, melalui
kesepakatan pada wadah
koordinasi al. TKPSDA
WS Kampar (100%)

Kebijakan Menetapkan sistem peringatan dini banjir berbasis


Operasional masyarakat

Lembaga / Kementerian PU, Dinas PU Provinsi Riau, Dinas PU


Instansi Kabupaten Pelalawan
Terkait
Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan SDA WS Kampar

Hasil Analisa / Perlu penataan ulang pembagian tugas antar instansi

ASPEK PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI SDA


pengelola SISDA

PENINGKATAN KELEMBAGAAN DAN SDM PENGELOLA SISDA


Permasalahan

Menata ulang pengaturan dan pembagian tugas


Sasaran diberbagai instansi dan lembaga pengelola data dan
informasi SDA

Jangka Jangka Jangka


Strategi Pendek Menengah Panjang

SUB ASPEK

(SISDA)
Menyepakati melakukan Dari hasil monitoring dan Berdasar monitoring dan
penataan ulang evaluasi, menyepakati evaluasi, menyepakati
pengaturan dan melakukan penataan melakukan penataan
pembagian tugas di ulang pengaturan dan ulang pengaturan dan
berbagai instansi pembagian tugas di pembagian tugas di
pengelola data dan berbagai instansi berbagai instansi
informasi SDA., melalui pengelola data dan pengelola data dan
wadah koordinasi al. TKP informasi SDA., melalui informasi SDA., melalui
SDA WS Kampar. Hasil wadah koordinasi al. TKP wadah koordinasi al. TKP
kesepakatan dituangkan SDA WS Kampar. Hasil SDA WS Kampar. Hasil
dalam nota kesepakatan dituangkan kesepakatan dituangkan
kesepahaman/ Kerja dalam nota dalam nota
Sama Operasi (KSO) kesepahaman/ Kerja kesepahaman/ Kerja
(20%) Sama Operasi (KSO) Sama Operasi (KSO)
(60%) (100%)
Kebijakan
Sosialisasi, Monitoring dan Evaluasi
Operasional

Lembaga / Kementerian PU, BAPPEDA Provinsi Riau & Provinsi


Instansi SUMBAR, Dinas PU Provinsi Riau & Provinsi SUMBAR,
Terkait Disperindag, Dinas PU Kabupaten
Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan SDA WS Kampar
Hasil Analisa / Perlu peningkatan keterlibatan masyarakat dalam

PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT DAN DUNIA USAHA DALAM

ASPEK ASPEK PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT


perencanaan pengelolaan SDA

DAN DUNIA USAHA DALAM PENGELOLAAN SDA


Permasalahan

Terwujudnya keterlibatan masyarakat dan dunia


Sasaran usaha dalam penyusunan perencanaan kebijakan
pengelolaan SDA

Jangka Jangka Jangka


Pendek Menegah Panjang
Strategi
Dengan dukungan Dengan dukungan Dengan dukungan

PERENCANAAN
dana CSR dilakukan dana CSR dilakukan dana CSR dilakukan

SUB ASPEK
Penyuluhan, seminar, Penyuluhan, seminar, Penyuluhan, seminar,
lokakarya untuk lokakarya untuk lokakarya untuk
meningkatkan peran meningkatkan peran meningkatkan peran
serta masyarakat dan serta masyarakat dan serta masyarakat dan
dunia usaha dalam dunia usaha dalam dunia usaha dalam
penyusunan penyusunan penyusunan
perencanaan kebijakan perencanaan kebijakan perencanaan kebijakan
pengelolaan SDA pengelolaan SDA pengelolaan SDA
(30%) (60%) (100%)

Kebijakan Keterlibatan dalam perencanaan Pengelolaan melalui


Operasional wadah kordinasi

Lembaga / Kementerian PU, BAPPEDA Provinsi Riau & Provinsi


Instansi SUMBAR, Dinas PU Provinsi Riau & Provinsi
Terkait SUMBAR, Disperindag, Dinas PU Kabupaten
PETA TEMATIK ASPEK KONSERVASI SDA

SKENARIO PERTUMBUHAN EKONOMI TINGGI

KABUPATEN: KAMPAR & KUANTAN SENGINGI KABUPATEN SIAK & KOTA PEKANBARU KABUPATEN PELALAWAN
1. Menambah luas kawasan hutan lindung seluas 13.500 ha di 1. Menambah luas kawasan hutan lindung seluas 960 ha di Kab. Siak. 1. Menambah luas kawasan hutan lindung seluas 11. 050 Ha.
Kab. Kampar, seluas 3.560 ha di Kabupaten Kuantan 2. Merehabilitasi lahan kritis seluas 529 ha di Kab. Siak. 2. Merehabilitasi lahan kritis seluas 325.200 ha, hutan lindung gambut 14.900 ha
Sengingi 3. Membuat dilineasi kawasan lindung 3. Membuat dilineasi kawasan lindung
2. Membuat delineasi kawasan lindung 4. Pemeliharaan terhadap danau, embung, telaga, bantaran sungai 4. Pemeliharaan terhadap danau, embung, telaga, bantaran sungai
3. Pemberdayaan kelompok masyarakat sekitar hutan dengan 5. Memberikan insentif penegembangan hutan kota di Kota Pekanbaru 5. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat sekitar hutan dengan dana CSR
dana CSR 6. Kalangan pengembang kawasan industri dan pemukiman diwajibkan 6. Memelihara hutan suaka alam 47.100 ha, memelihara hutan alam pulau - pulau
4. Merehabilitasi lahan kritis seluas 633.100 ha Kabupaten membuat IPAL/ IPAL Komunal kecil 10.000 ha.
Kampar dan seluas 227.300 ha di Kabupaten Kuantan 7. Membuat sanitasi umum di kawasan pemukiman sepanjang sungai 7. Memelihara dan merehabilitasi hutan manggrove di muara dan pantai seluas
Sengingi 8. Penegakan hukum pada pembuangan limbah / sesuai baku mutu limbah 38.000 ha.
5. Menetapkan kawasan imbuhan air tanah sebagai kawasan 9. Mengembangkan PAH, sumur resapan dan kolam resapan air 8. Penegakan hukum
lindung / kawasan terbuka hujau, dalam PERDA RTRW 10.Perkuatan kelembagaan kelompok pengguna air di perkotaan 9. Memberikan insentif untuk pengembangan hutan rakyat
Kabupaten. 11.Memeliharan kawasan sempadan sungai dan jaringan drainase 10.Kalangan industri diwajibkan membuat IPAL/ IPAL Komunal
6. Membangun bendungan PLTA Sibayan dan bendungan 11.Memelihara sempadan sungai dan kawasan sempadan pantai
PLTA Singingi di Kabupaten Kampar
7. Mengendalikan alih fungsi lahan dari kawasan lindung
menjadi kawasan budidaya, lahan irigasi menjadi
pemukiman,
8. Menetapkan pembagian zona di waduk Kotopanjang: a.
Zona bahaya 30%, b. Zona Konservasi 40%, dan c. Zona
budidaya 30% dari luas waduk. Budidaya Karamba Jaring
Apung maksimal 3% dari luas zona budidaya.
9. Penerapan hemat air dengan motto 3 R: Reduce, Recycle,
Reuse.
10.Pengendalian penambangan galian C dan PETI
11.Penegakan hukum untuk pembalakan/ illegal logging
12.Kewajiban menanam mulsa diatara pokok tanaman
perkebunan sawit

KABUPATEN: LIMAPULUH KOTO, PASAMAN & SAWAHLUNTO


1. Menambah kawasan lindung/ hutan seluas 5300 ha di Limapuluh Koto, seluas
2005 ha di Kab. Pasaman, dan seluas 450 ha di Kab. Sawahlunto
KABUPATEN: INDRAGIRI HILIR & INDRAGIRI HULU
2. Membuat dilineasi kawasan lindung
1. Menambah kawasan lindung/ hutan seluas 3.650 ha di Kab. Indragiri hilir, seluas 1.760 ha di Kab. Indragiri Hulu
3. Pemeliharaan terhadap danau, embung, telaga
2. Membuat dilineasi kawasan lindung
4. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat sekitar hutan dengan dana CSR
3. Pemeliharaan terhadap danau, embung, telaga, bantaran sungai
5. Merehabilitasi lahan kritis seluas 196.300 ha di Kabupaten Limapuluh Koto,
4. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat sekitar hutan dengan dana CSR
seluas 55.400 ha di Kab. Pasaman, dan seluas 9.600 ha di Kab. Sawahlunto
5. Merehabilitasi lahan kritis seluas 49.200 ha di Kabupaten Indragiri Hilir, seluas 60.500 ha di Kabupaten Indragiri Hulu
6. Mengendalikan budidaya pertanian kawasan hulu sesuai kemiringan lahan dan
6. Mengendalikan budidaya pertanian kawasan hulu sesuai kemiringan lahan dan kaidah konservasi tanah dan air
kaidah konservasi tanah dan air
7. Penerapan hemat air 3 R, Reduce, Recycle, Reuse,
7. Penerapan hemat air 3 R, Reduce, Recycle, Reuse,
8. Menetapkan kawasan imbuhan air tanah sebagai kawasan lindung / kawasan terbuka hijau, dalam PERDA Kabupaten.
8. Menetapkan kawasan imbuhan air tanah sebagai kawasan lindung / kawasan
9. Para pengembang wajib membangun IPAL/ IPAL Komunal
terbuka hijau, dalam PERDA Kabupaten.
10.Penegakan hukum
9. Kalangan industriawan/ pengembang wajib membuat IPAL / IPAL komunal
11.Membuat PAH, sumur resapan, kolam resapan
10.Memberikan insentif pengembangan hutan tanaman rakyat
12.Memberikan insentif untuk pengembangan hutan rakyat
11.Penegakan hukum untuk pembalakan hutan/ ilegal logging
13.Kewajiban menanam mulsa diantara pokok tanaman perkebunan sawit
PETA TEMATIK ASPEK PENDAYAGUNAAN SDA

SKENARIO PERTUMBUHAN EKONOMI TINGGI

KABUPATEN: KAMPAR & KUANTAN SENGINGI


KABUPATEN SIAK & KOTA PEKANBARU KABUPATEN PELALAWAN
1. Operasi dan pemeliharaan sarana prasarana SDA, untuk O&P irigasi /
1. Operasi dan pemeliharaan sarana prasarana SDA, untuk O&P irigasi 6.750 ha dilakukan O&P Partisipatif sesuai Peraturan Menteri PU no. 30/ 2007. 1. Operasi dan pemeliharaan sarana
rawa(14.670 ha) dilakukan O&P Partisipatif sesuai Peraturan Menteri PU
2. Inventarisasi para pengusahaan air, mengatur pengusahaan air berdasar keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial dan kelestarian prasarana SDA, untuk O&P irigasi
no. 30/ 2007.
lingkungan dilakukan O&P Partisipatif sesuai
2. Inventarisasi para pengusahaan air, mengatur pengusahaan air
3. Pengangkatan Pejabat Penyidik PNS, pelatihan, untuk penegakan hukum, sesuai PP. Nomor 58/ 2010. Peraturan Menteri PU no. 30/ 2007.
berdasarkeselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial dan kelestarian
4. Pembuatan kolam treatment plan untuk pemenuhan air baku air minum 2. Inventarisasi para pengusahaan air,
lingkungan
5. Menetapkan alokasi air bagi semua pengguna air per periode pemberian air mengatur pengusahaan air berdasar
3. Pengangkatan Pejabat Penyidik PNS, pelatihan, untuk penegakan hukum,
6. Ditetapkan alokasi ruang untuk kawasan industri, pemukiman, perkebunan, ditetapkan dalam Peraturan Daerah RTRW untuk menghindari alih keselarasan antara kepentingan
sesuai PP. Nomor 58/ 2010.
fungsi lahan ekonomi, sosial dan kelestarian
4. Pembangunan bendung afterbay Kotopanjang di Kabupaten Kampar
7. Ditetapkan zona pemanfaatan sumber air, memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi masyarakat serta pemenuhan pelayanan air baku sesuai lingkungan
5. Menetapkan alokasi air bagi semua pengguna air per periode pemberian
target MDG's 3. Pengangkatan Pejabat Penyidik PNS,
air
8. Perkuatan wadah kordinasi TKP SDA WS Kampar guna pengembangan SDA terpadu, antar sektor dan antar wilayah pelatihan, untuk penegakan hukum,
6. Ditetapkan alokasi ruang untuk kawasan industri, pemukiman,
9. Pembuatan serangkaian sumur observasi untuk air tanah, guna keperluan pendayagunaan air tanah tanpa melampaui batas kelestarian lingkungan sesuai PP. Nomor 58/ 2010.
perkebunan, ditetapkan dalam Peraturan Daerah RTRW untuk
10.Pemeliharaan dan pengembangan embung, danau untuk pemenuhan air baku 4. Galian / pengerukan beting beting
menghindari alih fungsi lahan
sungai di ruas muara s. Kampar untuk
7. Ditetapkan zona pemanfaatan sumber air, memenuhi kebutuhan pokok
keperluan navigasi, termasuk
sehari-hari bagi masyarakat serta pemenuhan pelayanan air baku sesuai
pemasangan rambu rambu keselamatan
target MDG's
navigasi
8. Pengaturan galian C dan penegakan hukum untuk PETI di sungai Kampar
5. Rehabilitasi dan pengembangan Daerah
Kiri
Rawa/ irigasi rawa seluas 26.700 ha
9. Perkuatan wadah kordinasi TKP SDA WS Kampar guna pengembangan
6. Pembuatan serangkaian sumur
SDA terpadu, antar sektor dan antar wilayah
observasi untuk air tanah, guna
10.Menetapkan pembagian zona di waduk Kotopanjang: a. Zona bahaya 30%,
keperluan pendayagunaan air tanah
b. Zona Konservasi 40%, dan c. Zona budidaya 30% dari luas waduk.
tanpa melampaui batas kelestarian
Budidaya Karamba Jaring Apung maksimal 3% dari luas zona budidaya.
lingkungan
11.Studi pengembangan PLTMH disungai Kampar Kiri dan sungai Kampar
7. Melarang metoda pembakaran pada
kanan
proses landclearing perkebunan sawit,
atau penerapan metoda zero burning.
8. Penerapan hemat air 3 R (Reduce,
Recycle dan Reuse) serta intensifikasi
KABUPATEN: LIMAPULUH KOTO, PASAMAN & SAWAHLUNTO pada lahan Daerah Rawa seluas 26.700
1. Operasi dan pemeliharaan sarana prasarana SDA, untuk O&P irigasi 3.770 ha ha, dengan bertanam sistem organik
dilakukan O&P Partisipatif sesuai Peraturan Menteri PU no. 30/ 2007. 9. Perkuatan wadah kordinasi TKP SDA WS
2. Inventarisasi para pengusahaan air, mengatur pengusahaan air berdasar Kampar guna pengembangan SDA
keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial dan kelestarian lingkungan terpadu, antar sektor dan antar wilayah
3. Pengangkatan Pejabat Penyidik PNS, pelatihan, untuk penegakan hukum, 10.Pemeliharaan dan pengembangan
sesuai PP. Nomor 58/ 2010. embung, danau untuk pemenuhan air
4. Studi potensi PLTMH pada sungai sungai di kawasan hulu waduk Kotopanjang baku
5. Menetapkan alokasi air bagi semua pengguna air per periode pemberian air
6. Ditetapkan alokasi ruang untuk kawasan industri, pemukiman, perkebunan, KABUPATEN: INDRAGIRI HILIR & INDRAGIRI HULU
ditetapkan dalam Peraturan Daerah RTRW untuk menghindari alih fungsi 1. Operasi dan pemeliharaan sarana prasarana SDA, untuk O&P irigasi 2.350 ha dilakukan O&P Partisipatif sesuai Peraturan Menteri PU no. 30/ 2007.
lahan 2. Inventarisasi para pengusahaan air, mengatur pengusahaan air berdasar keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial dan kelestarian lingkungan
7. Ditetapkan zona pemanfaatan sumber air, memenuhi kebutuhan pokok 3. Pengangkatan Pejabat Penyidik PNS, pelatihan, untuk penegakan hukum, sesuai PP. Nomor 58/ 2010.
sehari-hari bagi masyarakat serta pemenuhan pelayanan air baku sesuai 4. Studi potensi PLTMH pada sungai sungai di kawasan hulu.
target MDG's 5. Menetapkan alokasi air bagi semua pengguna air per periode pemberian air
8. Perkuatan wadah kordinasi TKP SDA WS Kampar guna pengembangan SDA 6. Ditetapkan alokasi ruang untuk kawasan industri, pemukiman, perkebunan, ditetapkan dalam Peraturan Daerah RTRW untuk menghindari alih fungsi
terpadu, antar sektor dan antar wilayah lahan
9. Intensifikasi irigasi untuk mencapai intensitas tanam > 250% pertahun 7. Ditetapkan zona pemanfaatan sumber air, memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi masyarakat serta pemenuhan pelayanan air baku sesuai
10.Intensifikasi perikanan darat/ pembenihan ikan target MDG's
11.Pemeliharaan dan pengembangan embung, danau untuk pemenuhan air baku 8. Perkuatan wadah kordinasi TKP SDA WS Kampar guna pengembangan SDA terpadu, antar sektor dan antar wilayah
9. Intensifikasi irigasi untuk mencapai intensitas tanam > 250% pertahun
10.Pemeliharaan dan pengembangan embung, danau untuk pemenuhan air baku
PETA TEMATIK ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR

SKENARIO PERTUMBUHAN EKONOMI TINGGI

KABUPATEN SIAK & KOTA PEKANBARU KABUPATEN PELALAWAN


KABUPATEN: KAMPAR & KUANTAN SENGINGI
1. Membangun sarana prasarana penanggulangan banjir: Peninggian tanggul banjir, cekdam/ pengendali sedimen di 1. Membangun sarana prasarana penanggulangan:
1. Membangun sarana prasarana penanggulangan banjir:
sungai Babal, tembok perkuatan tebing sungai dan groundsill, pengarah arus, pemeliharaan dan pengembangan a. Tembok laut concrete sheet pile pengamanan
Peninggian tanggul banjir, tembok perkuatan tebing,
sistem drainase / pompa banjir. pusat kota/ ekonomi perdagangan pemukiman
cekdam/ groundsill, pengarah arus, di sungai Kampar kiri,
2. Updating secara berkala peta banjir, genangan banjir dan kawasan rawan banjir padat penduduk, sepanjang 19.000 meter di
sungai Sengingi, dan Kampar Kanan.
3. Penegakan hukum untuk penghentian ilegal loging dan perambahan hutan Bagan Siapi api, Sinaboi, Pangkalan Sesai, Puak,
2. Updating secara berkala peta banjir, genangan banjir dan
4. Penataan hunian dikawasan sempadan dan bantaran sungai Sentulu.
kawasan rawan banjir
5. Melalui wadah kordinasi TKP SDA WS Kampar, menetapkan mekanisme penanggulangan banjir / bencana. serta b. Tembok revetment untuk pengamanan kebun
3. Penegakan hukum untuk penghentian ilegal loging dan
pembentukan lembaga terkait O&P Sungai. kelapa rakyat, sepanjang 11.500 m di Gaung,
perambahan hutan, penertiban galian C dan penghentian
6. Mengembangkan sistem prakiraan dan sistem peringatan dini banjir Medang, dan di Mundam
PETI (Penambangan Emas Tanpa Ijin) di Kampar Kiri
7. Merehabilitasi dan merekonstruksi keruskan sarana prasarana SDA dan memulihkan lingkungan hidup c. Krib sejajar dan atau tegak lurus pantai untuk
4. Penataan hunian dikawasan sempadan dan bantaran
8. Percepatan pemulihan pada kawasan miskin dan padat penduduk kawasan tererosi / tersedimentasi sepanajang
sungai
9. Pemulihan traumatik banjir, dengan melatih relawan relawan muda untuk pemulihan traumatik terutama 6.500 meter di Bagan, Barkey, Sungai Sembilan,
5. Melalui wadah kordinasi TKP SDA WS Kampar,
dikalangan anak anak. Tanjung Palas
menetapkan mekanisme penanggulangan banjir / bencana,
10.Penanggulangan dan pengendalian degradasi morfologi sungai secara struktural maupun non struktural d. Penanggulangan alami berupa penanaman
dan pembentukan lembaga terkait O&P Sungai.
6. Mengembangkan sistem prakiraan dan sistem peringatan manggrove untuk perlindungan muara dan
dini banjir berbasis masyarakat pantai sepanjang 27.000 meter, di Lubuk Gaung
7. Merehabilitasi dan merekonstruksi keruskan sarana (3.000 m), Mundam (4.500 m), Medang Kampai
prasarana SDA dan memulihkan lingkungan hidup (4.000 m), Pangkalan Sesai (2.000 m), Pelintung
8. Percepatan pemulihan pada kawasan miskin dan padat (6.500 m), Puak (1.500 m), Pulau Sinaboi (3.000
penduduk m), Sei Bakau (2.500 m)
9. Pemulihan traumatik banjir, dengan melatih relawan 2. Updating secara berkala peta banjir, genangan
relawan muda untuk pemulihan traumatik terutama banjir dan kawasan rawan banjir
dikalangan anak anak. 3. Penegakan hukum untuk penghentian ilegal loging
10.Penanggulangan dan pengendalian degradasi morfologi dan perambahan hutan
sungai secara struktural maupun non struktural 4. Penataan hunian dikawasan sempadan dan bantaran
sungai
5. Melalui wadah kordinasi TKP SDA WS Kampar,
menetapkan mekanisme penanggulangan banjir /
bencana. serta pembentukan lembaga terkait O&P
Sungai.
KABUPATEN: LIMAPULUH KOTO, PASAMAN & SAWAHLUNTO 6. Mengembangkan sistem prakiraan dan sistem
1. Membangun sarana prasarana penanggulangan banjir: Peninggian tanggul banjir, peringatan dini banjir berbasis masyarakat dan
cekdam di sungai Kubu Barangan dan sungai gelugur di Limapuluh Koto, , kearifan lokal, termasuk sistem pengatan dini
tembok perkuatan tebing dan groundsill, pengarah arus, cekdam di sungai terjadinya BONO
Pasaman. 7. Merehabilitasi dan merekonstruksi keruskan sarana
2. Updating secara berkala peta banjir, genangan banjir dan kawasan rawan banjir prasarana SDA dan memulihkan lingkungan hidup
3. Penegakan hukum untuk penghentian ilegal loging dan perambahan hutan KABUPATEN: INDRAGIRI HILIR & INDRAGIRI HULU 8. Percepatan pemulihan pada kawasan miskin dan
4. Penataan hunian dikawasan sempadan dan bantaran sungai 1. Membangun sarana prasarana penanggulangan banjir: Peninggian tanggul banjir,cekdam/ pengendali sedimen padat penduduk
5. Melalui wadah kordinasi TKP SDA WS Kampar, menetapkan mekanisme di sungai Osang, tembok perkuatan tebing dan groundsill, pengarah arus, cekdam di sungai Gelugur. 9. Pemulihan traumatik banjir, dengan melatih
penanggulangan banjir / bencana, serta pembentukan lembaga terkait O&P 2. Updating secara berkala peta banjir, genangan banjir dan kawasan rawan banjir relawan relawan muda untuk pemulihan traumatik
Sungai. 3. Penegakan hukum untuk penghentian ilegal loging dan perambahan hutan terutama dikalangan anak anak.
6. Mengembangkan sistem prakiraan dan sistem peringatan dini banjir berbasis 4. Penataan hunian dikawasan sempadan dan bantaran sungai 10.Penanggulangan dan pengendalian degradasi
masuarakat 5. Melalui wadah kordinasi TKP SDA WS Kampar, menetapkan mekanisme penanggulangan banjir / bencana. morfologi sungai secara struktural maupun non
7. Merehabilitasi dan merekonstruksi keruskan sarana prasarana SDA dan serta pembentukan lembaga terkait O&P Sungai. struktural
memulihkan lingkungan hidup 6. Mengembangkan sistem prakiraan dan sistem peringatan dini banjir
8. Percepatan pemulihan pada kawasan miskin dan padat penduduk 7. Merehabilitasi dan merekonstruksi keruskan sarana prasarana SDA dan memulihkan lingkungan hidup
9. Pemulihan traumatik banjir, dengan melatih relawan relawan muda untuk 8. Percepatan pemulihan pada kawasan miskin dan padat penduduk
pemulihan traumatik terutama dikalangan anak anak. 9. Pemulihan traumatik banjir, dengan melatih relawan relawan muda untuk pemulihan traumatik terutama
10.Penanggulangan dan pengendalian degradasi morfologi sungai secara struktural dikalangan anak anak.
dan atau non struktural 10.Penanggulangan dan pengendalian degradasi morfologi sungai secara struktural dan atau non struktural
PETA TEMATIK ASPEK PEMBERDAYAAN DAN
PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT DAN DUNIA USAHA

SKENARIO PERTUMBUHAN EKONOMI TINGGI


KABUPATEN SIAK & KOTA PEKANBARU KABUPATEN PELALAWAN
KABUPATEN: KAMPAR & KUANTAN SENGINGI
1. Peningkatan pemahaman dan kepedulian masyarakat melalui 1. Peningkatan pemahaman dan kepedulian
1. Peningkatan pemahaman dan kepedulian masyarakat melalui penyuluhan dan atau seminar dan lokakarya, untuk keselarasan
penyuluhan dan atau seminar dan lokakarya, untuk masyarakat melalui penyuluhan dan atau
fungsi sosial - ekonomi - lingkungan hidup dalam perencanaan pengelolaan SDA
keselarasan fungsi sosial - ekonomi - lingkungan hidup dalam seminar dan lokakarya, untuk keselarasan
2. Peningkatan keterlibatan masyarakat dan dunia usaha dalam penyusunan perencanaan kebijakan pengelolaan SDA,
perencanaan pengelolaan SDA fungsi sosial - ekonomi - lingkungan hidup
terutama dalam hal krusial seperti konflikruang antar sektor, antar perusahaan dan masyarakat tempatan, peniadaan PETI,
2. Peningkatan keterlibatan masyarakat dan dunia usaha dalam dalam perencanaan pengelolaan SDA
dsb
penyusunan perencanaan kebijakan pengelolaan SDA, 2. Peningkatan keterlibatan masyarakat dan
3. Terbuka luas bagi peran masyarakat dan dunia usaha, melalui penyuluhan dan seminar serta lokakarya oleh wadah Kordinasi
terutama dalam hal krusial seperti konflikruang antar sektor, dunia usaha dalam penyusunan perencanaan
TKP SDA WS Kampar, untuk memberikan masukan/ kritik dan saran dalam pelaksanaan pengelolaan SDA
antar perusahaan dan masyarakat tempatan, peniadaan PETI, kebijakan pengelolaan SDA, terutama
4. Melalui penyuluhan dan seminar, makin banyak komponen masyarakat dan dunia usaha dapat ambil bagian dalam proses
dsb dalam hal krusial seperti konflikruang antar
pengambilan keputusan dalam pelaksanaan pengelolaan SDA
3. Terbuka luas bagi peran masyarakat dan dunia usaha, melalui sektor, antar perusahaan dan masyarakat
5. Membuka peluang luas bagi masyarakat dan dunia usaha, melalui tranparansi, dalam melakukan pengawasan pada
penyuluhan dan seminar serta lokakarya oleh wadah tempatan, peniadaan PETI, dsb
pengelolaan SDA
Kordinasi TKP SDA WS Kampar, untuk memberikan 3. Terbuka luas bagi peran masyarakat dan
6. Melalui wadah kordinasi TKP SDA WS Kampar ditetapkan prosedur pengaduan masyarakat serta tenggat waktu
masukan/ kritik dan saran dalam pelaksanaan pengelolaan dunia usaha, melalui penyuluhan dan
dibutuhkan, dalam pelaksanaan pengawasan masyarakat.
SDA seminar serta lokakarya oleh wadah
4. Melalui penyuluhan dan seminar, makin banyak komponen Kordinasi TKP SDA WS Kampar, untuk
masyarakat dan dunia usaha dapat ambil bagian dalam proses memberikan masukan/ kritik dan saran
pengambilan keputusan dalam pelaksanaan pengelolaan SDA dalam pelaksanaan pengelolaan SDA
5. Membuka peluang luas bagi masyarakat dan dunia usaha, 4. Melalui penyuluhan dan seminar, makin
melalui tranparansi, dalam melakukan pengawasan pada banyak komponen masyarakat dan dunia
pengelolaan SDA usaha dapat ambil bagian dalam proses
6. Melalui wadah kordinasi TKP SDA WS Kampar ditetapkan pengambilan keputusan dalam pelaksanaan
prosedur pengaduan masyarakat serta tenggat waktu pengelolaan SDA
dibutuhkan, dalam pelaksanaan pengawasan masyarakat. 5. Membuka peluang luas bagi masyarakat dan
dunia usaha, melalui tranparansi, dalam
melakukan pengawasan pada pengelolaan
SDA
6. Melalui wadah kordinasi TKP SDA WS
Kampar ditetapkan prosedur pengaduan
masyarakat serta tenggat waktu
KABUPATEN: LIMAPULUH KOTO, PASAMAN & SAWAHLUNTO dibutuhkan, dalam pelaksanaan pengawasan
1. Peningkatan pemahaman dan kepedulian masyarakat melalui penyuluhan dan masyarakat.
atau seminar dan lokakarya, untuk keselarasan fungsi sosial - ekonomi -
lingkungan hidup dalam perencanaan pengelolaan SDA
2. Peningkatan keterlibatan masyarakat dan dunia usaha dalam penyusunan
perencanaan kebijakan pengelolaan SDA, terutama dalam hal krusial seperti
konflikruang antar sektor, antar perusahaan dan masyarakat tempatan,
peniadaan PETI, dsb KABUPATEN: INDRAGIRI HILIR & INDRAGIRI HULU
3. Terbuka luas bagi peran masyarakat dan dunia usaha, melalui penyuluhan 1. Peningkatan pemahaman dan kepedulian masyarakat melalui penyuluhan dan atau seminar dan lokakarya, untuk keselarasan
dan seminar serta lokakarya oleh wadah Kordinasi TKP SDA WS Kampar, fungsi sosial - ekonomi - lingkungan hidup dalam perencanaan pengelolaan SDA
untuk memberikan masukan/ kritik dan saran dalam pelaksanaan 2. Peningkatan keterlibatan masyarakat dan dunia usaha dalam penyusunan perencanaan kebijakan pengelolaan SDA, terutama
pengelolaan SDA dalam hal krusial seperti konflikruang antar sektor, antar perusahaan dan masyarakat tempatan, peniadaan PETI, dsb
4. Melalui penyuluhan dan seminar, makin banyak komponen masyarakat dan 3. Terbuka luas bagi peran masyarakat dan dunia usaha, melalui penyuluhan dan seminar serta lokakarya oleh wadah Kordinasi TKP
dunia usaha dapat ambil bagian dalam proses pengambilan keputusan dalam SDA WS Kampar, untuk memberikan masukan/ kritik dan saran dalam pelaksanaan pengelolaan SDA
pelaksanaan pengelolaan SDA 4. Melalui penyuluhan dan seminar, makin banyak komponen masyarakat dan dunia usaha dapat ambil bagian dalam proses
5. Membuka peluang luas bagi masyarakat dan dunia usaha, melalui tranparansi, pengambilan keputusan dalam pelaksanaan pengelolaan SDA
dalam melakukan pengawasan pada pengelolaan SDA 5. Membuka peluang luas bagi masyarakat dan dunia usaha, melalui tranparansi, dalam melakukan pengawasan pada pengelolaan
6. Melalui wadah kordinasi TKP SDA WS Kampar ditetapkan prosedur SDA
pengaduan masyarakat serta tenggat waktu dibutuhkan, dalam pelaksanaan 6. Melalui wadah kordinasi TKP SDA WS Kampar ditetapkan prosedur pengaduan masyarakat serta tenggat waktu dibutuhkan,
pengawasan masyarakat. dalam pelaksanaan pengawasan masyarakat.
PETA TEMATIK ASPEK SISTEM INFORMASI SDA

SKENARIO PERTUMBUHAN EKONOMI TINGGI

KABUPATEN SIAK & KOTA PEKANBARU KABUPATEN PELALAWAN


KABUPATEN: KAMPAR & KUANTAN SENGINGI
1. Menata pembagian tugas berbagai instansi pengelola SISDA, melalui wadah kordinasi TKP SDA WS 1. Menata pembagian tugas berbagai
1. Menata pembagian tugas berbagai instansi
Kampar
pengelola SISDA, melalui wadah kordinasi instansi pengelola SISDA, melalui wadah
2. Meningkatkan jumlah dan mutu SDM pengelola SISDA, melalui rekruitment dan pelatihan, untuk
TKP SDA WS Kampar kordinasi TKP SDA WS Kampar
cukup kompetensinya dalam pengumpulan dan analisis data SISDA, terutama dalam SIH3 (Sistem
2. Meningkatkan jumlah dan mutu SDM
Informasi Hidroklimatologi, Hidrometri, dan Hidro Geologi) 2. Meningkatkan jumlah dan mutu SDM
pengelola SISDA, melalui rekruitment dan
pelatihan, untuk cukup kompetensinya dalam
3. Rasionalisasi jejaring SISDA pengelola SISDA, melalui rekruitment
4. Penambahan stasiun hujan ARR/ RR, papan duga manual, AWLR, klimatologi, sumur pantau / dan pelatihan, untuk cukup
pengumpulan dan analisis data SISDA,
observasi air tanah. kompetensinya dalam pengumpulan dan
terutama dalam SIH3 (Sistem Informasi
5. Menetapkan lembaga yang mengkordinasi pengelolaan SISDA
Hidroklimatologi, Hidrometri, dan Hidro analisis data SISDA, terutama dalam
6. Mayarakat bisa mengakses secara mudah data SDA, data yang benar, akurat danterupdate secara
Geologi) SIH3 (Sistem Informasi
berkala dan berkelanjutan
3. Rasionalisasi jejaring SISDA
7. Mencukupi kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak SISDA, produksi dalam negeri. Hidroklimatologi, Hidrometri, dan
4. Penambahan stasiun hujan ARR/ RR, papan
duga manual, AWLR, klimatologi, sumur
8. Memfasilitasi dukungan dana untuk mengoperasionalkan secara berkelanjutan. Hidro Geologi)
pantau / observasi air tanah. 3. Rasionalisasi jejaring SISDA
5. Menetapkan lembaga yang mengkordinasi 4. Penambahan stasiun hujan ARR/ RR,
pengelolaan SISDA papan duga manual, AWLR, klimatologi,
6. Mayarakat bisa mengakses secara mudah data sumur pantau / observasi air tanah.
SDA, data yang benar, akurat danterupdate
5. Menetapkan lembaga yang
secara berkala dan berkelanjutan
7. Mencukupi kebutuhan perangkat keras dan
mengkordinasi pengelolaan SISDA
perangkat lunak SISDA, produksi dalam 6. Mayarakat bisa mengakses secara
negeri. mudah data SDA, data yang benar,
8. Memfasilitasi dukungan dana untuk akurat danterupdate secara berkala dan
mengoperasionalkan secara berkelanjutan. berkelanjutan
7. Mencukupi kebutuhan perangkat keras
dan perangkat lunak SISDA, produksi
dalam negeri.
8. Memfasilitasi dukungan dana untuk
KABUPATEN: LIMAPULUH KOTO, PASAMAN & SAWAHLUNTO
1. Menata pembagian tugas berbagai instansi pengelola SISDA,
mengoperasionalkan secara
melalui wadah kordinasi TKP SDA WS Kampar berkelanjutan.
2. Meningkatkan jumlah dan mutu SDM pengelola SISDA, melalui
rekruitment dan pelatihan, untuk cukup kompetensinya dalam
pengumpulan dan analisis data SISDA, terutama dalam SIH3
(Sistem Informasi Hidroklimatologi, Hidrometri, dan Hidro
Geologi)
3. Rasionalisasi jejaring SISDA KABUPATEN: INDRAGIRI HILIR & INDRAGIRI HULU
4. Penambahan stasiun hujan ARR/ RR, papan duga manual, 1. Menata pembagian tugas berbagai instansi pengelola SISDA, melalui wadah kordinasi TKP SDA WS Kampar
AWLR, klimatologi, sumur pantau / observasi air tanah. 2. Meningkatkan jumlah dan mutu SDM pengelola SISDA, melalui rekruitment dan pelatihan, untuk cukup kompetensinya dalam
5. Menetapkan lembaga yang mengkordinasi pengelolaan SISDA pengumpulan dan analisis data SISDA, terutama dalam SIH3 (Sistem Informasi Hidroklimatologi, Hidrometri, dan Hidro
6. Mayarakat bisa mengakses secara mudah data SDA, data yang Geologi)
benar, akurat danterupdate secara berkala dan berkelanjutan 3. Rasionalisasi jejaring SISDA
7. Mencukupi kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak 4. Penambahan stasiun hujan ARR/ RR, papan duga manual, AWLR, klimatologi, sumur pantau / observasi air tanah.
SISDA, produksi dalam negeri. 5. Menetapkan lembaga yang mengkordinasi pengelolaan SISDA
8. Memfasilitasi dukungan dana untuk mengoperasionalkan secara 6. Mayarakat bisa mengakses secara mudah data SDA, data yang benar, akurat danterupdate secara berkala dan berkelanjutan
berkelanjutan. 7. Mencukupi kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak SISDA, produksi dalam negeri.
8. Memfasilitasi dukungan dana untuk mengoperasionalkan secara berkelanjutan.
• Fenomena alam BONO banyak menarik minat para peselancar air kelas dunia yang
ingin mencoba sensasi berselancar diatas gelombang sungai.
• Hal ini dikarenakan BONO merupakan gelombang terbesar di dunia yang terjadi di
sungai sampai puluhan kilometer kearah hulu dari muara
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai