Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN AKHIR

4ANALISIS

Penentuan kelayakan pengembangan suatu kawasan wisata melibatkan berbagai


aspek yang sangat kompleks dan mempengaruhi kawasan tersebut. Aspek-aspek tersebut
diantaranya adalah kebijakan, keterkaitan kawasan wisata tersebut dengan wilayah
sekitarnya, potensi yang dimiliki sebagai daya tarik yang ditawarkan, hubungan kawasan
wisata dengan kawasan wisata lainnya yang merupakan satu cluster. Pasar yang dimaksud
pada kajian ini adalah pasar pariwisata. Keterlibatan aspek-aspek tersebut dalam
menentukan layak atau tidaknya suatu kawasan wisata untuk dikembangkan memiliki
keterkaitan antara satu aspek dengan aspek lainnya, sehingga dapat memberikan
gambaran mengenai potensi dan kendala yang dimiliki oleh kawasan wisata tersebut. Untuk
itu tinjauan dan analisis aspek-aspek yang terkait dalam pengembangan suatu kawasan
wisata menjadi sangat penting.

Analisis ini akan menguraikan tentang penelaahan terhadap kelayakan


pengembangan pariwisata di Waduk Jatigede, yang tujuannya adalah untuk diadakannya
suatu pengembangan di masa yang akan datang mengenai produk wisata apa yang
nantinya akan dijual, serta apa saja yang diperlukan dalam menunjang arah pengembangan
nantinya, baik itu sarana maupun prasarana dan aspek-aspek lainnya.
Analisis ini menggunakan pendekatan secara makro yaitu menganalisis kawasan
studi secara luas yaitu terkait dengan lingkungan eksternal dan secara mikro yang
menganalisis lebih ke lokasi tapak Waduk Jatigede.

4.1 ANALISIS KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN SUMEDANG


Dalam usaha pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Sumedang ditetapkan
tujuan pengembangan kepariwisataan, diantaranya :
1. Kegiatan kepariwisataan sebagai salah satu kegiatan ekonomi secara makro,

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-1


LAPORAN AKHIR

2. Menata objek-objek wisata yang sudah dikelola maupun potensi pariwisata yang
belum disentuh oleh pembangunan,
3. Meningkatkan kualitas dan pelayanan khususnya yang berkaitan dengan usaha
pariwisata sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik
nusantara maupun mancanegara,
4. Meningkatkan peran serta masyarakat baik secara perseorangan maupun badan
usaha dalam kegiatan kepariwisataan.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka arahan kebijakan pengembangan pariwisata


di Kabupaten Sumedang sebagai berikut :
1. Membangun dan menggali serta memanfaatkan potensi pariwisata yang beraneka
ragam jenisnya,
2. Melestarikan, menata dan memelihara obyek dan daya tarik wisata alam maupun
budaya ,
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan melalui
penyuluhan dan pembinaan masyarakat sadar wisata sehingga diharapkan dapat
merangsang tumbuh kembangnya pembangunan sektor-sektor lainnya.

Berdasarkan tinjauan kebijakan di atas, secara umum diketahui bahwa kebijakan-


kebijakan Kabupaten Sumedang sudah melingkupi kegiatan dan pengelolaan pariwisata di
Kabupaten Sumedang secara keseluruhan. Bila dikaitkan dengan pengembangan Obyek
Wisata Di Waduk Jatigede dapat dikatakan bahwa tujuan dan strategi dari kebijakan
Pariwisata Kabupaten Sumedang sudah dapat dikatakan cukup baik dan mendukung dalam
pengembangan di masa yang akan datang. Kekurangan dari kebijakan tersebut adalah
pada strategi pengembangan yang sifatnya masih terlalu umum dan kurang menjabarkan
secara terperinci dan detail pada masing-masing obyek wisata. Selain itu belum pula dimuat
kebijakan yang strategis untuk pengembangan, sehingga dalam perumusan konsep dan
strateginya nanti perlu dirumuskan suatu kebijakan pengembangan yang lebih bersifat
operasional, mengingat fungsi obyek studi adalah sebagai waduk sehingga perlu adanya
penjabaran yang lebih khusus.
Salah satu potensi ekonomi baru pada kawasan sekitar genangan Waduk Jatigede
di masa mendatang adalah potensi pengembangan pariwisata akibat adanya perubahan
bentang alam pada Kawasan Waduk Jatigede yaitu munculnya kawasan perairan yang
sangat luas dengan posisi di bawah kaki bukit dan pegunungan bagian selatan Kab.

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-2


LAPORAN AKHIR

Sumedang. Potensi wisata ini harus dioptimalkan pemanfaatannya sebagai stimulan bagi
peningkatan perkembangan pariwisata di Kawasan sekitar genangan waduk jatigede
dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi keindahan alam dan budaya guna
mendorong perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya
adat istiadat , mutu dan keindahan lingkungan alam untuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan.
Kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi kawasan yang potensial bagi
pengembangan pariwisata di kawasan sekitar genangan waduk jatigede adalah sebagai
berikut :
 Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan pariwisata serta tidak
mengganggu kelestarian lingkungan
 Kawasan/site yang memang memiliki potensi daya tarik wisata seperti potensi view
atau pemandangan kedekatan dengan atraksi wisata , dll
 Diprioritaskan pada areal dengan aksesibilitas yang lebih tinggi
 Kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan pariwisata secara ruang dapat
memberikan manfaat :
- meningkatkan perkembangan sektor pariwisata dan meningkatkan investasi di
daerah
- mendorong kegiatan lain yang ada di sekitarnya
- tidak mengganggu fungsi lindung
- tidak mengganggu upaya kelestarian sumber daya alam
- meningkatkan pendapatan masyarakat
- meningkatkan kontribusi pada pendapatan daerah

4.2. Analisis Potensi Kawasan Studi


4.2.1. Analisis Sosial Kependudukan
Pada tahun 2006, pendudukan Kawasan Waduk Jatigede berjumlah 191.198 jiwa.
Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Wado (40.680 jiwa atau
21,28% dari jumlah penduduk wilayah perencanaan), sedangkan kecamatan dengan jumlah
penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Tomo (22.220 jiwa atau 11,62% dari jumlah
penduduk wilayah perencanaan).
Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa kepadatan penduduk di kawasan
perencanaan tahun 2006 adalah 425 jiwa/km2. Kecamatan dengan kepadatan penduduk

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-3


LAPORAN AKHIR

tertinggi adalah kecamatan Darmaraja (697 jiwa/km2) sedangkan kecamatan dengan


kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Jatigede (218 jiwa/km2).
Adanya rencana pembangunan Waduk Jatigede berimplikasi terhadap rendahnya
tingkat pertumbuhan penduduk kawasan perencanaan. Berdasarkan hasil perhitungan,
diketahui bahwa nilai rata-rata pertumbuhan penduduk kawasan perencanaan tahun 2005 –
2006 adalah sebesar 0,90%.Dari enam kecamatan yang termasuk dalam kawasan
perencanaan, terdapat tiga kecamatan dengan rata-rata pertumbuhan penduduk yang lebih
tinggi dari rata-rata pertumbuhan penduduk kawasan perencanaan, yaitu Kecamatan Cisitu
(2,23%), Jatinunggal (0,0%) dan Wado (1,60%).

4.2.2. Analisis Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator untuk melihat keberhasilan
pembangunan suatu wilayah khususnya dalam bidang ekonomi. Fluktuasi pertumbuhan
ekonomi secara riil dari tahun ke tahun dapat digambarkan melalui penyajian data PDRB
atas dasar harga konstan secara berkala. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya
peningkatan perekonomian sebaliknya apabila negatif maka terjadi penurunan.

Pertanian
Pertanian merupakan sektor yang dominan pada 6 kecamatan yang termasuk dalam
kawasan perencanaan. Pertanian pada kawasan waduk jatigede meliputi sub sektor
pertanian tanaman pangan, peternakan, dan perikanan darat.

Pertanian Tanaman Pangan


Sub sektor pertanian tanaman pangan mencakup padi (sawah dan ladang), palawija,
sayur mayur, dan buah-buahan. Pada kawasan perencanaan, sektor pertanian ditunjang
beberapa komoditas pertanian utama. Komoditas pertanian tanaman pangan di kawasan
Waduk Jatigede terdiri atas; padi sawah dan padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang
kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah, kemudian buah-buahan yang meliputi alpukat,
belimbing, duku, durian, jambu biji, jeruk, mangga, nangka, nanas, pepaya, pisang,
rambutan, salak, sawo, sirsak, serta sayur mayur.
Berdasarkan kondisi jumlah produksi terdapat beberapa komoditas utama yang
memiliki jumlah produksi cukup menonjol diantara komoditas lainnya, yaitu : ubi kayu, padi
sawah, pisang, jagung, padi ladang, ketimun, dan mangga. Kecamatan utama yang paling
signifikan menjadi produsen utama komoditas tersebut adalah sebagai berikut :

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-4


LAPORAN AKHIR

 Ubi kayu : Kec. Wado dan Tomo ;


 Padi sawah : Kec. Wado, Jatigede, Darmaraja, dan Jatinunggal,
 Pisang : Kec. Jatigede
 Jagung : Kec. Wado dan Jatigede
 Padi ladang : Kec. Jatigede dan Wado
 Ketimun : Kec. Jatigede
 Mangga : Kec. Darmaraja dan Jatigede

Dari data di atas, Kec. Jatigede merupakan sentra utama atau produsen utama komoditas
pertanian tanaman pangan di Kawasan Waduk Jatigede.

Peternakan
Komoditas sub sektor pertanian di Kawasan Waduk Jatigede meliputi : sapi perah,
sapi, kerbau, kuda, kambing, babi, domba, ayam ras boiler, ayam kampung, ayam ras
petelur, dan itik.
Berdasarkan kondisi jumlah produksi, terdapat beberapa jenis ternak yang memiliki
jumlah produksi cukup menonjol diantara ternak lainnya : ayam ras boiler, ayam kampung,
dan domba. Kecamatan utama yang paling signifikan menjadi produsen utama ternak
tersebut adalah :
 Ayam ras boiler : Kec. Cisitu dan Jatinunggal
 Ayam Kampung : Kec. Jatigede , Tomo , Cisitu dan Jatinunggal
 Domba : Kec. Jatigede, Cisitu, Jatinunggal, Tomo dan Darmaraja.

Perikanan
Terdapat beberapa jenis produksi ikan yang ada di kawasan Waduk Jatigede, yaitu
produksi ikan dari mina padi dan kolam air tenang. Jenis ikan yang hidup di mina padi dan
kolam air tenang adalah ikan mas, tawes, nilam, nila, mujair, sepat, siam , tambak dan
lainnya. Untuk ikan mas hanya terdapat di Kecamatan Cisitu dengan jumlah produksi 2655
Kg. Untuk jenis ikan mas biasa produksi paling besar dihasilkan oleh Kecamatan
Jatinunggal yaitu sebesar 44980 kg.Selain ikan mas, ikan nila juga merupakan jenis ikan
yang memiliki produksi cukup tinggi yaitu sebesar 24.350 kg yang terdapat di Kecamatan
Darmaraja. Selanjutnya produksi ikan yang cukup besar berturut-turut adalah ikan mujair,
nilem, tawas, tambak dan sepat siam.

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-5


LAPORAN AKHIR

Maka dapat diambil kesimpulan, bahwa berdasarkan kondisi jumlah produksi,


terdapat beberapa jenis ikan yang memiliki jumlah produksi cukup menonjol diantara jenis
ikan budidaya lainnya yaitu : ikan mas, nila, mujair, dan nilem. Kecamatan utama yang
paling signifikan menjadi produsen utama ikan tersebut adalah sebagai berikut :
 Ikan mas : Kec. Darmaraja dan Wado
 Ikan nila : Kec. Darmaraja dan Jatinunggal
 Ikan Mujair : Kec. Cisitu dan Jatinunggal
 Ikan Nilam : Kec. Jatinunggal dan Darmaraja

Komoditas Unggulan
Sektor unggulan pada kawasan Waduk Jatigede adalah sektor pertanian. Untuk
mendapat gambaran rinci mengenai kondisi sektor ekonomi tersebut perlu dilakukan analisis
komoditas unggulan untuk menilai komoditas yang potensial untuk menjadi komoditas
utama yang dikembangkan berdasarkan jumlah keunggulan komparatif nya terhadap sub
sektor pertanian yang melingkupinya disamping itu perlu diketahui wilayah atau kecamatan
yang memiliki keunggulan pada produksi komoditas tersebut. Berdasarkan analisis LQ
pada RDTRK Kawasan Khusus Waduk Jatigede didapatkan komoditas unggulan dan
kecamatan yang menjadi sentra utamanya. Berikut beberapa hasil identifikasi terhadap
indeks LQ yang relatif sangat menonjol pada kawasan Waduk Jatigede :
Pertanian tanaman pangan
 Pisang : Kec. Jatigede dan Cisitu
 Sawo : Kec. Jatigede dan Cisitu
 Jeruk : Cisitu
 Kacang Tanah : Kec. Tomo
 Jagung : Kec. Tomo

Peternakan
 Kerbau : Kec. Tomo
 Domba : Kec. Cisitu
 Sapi dan Sapi perah : Kec. Jatigede
 Ayam kampung : Kec. Wado dan Tomo

Perikanan

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-6


LAPORAN AKHIR

 Sepat siam : Kec. Darmaraja


 Nila : Kec. Jatigede
 Mujair : Kec. Jatinunggal
 Mas : Kec. Wado

4.3. Analisis Penilaian Potensi Pengembangan Kawasan Sekitar Waduk Jatigede


Untuk Kegiatan Pariwisata

Pembahasan analisis ini akan menelaah kawasan studi berdasarkan tujuan studi
yang telah ditetapkan sehingga dapat teridentifikasi karakteristik kawasan untuk
memunculkan potensi lingkungan yang dimiliki terutama yang berkaitan dengan kelayakan
pengembangan kawasan untuk kegiatan pariwisata. Untuk memudahkan pemunculan
potensi, maka penjabaran analisis akan didasarkan pada masing-masing Kecamatan
sebagai sub-sub kawasan sehingga pada akhirnya dapat memunculkan nilai potensi
kawasan studi berdasarkan batas administrasi kecamatan-kecamatan tersebut.
Metode analisis utama yang digunakan dalam studi ini adalah metode analisis
penilaian karakteristik kawasan, tujuan penggunaan metode analisis ini adalah
memunculkan tingkat potensi masing-masing aspek dan tingkat potensi sub-sub kawasan.
Langkah pertama adalah memunculkan tingkat potensi dan menentukan total indeks
masing-masing aspek, yang kemudian nilai indeks ini digunakan sebagai faktor pengali
dalam proses analisis selanjutnya. Langkah selanjutnya adalah memunculkan tingkat
potensi sub-sub kawasan yang selanjutnya digunakan dalam pembahasan arahan kawasan
secara keseluruhan (Lihat Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Penilaian Aspek untuk Pengembangan Kegiatan Pariwisata


di Waduk Jatigede
Kriteria
Kelengkapan
Daya Tarik Keunikan Total
Aspek Fasilitas Tingkat Potensi
(4) (4) Indeks
(2)
K I K I K I
FISIK DASAR
 Hidrologi 4 16 5 20 5 10 40 II (Tinggi)
FISIK BINAAN
 Penggunaan Lahan 4 16 3 12 4 8 30 III (Sedang)
 Fasilitas 3 12 3 12 3 6 30 III (Sedang)
 Utilitas 3 12 1 4 3 6 22 IV (Rendah)
SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT
 Tradisi Kebudayaan 4 16 4 16 3 6 38 II (Tinggi)
 Mata Pencaharian 5 20 3 20 2 4 44 I (Sangat Tinggi)

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-7


LAPORAN AKHIR

 Industri Rumah Tangga 3 12 3 12 2 4 26 I V(Rendah)


(Kerajinan Tangan)
KEPARIWISATAAN
 Transportasi 3 12 1 4 5 10 26 IV (Rendah)
(Aksesibilitas)
 Atraksi Wisata 5 20 4 16 3 6 42 I (Sangat Tinggi)
 Fasilitas Penunjang 3 12 3 12 5 10 34 III (Sedang)
Wisata
Keterangan: Keterangan:
K = 1 + 3,32 log 10 K = Kondisi
= 4,5 (dibulatkan menjadi 5) I = Indeks
1 =Sangat Rendah
2 = Rendah
Interval: 5 = Sangat Tinggi
= 50 – 10 = 8 4 = Tinggi
5 3 = Sedang

A. Analisis Fisik
Analisis ini dibagi menjadi 2 sub-bab yaitu analisis fisik dasar dan analisis fisik
binaan. Pembahasan analisis fisik dasar meliputi fisik alam hidrologis dan pola ruang makro,
sedangkan pembahasan analisis fisik binaan meliputi penggunaan lahan, fasilitas dan
utilitas. Kawasan Studi di bagi kedalam 4 Sub Kawasan (SK), dengan pembagian sub
kawasan: SK 1 (Kecamatan Jatigede dan Jatinunggal); SK 2 (Kecamatan Wado); SK 3
(Kecamatan Darmaraja); dan SK 4 (Kecamatan Cisitu).

Hidrologi
Pengambilan aspek ini didasarkan atas kondisi spesifik yang membedakan antara
kawasan ini dengan kawasan lain adalah dari sisi hidrologis. Kondisi hidrologis yang
mencolok dari kawasan studi adalah banyaknya daerah aliran sungai.

Tabel 4.2 Penilaian Kawasan berdasarkan Aspek Hidrologi


KONDISI KAWASAN TOTAL
Variabel Kriteria Nilai
SK 1 SK 2 SK 3 SK 4 INDEKS
3 : DAS luas & banyak. Dialiri Dialiri sungai Memiliki DAS. Dialiri aliran Dialiri aliran
Aspek sungai Cimanuk Cimanuk da Tetapi aliran sungai sungai
2 : memiliki DAS sedikit , tetapi memiliki banyak sungai Cimanuk, Cimanuk, DAS
Hidrol dialiri sungai Cimanuk DAS Cimanuk kecil DAS sedikit sedikit
1 : Tidak memiliki DAS, dan
tidak dialiri sungai Cimanuk 360
ogi
Nilai (N) 3 2 2 2
Indeks (I) 40 40 40 40
NxI 120 80 80 80

Penggunaan Lahan
Kawasan budidaya merupakan kawasan selain kawasan lindung yang dapat
dikelompokkan atas kawasan budidaya pertanian dan non pertanian. Kawasan Budidaya
pertanian merupakan kawasan dengan kegiatan utama pertanian dengan termasuk juga di

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-8


LAPORAN AKHIR

dalamnya pengelolaan sumber daya alam dan beberapa fungsi permukiman pedesaan,
pelayanan jasa, pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kegiatan budidaya
ini berupa budidaya pertanian lahan basah, lahan kering, dan pertambangan. Kawasan
budidaya non pertanian didominasi oleh kegiatan selain pertanian yang diantaranya adalah
kegiatan industri, permukiman, dan pariwisata.
1. Kawasan industri. Di Kabupaten Sumedang, kawasan khusus untuk kegiatan industri
(zona industri) dialokasikan di Wilayah Kecamatan Jatinangor dan Cimanggung.
2. Kawasan permukiman. Kawasan ini tersebar di Wilayah Kabupaten Sumedang.
3. Kawasan pariwisata. Kegiatan pariwisata di kawasan ini dapat berlangsung di kawasan
pertanian, kawasan hutan lindung, cagar alam, dan kawasan perkotaan.

Tabel 4.3. Penilaian Kawasan berdasarkan Aspek Penggunaan Lahan


KONDISI KAWASAN TOTAL
Variabel Kriteria Nilai
SK 1 SK 2 SK 3 SK 4 INDEKS
3 : sebagian besar lahan didominasi Masih Masih Masih Terdapat
Aspek vegetasi buah-buahan dan dijumpai dijumpai memiliki lahan kosong
Penggu bersuasana pedesaan, serta
lahan terbangun difungsikan
lahan
bervegetasi
lahan
bervegetasi
lahan kosong
namun telah
bervegetasi
buah-
naan untuk permukiman dan fasilitas dan lahan dan lahan bernuansa buahan, dan
umum terbangun terbangun perkotaan, memiliki
Lahan 2 : Masih dijumpai vegetasi buah- difungsikan difungsikan Darmaraja suasana
buahan, lahan terbangun untuk untuk berfungsi pedesaan
difungsikan untuk permukiman pemukiman pemukiman sebagai yang kental
dan fasilitas umum bernuansa dan fasilitas dan fasilitas ibukota 270
permukiman desa umum umum kecamatan
1 : lahan dimanfaatkan sebagai
permukiman dan terdapat
sedikit lahan bervegetasi buah-
buahan
Nilai (N) 2 2 2 3
Indeks (I) 30 30 30 30
NxI 60 60 60 90

Fasilitas dan utilitas


Sebagai permukiman, kawasan studi juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang
menunjang kehidupan masyarakatnya. Fasilitas yang dimiliki cukup beragam meski tidak
semua fasilitas yang seharusnya ada di suatu permukiman terpenuhi disini. Tidak semua
fasilitas utilitas akan dibahas dalam analisis ini. Dari keseluruhan jenis fasilitas utilitas yang
ada, yang dibahas hanyalah yang berkaitan dengan pengembangan kawasan sebagai
tempat wisata dengan pertimbangan fasilitas utilitas tersebut dapat mendukung keberadaan
kegiatan pariwisata di kawasan studi.

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-9


LAPORAN AKHIR

Tabel 4.4. Penilaian Kawasan berdasarkan Aspek Fasilitas


KONDISI KAWASAN TOTAL
Variabel Kriteria Nilai
SK 1 SK 2 SK 3 SK 4 INDEKS
3 : Memiliki fasiltas peribadatan, Memiliki Hanya Memiliki Memiliki
Aspek pendidikan, perkantoran/jasa, fasilitas yang terdapat fasilitas yang fasilitas yang
Fasilita perdagangan, kesehatan dan
pemerintahan
lengkap beberapa
fasilitas
lengkap lengkap

s 2 : hanya terdapat beberapa


300
fasilitas
1 : Tidak memiliki fasilitas
Nilai (N) 3 2 3 2
Indeks (I) 30 30 30 30
NxI 90 60 90 60

Tabel 4.5. Penilaian Kawasan berdasarkan Aspek Utilitas


KONDISI KAWASAN TOTAL
Variabel Kriteria Nilai
SK 1 SK 2 SK 3 SK 4 INDEKS
3 : sebagian besar terlayani sebagian sebagian sebagian sebagian
Aspek jaringan listrik, air bersih, dan besar terlayani besar terlayani
Utilita 2 :
komunikasi
sebagian terlayani utilitas
terlayani
jaringan listrik,
utilitas
jaringan listrik,
terlayani
jaringan listrik,
utilitas
jaringan listrik,
s jaringan listrik, air bersih, dan air bersih, dan air bersih, dan air bersih, dan air bersih, dan
komunikasi. komunikasi komunikasi. komunikasi komunikasi. 220
1 : tidak ada utilitas
telekomunikasi
Nilai (N) 3 2 3 2
Indeks (I) 22 22 22 22
NxI 66 44 66 44

B. Analisis Non-Fisik
Pada bagian sub bab ini akan dijelaskan mengenai aspek aspek non fisik untuk
wilayah sekitar genangan waduk Jatigede. Aspek non fisik meliputi aspek sosial
kependudukan, aspek ekonomi dan aspek budaya masyarakat.
Analisis Budaya Masyarakat
Pengertian kebudayaan dalam arti luas menurut Koentjaraningrat adalah seluruh dari
pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya dan karena itu
hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar. Terdapat 3 wujud
kebudayaan yaitu:
1. Wujud ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan. Wujud ini bersifat abstrak, tak
dapat diraba, lokasinya ada di dalam kepala kita masing-masing
2. Wujud kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud ini berbentuk
kegiatan berinteraksi, berhubungan, bergaul satu sama lain dan membentuk pola-pola
tertentu berdasarkan adat istiadat
3. Wujud benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini bersifat kongkrit, nyata,
dapat diraba dan dilihat.

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-10


LAPORAN AKHIR

Berdasarkan pengertian di atas, maka pada pembahasan analisis ini meliputi aspek-
aspek yang termasuk ke dalam wujud-wujud kebudayaan tersebut. Aspek-aspek yang
dibahas adalah aspek Tradisi Kebudayaan, Mata Pencaharian Penduduk, dan Industri
Rumah Tangga.

Tradisi Kebudayaan
Potensi non-fisik berupa kehidupan budaya masyarakat yang banyak melibatkan
warga setempat menunjukkan bahwa permukiman ini dapat berfungsi sebagai tempat
bermasyarakat (folk) bagi penduduk setempat. Adanya potensi ini diharapkan dapat
mendukung eksistensi potensi fisik yang akan menambah daya tarik wisata kawasan studi.
Untuk itu diperlukan juga pengemasan potensi ini dengan baik serta melestarikannya secara
turun temurun agar tidak hilang terbawa kemajuan zaman.

Tabel 4.6. Penilaian Kawasan berdasarkan Aspek Tradisi Kebudayaan


KONDISI KAWASAN TOTAL
Variabel Kriteria Nilai
SK 1 SK 2 SK 3 SK 4 INDEKS
3 : memiliki tradisi budaya yang memiliki tradisi memiliki tradisi memiliki tradisi memiliki tradisi
Aspek masih terjaga dan dilakukan budaya yang budaya yang budaya yang budaya yang
Tradisi 2 :
secara periodik
memiliki tradisi budaya yang
masih terjaga,
dan tidak
masih terjaga,
dan tidak
masih terjaga,
dan tidak
masih terjaga,
dan tidak
Kebuda masih terjaga, dan tidak dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
304
dilakukan secara periodik secara secara secara secara
yaan 1 : tidak memiliki tradisi budaya periodik periodik periodik periodik
Nilai (N) 2 2 2 2
Indeks (I) 38 38 38 38
NxI 76 76 76 76

Mata Pencaharian
Secara umum masyarakat di kawasan studi merupakan masyarakat yang agraris,
hal ini berkaitan dengan kondisi lingkungan permukiman yang pada umumnya memiliki
suasana pedesaan pertanian kebun (agricultural-rural) yang sangat terasa dengan tapak
yang didominasi oleh lahan kebun dan hunian dengan pekarangan yang ditumbuhi oleh
pohon buah-buahan.

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-11


LAPORAN AKHIR

Tabel 4.7. Penilaian Kawasan berdasarkan Aspek Mata Pencaharian Penduduk


KONDISI KAWASAN TOTAL
Variabel Kriteria Nilai
SK 1 SK 2 SK 3 SK 4 INDEKS
3 : sebagian besar memiliki sebagian sebagian sebagian sebagian
Aspek mata pencaharian yang memiliki mata memiliki mata memiliki mata memiliki mata
Tradisi 2 :
bersifat agraris
sebagian memiliki mata
pencaharian
yang bersifat
pencaharian
yang bersifat
pencaharian
yang bersifat
pencaharian
yang bersifat
Kebuda pencaharian yang bersifat agraris agraris agraris agraris
agraris 352
yaan 1 : sebagian kecil memiliki mata
pencaharian yang bersifat
agraris
Nilai (N) 2 2 2 2
Indeks (I) 44 44 44 44
NxI 88 88 88 88

Industri Rumah Tangga (Kerajinan Tangan)


Salah satu wujud dari kebudayaan adalah benda-benda hasil karya manusia. Wujud
ini bersifat kongkrit, nyata, dapat diraba dan dilihat. Bentuk dari wujud ini antara lain adalah
industri rumah tangga (usaha kecil) dengan penjabaran yang lebih spesifik pada kerajinan
tangan. Apabila hal ini dapat terwujud, maka hasil industri rumah tangga ini dapat menjadi
souvenir atau buah tangan dari obyek wisata di kawasan. Oyek wisata baru haruslah
memenuhi kriteria ada sesuatu yang dapat dibeli dari obyek wisata tersebut (something to
buy). Selain itu dengan adanya industri rumah tangga yang dilakukan di hunian warga
menunjukkan bahwa hunian tidak lagi berfungsi sebagai tempat tinggal bermukim (place)
melainkan juga sebagai tempat mengadakan usaha untuk menambah penghasilan
(work).Untuk arahan ke depan, diusulkan mengembangkan usaha kecil ini lebih baik lagi
dengan menggalang partisipasi dari seluruh masyarakat dengan dibantu pihak Pemerintah
Daerah dan Swasta melalui pemberian peluang dan bantuan yang wujudnya dapat
bermacam-macam.
Tabel 4.8. Penilaian Kawasan berdasarkan Aspek Kerajinan Tangan
KONDISI KAWASAN TOTAL
Variabel Kriteria Nilai
SK 1 SK 2 SK 3 SK 4 INDEKS
3 : Memiliki > 5 usaha kecil Memiliki < 3 Memiliki < 3 Memiliki < 3 Memiliki < 3
Aspek industri kerajinan tangan usaha kecil usaha kecil usaha kecil usaha kecil
Kerajin 2 :
khas
Memiliki 3 – 5 usaha kecil
industri
kerajinan
industri
kerajinan
industri
kerajinan
industri
kerajinan
an industri kerajinan tangan tangan khas tangan khas tangan khas tangan khas
khas
Tangan 1 : Memiliki < 3 usaha kecil 104
industri kerajinan tangan
khas
Nilai (N) 1 1 1 1
Indeks (I) 26 26 26 26
NxI 26 26 26 26

C. Analisis untuk Pengembangan Wisata

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-12


LAPORAN AKHIR

Terdapat 2 alasan utama pengembangan wisata. Alasan pertama adalah


pengembangan wisata pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan dengan
keuntungan dan manfaat bagi orang banyak. Alasan kedua lebih banyak bersifat non-
ekonomis, salah satu motivasi wisatawan yang datang berkunjung pada suatu daerah tujuan
wisata adalah untuk menyaksikan dan melihat keindahan alam, dan termasuk di dalamnya
cagar alam, kebun raya, tempat bersejarah dan candi-candi, bangunan-bangunan kuno,
perkebunan dan sawah ladang (Yoeti, 1997:37).
Pembahasan pada aspek-aspek analisis pengembangan wisata ini akan mengacu
pada aspek-aspek penting dalam perencanaan pariwisata, namun tidak semua aspek akan
dibahas dalam analisis ini. Dari 5 aspek perencanaan pariwisata, yang dibahas hanyalah
yang berkaitan langsung dengan potensi kawasan untuk pengembangannya sebagai
kawasan wisata. Aspek-aspek tersebut adalah transportasi (aksesibilitas), atraksi wisata,
serta fasilitas penunjang wisata.

Transportasi (Aksesibilitas)
Secara umum seluruh sub-kawasan dilewati oleh kendaraan umum yang
menghubungkan wilayah studi dengan kawasan lain namun sub-kawasan yang paling
banyak dilalui oleh kendaraan umum adalah Kecamatan Darmaraja. Yang menjadi kendala
utama dari aspek ini adalah transportasi inter-kawasan. Dengan adanya sarana transportasi
wisata inter-kawasan bisa dimanfaatkan sebagai salah satu daya tarik kawasan untuk
menarik pengunjung lebih banyak, sehingga untuk arahan ke depan diusulkan untuk
mengadakan sarana transportasi khusus yang dapat menghubungkan inter-kawasan.
Tabel 4.9. Penilaian Kawasan berdasarkan Aspek Aksesibilitas
KONDISI KAWASAN TOTAL
Variabel Kriteria Nilai
SK 1 SK 2 SK 3 SK 4 INDEKS
3 : Dilalui jalan Provinsi dan Dilalui jalan Dilalui jalan Dilalui jalan Dilalui jalan
Aspek dilalui angkutan Kabupaten Kabupaten Kabupaten dan Kabupaten dan
Motiva 2 : Dilalui jalan Kabupaten dan
dilalui angkutan
dan dilalui
angkutan
dan dilalui
angkutan
dilalui angkutan dilalui angkutan

si 1 : Hanya dapat dicapai melalui


1 arah dan tidak dilalui 234
Wisata angkutan
wan
Nilai (N) 2 2 2 2
Indeks (I) 26 26 26 26
NxI 52 52 52 52

Sistem Hubungan Kawasan


Istilah keterkaitan dalam ilmu ekonomi, yaitu keterkaitan antar sektor dengan
terbentuknya backward dan forward linkage yang merupakan penarikan aktivitas-aktivitas
secara timbal balik. Backward and forward linkages dalam hal ini seperti perumpamaan

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-13


LAPORAN AKHIR

penawaran-permintaan atau input-output untuk suatu sistem produksi. Sedangkan


keterkaitan juga dapat diartikan bahwa keterkaitan ke depan (forward) lebih banyak
berhubungan dengan produksi barang jadi / penjualan barang jadi, sementara keterkaitan
ke belakang (backward) lebih banyak berhubungan dengan produksi bahan mentah yang
akan diolah menjadi barang jadi. Sehingga keterkaitan ke depan dan ke belakang ini dapat
diumpamakan seperti industri hulu-hilir.
Backward lingkage yang terjadi di kawasan studi dapat dilihat dari terbentuknya
aktivitas wisata dengan memanfaatkan masyarakat yang berasal dari wilayah studi baik
sebagai tenaga kerja langsung ataupun tidak langsung, hal ini dapat terjadi karena kawasan
memiliki potensi wisata yaitu adanya daya tarik sosial budaya dan alam, serta hasil
pertanian (hasil kebun dan penangkaran ikan di waduk yang kemudian diproses menjadi
industri wisata. Dalam konteksnya sebagai proses input-output, aspek-aspek budaya yang
dimiliki wilayah studi merupakan input bagi aktivitas wisata budaya, yang kemudian
berdampak pada peningkatan kualitas aspek-aspek lain yang berkaitan. Keberadaan antar
aspek memiliki keterkaitan yang erat dan salik timbal balik. Penetapan kawasan sebagai
kawasan pariwisata telah memberikan dorongan yang positif terhadap perkembangan
aspek-aspek yang berkaitan secara keseluruhan. Adanya fasilitas perdagangan dan jasa,
dan kemudahan transportasi tidak terlepas dari pengaruh kawasan sebagai tempat wisata.
Hal ini merupakan keterkaitan ke depan (forward) antara aspek-aspek tersebut.

Atraksi Wisata
Atraksi wisata merupakan aspek yang penting dalam pengembangan kawasan
wisata. Obyek wisata dan segala atraksi yang diperlihatkan merupakan daya tarik utama,
mengapa seseorang datang berkunjung pada suatu tempat, oleh karena itu keaslian dari
obyek dan atraksi disuguhkan haruslah dipertahankan sehingga wisatawan hanya dapat
melihat dan menyaksikan obyek/atraksi tersebut di tempat yang bersangkutan. Pada
pembahasan aspek ini didasarkan dari tiga syarat atraksi wisata yaitu apa yang dapat dilihat
(something to see), apa yang dapat dilakukan (something to do), dan apa yang dapat dibeli
(something to buy).

Tabel 4.10. Penilaian Kawasan berdasarkan Aspek Atraksi Wisata

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-14


LAPORAN AKHIR

KONDISI KAWASAN TOTAL


Variabel Kriteria Nilai
SK 1 SK 2 SK 3 SK 4 INDEKS
3 : Kawasan memiliki > 4 jenis Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan
Aspek atraksi yang beragam memiliki 3 – 5 hanya memiliki 3 – 5 hanya memiliki
Atraksi 2 : Kawasan memiliki 3-4 jenis
atraksi yang beragam
jenis atraksi
yang beragam
memiliki < 3
jenis atraksi
jenis atraksi
yang beragam
< 3 jenis
atraksi
Wisata 1 : Kawasan hanya memiliki < 3
252
jenis atraksi
Nilai (N) 2 1 2 1
Indeks (I) 42 42 42 42
NxI 84 42 84 42

Fasilitas Penunjang Wisata


Dengan semakin lengkapnya fasilitas pelayanan pada suatu obyek wisata akan
menunjang daya tarik dari obyek wisata yang akan disajikan dan hal ini akan memberi
pengaruh terhadap lama tinggal (length of stay) wisatawan, yang selanjutnya lama tinggal
yang cukup lama relatif memberikan masukan yang besar dan dapat meningkatkan devisa
dan penghasilan daerah (Yoeti, 1997:58).

Tabel 4.11. Penilaian Kawasan berdasarkan Aspek Fasilitas Penunjang Wisata


KONDISI KAWASAN TOTAL
Variabel Kriteria Nilai
SK 1 SK 2 SK 3 SK 4 INDEKS
3 : Memiliki fasilitas penunjang Tidak memiliki Hanya Tidak memiliki Tidak memiliki
Aspek wisata yang lengkap metiputi fasilitas memiliki fasilitas fasilitas
Fasilita wisma/ penginapan,
pertokoan, rumah makan
penunjang
wisata
sebagian
fasilitas
penunjang
wisata
penunjang
wisata
s khas, serta fasilitas penunjang
pendukung wisata
Penunja 2 : Hanya memiliki sebagian 107
ng 1 :
fasilitas penunjang wisata
Tidak memiliki fasilitas
Wisata penunjang wisata
Nilai (N) 1 2 1 1
Indeks (I) 34 34 34 34
NxI 34 68 34 34

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-15


LAPORAN AKHIR

Dari keseluruhan perhitungan dan penjabaran analisis di atas, diketahui nilai total aspek
dan nilai potensi sub-sub kawasan studi, yaitu:
Tabel 4.12. Rekapitulasi Nilai Aspek dan Potensi di Sub-Sub Kawasan
Nilai Potensi Kawasan Total
Aspek Nilai
SK 1 SK 2 SK 3 SK 4
Aspek
Hidrologi 120 80 80 80 360
Penggunaan Lahan 30 60 60 90 270
Fasilitas 90 60 90 60 300
Utilitas 66 44 66 44 220
Tradisi Kebudayaan 76 76 76 76 304
Mata Pencaharian 88 88 88 88 352
Kerajinan Tangan 26 26 26 26 104
Aksesibilitas 52 52 52 52 234
Atraksi Wisata 84 42 84 42 252
Fasilitas Penunjang 34 68 34 34 107
Wisata
TOTAL 822 882 950 1384
III III II II
(Rendah) (Rendah) (Sedang) (Sedang)

Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada sub-kawasan yang berpotensi tinggi
untuk dikembangkan, maka Sub-Kawasan Prioritas Pengembangan ditetapkan berdasarkan
nilai potensi tertinggi yang ada yaitu sub-kawasan dengan potensi sedang sebagai Sub-
Kawasan Prioritas Pengembangan I, yaitu SK 3 dan SK 4; dan sub-kawasan dengan
potensi rendah sebagai Sub-Kawasan Prioritas Pengembangan II, yaitu SK 1 dan SK 2.
Dari penjumlahan nilai aspek di keseluruhan sub-sub-kawasan diketahui yang memiliki nilai
tertinggi adalah aspek mata pencaharian, hidrologi, fasilitas dan yang memiliki nilai terkecil
adalah aspek kerajinan tangan dan fasilitas penunjang pariwisata.

4.4. Penilaian tapak/Tata Guna Lahan dengan metode VAC


Dalam analisis tapak/Tata Guna Lahan berdasarkan metode VAC, terlebih dahulu
ditentukan petak-petak lokasi pengamatan pada daerah studi terlebih dahulu. Dalam
penilaian VAC, wilayah studi dibagi atas 36 petak pengamatan dengan luas masing-masing
petak + 280 Ha. Pada daerah studi, ada tiga faktor yang penting dalam pengaruh visual
sepanjang jalur pandang, yaitu zona pandang, kemiringan/topografi dan
vegetasi/tetumbuhan. Dalam analisis ini digunakan bobot untuk masing-masing faktor.
Kerangka penilaian faktor VAC dapat dilihat pada tabel 5.9

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-16


LAPORAN AKHIR

A. Zona pandang
Zona Pandang di kawasan studi pada umumnya memiliki keindahan alam yang layak
ditawarkan, tetapi ada bagian tertentu yang pandangannya bersifat terbatas ataupun
tertutup karena ditutupi tanaman. Misalnya saja seperti sebelah Barat obyek yang sebagian
besar pandangan terhalangi oleh semak belukar dan pohon pinus, sedangkan bagian Utara
kawasan terdiri dari hutan campuran dengan kepadatan yang cukup tinggi. Zona pandang
pada obyek studi memiliki potensi untuk mendukung kegiatan wisata alam. (Lihat gambar
5.2)

B. Kemiringan/topografi
Kemiringan lereng yang ada di Kawasan Studi memiliki jenis kelerengan yang
beraneka ragam. Namun, pada umumnya Kondisi topografi kawasan studi bervariasi antara
5 – 45 %. Kawasan dengan kemiringan 0-5% dan 5-15 % merupakan bagian terkecil yang
meliputi sekitar 35 % wilayah yaitu pada bagian tengah obyek yang berfungsi sebagai areal
Inti. Sedangkan kawasan yang lain dengan kemiringan 15-40% dan >40% merupakan
bagian terluas dengan permukaan tanah yang berkontur dan berbukit–bukit. Hal ini
merupakan penghambat bagi perkembangan obyek wisata terutama karena membatasi
adanya pembangunan fasilitas terbangun dan dapat mengakibatkan potensi bencana tanah
longsor. Dengan tingkat kemiringan tersebut, apabila tumbuh-tumbuhan di atas lahan
tersebut ditebang maka lereng akan sangat mudah terkena erosi dan berakibat pada
terbentuknya parit-parit. Namun disisi lain, kemiringan tersebut berpotensi untuk mendukung
kegiatan wisata lintas alam dan mendaki gunung.

C. Vegetasi
Berdasarkan Hasil Analisis, hutan merupakan daya tarik bagi wisatawan. Dengan
melihat kecenderungan kedatangan wisatawan yang ingin menikmati pemandangan alam
maka dalam pengembangan nantinya hutan tetap dipertahankan keasliannya sebagai salah
satu unsur atraksi wisata di Kawasan Studi. Sedangkan ditinjau dari fungsinya, jenis
vegetasi pada kawasan studi tidak sesuai dengan fungsinya sebagai penyangga karena
sebagian besar berupa tanaman pinus yang bukan merupakan tanaman keras, sehingga
kurang dapat meresap air dalam jumlah besar.

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-17


LAPORAN AKHIR

Tabel 4.13. Kerangka Penilaian VAC


Faktor Kondisi Nilai Penjelasan
Penilaian
Zona  memiliki potensi 3 Angka 1 diberikan sebagai nilai
Pandang keindahan alam untuk terendah, sedangkan nilai
ditawarkan, sifat pandangan selanjutnya mengikuti item yang
terbatas 2 ada dengan kriteria baik, sedang
 memiliki potensi dan buruk. Diberikan nilai 1
keindahan alam untuk sebagai angka terendah karena
ditawarkan, sifat pandangan 1 walaupun tidak memiliki potensi
tertutup pemandangan dan sifat
 tidak memiliki potensi pandangan tertutup dan terbatas,
keindahan alam untuk akan tetapi kawasan ini masih
ditawarkan, sifat pandangan bisa dimanfaatkan
terbatas dan tertutup
Topografi  0 – 15 % 3 Topografi dibedakan menjadi
 16 – 30 % 2 landai, sedang dan curam. Angka
 > 31 % 1 terendah diberikan kepada
kelerangan di atas 31 %.
Sedangkan nilai tertinggi untuk
kelerengan 0 – 15 %.
Pertimbangan pemberian nilai
juga didasarkan pada kondisi
kawasan yang akan dinilai, yaitu
kawasan yang memiliki lahan
yang landai yaitu 0 – 30 %,
sehingga nilai terburuk diberikan
pada lahan dengan kelerengan
31 % yang berpotensi untuk
terjadi bencana
Vegetasi  Tanaman beragam 3 Vegetasi dibedakan menjadi 3,
(hutan campuran), dengan dengan nilai terendah 1 dan nilai
kepadatan tanaman tinggi tertinggi 3, nilai 2 diberikan
 Vegetasi dominan 2 karena walaupun kawasan ini
berupa pohon berkayu memiliki potensi vegetasi tetapi
sejenis dan tanaman olahan kurang dapat meresap air hujan
 Vegetasi dominan 1 dalam jumlah besar, sedangkan
berupa semak, rerumputan, nilai 1 diberikan karena vegetasi
belukar yang ada masih bisa
dimanfaatkan

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-18


LAPORAN AKHIR

1) Penilaian tapak
Penilaian tapak dengan metode VAC adalah dengan cara menganalisis masing-
masing petak pengamatan dan kemudian dilakukan perhitungan total VAC dengan
menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
Total VAC = ZP . ( T + V )
Dimana :
ZP = Zona Pandang
T = Topografi/Kemiringan Lahan
V = Vegetasi/Tetumbuhan
Berdasarkan rumus di atas maka hasil penilaian VAC pada petak-petak pengamatan dapat
dilihat pada 4.14. dibawah berikut:

Tabel 4.14. Penilaian VAC pada Petak-petak Pengamatan


Faktor VAC
Petak
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Zona Pandang 2 2 3 3 3 2 2 2 3
Topografi 1 1 3 3 3 2 2 3 3
Vegetasi 2 3 2 2 2 2 3 2 1
Total VAC 6 8 15 15 15 8 10 10 12

Faktor VAC
Petak
10 11 12 13 14 15 16 17 18
Zona Pandang 2 3 3 2 3 3 2 2 2
Topografi 2 3 3 2 3 3 3 2 2
Vegetasi 2 2 2 3 2 2 2 2 2
Total VAC 8 15 15 10 15 15 10 8 8

Faktor VAC
Petak
19 20 21 22 23 24 25 26 27
Zona Pandang 3 3 3 2 3 2 2 2 2
Topografi 3 2 3 2 3 2 1 3 2
Vegetasi 2 2 2 2 2 2 3 2 2
Total VAC 15 12 15 8 15 8 8 10 8

Faktor VAC
Petak
28 29 30 31 32 33 34 35 36
Zona Pandang 3 3 2 2 2 2 2 3 2

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-19


LAPORAN AKHIR

Topografi 3 1 1 1 2 2 2 2 2
Vegetasi 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Total VAC 15 9 6 8 8 8 8 12 8
2) Pengelompokan kelas lahan
Berikut ini pengelompokan kelas lahan dari areal yang mempunyai distribusi nilai
VAC seperti pada tabel sebagai berikut :
k = 1 + 3,3 log 36
= 1 + 3,3 . 1,5
= 6,1 (dibulatkan 6)
Interval nilai VAC tiap kelas adalah :
Interval = Nilai VAC Maksimum – Nilai VAC minimum
Jumlah Kelas
= 15 – 6 = 1,5 (dibulatkan menjadi 2)
6
Dari perhitungan tersebut diperoleh kelas lahan yang mempunyai nilai VAC total
sebagai berikut :
 Kelas Lahan I : 10,5 – 12
 Kelas Lahan II : 9 – 10,4
 Kelas Lahan III : 7,5 – 8,9
 Kelas Lahan IV : 6 – 7,4
 Kelas Lahan V : 4,5 – 5,9
 Kelas Lahan VI : 3 – 4,4

Pembagian klasifikasi lahan berdasarkan penilaian lansekap adalah sebagai berikut :


1. Kelas I, (memiliki total nilai VAC antara 10,5 - 12)
Merupakan petak yang paling bagus bila dilihat dari penilaian pemandangan. Faktor
zona pandang pada lokasi ini termasuk pada klasifikasi pandangan bebas dan
didukung oleh pemandangan alam yang indah serta vegetasi yang berupa hutan
campuran. Petak lahan ini kurang didukung oleh keadaan topografi yang relatif
curam yaitu > 45 %. Lahan jenis ini sebagian besar tidak layak untuk dikembangkan
sedangkan yang lain layak. Termasuk dalam kelas lahan ini adalah petak nomor
3,4,5,9,11,12,14,15,19,20,21,23,28, dan 35.
2. Kelas II, (memiliki total nilai VAC antara 9 – 10,4)
Merupakan petak yang cukup bagus bila dilihat dari penilaian lansekap. Faktor zona
pandang pada lokasi ini termasuk pada klasifikasi pandangan tertutup namun
memiliki keindahan alam yang layak ditawarkan. Jenis vegetasi dominan homogen.

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-20


LAPORAN AKHIR

Petak lahan ini sangat didukung oleh keadaan topografi yang relatif datar yaitu 0-15
%. Lahan ini dalam kategori layak untuk dikembangkan. Termasuk dalam kelas lahan
ini adalah petak nomor 7,8,13,16,26, dan 29.
3. Kelas III, (memiliki total nilai VAC antara 7,5 – 8,9)
Faktor zona pandang pada petak ini termasuk dalam klasifikasi pandangan tertutup
namun mempunyai potensi keindahan alam yang dapat ditawarkan. Vegetasi pada
petak ini berupa hutan sejenis. Petak lahan ini kurang didukung oleh keadaan
topografi yang relatif sedang yaitu 16-30 % namun sebagian lainnya termasuk relatif
curam yaitu > 45 %. Lahan ini kurang layak untuk dikembangkan Termasuk dalam
kelas lahan ini adalah petak nomor 2,6,10,17,18,22,24,27,31,32,33,34, dan 36.
4. Kelas IV, (memiliki total nilai VAC antara 6 – 7,4)
Faktor zona pandang pada petak ini termasuk pandangan terbatas dan tertutup serta
tidak mempunyai potensi keindahan alam untuk ditawarkan. Lokasi ini kurang
didukung oleh keadaan topografi yang relatif curam yaitu > 45 %. Lahan ini kurang
layak untuk dikembangkan. Termasuk dalam kelas lahan ini adalah petak nomor 1
dan 30.
5. Kelas VI, (memiliki total nilai VAC antara 3 - 4,4)
Faktor zona pandang pada petak ini termasuk pandangan terbatas dan tertutup serta
tidak mempunyai potensi keindahan alam untuk ditawarkan. Karena jenis vegetasi
dominan adalah rumput dan semak belukar. Namun lokasi ini didukung oleh keadaan
topografi yang relatif datar yaitu 0-15 %. Lahan ini layak untuk dikembangkan. Di
kawasan studi tidak ada yang termasuk dalam kelas lahan ini.

Berdasarkan hasil analisis VAC di atas dapat disimpulkan bahwa tapak pada kawasan
studi dominan pada kelas lahan I dan III yaitu tapak yang mempunyai potensi keindahan
alam yang dapat ditawarkan namun sifat pandangannya terbuka dan tertutup, namun
memiliki permasalahan pada topografinya yang relatif curam yaitu > 30 %. Dengan
demikian sebagian besar lahan pada kawasan studi layak untuk dikembangkan. Dengan
demikian, beberapa lahan memiliki pola penggunaan yang kurang sesuai dengan
karakteristik lahannya.

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-21


LAPORAN AKHIR

4.5. Analisis Kepariwisataan


4.5.1. Analisis Sistem Hubungan (Linkage System)
Kawasan Studi yang terletak di Kabupaten Sumedang yang mempunyai karakteristik
khusus diantara rute perjalanan Bandung – Sumedang – Kadipaten – menuju kota Cirebon.
Rute perjalanan tersebut diatas pada saat ini adalah merupakan rute perjalanan wisata
dengan kondisi jalan yang baik sehingga dapat menunjang kelancaran dan aksesibilitas
kegiatan kepariwisataan. Sepanjang koridor perjalanan dari arah Bandung – Sumedang
dilanjutkan berwisata ke Cirebon ada beberapa potensi kegiatan yang dapat dikembangkan
dalam rangkaian paket wisata yang terpadu dikemas menjadi satu paket perjalanan
kepariwisataan, yang menggabungkan wisata belanja, kuliner, alam dan peninggalan
sejarah. Dengan melihat potensi Kawasan Studi yang terletak pada rute perjalanan wisata
Bandung – Sumedang – Kadipaten - Cirebon, dapat diambil peluang untuk menangkap
potensi wisatawan dalam jumlah besar. Terlebih lagi, kondisi obyek yang memiliki
karakteristik pegunungan yang sebagian besar diminati wisatawan dari kota-kota besar.
Dengan adanya aksesibilitas yang menghubungkan Bandung dengan Cirebon maka
kawasan studi mempunyai peluang untuk menarik wisatawan, karena Kota Bandung dan
Kabupaten Cirebon merupakan Kawasan Wisata Unggulan di Jawa Barat yang menjadi
salah satu Daerah Tujuan Wisata Utama di Jawa Barat.

4.5.2. Analisis Competitive Object


Pada kondisi eksisting, kawasan studi memiliki karakteristik yang khas sehingga
memiliki potensi untuk diminati oleh wisatawan. Dari sistem hubungan di atas dapat
diketahui bahwa Kawasan Studi termasuk salah satu obyek wisata alam yang memiliki
keragaman obyek (waduk, tempat bersejarah, perkemahan dan pegunungan), dibandingkan
dengan obyek wisata lain yang hanya mempunyai satu jenis obyek saja. Selain itu, dilihat
dari jalur perjalanan wisata baik dari Kota Bandung, Kabupaten Majalengka, Kabupaten
Cirebon, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kawasan Studi adalah obyek wisata
yang paling mudah untuk dijangkau dan murah, dibandingkan dengan jarak jangkauan kota-
kota tersebut dengan Purwakarta (waduk Jatiluhur). Sedangkan competitive dengan obyek
wisata lain, obyek wisata di Kabupaten Sumedang sebagian besar merupakan obyek
peninggalan sejarah yang berupa situs dan musium, sedangkan obyek wisata buatan yang
ada yang terdekat dengan kawasan studi adalah beberapa objek wisata di Kecamatan
Jatinangor. Dengan melihat karakteristik wisatawan yang cenderung lebih menyukai wisata

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-22


LAPORAN AKHIR

alam, maka kawasan studi memiliki keunggulan kompetitif untuk menarik wisatawan dalam
jumlah besar.
Dengan adanya kebijakan Paket wisata untuk menggabungkan antara wisata
peninggalan sejarah - wisata buatan – wisata alam, maka kawasan studi yang terletak pada
satu jalur dengan wisata-wisata tersebut mempunyai peluang besar untuk menangkap
wisatawan dalam jumlah besar, terutama juga karena didukung oleh lokasinya yang
berdekatan dengan Bandung.

4.5.3. Proyeksi Pasar Wisatawan


Perhitungan proyeksi jumlah wisatawan yang menuju ke kawasan wisata waduk
jatigede menggunakan acuan proyeksi jumlah wisatawan yang menuju ke provinsi Jawa
Barat berdasarkan RIPDA Jawa Barat dan jumlah wisatawan yang menuju ke Kabupaten
Sumedang berdasarkan data statistik pariwisata Kabupaten Sumedang (Sumedang Dalam
Angka Tahun 2006).
Berdasarkan RIPDA Jawa Barat, persentase jumlah pertumbuhan wisatawan yang
menuju ke objek wisata di Jawa Barat adalah sebesar 30% sejak tahun 2012. Kemudian,
pertumbuhan jumlah wisatawan yang menuju ke Kabupaten Sumedang berdasarkan Data
BPS Tahun 2006 adalah sebesar 1,02% pertahun dan asumsi yang digunakan untuk
mengetahui jumlah wisatawan yang menuju ke kawasan wisata Waduk Jatigede adalah
sebesar 60% terhadap jumlah wisatawan Kabupaten Sumedang.
Berikut ini adalah data hasil proyeksi jumlah kunjungan wisatawan Provinsi Jawa
Barat, Kabupaten Sumedang dan Objek Wisata Jatigede pada Tahun 2012-2017.
Tabel 4.15. Proyeksi Jumlah Wisatawan Provinsi Jawa Barat, Kabupaten
Sumedang dan Objek Wisata Jatigede Tahun 2012-2017
Tahu Jumlah Wisatawan Provinsi Jumlah Wisatawan Jumlah Wisatawan ke
n Jabar Kab.Sumedang Jatigede
2012 21500342 219303 131582
2013 27950445 285095 171057
2014 36335579 370623 222374
2015 47236252 481810 289086
2016 61407128 626353 375812
2017 79829266 814259 488555
Sumber : Hasil Analisis, 2007

Feasibility Studi Kegiatan Pariwisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang 4-23

Anda mungkin juga menyukai