4ANALISIS
2. Menata objek-objek wisata yang sudah dikelola maupun potensi pariwisata yang
belum disentuh oleh pembangunan,
3. Meningkatkan kualitas dan pelayanan khususnya yang berkaitan dengan usaha
pariwisata sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik
nusantara maupun mancanegara,
4. Meningkatkan peran serta masyarakat baik secara perseorangan maupun badan
usaha dalam kegiatan kepariwisataan.
Sumedang. Potensi wisata ini harus dioptimalkan pemanfaatannya sebagai stimulan bagi
peningkatan perkembangan pariwisata di Kawasan sekitar genangan waduk jatigede
dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi keindahan alam dan budaya guna
mendorong perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya
adat istiadat , mutu dan keindahan lingkungan alam untuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan.
Kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi kawasan yang potensial bagi
pengembangan pariwisata di kawasan sekitar genangan waduk jatigede adalah sebagai
berikut :
Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan pariwisata serta tidak
mengganggu kelestarian lingkungan
Kawasan/site yang memang memiliki potensi daya tarik wisata seperti potensi view
atau pemandangan kedekatan dengan atraksi wisata , dll
Diprioritaskan pada areal dengan aksesibilitas yang lebih tinggi
Kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan pariwisata secara ruang dapat
memberikan manfaat :
- meningkatkan perkembangan sektor pariwisata dan meningkatkan investasi di
daerah
- mendorong kegiatan lain yang ada di sekitarnya
- tidak mengganggu fungsi lindung
- tidak mengganggu upaya kelestarian sumber daya alam
- meningkatkan pendapatan masyarakat
- meningkatkan kontribusi pada pendapatan daerah
Pertanian
Pertanian merupakan sektor yang dominan pada 6 kecamatan yang termasuk dalam
kawasan perencanaan. Pertanian pada kawasan waduk jatigede meliputi sub sektor
pertanian tanaman pangan, peternakan, dan perikanan darat.
Dari data di atas, Kec. Jatigede merupakan sentra utama atau produsen utama komoditas
pertanian tanaman pangan di Kawasan Waduk Jatigede.
Peternakan
Komoditas sub sektor pertanian di Kawasan Waduk Jatigede meliputi : sapi perah,
sapi, kerbau, kuda, kambing, babi, domba, ayam ras boiler, ayam kampung, ayam ras
petelur, dan itik.
Berdasarkan kondisi jumlah produksi, terdapat beberapa jenis ternak yang memiliki
jumlah produksi cukup menonjol diantara ternak lainnya : ayam ras boiler, ayam kampung,
dan domba. Kecamatan utama yang paling signifikan menjadi produsen utama ternak
tersebut adalah :
Ayam ras boiler : Kec. Cisitu dan Jatinunggal
Ayam Kampung : Kec. Jatigede , Tomo , Cisitu dan Jatinunggal
Domba : Kec. Jatigede, Cisitu, Jatinunggal, Tomo dan Darmaraja.
Perikanan
Terdapat beberapa jenis produksi ikan yang ada di kawasan Waduk Jatigede, yaitu
produksi ikan dari mina padi dan kolam air tenang. Jenis ikan yang hidup di mina padi dan
kolam air tenang adalah ikan mas, tawes, nilam, nila, mujair, sepat, siam , tambak dan
lainnya. Untuk ikan mas hanya terdapat di Kecamatan Cisitu dengan jumlah produksi 2655
Kg. Untuk jenis ikan mas biasa produksi paling besar dihasilkan oleh Kecamatan
Jatinunggal yaitu sebesar 44980 kg.Selain ikan mas, ikan nila juga merupakan jenis ikan
yang memiliki produksi cukup tinggi yaitu sebesar 24.350 kg yang terdapat di Kecamatan
Darmaraja. Selanjutnya produksi ikan yang cukup besar berturut-turut adalah ikan mujair,
nilem, tawas, tambak dan sepat siam.
Komoditas Unggulan
Sektor unggulan pada kawasan Waduk Jatigede adalah sektor pertanian. Untuk
mendapat gambaran rinci mengenai kondisi sektor ekonomi tersebut perlu dilakukan analisis
komoditas unggulan untuk menilai komoditas yang potensial untuk menjadi komoditas
utama yang dikembangkan berdasarkan jumlah keunggulan komparatif nya terhadap sub
sektor pertanian yang melingkupinya disamping itu perlu diketahui wilayah atau kecamatan
yang memiliki keunggulan pada produksi komoditas tersebut. Berdasarkan analisis LQ
pada RDTRK Kawasan Khusus Waduk Jatigede didapatkan komoditas unggulan dan
kecamatan yang menjadi sentra utamanya. Berikut beberapa hasil identifikasi terhadap
indeks LQ yang relatif sangat menonjol pada kawasan Waduk Jatigede :
Pertanian tanaman pangan
Pisang : Kec. Jatigede dan Cisitu
Sawo : Kec. Jatigede dan Cisitu
Jeruk : Cisitu
Kacang Tanah : Kec. Tomo
Jagung : Kec. Tomo
Peternakan
Kerbau : Kec. Tomo
Domba : Kec. Cisitu
Sapi dan Sapi perah : Kec. Jatigede
Ayam kampung : Kec. Wado dan Tomo
Perikanan
Pembahasan analisis ini akan menelaah kawasan studi berdasarkan tujuan studi
yang telah ditetapkan sehingga dapat teridentifikasi karakteristik kawasan untuk
memunculkan potensi lingkungan yang dimiliki terutama yang berkaitan dengan kelayakan
pengembangan kawasan untuk kegiatan pariwisata. Untuk memudahkan pemunculan
potensi, maka penjabaran analisis akan didasarkan pada masing-masing Kecamatan
sebagai sub-sub kawasan sehingga pada akhirnya dapat memunculkan nilai potensi
kawasan studi berdasarkan batas administrasi kecamatan-kecamatan tersebut.
Metode analisis utama yang digunakan dalam studi ini adalah metode analisis
penilaian karakteristik kawasan, tujuan penggunaan metode analisis ini adalah
memunculkan tingkat potensi masing-masing aspek dan tingkat potensi sub-sub kawasan.
Langkah pertama adalah memunculkan tingkat potensi dan menentukan total indeks
masing-masing aspek, yang kemudian nilai indeks ini digunakan sebagai faktor pengali
dalam proses analisis selanjutnya. Langkah selanjutnya adalah memunculkan tingkat
potensi sub-sub kawasan yang selanjutnya digunakan dalam pembahasan arahan kawasan
secara keseluruhan (Lihat Tabel 4.1).
A. Analisis Fisik
Analisis ini dibagi menjadi 2 sub-bab yaitu analisis fisik dasar dan analisis fisik
binaan. Pembahasan analisis fisik dasar meliputi fisik alam hidrologis dan pola ruang makro,
sedangkan pembahasan analisis fisik binaan meliputi penggunaan lahan, fasilitas dan
utilitas. Kawasan Studi di bagi kedalam 4 Sub Kawasan (SK), dengan pembagian sub
kawasan: SK 1 (Kecamatan Jatigede dan Jatinunggal); SK 2 (Kecamatan Wado); SK 3
(Kecamatan Darmaraja); dan SK 4 (Kecamatan Cisitu).
Hidrologi
Pengambilan aspek ini didasarkan atas kondisi spesifik yang membedakan antara
kawasan ini dengan kawasan lain adalah dari sisi hidrologis. Kondisi hidrologis yang
mencolok dari kawasan studi adalah banyaknya daerah aliran sungai.
Penggunaan Lahan
Kawasan budidaya merupakan kawasan selain kawasan lindung yang dapat
dikelompokkan atas kawasan budidaya pertanian dan non pertanian. Kawasan Budidaya
pertanian merupakan kawasan dengan kegiatan utama pertanian dengan termasuk juga di
dalamnya pengelolaan sumber daya alam dan beberapa fungsi permukiman pedesaan,
pelayanan jasa, pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kegiatan budidaya
ini berupa budidaya pertanian lahan basah, lahan kering, dan pertambangan. Kawasan
budidaya non pertanian didominasi oleh kegiatan selain pertanian yang diantaranya adalah
kegiatan industri, permukiman, dan pariwisata.
1. Kawasan industri. Di Kabupaten Sumedang, kawasan khusus untuk kegiatan industri
(zona industri) dialokasikan di Wilayah Kecamatan Jatinangor dan Cimanggung.
2. Kawasan permukiman. Kawasan ini tersebar di Wilayah Kabupaten Sumedang.
3. Kawasan pariwisata. Kegiatan pariwisata di kawasan ini dapat berlangsung di kawasan
pertanian, kawasan hutan lindung, cagar alam, dan kawasan perkotaan.
B. Analisis Non-Fisik
Pada bagian sub bab ini akan dijelaskan mengenai aspek aspek non fisik untuk
wilayah sekitar genangan waduk Jatigede. Aspek non fisik meliputi aspek sosial
kependudukan, aspek ekonomi dan aspek budaya masyarakat.
Analisis Budaya Masyarakat
Pengertian kebudayaan dalam arti luas menurut Koentjaraningrat adalah seluruh dari
pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya dan karena itu
hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar. Terdapat 3 wujud
kebudayaan yaitu:
1. Wujud ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan. Wujud ini bersifat abstrak, tak
dapat diraba, lokasinya ada di dalam kepala kita masing-masing
2. Wujud kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud ini berbentuk
kegiatan berinteraksi, berhubungan, bergaul satu sama lain dan membentuk pola-pola
tertentu berdasarkan adat istiadat
3. Wujud benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini bersifat kongkrit, nyata,
dapat diraba dan dilihat.
Berdasarkan pengertian di atas, maka pada pembahasan analisis ini meliputi aspek-
aspek yang termasuk ke dalam wujud-wujud kebudayaan tersebut. Aspek-aspek yang
dibahas adalah aspek Tradisi Kebudayaan, Mata Pencaharian Penduduk, dan Industri
Rumah Tangga.
Tradisi Kebudayaan
Potensi non-fisik berupa kehidupan budaya masyarakat yang banyak melibatkan
warga setempat menunjukkan bahwa permukiman ini dapat berfungsi sebagai tempat
bermasyarakat (folk) bagi penduduk setempat. Adanya potensi ini diharapkan dapat
mendukung eksistensi potensi fisik yang akan menambah daya tarik wisata kawasan studi.
Untuk itu diperlukan juga pengemasan potensi ini dengan baik serta melestarikannya secara
turun temurun agar tidak hilang terbawa kemajuan zaman.
Mata Pencaharian
Secara umum masyarakat di kawasan studi merupakan masyarakat yang agraris,
hal ini berkaitan dengan kondisi lingkungan permukiman yang pada umumnya memiliki
suasana pedesaan pertanian kebun (agricultural-rural) yang sangat terasa dengan tapak
yang didominasi oleh lahan kebun dan hunian dengan pekarangan yang ditumbuhi oleh
pohon buah-buahan.
Transportasi (Aksesibilitas)
Secara umum seluruh sub-kawasan dilewati oleh kendaraan umum yang
menghubungkan wilayah studi dengan kawasan lain namun sub-kawasan yang paling
banyak dilalui oleh kendaraan umum adalah Kecamatan Darmaraja. Yang menjadi kendala
utama dari aspek ini adalah transportasi inter-kawasan. Dengan adanya sarana transportasi
wisata inter-kawasan bisa dimanfaatkan sebagai salah satu daya tarik kawasan untuk
menarik pengunjung lebih banyak, sehingga untuk arahan ke depan diusulkan untuk
mengadakan sarana transportasi khusus yang dapat menghubungkan inter-kawasan.
Tabel 4.9. Penilaian Kawasan berdasarkan Aspek Aksesibilitas
KONDISI KAWASAN TOTAL
Variabel Kriteria Nilai
SK 1 SK 2 SK 3 SK 4 INDEKS
3 : Dilalui jalan Provinsi dan Dilalui jalan Dilalui jalan Dilalui jalan Dilalui jalan
Aspek dilalui angkutan Kabupaten Kabupaten Kabupaten dan Kabupaten dan
Motiva 2 : Dilalui jalan Kabupaten dan
dilalui angkutan
dan dilalui
angkutan
dan dilalui
angkutan
dilalui angkutan dilalui angkutan
Atraksi Wisata
Atraksi wisata merupakan aspek yang penting dalam pengembangan kawasan
wisata. Obyek wisata dan segala atraksi yang diperlihatkan merupakan daya tarik utama,
mengapa seseorang datang berkunjung pada suatu tempat, oleh karena itu keaslian dari
obyek dan atraksi disuguhkan haruslah dipertahankan sehingga wisatawan hanya dapat
melihat dan menyaksikan obyek/atraksi tersebut di tempat yang bersangkutan. Pada
pembahasan aspek ini didasarkan dari tiga syarat atraksi wisata yaitu apa yang dapat dilihat
(something to see), apa yang dapat dilakukan (something to do), dan apa yang dapat dibeli
(something to buy).
Dari keseluruhan perhitungan dan penjabaran analisis di atas, diketahui nilai total aspek
dan nilai potensi sub-sub kawasan studi, yaitu:
Tabel 4.12. Rekapitulasi Nilai Aspek dan Potensi di Sub-Sub Kawasan
Nilai Potensi Kawasan Total
Aspek Nilai
SK 1 SK 2 SK 3 SK 4
Aspek
Hidrologi 120 80 80 80 360
Penggunaan Lahan 30 60 60 90 270
Fasilitas 90 60 90 60 300
Utilitas 66 44 66 44 220
Tradisi Kebudayaan 76 76 76 76 304
Mata Pencaharian 88 88 88 88 352
Kerajinan Tangan 26 26 26 26 104
Aksesibilitas 52 52 52 52 234
Atraksi Wisata 84 42 84 42 252
Fasilitas Penunjang 34 68 34 34 107
Wisata
TOTAL 822 882 950 1384
III III II II
(Rendah) (Rendah) (Sedang) (Sedang)
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada sub-kawasan yang berpotensi tinggi
untuk dikembangkan, maka Sub-Kawasan Prioritas Pengembangan ditetapkan berdasarkan
nilai potensi tertinggi yang ada yaitu sub-kawasan dengan potensi sedang sebagai Sub-
Kawasan Prioritas Pengembangan I, yaitu SK 3 dan SK 4; dan sub-kawasan dengan
potensi rendah sebagai Sub-Kawasan Prioritas Pengembangan II, yaitu SK 1 dan SK 2.
Dari penjumlahan nilai aspek di keseluruhan sub-sub-kawasan diketahui yang memiliki nilai
tertinggi adalah aspek mata pencaharian, hidrologi, fasilitas dan yang memiliki nilai terkecil
adalah aspek kerajinan tangan dan fasilitas penunjang pariwisata.
A. Zona pandang
Zona Pandang di kawasan studi pada umumnya memiliki keindahan alam yang layak
ditawarkan, tetapi ada bagian tertentu yang pandangannya bersifat terbatas ataupun
tertutup karena ditutupi tanaman. Misalnya saja seperti sebelah Barat obyek yang sebagian
besar pandangan terhalangi oleh semak belukar dan pohon pinus, sedangkan bagian Utara
kawasan terdiri dari hutan campuran dengan kepadatan yang cukup tinggi. Zona pandang
pada obyek studi memiliki potensi untuk mendukung kegiatan wisata alam. (Lihat gambar
5.2)
B. Kemiringan/topografi
Kemiringan lereng yang ada di Kawasan Studi memiliki jenis kelerengan yang
beraneka ragam. Namun, pada umumnya Kondisi topografi kawasan studi bervariasi antara
5 – 45 %. Kawasan dengan kemiringan 0-5% dan 5-15 % merupakan bagian terkecil yang
meliputi sekitar 35 % wilayah yaitu pada bagian tengah obyek yang berfungsi sebagai areal
Inti. Sedangkan kawasan yang lain dengan kemiringan 15-40% dan >40% merupakan
bagian terluas dengan permukaan tanah yang berkontur dan berbukit–bukit. Hal ini
merupakan penghambat bagi perkembangan obyek wisata terutama karena membatasi
adanya pembangunan fasilitas terbangun dan dapat mengakibatkan potensi bencana tanah
longsor. Dengan tingkat kemiringan tersebut, apabila tumbuh-tumbuhan di atas lahan
tersebut ditebang maka lereng akan sangat mudah terkena erosi dan berakibat pada
terbentuknya parit-parit. Namun disisi lain, kemiringan tersebut berpotensi untuk mendukung
kegiatan wisata lintas alam dan mendaki gunung.
C. Vegetasi
Berdasarkan Hasil Analisis, hutan merupakan daya tarik bagi wisatawan. Dengan
melihat kecenderungan kedatangan wisatawan yang ingin menikmati pemandangan alam
maka dalam pengembangan nantinya hutan tetap dipertahankan keasliannya sebagai salah
satu unsur atraksi wisata di Kawasan Studi. Sedangkan ditinjau dari fungsinya, jenis
vegetasi pada kawasan studi tidak sesuai dengan fungsinya sebagai penyangga karena
sebagian besar berupa tanaman pinus yang bukan merupakan tanaman keras, sehingga
kurang dapat meresap air dalam jumlah besar.
1) Penilaian tapak
Penilaian tapak dengan metode VAC adalah dengan cara menganalisis masing-
masing petak pengamatan dan kemudian dilakukan perhitungan total VAC dengan
menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
Total VAC = ZP . ( T + V )
Dimana :
ZP = Zona Pandang
T = Topografi/Kemiringan Lahan
V = Vegetasi/Tetumbuhan
Berdasarkan rumus di atas maka hasil penilaian VAC pada petak-petak pengamatan dapat
dilihat pada 4.14. dibawah berikut:
Faktor VAC
Petak
10 11 12 13 14 15 16 17 18
Zona Pandang 2 3 3 2 3 3 2 2 2
Topografi 2 3 3 2 3 3 3 2 2
Vegetasi 2 2 2 3 2 2 2 2 2
Total VAC 8 15 15 10 15 15 10 8 8
Faktor VAC
Petak
19 20 21 22 23 24 25 26 27
Zona Pandang 3 3 3 2 3 2 2 2 2
Topografi 3 2 3 2 3 2 1 3 2
Vegetasi 2 2 2 2 2 2 3 2 2
Total VAC 15 12 15 8 15 8 8 10 8
Faktor VAC
Petak
28 29 30 31 32 33 34 35 36
Zona Pandang 3 3 2 2 2 2 2 3 2
Topografi 3 1 1 1 2 2 2 2 2
Vegetasi 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Total VAC 15 9 6 8 8 8 8 12 8
2) Pengelompokan kelas lahan
Berikut ini pengelompokan kelas lahan dari areal yang mempunyai distribusi nilai
VAC seperti pada tabel sebagai berikut :
k = 1 + 3,3 log 36
= 1 + 3,3 . 1,5
= 6,1 (dibulatkan 6)
Interval nilai VAC tiap kelas adalah :
Interval = Nilai VAC Maksimum – Nilai VAC minimum
Jumlah Kelas
= 15 – 6 = 1,5 (dibulatkan menjadi 2)
6
Dari perhitungan tersebut diperoleh kelas lahan yang mempunyai nilai VAC total
sebagai berikut :
Kelas Lahan I : 10,5 – 12
Kelas Lahan II : 9 – 10,4
Kelas Lahan III : 7,5 – 8,9
Kelas Lahan IV : 6 – 7,4
Kelas Lahan V : 4,5 – 5,9
Kelas Lahan VI : 3 – 4,4
Petak lahan ini sangat didukung oleh keadaan topografi yang relatif datar yaitu 0-15
%. Lahan ini dalam kategori layak untuk dikembangkan. Termasuk dalam kelas lahan
ini adalah petak nomor 7,8,13,16,26, dan 29.
3. Kelas III, (memiliki total nilai VAC antara 7,5 – 8,9)
Faktor zona pandang pada petak ini termasuk dalam klasifikasi pandangan tertutup
namun mempunyai potensi keindahan alam yang dapat ditawarkan. Vegetasi pada
petak ini berupa hutan sejenis. Petak lahan ini kurang didukung oleh keadaan
topografi yang relatif sedang yaitu 16-30 % namun sebagian lainnya termasuk relatif
curam yaitu > 45 %. Lahan ini kurang layak untuk dikembangkan Termasuk dalam
kelas lahan ini adalah petak nomor 2,6,10,17,18,22,24,27,31,32,33,34, dan 36.
4. Kelas IV, (memiliki total nilai VAC antara 6 – 7,4)
Faktor zona pandang pada petak ini termasuk pandangan terbatas dan tertutup serta
tidak mempunyai potensi keindahan alam untuk ditawarkan. Lokasi ini kurang
didukung oleh keadaan topografi yang relatif curam yaitu > 45 %. Lahan ini kurang
layak untuk dikembangkan. Termasuk dalam kelas lahan ini adalah petak nomor 1
dan 30.
5. Kelas VI, (memiliki total nilai VAC antara 3 - 4,4)
Faktor zona pandang pada petak ini termasuk pandangan terbatas dan tertutup serta
tidak mempunyai potensi keindahan alam untuk ditawarkan. Karena jenis vegetasi
dominan adalah rumput dan semak belukar. Namun lokasi ini didukung oleh keadaan
topografi yang relatif datar yaitu 0-15 %. Lahan ini layak untuk dikembangkan. Di
kawasan studi tidak ada yang termasuk dalam kelas lahan ini.
Berdasarkan hasil analisis VAC di atas dapat disimpulkan bahwa tapak pada kawasan
studi dominan pada kelas lahan I dan III yaitu tapak yang mempunyai potensi keindahan
alam yang dapat ditawarkan namun sifat pandangannya terbuka dan tertutup, namun
memiliki permasalahan pada topografinya yang relatif curam yaitu > 30 %. Dengan
demikian sebagian besar lahan pada kawasan studi layak untuk dikembangkan. Dengan
demikian, beberapa lahan memiliki pola penggunaan yang kurang sesuai dengan
karakteristik lahannya.
alam, maka kawasan studi memiliki keunggulan kompetitif untuk menarik wisatawan dalam
jumlah besar.
Dengan adanya kebijakan Paket wisata untuk menggabungkan antara wisata
peninggalan sejarah - wisata buatan – wisata alam, maka kawasan studi yang terletak pada
satu jalur dengan wisata-wisata tersebut mempunyai peluang besar untuk menangkap
wisatawan dalam jumlah besar, terutama juga karena didukung oleh lokasinya yang
berdekatan dengan Bandung.