Anda di halaman 1dari 7

BAB 6

EKOSISTEM PERAIRAN
6.1. MANGROVE (BAKAU)
Jenis mangrove yang mendominasi di pesisir Kabupaten Ciamis adalah jenis Rhizopora apiculata. Zonasi
mangrove di pesisir Ciamis bersifat sporadic dimana mangrove yang ada tumbuh menyebar di sekitar
Bakau adalah komunitas tumbuhan yang hidup di dalam kawasan yang lembab dan berlumpur serta muara sungai. Zonasi mangrove pada bagian depan didominasi oleh campuran jenis Rhizopora mucronata
dipengaruhi pasang dan surut (Davis 1940). Ekosistem ini merupakan gabungan komponen daratan dan dan Bruguiera cilindrica kemudian pada bagian lebih dalam terdapat jenis Rhizopora apiculata, Avicenia
akuatik, termasuk tumbuh-tumbuhan yang terdapat di lumpur/pasir yang berair; sedangkan komponen alba dan Nypa fruticants.
hewan terdapat pada akar, batang-batang Bakau, lumpur, dan pada perairan yang melewati kawasan dan Potensi hutan mangrove menyebar merata di Ciamis mulai dari bagian Utara. Tanaman mangrove
bagian daratannya. Ekosistem Bakau pada dasarnya memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial. Secara umumnya terdapat di muara sungai Citanduy (Kecamatan Kalipucang) berdekatan dengan Segara Anakan,
ekonomis Bakau dimanfaatkan untuk kayu bakar, arang, penyamak kulit, bahan-bahan bangunan, peralatan muara Sungai Cigaluh dan Cijulang(Kecamatan Parigi) dan Kecamatan Cijulang). Jenis mangrove yang ada
rumah tangga, obat-obatan dan bahan baku untuk pulp dan industri kertas. Selain itu Bakau juga didominasi oleh bakau-bakau, tancang, terutama di sekitar Pelabuhan Majingklak, sedangkan pohon nipah
dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata alam (ecotourism), baik secara langsung maupun tidak langsung. banyak dijumpai di muara Sungai Cijulang dan Cigaluh. Mangrove berkerapatan lebat, 198,54 Ha mangrove
Nilai penting ekologi Bakau berupa fungsinya sebagai feeding ground, spawing ground, nursery ground berkerapatan sedang dan seluas 69,67 Ha berkerapatan rendah/jarang.
berbagai jenis biota, disamping sebagai pensuplai hara bagi lingkungan perairan sekitar. Nilai sosial hutan Nipah, bakau dan api-api khususnya mendominasi di sepanjang Sungai Cikambulan. Ekosistem mangrove
Bakau berkaitan dengan cara hidup sebagian besar masyarakat pesisir yang kebutuhan hidupnya yang ada di sekitar pesisir Pangandaran tidak ditemui dalam formasi yang lengkap dan tesebar secara acak.
bergantung pada hutan Bakau. Bakau yang berkembang dengan baik memberikan fungsi dan keuntungan Di pesisir Pangandaran sampai dengan daerah Batuhiu tidak ditemukan tumbuhan mangrove, namun di
yang besar, baik dalam mendukung perairan laut, memberikan pasokan bahan bangunan, dan produk- daerah tersebut hanya ditemukan tumbuhan yang termasuk dalam formasi baringtonia dan formasi
produk lain bagi keperluan setempat. ipomea. Penanaman jenis Baringtonia asiatica, Cocos nucifera dan Terminalia cattapa juga sudah
Disamping itu Bakau dapat menjaga stabilitas garis pantai menahan intrusi air laut. Kerusakan serius pada diupayakan dilakukan disepanjang pesisir Pangandaran sampai keperbatasan dengan Desa Parigi.
habitat Bakau di pantai utara Jawa Barat dapat berakibat menurunnya daya dukung ekosistem yang Di kawasan daerah muara Sungai Cigaluh dan Cijulang terdiri mangrove sejati (bakau, api-api) dan
berkaitan dengan habitat tersebut. mangrove tidak sejati(nipah, nibung) khususnya pada rawa payau yang tersebar sepanjang Karang Jaladri
sampai Cijulang. Kondisi hutan mangrove di kawasan ini masih cukup baik, dan di sepanjang muara Sungai
Pelestarian dan perlindungan hutan Bakau diatur dalam undang undang ataupun peraturan pemerintah Cijulang ditemukan tumbuhan Nypa fruticants hingga kurang lebih sekitar 10 Km. Hutan mangrove di
diantaranya Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1999, Pengendalian dan Pencemaran dan atau Perusakan kawasan muara Sungai Cijulang yang termasuk daerah Parigi dan Cijulang luasnya diperkirakan 60 hektar.
Laut dan Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Jenis mangrove yang dominan di daerah ini adalah Avicenia marina dan Sonneratia alba. Sedangkan jenis
Ekosistemnya, dan Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. lain seperti Rhizopora apiculata, Ceriops tagal, Bruguiera gymnorrhiza, Aegiceras corniculatum, Excoecaria
agallocha, Xylocarpus granatum hanya ditemukan di daerah yang berbatasan dengan areal pertambakan
Bakau di Kawasan Pantai Selatan Jawa Barat dan dalam jumlah yang sangat sedikit.
Pesisir Batukaras tidak ditemukan tumbuhan mangrove, namun hanya tumbuhan dari formasi baringtonia
Bakau di kawasan pantai selatan Jawa Barat di jumpai di Kabupaten Ciamis sekitar Muara Sungai Citanduy, yang didominasi dari jenis Callophylum inophyllum, Baringtonia asiatica, Terminalia cattapa dan Hibiscus
tepatnya sekitar Pelabuhan Majingklak dengan sebaran kurang lebih 1,5 ha, kemudian beberapa di daerah tiliaceus. Selain itu juga ditemukan formasi ipomea, antara lain didominasi oleh jenis Ipomea pes-caprae,
kantong pasir pantai sebelah timur Penanjung, Bojong Salawe, Parigi tumbuh secara teratur di sepanjang Pandanus tectorius, Canavalia maritime, Ishaemum muticum dan Spifinex littoreus.
garis pantai (PPPGL, 2000 & 2003). Umumnya jenis Bakau yang tumbuh di daerah ini adalah jenis Hasil citra landsat tahun 2000 menunjukkan luasan mangrove di Kabupaten Ciamis adalah 417,38 Ha
Rhizophora apiculata,R. mucronata dan Bruguiera gymnorrihiza, dengan kondisi relatif masih asri karena dengan kondisi yang masih baik. Selain hutan mangrove, di Cikambulan dan Karangjaladri terdapat vegetasi
belum banyak dimanfaatkan oleh penduduk. Di Kabupaten Cianjur Bakau dijumpai di Sekitar Muara Sungai pantai seluas 148,08 dengan kondisi sedang. Di Pamotan terdapat hutan mangrove seluas 77,15 Ha dengan
Cisakem, Kecamatan Cibintaro, sedangkan di Kabupaten Sukabumi dijumpai mengrove di daerah Cikepuh kondisi cukup baik. Hutan mangrove di kawasan muara Sungai Cijulang yang termasuk daerah Parigi dan
Pangumbahan dengan luasan yang sangat kecil. Jenis Bakau yang ditemukan adalah Rhizophora sp, Cijulang luasnya diperkirakan 60 Ha. Mangrove berkerapatan lebat, 198,54 Ha mangrove berkerapatan
Bruguiera sp, Sonneratia alba, avicenia sp, Callophylum inophylum, Nypa fructicans, baringtonia asiatica. sedang dan seluas 59,67 Ha berkerapatan rendah/jarang. Potensi hutan mangrove ini dapat dimanfaatkan
wilayah pesisir Ciamis ditemukan 18 jenis mangrove sejati yang didominasi oleh jenis Rhizopora apiculata, untuk kegiatan perikanan, ekowisata, tambak dan sebagainya.
Scyphiphora hydrophyllaceae, Acantus ilicifolius, Nypa fruticans dan Acrosticum aureum dan 9 jenis Teridentifikasi mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Ciamis adalah 334,44 Ha sedangkan pada tahun 2001
mangrove ikutan yang didominasi oleh jenis Pongmia Pinnata dan Terminalia catappa, Pandanus tektorius, luas hutan mangrove di 6 wilayah Kecamatan menyusut menjadi sekitar 237, 588 Ha dengan kondisi + 40 %
Hibiscus sp dan Cerbera manghas. dalam keadaan rusak. Luasan total hutan mangrove yang ada di kawasan pesisir Ciamis adalah sebagai
berikut :

PT.Spektra Adhya Prasarana : Penyusunan ATLAS Wilayah Pesisir dan Laut Selatan 6-1
 Kecamatan Kalipucang : 48 Ha
 Kecamatan Pangandaran : 27, 85 Ha Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem khas perairan pesisir daerah tropis. Pada dasarnya
 Kecamatan Parigi : 31,05 Ha terumbu karang terbentuk dari endapan-endapan masif Kalsium Karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh
 Kecamatan Cijulang : 61, 448 Ha organisme karang hermatipik (Filum Cnidaria) seperti Acropora, Fungia dan Porites yang bersimbiosis
 Kecamatan Cimerak : 18,57 Ha dengan Zooxantellae, disamping adanya Algae berkapur seperti Halimeda dan organisme lain yang
mensekresi CaCo3. Terumbu karang adalah merupakan penahan gelombang alamiah (barrier) khususnya
Luasan berdasarkan lokasi desa yang terdapat mangrove adalah sebagai berikut : karang tepi dan karang atol, sehingga kelestariannya harus dijaga. Disamping itu terumbu karang adalah
merupakan tempat habitat ikan-ikan tertentu baik itu ikan hias maupun ikan untuk konsumsi masyarakat
Tabel 6.1 dan juga dapat berfungsi sebagai objek wisata bahari yang sangat menarik.
Kondisi hutan mangrove di Desa pesisir di pesisir Ciamis Selatan dan sekitarnya
Kerusakan karang tepi di pesisir selatan Jawa Barat umumnya rusak karena ulah manusia, diantaranya oleh
jangkar nelayan yang melakukan pemancingan di daerah terumbu karang, pengeboman ikan dan pasokan
No Nama Lokasi Luas Kondisi (%) Luas (Ha) material dari limbah banjir yang dibawa oleh sungai-sungai. Belum diketahui secara pasti jenis, skala dan
Baik Sedang Buruk dampak dari pencemaran sungai dan pesisir dari limbah perkotaan, erosi lahan dan garis pantai, serta yang
berasal dari industri-industri pengolah hasil pertanian.
1 Desa Babakan 40 40 20 5
Mengingat begitu pentingnya ekosistem terumbu karang maka harus dijaga dan dilestarikan dan untuk
2 Desa Sukaresik 10 20 70 28
pelestarian tersebut telah diatur dalam beberapa undang-undang dan peraturan diantaranya Peraturan
3 Desa Karangjaladri 75 10 15 35 Pemerintah No. 19 tahun 1999, Pengendalian dan Pencemaran dan atau Perusakan Laut dan Undang-
4 Desa Margacinta 40 10 50 8,5 Undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
5 Desa Kondangjajar 11 79 10 10,5
6 Desa Batukaras 20 15 65 35 Terumbu Karang di Perairan Selatan Jawa Barat

7 Desa Cibulan 90 5 5 31,5 Di Kabupaten Sukabumi dijumpai terumbu karang di perairan ujung Genteng dengan luas sebaran sekitar
1305 hektar relatif masih baik. Jenis terumbu karang yang dijumpai di pantai selatan Jawa Barat umumnya
(sumber : Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis Tahun 2001) adalah karang tepi (fringing reef) dan karang penghalang (barrier reef).
Di Kabuaten Garut tepatnya di Perairan Kecamatan Pameungpeuk dengan luas terumbu karang lebih
kurang 6200 hektar tersebar dari bibir batas surut terendah sampai kedalaman sekitar 20 meter. Kondisi
terumbu karang di daerah ini relatif masih baik, kerusakan terjadi hanya di daerah dekat pantai akibat dari
lego jangkar para nelayan saat menambatkan perahunya. Demikian juga halnya terumbu karang di Ranca
Buaya yang masih relatif baik karena belum banyak terganggu oleh aktifitas nelayan
Terumbu karang juga dijumpai di daerah Perairan Parigi, Kabupaten Ciamis tersebar dalam spot yang lebih
kecil dengan total luas sekitar 390 hektar di kedalaman berkisar antara 2 – 20 m. Kondisi trumbu karang di
perairan ini relatif masih baik karena hampir semuanya berlokasi di daerah konservasi, untuk kawasan
wisata laut dan pantai.
Kondisi karangnya di Pantai Barat Pangandaran adalah termasuk kriteria buruk dengan posisi mendatar
mengikuti kontur dasar perairan. Tutupan karangnya mulai terlihat pada jarak 100 meter dari garis pantai.
Pada kedalaman perairan berkisar antara 10 sampai 20 meter pada jarak yang melandai dan sampai jarak
kurang lebih 150 meter dari garis pantai berangsur-angsur mengalami kemiringan kearah dasar dengan
sudut yang agak tajam. Dasar perairan terdiri atas pasir dan lumpur.
Terumbu karang Pangandaran didominasi oleh karang-karang masif yang merupakan karang-karang yang
Gambar 6-1. Ekosistem Hutan Mangrove di Ds. Ciwaru (sumber: Spektra, PPKPL-ITB,2007) berbentuk padat dan keras. Hasil pengamatan bawah air jenis karang yang ditemukan adalah Gonlastrea
retiformis, G.favulus, G.aspera, G.pectinata, Platygyra pini, P.lamellina, Montastrea curta, M.annuligera,
M.magnistellata, Leptastrea transversa, Cyphastrea serailia, C.chalcidium, Echinopora lamellose,
E.Gemmacea, E.Hirsutissima.

6.2. TERUMBU KARANG

PT.Spektra Adhya Prasarana : Penyusunan ATLAS Wilayah Pesisir dan Laut Selatan 6-2
Sebagian besar permukaan terumbu karang ditutupi oleh bentuk abiotik yaitu mencapai 52 % dan penghasil agar, Karagenofit kelompok rumput laut penghasil karagenan, Alginofit kelompok rumput laut
pertumbuhan bentik alga sangat jarang sekali hampir mendekati 0%. Bentik abiotik dalam bentuk patahan penghasil alginat. Jenis–jenis rumput laut yang terdapat di pantai selatan Jawa Barat adalah :
karang (Kategori rubble) dan hamparan pasir (kategori sand) paling umum ditemukan dan sedikit daerah  Sargassum spp.
dengan lembah-lembah cukup dalam (> 1 meter) di atas permukaan terumbu. Karang dalam keadaan mati
(kategori dead scleractinian) menutupi terumbu sampai 25 % dan umumnya kerangka karang yang sudah  Ulva sp.
lama mati yang ditumbuhi oleh alga terutama coraline algae dan turf algae. Karang mati yang ditemukan  Chaetomorpha sp.
masih utuh menempel di atas permukaan terumbu terutama dari karang bercabang (branching), lembaran
 Gracilaria sp.
(foliose). Biotik bentik lain (kategori other fauna) tidak terlalu banyak menutupi terumbu hanya mencapai 4
% dan biasanya banyak ditemukan biota-biota aktif siang saja.  Codium sp.
Rata-rata hasil pengamatan di Pantai Barat Pangandaran menunjukkan bahwa karang mati yang ditumbuhi  Coulerpha spp.
alga adalah komponen tertinggi mencapai 61 % kemudian berturut-turut diikuti oleh alga makro (16 %),  Turbinaria sp.
karang non Acropora (9 %), pecahan karang (8 %), sponge (4 %), Acropora (0,6 %) dan karang lunak (0,6 %).
Angka-angka ini menunjukkan bahwa terumbu karang berada pada kondisi buruk karena nilai komponen  Padina sp.
biotic karang hanyalah sebesar 9,6 %.  Halimeda sp.
Kerusakan di pesisir Ciamis Selatan dapat dilakukan kegiatan rehabilitasi dengan mengembalikan  Eucheuma sp.
keseimbangan ekologis dari ekosistem yang ada dan melindungi pantai dari ombak dengan terumbu buatan  Achtinotrichia fragilis
dan transplantasi karang, terutama di daerah Cijulang Permai, Batu Karas dan Pantai Barat Pangandaran.
Jenis karang yang ditransplantasi adalah jenis Acropora sp.  Amphiroa sp.
 Corallina sp.
6.3. RUMPUT LAUT DAN LAMUN
Penyebaran dari rumput laut ini sama dengan penyebaran terumbu karang seperti yang telah dibahas pada
sub bab terumbu karang sebelumnya. Jenis spesies ekosistem rumput laut yang terdapat di Pantai Jawa
Rumput laut (seaweed) merupakan salah satu komoditi ekspor Indonesia untuk memasok pasar
Barat bagian Selatan ditemukan di sekitar Pangandaran yaitu jenis Acanthophora spp, Amantia spp dan
Internasional. Rumput laut yang diperdagangkan ini merupakan makro algae multiseluler dan dalam
Gracilaria spp dari jenis alga merah, Sargassum spp, Padrima spp, Hydroclathrus spp dan Turbinaria spp
taksonomi diklasifikasikan ke dalam divisio Thalophyta. Divisio ini mempunyai empat kelas besar yaitu
dari jenis alga coklat, serta Halimeda spp, Caulerpa spp dan Ulva spp dari jenis alga hijau dan di Pantai
Rhodophyceae (alga merah), Phaeophyceae (alga coklat), Chlorophyceae (alga hijau) dan Cyanophyceae
Ujung Genteng, Surade.
(alga biru-hijau). Keempat kelas tersebut dibedakan berdasarkan kandungan pigmen dan khlorofil.
lamun di pesisir Ciamis Selatan dijumpai di Pangandaran lokasi pengamatan merupakan komunitas tunggal
Rhodophyceae umumnya berwarna merah, coklat, nila dan bahkan hijau dan mengandung sel pigmen
Thallassia hemprichii yang tumbuh pada substrat jenis pasir dan karang mati.
fikoeritin. Phaeophyceae umumnya berwarna kuning kecoklatan karena sel-selnya mengandung khlorofil –a
dan –c. Clhorophyceae umumnya berwarna hijau karena sel-selnya mengandung khlorofil –a dan –b dengan Hasil pengamatan sebaran lamun secara bebas (jalan kaki dan snorkeling) menunjukkan lamun di
sedikit karoten. Pangandaran tumbuh dari 50 meter kearah tubir pulau dengan kedalaman 50-70 cm.
Jenis-jenis rumput laut yang ditemukan di Indonesia antara lain dari marga Euchema dan Hypnea Wilayah pesisir Ciamis yang memiliki persyaratan yang cukup baik untuk pertumbuhan vegetasi lamun
(penghasil keraginan), Gracilaria dan Gelidium (penghasil agar) termasuk ke dalam kelas Rhodophyceae adalah di wilayah pesisir Ciamis, dimana kondisi perairannya yang relative bersih, dasar perairan berpasir
serta Sargassum dan Turbinaria (penghasil alginat) yang merupakan kelas Phaeophyceae dan dangkal sehingga memiliki penetrasi cahaya matahari yang baik sepanjang tahun. Hasil survey padang
lamun pada tigalokasi pengamatan memperlihatkan dominasi Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii.
Sebaran jenis-jenis rumput laut tersebut di perairan ditentukan oleh kecocokan habitatnya. Habitat rumput
laut umumya adalah pada rataan terumbu karang demikian pula halnya yang terdapat di pantai selatan Sebelah barat pesisir yang mempunyai pantai relatif landai dengan penutupan hampir rata, sekitar 5%.
Jawa Barat. Mereka menempel pada subtrat benda keras berupa pasir, karang, pecahan karang mati atau Setelah pasca Tsunami data tentang tutupan lamun belum kita dapatkan namun sebelum peristiwa
kulit kerang. Sesuai dengan lingkungan terumbu karang, tempat tumbuh rumput laut kebanyakan jauh dari gelombang Tsunami juli 2006 Spesises lamun yang teramati yaitu Halodule univervis, H.pinifolia,
muara sungai. Kedalamannya mulai dari garis pasang surut terendah sampai sekitar 40 meter. Rumput laut Cyamodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovata
Indonesia yang di panen dari alam hanya sampai kedalaman 3-4 meter di bawah pasang surut terendah dan Halophila ovali. Jenis makro alga hijau yang terdapat di Pangandaran, batukaras dan madasari yaitu
dan tercatat ada 555 jenis rumput laut. Ada 61 jenis dari 27 marga yang telah dimanfaatkan untuk makanan Boergesenia forbesii, Caulerpa racemosa var. macrophysa, Chetomorpha crassa, Dadophora sp, Codium
dan bahan baku industri serta 21 jenis dari 12 marga digunakan untuk obat tradisional. Sudah sejak lama geppir, Halimeda opunba, Ova reticulate, Valonia ventricosa. Dari pengamatan lapangan dapat ditunjukkan
masyarakat memanfaatkan komunitas rumput laut alami ini untuk dipanen dan diperjualbelikan. Karena bahwa padang lamun yang ada paling banyak dari suku Hydrocharitaceae dan Potamogetonaceae.
intensitas pemanenan yang tinggi maka produksi rumput laut dari alam semakin lama semakin berkurang. Berdasarkan wawancara dengan nelayan ekosistem padang lamun di sekitar Pangandaran merupakan
Rumput laut dikelompokkan berdasarkan kandungan kimianya yaitu Agarofit adalah kelompok rumput laut

PT.Spektra Adhya Prasarana : Penyusunan ATLAS Wilayah Pesisir dan Laut Selatan 6-3
wilayah penghasil udang rebon dan secara alami, wilayah ini telah berperan penting untuk
perkembangbiakan berbagai jenis biota laut.
Selain tumbuhan tingkat tinggi, padang lamun di Madasari juga dihuni oleh tumbuhan tingkat rendah dari
kelompok algae hijau, algae coklat, sedangkan macam dan jenis algae yang ditemukan diantaranya adalah
Halimeda sp, Sargassum sp, Caulerpa sp, Padina australis, Turbinaria sp, Hynea sp, Gracillaria sp, dan
Euchema sp. Beberapa jenis rumput laut yang ada berpeluang untuk dibudidayakan secara missal oleh
masyarakat yaitu jenis rumput laut Euchema sp (untuk bahan kosmetik dan makanan ringan), Gracilaria sp
(untuk bahan agar-agar). Pemanfaatan potensi padang lamun terdapat di Pangandaran, belum diusahakan
oleh masyarakat. Potensi ini penting untuk dilestarikan dan diawasi dari tindakan yang kurang bijaksana
dengan melibatkan masyarakat, meskpun sampai saat ini pemanfaatannya belum optimal.

Gambar 6-3. Penyu Hijau Saat Bertelur (sumber: Spektra, Gambar 6-4. Pengambilan Telur Penyu untuk Ditetaskan dan
PPKPL-ITB,2007) Dijual Belikan (sumber: Spektra, PPKPL-ITB,2007)

Penyebaran penyu loggerhead ditemukan tersebar di seluruh Indonesia. Penyu hijau makan rumput laut di
laut dangkal, hawksbill makan invertebrata laut di terumbu karang, olive ridley makan kepiting dan udang di
laut dangkal, loggerhead makan crustacea dan moluska, dan leatherback makan ubur-ubur dan
invertebrata plankton lainnya di laut dalam.
Sementara itu penyu yang bertelur di pantai selatan Jawa Barat sebagian besar adalah Penyu Hijau yang
juga merupakan satwa yang dilindungi. Salah satu ciri dari kawasan tempat bertelur penyu tersebut adalah
adanya vegetasi pandan di pantai, kemungkinan besar perteluran penyu di pantai yang ditumbuhi vegetasi
pandan ini merupakan strategi perlindungan bagi telur penyu. Oleh karena itu, pengambilan daun pandan
oleh masyarakat yang digunakan sebagai bahan baku anyaman merupakan gangguan bagi perteluran penyu
hijau tersebut.
Gambar 6-2. Padang lamun di Desa Ujung Genteng Kabupaten Sukabumi (sumber: Spektra, PPKPL-ITB,2007)
Tempat bertelur penyu jenis Chelonia mydas (Green Turtle) di Pesisir Jawa Barat bagian Selatan ditemukan
6.4. FLORA DAN FAUNA di :
 Pantai Ujung Genteng, Sukabumi
6.4.1. Penyu Laut  Pantai Keusik Luhur, Kec. Cimerak, Ciamis
Terdapat 7 (tujuh) jenis penyu yang ada di alam, 6 (enam) diantaranya hidup diperairan Indonesia, antara  Perairan Kab. Cianjur
lain :
 Desa Sindangkerta, Kec. Cipatujah, Tasikmalaya
 Penyu Belimbing (Leatherback turtle / Dermochelys coriache)
Di Pantai Ujung Genteng ditemukan juga tempat perburuan penyu jenis Chelonia mydas dan tempat
 Penyu Hijau (Green Turtle / Chelonia mydas) bertelur dan pengumpulan telur penyu jenis Eretmochelys imbricata (Hawksbill Turtle). Selain itu tempat
 Penyu Sisik (Hawksbill Turtle / Eretmochelys imbricata) penyu bertelur ditemukan juga di muara Cikaso Kec. Tegalbuleud, Pangumbahan, Kec. Ciracap, Sukabumi
dengan jumlah 800 ekor (tahun 1999) dimana terjadi penurunan jumlah penyu yang menetas dibandingkan
 Penyu Tempayan (Loggerhead Turtle / Caretta caretta) dengan tahun sebelumnya. Dan di Cikepuh jumlah penyu yang menetas adalah 300 ekor pada tahun 1999.
 Penyu Lekang (Olive ridley Turtle / Lepidochelys olivacea) Desa Sindangkerta di Kec. Cipatujah, Tasikmalaya merupakan tempat bertelur Penyu Hijau dimana pada
 Penyu Pipih (Flatback turtle / Natator depresus) tahun 1999 terdapat 150 ekor penyu yang bertelur. Jumlah penyu yang bertelur di Cipatujah,
Pangumbahan dan Cikepuh tahun 1994, 1996 dan 1998 diperlihatkan pada Gambar 6.5b. Di Cipatujah,
Tasikmalaya telah dilakukan penelitian untuk menggantikan pekerjaan menganyam daun pandan dengan
kegiatan budidaya lebah. Hal ini didukung dengan adanya vegetasi yang menghasilkan bunga (madu) secara
terus menerus misalnya : kelapa, pisang, buah–buahan dan vegetasi alam lainnya.

PT.Spektra Adhya Prasarana : Penyusunan ATLAS Wilayah Pesisir dan Laut Selatan 6-4
CKKLD Ciamis merupakan tempat penyu hijau bersarang. Populasi penyu hijau (green turtle) yang bersarang Tabel 6.2.
150 penyu betina per tahun. Selain itu juga ditemukan penyu sisik (hawksbill turtle). Besarnya populasi Jenis fauna di pesisir Ciamis Selatan
penyu di perairan Ciamis Selatan menyebabkan kabupaten ini perlu mengkonservasi penyu dengan upaya
penetasan dan menangkarkan tukik penyu sebagai upaya pelestarian dan wisata daerah. No Nama Burung Nama Ilmiah
Saat ini tempat peneluran penyu di CKKLD Ciamis Selatan berada di Desa Cibenda dan Cialit, dan dalam 2
dekade ini telah terjadi penyusutan tempat penetasan karena sebelumnya terdapat gangguan oleh 1 Kuntul kerbau Bubulcus Ibis
masyarakat di sekitar tempat peneluran dan fenomena gelombang Tsunami Juli 2006. 2 Cangak Abu Ardea cinerea
Gelombang Tsunami telah berlalu upaya penangkaran penyu yang dilakukan oleh masyarakat Kelompok
3 Cangak Laut Ardea sumatrana
Pelestari Biota Laut Batu Hiu harus dimulai lagi dari awal karena upaya yang telah dilakukan telah dibawa
oleh arus gelombang Tsunami yang menyebabkan kehancuran lokasi penangkaran penyu. Namun semangat 4 Cekaka Helycon chloris
swadaya pelestarian penyu yang dilakukan oleh kelompok masyarakat ini perlu didukung oleh pihak yang 5 Burung Udang Biru Alcedo caerulescebs
terkait karena biota laut ini kondisinya kian menyusut jumlahnya. Selain penyu Keberadaan lumba-lumba
(spinner, spotted dolphins) di perairan Teluk Parigi. Diindikasikan perairan di sekitarnya merupakan habitat 6 Burung Angin Fregata ariel
untuk berburu ikan karena wilayah jelajah mamalia ini cukup jauh bahkan bisa keluar dari perairan teluk 7 Biawak Varanus salvator
Parigi. Selain itu juga dimungkinkan bahwa perairan CKKL Ciamis merupakan areal asuhan bayi tuna dan 8 Trenggiling Manis javanica
jalur lintasan ruaya tuna sirip kuning dan sirip biru dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik melewati
perairan Sulawesi, dan Filipina. Di daerah aliran muara Sungai Cikambulan dan Cijulang diindikasikan 9 Lutung Trachypitecus auratus
terdapat sidat/pelus ketika memancing di sekitar areal tersebut. 10 Kera Macafascicularis
11 Tando Cynocephalus variegatu.s
6.4.2. Burung Laut dan Burung Musiman 12 Banteng Bos sondaicus
Burung laut merupakan berbagai jenis burung yang makan di laut. Banyak spesies yang ada di laut selama 13 Kijang Muntiacus muntjak
beberapa bulan bahkan beberapa tahun tanpa kembali ke daratan. Kebanyakan spesies burung laut
bersarang dalam koloni besar. Nilainya sangat tinggi, hal ini diketahui oleh pelaut yang mengikuti kelompok 14 Kuntul putih Egretta sp
burung tern, booby dan frigate untuk menentukan kelompok ikan tuna (cakalang). Mereka juga merupakan 15 Trulek Pluviaalis dominica
indikator kualitas lingkungan karena mereka predator tingkat atas, burung laut dapat mengandung polutan 16 Blekok Ardeola speciosa
yang tidak terdeteksi selama bertahun-tahun, tandanya adalah kegagalan reproduksi berulang-ulang dan
turunnya populasi. Jadi memonitor dengan populasi burung laut yang ada dapat menunjukkan kualitas 17 Pecuk ular Anhinga melanogaster
lingkungan, dengan menurunnya populasi dari burung laut menandakan penurunan kualitas lingkungan 18 Kowak maling Nyicticorax nycticorax
habitat dari burung laut itu sendiri. Karena nilainya tinggi, burung laut diburu di Indonesia dan telurnya di
19 Ayam Hutan Gallus g, varius
ambil untuk di makan.
20 Tulung Tumpuk Megalaima lineatu
Kelompok burung musiman lokal (utamanya Ardeidae) dan burung pantai berpindah yang terbang ke
lintang yang hangat pada waktu musim dingin untuk mencari makan di karang, pantai atau dataran pasir 21 Jelarang Ratufa bicolor
dan lumpur. Burung musiman lokal biasanya mencari makan dekat dengan tempat sarang dan 22 Kangkareng Antracoceros convexus
bertenggernya. Mereka diketemukan di seluruh Indonesia. Burung pantai berpindah termasuk yang khusus
berhenti untuk makan dan beristirahat sebelum melanjutkan perjalanannya. Burung ini tersebar di seluruh Sumber : data primer DKP setelah diolah 2004
Indonesia dan memilih substrat (batu kecil, pasir dan lumpur) yang sesuai dengan kebiasaan makan
mereka. 6.4.3. Molusca dan Teripang
Tempat bertelur dan sarang burung jenis S. Sumatrana (Black-naped tern) dan Streing anaetheta (Bridled
tern) ditemukan di perairan Pantai Ujung Genteng, Sukabumi. Disamping itu juga terdapat sarang burung
Walet di Karangbolong, Ranca Buaya, Garut. Jenis-jenis moluska berdasarkan data produksi statistik perikanan Indonesia hasil tangkapan moluska terdiri
dari beberapa jenis, yaitu jenis kerang-kerangan antara lain tiram (Oyester), simping (Scallops), remis (Hard
Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan beberapa jenis fauna yang hidup dan berkembang di Pesisir clams), kerang darah (Blood cochier) dan cumi-cumi antara lain cumi-cumi (scuid), sotong (cattle fish) dan
Ciamis Selatan dan dapat diterangkan pada tabel 6.2. gurita (octopus).
Jenis kerang-kerangan terdapat di hampir semua perairan di Indonesia yang berlumpur, demikian juga
halnya cumicumi. Jenis moluska ini termasuk jenis komoditas yang secara komersial mempunyaii nilai tinggi

PT.Spektra Adhya Prasarana : Penyusunan ATLAS Wilayah Pesisir dan Laut Selatan 6-5
dan mudah ditangkap sehingga cenderung mudah mengalami padat tangkap. Untuk menghindari hal
tersebut perlu dilakukan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya dengan baik. Salah satu langkah penting
pengelolaan sumberdaya ikan adalah dengan menetapkan besarnya potensi ikan.
Teripang merupakan salah satu sumberdaya ikan yang mempunyai niai ekonomis penting dan cukup
potensial untuk dikembangkan. Sebagai komoditi ekspor, teripang merupakan penghasil devisa yang tidak
kecil, bahkan perkembangannya setiap tahun cenderung meningkat baik dari segi volume maupun nilainya.
Ada sekitar 60 jenis
teripang namun yang diperdagangkan hanya 15 jenis, sementara yang mempunyai nilai ekonomis penting
sekitar 5 jenis. Jenis teripang yang banyak di konsumsi adalah marga Holothuria dan Thehonala stichopus.
Untuk mendapatkan keanekaragaman pendapatan nelayan maka budidaya teripang dapat dilakukan di
ekosistem terumbu karang dengan dasar pantai yang berpasir. Di ekosistem ini juga dapat dilakukan
budidaya moluska laut Trochus. Cangkang moluska ini merupakan komoditi ekspor dan dapat menambah
kegiatan para nelayan selain dari menangkap ikan. Di beberapa daerah penangkapan, produksi teripang Gambar 6-5. Tempat Penampungan Ikan Hias (sumber: Gambar 6-6. Ikan Hias Siap untuk di Packing (sumber: Spektra,
cenderung menurun, dalam hal ini disebabkan teripang sangat mudah ditangkap sehingga mudah Spektra, PPKPL-ITB,2007) PPKPL-ITB,2007)
mengalami padat tangkap. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya pengaturan pemanfaatan
sumberdaya sebaik-baiknya, sehingga tingkat pemanfaatannya tidak melebihi daya dukung sumbernya.
Untuk itu perlu dilakukan pendugaan potensi lestari sumberdaya teripang sebagai langkah awal. Perairan pantai merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan karang, dan daerah karang merupakan
tempat hidup bagi sebagian besar ikan hias laut. Perairan Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan
Spesies Moluska dan Teripang yang ditemukan di Indonesia antara lain :
merupakan daerah pertemuan antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Hal ini menyebabkan wilayah
 Kerang/Tridacnidae (Clams) laut Indonesia menjadi kedung dan ladang atau penghasil ikan hias laut yang kaya raya.
 Susu bundar/Trochus niloticud (Ecommercial Trochus)
 Kvalvagnaes (1980) memperkirakan bahwa perairan Indonesia merupakan daerah terkaya akan
 Turbo Marmoratus (Greesnall) jenis-jenis ikan hias lautnya dibandingkan dengan beberapa negara penghasil ikan hias lainnya seperti
 Kerang mutiara/Pinetada spp (Pearl Olysters) Puerto Rico, Hawaii, Singapura, Philipina, Thailand, Srilangka, Kenya dan Ethiopia. Indonesia sendiri
 Pectinidae (Scallops) memiliki + 253 jenis ikan hias laut. Beberapa jeunis ikan hias yang dapat ditemui khususnya disekitar
 Lucinidae (Clams and Cockies) perairan Jawa Barat bagian Selatan diantaranya adalah Suku Pomacentridae (ikan Betok/biru) Lokasi
 Kepala kambing/Cassis cornuta (Hornet Heimetsheil) penangkapan jenis ikan karang ditemukan di Ujung Genteng, Sukabumi; sekitar Sindangbarang, Cianjur; di
 Kepiting Mangrove/Scylla serrata (Magrove crab and other spesies) antara Tasikmalaya dan Ciamis dan dekat Pangandaran, Ciamis.
 Udang karang/Palinuriade (Spiny Lobsters)
Berdasarkan hasil survai BKSDA Jabar II pada tahun 1999, di kawasan CAL Pangandaran dijumpai sebanyak
 Teripang/Holothuriodea (Sea cucumbers)
38 jenis ikan karang dengan indeks keanekaragaman jenis sebesar 1,311 termasuk kategori sedang, ikan
 Cypraecassis ruta (Cumeo helmetshell)
betak hijau (Pomacentrus coelestis) merupakan jenis Mayor Famili dengan nilai frekuensi perjumpaan
Jenis yang ditemukan di Pantai Jawa Barat bagian Selatan adalah teripang/Holothuriodea (Sea cucumbers). tertinggi.
Dimana tempat berkembangnya ditemukan di sekitar Pangandaran, Ciamis dan di Kabupaten Sukabumi.
Berdasarkan survey identifikasi di ekosistem terumbu karang ditemukan beberapa jenis ikan hias/ikan
Selain itu di Kecamatan Cimerak juga ditemukan jenis Susu bundar/Trochus niloticus (Ecommercial Trochus)
karang yang di peairan dijelaskan pada tabel 6.3.
dan Udang Karang/Palinuriade (Spring Lobsters).
Tabel 6.3.
6.5. IKAN HIAS Jenis ikan hias

No Nama Ikan Nama Ilmiah


Usaha penangkapan dan penjualan ikan hias merupakan salah satu alternative mata pencaharian dari
masyarakat Wilayah Pesisir Jawa Barat Selatan, salah satunya ditemukan di Ujung Genteng. Usaha 1 Butter Flay Fish Platax sp
penangkapan dan penjualan ikan hias ini masih menjadi prokontra di masyarakat setempat dikarenakan 2 Zebra Dendrichirus zebra
masih banyak dari nelayan penangkap ikan hias menggunakan obat untuk penangkapan ikan.
3 Kepe-Kepe Chaetedon sp
4 Ekor kuning Seriola lalandi
5 Ikan Lepu Pterois sp

PT.Spektra Adhya Prasarana : Penyusunan ATLAS Wilayah Pesisir dan Laut Selatan 6-6
No Nama Ikan Nama Ilmiah
6 Kipper Scatophagus argus
7 Samandar Siganus verniculator

8 Kerong-kerong Plectorhynchus spp


9 Ikan Kakaktua Scarus ghobban
10 Buntal Asthias sp
11 Kakatua Callyodon ghabbon
12 Betok Chromis cinerascen
13 Pembersih Thallasoma sp
14 Okpis Bodianus mesothorax
15 Kepe-Kepe Cheilmon rostrarus
16 Dokter Labroids dimidiatus
17 Kupu-kupu Chetodon chrysurus
18 Merakan Pterois valiteus
19 Petek-petek Desayllus reticulates
20 Kepe-kepe totol Caetodon citenellus
21 Kerapu tikus Chromoleptis altivelis
22 Lobster Panulirus spp
23 Sersan Abudefduf bengalensis
24 Ikan Einjel Pomachantus anularis
25 Angel Fish
26 Badut/Giru Amphiprion accoelaris
27 Pakol Arothron immaculatus
28 Ikan Klon
29 Ikan Tringger Rhinechantus verrucosus
Sumber : Data Primer laporan ini(DKP Ciamis) setelah diolah 2005

Dari tabel diatas ada beberapa ikan hias yang dapat dijumpai dalam pengamatan di daerah terumbu karang
jenis-jenis ikan karang tersebut antara lain Heniochus sp, Chatodon sp, Chremis sp, Parachaetodon sp,
Plectorhyncus sp, Microcanifius sp, Centropyge sp, Parupeneus sp, Lactoria sp, Hopcentrus sp, Apomichthys
sp, Dascyllus sp, Dorryrramphus sp, Gronovichths sp, Halichoeres sp, Novaculichthys sp, Cantherines sp,
Balistapus sp, Abalistes sp, Sphaeramia sp, Apogonichtfiys sp, Ostorinchus sp, Cephalopholis sp, Pterais sp,
Pomacentrus sp, Cheilio sp, Cpinephelus sp, Caesio sp, Pomacanrhodes sp, Chaetontoplus sp, hariola sp,
Lovania sp.

PT.Spektra Adhya Prasarana : Penyusunan ATLAS Wilayah Pesisir dan Laut Selatan 6-7

Anda mungkin juga menyukai