Anda di halaman 1dari 3

SCRIPT NARATOR

BANTEN “BARU” – BANTEN LAMA BERNUANSA MADINAH

Kawasan Wisata Religi Kesultanan Banten atau yang lebih dikenal dengan sebutan
Banten Lama, kini memiliki “wajah baru”. Seperti apa wajah barunya ? check this out...

[break]

Di kawasan situs peninggalan kerajaan Banten tersebut terdapat reflika atap atau
payung peneduh mirip dengan di Madinah. Wisata religi kawasan Kesultanan Banten
memang sedang dipersiapkan sebagai salah satu tujuan wisata religi kelas dunia.
Terlebih, selain arsitektur wajah barunya yang dipoles cukup memikat, Banten Lama
memiliki daya tarik akan catatan sejarahnya yang hebat.

[break]

Pada zona inti, selain terdapat payung peneduh mirip di Masjid Nabawi Madinah, pada
bagian lantai sudah terpasang marmer. Kanal sudah dihiasi dengan taman. Di sekitar
Keraton Surowosan juga dipasang lampu hias, pagar dan tulisan raksasa.

Kemudian, di Keraton Kaibon terdapat taman kecil yang dinamai Taman Keraton Kaibon.
Jembatan didekatnya dicat warna-warni untuk menghilangkan kesan kekumuhan.
Perubahan fisik pada Banten Lama seperti ini akan lebih menarik kunjungan wisatawan.

[break]

Perubahan ini mulai terlihat pada penghujung tahun 2018. Situs peninggalan kerajaan
Banten tersebut, saat ini memang sedang disiapkan menjadi ikon negeri tanah jawara.

Dari sejarahnya, Banten Lama memiliki catatan hebat. Kesultanan yang didirikan oleh
Sunan Gunung Djati ini, memiliki dua fase sejarah besar, yaitu fase kerajaan dan fase
kesultanan. Fase kerajaan berlangsung selama 70 tahun, dari 1526 sampai 1596 Masehi.
Pemimpinnya diberi gelar maulana, antara lain Maulana Hasanudin, Maulana Yusuf dan
Maulana Muhammad.

[break]
Sedangkan fase kesultanan berlangsung 213 tahun, dari 1596 sampai 1809 Masehi.
Pemimpinnya diberi gelar sultan, yang kala itu diawali oleh Sultan Abdul Mafakhir, putra
Maulana Muhammad.

Kesultanan Banten pernah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abu
Fath Abdul Fatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu,
Pelabuhan Banten di Karangantu menjadi pelabuhan internasional, sehingga
perekonomian kesultanan maju pesat.

Masa kejayaan berangsur menurun dan mulai memasuki masa keruntuhan pada 1813
Masehi. Masa ini beriringan dengan Gubernur-Jenderal Hindia Belanda Herman Wiliam
Daendels berkuasa. Kesultanan Banten pada waktu itu dipimpin oleh Sultan Rafiuddin.

[break]

Belanda dengan kekuatannya membombardir Keraton Kesulatan Banten hingga hancur.


Penampilannya menjadi tidak jauh seperti yang tampak sekarang hanya berupa sisa
bangunan dan beberapa yang masih berbentuk seperti aslinya. Kutipan sejarah ini
menggambarkan Banten Lama memiliki sejarah hebat. Modal sejarah ini menjadikannya
berpeluang sebagai destinasi wisata kelas dunia layaknya masa kesultanan dahulu.

[break]

Sebelum adanya revitalisasi, Banten Lama tampak tidak terurus. Pedagang kaki lima
(PKL) memenuhi sekitar kawasan inti. Kanal-kanal peninggalan kesultanan juga tidak
terurus dan hanya menjadi kali mati dengan air yang menghitam.

Akses jalan masuk dari jalan utama ke Banten Lama dan sekitar Banten Lama tampak
rusak, berdebu saat musim kemarau dan becek saat musim hujan. Kondisi kumuh juga
tampak di kawasan Keraton Kaibon. Di dekat kawasan ini terdapat kali mati yang juga
berwarna hitam. Tidak jauh, jembatan di atas Kali Cibanten juga terlihat kumuh.
Padahal, Banten Lama sering menjadi tujuan destinasi wisata religi warga lokal dan
nasional.
Di tengah kondisi tersebut, angin segar dihembuskan pada masa kepemimpinan
Gubernur Banten Wahidin Halim dan Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy saat ini.

Gebrakan diawali dengan kegiatan ‘Banten bebersih’ yang menggerakkan para aparatur
sipil negara dan seluruh stakeholder dalam upaya menghilangkan stigma kumuh di
Banten Lama. Puncaknya, berlanjut pada penataan kawasan tersebut.

[break]

Revitalisasi yang cukup menyita perhatian publik ini melibatkan Pemerintah Kota
(Pemkot) Serang dan Pemkab Serang karena kawasan Banten Lama terletak di dua
wilayah pemerintah daerah tersebut. Tujuannya, mengembalikan spirit para sultan
dalam membangun Banten Lama dan mengembalikan masa kejayaan kesultanan di era
saat ini.

Tak tanggung-tanggung, Pemprov Banten mengalokasikan dana sekitar Rp 220 miliar


untuk penataan Banten Lama yang dikucurkan secara bertahap.

Dengan berbagai upaya ini, Banten Lama mulai menampakkan perubahan yang
signifikan. Cap kumuh yang melekat perlahan mulai hilang.

Anda mungkin juga menyukai