Anda di halaman 1dari 18

BAB ll

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teoritis

1. Anatomi Kelenjar Saliva

Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva
mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis,
kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Dawes, 2008; Roth and Calmes,
1981).

Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara


bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan
bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar parotis
terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas
horizontal dari tepi kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok
ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang
gigi molar ke-2 permanen rahang atas (Leeson dkk., 1990; Moore dan Agur, 1995).

Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua


setelah parotis, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula. Saluran
submandibularis bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu
papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat,
bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar (Rensburg, Moore dan Agur,
1995).

Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling
dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar
mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


1
sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk
ladam kuda di sekitar frenulum lingualis (Moore dan Agur, 1995).

Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar
labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar lingualis terdapat
bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di
permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar
mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior
berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat
murni mukus (Rensburg, 1995).

Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini
bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada
palatum lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar
glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu
murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal (Rensburg, 19995)

2. Definisi

Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular


dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar
ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan
pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan
tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan
ini cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85%
kasus).(Warta Medika,2009)

Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah
terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar
ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa
pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa,
infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat,
payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita
atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


2
obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan
zat Iodium dalam tubuh (Sumarmo,2008)

3. Etiologi

Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok


paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan
virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ.
Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan
terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genus Rubulavirus
subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae. Virus mumps mempunyai 2
glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini juga
memiliki dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat
larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari
hemaglutinin permukaan.

Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat
bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4
ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus
masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut.Virus bereplikasi pada mukosa saluran
napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa local dan diikuti viremia umum
setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya
lokasi yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal,
jantung atau otak. Virus masuk ke system saraf pusat melalui plexus choroideus lewat
infeksi pada sel mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui
dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus
dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah
munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam sebelum
pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan menghilang
(Sumarmo,2008)

4. Klasifikasi

a. Parotitis Kambuhan

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


3
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara 1 bulan
hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah terinfeksi
virus kemudian kambuh lagi.

b. Parotitis Akut

Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan
pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah yang
dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut, khususnya
apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan dehidrasi.

5. Manifestasi klinik

Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami


keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit
(subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang
mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut. Masa
tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18
hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya
masa tunas dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam
(suhu badan 38,5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan
nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya
disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
b. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang
diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua
kelenjar mengalami pembengkakan.
c. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur
mengempis.

Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan


kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria dewasa adanya pembengkakan buah
pada buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


4
6. Patofisiologi

Menurut Sumarmo (2008) penyakit gondong (mumps, parotitis) yang disebabkan oleh
virus paramyxovirus dapat ditularkan melalui:

 Kontak langsung dengan penderita parotitis.


 Percikan ludah (droplet)
 Muntahan
 Bisa pula melalui air kencing

Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar
yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar
parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari
serum akut dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam
tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian
terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di
jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan
ini disebut parotitis.

Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam,
anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000). Kemudian dalam 3 hari
terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian
bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia selama fase
akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas
kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


5
7. Pathway

Virus Paramyxovirus

Dapat Menyebar Dapat Masuk

 Percikan Ludah  Hidung


 Kontak Langsung  Mulut
 Muntahan
 Urine

Kanaikan Titer IgM dan IgG

Virus Menumpuk Terjadi Poliferasi Viremia (ikurnya virus kedalam darah)

Virus Berdiam Menginfeksi Glandula Parotid

PAROTITIS

3 Hari Terjadi Pembekakan Fase Akut Virus Mumps


1-2 Hari Akan Mengalami
 Nyeri Rahang  Darah
 Demam
 Sulit Menelan  Air Seni Liquor
 Anoreksia
 Sakit Kepala
 Nyeri otot

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


6
8. Komplikasi

Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial,


obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi
nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis,
pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis.Hampir semua anak
yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang gejalanya
kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan
komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut
mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.

Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang
kurang dini menurut Nelson (2000) :

a. Meningoensepalitis

Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian disusul
oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia). Komplikasi
ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak.

b. Ketulian

Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah
(1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan
pendengaran mungkin sementara atau permanen.

c. Orkitis

Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena
mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen Sehingga
kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber dengan gejala demam tinggi
mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada
testis. Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis
terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai parotitis
dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 – 14 hari.
Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


7
merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi.
Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.

d. Ensefalitis atau Meningitis

Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk,
mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan
kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami
ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti
ketulian atau kelumpuhan otot wajah.

e. Ooforitis

Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita
pasca pubertas

f. Pankreatitis

Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita merasakan
mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1
minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri perut sering ringan sampai sedang
muncul tiba-tiba pada parotitis. Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan
pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya
pankreatitis akibat mumps.

g. Tiroiditis

Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi pada
umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan selanjutnya
antibodi antitiroid pada penderita.

h. Miokarditis

Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan
miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis ringan dapat
terjadi dan muncul 5–10hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi dari

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


8
miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T. Dapat
disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.

i. Kelainan pada mata

Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya bilateral,


dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala bervariasi dari
kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10–20
hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan
penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tenonitis, dengan akibat
eksoftalmus; trombosis vena sentral.

9. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan darah secara rutin

Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan
yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit dalam darah
adalah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering
menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.

b. Amilase serum

Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan pembengkakan


parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu. Kadar amylase
normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.

c. Pemeriksaan serologis

Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya
infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu:

1.1 Hemaglutination inhibition (HI) test

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


9
Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat dan serum
yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer spesimen 4 kali selama
infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.

1.2 Neutralization (NT) test

Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan fibroblas
embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi hemadsorpsi. Pengenceran
serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi dinyatakan oleh titer antibodi parotitis
epidemika. Uji netralisasi asam serum adalah metode yang paling dapat dipercaya
untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis dan tidak mahal.

1.3 Complement – Fixation (CF) test

Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon antibodi
terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis epidemika akut.
Antibodi terhadap antigen V mencapai titer puncak dalam 1 bulan dan menetap
selama 6 bulan berikutnya dan kemudian menurun secara lambat 2 tahun sampai
suatu jumlah yang rendah dan tetap ada. Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan
analisis standar apapun menunjukan infeksi yang baru terjadi. Antibodi terhadap
antigen S timbul cepat, sering mencapai maksimum dalam satu minggu setelah timbul
gejala, hilang dalam 6 sampai 12 minggu.

d. Pemeriksaan Virologi

Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan dengan
biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah. Biakan
dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-
NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


10
10. Penatalaksanaan

Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang


sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik
bagi infeksi virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya
simptomatis dan suportif.Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres
hangat, sialagog seperti tetesan lemon, dan pijatan parotis eksternal. Cairan intravena
mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral. Jika
respons suboptimal atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi, maka antibiotik
intravena mungkin lebih sesuai.

Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:

1.1 Penderita rawat jalan

Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum cukup
baik).

a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres.

b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup

c. Kompres panas dingin bergantian

d. Medikamentosa

Analgetik-antipiretik bila perlu

 metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari


 parasetamol : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
 hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko
menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun mematikan.
Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum tentu bebas dari aspirin.
Aspirin seringkali disebut juga sebagai “salicylate“ atau “acetylsalicylic acid“.

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


11
1.2 Penderita rawat inap

Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala

hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi

a. Diet lunak, cair dan TKTP

b. Analgetik-antipiretik

c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi

Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi

a. Encephalitis

simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk mengurangi sakit


kepala.

b. Orkhitis

- istrahat yang cukup

- pemberian analgetik

- sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-4 hari

c. Pankreatitis dan ooporitis

Simptomatik saja

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


12
BAB lll

ASUHAN KEPERAWATAN PAROTITIS

1. Pengkajian
a. Anamnesa
 Identitas pasien
 Keluhan utama keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan parotitis
untuk meminta pertolongan kesehatan adalah klien dengan demam tinggi, nyeri,
dibawah telinga, bengkak pada kelenjar ,sulit membuka mulut dan menelan.
 Riwayat penyakit keluarga : pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada
anggota keluarga yang lain yang pernah mengalami penyakit yang sama.
 Pengkajian Psiko-sosial : dilakukan untuk mengetahui kebiasaan yang sering
dilakukan klien yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ini, dan dapat pula
mengetahui kondisi lingkungan tempat tinggal klien yang memungkinkan timbul
penyakit ini.
b. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : keadaan umum klien dengan parotitis biasanya meringis kesakitan
karena adanya nyeri bagian rahang belakang, terjadinya pembengkakan pada kelenjar
parotis, dan kaku pada rahang (sulit membuka mulu).
 Vital Sign : hasil vital sign klien parotitis biasanya akan menunjukkan peningkatan
suhu tubuh yang tinggi karena terjadi infeksi, dan denyut nadi mengalami takikardi
karena mengalami kecemasan dan kegelisahan.
 Pemeriksaan B6 dan IPPA
 B1 (breathing) : Klien biasanya tidak mengalami sesak pada napas karena
pada dasarnya yang terkena infeksi adalah rahang bagian belakang.
 B2 (blood : Klien biasanya mengalami takikardi karena rasa cemas akibat rasa
nyeri pada rahang bagian bawah dan terjadinya pembengkakan kelenjar.
 B3 (brain) : kesadaran pada klien parotitiscompos mentis, karena mengalami
kecemasan dan terusmenerus gelisah akibat manifestasi klinis dari parotitis,
sakitkepala dan kaku leher.

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


13
 B4 (bladder) : Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake
cairan, pada klien sialadenitis normal.
 B5 (bowel) : Klien biasanya mengalami penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan dikarenakan adanya pembengkakan pada kelenjar
maupun rahang bagian belakang, kesulitan dalam membuka mulut dan
menelan.
 B6 (bone) : klien pada parotitis biasanya mengalami kelemahan otot pada
bagian rahang bawah (submandibula) akibat adanya kemerahan karena
pembengkakan.

2. Diagnosa Parotitis

a. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan inflamasi akibat parotitis dan pengaruh
lingkungan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidak
mampuan untuk mencerna nutrien adekuat akibat kondisi infeksi.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan edema pada kelenjar parotitis.

3. Intervensi

a. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan inflamasi akibat parotitis dan pengaruh
lingkungan.

Tujuan: pasien dapat merasakan kembali rasa aman tanpa nyeri seiring dengan
proses penyembuhan

Kriteria Hasil: Pasien ikut serta dan bekrjasama dalam proses mengembalikan rasa
aman tanpa nyeri.

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


14
NO INTERVENSI RASIONAL
1  Kolaborasi Menggunakan beberapa
Pemberian analgetik farmakologi untuk mengurangi
atau menghilangkan nyeri.

2 Bantuan analgesia yang dikendalikan Memudahkan pengendalian


oleh pasien (patient controlled pemberian dan pengaturan
analgesia (PCA) analgetik oleh pasien

3  Mandiri Memfasilitasi penggunaan obat


Managemen medikasi resep atau obat bebas secara
aman dan efektif
4 Managemen nyeri Meringankan atau mengurangi
nyeri sampai pada tingkat
kenyamanan yang dapat
diterima oleh pasien

5 Managemen sedasi Memeberikan sedatif,


memantau respon pasien, dan
memberikan dukungan fisiologis
yang dibutuhkan selama
prosedur diagnostik atau
terapeutik.

6 Istirahat selama periode demam Pada perode demam,


metabolism tubuh tinggi
sehingga istirahat dapat
Mengurangi metabolism tubuh
dan mempercepat kesembuhan
klien
7 Kompres dingin pada daerah bengkak Karena terjadi infeksi, suhu di
sekitar lokasi pembengkakan
mengalami peningkatan
Dengan kompres dingin
diharapkan suhu dapat turun
dan mengurangi pembengkakan

8 Berikan lingkungan yang tenang dan Lingkungan yang nyaman &


nyaman tenang dapat mendukung pola
istirahat pasien

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


15
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna nutrien adekuat akibat kondisi infeksi.

Tujuan: Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan.

Kriteria hasil: Berat badan kembali ke rentang normal.

NO INTERVENSI RASIONAL
1  Mandiri Berguna dalam mendefinisikan derajat
Catat status nutrisi pasien pada / luasnya masalah dan pilihan
penerimaan, catat turgor kulit, intervensi yang tepat.
beratbadan dan derajat kekurangan
beratbadan, itegritas mukosa oral,
kemampuan atau ketidakmampuan
menelan, adanya tonus usus, riwayat
mual/ muntah atau diare.

2 Selidiki anoreksia, mual dan muntah Dapat mempengaruhi pilihan dan


dan catat kemungkinan hubungan mengidentifikasi area pemecahan
dengan obat. Awasi frekuensi volume masalah untuk ,meningkatkan
konsistensi feses. pemasukan atau penggunaan nutrien.

3 Anjurkan orang terdekat untuk Membuat lingkungan sosial lebih


membawa makanan dari rumah dan normal selama makan dan membantu
untuk membagi dengan pasien kecuali memenuhi kebutuhan personal dan
kontra indikasi kultural.

4 Berikan makan lembut sedikit demi Makanan yang keras tidak mampu
sedikit dan makanan kecil tambahan dikunyah oleh pasien parotitis.
yang tepat. Menghindari makanan Makanan asam menmbah rasa tidak
asam nyaman pada pasien parotitis.
5 Berikan diet cair atau makanan selang Bila masukan kalori gagal untuk
/hiperalimentasi bila diperlukan memenuhi kebutuhan metabolic,
dukungan nutrisi dapat digunakan
untuk mencegah malnutrisi.
6  Kolaborasi Memberikan bantuan dalam
Anjurkan ke ahli diet untuk perencanaan diet dengan nutrisi
menentukan komposisis diet adekuat untuk kebutuhan metabolik
dan diet.
7 Berikan antipiretik tepat Demam meningkatkan kebutuhan
metabolik dan konsumsi kalori.

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


16
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan edema pada kelenjar parotitis.
Tujuan : Memulihkan keadaan tubuh kembali normal tanpa adanya inflamansi.
Kriteria Hasil : Tumbuh kembali normal.

NO INTERVENSI RASIONAL
1 Mandiri Mempersiapkan pasien terhadap krisis
Bimbingan antisipasi perkembangan atau krisis situasional.

2 Peningkatan citra tubuh Meningkatkan persepsi sadar dan tak sadar


pasien serta sikap terhadap tubuh pasien.
3 Peningkatan koping Membantu pasien untuk beradaptasi dengan
persepsi stresor, perubahan, atau ancaman
yang menghambat pemenuhan tuntutan dan
peran hidup.

4 Buat hubungan terapeutik Dalam hubungan membantu, pasien dapat


perawat / pasien. mulai untuk mempercayai dan mencoba
pemikiran dan perilaku baru.
5 Berikan pasien gambaran Memberikan kesempatan mendiskusikan
tentang dirinya sendiri. persepsi pasien tentang diri / gambaran diri
dan kenyataan situasi individu.
6 Catat penolakan pasien Menuunjukkan perasaan isolasi dan takut
dari/dan/atau penolakan/penilaian oleh orang lain.
ketidaknyamanan dalam Penghindaran situasi sosial dan kontak
hubungan sosial. dengan orang lain dapat membuat perasaan
tak berharga.
7 Peningkatan harga diri membantu pasien untuk meningkatkan
penilaian personal terhadap hargadiri.

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


17
Daftar Pustaka

Ngastiyah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.

Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran
EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: Penerbit Buku.

Kedokteran: EGC

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2 Jilid 2. Jakarta: Media

Aesculapicus Penerbit FK UI.

Soemarmo.2008.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit IDAI.

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35600-Kep%20Pencernaan-
Askep%20Parotitis.html . Diakses tanggal 16-09-2013 pukul 20:58.

SISTEM PENCERNAAN 1 - PAROTITIS


18

Anda mungkin juga menyukai