Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

SARKOMA OSTEOGENIK

DISUSUN OLEH :

1. ARIE CAHYANI EKA PUTRI (11121003)


2. ASDA RIANTY (11121005)
3. ENDRI WULANDARI (11121015)
4. MARTHA SIAGIAN (111210
5. RACHEAL READY SIHOMBING (111210

S1 REGULER 5A

STIKes PERTAMEDIKA

2013-2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan
karunianya,sehingga makalah Sistem Muskuloskeletal 2 “Sarkoma Osteogenik” ini dapat
kami selesaikan.

Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana, singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca, khususnya keluarga
STIKES PERTAMEDIKA.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Maka kami berharap adanya
masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan
dengan layak sebagaimana mestinya.

JAKARTA, MARET 2014

PENYUSUN
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer


yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang.Tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,terutama lutut.(
Price,1962:1213 )
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun
jumlah penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100
penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220
juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta
dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak
yang menderita kanker per tahun.
Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah
Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat
455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128
kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma
merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor
tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor
tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita
kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75%
penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya
penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga
penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat
menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena
terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25
tahun ( pada usia pertumbuhan ).( Smeltzer. 2001 hal : 2347 ).
Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada
anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit
ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti
belum diketahui. Melihat jumlah kejadian diatas serta kondisi penyakit yang
memerlukan pendeteksian dan penanganan sejak dini.

B. Rumusan Masalah
1. apa yang dimaksud sarkoma osteogenik ?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi sarkoma osteogenik ?
3. Apa yang etiologi Sarkoma osteogenik ?
4. Bagaimana patofisiologi sarkoma osteogenik ?
5. Apa manifestasi klinis sarkoma osteogenik ?
6. Apa komplikasi sarkoma osteogenik ?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik sarkoma osteogenik ?
8. Bagaimana penatalaksanaan sarkoma osteogenik ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan sarkoma osteogenik ?

C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan Sarkoma Osteogenik.
2. Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui definisi dari sarcoma osteogenik.
2. Mengetahui anotomi dan fisiologi sarcoma osteogenik
3. Mengetahui etiologi dari sarcoma osteogenik.
4. Menjelaskan patofisiologi sarcoma osteogenik.
5. Mengetahui manifestasi klinis sarcoma osteogenik.
6. Mengetahui komplikasi sarcoma osteogenik.
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang sarcoma osteogenik
8. Menjelaskan penatalaksanaan medis dari sarcoma osteogenik.
9. Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan sarcoma osteogenik .
D. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan maklah ini terdiri dari 3 bab,yaitu :


BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang,Tujuan:
Tujuan umum dan tujuan khusus, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI yang terdiri dari Definisi, antomi fisiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN yang terdiri dari pengkajian, diagnose


keperawatan, dan intervensi keperawatan.

BAB IV PENUTUP yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung.
(Danielle,1999).
Sarkoma osteogenik adalah suatu pertumbuhan yang cepat pada tumor
maligna tulang( kanker tulang yang tidak diketahui penyebabnya). ( Suratun dkk,
2006).
Sarkoma osteogenik merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.
Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang, tempat yang paling sering terserang
tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. (Price, 1998: 1213).
Sarkoma osteogenik sering terjadi pada tulang panjang, terutama femur(paha),
atau lutut. (Suratun, dkk, 2006).
Sarkoma sering terdapat pada pria dengan usia 10-25 tahun, terutama pada
psien yang menderita penyakit paget.
B. Anatomi dan Fisiologi

Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk gerak pasif, proteksi alat-alat
di dalam tubuh, pembeda Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan
hematopoietik yang membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk
menyimpan dan mengatur kalsium dan posfat. Ruang ditengah tulang-tulang tertentu
berisi jaringan hematopoietik yang membentuk berbagai sel darah dan tempat primer
untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan posfat.
Sebagaimana jaringan pengikat lainnya, tulang terdiri dari komponen matriks dan sel.
Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan protein non-kolagen. Sedangkan sel
tulang terdiri dari osteoblas, oisteosit, dan osteoklas.
Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu proses yang
disebut osifikasi.Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas
mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam
mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian
maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang
tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus
metastasis kanker ke tulang.Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak
sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas
mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan
matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulan90g sehingga kalsium dan
fosfat terlepas ke dalam aliran darah. (Setyohadi, 2007; Wilson. 2005; Guyton. 1997)
C. Etiologi
Penyebab osteosarcoma belum jelas diketahui, tetapi ada beberapa factor diantaranya:
a. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
b. Keturunan
c. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat
pajanan radiasi).
d. Virus onkogenik ( Smeltzer. 2001: 2347 ).
D. Patofisiologi

Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer


yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.
Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan
kekeluargaan menjadi suatu predisposisi. Begitu pula adanya hereditery. Dikatakan
beberapa virus onkogenik dapat menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan.
Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma. Akhir-akhir ini
dikatakan ada 2 tumor suppressor gene yang berperan secara signifikan terhadap
tumorigenesis pada osteosarkoma yaitu protein P53 ( kromosom 17) dan Rb
(kromosom 13).
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma. Mulai
tumbuh bisa didalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut sampai pada
jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier
pertumbuhan tumor kedalam sendi. Osteosarkoma mengadakan metastase secara
hematogen paling sering keparu atau pada tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15%-
20% telah mengalami metastase pada saat diagnosis ditegakkan. (Salter, robert :
2006).
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik
(destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak
menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam
jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan
pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik,
tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan
sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau
kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor
ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya;
garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan
tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel
tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi
sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
Pathway dari sarcoma osteogenik

E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis keganasan ini meliputi :
a. Nyeri, bengkak, terbatasnya gerakan, menurunnya berat badan, nyeri pada
punggung bawah merupakan gejala khas yang disebabkan oleh adanya penekanan
pada vertebra oleh fraktur patologis. (Suratun dkk, 2006).
b. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena
c. Gejala-gejala penyakit metastgatik meliputi nyeri dada, demam, berat badan
menurun dan malaise.
(Smeltzer, 2001).
F. Komplikasi
1. Akibat langsung : Patah tulang
2. Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan
tubuh
3. Akibat pengobatan : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan
pada kemoterapi.
4. Dan stress keluarga sering menyertai diagnosis kanker, terutam pada anak-anak
(Corwin,2000).
G. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang
diagnosis seperti CT, mielogram, asteriografi, MRI, biopsy, dan pemeriksaan
biokimia darah dan urin. Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur untuk
follow-up adanya stsis pada paru-paru. Fosfatase alkali biasanya meningkat pada
sarcoma osteogenik. Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari
payudara, paru, dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan,
anoreksia, mual, muntah, polyuria, kejang, dan koma. Hiperkalsemia harus
diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsy bedah dilakukan untuk identifikasi
histologic. Biopsy harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan
kekambuhan yang terjadisetelah eksesi tumor. (Rasjad, 2003).
H. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor,
pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal
dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan,
kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan atau radiasi dan
kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi
(MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam
kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian
cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat,
mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).
 Tiga jenis perawatan standar yang digunakan.
a. Bedah (mengambil yang kanker dalam suatu operasi).
b. Kemoterapi (menggunakan obat untuk membunuh kanker sel).
c. Terapi radiasi (menggunakan tinggi dosis x-ray untuk membunuh
sel kanker).
Selain standar terapi ini, perawatan yang disebut perawatan biologis.Tetapi
sedang di uji untuk local dan melastastik osteosarcoma. Terapi bioologis adalah
perawatan yang menggunakan system kekebalan tubuh pasien untuk melawan kanker.
Zat yang dibuat oleh badan atau dilakukan di laboratorium yang digunakan untuk
meningkatkan, langsung, atau mengembalikan perlawanan alami tubuh terhadap
kanker. Jenis ini perawatannya disebut biotherapy atau immunotherapy.
2. Bedah
Perawatan bedah untuk osteosarkoma terdiri dari amputasi baik atau operasi
penyelamatan anggota badan. Saat ini, kebanyakan remaja dengan kasus
osteosarkoma lengan atau kaki dapat ditangani dengan operasi penyelamatan anggota
badan dari pada amputasi. Dalam operasi penyelamatan anggota badan, tulang dan
otot yang dipengaruhi oleh osteosarkoma disingkirkan, meniggalkan kesengjangan di
tulang yang baik yang diisi oleh tulang cantum (biasanya dari tulang bank) atau lebih
sering logam bagian khusus. Ini dapa tepat dicocokkan dengan ukuranyang cacat
tulang. Resiko infeksi lebih tinggi dan patah tunlang dengan tulang bank ini dan oleh
karena itu penggantinya logam prostheses lebih umum digunakan untuk rekonstruksi
dari tulang setelah pengangkatan tumor.Jika kanker telah menyebar ke saraf dan
pembuluh darah sekitar tumor asliya pada tulang, amputasi (mengeluarkan bagian dari
anggota badan bersama osteosarcoma) sering kali satu-satunya pilihan.
Ketika osteosarkoma telah menyebar ke paru-paru atau tempat lain,
pembedahan mungkin juga dilakukan untuk menghapus tumor ini di lokasi yang jauh
tersebut.
Semua pasien dengan osteosarkoma harus operasi untuk menghapus tumor,
jika memungkinkan. Dokter mungkin hanya menghapus beberapa kanker dan bagian
yang sehat dari jaringan di sekitar kanker. Ketika Tumor adalah dalam berat tulang,
tulang harus dilindungi selama kegiatan untuk menghindari fraktur. Kadang-kadang
semua atau sebagian dari lengan atau kaki mungkin akan dibuang (diamputasi)untuk
memastikan bahwa semua yang diambil dengan kanker. Jika kanker telah menyebar
ke kelenjar getah bening, kelenjar getah bening yang akan dihilangkan (getah bening
mode pemotongan).
Pada pasien dengan osteosarkoma yang belum tersabar di luar tulang,
penelitian menemukan tidak adanya perbedaan dalam keseluruhan hidup telah
melakukan operasi dengan amputasi. Bila kanker dapat dibawa keluar tanpa amputasi,
perangkat buatan atau tulang dari tempat-tempat lain di dalam tubuh dapat digunakan
untuk menggantikan tulang yang telah dibuang. Proses pembangunan kembali
(kembali) merupakan bagian dari tubuh diubah dengan operasi sebelumnya disebut
rekonstruksi operasi. Pilihan untuk rekonstruksi di operasi dengan pasien
osteosarkoma tergantung pada banyak factor, termaksuk dimana letak tumor,
bagaimana besarnya, usia pasien, dan lain sebagainya.
3. Kemoterapi
Kemoterapi biasanya diberikan baik sebelum maupun setelah operasi. Ia
menghilangkan kantong kecil dari sel kanker di tubuh, bahkan yang terlalu kecil
untuk tampil saat scan medis. Seseorang dengan osteosarkoma diberi oabt kemoterapi
Intravena (melalui pembuluh darah)atau secara oral(dengan mulut). Obat memasuki
aliran darah dan bekerja untuk membunuh kanker di bagian tubuh dimana penyakit
telah menyebar, seperti paru-paru atau organ lain.
Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker.
Kemoterapi dapat dilakukan dengan pil atau dimasukkan ke dalam tubuh dengan
jarum lewat pembuluh darah atau otot. Kemoterapi dengan lebih dari satu obat disebut
kemoterapi kombinasi.
Kadang-kadang kemoterapi adalah menyuntikkan langsung ke dalam wilayah dimana
ditemukan kanker (kometerapi daerah). Dalam osteosarkoma, operasi ini sering
digunakan untuk menghapus lokal tumor kemoterapi dan kemudian diberikan untuk
membunuh semua sel kanker yang tetap dalam tubuh. Kemoterapi diberikan setelah
operasi dalam penghapusan juga dapat diberikan sebelum operasi yang mengecilkan
kanker sehingga dapat dihapus selam operasi ini disebut neoadjuvant kemoterapi.

a. Neoadjuvant kemoterapi
Kebanyakan perawatan osteosarkoma menggunakan protocol untuk periode awal
selama sistemik kemoterapi sebelum reseksif definitive dari dasar tumor (reseksi dari
metastases untuk pasien dengan penyakit metastatic). Patolog yang menilai nekrosis
di tumor yang terdeteksi. Pasien dengan lebih besar atau sama dengan 90% nekrosis
di dasar tumor setelah induksi kemoterapi memiliki prognosa lebih baik dibandingkan
dengan kurang nekrosis. Pasien dengan nekrosis kurang (<90%)di dasar tumor berikut
awal kemoterapi memiliki pengulangan lebih tinggi dalam 2 tahun pertama
dibandingkan dengan pasien yang lebih baik dengan jumlah kebekuan (≥90%). Foto
modalitas seperti dinamis resonan magnetic imaging mungkin bisa noninvasive
menawarkan metode untuk menilai nekrosis. Kurang nekrosis tidak boleh diartikan
dengan arti yang telah kemoterapi tidak efekif; tariff untuk menyembuhkan pasien
dengan sedikit atau tidak kebekuan berikut induksi kemoterapi jauh lebih tinggi
dibandingkan harga obat untuk pasien yang tidak menerima kemoterapi. Perawatan
osteosarkoma termasuk kemoterapi (penggunaan obat medis untuk membunuh sel
kanker dan bersembunyi di kanker) diikuti oleh operasi(untuk menghapus sel kanker
atau tumor)dan kemudian kemoterapi lebih lanjut(untuk membunuh semua sisa
kanker dan meminimalkan kkesempaptan dari kanker dating kembali). Bedah sering
dapat secara efektif menghapus kanker tulang,sementara kemoterapi dapat membantu
menghilangkan sisa sel kanker di tubuh.
1. Terapi Radiasi
Menggunakan terapi radiasi x-ray energy sinar yang tinggi lainnya untuk
membunuh sel kanker dan tumor yang bersembunyi. Radiasi untuk osteosarcoma
umumnya berasal dari mesin di luar tubuh (eksternal terapi radiasi).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data biografi

Data biografi biasanya mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, No. MR, agama dan
lain-lain yang dianggap perlu.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan nyeri pada ekstremitas, sering berkeringat pada malam hari, nafsu
makan berkurang dan sakit kepala.

c. Riwayat kesehatan dahulu


1. Kemungkinan pernah terpapar sering dengan radiasi sinar radio aktif dosis
tinggi
2. Kemungkinan pernah mengalami fraktur
3. Kemungkinan sering mengkonsumsi kalsium dengan batas normal
4. Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan
zat pengawet, merokok dan lain-lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada salah seorang keluarga yang pernah menderita kanker.
e. Pemeriksaan fisik
1. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena
2. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas
3. Adanya tanda-tanda inflamasi
4. Pemeriksaan TTV klien
f. Pemeriksaan Diagnostik
lakukan pemeriksaan radiografi, pemindaian tulang, dan biopsi tulang.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan muskuluskletal,
nyeri, dan amputasi.
3. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan penekanan pada
daerah tertentu dalam waktu yang lama.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan peran.
6.

C. Intervensi Keperawatan
Dx1 :Nyeri berhubungan dengan proses patologik penyakit
Tujuan : klien mengalami pengurangan nyeri
Kriteria Hasil :
a. Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan
b. Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan
sesuai indikasi situasi individu.
Intervensi :
a. Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri )
Rasional : memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi
intervensi yang diberikan.
b. Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan ( misalnya : musik,
televisi )
Rasional : meningkatkan relaksasi klien.
c. Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi,
dan bimbingan imajinasi.
Rasional : meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien
d. Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.
Rasional : mengurangi nyeri dan spasme otot (Doenges, 1999)
Dx2 : Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengaan
kerusakan muskuluskletal, nyeri, dan amputasi.
Tujuan : Masalah kerusakan mobillitas fisik teratasi seluruhnya.
Kriteria Hasil :
a. Pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan tindakan keamanan,
b. Pasien tampak ikut serta dalam program latihan / menunjukan keinginan
berpartisipasi dalam aktivitas.
c. Menunjukan teknik / perilaku yang memampukan tindakan beraktivitas, dan
d. Pasien tampak mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat
optimal.
Intervensi :
a. Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien
tentang immobilisasi tersebut.
R / : Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak
proporsional).
b. Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi(menonton TV, membaca koran
dll).
R / : Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan
perhatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam
mengurangi isolasi sosial.
c. Ajarkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera
maupun yang tidak.
R / : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,
mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca
yang tidak digunakan.
d. Bantu pasien dalam perawatan diri.
R / : Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam
mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
e. Berikan diit Tinggi protein Tinggi kalori , vitamin , dan mineral.
R / :Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada
immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB.
f. Kolaborasi dengan bagian fisioterapi.
R / : Untuk menentukan program latihan.
Dx 3: Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan
penekanan pada daerah tertentu dalam waktu yang lama.
Tujuan : Masalah kerusakan integritas kulit / jaringan taratasi seluruhnya.
Kriteria Hasil : Klien Menunjukkan prilaku / tehnik untuk mencegah kerusakan
kulit tidak berlanjut.
Intervensi :
a. Kaji adanya perubahan warna kulit.
R / : Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit.
b. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.
R / : Untuk menurunkan tekanan pada area yang peka resiko kerusakan kulit
lebih lanjut.
c. Ubah posisi dengan sesering mungkin.
R / : Untuk mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan
meminimalkan resiko kerusakan kulit.
d. Beri posisi yang nyaman kepada pasien.
R / : Posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan cedera kulit / kerusakan kulit.
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pemberian zalf / antibiotic.
R / : Untuk mengurangi terjadinya kerusakan integritas kulit.
Dx 4: Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan
jaringan lunak.
Tujuan : Masalah resiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda Infeksi,
b. Leukosit dalam batas normal, dan
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
a. Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor,
dolor, fungsi laesa.
R/ : Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.
b. Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.
R/ : Meminimalkan terjadinya kontaminasi.
c. Rawat luka dengan menggunakan tehnik aseptik
R/ : Mencegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang.
d. Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema
lokal, eritema pada daerah luka.
R/ : Merupakan indikasi adanya osteomilitis.
e. Kolaborasi pemeriksaan darah : Leukosit
R/ : Leukosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi.
Dx5: Gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan peran.
Tujuan : mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang
tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu.
Kriteria Hasil :
1. Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara
efektif.
Intervensi :
a. Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap
kehidupan pribadi pasien dan keluarga.
R / : Membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan
masalah.
b. Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker
atau pengobatan.
R / : Membantu dalam pemecahan masalah.
c. Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara
dengan menyentuh pasien
R / : M enunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan
pasien dan keluarga. (Doenges, 1999).
Dx 6 :
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price.
1998: 1213 ). Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia
10 – 25 tahun ( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit
ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan
anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan
pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui.
B. SARAN
1. Mahasiswa STIKes pertamedika diharapkan dapat melaksanakan program yang
mengajarkan tentang Asuhan Keperawatan tentang osteosarcoma.
2. Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan Asuhan Keperawatan tentang
osteosarcoma.
3. klien dan keluarga klien memperhatikan penuh pola untuk mengatasi
pembengkakan dan mempraktekkan gaya hidup/kebiasaan yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan


keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.

Gole, Danielle & Jane Chorette. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta :
EGC.

Rahmadi, Agus.1993. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskletal. Banjarbaru: Akper


Depkes

Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC.

Rasjad, Choiruddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang Lamimpatue.

Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Ed. I. Jakarta: Salemba
Medika.
Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8.
Jakarta : EGC.

Tucker, Susan Martin et al.1999. Standar Perawatan Pasien, Edisi V Vol 3. Jakarta: EGC.
Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai