Teknik Terowongan N A T M
Teknik Terowongan N A T M
MAKALAH
INDIVIDU
Disusun Oleh :
SAMARINDA
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Atas
segala kemudahan, kesempatan, fasilitas, pengetahuan baru, dukungan doa, motivasi,
sehingga tersusunnya makalah ini, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ayah, ibu dan adik – adik saya yang selalu mendoakan serta mendukung
penulisan serta pembuatan makalah ini.
2. Abang – abang dan Mbak – mbak alumni Teknik Pertambangan Universitas
Mulawarman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang sudah sangat
banyak membantu penulis membuat makalah dengan memberikan soft copy data-
data teknik terowongan
3. Saudara dan Saudari seperjuangan Teknik Pertambangan Universitas
Mulawarman Angkatan 2012 (HMDTP), yang tak henti – hentinya memberikan
dukungan selama pembuatan makalah demi menyelesaikan Ahli Jenjang.
Penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan
yang tidak di sengaja untuk ditulis. Laporan ini jauh dari sempurna, karena itu
mengharapkan masukan baik saran maupun kritik yang bersifat membangun untuk
perbaikan dan penyempurnaan di makalah. Penulis berharap dengan adanya laporan ini
semoga dapat membagikan pengalaman dan pengetahuan, serta menjadi bisa bermanfaat
bagi pembacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Industri pertambangan merupakan salah satu penyumbang devisa bagi Negara yang tak
lepas dari resiko besar. Sistem penambangan secara tambang bawah tanah secara garis
besar juga mempunyai resiko besar, salah satunya adalah masalah kestabilan terowongan.
Terowongan yang tidak stabil biasanya disebabkan oleh adanya gangguan-gangguan
seperti gejala-gejala geologi, pelapukan, swelling batuan, tekanan dan aliran air tanah
yang berlebihan serta tegangan yang berada disekitar terowongan.
1.2 Tujuan
Terowongan adalah struktur bawah tanah yang mempunyai panjang lebih dari lebar
penampang galiannya, dan mempunyai gradien memanjang kurang dari 15%.
Terowongan umunya tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua ujungnya yang terbuka pada
lingkungan luar.
Terowongan umumnya dibuat melalui berbagai jenis lapisan tanah dan bebatuan sehingga
metode konstruksi pembuatan terowongan tergantung dari keadaan tanah. Metode
konstruksi yang lazim digunakan dalam pembuatan terowongan antara lain : Cut and
Cover System, Pipe Jacking System (Micro Tunneling), Tunneling Bor Machine (TBM),
New Austrian Tunneling Method (NATM), dan Immersed-Tube Tunneling System.
Menurut Paulus P Raharjo (2004) bahwa terowongan transportasi bawah kota merupakan
grup tersendiri diantara terowongan lalu –lintas, dapat berupa terowongan kereta api
maupun terowongan jalan raya. Dalam tahap konstruksinya, terowongan memerlukan
pengawasan yang lebih, karena adanya sedikit kesalahan metode atau sequence of work
dapat mengakibatkan keruntuhan tunnel. Pelaksanaan galian terowongan dapat
dikerjakan dengan bantuan alat-alat berat (excavator dengan perlengkapan-perlengkapan
clampshell, backhoe, shovel, dan juga crawler loader), sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan dalam waktu relatif cepat dan memperkecil kemungkinan runtuh
New Austrian Tunneling Methode adalah suatu system pembuatan tunnel dengan
menggunakan shotcrete ( beton yang disemprotkan dengan tekanan tinggi) dan rock bolt
sebagai penyangga sementara tunnel sebelum diberi lapisan concrete (lining Concrete).
Sebelum ditemukannya metode NATM ini, digunakan kayu dan rangka baja sebagai
konstruksi penyangga sementara. Kelemahan dari Konstruksi kayu ini menurut Prof. LV.
Rabcewicz dalam bukunya NATM adalah kayu khususnya dalam keadaan lembab akan
sangat mudah mengalami keruntuhan, meskipun baja mempunyai sifat fisik yang lebih
baik, efisiensi kerja busur baja sangat tergantung dari kualitas pengganjalan (kontak baja
dan batuan), sementara diketahui bahwa akibat merenggangnya batuan pada waktu
penggalian sering kali menyebabkan penurunan bagian atas terowongan.
Menurut Prof. LV. Rabcewicz, apabila sebuah rongga digali maka pola distribusi
tegangan akan berubah. Pada suatu saat, suatu tegangan yang baru akan terjadi di sekitar
rongga dan keseimbangan akan tercapai dengan atau tanpa bantuan suatu lapisan
(tergantung dari kekuatan geser batuan, terlampui atau tidak). Stress Rearrangement ini
umumnya terjadi dalam 3 tahap:
a) Wedge Shape Bodies
Wedge shape bodies pada kedua sisi bergeser Pada permukaan MOHR kea rah
rongga. Arah pergerakan tegak lurus terhadap arah Main Pressure (MP)
b) Konvergensi
Pada tahap berikutnya gerakan bertambah. Batuan menekuk di bawah pengaruh
tekanan lateral dan dapat tersembul kea arah rongga.Pada pemakaian cara
penerowongan konvensional efek tekanan akibat stress rearrangement tidak
diketahui dengan baik, sehingga sering kali terjadi terowongan runtuh sebelum
diberi lining concrete.
Persiapan
Penggalian (Excavation)
Pembetonan (Concrete Lining)
b) Drilling
Adalah pembuatan lubang untuk diisi dinamit dan dilaksanakan menurut pola
yang sudah ditentukan
c) Charging
Adalah pengisian dinamit dalam lubang bor dengan alat stick kayu d= 30 mm.
d) Blasting
merupakan proses peledakan dinamit yang telah terpasang sesuai pola drilling
yang ada, menggunakan Blasting Machine.
e) Ventilating
Adalah penghembusan udara segar dari blower setelah selesai blasting, untuk
membersihkan udara dari asap dan gas yang ditimbulkan oleh peledakan.
f) Mucking
Adalah pekerjaan pembuangan material hasil blasting keluar tunnel,
menggunakan alat-alat angkut seperti wheel loader, dump truck atau dengan lori
maupun conveyor, tergantung kondisi setempat.
g) Stealling
Yaitu Pekerjaan membongkar batu-batu yang masih tersedia pada permukaan
galian setelah blasting, yang dapat membahayakan. Pekerjaan ini dilakukan
dengan menggunakan alat backhoe dan dump truck.
h) Shotcreting
Dikerjakan setelah scalling sebagai konstruksi penyangga sementara terowongan,
menggunakan alat khusus yang di sebut juga Robot Shotcrete atau Alivia
Shotcrete Placer.
i) Rock Bolting
Pemasangan rock Bolt sebagai konstruksi penyangga sementara di samping shotcrete.
Pemasangannya adalah dengan alat bor. Pada Uraian selanjutnya proses penggalian ini
disajikan dalam bentuk rangkaian gambar-gambar ilustrasi.
Setelah galian terowongan selesai digali dan telah diberi lapisan shotcrete maka tahap
berikutnya adalah pekerjaan pembetonan yang meliputi tahapan:
• Pembesian
• Pemasangan Bekisting
• Pengecoran Beton
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini tunnel dibagi dalam keadaan dua bagian yaitu bagian
bawah dan bagian atas atau disebut juga dengan half face tunnel. Pembetonan dimulai
pada bagian bawah dan selanjutnya bagian atas. Menggunakan alat-alat tackle untuk
mengangkat, menyetel, dan membongkar bekisting setelah dicor untuk bagian bawah,
sedangkan untuk pembetonan bagian atas menggunakan alat traveler.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
B. New Austrian Tunneling Methode adalah suatu system pembuatan tunnel dengan
menggunakan shotcrete ( beton yang disemprotkan dengan tekanan tinggi) dan
rock bolt sebagai penyangga sementara tunnel sebelum diberi lapisan concrete
(lining Concrete). Sebelum ditemukannya metode NATM ini.
Persiapan
Penggalian (Excavation)
Pembetonan (Concrete Lining)
DAFTAR PUSTAKA
1. http://kodokngesoot.blogspot.co.id/2012/08/new-austrian-tunnel-method-natm-
rock.html
2. https://www.scribd.com/doc/229377680/Tugas-Terowongan-SBP-New-Austrian-
Tunnelling-Method
3. https://fileq.wordpress.com/tag/new-austrian-tunneling-method/
4. http://dokumen.tips/documents/pengertian-terowongan-56dd8a3e4afe4.html
5. http://www.rockmass.net/ap/45_Barton-et-al_on_Design_tunnel_support.pdf