Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN

PENULISAN RESEP

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAYU ASIH


KABUPATEN PURWAKARTA
TAHUN 2018
DAFTAR ISI

KEPUTUSAN DIREKTUR................................................................................
BAB I DEFINISI........................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP...........................................................................3
BAB III TATA LAKSANA..............................................................................4
BAB IV DOKUMENTASI..............................................................................9
BAB V PENUTUP.....................................................................................10
PEMERINTAH KABUPATEN PURWAKARTA
RSUD “BAYU ASIH”
Jl.Veteran No.39  (0264) 200100-202215 Fax 202215
P U R W A K A R T A - 41115

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAYU ASIH


KABUPATEN PURWAKARTA

NOMOR : 442/Kep. 62 – RSUD Bayu Asih/2018

TENTANG
PENETAPAN PANDUAN PENULISAN RESEP PADA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAYU ASIH
KABUPATEN PURWAKARTA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAYU ASIH


KABUPATEN PURWAKARTA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan dan membentuk pelayanan yang
berorientasi kepada pasien (patient oriented), perlu
dibuatkan panduan penulisan resep;

b. bahwa demi terlaksananya pemberian pelayanan


yang berjalan dengan baik dan lancar serta
mendukung pengambilan keputusan yang tepat
dalam penulisan resep maka diperlukan panduan
pelaksanaan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud pada huruf a dan b di atas, dipandang
perlu menetapkan Panduan Penulisan Resep pada
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Purwakarta dengan Keputusan Direktur;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara
Tahun 1950), sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang
Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan
Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Barat (LNRI Tahun 1968
Nomor 31, TLNRI Nomor 2851);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang


Keselamatan Kerja (LNRI Tahun 1970 Nomor 1,
TLNRI Nomor 2918);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang


Psikotropika (LNRI Tahun 1997 Nomor 10, TLNRI
Nomor 3671);
4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (LNRI Tahun 2004 Nomor 116,
TLNRI Nomor 4431);

5. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang


Narkotika (LNRI Tahun 2009 Nomor 143, TLNRI
Nomor 5062);

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (LNRI Tahun 2000 Nomor 144, TLNRI
Nomor 5063);

7. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit (LNRI Tahun 2009 Nomor 153, TLNRI
Nomor 5072);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (LNRI Tahun 2014 Nomor
244, TLNRI Nomor 4578), sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (LNRI Tahun 2015
Nomor 58, TLNRI Nomor 5679);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang


Tenaga Kesehatan

10. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang


Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang


11. Pekerjaan Kefarmasian;

Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor 11


12. Tahun 2008 tentang Pembentukan Lembaga Teknis
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Purwakarta Nomor 4 Tahun 2016 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten
Purwakarta Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Lembaga Teknis Daerah;

Peraturan Bupati Purwakarta Nomor 196 Tahun


13. 2017 tentang Pola Tata Kelola Rumah Sakit
(Hospital Bylaws) pada Rumah Sakit Umum Daerah
Bayu Asih Kabupaten Purwakarta;

Memperhatikan : Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197 Tahun 2004


tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Penetapan Panduan Penulisan Resep pada Rumah Sakit


Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta.

KEDUA : Panduan Penulisan Resep sebagaimana dimaksud diktum


KESATU tercantum dalam lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari keputusan ini.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Purwakarta
pada tanggal

Pembina / IV.a

Tembusan :
1. Yth. Bapak Bupati Purwakarta;
2. Yth. Sekretaris Daerah Kabupaten Purwakarta;
3. Yth. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta.
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAYU
ASIH KABUPATEN PURWAKARTA
NOMOR : 5 Februari 2018
TANGGAL : 442/Kep. 62 – RSUD Bayu Asih/2018
PERIHAL : PENETAPAN PANDUAN PENULISAN RESEP PADA RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH BAYU ASIH KABUPATEN
PURWAKARTA

BAB I
DEFINISI

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Menurut World
Health Organization (WHO), peresepan yang rasional adalah permintaan obat
sesuai dengan kebutuhan klinik, dosis sesuai dengan kebutuhan pasien,
diberikan dalam jangka waktu yang sesuai dengan penyakit, dan dengan biaya
termurah menurut pasien dan komunitasnya. Kriteria penulisan resep
diwajibkan aman, memenuhi kaedah 6 tepat 1 waspada (tepat indikasi; tepat
obat; tepat pasien; tepat dosis dan perhitungan dosis; tepat interval waktu dan
lama pemberian obat; tepat cara penggunaan; waspada efek samping) dan
rasional. Yang berhak menulis resep adalah dokter dan dokter gigi terbatas
pada pengobatan gigi dan mulut.
Penulisan resep dapat membentuk pelayanan berorientasi kepada
pasien (patient oriented) bukan material oriented. Resep itu sendiri dapat
menjadi medical record yang dapat dipertanggungjawabkan, dan bersifat
rahasia. Resep menyangkut sebagian dari rahasia jabatan kedokteran dan
kefarmasian, oleh karena itu tidak boleh diberikan atau diperlihatkan kepada
tidak berhak. Kerahasiaan resep dijaga sesuai dengan kode etik dan kaidah
penulisan resep.
Penulisan resep di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten
Purwakarta mengacu pada formularium yang telah ditetapkan oleh Direktur
melalui usulan para Ketua Staf Medis. Formularium yang masih berlaku
harus tetap dipatuhi oleh semua dokter praktek di Rumah Sakit Umum
Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta. Jika dokter menginginkan obat di
luar formularium atas dasar keilmuan, maka dokter tersebut wajib mengisi
form permintaan obat di luar formularium yang telah disediakan di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta, dan
selanjutnya Kepala Instalasi Farmasi membuat usulan ke Komite Farmasi
dan Terapi atas form tersebut untuk dijadikan usulan formularium
berikutnya.
Resep yang benar adalah ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap dan
memenuhi peraturan perundangan serta kaidah yang berlaku. Unsur-unsur
yang harus tercantum dalam lembar resep, antara lain:
1. inscriptio sebagai identitas dokter penulis resep, nama dokter dan Nomor
Surat Izin Praktek (SIP) dalam bentuk stempel dicantumkan dalam setiap
peresepan;
2. tanggal penulisan resep, sangat penting untuk mengetahui kapan resep
dibuat;
3. invocatio atau tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan permintaan obat,
bila diresepkan lebih dari satu obat maka dituliskan R/ kembali untuk
obat yang kedua.
4. prescriptio atau nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang
diinginkan ditulis dengan jelas;
5. signatura yaitu aturan pakai, regimen dosis pemberian, rute dan
interval waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan
obat dan keberhasilan terapi;
Contoh :
a. S 2 dd 1 tab PC (2 kali sehari 1 tablet sesudah makan);
b. S 1-0-0 30 menit AC (pagi hari 1 tablet, 30 menit sebelum makan);
6. subscriptio yaitu tanda tangan/paraf dokter penulis resep yang berguna
sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut;
7. pro yaitu identitas pasien dengan mencantumkan nama dan umur pasien,
sebaiknya juga mencantumkan berat badan pasien khususnya untuk bayi dan
anak-anak untuk menghindari over/under doses pada pasien.
Dalam rangka upaya meningkatkan keamanan pelayanan peresepan di
rumah sakit dan memastikan bahwa obat yang diterima pasien tepat dan
aman, maka rumah sakit menjabarkan kebijakan elemen yang dapat
diterima/akseptabel dari suatu pemesanan atau penulisan resep yang lengkap.
Elemen-elemen yang diatur dalam kebijakan termasuk sekurang-kurangnya :
1. data yang penting dan lengkap untuk mengidentifikasi pasien secara
akurat, misalnya nama lengkap pasien, tanggal lahir, alamat dan nomor
rekam medis;
2. elemen penulisan resep seperti yang telah disebutkan di unsur-unsur
penulisan resep mulai dari identifikasi dokter, inscriptio, invocatio,
prescriptio, subscriptio, signatura, identifikasi pasien;
3. menggunakan nama generik atau nama dagang sesuai yang tercantum
dalam formularium rumah sakit;
4. mencantumkan indikasi obat yang diresepkan jika diperlukan, misalnya S
p.r.n jika nyeri;
5. prosedur khusus dalam pemesanan obat LASA;
6. tindakan yang harus diambil bila pemesanan obat tidak lengkap, tidak
terbaca atau tidak jelas;
7. jenis pemesanan tambahan yang diijinkan seperti pemesanan obat
emergensi dan pemesanan obat yang dalam daftar obat automatic stop order;
8. pemesanan obat secara verbal atau melalui telepon dan proses untuk
verifikasinya;
9. jenis pemesanan yang berdasarkan berat badan (pasien anak).
Tujuan dari Panduan Penulisan Resep pada Rumah Sakit Umum Daerah Bayu
Asih Kabupaten Purwakarta antara lain:
1. sebagai panduan langkah-langkah dalam melakukan identifikasi resep
obat pasien Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten
Purwakarta;
2. menghindari kesalahan interpretasi obat yang dapat membahayakan
pasien dan merugikan rumah sakit;
3. peningkatan mutu kualitas pasien dengan tercapainya terapi pasien.
BAB II RUANG
LINGKUP

Ruang lingkup dalam panduan ini adalah:


1. semua dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih
Kabupaten Purwakarta;
2. Instalasi Farmasi;
3. Komite Farmasi dan Terapi;
4. semua perawat yang berpraktek di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih
Kabupaten Purwakarta.
BAB III TATA
LAKSANA

A. Langkah Preskripsi

1. Resep yang lengkap memuat:


a. nama, alamat, dan SIP dokter;
b. tanggal penulisan resep;
c. tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat;
d. nama setiap obat/komponen obat dan kekuatan obat, cara
pembuatan, bentuk sediaan obat dan jumlah;
e. aturan penggunaan obat (frekuensi, jumlah sekali pakai, waktu obat
diminum, dan informasi lain yang diperlukan);
f. tanda tangan/paraf dokter penulisan resep;
g. tanda paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimum;
h. data lengkap pasien berupa stiker berisi nama lengkap pasien; nomer
rekam medis pasien; nomer register (pasien rawat inap) atau nomer
nota (pasien rawat jalan); alamat pasien; jenis kelamin; tanggal lahir;
nomor telepon pasien.
2. Tata Cara Penulisan Resep
a. Ukuran blanko resep: lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm
b. Penulisan nama obat (bagian invocatio):
1) dimulai dengan huruf besar;
2) ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (dalam
Farmakope Indonesia atau Nomenklatur Internasional). Contoh:
As. Salisilat; Acetosal;
3) tidak ditulis dengan nama kimia, contoh: Kalium Chloride dengan
KCl atau singkatan lain dengan huruf kapital, contoh:
Chlorpromazine dengan CPZ.
3. Penulisan jumlah obat
a. Satuan berat: mg (milligram); g, G (gram)
b. Satuan volume: ml (mililiter), l (liter)
c. Satuan unit : unit
d. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka
Romawi.
Contoh:
1) Novalgin Tab no. XII
2) Stesolid 5 mg Supp no. X
3) m.fl.a.pulv. d.t.d.no. X
e. Penulisan alat penakar
Dalam singkatan bahasa latin dikenal:
1) C. = sendok makan (volume 15 ml)
2) Cth. = sendok teh (volume 5 ml)
3) Gtt. = guttae (1 tetes = 0,05 ml)
Catatan: Hindari penggunaan sendok teh dan sendok makan rumah
tangga karena volumenya tidak selalu 15 ml untuk sendok makan
dan 5 ml untuk sendok teh. Gunakan sendok plastik (5 ml) atau alat
lain (volume 5, 10, 15 ml) yang disertakan dalam sediaaan cair paten.
f. Arti prosentase (%)
1) 0,5% (b/b)  0,5 gram dalam 100 gram sediaan
2) 0,5% (b/v)  0,5 gram dalam 100 ml sediaan
3) 0,5% (v/v)  0,5 ml dalam 100 ml sediaan
g. Hindari penulisan dengan angka desimal (misal: 0,...; 0,0....; 0,00...)
4. Penulisan Obat Jadi terdiri dari :
a. penulisan kekuatan obat dalam sediaan obat jadi (generik/paten)
yang beredar di pasaran dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan
yang diminta harus ditulis, contoh : Primperan 5 mg Tab atau
Primperan 10 mg Tab;
b. penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube
dari sediaan jadi/paten yang tersedia beberapa kemasan, maka
harus ditulis, contoh :
1) Inpepsa Suspension 60 ml atau Inpepsa Suspension 120 ml;
2) Garamycin cream yang 5 mg/tube atau Garamycin cream
15mg/tube.
5. Penulisan bentuk sediaan obat (merupakan bagian subscriptio) dituliskan
tidak hanya untuk formula magistralis, tetapi juga untuk formula
officialis dan spesialistis, misalnya :
a. m.f.l.a.pulv. No. X
b. Tab Primperan 5 mg No. X
c. Tab Primperan 10 mg No. X
6. Penulisan jadwal dosis/aturan pemakaian (bagian signatura)
a. Harus ditulis dengan benar
Contoh: s.t.d.d. pulv. I. PC atau s.p.r.n.t.d.d.tab.I
b. Untuk pemakaian yang rumit seperti pemakaian ”tapering up/down”
gunakan tanda s.u.c (usus cognitus = pemakaian sudah tahu).
Penjelasan kepada pasien ditulis pada kertas dengan bahasa yang
dipahami.
7. Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda penutup berupa garis
penutup (untuk 1 R/) atau tanda pemisah di antara R/, jika R/ lebih
dari 1 macam obat dan paraf/ tanda tangan pada setiap R/.
8. Menuliskan indikasi penggunaan obat jika diperlukan.
9. Resep ditulis sekali jadi, tidak boleh ragu-ragu, hindari coretan, hapusan
dan tindasan.
10. Penulisan tanda Iter (Iteretur/harap diulang)
Resep yang memerlukan pengulangan dapat diberi tanda: Iter n X di
sebelah kiri atas dari resep untuk seluruh resep yang diulang. Bila tidak
semua resep, maka ditulis di bawah setiap resep yang diulang.
11. Penulisan tanda Cito atau PIM
Apabila diperlukan agar resep segera dilayani karena obat sangat
diperlukan bagi penderita, maka resep dapat diberi tanda Cito dan harus
ditulis di sebelah kanan atas resep.
12. Singkatan bahasa latin yang sering di pakai dalam resep adalah sebagai
berikut :
DAFTAR SINGKATAN DALAM PERESEPAN

a. Bentuk Sediaan

Singkatan yang
No Kepanjangan Arti
diperbolehkan
1 Emuls Emulsum Emulsi
2 Inj Injectio Obat suntik
3 Sol Solutio Larutan
4 Susp Susspensio Suspensi
5 Syr Syrupus Sirup
6 Garg Gargarisma Obat kumur
7 Gtt auric Guttae auriculaes Obat tetes telinga
8 Gtt nasal Guttae nasales Obat tetes hidung
9 Gtt opht Guttae ophthalmicae Obat tetes mata
10 Amp Ampulae Ampul
11 Fls Flacon Botol
12 Supp Suppositorum Suppositoria
13 Cr Cream Krim
14 Cap/Caps Capsulae Kapsul
15 Tab Tabulae Tablet
16 Pulv Pulvis/pulveres Serbuk/serbuk
terbagi
17 Neb Nebulae Obat semprot

b. Frekuensi

Singkatan yang
No Kepanjangan Arti
diperbolehkan
1 1 dd Semel de die Satu kali sehari
2 2 dd Bis de die Dua kali sehari
3 3 dd Ter de die Tiga kali sehari
4 4 dd Quarter de die 4 kali sehari
5 Oh Omni hora Setiap jam

c. Waktu pemberian

Singkatan yang
No Kepanjangan Arti
diperbolehkan
1 ac Ante coenam Sebelum makan
2 dc Durante coenam Saat sedang makan
3 pc Post Coenam Sesudah makan
4 hs Hora somni Sebelum tidur
5 an Ante coenam Sebelum tidur
6 m et v Mane et Vespere Pagi dan Sore
7 p.r.n Pro re nata Bila perlu

d. Penggunaan

Singkatan yang
No Kepanjangan Arti
diperbolehkan
1 Ue Usus externum Obat luar
2 Up Usus propius Untuk dipakai
sendiri
3 pro inj Pro injectio Untuk disuntikkan

e. Lain-lain

Singkatan yang
No Kepanjangan Arti
diperbolehkan
1 Dext Dextra Kanan
2 Sin Sinistra Kiri
3 R/ Recipe Ambillah
4 S Signa Tandailah
5 Ad Ad Sampai dengan
6 Mf Misca fac Campur dan
buatlah
7 Iter Iter Diulang
B. Tata Laksana Penulisan Resep

1. Berikut adalah prosedur penulisan resep oleh dokter di Rumah Sakit


Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta.
a. Tuliskan nama dokter penulis resep atau beri stempel nama dokter
beserta SIP dokter.
b. Tuliskan tanggal penulisan resep.
c. Tuliskan pada resep jika pasien memiliki riwayat alergi.
d. Tulis Iter n X di bagian kiri atas jika keseluruhan resep dapat
diulang.
e. Tulis R/ pada bagian kiri untuk setiap penulisan nama obat yang
diresepkan.
f. Tuliskan di sebelah tanda R/ nama dagang atau nama generik obat
atau komposisi obat yang dimaksud.
g. Tuliskan kekuatan/ dosis dibelakang nama obat.
Contoh : Mefinal 500 mg atau Mefinal 250 mg.
h. Tuliskan bentuk sediaan obat dibelakang kekuatan/dosis obat yang
diresepkan.
Contoh : tab untuk tablet, kaps untuk kapsul, syr untuk sirup, fls
untuk botol, supp untuk suppositoria.
i. Tulis jumlah yang diinginkan dengan angka romawi (No: numero)
dibelakang bentuk sediaan obat, jika berupa obat racikan maka
tulis setiap komposisi obat dengan jumlah yang dibutuhkan atau
dalam bentuk milligram, gram, milliliter, liter.
Contoh : X untuk 10 (sepuluh), LX untuk 60 (enam puluh).
j. Berikan arahan peracikan jika obat yang diresepkan berupa racikan
dalam bentuk sediaan yang diinginkan,
Contoh : m.f.l.a pulv d.t.d in No. XV atau m.f.l.a oint da in pot.
k. Tulis aturan minum obat secara lengkap (S: Signa) di bawah nama
obat.
Contoh :
S 3 dd 1 tab PC untuk 3 kali sehari 1 tablet sesudah makan
l. Beri garis penutup signa dan paraf.
m. Tulis Iter N X di belakang garis penutup jika hanya obat tersebut
yang ingin diulang.
n. Beri tanda tangan di belakang garis penutup jika obat yang diresepkan
termasuk golongan obat narkotika dan obat keras/psikotropika.
o. Tempelkan stiker identitas pasien pada bagian identitas pasien
(bagian bawah blanko resep) atau tulis identitas pasien untuk
identifikasi pasien secara akurat, meliputi nama dan tanggal lahir
pasien.
p. Tuliskan berat badan untuk pasien anak di bagian identitas pasien.
q. Jika terdapat perubahan atau perbaikan terhadap resep/instruksi
pengobatan, maka gantilah dengan resep yang baru, jangan
mencoret/menindih tulisan sebelumnya.
2. Yang perlu diperhatikan dalam peresepan adalah :
a. peresepan terutama mengacu pada formularium Rumah Sakit
Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta yang berlaku;
b. dalam melakukan peresepan, dokter harus memperhatikan 3 (tiga)
factor, yaitu alergi, kontraindikasi, dan interaksi obat baik potensial
maupun actual;
c. peresepan harus memperhatikan obat yang dibawa/digunakan oleh
pasien sebelum perawatan di rumah sakit dan saat transfer antar
ruang melalui proses rekonsiliasi pengobatan;
d. peresepan obat-obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medicine)
tertentu harus mencantumkan nama generiknya jika ditulis dalam
nama dagangnya dan dilengkapi dengan protokol terapi;
e. penulisan singkatan dalam resep mengacu pada daftar singkatan
baku di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten
Purwakarta;
f. Instalasi Farmasi dapat mengganti obat merek dagang dengan obat
generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain
jika:
1) atas persetujuan dokter penulis resep;
2) pembayaran pasien tidak mencukupi;
3) dalam keadaan darurat atas persetujuan pasien/keluarga;
g. hindari penulisan nama obat dengan singkatan, terutama jika
berpotensi menimbulkan kesalahan interpretasi;
h. jika diperlukan pemberian dengan signa p.r.n (pro renata atau bila
perlu), harus ditulis sesuai indikasi (seperti bila nyeri, bila muntah)
serta menyertakan dosis maksimal dalam sehari;
i. permintaan obat untuk anak-anak harus mencantumkan berat
badan pasien;
j. permintaan obat sitostatika harus mencantumkan dosis obat
berdasarkan luas permukaan tubuh (X mg/m2);
k. permintaan High Alert Medicine selain narkotika dan sitostatika
secara verbal dapat dilakukan dengan pengejaan huruf berdasarkan
abjad (Nato phonetic);
l. perintah/instruksi pemberian obat secara verbal atau lewat telepon
harus dicatat dengan benar dan penerima perintah harus
melakukan proses Tulis-Baca-Kembali (TBAK) atau readback
sebagaimana diatur dalam SPO.
3. Penanganan resep obat kategori LASA :
a. hindari pemesanan obat yang termasuk kategori LASA (look alike
sound alike) melalui telepon, contoh: Histapan tab dengan Heptasan
tab, Merosan injeksi dengan Merotik injeksi, Brainact 500 mg tab
dengan Brainact 500 mg injeksi;
b. hindari menulis singkatan pada obat yang termasuk kategori LASA,
tulis obat yang dimaksud dengan lengkap dan jelas menggunakan
huruf tegak kapital, dan sertakan bentuk sediaan serta dosis yang
dimaksud;
c. kroscek ulang resep yang diminta minimal 2 (dua) orang petugas
farmasi jika tidak jelas, tanyakan kembali pada dokter penulis resep
atau perawat dan ulangi permintaan yang dimaksud kemudian
minta petugas farmasi lain untuk mengecek ulang obat yang sudah
disiapkan.
BAB 4
DOKUMENTASI

Resep pasien rawat inap dan rawat jalan diurutkan perhari dan dibundel
per bulan, dipisahkan antara resep rawat inap dan resep rawat jalan dan
dibedakan antara resep yang mengandung obat narkotik psikotropik dengan
resep non narkotik psikotropik. Resep pasien Rumah Sakit Umum Daerah
Bayu Asih Kabupaten Purwakarta disimpan selama 5 (lima) tahun untuk
kemudian dimusnahkan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan di Rumah Sakit.
BAB 5
PENUTUP

Pelayanan peresepan yang aman, tepat, dan berkualitas harus selalu di


utamakan sehingga pasien mendapatkan pengobatan yang optimal dan bermutu.
Panduan peresepan obat ini dibuat untuk menjadi pembelajaran bagi dokter,
perawat, maupun tenaga kesehatan lainnya dalam menerapkan peresepan
maupun pemesanan obat dengan baik agar tujuan utama peresepan dapat
tercapai. Demikian panduan ini dibuat untuk dapat dilaksanakan dan dilakukan
evaluasi tiap 6 (enam) bulan.

Pembina / IV.a

Anda mungkin juga menyukai