PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut WHO (1947). Definisi kesehatan secara luas tidak hanya meliputi
aspek medis, tetapi aspek mental dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang
bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Pengertian yang komprehensifini, telah
diterima secara umum meskipun telah mendapatkan kritikan dari beberapa ahli.
Para ahli menganggap pengertian tersebut tidak realistis, bersifat
idealistik,membawa arti yang statis atau kurang memandang kesehatan sebagai
suatu proses(ewles dan simnett,1994:smet 1994).
Dalam undang-undang kesehatan No.23 tahun 1992,kesehatan
didefinisikan secara lebih komplekssebagai keadaan sejahtera dari badan,jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun
ekonomi. Tidak hanya terbebas dari gangguan secara fisik, mental,sosial tetapi
kesehatan dipandang sebagai alat untuk hidup secara produktif
Kesehatan merupakan konsep yang sering digunakan , tetapi artinya sulit
untuk dijelaskan. Meskipun demikian , kebanyakan sumber ilmiah sepakat bahwa
definisi kesehatan apapun harus mengandung paling tidak komponen
biomedis,personal dan sosiokultural (Smtt,1994). Bagi masyarakat umum,
kesehatan dapat hanya berarti “tidak sakit”
Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk
menyelenggarakanpembangunan kesehatan sebagai bagian penting dalam mencapai
tujuanpembangunan nasional. Pembangunan di bidang kesehatan
bertujuanmeningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat
agartercapainya peningkatan status kesehatan di masyarakat. Pembangunan
kesehatantersebut diselenggarakan dengan fokus perhatian pada penduduk yang
rentan yaituibu, bayi, anak-anak, lanjut usia dan keluarga miskin (Kementerian
Kesehatan,2010).
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan memegang peranan
yangpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di
Indonesia(Kementerian Kesehatan, 2004).
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam rangka
meningkatkanpembangunan kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan
berkesinambungan agar tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai (Kementerian
Kesehatan,2004). Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan status kesehatan.
Sebaliknya apabila tidak ada hubungan upaya dengan hasil maka dorongan
untuk melakukan tindakan akan berkurang. Dapat disimpulkan bahwa pegawai
akan meningkat apabila semua usaha atau tindakan yang telah mereka lakukan
seimbang dengan hasil berupa kopensasi yang akan mereka terima.
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memegang peranan
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dapat
memuaskan pasien. Partisipasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
yang berkualitas bagi pasien, akan mendukung keberhasilan dalam pembangunan
kesehatan karena keberadaan perawat yang bertugas selama 24 jam dalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien, dan jumlah perawat
yang mendominasi tenaga kesehatan di rumah sakit yaitu berkisar 40–60%,
sehingga perawat dituntut untuk mampu memberikan 3 pelayanan kesehatan yang
bermutu (Nursalam, 2011).
B. Identifikasi masalah
Tenanga kerja dipuskesmas memegang peranan penting dalam pemberian
pelayanan kesehatan masyarakat, baik pelayanan didalam gedung maupun diluar
gedung. Untuk dapat melaksanakan pelayanan keperawatan dibutuhkan tenaga
kerja yang profesional. Profesionalisme yang rendah dapat mempengaruhi
kopetensi rendahnya kinerja pegawai disamping itu karakteristik (umur masa
kerja) teman sekerja dapat berpengaruh terhadap kinerja. Adapun kekurangan
kekurangan terdata dipuskesmas simpang periuk:
1. Kurangnya rasa kekeluargaan pemimpin dengan pegawai
2. Kebijakan pimpinan sering berubah ubah dan kurang tegas
3. Perilaku pemimpin yang sering otoriter
4. Perilaku pemimpin mudah terpengaruh oleh orang lain dan lingkungan luar
5. Pemimpin kurang memotivasi dan membimbing bawahan
6. Tidak disiplin waktu dalam bekerja
7. Peraturan yang ditetapkan pemimpin menjadikan pegawai termotivasi dalam
menyelesaikan tugas
8. Pegawai datang terlambat dan pulang lebih awal
9. Pegawai tidak mengikuti apel pagi setiap jam kerja
10. Tidak ada sanksi yang tegas terhadap yang kurang disiplin
11. Tidak ada penghargaan terhadap yang berprestasi
12. Pegawai tidak berpakaian seragam sesuai dengan aturan yang di tetapkan
13. Penempatan pegawai tidak sesuai dengan latar pendidikan
14. Tidak ada pelatihan khusus untuk meningkatkan pegawai
15. Pegawai tidak melakukan tindakan sesuai SOP
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
2. Kegunaan penelitian
a) Kegunaan secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat khazanah ilmupengetahuan
penulis sehingga mendapatkan pengalaman yang berharga dalam
peningkatan keterampilan penulisan tugas akhir.
b) Kegunaan secara prakmatis
hasil penelitian ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah secara
teoritis terhadap masalah yang terjadi di masyarakat terutama
menyangkut kinerja pegawai, gaya kepemimpinan puskesmas, disiplin
kerja terhadap kinerja pegawai puskesmas simpang periuk lubuk
linggau 2015.
1. Waktu Penelitian
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Teoritis tentang Kinerja Pegawai
Kinerja adalah singkatan dari energi kerja, dalam bahasa Inggris adalah
performance. Pengertian kinerja merupakan hasil atau keluaran yang dihasilkan
oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi
dalam kurun waktu tertentu (Kurniadi A, 2013).
Kinerja atau performance adalah sebagai hasil pekerjaan atau prestasi kerja. Pada
kenyataannya kinerja tidak hanya sebagai hasil dari suatu pekerjaan, namun juga
didalamnya terdapat uraian dari pelaksanaan pekerjaan. Kinerja adalah hasil karya
yang berhubungan erat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen,
serta berpengaruh kepada aspek keuangan. Kinerja tidak hanya menyangkut
bagaimana cara melakukan pekerjaan tetapi juga menyangkut apa yang
dikerjakannya (Nursalam, 2007).
Kinerja dapat juga berarti hasil suatu proses pelaksanaan kerja yang telah
direncanakan, menyangkut waktu, tempat, pelaksana atau karyawan dari suatu
institusi (Mangkunegara, 2007).Kinerja keperawatan adalah prestasi kerja yang
ditunjukkan oleh perawat pelaksana dalam melaksanakan tugas-tugas asuhan
keperawatan sehingga menghasilkan output yang baik kepada customer
(organisasi, klien, perawat sendiri) dalam kurun waktu tertentu. Tanda – tanda
kinerja perawat yang baik adalah tingkat kepuasan klien dan perawat tinggi, zero
complain dari pelanggan (Kurniadi A, 2013).
1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja.
1. Faktor Individu
Faktor individu adalah faktor internal dalam diri pekerja, termasuk dalam
faktor ini adalah faktor yang dibawa sejak lahir dan faktor yang didapat saat
tumbuh kembang. Faktor-faktor bawaan seperti sifat pribadi, bakat, juga kondisi
jasmani dan faktor kejiwaan. Sementara itu, beberapa faktor yang didapat, seperti
pengetahuan, etos kerja, ketrampilan dan pengalaman kerja. Faktor internal
pegawai inilah yang nantinya besar pengaruhnya terhadap penentukan kinerja
pegawai. Dimana dalam penelitian ini, faktor individu yang diteliti adalah
kompetensi perawat dalam variabel kompetensi.
Ketiga variabel ini akan berpengaruh terhadap perilaku pegawai yang tentu
juga akan berpengaruh terhadap kinerja pegawai dalam menyelesaikan
pekerjaannya, untuk mencapai sasaran kerja yang diamanatkan (Kurniadi A,
2013).
Standar penilaian kinerja yaitu standar minimal hasil kerja yang harus
dicapai oleh pegawai, baik itu secara perseorangan maupun kelompok yang
disesuaikan dengan indikator sasaran kerjanya. Artinya bila hasil kerja pegawai di
bawah standar hasil pekerjaan minimal, maka hasil kinerjanya tidak baik, tidak
dapat diterima, dan buruk. Bila hasil kerja pegawai ada pada ketentuan standar
atau diatasnya, maka dapat disimpulkan bahwa hasil kerjanya sedang, hasil baik
atau hasil kerja sangat baik. Standar kerja mencakup standar minimal untuk
pelaksanaan semua indikator kerja
Terdapat dua jenis pemimpin dalam organisasi yaitu pemimpin formal dan
pemimpin informal. Pemimpin formal merupakan seseorang yang diangkat secara
resmi oleh suatu organisasi tertentu untuk memangku jabatan sebagai pimpinan
sedangkan pemimpin informal adalah seseorang yang memiliki kualitas sebagai
seorang pemimpin untuk mempengaruhi perilaku pegawainya (Kartono, 2006).
Kepala puskesmas memiliki peranan yang penting dalam hal mengatur dan
mengelola seluruh kegiatan di puskesmas termasuk pegawainya. Oleh sebab itu
kepala puskesmas memerlukan kompetensi di bidang manajemen puskesmas
dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan di puskesmas.
Peranan kepala puskesmas dalam hal perencanaan berkaitan dengan kemampuan
dalam mengidentifikasi permasalahan dan menyusun kegiatan yang akan
dikerjakan dalam satu tahun kerja.
Pembinaan disiplin dalam organisasi dapat dilakukan melalui beberapa hal sebagai
berikut:
Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai disiplin kerja diantaranya
semito (1992;184)” disiplin adalah sikap,tingkahlaku dan perbuatan ynag sesuai
dengan perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis”. Hal ini senada dengan
pendapat machmud “1987:162). Bahwa “ disiplin kerja adalah sikap mental untuk
memenuhi atau menaati suatu kaidah baik tertulis maupun tidak tertulis yang
didasarkan atas kebenaran manfaat”.
Anorga (1992:96), “disiplin kerja adalah suatu sikap perbuatan untuk selalu
menaati tata tertib”. Ravianto “1990:134) mengungkapkan bahwa.”disiplin adalah
menaati atau taat pada ketentuan,peraturan,aturan main,kewajiban yangberkaitan
dengan pekerjaan yg ditekuninya”.
Disiplin kerja adalah Salah satu aspek kekuatan Sumber Daya Manusia
(SDM) dapat tercermin pada sikap dan perilaku disiplin, sebab disiplin
mempunyai dampak yang kuat terhadap suatu organisasi untuk mencapai
keberhasilan dalam mengejar tujuan yang direncanakan. Segala macam
kebijaksanaan tidak mempunyai arti jika tidak didukung oleh para pelaksananya.
Menurut Rivai (2004: 444), disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para
manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk
mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan
norma-norma sosial yang berlaku. Keith Davis dalam Mangkunegara (2009:129)
mengemukakan bahwa ”Dicipline is management action to enforce organization
standards”. Berdasarkan pendapat Keiht Davis, disiplin kerja dapat diartikan
sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedomanpedoman
organisasi.
Istilah prestasi kerja dan kinerja memilki pengertian yang sama, prestasi
kerja berasal dari dua kata yaitu prestasi dan kerja. Dimana istilah prestasi berasal
dari bahasa Belanda yang disebut dengan Pretatic, yang berarti apa yang telah
diciptakan. Menurut Mangkunegara (2009: 67) Istilah kinerja berasal dari kata Job
Performance atau Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang
dicapai oleh seseorang). Jadi, pada dasarnya prestasi adalah hasil yang telah
dicapai dari suatu usaha yang dilakukan.
B. Kerangka Pemikiran
Beberapa teori yang menjelaskan efektivitas kinerja pegawai, yaitu fakor
menunjukkan faktor perilaku pimpinan, motivasi, arus komunikasi dan praktik
pengambilan keputusan secara bersama sama berhubungan terhadap kepuasan
kerja pegawai. Intinya adalah kinerja akan bergantung pada perpaduan yang tepat
antara individu dengan pekerjaannya. Untuk mencapai produktivitas harus
menjamin dipilhnya orang yang tepat, dengan pekerjaan yang tepat disertaiu
kondisi yang memungkinkan mereka bekerja dengan optimal.
(1) Para anggota organisasi perlu didorong agar memiliki rasa memiliki
organisasi, karena secara logika seseorang tidak akan merusak sesuatu yang
merupakan miliknya, berarti perlu ditumbuhkan dan ditanamkan perasaan kuat
bahwa keberadaan mereka dalam organisasi bukan sekedar mencari nafkah dan
mereka adalah anggota keluarga besar organisasi yang bersangkutan.
Gaya kepemimpinan
Kinerja pegawai
Disiplin kerja
Gambar
Kerangka pemikiran
Pengaruh gaya kepemimpinan dan disiplin terhadap kinerja pegawai
Hipotesis
Ada 3 (tiga) hipotesis yang harus di uji dalam penelitian ini yaitu
1. adakah pengaruh signifikan gaya kepemimpinan puskesmas terhadap kinerja
pegawai
2. adakah pengaruh signifikan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai
3. adakah pengaruh signifikan secara simultan antara gaya kepemimpinan, disiplin
kerja terhadap kinerja pegawai
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu
penelitian yang dilaksanakan dengan memilih sejumlah sampel dari total populasi,
kemudian dari sampel terpilih ditetapkan sejumlah respondenuntuk mendapatkan
informasi yang valid, maka kepada responden yang terpilih dilakukan wawancara
dengan mengunakan kuisioner.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai puskesmas simpang periuk lubuk
linggau yang berjumlah 30 orang.
2. Sampling
Disebabkan populasi dalam penelitian ini berjumlah kecil (n<50) maka
tidak perlu dilakukan pemilihan sampel, dan semua populasi dijadikan
sampel atau population sampling.
C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel serta Sifat Data
1. Kinerja perawat
a. Definisi konseptual
Kinerja kesehatan merupakan perpaduan antara kemampuan
seorang perawat dan usahanya yang kemudian menghasilkan apa
yang dikerjakan dalam bidang dinas kesehatan.
b. Defenisi operasional
Indikator kinerja terdiri dari dua faktor yaitu : faktor internal dan
eksternal. Faktor dapat diartikan sebagai segala bentuk usaha yang
berasal dari dalam diri sendiri yang dapat memberikan dorongan
untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik yang meliputi
kemampuan, pengetahuan dan disiplin dalam bekerja. Faktor
eksternal adalah segala sesuatu yang berasal dari luar usaha
perawat.
2. Gaya kepemimpinan puskesmas
a. Defenisi konsep variabel
Gaya kepemimpinan kepala puskesmas adalah keahlian kepala
puskesmas dalam merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan, mengkoordinasikan mengawasi dan mengevaluasi
seluruh kegiatan di puskesmas simpang periuk.
b. Defenisi operasional variabel
Seorang kepala puskesmas harus mampu merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan mengawasi
dan mengevaluasi.
3. Disiplin kerja
a. Defenisi konseptual
Disiplin kerja merupakan dapat mengatur dan mengendalikan diri
yang menyangkut pengaturan cara hidup dan mengatur cara kerja.
b. Definisi operasional
Disiplin kerja memiliki indikator:
a) Tujuan dan kemampuan yakni pekerjaan yang dibebankan
harus sesuai dengan kemampuan pegawai.
b) Mampu menentukan kedisiplinan.
c) Mengurangi frustasi pegawai.
d) Meningkatkan tanggung jawab.
e) Sifat data
Pertanyaan atau pernyataan yang diajukan adalah bersifat kualitatif dan
untuk keperluan analisa maka data yag terkumpul diubah menjadi data
yang bersifat kuantitatif. Dengan demikian data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bersifat kualitatif yang dikuantifisir yang jawaban
pertanyaan bersifat ordinal dengan 5 skala setiap jawaban diberikan
skor sesuai urutan sebagai berikut:
D. Instrumen Penelitian
Data dalam penelitian ini akan diungkap dengan menggunakan teknik
observasi yang didukung oleh kuesioner yang dilengkapi dengan studi
dokumenter. Penggunaan teknik obsevasi dilakukan untuk melihat pengaruh gaya
kepemimpinan,disiplin kerja terhadap kinerja pegawai puskesmas simpang periuk.
Oleh karena itu dikembangkan suatu alat penelitian yang dapat
mengungkapkan pengaruh gaya kepemimpinan, disiplin kerja terhadap kinerja
pegawai simpang periuk. Alat pengumpulan data yang akan dikembangkan berupa
pedoman observasi serta kuesioner. Guna melengkapi data diatas,dilakukan pula
studi dokmentasi untuk melengkapi data yang dimaksud.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka yang menjadi instrumen penelitian
termasuk didalamnya adalah penelitian sendiri yang dibantu oleh pegawai
puskesmas. Mengacu pada teknik pengumpulan data tersebut.
1. Uji Validitas
Pengujian validitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk
mengukur apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian benar benar
mampu mewakili semua aspek yang dianggap sebagai kerangka konsep. Validitas
alat ukur menetukan sejauh mana alat ukur penelitian, atau dengan kata lain
bahwa validitas merupakan suatu yag menunjukan tingkat suatu alat ukur.
Suatu alat ukur skala pengukuran dikatakan valid jika skala pengukuran
mengukur apa yang dimaksut untuk ukur atau alat ukur yang salah atau tidak tepat
akan mempunyai validitas yang rendah, begitu pun sebaliknya. Pengujian
validitas alat ukur dalam penelitian ini mengunakan pendekatan kolerasi product
moment pearsoncorrelation seperti meliputi tiga tahapan yaitu:
a) Penentuan Nilai Kolerasi
Untuk menguji alat ukur berupa angket, terlebih dahulu dicari angka
kolerasi bagian bagian dari alat ukur secara keseluruhan, yaitu dengan cara
mengkolerasikan setiap butir alat ukur dengan skor yang merupakan
jumlah tiap skor butir dengan mengunakan rumus kolerasi, rumus yang
digunakan: untuk menguji validitas akan digunakan uji kolerasi product
moment pearson dengan bantuan program SPSS. Apabila nilai r hitung
instrumen lebih besar r tabel maka dinyatakan valid secara manual rumus
uji tersebut adalah :
Keterangan :
RXY= kolerasi antara x dan y
X= skor nilai x
Y= skor nilai total y
N= jumlah sampel
2. Uji Reliabilitas
Uji reabilitas digunakan untuk mengukur bahwa instrumen penelitian
bebas dari kesalahan persepsi sehingga menghasilkan hasil hasil yang konsisten
dan dapat digunakan pada kondisi yang berbeda beda untuk menguji reabilitasi
akan digunakan cronbach alpha dengan program SPSS instrumen dinyatakan valid
apabila nilai alpha lebih besar dari 0,333
Data penelitia ini terdapat dua jenis data yakni data primer dan data
skunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan secara empirik.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur. Data primer
meliputi data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data kualitatif adalah responden
atau instrumen penelitian pada lokasi penelitian.
Hasil penelitian melalui instrumen dilakukan pengujian mulai dari uji
asumsi klasik meliputi uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas dan uji auto korelasi.
b. Uji Multikolinearitas
3. UjiHipotesis
a) Uji F
Uji ini dilakukan dengan proses SPSS. Uji ini digunakan untuk
menguji keberartian koefisien regresi secara bersama sama atau
serentak. Adapun langkah langkah pengujiannya adalah:
1) Menentukan komposisi hipotesis
Ho : β1=β2 =
Tidak ada pengaruh yang disignifikan antara gaya kepemimpinan dan
disiplin kerja terhadap kinerja pegawai puskesmas simpang periuk
secara bersama-sama.
Ha : β1≠β2≠
Ada pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan dan disiplin
kerja terhadap kinerja pegawai puskesmas simpang periuk secara
bersama sama.
1) Menentukan level of signifikan α= 5%
2) Mencari F Hitung
Rumus: F= R2/(K - 1)
(1-R2)/(n - k)
Dimana :
R2= Koefisien determinasi
n = Jumlah pengamatan
k = Treatment (variabel independen)
Hasil F hitung dibandingkan dengan F tabel, jika F hitung <F label
maka H alternatif tidak diterima berarti secara bersama sama.
2. LokasiPenelitian
Lokasi dilakukan di Puskesmas Simpang Periuk Lubuklinggau