A. Hasil Penelitian
1. Kondisi Sosial-Ekonomi Responden
a. Validitas Variabel Sosial-Demografis Responden
NEW FILE.
DATASET NAME DataSet2 WINDOW=FRONT.
DATASET ACTIVATE DataSet2.
DATASET CLOSE DataSet1.
FREQUENCIES VARIABLES=Umur JK Pendidikan
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM
SEMEAN MEAN MEDIAN
ODE SUM SKEWNESS SESKEW KURTOSIS SEKURT
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.
Hasilnya pengolahan diwakilkan ke dalam table dibawah ini :
Tabel 4.1
Statistik : Sosial Demografis Respoden
Terlihat pada table diatas bahwa semua variabel social demografis yang
digunakan oleh peneliti kedalam penelitian ini semua data telah di entry
(valid 60)dan tidak ada satupun data yang missing (0) , sehingga semua
data tersebut berhak dianalisis
Tabel 4.2
Umur Responden
Tabel 4.3
Variasi Umur Responden
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 20 - 30 18 30.0 30.0 30.0
31 - 40 25 41.7 41.7 71.7
41 - 50 6 10.0 10.0 81.7
51- 60 11 18.3 18.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
Gambar 4.1
Histogram Umur Responden
Umur responden terbanyak pada item kedua yaitu pada usia 31 – 40
tahun, dengan demikian dapat dikatakan mayoritas responden dalam
penelitian ini telah berada dalam umur yang berada pada taraf dewasa
dan berhak untuk menjadi responden.
Tabel 4.5
Variasi Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki laki 7 11.7 11.7 11.7
Perempuan 53 88.3 88.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
Gambar 4.2
Histogram Jenis Kelamin
Dalam penelitian ini responden yang dijadikan objek penelitian 80
persen ketaas terdiri dari wanita, apabila dilihat dari jenis kantor yang
diteliti maka hal ini memiliki kewajaran yang normal, karena secara
universal puskesmas biasanya mayoritas tenaga kerja bergender
perempuan
Tabel 4.7
Variasi Jenis Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SPK 7 11.7 11.7 11.7
DI - DIII 45 75.0 75.0 86.7
S1 8 13.3 13.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
Gambar 4.3
Histogram Jenis Pendidikan
Mayoritas jenis pendidikan yang ada pada puskesmas ini berada pada
jenis pendidikan D1-D3 sebesar 75 persen, dengan kondisi puskesmas
sendiri hal ini merupakan suatu hal yang positif karena tenaga terampil
biasanya dari alumni diploma.
2. Kondisi Variabel Hipotesis
a. Pembantukan Variabel Hipotesis
Untuk menguji suatu hipotesis penelitiam yang kita tuangkan pada bab
sebelumnya maka diperlukan suatu metoda dan analisis, dalam penelitian
ini variable yang digunakan peneliti ada penelitian ini adalah X1 Gaya
Kepemimpinan, X2 Disiplin, dan Y Kinerja Pegawaiketiga variable ini
terbentuk berdasarkan komposisi indicator pertanyaan yang terkandung
didalamnya yang kemudian disebarkan kepada responden penelitian
(sampel)
Pertanyaan tersebut memakai skala likert dengan penentuan scoring5, 4, 3,
2, 1 (dapat dilihat pada kuisioner) penjumlahan jawaban butir pertanyaan
ini dalam program SPSS menggunakan rumus sebagai berikut
Tabel 4.8
Hasil Pengujian Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan(X1)
Dari hasil pengujian validitas pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
keseluruhan item variable Gaya Kepemimpinan (X1) diketahui bahwa N =
30 dengan taraf signifikan 5% = 0,361, mempunyai rhitung> rtabel sehingga
dapat diketahui r hasil masing-masing pertanyaan > 0,361. Pertanyaan ke 7
mempunyai nilai terkecil dari semua pertanyaan namun tetap lebih besar
dari 0,361 yaitu 0,467.Hal ini berarti bahwa semua item pertanyaan
yang ada dalam kuesioner tersebut dapat dijadikan sebagai alat ukur
yang valid dalam analisis selanjutnya.
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Variabel Disiplin Kerja (X2)
Dari hasil pengujian validitas pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
keseluruhan item variable Displin Kerja (X2) diketahui bahwa N=30 dengan
taraf signifikan 5%=0,361, mempunyai rhitung> rtabel sehingga dapat
diketahui r hasil masing-masing pertanyaan > 0,361. Pertanyaan ke 10
mempunyai nilai terkecil dari semua pertanyaan namun tetap lebih besar
dari 0,361 yaitu 0,560.Hal ini berarti bahwa semua item pertanyaan
yang ada dalam kuesioner tersebut dapat dijadikan sebagai alat ukur
yang valid dalam analisis selanjutnya.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Pegawai (Y)
Dari hasil pengujian validitas pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
keseluruhan item variable Kinerja Pegawai (Y) diketahui bahwa N=30
dengan taraf signifikan 5%=0,361, mempunyai rhitung> rtabel sehingga dapat
diketahui r hasil masing-masing pertanyaan > 0,361. Pertanyaan ke 10
mempunyai nilai terkecil dari semua pertanyaan namun tetap lebih besar
dari 0,361 yaitu 0,583.Hal ini berarti bahwa semua item pertanyaan
yang ada dalam kuesioner tersebut dapat dijadikan sebagai alat ukur
yang valid dalam analisis selanjutnya
Tabel 4.11
Hasil Uji Reliabilitas
Dari tabel hasil uji reliabilitas variable Disiplin Kerja (X2) diatas, nilai
korelasi Cronbach Alpha = 0,922. Maka Cronbach’s Alpha sebesar 0,922 >
rtabel sebesar 0,361.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kuesioner disiplin kerja (X2) yang akan diuji dapat dikatakan reliabel.
Dari tabel hasil uji reliabilitas variable Kinerja Pegawai (Y) diatas, nilai
korelasi Cronbach Alpha = 0,926. Maka Cronbach’s Alpha sebesar 0,926 >
rtabel sebesar 0,361.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kuesioner kinerja pegawai (Y) yang akan diuji dapat dikatakan
reliabel.
FREQUENCIES VARIABLES=X1 X2 Y
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM
SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM SKEWNESS SESKEW
KURTOSIS SEKURT
/HISTOGRAM
/ORDER=ANALYSIS.
Tabel 4.12
Statistik Validitas Variabel Peneitian
Gaya Disiplin
Kepemimpinan Kerja Kinerja
N Valid 60 60 60
Missing 0 0 0
Mean 40.33 44.20 40.32
Std. Error of Mean .326 .204 .319
Median 40.00 44.00 41.00
Mode 41 44 41
Std. Deviation 2.522 1.582 2.474
Variance 6.362 2.502 6.118
Skewness -.076 -.208 -.378
Std. Error of Skewness .309 .309 .309
Kurtosis .038 .140 -.231
Std. Error of Kurtosis .608 .608 .608
Range 12 8 11
Minimum 34 40 34
Maximum 46 48 45
Sum 2420 2652 2419
Dari hasil perhitungan diatas ketika dilaukan entry data terlihat haislnya
bahwa semua variabel dalam kondisi valid dan tidak ada data yang missing
(missing 0)
c. Variasi Variabel Hipotesis
Variasi penelitian yang terdiri dari rata rata (scoring item) variable gaya
kepemimpinan sebesar 40,33 (X1), variable disiplin kerja sebesar 44,20
(X2) dan variable kinerja pegawai sebesar 40,32 (Y) dapat dilihat pada
ururtan table dan gambar dibawah ini :
Tabel 4.13
Variasi Gaya Kepemimpinan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 34 1 1.7 1.7 1.7
35 1 1.7 1.7 3.3
36 2 3.3 3.3 6.7
37 3 5.0 5.0 11.7
38 7 11.7 11.7 23.3
39 7 11.7 11.7 35.0
40 10 16.7 16.7 51.7
41 12 20.0 20.0 71.7
42 4 6.7 6.7 78.3
43 7 11.7 11.7 90.0
44 4 6.7 6.7 96.7
46 2 3.3 3.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
Gambar 4.4
Histogram Gaya Kepemimpinan
Tabel 4.14
Variasi Disiplin Kerja
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 40 1 1.7 1.7 1.7
41 2 3.3 3.3 5.0
42 5 8.3 8.3 13.3
43 10 16.7 16.7 30.0
44 17 28.3 28.3 58.3
45 12 20.0 20.0 78.3
46 10 16.7 16.7 95.0
47 2 3.3 3.3 98.3
48 1 1.7 1.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
Gambar 4.5
Histogram Disiplin Kerja
Tabel 4.15
Variasi KInerja Pegawai
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 34 1 1.7 1.7 1.7
35 1 1.7 1.7 3.3
36 2 3.3 3.3 6.7
37 6 10.0 10.0 16.7
38 4 6.7 6.7 23.3
39 5 8.3 8.3 31.7
40 10 16.7 16.7 48.3
41 11 18.3 18.3 66.7
42 9 15.0 15.0 81.7
43 6 10.0 10.0 91.7
44 3 5.0 5.0 96.7
45 2 3.3 3.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
Gambar 4.6
Histogram Kinerja Pegawai
B. Pengujian Hipotesis
1. Uji Hipotesis Pertama (Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja
Pegawai Puskesmas Simpang Periuk)
REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X1
/SCATTERPLOT=(*ZPRED ,*ZRESID)
/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID).
Dari rumus tersebut maka peneliti akan menjelaskan hasilnya dari beberapa sub
dibawah ini :
Gambar 4.8
Normal P-P Plot X1 terhadap Y
Pada gambar diatas kita dapat meilhat dengan jelas sebaran data tidak
menjauhi garis diagonal, hal ini berarti data yang kita pakai linier antara
variable X1 terhadap Y
Gambar 4.9
Scatter Plot X1 terhadap Y
Sebaran data pada gambar diatas menampilkan bahwa data tersebut menyebar
secara acak dan tidak membentuk suatu pola apapun sehingga dapat dikatakan
data yang kita pakai tidak ada gejala autokorelasi antara X1 terhadap Y
Std.
Mean Deviation N
Kinerja 40.32 2.474 60
Gaya Kepemimpinan 40.33 2.522 60
Dari data diatas terlihat semua data dimasukan (N = 60) dengan rata rata
40,32 untuk kinerja pegawai puskesmas simpang periuk dan 40,33 untuk
gaya kepemimpinan
Tabel 4.17
Koefisien Regresi Sederhana
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Std.
Model B Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 55.504 4.805
Gaya
-.377 .119 -.384 1.000 1.000
Kepemimpinan
a. Dependent Variable:
Kinerja
Y =a + b1X1
Dimana : Y = Kinerja Pegawai Puskesmas Simpang Periuk
X1 = Gaya Kepemimpinan
a = Konstanta
b1 = Koefisien Regresi
Tabel 4.18
Koefisien Korelasi dan Determinasi
Tabel 4.19
Uji t
t Sig.
Model
1 (Constant) 11.552 .000
Gaya Kepemimpinan -3.167 .002
a. Dependent Variable: Kinerja
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai nilai sig kurang dari
0.05,(0.002 kurang dari 0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya
terdapat adanya pengaruh yang signifikan secara parsial antaragaya
kepemimpinan terhadap kinerja pegawai puskesmas simpang periuk
Kota Lubuklinggau
REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X2
/SCATTERPLOT=(*ZPRED ,*ZRESID)
/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID).
Dari rumus tersebut maka peneliti akan menjelaskan hasilnya dari beberapa sub
dibawah ini :
Gambar 4.10
Histogram X2 terhadap Y
Pada gambar diatas kita dapat meilhat dengan jelas sebaran data tidak
menjauhi garis diagonal, hal ini berarti data yang kita pakai linier antara
variable X2 terhadap Y
Gambar 4.12
Scatter Plot X2 terhadap Y
Sebaran data pada gambar diatas menampilkan bahwa data tersebut menyebar
secara acak dan tidak membentuk suatu pola apapun sehingga dapat dikatakan
data yang kita pakai tidak ada gejala autokorelasi antara X2 terhadap Y
Std.
Mean Deviation N
Kinerja 40.32 2.474 60
Displin Kerja 44.20 1.582 60
Dari data diatas terlihat semua data dimasukan (N = 60) dengan rata rata
40,32 untuk kinerja pegawai puskesmas simpang periuk dan 44,20 untuk
disiplin kerja
Tabel 4.21
Koefisien Regresi Sederhana
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Std.
Model B Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 63.614 8.551
Gaya
-.527 .193 -.337 1.000 1.000
Kepemimpinan
a. Dependent Variable:
Kinerja
Y =a + b2X2
Dimana : Y = Kinerja Pegawai Puskesmas Simpang Periuk
X2 = Disiplin Kerja
a = Konstanta
b2 = Koefisien Regresi
Dari data tersebut juga nilai VIF yang dihasilkan berada pada level
dibawah 10 dengan demikian pada data tersebut diyakini tidak ada gejala
multikolonieritas
(2) Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi
Tabel 4.22
Koefisien Korelasi dan Determinasi
c. Uji Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis peneliti menggunkan uji t dalam kolom coefficient
pada SPSS,, berikut hasilnya :
Tabel 4.23
Uji t
t Sig.
Model
1 (Constant) 7,440 .000
Gaya Kepemimpinan -2.276 .008
a. Dependent Variable: Kinerja
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai nilai sig kurang dari
0.05,(0.008 kurang dari 0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya
terdapat adanya pengaruh yang signifikan secara parsial antaradisiplin
kerjaterhadap kinerja pegawai puskesmas simpang periuk Kota
Lubuklinggau
REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X1, X2
/SCATTERPLOT=(*ZPRED ,*ZRESID)
/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID).
Dari rumus tersebut maka peneliti akan menjelaskan hasilnya dari beberapa sub
dibawah ini :
Pada gambar diatas kita dapat meilhat dengan jelas sebaran data tidak
menjauhi garis diagonal, hal ini berarti data yang kita pakai linier antara
variable X1 dan X2 terhadap Y
Gambar 4.15
Scatter Plot X1 terhadap Y
Sebaran data pada gambar diatas menampilkan bahwa data tersebut menyebar
secara acak dan tidak membentuk suatu pola apapun sehingga dapat dikatakan
data yang kita pakai tidak ada gejala autokorelasi antara X1 dan X2 terhadap
Y
Tabel 4.24
Deskriptif Statistik
Std.
Mean Deviation N
Kinerja 40.32 2.474 60
Gaya Kepemimpinan 40.33 2.522 60
Disiplin Kerja 44.20 1.582 60
Dari data diatas terlihat semua data dimasukan (N = 60) dengan rata rata 40,32
untuk kinerja pegawai puskesmas simpang periuk dan 40,33 untuk gaya
kepemimpinan, dan 44,20 untuk disiplin kerja
Tabel 4.25
Koefisien Regresi Berganda
Dari data tersebut juga nilai VIF yang dihasilkan berada pada level
dibawah 10 dengan demikian pada data tersebut diyakini tidak ada
gejala multikolonieritas pada kedua variable independenya (X1 dan
X2)
Tabel 4.26
Koefisien Korelasi dan Determinasi
c. Uji Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis peneliti menggunkan uji t dalam kolom coefficient
pada SPSS,, berikut hasilnya :
Tabel 4.27
Uji f
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 67.515 2 33.758 6.557 .003a
Residual 293.468 57 5.149
Total 360.983 59
a. Predictors: (Constant), Disiplin Kerja, Gaya Kepemimpinan
b. Dependent Variable: Kinerja
Diperoleh nilai Fhitung sebesar 59.613 dan Ftabel diperoleh dari :Ftabel = n – m –
1 = 60 – 2 – 1 = 81 (dilihat pada lampiran Ftabel, adalah sebesar
3,11)Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai Fhitung (6.557) > Ftabel
(3,11), dan nilai sig kurang dari 0.05, berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
Artinya terdapat adanya pengaruh yang signifikangaya kepemimpinan dan
disiplin kerja terhadap kinerja pegawai puskesmas simpang periuk Kota
Lubuklinggau
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai nilai sig kurang dari
0.05,(0.003 kurang dari 0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya
terdapat adanya pengaruh yang signifikan secara simultan antaragaya
kepemimpinan dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai puskesmas
simpang periuk Kota Lubuklinggau.
C. Pembahasan
Terlihat pada table 4.1 bahwa semua variabel social demografis yang digunakan oleh
peneliti kedalam penelitian ini semua data telah di entry (valid 60)dan tidak ada
satupun data yang missing (0) , sehingga semua data tersebut berhak dianalisis
Jelaskan kondisi dilapangan berkenaan dengan hal diatas lalu hubungkan dengan teori
Dari hasil pengujian validitas pada tabel diatas dapat dilihat bahwa keseluruhan item
variable Gaya Kepemimpinan (X1) diketahui bahwa N = 30 dengan taraf signifikan 5%
= 0,361, mempunyai rhitung> rtabel sehingga dapat diketahui r hasil masing-masing
pertanyaan > 0,361. Pertanyaan ke 7 mempunyai nilai terkecil dari semua pertanyaan
namun tetap lebih besar dari 0,361 yaitu 0,467.Hal ini berarti bahwa semua item
pertanyaan yang ada dalam kuesioner gaya kepemimpinan tersebut dapat
dijadikan sebagai alat ukur yang valid dalam analisis selanjutnya.
Jelaskan kondisi dilapangan berkenaan dengan hal diatas lalu hubungkan dengan teori
Gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja
karyawan (Fadli, 2004). Gaya kepemimpinan yang baik akan berdampak pada kinerja
karyawan yang tinggi. Penelitian yang dilakukan Smat (2005) menunjukkan bahwa
gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja
karyawan.
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang dapat menjadi pemimpin
(leader)melalui aktifitas yang terus menerus sehingga dapat mempengaruhi yang
dipimpinnya(follower) dalam rangka untuk mencapai tujuan.
Gibson, et al., (1996) dalam Gorda (2006) menyatakan bahwa kinerja karyawan
merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menetapkan perbandingan hasil
pelaksanaan tugas, tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi pada periode
tertentu dan relatif dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja atau kinerja
organisasi. Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur dengan
mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu (Mangku Negara, 2006).
Kinerja merupakan perwujudan kerja yang dilakukan oleh karyawan atau organisasi
yang bersangkutan.
Kepemimpinan mempunyai peranan yang sangat penting dalam manajemen
organisasi. Kepemimpinan dibutuhkan manusia karena adanya keterbatasan
keterbatasan tertentu pada diri manusia. Dari sinilah timbulkebutuhan untuk memimpin
dan dipimpin. Kepemimpinan didefinisikan kedalam ciri-ciri individual, kebiasan, cara
mempengaruhi orang lain, interaksi,kedudukan dalam oragnisasi dan persepsi mengenai
pengaruh yang sah.
Kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin,
baikyang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya.
Kepemimpinanmenggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan,
sifatdan sikap yang mendasari perilaku seseorang. Kepemimpinan yangmenunjukkan
secara langsung maupun tidak langsung tentang keyakinanseorang pimpinan terhadap
kemampuan bawahannya (Veithzal, 2006:64).
Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan organisasikarena
tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit mencapai tujuan organisasi.Jika seorang
pemimpin berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain,maka orang tersebu perlu
memikirkan gaya kepemimpinannya.
Gayakepemimpinan adalah perilaku dan strategi sebagai hasil kombinasi dari
fasafah, keterampilan, sifat dan sikap yang sering diterapkan seorangKepemimpinan
memegang peranan yang sangat penting dalam manajemenorganisasi. Kepemimpinan
dibutuhkan manusia karena adanya keterbatasanketerbatasantertentu pada diri manusia.
Dari sinilah timbul kebutuhan untukmemimpin dan dipimpin. Kepemimpinan
didefinisikan ke dalam ciri-ciri individual, kebiasan, cara mempengaruhi orang lain,
interaksi, kedudukan dalam oragnisasi danpersepsi mengenai pengaruh yang sah.
Kepemimpinan adalah kemampuan untukmempengaruhi orang lain untuk mencapai
tujuan dengan antusias (David, Keith,1985). Menurut Veitzhal Rivai (2004),
kepemimpinan adalah proses mempengaruhiatau memberi contoh kepada pengikut-
pengikutnya lewat proses komunikasi dalamupaya mencapai tujuan organisasi. Menurut
Achmad Suyuti (2001) yang dimaksuddengan kepemimpinan adalah proses
mengarahkan, membimbing dan mempengaruhipikiran, perasaan, tindakan dan tingkah
laku orang lain untuk digerakkan ke arahtujuan tertentu.
Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard dalam Muninjaya (2004)
berdasarakan pemikiran bahwa tidak ada satu pun gaya kepemimpinan yang efektif
untuk semua situasi. Kekuatan yang ada pada diri pemimpin dan yang dimiliki oleh
kelompok (hubungan interpersonal diantara keduanya), serta situasi lingkungan
(orientasi tugas) akan ikut menentukan gaya kepemimpinan seseorang jika ia
berinteraksi dengan bawahannya. Gaya kepemimpinan menurut mereka, yaitu:
instruksi, konsultasi, partisipasi, dan delegasi.
Kepemimpinan dalam suatu organisasi lebih ditujukan pada kemampuan
mempengaruhi, mengarahkan dan membimbing pegawai untuk mencapai tujuan
organisasi. Hal tersebut mengandung arti bahwa suatu organisasi harus memiliki
seorang pemimpin yang mampu mempengaruhi, mengarahkan dan membimbing
pegawai dalam organisasi (Darwito, 2008).
Terdapat dua jenis pemimpin dalam organisasi yaitu pemimpin formal dan
pemimpin informal. Pemimpin formal merupakan seseorang yang diangkat secara
resmi oleh suatu organisasi tertentu untuk memangku jabatan sebagai pimpinan
sedangkan pemimpin informal adalah seseorang yang memiliki kualitas sebagai
seorang pemimpin untuk mempengaruhiperilaku pegawainya (Kartono, 2006).
Pemimpin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemimpin formal yaitu kepala
puskesmas.
Kepala puskesmas merupakan seorang tenaga kesehatan dengan kriteria yaitu
tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki kompetensi manajemen
puskesmas, masa kerja di puskesmas minimal dua tahun dan telah mengikuti pelatihan
manajemen puskesmas (Kementerian Kesehatan, 2014). Kepala puskesmas memiliki
peranan yang penting dalam hal mengatur dan mengelola seluruh kegiatan di
puskesmas termasuk pegawainya. Oleh sebab itu kepala puskesmas memerlukan
kompetensi di bidang manajemen puskesmas dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan kegiatan di puskesmas. Peranan kepala puskesmas dalam hal perencanaan
berkaitan dengan kemampuan dalam mengidentifikasi permasalahan dan menyusun
kegiatan yang akan dikerjakan dalam satu tahun kerja. Peranan kepala puskesmas
dalam hal pelaksanaan berkaitan dengan pengorganisasian tugas kepada pegawainya
termasuk pelaksanaan rapat koordinasi baik yang bersifat internal maupun eksternal
dengan kecamatan dan dinas terkait. Peranan kepala puskesmas dalam hal pengawasan
berkaitan dengan pengawasan kegiatan sehari hari termasuk.
Gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan oleh seseorang
pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia
lihat (Miftah 2007:49). Dalam hal ini usaha menyelaraskan persepsi diantara orang
yang akan mempengaruhi perilaku dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi
menjadi amat penting kedudukannya.
Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan
dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku
organisasinya (Nawawi, 2003 : 113). Gaya kepemimpinan adalah cara seorang
pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara
produktif untuk mencapai tujuan organisasi (Malayu, 2000 : 167).
Kepemimpinan dapat didefenisikan sebagai proses mempengaruhi orang lain
untuk berbuat guna mewujudkan tujuan-tujuan yang sudah ditentukan. Dalam hal ini
kepemimpinan selalu melibatkan upaya seseorang (pemimpin) untuk mempengaruhi
perilaku seseorang pegikut atau para pengikut dalam suatu situasi (Manulang
2000:141).
Gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja
karyawan (Fadli, 2004). Gaya kepemimpinan yang baik akan berdampak pada kinerja
karyawan yang tinggi. Penelitian yang dilakukan Smat (2005) menunjukkan bahwa
gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja
pegawai.
Kepemimpinan merupakan aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain
agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Disini dapat ditangkap
suatu pengertian bahwa jika seseorang telah mulai berkeinginan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, maka disini kegiatan kepemimpinan itu telahdimulai. Pengaruh dan
kekuasaan dari seseorang pemimpin mulai tampak relevansinya. Demikian pula
peranan pemimpin didalam mengatasi konflik.
Gaya kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin melaksanakan fungsi
kepemimpinannya dan bagaimana ia dilihat oleh mereka yang berusaha dipimpinnya
atau mereka yang mungkin sedang mengamati dari luar (Robert, 1992). James
et.al.(1996) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah berbagai pola tingkah laku
yang disukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja.
Gaya kepemimpinan adalah perilaku dan setrategi, sebagai dari kombinasi dari falsafah,
keterampilan, sifat, sikap yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba
mempengaruhi kinerja bawahannya (Tampubolon, 2007).
Menurut Umam (2010:278), ada lima jenis gaya kepemimpinan.Pertama gaya
kepemimpinan autoratis, seorang pemimpin memilikiwewenang (authority) dari suatu
sumber, pengetahuan, kekuatan ataukekuasaan untuk memberikan penghargaan ataupun
menghukum. Iamenggunakan authority ini sebagai pegangan atau hanya sebagai alat
ataumetode agar sesuatunya dapat dijalankan serta diselesaikan. Kemudian yangkedua
gaya kepemimpinan birokratik, kepemimpinan ini dijalankan denganmenginformasikan
kepada para anggota dan bawahannya dapat bagaimanasesuatu itu harus dilaksanakan.
Akan tetapi dasar-dasar dari gayakepemimpinan ini hampir sepenuhnya menyangkut
kebijakan-kebijakan,prosedur-prosedur, dan peraturan-peraturan yang terkandung
dalamorganisasi. Ketiga gaya kepemimpinan diplomatis, pada gaya ini dapatdikatakan
bahwa seorang pemimpin yang diplomat adalah juga seorangseniman, yang melalui
seninya berusaha melakukan persuasi secara pribadi.Jadi, sekalipun ia memiliki
wewenang atau kekuasaan yang jelas, ia kurangsuka mempergunakan kekuasaannya
itu. Ia lebih cenderung memilih caramenjual sesuatu (motivasi) kepada bawahannya
dan merekamenjalankan tugaspekerjaannya dengan baik. Keempat gaya kepemimpinan
partisipatif yaitupemimpin yang selalu mengajak secara terbuka kepada anggota
ataubawahannya untuk berpartisipasi atau mengambil bagian secara aktif, baik secara
luas atau dalam batas-batas tertentu dalam pengambilan keputusan.Terakhir yang
kelima gaya kepemimpinan free lein leader . Dalam gayakepemimpinan ini, pemimpin
seakan-akan menunggang kuda yangmelepaskan kedua kendali kudanya.Walaupun
demikian, pemipin dalam gayaini bukanlah seorang pemimpin yang benar-benar
memberikan kebebasankepada anggota ataupun bawahannya untuk bekerja tanpa
pengawasan samasekali. Hal yang dilakukan pemimpin tersebut adalah menetapkan
tujuan yangharus dicapai oleh anggotaatau bawahannya untuk bebas bekerja dan
bertindaktanpa pengarahan atau kontrol lebih lanjut apabila mereka memintanya.
Dari hasil pengujian validitas pada tabel diatas dapat dilihat bahwa keseluruhan item
variable Displin Kerja (X2) diketahui bahwa N=30 dengan taraf signifikan 5%=0,361,
mempunyai rhitung> rtabel sehingga dapat diketahui r hasil masing-masing pertanyaan >
0,361. Pertanyaan ke 10 mempunyai nilai terkecil dari semua pertanyaan namun tetap
lebih besar dari 0,361 yaitu 0,560.Hal ini berarti bahwa semua item pertanyaan
yang ada dalam kuesioner disiplin kerja tersebut dapat dijadikan sebagai alat
ukur yang valid dalam analisis selanjutnya.
Jelaskan kondisi dilapangan berkenaan dengan hal diatas lalu hubungkan dengan teori
Menurut Simamora (1997) disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau
menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin kerja adalah
suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar
mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan
dan norma-norma sosial yang berlaku (Rivai, 2004).
Hasibuan (2004) berpendapat bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan
kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku.Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa disiplin kerja merupakan
suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan baik tertulis
maupun tidak tertulis, dan bila melanggar akan ada sanksi atas pelanggarannya.Budi
Setiyawan dan Waridin (2006) dalam Mohammad (2005), ada 5 faktor dalam penilaian
disiplin kerja terhadap pemberian layanan pada masyarakat, yaitu:
Menurut Singodimedjo (2002) “Disiplin adalah sikap kesediaan dan
kerelaanseseorang untuk memahami dan mentaati norma-norma peraturan yang
berlakudisekitanya”. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, Nitisemito (2001)
menyatakanbahwa “disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan
yang sesuaidengan peraturan dari organisasi baik tertulis maupun tidak
tertulis”.Menurut Siswanto (2006) “Disiplin kerja sebagai suatu sikap
menghormati,menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku
baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak
mengelakmenerima sanksi-sanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang
diberikankepadanya”.
Disiplin merupakan sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuaidengan
peraturan dari lembaga baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.Dengan kata lain
disiplin merupakan perilaku seseorang yang sesuai denganperaturan prosedur kerja
yang ada.
Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer
untukberkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah
suatuperilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dankesediaan
seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-normasosial yang berlaku
(Rivai, 2004).
Disiplin cenderung diartikan sebagai hukuman dalam arti sempit,
namunsebenarnya disiplin memiliki arti yang lebih luas dari hukuman. Menurut
Moekijat(2005) “Disiplin adalah kesanggupan menguasai diri yang diatur”. Disiplin
berasaldari bahasa latin, yaitu diciplina yang berarti latihan atau pendidikan, kesopanan
dankerohanian serta pengembangan tabiat. Disiplin menitik beratkan pada
bantuankepada pegawai untuk mengembangkan sikap yang baik terhadap pekerjaan.
Disiplinpegawai yang baik akan mempercepat tercapainya tujuan organisasi,
sedangkandisiplin yang rendah akan menjadi penghalang dan memperlambat
pencapaian tujuanorganisasi.
Hadisaputro menyatakan bahwa kata disiplin dalam kamus besarbahasa
Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga tahun 2001 ada tiga makna: (1)tata tertib (di
puskesmas); (2) ketaatan kepada peraturan(tata tertib dst); (3) bidang study yang
memiliki objek sistem dan metodetertentu. dari ketiga makna tersebut Hadisaputro
menyimpulkan bahwadisiplin adalah tata tertib yang seyogyanya dipatuhi, dalam hal ini
olehpegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya(Hadisaputro,
2003: 4).
Oleh Sinungan (1997: 135) dijabarkan bahwasanya disiplinadalah sikap
kejiwaan dari seseorang atau sekelompok orang yang10senantiasa berkehendak untuk
mengikuti/mematuhi segala aturan yangtelah ditetapkan. Disiplin juga berarti latihan
yang mengembangkanpengendalian diri, watak atau ketertiban dan efisiensi; kepatuhan
atauketaatan terhadap ketentuan dan peraturan pemerintah atau etik, normadan kaidah
yang berlaku dalam masyarakat (Sinungan, 1997: 145-146).
Nitisemito berpendapat bahwa kedisiplinan merupakan suatusikap, tingkah laku
dan perbuatan yang sesuai dengan peraturanperusahaan baik yang tertulis maupun tidak
(Nitisemito, 1996: 118).Disisi lain, disiplin merupakan kesadaran dan
kesediaanseseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosialyang
berlaku (Aritonang, 2005: 3)
Disiplin waktu menentukan kualitas kerja dalam prioritas pelayanan kesehatan.
Hal ini akan menjadi masalah jika penggunaaan waktu yang kurang tepat tentunya
pelayanan akan tertunda dan mencerminkan tenaga kesehatan belum semaksimal
mungkin membantu dalam proses penyembuhan klien bahkan sebaliknya dapat menjadi
masalah bagi kita sebagai profesi kesehatan dimata masyarakat.
Disiplin dinyatakan sebagai suatu kiat sukses Irmim (2004), karena : 1) tidak
ada keberhasilan tanpa disiplin, 2) peraturan tidak ada artinya tanpa disiplin yang
tunggi, 3) disiplin adalah penegak aturan atau prosedur, 4) disiplin cerminan
kemampuan mengatur diri, 5) disiplin alat kontrol terhadap penyimpangan 6) disiplin
menggambarkan jiwa yang memiliki prinsip dan 7) disiplin menunjukkan kesetiaan
terhadap profesi.
Kedisiplinan adalah sifat seorang karyawan yang secara sadar, memnuhi aturan
atau peraturan organisasi tertentu yang pada akhirnya sangat mempengaruhi kinerja
karyawan. Kedisiplinan sepatutnya dipandang sebagai bentuk latihan bagi karyawan
dalam melaksanakan aturan-aturan perusahaan. Semakin disiplin, maka semakin tinggi
kinerja karyawan dan organisasi dapat berjalan dengan baik.
Menurut Davis disiplin kerja dapat diartikan sebagaipelaksanaan manajemen
untuk memperteguh pedoman-pedomanorganisasi. Disiplin pada hakikatnya adalah
kemampuan untukmengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan
yangtidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan danmelakukan
sesuatu yang mendukung dan melindungi sesuatu yang telahditetapkan.
Cardoso Gomes ( 1995 : 142) mengatakan kinerja adalah catatan hasil
produksipada fungsi pekerjaan yang spesifik atau aktivitas selama periode waktu
tertentu, yang terdiri dari :
a. Quantity of work, jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan pada
periodetertentu.
b. Quality of work, kualitas pekerjaan yang dicapai berdasarkan
syaratyangditentukan
c. Job knowledge, Pemahaman karyawan pada prosedur kerja dan informasi
teknistentang pekerjaan.
d. Creativeness, kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi dan
dapatdiandalkan dalam pekerjaan.
e. Cooperation, Kerjasama dengan rekan kerja dan atasan
f. Depandability, Kemampuan menyelesaikan pekerjaan tanpa tergantung
kepada orang lain
g. Initiative, Kemampuan melahirkan ide-ide dalam pekerjaan
h. Personal Qualitie, Kemampuan dalam berbagai bidang pekerjaan
Mengenai disiplin kerja Arisandy juga mengemukakanbahwasanya disiplin
kerja adalah suatu sikap, perilaku yang dilakukansecara sukarela dan penuh kesadaran
serta keadaan untuk mengikutiperaturan yang telah ditetapkan perusahaan baik tertulis
maupun tidaktertulis. Perilaku tidak disiplin yang timbul merupakan cerminan
daripersepsi negatif karyawan terhadap kontrol yang dilakukan oleh atasan.Sebaliknya
perilaku disiplin yang timbul merupakan cerminan daripersepsi positif terhadap kontrol
atasan (Arisandy, 2004:28).Di sisi lain, disiplin kerja merupakan upaya pengaturan
waktudalam bekerja yang dilakukan secara teratur dengan mengembangkandan
mengikuti aturan kerja yang ada (Wardana, 2008: 20).
Dari definisi-definisi tersebut jelas sekali bahwa arah dan tujuandisiplin kerja
pada dasarnya adalah keharmonisan dan kewajarankehidupan kelompok atau
organisasi, baik organisasi formal maupunorganisasi nonformal. Keharmonisan atau
kewajaran kehidupanorganisasi tersebut hanya akan mungkin tercapai apabila
hubungan antaranggota kelompok atau organisasi tersebut dilakukan pada ukuran-
ukurandan nilai yang telah disepakati bersama, dengan penuh kesadaran.Sehingga
timbullah kewajiban dan hak yang harus ditaati serta dihormatioleh tiap anggota
kelompok atau organisasi tersebut.
Dari hasil pengujian validitas pada tabel diatas dapat dilihat bahwa keseluruhan item
variable Kinerja Pegawai (Y) diketahui bahwa N=30 dengan taraf signifikan 5%=0,361,
mempunyai rhitung> rtabel sehingga dapat diketahui r hasil masing-masing pertanyaan >
0,361. Pertanyaan ke 10 mempunyai nilai terkecil dari semua pertanyaan namun tetap
lebih besar dari 0,361 yaitu 0,583.Hal ini berarti bahwa semua item pertanyaan
yang ada dalam kuesioner kinerja tersebut dapat dijadikan sebagai alat ukur
yang valid dalam analisis selanjutnya
Jelaskan kondisi dilapangan berkenaan dengan hal diatas lalu hubungkan dengan teori
Kinerja juga dipengaruhi oleh pengembangan karir. Dorongan orang bekerja pada
suatu organisasi, termasuk perusahan adalah karena disana kesempatan untuk maju.
Sudah menjadi sifat dasar dari manusia pada umumnya untuk menjadi lebih baik, lebih
maju dari posisi yang dipunyai saat ini, karena itulah ereka menginginkan suatu
kemajuan dalam hidupnya. Kesempatan untuk maju yang termasuk dalam program
pengembangan dapat diwujudkan jika mereka diberikan kesempatan untuk mengikuti
program pendidikan dan pelatihan. Program pendidikan dan pelatihan ynag mana
diikuti perlu direncakan dengan baik, agar pada gilirannya mereka mempunyai
kesempatan untuk dipromosikan diupindahkan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang
mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih tinggi. Perencanaan karir dilakukan
baik oleh pegawai maupun oleh organisasi. Karena itu, kita mengenal dua macam
perncanaan karier, yaitu : (a) perencanaan karir (ditingkat ) organisasi ( organization
career planning; (b) perencanaan karir individual pegawai (c) perencanaan karier di
tingkat organisasi. Perencanaan karier di tingkat organisasi dilakukan dengan tujuan
untuk mengadakan atau mengidentifikasi hal-hal berikut: (a) profil kebutuhan pegawai;
(b) deskripsi jabatan/pekerjaan; (c) peta jalur karier ;(d) mekanisme penilaian kinerja
pegawai.
Dari hasil uji reliabilitas variable Gaya Kepemimpinan(X1) diatas nilai korelasi
Cronbach Alpha = 0,889. Maka Cronbach’s Alpha sebesar 0,889 > rtabel sebesar
0,361.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner Gaya Kepimimpinan
(X1) yang akan diuji dapat dikatakan reliabel.Uji reliabilitas variable Disiplin Kerja
(X2) diatas, nilai korelasi Cronbach Alpha = 0,922. Maka Cronbach’s Alpha sebesar
0,922 > rtabel sebesar 0,361.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner
disiplin kerja (X2) yang akan diuji dapat dikatakan reliabel.Uji reliabilitas variable
Kinerja Pegawai (Y) diatas, nilai korelasi Cronbach Alpha = 0,926. Maka Cronbach’s
Alpha sebesar 0,926 > rtabel sebesar 0,361.Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kuesioner kinerja pegawai (Y) yang akan diuji dapat dikatakan reliabel.
Jelaskan kondisi dilapangan berkenaan dengan hal diatas lalu hubungkan dengan teori
Berdasarkan defenisi diatas bahwa kinerja merupakan suatu konsep yang
strategis dalam rangka menjalin hubungan kerja sama antara pihak manajemen dengan
para karyawan untuk mencapai kinerja yang baik, unsur yang paling dominan adalah
sumber daya manusia, walaupun perencanaan telah tersusun dengan baik dan rapi tetapi
apabila orang atau personil yang melaksanakan tidak berkualitas dengan tidak memiliki
semangat kerja yang tinggi, maka perencanaan yang telah disusun tersebut akan sia-sia.
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah gaya kepemimpinan dan disiplin kerja
secara serentak mempunyai pengaruh terhadap kineja pegawai puskesmas simpang
periuk kota Lubuklinggau,. Dengan kriteria pengambilan keputusan adalah : Ho ditolak
atau Ha diterima jika nilai signifikasi F atau p value < 5%. Ghozali (2005, h.84).
pengujian F secara simultan menggunakan bantuan program SPSS 20, dengan hasil
sebagai berikut Diperoleh nilai Fhitung sebesar 59.613 dan Ftabel diperoleh dari :Ftabel = n
– m – 1 = 60 – 2 – 1 = 81 (dilihat pada lampiran Ftabel, adalah sebesar 3,11)Berdasarkan
hasil pengolahan data diperoleh nilai Fhitung (6.557) > Ftabel (3,11), dan nilai sig kurang
dari 0.05, berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat adanya pengaruh yang
signifikan gaya kepemimpinan dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai puskesmas
simpang periuk Kota Lubuklinggau Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai
nilai sig kurang dari 0.05,(0.003 kurang dari 0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
Artinya terdapat adanya pengaruh yang signifikan secara simultan antara gaya
kepemimpinan dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai puskesmas simpang
periuk Kota Lubuklinggau.
Jelaskan kondisi dilapangan berkenaan dengan hal diatas lalu hubungkan dengan teori
BAB V
A. Kesimpulan
1. Pimpinan pada puskesmas simpang periuk apabila dilihat dari hasil penelitian
yang telah didapatkan, maka sebaiknya lebih meningkatkan karakter
pemimpinnya dan pelaksanaan disiplin kerjanya menjadi lebih baik lagi
2. Terdapat catatan untuk disiplin kerja pada puskemas simpang periuk, dari hasil
penelitian terdapat hubungan yang cukup kuat antara gaya kepemimpinan dan
disiplin kerja terhadap kinerja pegawainya, dengan demikian pimpinan harus lebih
aktif dalam pengawasan langsung kepada bawahannya agar tercipta kondisi yang
lebih baik lagi