Anda di halaman 1dari 45

53

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Kondisi Sosial-Ekonomi Responden
a. Validitas Variabel Sosial-Demografis Responden

Sosial demografis berguna untuk mengetahui karakteristik yang


ada pada responden, dalam penelitian ini kondisi sosial
demografis diwakilkan melalui karateristik jenis kelamin
responden, umur responden, dan pendidikan responden, semua
hal diatas dianggap peneliti mampu mewakili sikap atau prilaku
responden untuk menanggapi gaya kepemimpian leader mereka,
disiplin kerja yang ada pada mereka dan kinerja yang akan
dihasilkan oleh mereka, penjelasan lebih mendalam akan
dibahas selanjutnya.

Penjelasan variasi sosial ekonomi responden dilakukan dengan


memakai alat bantu program komputer (SPSS) yang
menggunakan rumus sebagai berikut :

NEW FILE.
DATASET NAME DataSet2 WINDOW=FRONT.
DATASET ACTIVATE DataSet2.
DATASET CLOSE DataSet1.
FREQUENCIES VARIABLES=Umur JK Pendidikan
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM M
AXIMUM
SEMEAN MEAN MEDIAN
ODE SUM SKEWNESS SESKEW KURTOSIS SEKURT
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS
54

Hasilnya pengolahan diwakilkan ke dalam table dibawah ini :

Tabel 4.1
Statistik : Sosial Demografis Respoden

Umur Jenis Kelamin Pendidikan


Responden Responden Responden
N Valid 60 60 60
Missing 0 0 0
Mean 2.17 1.88 2.02
Std. Error of Mean .137 .042 .065
Median 2.00 2.00 2.00
Mode 2 2 2
Std. Deviation 1.060 .324 .504
Variance 1.124 .105 .254
Skewness .626 -2.450 .034
Std. Error of Skewness .309 .309 .309
Kurtosis -.776 4.139 1.193
Std. Error of Kurtosis .608 .608 .608
Range 3 1 2
Minimum 1 1 1
Maximum 4 2 3
Sum 130 113 121
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2015

Terlihat pada table diatas bahwa semua variabel social


demografis yang digunakan oleh peneliti kedalam penelitian ini
semua data telah di entry (valid 60)dan tidak ada satupun data
yang missing (0) , sehingga semua data tersebut berhak
dianalisis
55

b. Variasi Variabel Sosial-Ekonomi Responden


Penjelaan variasi variable sosial ekonomi akan digambarkan
peneliti melalui analisis frekuensi sebagai berikut :

a. Umur Responden

Pada penelitian di puskesmas simpang periuk peneliti


mendapatkan data karakteristik responden umur terdapat
dalam tabel berikut:

Tabel 4.2
Umur Responden

No Umur Jumlah Persentase


1 20-30 18 30%
2 31-40 25 41,667%
3 41-50 6 10%
4 51-60 11 18,333%
Jumlah 60 100%

Tabel 4.3
Variasi Umur Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20 - 30 18 30.0 30.0 30.0
31 - 40 25 41.7 41.7 71.7
41 - 50 6 10.0 10.0 81.7
51- 60 11 18.3 18.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
56

Gambar 4.1
Histogram Umur Responden

Umur responden terbanyak pada item kedua yaitu pada usia


31 – 40 tahun, dengan demikian dapat dikatakan mayoritas
responden dalam penelitian ini telah berada dalam umur
yang berada pada taraf dewasa dan berhak untuk menjadi
responden.

b. Jenis Kelamin Responden

Pada penelitian di puskesmas simpang periuk peneliti


mendapatkan data karakteristik jenis kelamin terdapat dalam
tabel berikut:
Tabel 4.4
Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Jumlah Persentase


1 Laki-laki 7 11,667%
2 Perempuan 53 88,333%
Jumlah 60 100%
57

Tabel 4.5
Variasi Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki laki 7 11.7 11.7 11.7
Perempuan 53 88.3 88.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

Gambar 4.2
Histogram Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini responden yang dijadikan objek


penelitian 80 persen ketaas terdiri dari wanita, apabila
dilihat dari jenis kantor yang diteliti maka hal ini memiliki
kewajaran yang normal, karena secara universal puskesmas
biasanya mayoritas tenaga kerja bergender perempuan

c. Jenis Pendidikan Responden


58

Pada penelitian di puskesmas simpang periuk peneliti


mendapatkan data karakteristik jenis pendidikan terdapat
dalam tabel berikut:
Tabel 4.6
Jenis Pendidikan

No Pendidika Jumlah Persentase


n
1 SPK 7 11,667%
2 DI-DIII 45 75%
3 SI 8 13,333%
4 S2 0 0
Jumlah 60 100%

Tabel 4.7
Variasi Jenis Pendidikan

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SPK 7 11.7 11.7 11.7
DI - DIII 45 75.0 75.0 86.7
S1 8 13.3 13.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

Gambar 4.3
Histogram Jenis Pendidikan
Mayoritas jenis pendidikan yang ada pada puskesmas ini
berada pada jenis pendidikan D1-D3 sebesar 75 persen,
dengan kondisi puskesmas sendiri hal ini merupakan suatu
59

hal yang positif karena tenaga terampil biasanya dari alumni


diploma.

2. Kondisi Variabel Hipotesis


a. Pembantukan Variabel Hipotesis
Untuk menguji suatu hipotesis penelitiam yang kita tuangkan
pada bab sebelumnya maka diperlukan suatu metoda dan
analisis, dalam penelitian ini variable yang digunakan peneliti
ada penelitian ini adalah X1 Gaya Kepemimpinan, X2 Disiplin,
dan Y Kinerja Pegawai ketiga variable ini terbentuk berdasarkan
komposisi indicator pertanyaan yang terkandung didalamnya
yang kemudian disebarkan kepada responden penelitian
(sampel)
Pertanyaan tersebut memakai skala likert dengan penentuan
scoring5, 4, 3, 2, 1 (dapat dilihat pada kuisioner) penjumlahan
jawaban butir pertanyaan ini dalam program SPSS
menggunakan rumus sebagai berikut

COMPUTE Y=Y1. Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6


Y1.7
Y1.8 Y1.9 Y1.10
VARIABLE LABELS Y 'Kinerja '.
EXECUTE.

COMPUTE X1=X1. X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5


X1.6 X1.7
X1.8 X1.9 X1.10
VARIABLE LABELS X1 'Gaya Kepemimpinan'.
EXECUTE.

COMPUTE X2=X2. X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5


X2.6 X2.7
X2.8 X2.9 X2.10
VARIABLE LABELS X2 'Disiplin Kerja'.
EXECUTE.
60

Berdasarkan perhitungan diatas maka terbentuklah variable X1


Gaya Kepemimpinan, X2 Disiplin, dan Y Kinerja
Pegawaidengan terbentuknya ketiga variable tersebut maka
varaibel tersebut dapat dilanjutkan untuk dianalisis lebih lanjut.
b. Validitas Variabel Hipotesis
Setelah mengumpulkan kuesioner dari responden, kemudian
dilakukan uji validitas kembali terhadap data yang
diperoleh.Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya.Instrument yang diambil peneliti berdasarkan teori
tentanggaya kepemimpinan, disipin kerja dan kinerja pegawai.
Peneliti melakukan uji coba instrument penelitian dengan
menyebar kuesioner ke 30 responden di puskesmas simmpang
periuk.Dalam menguji validitas, peneliti menggunakan bantuan
program SPSS 20 dimana analisis hasil validitas dapat dilihat
dengan membaca nilai CITC (corrected item total corelations)
tiap item indikator variable terhadap total item variabelnya.
Hasil uji validitas data dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4.8
Hasil Pengujian Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan(X1)

No Pertanyaan CITC rtabel α=0,05 N=30 Keterangan


1 Pertanyaan 1 0,631 0,361 Valid
2 Pertanyaan 2 0,873 0,361 Valid
3 Pertanyaan 3 0,556 0,361 Valid
4 Pertanyaan 4 0,698 0,361 Valid
5 Pertanyaan 5 0,771 0,361 Valid
6 Pertanyaan 6 0,587 0,361 Valid
7 Pertanyaan 7 0,467 0,361 Valid
8 Pertanyaan 8 0,631 0,361 Valid
9 Pertanyaan 9 0,611 0,361 Valid
10 Pertanyaan 10 0,638 0,361 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data
61

Dari hasil pengujian validitas pada tabel diatas dapat dilihat


bahwa keseluruhan item variable Gaya Kepemimpinan (X1)
diketahui bahwa N = 30 dengan taraf signifikan 5% = 0,361,
mempunyai rhitung> rtabel sehingga dapat diketahui r hasil masing-
masing pertanyaan > 0,361. Pertanyaan ke 7 mempunyai nilai
terkecil dari semua pertanyaan namun tetap lebih besar dari
0,361 yaitu 0,467.Hal ini berarti bahwa semua item pertanyaan
yang ada dalam kuesioner tersebut dapat dijadikan sebagai alat
ukur yang valid dalam analisis selanjutnya.

Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Variabel Disiplin Kerja (X2)

No Pertanyaan rhitung rtabel α=0,05 N=30 Keterangan


1 Pertanyaan 1 0,698 0,361 Valid
2 Pertanyaan 2 0,596 0,361 Valid
3 Pertanyaan 3 0,700 0,361 Valid
4 Pertanyaan 4 0,728 0,361 Valid
5 Pertanyaan 5 0,750 0,361 Valid
6 Pertanyaan 6 0,710 0,361 Valid
7 Pertanyaan 7 0,819 0,361 Valid
8 Pertanyaan 8 0,791 0,361 Valid
9 Pertanyaan 9 0,710 0,361 Valid
10 Pertanyaan 10 0,560 0,361 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data, Tahun 2014

Dari hasil pengujian validitas pada tabel diatas dapat dilihat


bahwa keseluruhan item variable Displin Kerja (X2) diketahui
bahwa N=30 dengan taraf signifikan 5%=0,361, mempunyai
rhitung> rtabel sehingga dapat diketahui r hasil masing-masing
pertanyaan > 0,361. Pertanyaan ke 10 mempunyai nilai terkecil
dari semua pertanyaan namun tetap lebih besar dari 0,361 yaitu
0,560.Hal ini berarti bahwa semua item pertanyaan yang ada
62

dalam kuesioner tersebut dapat dijadikan sebagai alat ukur yang


valid dalam analisis selanjutnya.

Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Pegawai (Y)
No Pertanyaan rhitung rtabel α=0,05 N=30 Keterangan
1 Pertanyaan 1 0,662 0,361 Valid
2 Pertanyaan 2 0,583 0,361 Valid
3 Pertanyaan 3 0,761 0,361 Valid
4 Pertanyaan 4 0,710 0,361 Valid
5 Pertanyaan 5 0,720 0,361 Valid
6 Pertanyaan 6 0,602 0,361 Valid
7 Pertanyaan 7 0,790 0,361 Valid
8 Pertanyaan 8 0,780 0,361 Valid
9 Pertanyaan 9 0,846 0,361 Valid
10 Pertanyaan 10 0,718 0,361 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari hasil pengujian validitas pada tabel diatas dapat dilihat


bahwa keseluruhan item variable Kinerja Pegawai (Y) diketahui
bahwa N=30 dengan taraf signifikan 5%=0,361, mempunyai
rhitung> rtabel sehingga dapat diketahui r hasil masing-masing
pertanyaan > 0,361. Pertanyaan ke 10 mempunyai nilai terkecil
dari semua pertanyaan namun tetap lebih besar dari 0,361 yaitu
0,583.Hal ini berarti bahwa semua item pertanyaan yang ada
dalam kuesioner tersebut dapat dijadikan sebagai alat ukur yang
valid dalam analisis selanjutnya

Tabel 4.11
Hasil Uji Reliabilitas
63

Variabel Cronbach's Alpha Reliabilitas


Gaya Kepimimpinan 0,889 Reliabel
Disiplin Kerja 0,992 Reliabel
Kinerja Pegawai 0,926 Reliabel
Sumber : Hasil Olahan Data SPSS

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa


instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpulan data karena instrument tersebut sudah dianggap
baik.Dalam penelitian ini, hasil uji coba instrument penelitian
yang didapat dari 30 responden di Puskesmas Simpang Periuk
Kota Lubuklinggau. Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan koefisien Cronbach’s Alpha dengan melakukan
perhitungan menggunakan program SPSS.

Dari tabel hasil uji reliabilitas variable Gaya


Kepemimpinan(X1) diatas nilai korelasi Cronbach Alpha =
0,889. Maka Cronbach’s Alpha sebesar 0,889 > rtabel sebesar
0,361.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner
Gaya Kepimimpinan (X1) yang akan diuji dapat dikatakan
reliabel.

Dari tabel hasil uji reliabilitas variable Disiplin Kerja (X2)


diatas, nilai korelasi Cronbach Alpha = 0,922. Maka Cronbach’s
Alpha sebesar 0,922 > rtabel sebesar 0,361.Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kuesioner disiplin kerja (X 2) yang
akan diuji dapat dikatakan reliabel.

Dari tabel hasil uji reliabilitas variable Kinerja Pegawai (Y)


diatas, nilai korelasi Cronbach Alpha = 0,926. Maka Cronbach’s
Alpha sebesar 0,926 > rtabel sebesar 0,361.Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kuesioner kinerja pegawai (Y) yang
akan diuji dapat dikatakan reliabel.
64

Disamping cara diatas peneliti juga Mengukur validitas variable


hipotesis digunakan rumus sebagai berikut :

FREQUENCIES VARIABLES=X1 X2 Y
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM M
AXIMUM
SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM SKEWNESS SESKEW
KURTOSIS SEKURT
/HISTOGRAM
/ORDER=ANALYSIS.
Tabel 4.12
Statistik Validitas Variabel Peneitian

Gaya Disiplin
Kepemimpinan Kerja Kinerja
N Valid 60 60 60
Missing 0 0 0
Mean 40.33 44.20 40.32
Std. Error of Mean .326 .204 .319
Median 40.00 44.00 41.00
Mode 41 44 41
Std. Deviation 2.522 1.582 2.474
Variance 6.362 2.502 6.118
Skewness -.076 -.208 -.378
Std. Error of Skewness .309 .309 .309
Kurtosis .038 .140 -.231
Std. Error of Kurtosis .608 .608 .608
Range 12 8 11
Minimum 34 40 34
Maximum 46 48 45
Sum 2420 2652 2419

Dari hasil perhitungan diatas ketika dilaukan entry data terlihat


haislnya bahwa semua variabel dalam kondisi valid dan tidak
ada data yang missing (missing 0)

c. Variasi Variabel Hipotesis


65

Variasi penelitian yang terdiri dari rata rata (scoring item)


variable gaya kepemimpinan sebesar 40,33 (X1), variable
disiplin kerja sebesar 44,20 (X2) dan variable kinerja pegawai
sebesar 40,32 (Y) dapat dilihat pada ururtan table dan gambar
dibawah ini :

Tabel 4.13
Variasi Gaya Kepemimpinan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 34 1 1.7 1.7 1.7
35 1 1.7 1.7 3.3
36 2 3.3 3.3 6.7
37 3 5.0 5.0 11.7
38 7 11.7 11.7 23.3
39 7 11.7 11.7 35.0
40 10 16.7 16.7 51.7
41 12 20.0 20.0 71.7
42 4 6.7 6.7 78.3
43 7 11.7 11.7 90.0
44 4 6.7 6.7 96.7
46 2 3.3 3.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

Gambar 4.4
Histogram Gaya Kepemimpinan
66

Tabel 4.14
Variasi Disiplin Kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 40 1 1.7 1.7 1.7
41 2 3.3 3.3 5.0
42 5 8.3 8.3 13.3
43 10 16.7 16.7 30.0
44 17 28.3 28.3 58.3
45 12 20.0 20.0 78.3
46 10 16.7 16.7 95.0
47 2 3.3 3.3 98.3
48 1 1.7 1.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

Gambar 4.5
Histogram Disiplin Kerja
67

Tabel 4.15
Variasi KInerja Pegawai

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 34 1 1.7 1.7 1.7
35 1 1.7 1.7 3.3
36 2 3.3 3.3 6.7
37 6 10.0 10.0 16.7
38 4 6.7 6.7 23.3
39 5 8.3 8.3 31.7
40 10 16.7 16.7 48.3
41 11 18.3 18.3 66.7
42 9 15.0 15.0 81.7
43 6 10.0 10.0 91.7
44 3 5.0 5.0 96.7
45 2 3.3 3.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

Gambar 4.6
Histogram Kinerja Pegawai
68

B. Pengujian Hipotesis
1. Uji Hipotesis Pertama (Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap
Kinerja Pegawai Puskesmas Simpang Periuk)

Untuk mendapatkan pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja


pegawai puskesma simpang periuk, peneliti memakai alat bantu SPSS
dengan menggunakan rumus sebagai berikut

REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X1
/SCATTERPLOT=(*ZPRED ,*ZRESID)
/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID).

Dari rumus tersebut maka peneliti akan menjelaskan hasilnya dari


beberapa sub dibawah ini :

a. Uji Linieritas Garis


Linieritas garis ini bertujuan untuk membantu peneliti mencari
jawabandari hipotesis pertama, hipotesis pertama tersebut adalah
terdapat pengaruh signifikan antara gaya kepemiminan (X1)
terhadap kinerja pegawai (Y) puskesmas simpang periuk, peneliti
menggunakan pendekatan regresi korelasional, pelaksanaan
regresi korelasional belum bisa dilakukan apabila belum dilakukan
69

pengujian linieritas garis, pengujian ini berguna untuk menentukan


apakah bentk garis regresinya linier, kuadratik, parabolic atau
logaritmik, pendekatan garis yang berbeda akan menentukan hasil
uji hipotesis yang berbeda pula.

Gambar 4.7
Histogram X1 terhadap Y

Pada gambar diatas bentuk garis yang ditampilkan berbentuk


lonceng sehingga dapat kita simpulkan bahwa sebaran data
variable X1 terhadap Y tersebar dengan merata dan normal

Gambar 4.8
Normal P-P Plot X1 terhadap Y

Pada gambar diatas kita dapat meilhat dengan jelas sebaran data
tidak menjauhi garis diagonal, hal ini berarti data yang kita pakai
linier antara variable X1 terhadap Y
70

Gambar 4.9
Scatter Plot X1 terhadap Y

Sebaran data pada gambar diatas menampilkan bahwa data


tersebut menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola
apapun sehingga dapat dikatakan data yang kita pakai tidak ada
gejala autokorelasi antara X1 terhadap Y

Dengan demikian dari hasil ketiga gambar tersebut dapat


disimpulkan pengarh gaya kepemimpinan terhadap kinerja
pegawai puskesamas simpang periuk adalah normal, linier, dan
tidak memiliki gejala autokorelasi, sehingga pengujian hipotesis
pertama ini secara statistik dibolehkan menggunkan uji regresi
linier dengan segala bentuknya
71

b. Uji Regresi, Korelasi, dan Determinasi


(1) Uji Koefisien Regresi
Tabel 4.16
Deskriptif Statistik

Std.
Mean Deviation N
Kinerja 40.32 2.474 60
Gaya Kepemimpinan 40.33 2.522 60

Dari data diatas terlihat semua data dimasukan (N = 60)


dengan rata rata 40,32 untuk kinerja pegawai puskesmas
simpang periuk dan 40,33 untuk gaya kepemimpinan
Tabel 4.17
Koefisien Regresi Sederhana

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Std.
Model B Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 55.504 4.805
Gaya
-.377 .119 -.384 1.000 1.000
Kepemimpinan
a. Dependent Variable: Kinerja

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan


metode regresi linear sederhana, maka dapat diketahui
persamaan regresinya dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
72

Y =a + b1X1
Dimana : Y = Kinerja Pegawai Puskesmas
Simpang Periuk
X1 = Gaya Kepemimpinan
a = Konstanta
b1 = Koefisien Regresi

Berdasarkan hasil perhitungan output SPSS diperoleh nilai b 1


= -0,377 dan nilai a = 55.504 kemudian a dan b disusun ke
dalam persamaan regresi linear berganda Y = a + b1X1 maka
persamaan regresinya adalah Y = 55,504- 0,377 X1 . Itu
artinya persamaan tersebut adalah bahwa nilai konstanta
sebesar a = 55,504 ini berarti bahwa apabila tidak ada variable
Gaya Kepemimpinan, maka Kinerja Pegawai Puskesmas
Simpang Periuk sebesar 55,504, sedangkan nilai koefisien
regresi b1 = -0,377 ini artinya terjadi peningkatan pada satuan
variable gaya kepemimpinan sebesar satu satuan maka akan
meningkat kinerja pegawai sebesar -0,377.
Dari data tersebut juga nilai VIF yang dihasilkan berada pada
level dibawah 10 dengan demikian pada data tersebut diyakini
tidak ada gejala multikolonieritas
(2) Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi

Peneliti meggunkan bantuan model summary dalam aplikasi


spss yang digunakan dan hasilnya sebagai berikut :

Tabel 4.18
Koefisien Korelasi dan Determinasi
73

Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate
1 .384a .147 .133 2.304
a. Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan
b. Dependent Variable: Kinerja

Koefisien korelasi dilakukan untuk mengetahui keeratan


hubungan antar variable X1 dengan Y dan koefisien
determinasi dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase
sumbangan variable bebas (devendent variable) dan variable
terikat (indevendent variable) secara keseluruhan, maka dalam
mneganalisis data koefisien determinasi penulis menggunakan
bantuan program SPSS, dengan hasil sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan koefisien korelasi di atas, maka dapat


diketahui bahwa nilai koefisien korelasi R = 0,384 artinya
hubungan gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai
Puskesmas Simpang Periuk di kota Lubuklinggau, berada pada
level cukup kuat

Dari hasil perhitungan koefisien determinasi di atas, maka


dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi R 2 = 0,147
atau sebesar 14,7% artinya pengaruh gaya kepemimpinan
terhadap kinerja pegawai Puskesmas Simpang Periuk di kota
Lubuklinggau, sebesar 14,7% sedangkan sisanya dipengaruhi
faktor lain

c. Uji Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis peneliti menggunkan uji t dalam kolom
coefficient pada SPSS,, berikut hasilnya :
74

Tabel 4.19
Uji t

t Sig.
Model
1 (Constant) 11.552 .000
Gaya Kepemimpinan -3.167 .002
a. Dependent Variable: Kinerja

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah gayakepemimpinan


secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai
puskesmas simpang periuk kota Lubuklinggau,. Dengan kriteria
pengambilan keputusan adalah : Ho ditolak atau Ha diterima jika
nilai signifikasi F atau p value < 5%. Ghozali (2005,
h.84).pengujiansig t secara parsial menggunakan bantuan program
SPSS dengan hasil sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai nilai sig kurang


dari 0.05,(0.002 kurang dari 0,05) berarti Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya terdapat adanya pengaruh yang signifikan secara
parsial antaragaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai
puskesmas simpang periuk Kota Lubuklinggau

2. Uji Hipotesis Kedua (Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja


Pegawai Puskesmas Simpang Periuk)
75

Untuk mendapatkan pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai


puskesmas simpang periuk, peneliti memakai alat bantu SPSS dengan
menggunakan rumus sebagai berikut

REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X2
/SCATTERPLOT=(*ZPRED ,*ZRESID)
/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID).

Dari rumus tersebut maka peneliti akan menjelaskan hasilnya dari


beberapa sub dibawah ini :

a. Uji Linieritas Garis

Linieritas garis ini bertujuan untuk membantu peneliti mencari


jawabandari hipotesis pertama, hipotesis pertama tersebut adalah
terdapat pengaruh signifikan antara disiplin kerja (X2) terhadap
kinerja pegawai (Y) puskesmas simpang periuk, peneliti
menggunakan pendekatan regresi korelasional, pelaksanaan
regresi korelasional belum bisa dilakukan apabila belum dilakukan
pengujian linieritas garis, pengujian ini berguna untuk menentukan
apakah bentk garis regresinya linier, kuadratik, parabolic atau
logaritmik, pendekatan garis yang berbeda akan menentukan hasil
uji hipotesis yang berbeda pula.

Gambar 4.10
Histogram X2 terhadap Y
76

Pada gambar diatas bentuk garis yang ditampilkan berbentuk


lonceng sehingga dapat kita simpulkan bahwa sebaran data
variable X2 terhadap Y tersebar dengan merata dan normal

Gambar 4.11
Normal P-P Plot X2 terhadap Y

Pada gambar diatas kita dapat meilhat dengan jelas sebaran data
tidak menjauhi garis diagonal, hal ini berarti data yang kita pakai
linier antara variable X2 terhadap Y

Gambar 4.12
Scatter Plot X2 terhadap Y
77

Sebaran data pada gambar diatas menampilkan bahwa data


tersebut menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola
apapun sehingga dapat dikatakan data yang kita pakai tidak ada
gejala autokorelasi antara X2 terhadap Y

Dengan demikian dari hasil ketiga gambar tersebut dapat


disimpulkan pengarh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai
puskesamas simpang periuk adalah normal, linier, dan tidak
memiliki gejala autokorelasi, sehingga pengujian hipotesis kedua
ini secara statistik dibolehkan menggunkan uji regresi linier
dengan segala bentuknya

b. Uji Regresi, Korelasi, dan Determinasi


(1) Uji Koefisien Regresi
Tabel 4.20
Deskriptif Statistik

Std.
Mean Deviation N
Kinerja 40.32 2.474 60
Displin Kerja 44.20 1.582 60

Dari data diatas terlihat semua data dimasukan (N = 60)


dengan rata rata 40,32 untuk kinerja pegawai puskesmas
simpang periuk dan 44,20 untuk disiplin kerja

Tabel 4.21
Koefisien Regresi Sederhana
78

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Std.
Model B Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 63.614 8.551
Gaya
-.527 .193 -.337 1.000 1.000
Kepemimpinan

a. Dependent Variable: Kinerja

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan


metode regresi linear sederhana, maka dapat diketahui
persamaan regresinya dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

Y =a + b2X2
Dimana : Y = Kinerja Pegawai Puskesmas
Simpang Periuk
X2 = Disiplin Kerja
a = Konstanta
b2 = Koefisien Regresi

Berdasarkan hasil perhitungan output SPSS diperoleh nilai b 2


= -0,527 dan nilai a = 66.614 kemudian a dan b disusun ke
dalam persamaan regresi linear berganda Y = a + b2X2 maka
persamaan regresinya adalah Y = 66,614- 0,527 X1 . Itu
artinya persamaan tersebut adalah bahwa nilai konstanta
sebesar a = 66,614 ini berarti bahwa apabila tidak ada variable
Displin Kerja, maka Kinerja Pegawai Puskesmas Simpang
Periuk sebesar 66,614, sedangkan nilai koefisien regresi b1 =
-0,527 ini artinya terjadi peningkatan pada satuan variable
Disiplin Kerjasebesar satu satuan maka akan meningkat
kinerja pegawai sebesar -0,527.
79

Dari data tersebut juga nilai VIF yang dihasilkan berada pada
level dibawah 10 dengan demikian pada data tersebut diyakini
tidak ada gejala multikolonieritas
(2) Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi

Peneliti meggunkan bantuan model summary dalam aplikasi


spss yang digunakan dan hasilnya sebagai berikut :

Tabel 4.22
Koefisien Korelasi dan Determinasi

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 .337a .114 .098 2.349
a. Predictors: (Constant), Disiplin Kerja
b. Dependent Variable: Kinerja

Koefisien korelasi dilakukan untuk mengetahui keeratan


hubungan antar variable X2 dengan Y dan koefisien
determinasi dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase
sumbangan variable bebas (devendent variable) dan variable
terikat (indevendent variable) secara keseluruhan, maka dalam
mneganalisis data koefisien determinasi penulis menggunakan
bantuan program SPSS, dengan hasil sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan koefisien korelasi di atas, maka dapat


diketahui bahwa nilai koefisien korelasi R = 0,337 artinya
hubungan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai Puskesmas
Simpang Periuk di kota Lubuklinggau, berada pada level
cukup kuat

Dari hasil perhitungan koefisien determinasi di atas, maka


dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi R2 = 0,114
80

atau sebesar 11,4% artinya pengaruh disiplin kerjaterhadap


kinerja pegawai Puskesmas Simpang Periuk di kota
Lubuklinggau, sebesar 11,4% sedangkan sisanya dipengaruhi
faktor lain

c. Uji Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis peneliti menggunkan uji t dalam kolom
coefficient pada SPSS,, berikut hasilnya :

Tabel 4.23
Uji t

t Sig.
Model
1 (Constant) 7,440 .000
Gaya Kepemimpinan -2.276 .008
a. Dependent Variable: Kinerja

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah displin kerjasecara


parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai puskesmas
simpang periuk kota Lubuklinggau,. Dengan kriteria pengambilan
keputusan adalah : Ho ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikasi
F atau p value < 5%. Ghozali (2005, h.84).pengujiansig t secara
parsial menggunakan bantuan program SPSS dengan hasil sebagai
berikut :

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai nilai sig kurang


dari 0.05,(0.008 kurang dari 0,05) berarti Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya terdapat adanya pengaruh yang signifikan secara
parsial antaradisiplin kerjaterhadap kinerja pegawai puskesmas
simpang periuk Kota Lubuklinggau
81

3. Uji Hipotesis Ketiga ((Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan


Disiplin Kerja terhadap Kinerja Pegawai Puskesmas Simpang
Periuk)

Untuk mendapatkan pengaruh gaya kepemimpinan dan disiplin kerja


terhadap kinerja pegawai puskesmas simpang periuk, peneliti
memakai alat bantu SPSS dengan menggunakan rumus sebagai
berikut

REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X1, X2
/SCATTERPLOT=(*ZPRED ,*ZRESID)
/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID).

Dari rumus tersebut maka peneliti akan menjelaskan hasilnya dari


beberapa sub dibawah ini :

a. Uji Linieritas Garis


Linieritas garis ini bertujuan untuk membantu peneliti mencari
jawabandari hipotesis pertama, hipotesis pertama tersebut adalah
terdapat pengaruh signifikan antara gaya kepemiminan (X1), dan
disiplin kerja (X2) terhadap kinerja pegawai (Y) puskesmas
simpang periuk, peneliti menggunakan pendekatan regresi
korelasional, pelaksanaan regresi korelasional belum bisa
dilakukan apabila belum dilakukan pengujian linieritas garis,
pengujian ini berguna untuk menentukan apakah bentk garis
regresinya linier, kuadratik, parabolic atau logaritmik, pendekatan
garis yang berbeda akan menentukan hasil uji hipotesis yang
berbeda pula.
82

Gambar 4.13
Histogram X1 dan X2 terhadap Y

Pada gambar diatas bentuk garis yang ditampilkan berbentuk


lonceng sehingga dapat kita simpulkan bahwa sebaran data
variable X1 dan X2 terhadap Y tersebar dengan merata dan normal
Gambar 4.14
Normal P-P Plot X1 dan X2 terhadap Y

Pada gambar diatas kita dapat meilhat dengan jelas sebaran data
tidak menjauhi garis diagonal, hal ini berarti data yang kita pakai
linier antara variable X1 dan X2 terhadap Y

Gambar 4.15
Scatter Plot X1 terhadap Y
83

Sebaran data pada gambar diatas menampilkan bahwa data


tersebut menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola
apapun sehingga dapat dikatakan data yang kita pakai tidak ada
gejala autokorelasi antara X1 dan X2 terhadap Y

Dengan demikian dari hasil ketiga gambar tersebut dapat


disimpulkan pengaruh gaya kepemimpinan dan disiplin kerja
terhadap kinerja pegawai puskesamas simpang periuk adalah
normal, linier, dan tidak memiliki gejala autokorelasi, sehingga
pengujian hipotesis ketiga ini secara statistik dibolehkan
menggunkan uji regresi linier dengan segala bentuknya

b. Uji Regresi, Korelasi, dan Determinasi


(1) Uji Koefisien Regresi

Tabel 4.24
Deskriptif Statistik

Std.
Mean Deviation N
Kinerja 40.32 2.474 60
Gaya Kepemimpinan 40.33 2.522 60
Disiplin Kerja 44.20 1.582 60
Dari data diatas terlihat semua data dimasukan (N = 60) dengan
rata rata 40,32 untuk kinerja pegawai puskesmas simpang periuk
84

dan 40,33 untuk gaya kepemimpinan, dan 44,20 untuk disiplin


kerja

Tabel 4.25
Koofisien regresi berganda:
Koefisien Regresi Berganda
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) 67.067 8.399
Gaya Kepemimpinan -.290 .128 -.296
Disiplin Kerja -.340 .204 -.218

a. Dependent Variable: Kinerja

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan


metode regresi linear berganda, maka dapat diketahui
persamaan regresinya dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

Y =a + b1X1 + b2X2
Dimana :

Y = Kinerja Pegawai Puskesmas Simpang Periuk


X1 = Gaya Kepemimpinan
X2 = Disiplin Kerja
a = Konstanta
b1, b2 = Koefisien Regresi

Berdasarkan hasil perhitungan output SPSS diperoleh nilai


b1 = -0,290 b2 = -0,340 dan nilai a = 67.067 kemudian a
dan b disusun ke dalam persamaan regresi linear berganda
Y = a + b1X1 + b2X2 maka persamaan regresinya adalah Y =
85

67,067- 0,290 X1- 0,340 X2. Itu artinya persamaan tersebut


adalah bahwa nilai konstanta sebesar a = 67,067 ini berarti
bahwa apabila tidak ada variable Gaya Kepemimpinan dan
Disiplin Kerja, maka Kinerja Pegawai Puskesmas Simpang
Periuk sebesar 67,067, sedangkan nilai koefisien regresi b1
= -0,290 ini artinya terjadi peningkatan pada satuan
variable gaya kepemimpinan sebesar satu satuan maka akan
meningkat kinerja pegawai sebesar -0,290 Kemudian nilai
koefisien regresi b2 = -0,340 ini berarti setiap terjadi
peningkatan satu satuan variable disiplin kerja maka akan
meningkatkan kinerja pegawai sebesar -0,340 satuan.

Dari data tersebut juga nilai VIF yang dihasilkan berada


pada level dibawah 10 dengan demikian pada data tersebut
diyakini tidak ada gejala multikolonieritas pada kedua
variable independenya (X1 dan X2

(2) Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi

Peneliti meggunkan bantuan model summary dalam aplikasi


spss yang digunakan dan hasilnya sebagai berikut :

Tabel 4.26
Koefisien Korelasi dan Determinasi

Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate
a
1 .432 .187 .159 2.269
a. Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan
b. Dependent Variable: Kinerja

Koefisien korelasi dilakukan untuk mengetahui keeratan


hubungan antar variable X1 dan X2 dengan Y dan koefisien
determinasi dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase
86

sumbangan variable bebas (devendent variable) dan variable


terikat (indevendent variable) secara keseluruhan, maka dalam
mneganalisis data koefisien determinasi penulis menggunakan
bantuan program SPSS, dengan hasil sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan koefisien korelasi di atas, maka dapat


diketahui bahwa nilai koefisien korelasi R = 0,432 artinya
hubungan gaya kepemimpinan dan disiplin kerja terhadap
kinerja pegawai Puskesmas Simpang Periuk di kota
Lubuklinggau, berada pada level cukup kuat

Dari hasil perhitungan koefisien determinasi di atas, maka


dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi R 2 = 0,187
atau sebesar 18,7% artinya pengaruh gaya kepemimpinan dan
disiplin kerja terhadap kinerja pegawai Puskesmas Simpang
Periuk di kota Lubuklinggau, sebesar 18,7% sedangkan
sisanya dipengaruhi faktor lain

c. Uji Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis peneliti menggunkan uji t dalam kolom
coefficient pada SPSS,, berikut hasilnya :

Tabel 4.27
Uji f

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 67.515 2 33.758 6.557 .003a
Residual 293.468 57 5.149
Total 360.983 59
a. Predictors: (Constant), Disiplin Kerja, Gaya Kepemimpinan
b. Dependent Variable: Kinerja
87

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah gayakepemimpinan dan


disiplin kerja secara serentak mempunyai pengaruh terhadap
kinejra pegawai puskesmas simpang periuk kota Lubuklinggau,.
Dengan kriteria pengambilan keputusan adalah : Ho ditolak atau
Ha diterima jika nilai signifikasi F atau p value < 5%. Ghozali
(2005, h.84).pengujian F secara simultan menggunakan bantuan
program SPSS 20, dengan hasil sebagai berikut

Diperoleh nilai Fhitung sebesar 59.613 dan Ftabel diperoleh dari :Ftabel
= n – m – 1 = 60 – 2 – 1 = 81 (dilihat pada lampiran F tabel, adalah
sebesar 3,11)Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai
Fhitung (6.557) > Ftabel (3,11), dan nilai sig kurang dari 0.05, berarti
Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat adanya pengaruh
yang signifikangaya kepemimpinan dan disiplin kerja terhadap
kinerja pegawai puskesmas simpang periuk Kota Lubuklinggau
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai nilai sig kurang
dari 0.05,(0.003 kurang dari 0,05) berarti Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya terdapat adanya pengaruh yang signifikan
secara simultan antaragaya kepemimpinan dan disiplin kerja
terhadap kinerja pegawai puskesmas simpang periuk Kota
Lubuklinggau.

C. Pembahasan

Terlihat pada table 4.1 bahwa semua variabel social demografis yang
digunakan oleh peneliti kedalam penelitian ini semua data telah di entry
(valid 60)dan tidak ada satupun data yang missing (0) , sehingga semua
data tersebut berhak dianalisis.
Dari hasil pengujian validitas pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
keseluruhan item variable Gaya Kepemimpinan (X1) diketahui bahwa N =
30 dengan taraf signifikan 5% = 0,361, mempunyai r hitung> rtabel sehingga
88

dapat diketahui r hasil masing-masing pertanyaan > 0,361. Pertanyaan ke 7


mempunyai nilai terkecil dari semua pertanyaan namun tetap lebih besar
dari 0,361 yaitu 0,467.Hal ini berarti bahwa semua item pertanyaan yang
ada dalam kuesioner gaya kepemimpinan tersebut dapat dijadikan sebagai
alat ukur yang valid dalam analisis selanjutnya.
Kepala puskesmas merupakan seorang tenaga kesehatan dengan
kriteria yaitu tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki
kompetensi manajemen puskesmas, masa kerja di puskesmas minimal dua
tahun dan telah mengikuti pelatihan manajemen puskesmas (Kementerian
Kesehatan, 2014). Kepala puskesmas memiliki peranan yang penting dalam
hal mengatur dan mengelola seluruh kegiatan di puskesmas termasuk
pegawainya. Oleh sebab itu kepala puskesmas memerlukan kompetensi di
bidang manajemen puskesmas dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan kegiatan di puskesmas. Peranan kepala puskesmas dalam hal
perencanaan berkaitan dengan kemampuan dalam mengidentifikasi
permasalahan dan menyusun kegiatan yang akan dikerjakan dalam satu
tahun kerja. Peranan kepala puskesmas dalam hal pelaksanaan berkaitan
dengan pengorganisasian tugas kepada pegawainya termasuk pelaksanaan
rapat koordinasi baik yang bersifat internal maupun eksternal dengan
kecamatan dan dinas terkait. Peranan kepala puskesmas dalam hal
pengawasan berkaitan dengan pengawasan kegiatan sehari hari termasuk.

Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan


organisasikarena tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit mencapai tujuan
organisasi.Jika seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi perilaku
orang lain,maka orang tersebu perlu memikirkan gaya kepemimpinannya.
Gayakepemimpinan adalah perilaku dan strategi sebagai hasil
kombinasi dari fasafah, keterampilan, sifat dan sikap yang sering diterapkan
seorangKepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam
manajemenorganisasi. Kepemimpinan dibutuhkan manusia karena adanya
keterbatasanketerbatasantertentu pada diri manusia. Dari sinilah timbul
89

kebutuhan untukmemimpin dan dipimpin. Kepemimpinan didefinisikan ke


dalam ciri-ciri individual, kebiasan, cara mempengaruhi orang lain,
interaksi, kedudukan dalam oragnisasi danpersepsi mengenai pengaruh yang
sah. Kepemimpinan adalah kemampuan untukmempengaruhi orang lain
untuk mencapai tujuan dengan antusias (David, Keith,1985). Menurut
Veitzhal Rivai (2004), kepemimpinan adalah proses mempengaruhiatau
memberi contoh kepada pengikut-pengikutnya lewat proses komunikasi
dalamupaya mencapai tujuan organisasi. Menurut Achmad Suyuti (2001)
yang dimaksuddengan kepemimpinan adalah proses mengarahkan,
membimbing dan mempengaruhipikiran, perasaan, tindakan dan tingkah
laku orang lain untuk digerakkan ke arah tujuan tertentu.
Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard dalam
Muninjaya (2004) berdasarakan pemikiran bahwa tidak ada satu pun gaya
kepemimpinan yang efektif untuk semua situasi. Kekuatan yang ada pada
diri pemimpin dan yang dimiliki oleh kelompok (hubungan interpersonal
diantara keduanya), serta situasi lingkungan (orientasi tugas) akan ikut
menentukan gaya kepemimpinan seseorang jika ia berinteraksi dengan
bawahannya. Gaya kepemimpinan menurut mereka, yaitu: instruksi,
konsultasi, partisipasi, dan delegasi.
Terdapat dua jenis pemimpin dalam organisasi yaitu pemimpin
formal dan pemimpin informal. Pemimpin formal merupakan seseorang
yang diangkat secara resmi oleh suatu organisasi tertentu untuk memangku
jabatan sebagai pimpinan sedangkan pemimpin informal adalah seseorang
yang memiliki kualitas sebagai seorang pemimpin untuk
mempengaruhiperilaku pegawainya (Kartono, 2006). Pemimpin yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pemimpin formal yaitu kepala
puskesmas.
Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang
dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan,
sikap, dan perilaku organisasinya (Nawawi, 2003 : 113). Gaya
kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku
90

bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk
mencapai tujuan organisasi (Malayu, 2000 : 167).
Menurut Umam (2010:278), ada lima jenis gaya
kepemimpinan.Pertama gaya kepemimpinan autoratis, seorang pemimpin
memilikiwewenang (authority) dari suatu sumber, pengetahuan, kekuatan
ataukekuasaan untuk memberikan penghargaan ataupun menghukum.
Iamenggunakan authority ini sebagai pegangan atau hanya sebagai alat
ataumetode agar sesuatunya dapat dijalankan serta diselesaikan. Kemudian
yangkedua gaya kepemimpinan birokratik, kepemimpinan ini dijalankan
denganmenginformasikan kepada para anggota dan bawahannya dapat
bagaimanasesuatu itu harus dilaksanakan. Akan tetapi dasar-dasar dari
gayakepemimpinan ini hampir sepenuhnya menyangkut kebijakan-
kebijakan,prosedur-prosedur, dan peraturan-peraturan yang terkandung
dalamorganisasi. Ketiga gaya kepemimpinan diplomatis, pada gaya ini
dapatdikatakan bahwa seorang pemimpin yang diplomat adalah juga
seorangseniman, yang melalui seninya berusaha melakukan persuasi secara
pribadi.Jadi, sekalipun ia memiliki wewenang atau kekuasaan yang jelas, ia
kurangsuka mempergunakan kekuasaannya itu. Ia lebih cenderung memilih
caramenjual sesuatu (motivasi) kepada bawahannya dan
merekamenjalankan tugaspekerjaannya dengan baik. Keempat gaya
kepemimpinan partisipatif yaitupemimpin yang selalu mengajak secara
terbuka kepada anggota ataubawahannya untuk berpartisipasi atau
mengambil bagian secara aktif, baik secara luas atau dalam batas-batas
tertentu dalam pengambilan keputusan.Terakhir yang kelima gaya
kepemimpinan free lein leader . Dalam gayakepemimpinan ini, pemimpin
seakan-akan menunggang kuda yangmelepaskan kedua kendali
kudanya.Walaupun demikian, pemipin dalam gayaini bukanlah seorang
pemimpin yang benar-benar memberikan kebebasankepada anggota ataupun
bawahannya untuk bekerja tanpa pengawasan samasekali. Hal yang
dilakukan pemimpin tersebut adalah menetapkan tujuan yangharus dicapai
91

oleh anggotaatau bawahannya untuk bebas bekerja dan bertindaktanpa


pengarahan atau kontrol lebih lanjut apabila mereka memintanya.
Dari hasil pengujian validitas pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
keseluruhan item variable Displin Kerja (X2) diketahui bahwa N=30 dengan
taraf signifikan 5%=0,361, mempunyai rhitung> rtabel sehingga dapat diketahui
r hasil masing-masing pertanyaan > 0,361. Pertanyaan ke 10 mempunyai
nilai terkecil dari semua pertanyaan namun tetap lebih besar dari 0,361 yaitu
0,560.Hal ini berarti bahwa semua item pertanyaan yang ada dalam
kuesioner disiplin kerja tersebut dapat dijadikan sebagai alat ukur yang valid
dalam analisis selanjutnya.
Disiplin merupakan sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang
sesuaidengan peraturan dari lembaga baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis.Dengan kata lain disiplin merupakan perilaku seseorang yang sesuai
denganperaturan prosedur kerja yang ada.
Disiplin cenderung diartikan sebagai hukuman dalam arti sempit,
namunsebenarnya disiplin memiliki arti yang lebih luas dari hukuman.
“Disiplin adalah kesanggupan menguasai diri yang diatur”. Disiplin
berasaldari bahasa latin, yaitu diciplina yang berarti latihan atau pendidikan,
kesopanan dankerohanian serta pengembangan tabiat. Disiplin menitik
beratkan pada bantuankepada pegawai untuk mengembangkan sikap yang
baik terhadap pekerjaan. Disiplinpegawai yang baik akan mempercepat
tercapainya tujuan organisasi, sedangkandisiplin yang rendah akan menjadi
penghalang dan memperlambat pencapaian tujuanorganisasi.
Disiplin waktu menentukan kualitas kerja dalam prioritas pelayanan
kesehatan. Hal ini akan menjadi masalah jika penggunaaan waktu yang
kurang tepat tentunya pelayanan akan tertunda dan mencerminkan tenaga
kesehatan belum semaksimal mungkin membantu dalam proses
penyembuhan klien bahkan sebaliknya dapat menjadi masalah bagi kita
sebagai profesi kesehatan dimata masyarakat.
Disiplin dinyatakan sebagai suatu kiat sukses karena : 1) tidak ada
keberhasilan tanpa disiplin, 2) peraturan tidak ada artinya tanpa disiplin
92

yang tunggi, 3) disiplin adalah penegak aturan atau prosedur, 4) disiplin


cerminan kemampuan mengatur diri, 5) disiplin alat kontrol terhadap
penyimpangan 6) disiplin menggambarkan jiwa yang memiliki prinsip dan
7) disiplin menunjukkan kesetiaan terhadap profesi.
Kedisiplinan adalah sifat seorang karyawan yang secara sadar,
memnuhi aturan atau peraturan organisasi tertentu yang pada akhirnya
sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Kedisiplinan sepatutnya dipandang
sebagai bentuk latihan bagi karyawan dalam melaksanakan aturan-aturan
perusahaan. Semakin disiplin, maka semakin tinggi kinerja karyawan dan
organisasi dapat berjalan dengan baik.
Disiplin kerja dapat diartikan sebagaipelaksanaan manajemen untuk
memperteguh pedoman-pedomanorganisasi. Disiplin pada hakikatnya
adalah kemampuan untukmengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan
sesuatu tindakan yangtidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang
telah ditetapkan danmelakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi
sesuatu yang telahditetapkan.
Mengenai disiplin kerja Arisandy juga mengemukakan bahwasanya
disiplin kerja adalah suatu sikap, perilaku yang dilakukansecara sukarela
dan penuh kesadaran serta keadaan untuk mengikutiperaturan yang telah
ditetapkan perusahaan baik tertulis maupun tidaktertulis. Perilaku tidak
disiplin yang timbul merupakan cerminan daripersepsi negatif karyawan
terhadap kontrol yang dilakukan oleh atasan.Sebaliknya perilaku disiplin
yang timbul merupakan cerminan daripersepsi positif terhadap kontrol
atasan. Di sisi lain, disiplin kerja merupakan upaya pengaturan waktudalam
bekerja yang dilakukan secara teratur dengan mengembangkandan
mengikuti aturan kerja yang ada.
Dari definisi-definisi tersebut jelas sekali bahwa arah dan
tujuandisiplin kerja pada dasarnya adalah keharmonisan dan
kewajarankehidupan kelompok atau organisasi, baik organisasi formal
maupunorganisasi nonformal. Keharmonisan atau kewajaran
kehidupanorganisasi tersebut hanya akan mungkin tercapai apabila
93

hubungan antaranggota kelompok atau organisasi tersebut dilakukan pada


ukuran-ukurandan nilai yang telah disepakati bersama, dengan penuh
kesadaran.Sehingga timbullah kewajiban dan hak yang harus ditaati serta
dihormatioleh tiap anggota kelompok atau organisasi tersebut.
Dari hasil pengujian validitas pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
keseluruhan item variable Kinerja Pegawai (Y) diketahui bahwa N=30
dengan taraf signifikan 5%=0,361, mempunyai rhitung> rtabel sehingga dapat
diketahui r hasil masing-masing pertanyaan > 0,361. Pertanyaan ke 10
mempunyai nilai terkecil dari semua pertanyaan namun tetap lebih besar
dari 0,361 yaitu 0,583.Hal ini berarti bahwa semua item pertanyaan yang
ada dalam kuesioner kinerja tersebut dapat dijadikan sebagai alat ukur yang
valid dalam analisis selanjutnya
Kinerja juga dipengaruhi oleh pengembangan karir. Dorongan orang
bekerja pada suatu organisasi, termasuk perusahan adalah karena disana
kesempatan untuk maju. Sudah menjadi sifat dasar dari manusia pada
umumnya untuk menjadi lebih baik, lebih maju dari posisi yang dipunyai
saat ini, karena itulah ereka menginginkan suatu kemajuan dalam hidupnya.
Kesempatan untuk maju yang termasuk dalam program pengembangan
dapat diwujudkan jika mereka diberikan kesempatan untuk mengikuti
program pendidikan dan pelatihan. Program pendidikan dan pelatihan ynag
mana diikuti perlu direncakan dengan baik, agar pada gilirannya mereka
mempunyai kesempatan untuk dipromosikan diupindahkan dari suatu
jabatan ke jabatan lain yang mempunyai status dan tanggung jawab yang
lebih tinggi. Perencanaan karir dilakukan baik oleh pegawai maupun oleh
organisasi. Karena itu, kita mengenal dua macam perncanaan karier, yaitu :
(a) perencanaan karir (ditingkat ) organisasi ( organization career planning;
(b) perencanaan karir individual pegawai (c) perencanaan karier di tingkat
organisasi. Perencanaan karier di tingkat organisasi dilakukan dengan tujuan
untuk mengadakan atau mengidentifikasi hal-hal berikut: (a) profil
kebutuhan pegawai; (b) deskripsi jabatan/pekerjaan; (c) peta jalur karier ;(d)
mekanisme penilaian kinerja pegawai.
94

Kinerja dapat diukur melaluipengukuran tertentu (standar) dimana


kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan
kwantitas adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu
tertentu, dan keptepatan waktu adalah kesesuaian waktu yang telah
direncanakan.
Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan,
untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang harus memiliki derajat
kesediaan dan tingkat kesediaan tertentu, kesediaan dan keterampilan
seseorang sangatlah tidak cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa
pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya.
Dari hasil uji reliabilitas variable Gaya Kepemimpinan(X 1) diatas nilai
korelasi Cronbach Alpha = 0,889. Maka Cronbach’s Alpha sebesar 0,889 >
rtabel sebesar 0,361.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner
Gaya Kepimimpinan (X1) yang akan diuji dapat dikatakan reliabel.Uji
reliabilitas variable Disiplin Kerja (X2) diatas, nilai korelasi Cronbach
Alpha = 0,922. Maka Cronbach’s Alpha sebesar 0,922 > rtabel sebesar
0,361.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner disiplin kerja
(X2) yang akan diuji dapat dikatakan reliabel.Uji reliabilitas variable Kinerja
Pegawai (Y) diatas, nilai korelasi Cronbach Alpha = 0,926. Maka
Cronbach’s Alpha sebesar 0,926 > rtabel sebesar 0,361.Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kuesioner kinerja pegawai (Y) yang akan diuji
dapat dikatakan reliabel.
Berdasarkan defenisi diatas bahwa kinerja merupakan suatu konsep
yang strategis dalam rangka menjalin hubungan kerja sama antara pihak
manajemen dengan para karyawan untuk mencapai kinerja yang baik, unsur
yang paling dominan adalah sumber daya manusia, walaupun perencanaan
telah tersusun dengan baik dan rapi tetapi apabila orang atau personil yang
melaksanakan tidak berkualitas dengan tidak memiliki semangat kerja yang
tinggi, maka perencanaan yang telah disusun tersebut akan sia-sia.
95

Berdasarkan definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa kinerja adalah


kemampuan melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan atau hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang
berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan atau merupakan catatan
perolehan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu selama
periode waktu tertentu.Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
Kinerja sumber dayamanusia adalah suatu hasil atau taraf kesuksesan yang
dicapai oleh pegawaidalam bidang pekerjaannya menurut kriteria yang
berlaku untuk pekerjaantertentu dan dievaluasi oleh pimpinan.
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah gayakepemimpinan secara parsial
mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai puskesmas simpang periuk
kota Lubuklinggau,. Dengan kriteria pengambilan keputusan adalah : Ho
ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikasi F atau p value < 5%. Ghozali
(2005, h.84).pengujiansig t secara parsial menggunakan bantuan program
SPSS dengan hasil sebagai berikut : Berdasarkan hasil pengolahan data
diperoleh nilai nilai sig kurang dari 0.05,(0.002 kurang dari 0,05) berarti Ho
ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat adanya pengaruh yang signifikan
secara parsial antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai
puskesmas simpang periuk Kota Lubuklinggau
Berdasarkan beberapa difinisi yang dikemukakan para ahli
kepemimpinan tersebut, dapat digaris bawahi bahwa kepemimpinan pada
dasarnya suatu kemampuan yang perlu dimiliki oleh seseorang pemimpin
dalam menggerakan, mempengaruhi dan membimbing seluruh sumber daya
organisasi manusianya untuk melakukan apa yang dia harapkan.
Kemampuan inilah yang akan menentukan bahwa seorang pemimpin
tersebut baik atau tidak. Semakin memiliki kemampuan yang bagus dalam
menggerakkan sumber daya manusia maka semakin baik jiwa
kepemimpinannya. Kepemimpinan ini pula diartikan sebagai
kemampuanyang dimiliki seorang pemimpin dalam memperdayakan seluruh
potensi yang ada dalam mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkannya
96

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah displin kerja secara parsial


mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai puskesmas simpang periuk
kota Lubuklinggau,. Dengan kriteria pengambilan keputusan adalah : Ho
ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikasi F atau p value < 5%. Ghozali
(2005, h.84).pengujiansig t secara parsial menggunakan bantuan program
SPSS dengan hasil sebagai berikut : Berdasarkan hasil pengolahan data
diperoleh nilai nilai sig kurang dari 0.05,(0.008 kurang dari 0,05) berarti Ho
ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat adanya pengaruh yang signifikan
secara parsial antara disiplin kerja terhadap kinerja pegawai puskesmas
simpang periuk Kota Lubuklinggau
Dari definisi-definisi tersebut jelas sekali bahwa arah dan tujuan
disiplin kerja pada dasarnya adalah keharmonisan dan kewajarankehidupan
kelompok atau organisasi, baik organisasi formal maupunorganisasi
nonformal. Keharmonisan atau kewajaran kehidupanorganisasi tersebut
hanya akan mungkin tercapai apabila hubungan antaranggota kelompok atau
organisasi tersebut dilakukan pada ukuran-ukurandan nilai yang telah
disepakati bersama, dengan penuh kesadaran.Sehingga timbullah kewajiban
dan hak yang harus ditaati serta dihormatioleh tiap anggota kelompok atau
organisasi tersebut.
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah gaya kepemimpinan dan
disiplin kerja secara serentak mempunyai pengaruh terhadap kineja pegawai
puskesmas simpang periuk kota Lubuklinggau,. Dengan kriteria
pengambilan keputusan adalah : Ho ditolak atau Ha diterima jika nilai
signifikasi F atau p value < 5%. Ghozali (2005, h.84). pengujian F secara
simultan menggunakan bantuan program SPSS 20, dengan hasil sebagai
berikut Diperoleh nilai Fhitung sebesar 59.613 dan Ftabel diperoleh dari :Ftabel =
n – m – 1 = 60 – 2 – 1 = 81 (dilihat pada lampiran Ftabel, adalah sebesar
3,11)Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai Fhitung (6.557) > Ftabel
(3,11), dan nilai sig kurang dari 0.05, berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
Artinya terdapat adanya pengaruh yang signifikan gaya kepemimpinan dan
disiplin kerja terhadap kinerja pegawai puskesmas simpang periuk Kota
97

Lubuklinggau Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai nilai sig


kurang dari 0.05,(0.003 kurang dari 0,05) berarti Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya terdapat adanya pengaruh yang signifikan secara simultan
antara gaya kepemimpinan dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai
puskesmas simpang periuk Kota Lubuklinggau.

Anda mungkin juga menyukai