Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMUKESEHATAN JIWA Laporan Tutorial

FAKULTAS KEDOKTERAN 4 Juli 2018


UNIVERSITAS ALKAIRAAT PALU

TUGAS TUTORIAL

Disusun Oleh:
Joe Stenly
Tri Mulyani
I Wayan Eko Setiawan
Elika Dwi Cahyani

Pembimbing :
dr. A. Soraya Tendri Uleng M.Kes, Sp.KJ

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2018
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. H

Umur : 69 tahun

Jenis kelamin : Wanita

Suku : Bugis

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Warga negara : Indonesia

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : BTN. Tinggede

Tanggal masuk Rs : 30 Juni 2018

LAPORAN PSIKIATRI

Riwayat psikiatri diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 03 Juli 2018

RIWAYAT PENYAKIT

Keluhan utama

Cemas

Riwayat gangguan sekarang

Keluhan dan gejala :


Seorang ibu yang dirawat di RSU Anutapura dengan keluhan cemas yang
sudah dirasakan sejak lama namun sebulan trakhir ini merasa semakin cemas dan
sulit mngendalikan prasaannya, pasien mulai merasa khawatir ketika pagi dan sore
hari, pasien merasa prasaannya tidak nyaman, ketakutan, was-was, gekisah,
berkeringat dingin dan pikiran yang dibesar-besarkan karena memikirkan
penyakitnya terus-menerus dan sering berfikir akan segera meninggal karena
penyakitnya yang sulit sembuh dan umurnya yang sudah tua, keluhan semakin
memberat ketika mendengar kabar orang meninggal, berkelahi atau keributan,
secara bersamaan pasien juga mengeluhkan susah tertidur saat malam hari, ketika
telah tertidur pasien sering terbangun kaget saat tengah malam dan bangun pagi
yang lebih awal sekitar jam 3 subuh, pasien juga merasa tidak nyaman di tempat
yang rame dan berisik selain itu keluhan berupa dadanya terasa sakit seperti
terbakar yang tembus hingga kebelakang, kedua tangan terasa keram-keram, badan
terutama kaki yang sering lemas. Menurut pasien ia baru pertama kali merasakan
keluhan seperti ini, ia juga tidak memiliki masalah dalam rumah tangga dan
mempunyai anak-anak dan cucu-cucu yang menyayanginya.

Hendaya / disfungsi :

Hendaya sosial (+)

Hendaya pekerjaan (-)

Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+)

Faktor stressor psikososial :

Masalah penyakit lambung yang terus menerus

Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit psikis sebelumnya

Pasien tidak memiliki hubungan gangguan sekarang dengan riwayat


penyakit psikis sebelumnya.

Riwayat gangguan sebelumnya


Riwayat trauma kepala (-)

Riwayat infeksi otak (-)

Riwayat kejang (-)

Riwayat NAPZA (-)

Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya :

Gangguan psikiatri sebelumnya tidak ada.

Riwayat kehidupan pribadi :

Pasien merupakan seorang ibu dan istri yang sekarang tinggal bersama
dengan suami dan sering di kunjungi oleh anak dan cucunya yang tinggal di kota
Palu, pasien tidak memiliki masalah yang berarti dalam rumah tangganya.

Riwayat prenatal dan perinatal :

Pasien dilahirkan dirumah dengan persalinan normal dan cukup bulan yang
dilahirkan dengan bantuan dukun beranak di desa.

Riwayat masa kanak awal (1-3 tahun) :

Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan pertumbuhan dan


perkembangan anak-anak pada umumnya. Pasien mendapat ASI hingga usia kurang
lebih 2 tahun.

Riwayat masa kanak-kanak pertengahan (4-11 tahun) :

Pasien masuk di SD, prestasi pasien disekolah biasa. Pasien bersekolah di


sekolah dasar dengan baik dan lulus dalam waktu yang tepat.

Riwayat masa dewasa (18 tahun- sekarang) :

Pendidikan terakhir pasien adalah sekolah dasar, setelah tamat pasien


tumbuh dan berkembang sesuai dengan anak-anak pada masa awal remaja hingga
dewasa, aktifitas sehari-hari yaitu membantu ibu membersihkan rumah dan
berkebun.

Riwayat pekerjaan :

Pasien sebagai ibu rumah tangga

Riwayat hubungan dan perkawinan :

Pasien sudah menikah

Riwayat militer :

Tidak ada

Aktivitas sosial :

Pasien mengaku memiliki hubungan sosial yang baik terhadap teman dan
tetangga di wilayah tempat tinggalnya dan mampu bersosialisasi pada umumnya
namun ketika suatu tempat semakin rame pasien merasa tidak nyaman dan ingin
pulang ke rumah.

Situasi kehidupan terkini :

Pasien tinggal bersama suami

Riwayat pelanggaran hukum :

Tidak ada

Riwayat kehidupan keluarga

Harmonis

Situasi hidup sekarang

Saat ini pasien sedang menjalani perawatan di ruangan Cendrawasih bawah


RSU Anutapura Palu dengan keluhan nyeri uluhati dan dirawat oleh dr spesialis
pennyuakit dalam.
Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

Pasien sadar terhadap keadaan dirinya yang semakin sulit mengendalikan


perasaan dan pikirannya, pasien sudah berusaha mencoba melawan rasa khawatir
yang sering datang dengan meyakinkan dirinya bahwa tidak ada masalah yang
berarti pada rumah tangga dan penyakitnya.

STATUS MENTAL

Deskripsi Umum

 Penampilan : Seorang wanita umur 69 tahun, wajah sesuai umur,


menggunakan penutup kepala yang biasa disebut songko haji, baju kaos
lengan panjang warna coklat dengan celana panjang bewarna coklat, kulit
sawo matang, rambut warna putih yang tampak tergulung dan di ikat dengan
rapi.
 Kesadaran : Compos Mentis
 Perilaku dan aktivitas psikomotor : tenang
 Pembicaraan : baik, spontan, intonasi biasa,
 Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

Keadaan Afektif, Perasaan, dan Empati :

 Mood : autimia
 Afek : sesuai
 Empati : tidak dapat diraba-rasakan

Fungsi intelektual (kognitif)

- Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Sesuai dengan taraf


pendidikan.

- Daya konsentrasi : baik

- Orientasi :
Waktu : baik

Tempat : baik

Orang : baik

- Daya ingat :

Segera : baik

Jangka pendek : baik

Jangka panjang : baik

Pikiran abstrak : baik

Bakat kreatif : tidak ada

Kemampuan menolong diri sendiri : baik

Gangguan persepsi

 Halusinasi : tidak ada


 Ilusi : tidak ada
 Depersonalisasi : tidak ada
 Derealisasi : tidak ada

Proses berpikir

Arus pikiran :

 Produktivitas : cukup
 Kontuinitas : relevan
 Hendaya berbahasa : tidak ada

Isi pikiran :

 Preokupasi : tidak ada


 Gangguan isi pikiran : tidak ada
Pengendalian impuls : baik

Daya nilai

 Norma sosial :tidak terganggu


 Uji daya nilai : baik
 Penilaian realitas : terganggu

Tilikan (Insight) :

Derajat 5, pasien menyadari sepenuhnya apa yang mendasari gejala yang


dialaminya, dan pasien melakukan perubahan pada perilaku dan kepribadiannya
untuk mencapai pemulihan , keterbukaan terhadap ide dan konsep baru mengenai
dirinya

Taraf dapat dipercaya :

Dapat dipercaya

Status internus

T : 110/70 mmHg

N : 76x/menit

P : 18x/menit

S : 36,8˚ c

Pemeriksaan fisik

Kepala leher : Dalam batas normal


Thorax : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal

Pemeriksaan neurologis
GCS

Eye :4

Verbal : 5

Motorik : 6

Rangsang menings : kaku kuduk (-)

kernig sign (-)

Reflex fisiologi : dalam batas normal

Reflex patologis : (-)

Ikhtisar penemuan bermakna

- Seorang wanita berusia 69 tahun yang sedang di rawat di RSU Anutapura


dengan keluhan sering merasa cemas dan sulit mengendalikan pikiran dan
perasaanya yang semakin memberat sejak sebulan yang lalu.

- ia merasa khawatir hingga waktu tidur terganggu jika mengingat


penyakitnya dan merasa umur yang sudah tua.

- keluhan lain berupa dadanya terasa sakit seperti terbakar yang tembus
hingga kebelakang, kedua tangan terasa keram-keram, badan terutama kaki
yang sering lemas.

- Pada pemeriksaan neurologis tidak didapatkan keluhan yang bermakna dari


pasien

- Seorang wanita umur 69 tahun, wajah sesuai umur, menggunakan penutup


kepala yang biasa disebut songko haji, baju kaos lengan panjang warna
coklat dengan celana panjang bewarna coklat, kulit sawo matang, rambut
warna putih yang tampak tergulung dan di ikat dengan rapi, kesadaran
compos mentis, tampak tenang, mood sesuai, afek autimia, empati tidak
dapat diraba rasakan

- Fungsi intelektual baik, gangguan persepsi tidak ditemukan.

- Tilikan derajat Derajat 5, pasien menyadari sepenuhnya apa yang mendasari


gejala yang dialaminya, dan pasien melakukan perubahan pada perilaku dan
kepribadiannya untuk mencapai pemulihan , keterbukaan terhadap ide dan
konsep baru mengenai dirinya

Pertanyaan :

1. Apakah pasien termasuk gangguan jiwa?

Karena berdasarkan autonamnesis pasien memiliki gejala cemas yang


berlebihan, kawathir dengan penyakitnya sehingga dirinya akan meninggal
selain itu di dapatkan juga gejala sulit tidur, jantung berdebar-debar, keram
tangan dan kaki yang lemas, tidak nyaman dengan suasana ramai sehingga itu
akan mempengaruhi aktifitas sehari-hari dari pasien serta mengganggu aktifitas
sosial yang di sebut distres dan disability sehingga disebut gangguan jiwa.

2. Diagnosis multi aksial?

Axis 1 :

• Berdasarkan autoanamnesa didapatkan adanya gejala klinis yang bermakna


berupa gelisah, sering merasa cemas dan ketakutan yang mengakibatkan
pasien menjadi susah tidur. Ini menyebabkan distress bagi penderitan dan
juga disability sehingga dikatakan sebagai Gangguan Jiwa.

• Dari pemeriksaan status mental, tidak ditemukan hendaya berat dalam


menilai realitas maka pasien digolongkan dalam gangguan jiwa non
psikotik.

• Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna dan


neurologis ditemukan adanya kelaianan yang mengindikasi gangguan medis
umum seperti dispepsia, namun tidak didapatkan adanya trauma, tumor, dan
penggunaan NAPZA maupun alkohol sehingga pasien didiagnosa
Gangguan Mental Non Organik.

• Berdasarkan anamnesis didapatkan gejala umum cemas/ansietas berupa


ketakutan, gelisah, khawatir setiap hari yang berlangsung lebih dari 1 bulan
ditambah dengan tangan keram, kaki lemas, hiperaktivitas otonom
(berkeringat, jantung berdebar-debar) sehingga berdasarkan kriteria
diagnostik PPDGJ III, pasien termasuk kedalam gangguan F41.1 gangguan
cemas menyeluruh

• Axis 2 : F.60.5 Gangguan kepribadian Anankastik

• Axis 3 : Dispepsia dan doudenitis

• Axis 4 : tidak ada

• Axis 5 : GAF Scale : 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap,


disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

3. Kriteria yang mendasari diagnosis?

Meneurut PPDGJ III untuk ansietas menyeluruh :

- Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang


berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus tertentu saja (safatnya “free floating” atau “mengambang”)
- Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a). kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tunduk, sulit konsentrasi, dsb.)
b). ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai); dan
c). overaktifitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dsb.)
- Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang
menonjol.
- Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa
hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan
anxietas menyeluruh, sela hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap
dri episode depresif (F.32), gangguan anxietas fobik (F.40), gangguan
panik (F.41.0) atau gangguan obsesif-kompulsif (F.42)

4. Diferensial diagnosis dari skenario?

A. Gangguan ansietas akibat keadaan medis umum (DSM-4)

o Ansietas, serangan panik atau obsesif atau konfultif menonjol dan


mendominasi gambaran klinis

o Terdapat bukti dari anamnesis , pem. Fisik, temuan laboratorium


bahwa gangguan ini merupakan akibat fisiologis langsung suatu
keadaan medis umum

o Gangguan ini tidak lebih mungkin di sebabkan gangguan jiwa lain

o Gangguan ini tidak hanya terjadi saat delirium

o Gangguan ini menimbulkan penderitaaan secara klinis, bermakna,


dan hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi lainnya

B. Gangguan anxietas yang tidak tergolongkan (DSM-4)

o Kategori ini mencakup gangguan anxietas atau penghindaran fobik


yang nyata dan tidak memenuhi kriteria gangguan ansietas spesifik
manapun, ganggaun penyesuaian dengan ansietas, atau gangguan
penyesuaian dengan cmpuran ansietas dengan mood dan depresi.
C. Gangguan campuran ansietas depresif

o Mood disforik yang berulang dan menetap dan bertahan sedikitnya 1


bulan

o Disertai 4 gejala beriukut :

 Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran kosong


 Gangguan tidur
 Lelah atau energi lemah
 Iritabilitas
 Khawatir
 Mudah menangis
 Antisipasi hal buruk
 Hiper figillance
 Tidak ada harapan (pesemis yang menetap akan masa depan)
 Harga diri yang rendah atau rasa tidak berharga

o Gangguan ini menimbulkan penderitaaan secara klinis, bermakna, dan


hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi lainnya
D. Episode Depresif Ringan F32.0 (PPDGJ-III)
a) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
b) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
c) Tidak boleh ada gejala berat diantaranya
d) Lamanya sluruh episode berlangsung sekitar 2minggu
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial
 Gejala Utama
a) Afek depresif
b) Kehilangan minat dan kegembiraan
c) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya rasa mudah lelah
dan menurunya aktivitas
 Gejala lainnya
a) Kosentrasi dan perhatian berkurang
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c) Gagasan tentang rasa bersalah
d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
e) Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri
f) Tidur terganggu
g) Nafsu makan berkurang
5. Penatalaksanaan yang akan diberikan berkaitan dengan diagnosis gangguan
cemas menyeluruh ?

Terapi yang paling efektif untuk gangguan ansietas menyeluruh


mungkin adalah terapi yang menggabungkan pendekatan psikoterapeutik,
farmakoretapeutik dan suportif. Terapi ini dapat memakan waktu yang
cukup lama bagi klinisi yang terlibat, baik bila klinisi tersebut adalah
seorang psikiater, dokter keluarga, atau spesialis lainnya.
Farmakoterapi
buspiron, benzodiasepin dan SSRI
Psikoterapi
Pendekatan psikoterapeutik utama gangguan ansietas menyeluruh adalah
terapi perilaku-kognitif, suportif, dan psikoterapi berorientasi tilikan.
Pendekatan psikoterapi dapat berupa terapi kognitif atau modifikasi
perilaku.

1. Konseling dan edukasi pada pasien dan keluarga


Karena gangguan campuran cemas depresi dapat mengganggu
produktivitas pasien, keluarga perlu memahami bahwa hal ini bukan
karena pasien malas atau tidak mau mengerjakan tugasnya, melainkan
karena gejala-gejala penyakitnya itu sendiri, antara lain mudah lelah
serta hilang energi. Oleh sebab itu, keluarga perlu memberikan
dukungan agar pasien mampu dan dapat mengatasi gejala penyakitnya.
Gangguan campuran anxietas dan depresi kadang-kadang memerlukan
pengobatan yang cukup lama, diperlukan dukungan keluarga untuk
memantau agar pasien melaksanakan pengobatan dengan benar,
termasuk minum obat setiap hari.
2. Intervensi Psikososial
- Lakukan penentraman (reassurance) dalam komunikasi terapeutik,
dorong pasien untuk mengekspresikan pikiran perasaan tentang gejala
dan riwayat gejala.
- Beri penjelasan adanya pengaruh antara faktor fisik dan psikologis,
termasuk bagaimana faktor perilaku, psikologik dan emosi berpengaruh
mengeksaserbasi gejala somatik yang mempunyai dasar fisiologik.
- Bicarakan dan sepakati rencana pengobatan dan follow-up, bagaimana
menghadapi gejala, dan dorong untuk kembali ke aktivitas normal.
- Ajarkan teknik relaksasi (teknik nafas dalam)
- Anjurkan untuk berolah raga teratur atau melakukan aktivitas yang
disenangi serta menerapkan perilaku hidup sehat.
- Ajarkan untuk selalu berpikir positif dan manajemen stres dengan baik

6. Faktor-faktor dan etilogi yang mempengaruhi?

a. Faktor predisposisi yang meliputi:


1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
kecemasan akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap konflik
yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter Gamma Amino Butyric Acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

b. Faktor presipitasi meliputi:


1) Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam
integritas fisik meliputi:
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi sistem
imun, regulasi suhu tubuh, dan perubahan biologis normal.
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, dan tidak
adekuatnya tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksterna
a) Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan interpersonal
di rumah, di tempat kerja, dan penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga
diri.
b) Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, dan sosial
budaya.
Selain itu, Stuart & Sundeen (1998) dalam Mahanani (2013), menjelaskan
kemampuan individu dalam berespon terhadap penyebab kecemasan
ditentukan oleh:
a. Potensi Stressor
Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu
terpaksa mengadakan adaptasi.
b. Maturitas
Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami
gangguan akibat kecemasan, karena individu yang matur mempunyai daya
adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.
c. Pendidikan dan status ekonomi.
Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan
menycbabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat
pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan
berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir
rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan
masalah yang baru
d. Keadaan fisik
Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera atau operasi akan
mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami
kecemasan, di samping itu orang yang mengalami kelelahan fisik lebih
mudah mengalami kecemasan.
e. Tipe Kepribadian.
Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat
kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri-ciri orang
dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba
sempurna, merasa diburu-buru waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang,
mudah tersinggung, serta otot-otot mudah tegang. Sedangkan orang dengan
tipe kepribadian B mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan tipe
kepribadian A. Karena tipe kepribadian B adalah orang yang penyabar,
tenang, teliti, dan rutinitas.
f. Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah
mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang bisa
dia tempati.
g. Usia
Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah
mengalami gangguan akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih tua.
h. Jenis kelamin
Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang ditandai oleh
kecemasan yang spontan dan episodik. Ganguan ini lebih sering dialami
wanita dari pada pria (Varcarolis, 2000). Penelitian yang di muat dalam My
Health News Daily yang melibatkan wanita dan pria berumur antara 18-64
tahun, hanya sekitar 17%-18% pria berusia yang mengalami perasaan
cemas, sedangkan wanita justru lebih tinggi yaitu sekitar 23%. Rasio
perempuan dibandingkan laki-laki untuk gangguan kecemasan seumur
hidup adalah 3:2 (Yates, 2007 dalam Widosari, 2010). Hawari (2008),
menjelaskan wanita lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan
dengan pria. Perbandingan kecemasan antara wanita dan pria adalah dua
banding satu. Perempuan akan lebih mudah cemas dikarenakan
ketidakmampuannya dibandingkan dengan laki-laki. Lakilaki lebih aktif
dan eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif sehingga perempuan
lebih peka terhadap respon cemas yang terjadi (Nadia, 2008).

7. Patofiologi terjadinya cemas?


Mekanisme Cemas secara umum :
Stresor

Hipothal
CRF
ACTH
(Otono Endokri Glukokort
m) n ikoid
Peningkat
GABA an
Norepin * Gejala-
Kortisol
gejala sistem
Pening simpatis
katan

Neurofisiologi kecemasan adalah sebagai berikut:


Respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas
menimbulkan aktivitas involunter pada tubuh yang termasuk dalam
mekanisme pertahanan diri. Secara fisiologi situasi stress akan
mengaktifkan hipotalamus, yang selanjutnya akan mengaktifkan dua jalur
utama stress, yaitu sistem endokrin (korteks adrenal) dan sistem saraf
otonom (simpatis dan parasimpatis).
Untuk mengaktifkan sistem endokrin, setelah hipotalamus
menerima stimulus stres atau kecemasan, bagian anterior hipotalamus akan
melepaskan Corticotrophin Releasing Hormone (CRH), yang akan
menginstruksikan kelenjar hipofisis bagian anterior untuk mensekresikan
Adrenocorticotropin Hormone (ACTH). Dengan disekresikannya hormon
ACTH ke dalam darah maka hormon ini akan mengaktifkan zona fasikulata
korteks adrenal untuk mensekresikan hormon glukortikoid yaitu
kortisol.Hormon kortisol ini juga berperanan dalam proses umpan balik
negatif yang dihantarkan ke hipotalamus dan kemudian sinyal diteruskan ke
amigdala untuk memperkuat pengaruh stress terhadap emosi seseorang.
Selain itu, umpan balik negatif ini akan merangsang hipotalamus bagian
anterior untuk melepaskan hormon Thirotropic Releasing Hormone (TRH)
dan akan menginstruksikan kelenjar hipofisis anterior untuk melepaskan
Thirotropic Hormone (TTH). TTH ini akan menstimulasi kelenjar tiroid
untuk mensekresikan hormon tiroksin yang mengakibatkan perubahan
tekanan darah, frekuensi nadi, peningkatan Basal Metabolic Rate (BMR),
peningkatan asam lemak bebas, dan juga peningkatan ansietas. Mekanisme
kedua dari stres yaitu melalui jalur sistem saraf otonom. Setelah stimulus
diterima oleh hipotalamus, maka hipotalamus langsung mengaktifkan
sistem saraf simpatis dan parasimpatis.
Aktivasi sistem saraf simpatis akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan frekuensi jantung, dilatasi ateri koronaria, dilatasi pupil,
dilatasi bronkus, meningkatkan kekuatan otot rangka, melepaskan glukosa
melalui hati dan meningkatkan aktivasi mental. Perangsangan saraf simpatis
juga mengakibatkan aktivasi dari medula adrenalis sehingga menyebabkan
pelepasan sejumlah besar epineprin dan norepinefrin ke dalam darah, untuk
kemudian kedua hormon ini dibawa oleh darah ke semua jaringan tubuh.
Epinefrin dan norepinefrin akan berikatan dengan reseptor β1 dan α1
adrenergik dan memperkuat respon simpatis untuk meningkatkan tekanan
darah dan frekuensi nadi.
Aktivasi saraf parasimpatis akan mengakibatkan terlepasnya
asetilkolin dari postganglion n. vagus, untuk selanjutnya asetilkolin ini akan
berikatan dengan reseptor muskarinik (M3) pada otot polos bronkus dan
mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas. Ketika bahaya telah berakhir,
serabut saraf parasimpatis membalik proses ini dan mengembalikan tubuh
pada kondisi normal sampai tanda ancaman berikutnya dan mengaktifkan
kembali respons simpatis.
8. Prognosis berdasarkan dari skenario?
Prognosis pada pasien ini adalah dubia
Faktor pendukung:
- Adanya kemauan untuk sembuh dan berobat
- Pasien mengetahui kalau dirinya sakit dan mau datang ke dokter
untuk mendapatkan kesembuhan
- Pasien berusaha mengendalikan pikiran serta perasaannya
- Mendapat dukungan yang baik dari suami dan anak-anaknya
(keluarga)
- Genetic tidak ada

Faktor penghambat:

- Faktor pencetus yaitu masalah pada saluran pencernaan berupa


dispepsia yang menjadi beban pikiran pasien

9. Mekanisme pertahanan ego yang digunakan pasien adalah ?


Mekanisme pertahanan yang digunakan pasien yaitu mekanisme
pertahanan kategori sublimasi yaitu mekanisme pertahanan ego yang
ditujukan untuk mencegah dan atau meredakan kecemasan dengan cara
mengubah dan menyesuaikan dorongan primitive id yang menjadi penyebab
kecemasan dalam bentuk (tingkah laku) yang bisa diterima dan bahkan
dihargai oleh masyarakat. Pada kasus ini pasien mengalami kecemasan dan
memiliki beban masalah pada penyakitnya dan pasien mengalihkan
pikirannya dengan sesekali bermain dengan cucu –cucunya, sering berzikir
dan sholat serta berusaha mengendalikan pikiran dan perasaannya .

10. Psikodinamik yang terjadi pada kecemasan adalah ?


Menurut pandangan psikodinamika, kecemasan adalah suatu sinyal
kepada ego bahwa terdapat suatu dorongan dari id yang tidak dapat diterima
atau mendapat tekanan yang besar dari superego dalam merealisasikan
(memuaskan) dorongan tersebut. Sebagai suatu sinyal, kecemasan
menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap tekanan
yang muncul dari dalam diri manusia. Jika kecemasan naik di atas tingkat
terendah dari karakteristik atau fungsinya sebagai sinyal, maka kecemasan
dapat timbul sebagai gangguan sudah melebihi ambang batas karakteristik
atau fungsinya sebagai sinyal yang akan bermanifestasi dengan serangan
panik yang hebat.
Kecemasan id atau impuls berhubungan dengan adanya
ketidaknyamanan primitif dan difus dari seseorang jika mereka dilanda oleh
kebutuhan dan berbagai stimulus dengan kondisi ketidakberdayaan dimana
mereka tidak mungkin mengendalikan hal itu. Pada pasien ini pola
psikodinamik dari kecil terbentuk sebagaimana biasanya, ia mengerti
tentang suatu keinginan-keinginan dalam diri yang muncul, keinginan
tersebut mampu diolah dengan baik dengan membedakan atau memisahkan
kainginan yang dapat dipenuhi atau yang tidak bisa dipenuhi karena
peraturan atau larangan yang ia ketahui, tidak memaksakan suatu keinginan
yang dilarang oleh suatu aturan norma keluarga atau masyarakat atau
keinginan yang tidak masuk akal atau yang sulit dicapai, dengan
bertambahnya usia superego pasien semakin baik karena menerima setiap
informasi dari luar untuk diolah dalam pikiranya sehingga semakin mengerti
batasan-batasan setiap alur dalam pikiran dan perasaan, namun di umur
yang semakin tua kerapkali muncul pikiran dan perasaan yang tidak dapat
dikendalikan atau secara psikodinamik dimana id, ego dan superego saling
berlawanan, terlihat dari masalah yang pasien ceritakan bahwa ia merasa
memiliki penyakit yang sulit sembuh tetapi di sisi lain ia paham bahwa
penyakitnya adalah penyakit yang dapat disembuhkan dan merasa akan
segera meninggal padahal ia sendiri paham bahwa penyakit lambungnya
hanya kemungkinan kecil untuk menyebabkan kematian dan tidak ada
manusia yang mengetahui batas umurnya.

Asumsi dasar teoori psikodinamik yaitu: tingkah laku manusia berasal dari gerak
gerik dan interaksi pikiran manusia, pikiran manusia merangsang orang untuk
bertingkah laku dan pikiran dari tingkah laku itu saling mempengaruhi didalam
lingkungan sosial seseorang.
Psikodinamik pada penggunaan zat yaitu bahwa penggunaan zat merupakan
pencerminan dari fungsi ego yang tergangguatau berhubungan dengan depresi atau
gangguan kepribadian.

Asumsi teori kepribadian:

 ID merupakan pendorong bertingkah laku


 EGO merupakan pengendali ID
 SUPER EGO merupakan prinsip dasar moral yang mengendalikan ego

Konflik antara id, ego dan super ego terjadi antara keinginan id untuk kepuasan
segera dan keinginan dari super ego untuk mempertahankan standar moral dan cita-
cita. Ego adalah mediator antara dua hal ini. Ada beberapa tahap yang individu lalui
selama perkembangan. Konflik besar pada salah satu tahapan berarti bahwa anak
akan menjadi terpaku. Pada masa sres emosional seseorang bisa mundur ke tahap
awal pembangunan atau fiksasi. Pada kasus ini Pada kasus ini orang yang banyak
minum dan merokok dikarenakan ingin mencari kepuasan oral. Terjadinya fiksasi
oral karena tidak terpuasnya oral pada fase perkembangan psikososial sehingga
kebiasaan tersebut dibawa hingga dewasa.

Mekanisme pertahanan ego yang berlebihan dalam membantu mengendalikan


konflik menyebabkan kecemasan. Ego melindungi diri terhadap kecemasan
menggunakan mekanisme pertahanan yang meliputi represi, regresi, dll.

Anda mungkin juga menyukai