Anda di halaman 1dari 28

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
REFERAT
25 Juni 2018
REFERAT
INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

Disusun Oleh :
Fariani Gimaruddin, S. Ked

Pembimbing :
dr. I Komang Adi Sujendra, Sp.PD, FINASIM

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA


BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Fariani Gimaruddin (13 17 777 14 223)
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Al-khairaat
Judul Refarat : Infeksi Saluran Kemih
Bagian : Ilmu penyakit dalam
Telah menyelesaikan refarat dalam rangka tugas kepanitraan klinik pada
bagian Ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran Universitas Al-khairaat.

Bagian Ilmu Penyakit Dalam


RSU ANUTAPURA PALU
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Al-khairaat

Palu, 25 Juni 2018


Supervisior

dr. I Komang Adi Sujendra, Sp.PD, FINASIM


BAB I
PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering
ditemukan di praktik umum, walaupun bermacam-macam antibiotika sudah tersedia luas
di pasaran. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35% semua
perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya. Infeksi Saluran Kemih
(ISK) adalah keadaan adanya infeksi (ada perkembangbiakan bakteri) dalam saluran
kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan
jumlah bakteriuria yang bermakna. Bakteruria bermakna adalah bila ditemukan pada
biakan urin pertumbuhan bakteri sejumlah >100.000 per ml urin segar (yang diperoleh
dengan cara pengambilan yang steril atau tanpa kontaminasi). Konsensus 2010 Infectious
Disease Society of America (IDSA) memberikan batasan hasil positif kultur urine pada
wanita adalah 103-104 organisme/ml urine yang diambil secara midstream. Sebanyak 20-
40% wanita menderita ISK dengan gejala, memiliki hasil kultur bakteri 102-104/ml urine.
Faktor risiko: kerusakan atau kelainan anatomi saluran kemih berupa obstruksi internal
oleh jaringan parut, pemasangan kateter urin yang lama, endapan obat intratubular,
refluks, instrumentasi saluran kemih, konstriksi arteri-vena, hipertensi, analgetik, ginjal
polikistik, kehamilan, DM, atau pengaruh obat estrogen.1,2
Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra, ureter, dan ginjal. Urin biasanya
merupakan cairan steril, tetapi ketika terinfeksi, mengandung bakteri. Ketika infeksi
terjadi berulang-ulang, ini disebut ISK berulang. 1,2
ISK secara umum diklasifikasikan sebagai infeksi yang melibatkan saluran kemih
bagian atas atau bawah dan lebih lanjut diklasifikasikan sebagai ISK dengan atau tanpa
komplikasi bergantung pada apakah ISK tersebut berulang dan durasi infeksi. ISK
bawah termasuk sistitis, prostatitis dan uretritis. ISK atas termasuk pielonefritis, nefritis
interstisial dan abses renal. 1,2
Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di pria maupun wanita dari semua umur, dan
dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi daripada pria.
Angka kejadian bakteriuria di wanita meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dan
aktifitas seksual. Di kelompok wanita yang tidak menikah angka kejadian ISK lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok yang sudah menikah. Lebih kurang 35% kaum
wanita selama hidupnya pernah menderita ISK akut dan umur tersering adalah di
kelompok umur antara 20 sampai 50 tahun.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(INFEKSI SALURAN KEMIH)

A. Anatomi dan Fisiologi

Sistem urinarius terdiri dari 2 ginjal ( ren), 2 ureter, vesika urinaria dan
uretra. System urinarius berfungsi sebagai system ekskresi dari cairan tubuh.
Ginjal berfungsi untuk membentuk atau menghasilkan urin dan saluran kemih
lainnya berfungsi untuk mengekskresikan atau mengeliminasi urin. Sel-sel tubuh
memproduksi zat-zat seperti urea, kreatinin, dan ammonia yang harus dieksresikan dari
tubuh sebelum terakumulasi menyebabkan toksik bagi tubuh. Swlain itu juga, ginjal
berfungsi untuk regulasi volume darah tubuh, regulasi elektrolit yang terkandung dalam
darah, regulasi keseimbangan asam basa dan regulasi seluruh cairan jaringan tubuh.
Saluran kemih bagian atas adalah ginjal, sedangkan ureter, kandung kemih (vesika
urinaria) dan uretra merupakan saluran kemih bagian bawah.4

Gambar 1 : struktur saluran kemih manusia


Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis
renal. Bagian paling superfisial adalah korteks renal yang tampak bergranula.
Di sebelahdalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal. Ujung
ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis renal. Pelvis
renal bercabangdua atau tiga, disebut kaliks mayor yang masing-masing bercabang
membentuk beberapakaliks minor. Dari kaliks minor, urin masuk ke kaliks mayor, ke
pelvis renal kemudian keureter, sampai akhirnya ditampung di dalam kandung
kemih.Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing menyambung dari ginjal
ke kandung kemih (vesika urinaria). panjangnya kira-kira 25-30 cm, dengan penampang
± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagianterletak dalam
rongga pelvis.Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempa t
urin mengalir dari ureter. Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar
(peritonium).4

c
Gambar 2 : struktur anatomi ginjal

Bagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung kemih dengan


luar tubuh ialah uretra. Uretra pria sangat berbeda dari uretra wanita. Pada
laki-laki sperma berjalan melalui uretra waktu ejakulasi. Uretra pada laki-laki
merupakan tuba dengan panjang kira -kira 17-20 cm dan memanjang dari
kandung kemih ke ujung penis.Uretra pada laki-laki mempunyai tiga bagian
yaitu : uretra prostatika, uretramembranosa dan uretra spongiosa. Uretra wanita jauh
lebih pendek daripada pria, karenahanya 2,5-4 cm panjangnya dan memanjang dari
kandung kemih ke arah ostium diantara labia minora kira-kira 2,5 cm di sebelah belakang
klitoris.4

Gambar 3 : Struktus vesika urinaria dan uretra pada laki -laki danperempuan

B. Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum atau keadaan yang menandakan
keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin yang ditandai adanya infeksi (ada
perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal
sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.1
Beberapa istilah yang perlu dipahami:1,5
1. Bakteriuria bermakna (significant backteriuri) adalah keberadaan
mikroorganisme murni (tidak terkontaminasi flora normal dari uretra)
lebih dari 10 5 colony forming units per mL (cfu/ml) biakan urin dan tanpa
lekosituria
2. Bakteriuria simtomatik adalah bakteriuria bermakna dengan manifestasi klinik
3. Bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria) adalah bakteriuria bermakna
tanpa manifestasi klinik.
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan
bakteriuria pathogen dengan coloby forming units per ml CFU/ml urin > 1, dan
leukositouria >10 per lapangan pandang besar, disertai manifestasi klinik .1,5
ISK akhir-akhir ini juga didefinisikan sebagai suatu respon inflamasi
tubuh terhadapinvasi mikroorganisme pada urothelium. Infeksi akut saluran kemih
digolongkan menjadi dua kategori anatomik secara umum: infeksi saluran bawah
(uretritis, sistitis dan prostatitis) dan infeksi saluran atas (pielonefritis akut, abses
intrarenal dan perinefrik).1,5

C. Epidemiologi
Secara epidemiologi, sebagian besar infeksi simtomatik akut mengenai wanita muda;
sebuah studi prospektif menunjukkan bahwa insiden per tahun pada pada kelompok ini
adalah 0,5-0,7 infeksi per pasien per tahun. Data penelitian epidemiologi klinik
melaporkan hamper 25-35% semua perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama
hidupnya, Pada populasi pria ISK simtomatik akut terjadi pada tahun pertama kehidupan
(sering berkaitan dengan kelainan urologik); setelah itu, ISK jarang terjadi pada pria
berusia di bawah 50 tahun. Terjadinya bakteriuria asimtomatik setara dengan infeksi
simtomatik, dan jarang pada pria berusia kurang dari 50 tahun tetapi sering pada wanita
berusia antara 20 dan 50 tahun. Bakteruria asimtomatik lebih sering terjadi pada pria dan
wanita lanjut usia dengan angka setinggi 40-50% pada beberapa penelitian. Insiden
pielonefritis akut nonkomplikata pada community-dwelling women berusia 18-49 tahun
adalah 28 kasus per 10.000 wanita.6
D. Etiologi
Pada umumnya ISK disebabkan oleh mikroorganisme (MO) tunggal seperti:1
1. Eschericia coli merupakan MO yang paling sering diisolasi dari pasien
dengan ISK simtomatik maupun asimtomatik.
2. Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp (33%
ISK anak laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiella spp dan Stafilokokus dengan
koagulase negatif.
3. Pseudomonas spp dan MO lainnya sperti Stafilokokus jarang dijumpai kecuali pasca
kateterisasi.

Gambar 4: Bakteri penyebab ISK


Berbagai mikroorganisme dapat menginfeksi traktus urinarius, antara lain:7
1. Bakteri Gram negative (80%): Escerichia coli, Proteus sp, Klebsiella sp,
Enterobacter sp.
2. Bakteri Gram prositif (10-15%) : Enterococcus sp, Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis.
3. Lain-lain: Pseudomonas sp dan Serratia pada pasien yang mengalami prosedur
urologi atau obstruksi saluran kemis; Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma sp,
Candida, Adenovirus.

E. Patogenesis dan Patofisiologi ISK

Patogenesis bakteriuria asimtomatik menjadi bakteriuria simtomatik dengan


presentasi klinis ISK tergantung dari patogenisitas bakteri dan status pasien sendiri (host).
1. Peranan patogenisitas bakteri
Sejumlah flora saluran cerna termasuk E. coli diduga terkait dengan etiologi ISK.
Penelitian melaporkan lebih dari 170 serotipe 0 (antigen) E.coli yang patogen.
Patogenitas E. coli terkait dengan bagian permukaan sel polisakarida dari lipopolisakarin.
Bakterti patogen dari urin (urinary pathogen) dapat menyebabkan presentasi klinis ISK
tergantung juga dari faktor lainnya seperti perlengketan mukosa oleh bakteri, faktor
virulensi, dan variasi fase faktor virulensi.1,7
Gambar 5 : Penampang permukaan Escericia Coli

a. Peranan bakterial attachment of mucosa.


Penelitian membuktikan bahwa fimbriae merupakan salah satu pelengkap
patogenisitas yang mempunyai kemampuan untuk melekat pada permukaan mukosa
saluran kemih. Pada umumnya P fimbria akan terikat pada P blood group antigen yang
terdapat pada sel epitel saluran kemih atas dan bawah. Fimbriae dari strain E. coli ini
dapat diisolasi hanya dari urin segar.1,7
b. Peranan faktor virulensi lainnya.
Kemampuan untuk melekat (adhesion) mikroorganisme atau bakteri tergantung dari
organ pili atau fimbriae maupun non-fimbriae. Pada saat ini dikenal beberapa adhesion
seperti fimbriae (tipe 1, P, dan S), non fimbrial adhesion (DR haemaglutinin atau DFA
component of DR blood group), fimbrial adhesion (AFA-1 dan AFA-III), M-adhesions,
G-adhesions dan curli adhesions.
Sifat patogenisitas lain dari E. coli berhubungan dengan toksin. Dikenal beberapa
toksin seperti α-haemolisin, CNF-1, dan iron uptake system (aerobactin dan
enterobactin) . Hampir 95% α-haemolisin terikat pada kromosom dan berhubungan
dengan pathogenicity islands (PAIS) dan hanya 5% terikat pada gen plasmid. Resistensi
uropatogenik E. coli terhadap serum manusia dengan perantara beberapa faktor terutama
aktivasi sistem komplemen termasuk membrane attack complex (MAC). Menurut
beberapa peneliti uropatogenik mikroorganisme (MO) ditandai dengan ekspresi faktor
virulensi ganda. Beberapa sifat uropatogen MO : seperti resistensi serum, sekuestrasi
besi, pembentukan hidroksat dan antigen K yang muncul mendahului manifestasi klinis
ISK. Gen virulensi dikendalikan faktor luar seperti suhu, ion besi, osmolaritas, pH, dan
tekanan oksigen. 1,7

c. Faktor virulensi variasi fase.


Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami perubahan
bergantung pada dari respon faktor luar. Konsep variasi fase MO ini menunjukkan
peranan beberapa penentu virulensi bervariasi diantara individu dan lokasi saluran kemih.
Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri berbeda dalam kandung kemih dan ginjal. 1,7

Tabel 1 : Faktor virulensi Escericia Coli


2. Peranan Faktor Tuan Rumah (Host)
a. Faktor predisposisi pencetus ISK. Penelitian epidemiologi klinik mendukung
hipotesis peranan status saluran kemih merupakan faktor risiko atau pencetus ISK.
Jadi faktor bakteri dan status saluran kemih pasien mempunyai peranan penting untuk
kolonisasi bakteri pada saluran kemih. Kolonisasi bakteri sering mengalami kambuh
(eksaserbasi) bila sudah terdapat kelainan struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi
saluran kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat
menyebabkan gangguan proses klirens normal dan sangat peka terhadap infeksi. 1,7
b. Status imunologi pasien (host). Vesica urinaria mempunyai mekanisme pertahanan
melawan organisme asing. Pengeluaran bakteria secara terus menerus dengan
berkemih adalah mekanisme untuk mengeluarkan bakteri yang telah mencapai pintu
masuk. Fungsi fagosit dari dinding saluran kemih memberi kesan sebagai pertahanan
lain, seperti karakter antibakteri urin sendiri. 1,7
Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa golongan darah dan status sekretor
mempunyai kontribusi untuk kepekaan terhadap ISK. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat
beberapa faktor yang dapat meningkatkan hubungan antara berbagai ISK (ISK rekuren)
dan status sekretor (sekresi antigen darah yang larut dalam air dan beberapa kelas
imunoglobulin) sudah lama diketahui. Prevalensi ISK juga meningkat terkait dengan
golongan darah AB, B, PI (antigen terhadap tipe fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe
golongan darah Lewis. 1,7

Patofisiologi
Pada individu normal, laki-laki maupun perempuan urin selalu steril karena
dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal merupakan tempat kolonisasi
mikroorganisme non-pathogenic fastidious gram-positive dan gram negatif. Bakteri yang
berasal dari flora usus seperti E.coli akan berkolonisasi pada daerah perineal dan uretra
anterior. Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke
dalam saluran kemih yang lebih distal, misalnya kandung kemih. Pada beberapa pasien
tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal, proses ini dipermudah karena
adanya refluks vesikoureter dan menyebarkan infeksi dari pelvis ke kortekskarena refluks
intrarenal. Reflus vesiko ureter adalah keadaan patologis karena tidakberfungsinya
valvula vesikoureter yang disebabkan baik secara kongenital maupun karena adanya
infeksi. Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di klinik,
mungkin akibat lanjut dari bakteriemia. Ginjal diduga merupakan lokasi infeksi sebagai
akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat S. aureus. 1,7

F. Klasifikasi

Klasifikasi menurut anatomis :1,3


1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender:
a. Perempuan : Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria
bermakna. Sindrom uretra akut (SUA). Sindrom uretra akut adalah presentasi klinis
sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis.
Penelitian terkini USA disebabkan MO anaerobic.
b. Laki-laki : Presentasi klinis ISK bawah padalaki-lakimungkin sistitis, prostatitis,
epidimidis dan urethritis.

2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas


a. Pielonefritis akut (PNA). Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal
yang disebabkan infeksi bakteri.
b. Pielonefritis kronis (PNK). Pielonefritis kronis mungkin akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan
refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik. bakteriuria
asimtomatik kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisposisi tidak pernah
menyebabkan pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.

Klasifikasi menurut klinis :1,7


1. ISK sederhana (Uncomplicated) : adalah infeksi yang terjadi tanpa kelainan struktural
(non-obstruksi) maupun fungsional,merupaan penyakit ringan (Self limited disease)
dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka panjang.
2. ISK kompleks (Complicates): adalah infeksi yang disertai abnormalitas struktural
maupun fungsional traktus urinarius yang menyebabkan obstruksi mekanik, atau
adanya penyakit yang mengganggu resiko untuk mendapatkan infeksi atau kegagalan
terapi.

G. Gejala Klinis
Setiap pasien dengan ISK pada laki dan ISK rekuren pada perempuan harus dilakukan
investigasi faktor predisposisi atau pencetus.1,6
1. Pielonefritis Akut (PNA)
Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi (39,5-40,5°C), disertai menggigil dan sakit
pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering didahului gejala ISK bawah (sistitis).
2. ISK bawah (sistitis)
Presentasi klinis sistitis seperti sakit suprapubik, polakisuria, nokturia, disuria, stranguria.
3. Sindrom Uretra Akut (SUA)
Presentasi klinis SUA sulit dibedakan dengan sistitis. SUA sering ditemukan pada
perempuan usia antara 20-50 tahun. Presentasi klinis SUA hanya disuri dan sering
kencing, disertai cfu/ml urin <105 sering disebut sistitis abakterialis. SUA dibagi 3
kelompok pasien :
a) Pasien dengan piuria. Biakan urin dapat diisolasi E. coli dengan dfu/ml urin 103-105.
Sumber infeksi berasal dari kelenjar peri uretral atau uretra sendiri. Kelompok pasien ini
memberikan respon baik terhadap antibiotik standar seperti ampicillin.
b) Pasien lekosituri 10-50/ lapang pandang tinggi dan kultur urin steril. Kultur khusus
ditemukan Chlamydia trachomatis atau bakteri anaerobik.
c) Pasien tanpa piuri dan biakan urin steril.
Gambar 6 : Hubungan antara lokasi infeksi saluran kemih dengan keluhan
Sumber: Nefrologi Klinik Edisi III, 2006, hal. 85

H. Pemeriksaan Diagnostik
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa putar, kultur urin, serta
jumlah kuman/mL urin merupakan protocol standar untuk pendekatan diagnosis ISK.
Pengambilan dan koleksi urin, suhu, dan teknik transportasi sampel urin harus sesuai
dengan protocol yang dianjurkan.
Penentuan jumlah dan jenis bakteri dalam urin merupakan prosedur diagnsotik yang
sangat penting. Pada pasien simtomatik, bakteri biasanya terdapat di urin dalam jumlah
besar (>105/mL). Karena bakteri dalam jumlah besar di urin kandung kemih sebagian
disebabkan oleh multiplikasi bakteri di rongga kandung kemih, sampel urin dari ureter
atau pelvis ginjal mungkin mengandung bakteri <105/mL tapi tetap menunjukkan infeksi.
Demikian juga, adanya bakteriuria dalam jumlah berapapun dalam aspirat suprapubis
atau bakteri >102/mL urin yang diperoleh dari kateterisasi biasanya menunjukkan
infeksi. Pada beberapa keadaan (terapi antibiotik, konsentrasi urea yang tinggi,
osmolaritas tinggi, pH rendah), urin menghambat multiplikasi bakteri sehingga hitung
koloni bakteri relatif rendah meskipun terjadi infeksi. Karena itu, larutan antiseptik
jangan digunakan u ntuk mencuci daerah periuretra sebelum pengambilan spesimen urin.
Diuresis air atau berkemih juga mengurangi hitung bakteri di urin.
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin, harus
berdasarkan indikasi klinis yang kuat. Renal imaging procedures untuk investigasi faktor
predisposisi ISK: USG, Radiografi (Foto polos perut, pielografi IV, Micturating
cystogram), Isotop scanning.

I. Penatalaksanaan
Nonfarmakologis
a. Banyak minum bila fungsi ginjal masih baik
b. Menjaga higiene genitalia eksterna
Farmakologis
Antimikroba berdasarkan pola kuman yang ada; Bila hasil tes resistensi kuman
sudah ada, pemberian antimikroba disesuaikan
Tabel 2.Antimikroba pada ISK bawah
Antimikroba Dosis Lama Terapi
Trimetropim-Sulfametoksazol 2 x 160/800 mg 3 hari
Trimetoprim 2 x 100 mg 3 hari
Siprofloksasin 2 x 100-250 mg 3 hari
Levofloksasin 2 x 250 mg 3 hari
Sefiksim 1 x 400 mg 3 hari
Sefpodoksim proksetil 2 x 100 mg 3 hari
Nitrofurantoin makrokristal 4 x 50 mg 7 hari
Nitrofurantoin monohidrat makrokristal 2 x 100 mg 7 hari
Amoksisilin/klavulanat 2 x 500 mg 7 hari
Tabel 3. Obat parenteral pada ISK atas
Antimikr oba Dosis
Sefepim 2 x 1gram
Siprofloksasin 2 x 400 mg
Levofloksasin 1 x 500 mg
Ofloksasin 2 x 400 mg
Gentamisin (+ ampisilin) 1 x 3-5 mg/kgBB
3 x 1 mg/kgBB
Ampisilin (+gentamisin) 4 x 1-2 gram
Tikarsilin-klavulanat 3x 3,2 gram
Piperasilin-tazobaktam 3 x 12-3,375 gram
Imipenem-silastatin 3-4 x 250-500 mg

J. Prognosis
Pada sistitis atau pielonefritis nonkomplikata, pengobatan biasanya meredakan gejala
sepenuhnya. Infeksi saluran kemih bawah pada wanita menimbulkan kekhawatiran
terutama karena menyebabkan rasa tidak nyaman, morbiditas, hilangnya waktu kerja, dan
biaya perawatan kesehatan yang tinggi. Sistitis juga dapat menyebabkan infeksi saluran
kemih atas atau bakteremia (khususnya selama instrumentasi), tetapi tidak banyak bukti
yang menunjukkan bahwa kemudian akan terjadi kerusakan ginjal. Jika terjadi sistitis
berulang, hal tersebut umumnya karena reinfeksi daripada relaps.
Pielonefritis akut nonkomplikata pada orang dewasa jarang menyebabkan
gangguan fungsi ginjal dan penyakit ginjal kronik. Infeksi saluran atas berulang sering
mencerminkan kasus relaps daripada reinfeksi, dan batu ginjal atau kelainan urologik
yang mendasari harus dicari dengan cermat. Jika tidak satupun ditemukan, kemoterapi
selama 6 minggu dapat bermanfaat dalam memusnahkan fokus infeksi yang masih ada.
ISK simtomatik berulang pada anak dan pada orang dewasa dengan uropati
destruktif, neurogenic bladder, kelainan struktural ginjal, atau diabetes menyebabkan
jaringan parut ginjal dan penyakit ginjal kronik dengan frekuensi yang tak sering.
Bakteriuria asimtomatik pada kelompok ini serta pada orang dewasa tanpa penyakit
urologik atau obstruksi mempermudah peningkatan frekuensi serangan infeksi
asimtomatik, tetapi umumnya tidak menyebabkan gangguan ginjal.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1.Identitas Pasien
Nama : Nn.Nurhalima
Umur : 21 tahun
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Donggala
Tanggal Pemeriksaan : 16-05-2018
Ruangan : Pav.Flamboyan

3.2.Anamnesis
A. Keluhan utama : Nyeri perut kiri bawah
B. Riwayat penyakit sekarang : Pasien MRS dengan keluhan nyeri
perut kiri bawah yang dirasakan sudah 1 minggu dan memberat satu hari
terakhir, nyeri saat berkemih, BAK sedikit-sedikit dan merasa tidak puas saat
berkemih sperti masih ada yang tersisa, urin berwarna coklat kekuningan
seperti teh . keluhan yang sama pernah dirasakan 3 tahun lalu dan dirawat di
RS dengan diagnosis ISK oleh dokter umum. Demam di rumah satu hari
sebelum masuk RS tetapi turun setelah minum paracetamol di rumah, mual (-
), muntah (-), sakit kepala (-), sakit perut (+) bagian bawah. Pasien memiliki
kebiasaan dirumah sering menahan-nahan BAK.
C. Riwayat penyakit terdahulu : ISK 3 tahun lalu
D. Riwayat penyakit dalam keluarga : Tidak ada keluarga/tetangga yang
mengalami hal serupa.

3.3. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign
- Tekanan darah : 120/80mmHg
- Nadi : 60 x/m
- Pernapasan : 18 x/m
- Suhu : 36,7 oC

Kepala
- Wajah : Simetris bilateral, eksopthalmus (-), Ptosis (-)
- Deformitas : Tidak ada
- Bentuk : Normocephali
Mata
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
- Sklera : Ikterik (-/-)
- Pupil : Isokor (2,5 mm/ 2,5 mm)
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotot (-)
Leher
- Kelenjar GB : Tidak ada pembesaran KGB
- Tiroid : Tidak ada pembesaran Tiroid
- JVP : Tidak ada peningkatan JVP (5 +2)
- Massa lain : Tidak ada
Dada
- Inspeksi : Simetris bilateral (+/+)
- Palpasi : Vokal fremitus (ka=ki)
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis teraba SIC V linea mid-clavicula sinistra
- Perkusi :
Batas atas : SIC II linea midclavicula sinistra
Batas kanan : SIC IV linea midclavicula dextra
Batas kiri : SIC V linea axillaris anterior sinistra
Perut
- Inspeksi : tampak datar, meteorismus (-), distensi (-)
- Auskultasi : peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi : Timpani pada keempat kuadran (+)
- Palpasi : Nyeri tekan abdomen (+) pada daerah inguinal sinistra
dan suprapubik. Organomegali (-)
Anggota gerak
- Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
- Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Pemeriksaan Khusus : -

3.4. Resume
Pasien MRS dengan keluhan nyeri perut kiri (+) nyeri saat berkemih dan
hematuria (+) dialami sudah 1 minggu dan memberat satu hari sebelum masuk
RS. BAK sedikit-sedikit dan merasa tidak puas saat berkemih sperti masih ada
yang tersisa, urin berwarna coklat kekuningan seperti the. Sakit perut (+) pada
daerah inguinal sinistra dan suprapubik.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum : sakit sedang,
kesadaran : kompos mentis, TD : 120/80 mmHg, N: 60 x/m, R: 18 x/m, S: 36,7
o
C. Pada palpasi abdomen di dapatkan nyeri tekan abdomen (+) pada daerah
inguinal sinistra dan suprapubik.

3.5. Diagnosa Kerja


Kolik Abdomen + susp. ISK

3.6. Diagnosa Banding


Keganasan kandung kemih, Vaginitis

3.7. Anjuran Pemeriksaan Lanjutan


a. Darah Rutin
b. Urinalisis
c. USG Abdomen
3.8. Penatalaksanaan
- IVFD RL 20 tpm
- Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
- Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/iv

3.9. Laboratorium
a. Darah Rutin
- WBC : 9,5 x10v3/uL
- RBC : 4,33 x10v6/uL
- HGB : 13,2 g/dL
- HCT : 40,0%
- PLT : 312 x10v3/uL
b. Urinalisis
- Leukosit : 4
- Eritrosit : 2
- Protein +1
- Epitel: +
- Kristal: +
c. USG Abdomen
Kesan : Cystitis

3.10. Diagnosa Akhir


ISK

3.11. Prognosis
a. Quo ad vitam : dubia ad bonam
b. Quo ad functionam : dubia ad bonam
c. Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada anamnesis didapatkan Pasien MRS dengan keluhan nyeri perut kiri dan sakit saat
berkemih. Pasien merasa tidak puas saat saat berkemih dan merasa masih ada yang
tersisa. Demam (+), mual (-), muntah (-), sakit kepala (-), sakit perut (+) bagian kiri dan
bawah pusat. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama 3 tahun lalu dan didiagnosa
oleh dokter umum ISK.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum : sakit sedang, kesadaran : kompos
mentis, TD : 120/80 mmHg, N: 60 x/m, R: 18 x/m, S: 36,7 oC. Pada palpasi abdomen di
dapatkan nyeri tekan abdomen (+) pada daerah iliaca sinistra dan suprapubik.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin WBC : 9,5 x10v3/uL, RBC : 4,33
x10v6/uL, HGB : 13,2 g/dL, HCT : 40 %, PLT : 312 x10v3/uL, urinalisis Leukosit : 4 &
Eritrosit : 2, USG Abdomen kesan : Cystitis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan
diagnosis ISK (infeksi saluran kemih). ISK adalah istilah umum untuk menyatakan
adanya pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri di dalam saluran kemih, termasuk
kandung kemih dan parenkim ginjal dalam jumlah yang signifikan.
Infeksi Saluran Kemih (ISK). Sindroma ini ditetapkan dengan ditemukannya
organisme patogenik baik bakteri, basil tuberkel, atau jamur dalam urin. Bila sampel urin
diperlukan untuk pembiakan, kondisi urin yang akan dikumpulkan itu harus dapat
memperkecil kontaminasi yang berasal dari permukaan luar. Jumlah koloni bakteri
sebanyak 105 organisme per milimeter atau lebih dalam urin, umumnya menunjukkan
kolonisasi serta infeksi saluran kemih. Jumlah koloni yang lebih dari 102 per milimeter
urin cukup untuk menyatakan infeksi pada pasien yang simtimatik dan pada sampel urin
yang didapat melalui aspirasi suprapubik atau kateter kandung kemih. Apabila secara
anatomik saluran urin normal, Escherichia coli adalah bakteri patogen yang umum hidup
pada saluran itu. Setelah pemakaian antibiotika yang lama pada infeksi yang menetap,
terutama jika drainase urin terganggu atau terdapat batu, spesies Klebsiella, Enterobacter,
dan Proteus mendominasi.
Kultur urin yang positif tidak selalu menyatakan bahwa suatu organisme
menyebabkan proses radang atau cedera pada jaringan. Pada beberapa pasien, kerusakan
jaringannya mungkin ringan; sedangkan pada pasien lain cedera dapat timbul meskipun
gejala atau kelainan urinnya tidak tampak pada waktu dilakukan pemeriksaan. Bila
bakteriuria berhubungan dengan proses inflamasi atau cedera jaringan, manifestasi
klinisnya selalu bergantung kepada lokasi yang terkeana. Disuria, frekuensi, urgensi, dan
nyeri suprapubik merupakan gejala yang lazim dari peradangan kandung kemih dan
uretra. Nyeri yang sifatnya tumpul, menggigil, demam, mual dan muntah, hipertensi
akibat sepsis, dan silinder leukosit, semuanya ini memberi kesan infeksi parenkim ginjal
yang sesungguhnya, yaitu pielonefritis; sebaliknya bila tidak ditemukan gejala tersebut,
tidak mengesampingkan pielonefritis.
Tatalaksana pada kasus ISK : 1. Sebelum ada hasil biakan, diberikan pengobatan
empiris selama 7-10 hari. Jenis antibiotik dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3. Umumnya,
setelah terapi antibiotik 2x24 jam, gejala menghilang. Bila belum, pikirkan antibiotik
yang lain, 2. Indikasi rawat inap: disertai dehidrasi, muntah, tidak dapat minum per
oral, berusia <1 bulan, atau dicurigai urosepsis. Tatalaksana mencakup rehidrasi dan
antibiotika intravena, 3. Suportif. Asupan cairan yang adekuat, perawatan higienitas
daerah perineum dan periuretra, serta pencegahan konstipasi. Pasien dan pengasuh juga
perlu diedukasi agar pasien tidak menahan buang air kecil dan penggunaan lampin sekali
pakai.2
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih atau ISK adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya inflasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi saluran
kemih merupakan penyakit infeksi nomor 2 yang paling banyak menyerang manusia
di muka bumi. Umumnya penyakit ini menyerang kaum wanita tapi sering juga
ditemukan laki-laki yang menderita infeksi saluran kemih.
Infeksi saluran kemih (ISK) terkadi ketika suatu organisme penginfeksi, biasanya
suatu bakteri gram negatif seperti E.Coli, masuk ke saluran kecing. Radang area
lokal terjadi, diikuti dengan infeksi ketika organisme bereproduksi. Bakteri radang
muncul di kulit area genital dan memasuki saluran perkemihan melalui pembukaan
uretra. Ada dua jalur utama ISK, yaitu ansending dan hematogen. Dalam penyakit
ISK ini terdapat beberapa klasifikasi yaitu Infeksi Saluran Kemih Bawah dan Infeksi
Saluran Kemih Atas. Pemeriksaan diagnostik penyakit ISK ada beberapa macam
pemeriksaan seperti, tes kultur dan sensitivitas, cystoscopy, studi sinar x ginjal,
ureter, kandung kemih (KUB), prostate spesific antigen (PSA) test, pengumpulan
urin 24 jam, urinalisis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyono A W, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jilid 2 . Jakarta:
Internal Publishing. 2009: p 1008-14
2. Shirby, et al. Pola Bakteri Pada Penderita Infeksi Saluran Kemih Di BLU RSUP
Prof.dr.R.D.Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM). 2013;1(1): p 597-601.
Diakses pada 18 Juni 2018 dari https://media.neliti.com/media/publications/63258-
ID-pola-bakteri-pada-penderita-infeksi-salu.pdf
3. Samirah, et al. Pola Dan Sensitivitas Kuman Di Penderita Infeksi Saluran Kemih.
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. 2006;12(3):p 110-
13. Diakses pada 19 Juni 2018 dari http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
IJCPML-12-3-02.pdf
4. Scanlon V C, Sanders. Essential of Anatomy and Physiology. 5th ed. Philadelpia:FA
Davis Company. 2007: p 420-32. Diakses pada 18 Juni 2018 dari
https://www.amazon.com/Essentials-Anatomy-Physiology-Frederic-
Martini/dp/0321576535
5. Sukandar, E. Nefrologi Klinik. 3rd ed. B a n d u n g : P u s a t I n f o r m a s i I l m i a h
( P I I ) B a g i a n I l m u Penyakit Dalam FK UNPAD. 2006: p 29-72. Diakses pada19
Juni 2018 dari https://www.scribd.com/doc/113885661/Referat-Infeksi-Saluran-
Kemih
6. Larry J, Joseph L. Harrison Nefrologi Dan Gangguan Asam-Basa. Jakarta:Buku
Kedokteram EGC. 2013
7. Chris T. Kapita Selekta Kedokteran. 4th ed. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
2014. p 640-41
8. Seputra P K, et al. Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia
Pria 2015. Edisi 2. Surabaya: Ikatan Ahli Urologi Indonesia.2015 Oktober 22.
Diakses pada 8 Juli 2018 dari http://studylibid.com/doc/968768/guideline-
penatalaksanaan-infeksi-saluran-kemih-dan
9. Indrawan E D. Urinary Tract Infection of Patient Who Treated In Hospital. J
Majority. 2015 Februari; 4(4): p 38-41. Diakses pada 30 juni 2018 dari
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/576/580

Anda mungkin juga menyukai