Anda di halaman 1dari 58

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN

GINEKOLOGI

REFLEKSI KASUS
SKD – IIIA

“PROLAPS UTERI“

Nama : Samanuddin Manawari


NIM : 10 777 011
Pembimbing: dr. Daniel Saranga, Sp.OG
PENDAHULUAN

Prolapsus genitalia yang sering ditemukan adalah Pelvic


Organ Prolapse (POP) yaitu prolapsus uteri, uterosistokel,
sistokel dan rektokel. Diperkirakan 50% dari wanita yang
telah melahirkan akan menderita prolapsus genitalia dan
hampir 20% kasus ginekologi yang menjalani operasi
adalah akibat kasus prolapus genitalia. Angka ini akan terus
meningkat jumlahnya akibat usia harapan hidup Indonesia
yang meningkat.
DEFINISI
Pergeseran letak uterus ke bawah sehingga serviks
dapat berada didalam orifisium vagina, di luar orifisium
vagina, atau seluruh uterus berada di luar orifisium.

Winknjosastro H, el al. penyunting. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: 2010.
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia prolapsus genitalia lebih sering dijumpai
pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua menopause
dan wanita dengan pekerjaan cukup berat. Di RS Cipto
Mangunkusumo Jakarta dari tahun 1995- 2000 telah
dirawat 240 kasus prolapsus genitalia yang mempunyai
keluhan dan memerlukan penanganan terbanyakd dari
penderita usia 60-70 tahun, dengan paritas lebih dari tiga.

Winknjosastro H, el al. penyunting. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: 2010.
ETIOLOGI
Penyebab prolapsus genitalia adalah multifaktorial,
namun pada dasarnya disebabkan oleh kelamahan “pelvic
floor” yang terdiri dari otot- otot, fascia endopelvic, dan
ligamentum- ligamentum yang menyokong organ- organ
genitalia.

Winknjosastro H, el al. penyunting. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: 2010.
FAKTOR RISIKO
 Multiparitas.

 Persalinan pervaginam.

 Usia lanjut.

 Ras.

 Peningkatan tekanan intraabdomen kronis.


MANIFESTASI KLINIS
1. Perasaan seperti benda menonjol atau mengganjal
pada genitalia eksterna.

2. Rasa nyeri pada panggul dan pinggang yang biasanya


akan menghilang atau berkurang saat pasien
berbaring.

3. Gesekan pada porsio uteri oleh celana dapat


menyebabkan luka dan dekubitus pada porsio uteri.

4. Leukorea.
DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS

2. PEMERIKSAAN FISIK

3. Teknik Friedman Little (1961)

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Mengidentifikasi


Komplikasi)
KLASIFIKASI

Tabel 01. Klasifikasi berdasarkan Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q)

Stadium Kriteria
0 Tidak terdapat prolaps. Titik Aa, Ap, Ba, Bp. Terdapat pada titik -3 cm
dan titik C dan D terletak di antara –TVL cm dan (-(TVL-2 cm)
I Tidak memenuhi kriteria stadium 0, tetapi bagian paling distal dari
prolaps terletak >1 cm di atas himen.
II Bagian paling distal terletak ≤1 cm di atas atau dibawah himen.
III Bagian paling distal terletak >1 cm di bawah himen tetapi< + (TVL-2
cm).
IV Eversi total dari total panjang saluran genital. Bagian distal dari prolaps
keluar sebanyak (TVL-2cm).
KLASIFIKASI

Tabel 02. Klasifikasi berdasarkan Baden Walker Halfway System

Stadium Kriteria
0 Posisi normal dari seluruh organ
I Organ yang prolaps terletak pada pertengahan menuju himen
II Organ yang prolaps telah mencapai himen
III Organ yang prolaps sebagian telah keluar dari himen
IV Organ telah keluar secara maksimal
TATALAKSANA
1. TERAPI MEDIS
2. TERAPI KONSERVATIF
3. TERAPI OPERATIF
LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS
 Tanggal Pemeriksaan : 15 Agustus 2016
 Jam : 22.20 WITA
 Ruangan : Paviliun Merak RSU Anutapura Palu

 IDENTITAS
 Nama : Ny. TD
 Umur : 81 tahun
 Alamat : Jl. Anoa 1
 Pekerjaan : IRT
 Agama : Kristen
 Pendidikan : SD
 Status Perkawinan : Menikah
ANAMNESIS
PVIIIA0

Keluhan Utama : Peranakan turun

Riw. Penyakit Sekarang :


Pasien merasa peranakan turun sejak 8 tahun
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya peranakan hanya
turun sedikit dan bisa masuk sendiri bila pasien berbaring.
Namun sejak 1 tahun terakhir peranakan dirasakan turun
seluruhnya terutama bila pasien beraktivitas misalnya
berjalan, berdiri, batuk atau sesaat setelah BAB.
ANAMNESIS

Riw. Penyakit Sebelumnya :


Selain itu pasien juga mengeluh adanya flek berupa
lendir bercampur darah yang kadang terdapat di celana
dalam, pasien juga merasa nyeri pada perut bagian bawah
dan pinggang yang berkurang jika berbaring.

Pasien sempat berobat ke puskesmas, di beri obat dan


keluhan nyeri hilang namun keluhan peranakan turun masih
menetap. Tidak ada keluhan demam sebelumnya. BAB
Biasa dan BAK Lancar, nyeri saat BAK di sangkal.
ANAMNESIS
Riwayat Obstetri
• Anak pertama : Laki- laki, Lahir tahun 1964, lahir spontan di dukun,
BBL Lupa, Hidup
• Anak ke-2 : Perempuan, Lahir tahun lupa, lahir spontan di dukun, BBL
lupa, Hidup
• Anak ke-3 : Perempuan, Lahir tahun 1970, lahir spontan di dukun, BBL
lupa, Hidup
• Anak ke-4 : Laki- laki, Lahir tahun 1973, lahir spontan di dukun, BBL
lupa, Hidup
• Anak ke-5 : Laki- laki, tahun lahir lupa, lahir spontan di dukun, BBL lupa,
Hidup
• Anak ke-6 : Laki- laki, tahun lahir lupa, lahir spontan di dukun, BBL lupa,
Hidup.
• Anak ke-7 : Perempuan, tahun lahir lupa, lahir spontan di dukun, BBL
lupa, Hidup
• Anak ke-8 : Laki- laki, tahun lahir lupa, lahir spontan di dukun, BBL lupa,
Hidup
ANAMNESIS

 Riwayat kontrasepsi : Pil KB, lama penggunaan lupa.

 Menarche : 11 tahun.

 Menopause : ± 30 tahun yang lalu.

 Riwayat Sosial : Pasien seorang ibu rumah


tangga, dulunya sehari-hari sering melakukan aktivitas
berat seperti memompa air dan menggendong cucu.
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Sakit Sedang
 Kesadaran : Kompos mentis

Tanda-tanda Vital
 Tekanan Darah : 170/90 mmHg
 Nadi : 78 Kali/menit
 Pernapasan : 20 Kali/menit
 Suhu : 36,8ºC

Status Gizi
 TB = 150 cm, BB = 60 kg
 IMT = 26,6 (Obesitas I)
PEMERIKSAAN FISIK
 KEPALA DAN LEHER
 Kepala : Kepala bentuk simetris, konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), telinga normal, Otorhea (-/-),
hidung bentuk normal, sekret (-/-), Faring
hiperemis (-), karies dentis (-).
 Leher : Pembengkakan KGB (-).

 THRORAKS
 Inspeksi : Pergerakkan Simetris
 Palpasi : Vokal Fremitus sama kanan dan kiri
 Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi : Bp Vesikuler, Rh -/-, Wh-/-
BJ I dan II Reguler, Bising Jantung (-), Gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
 ABDOMEN : Cembung, simetris, Peristaltik (+) kesan
normal, nyeri tekan (-)

 EKSTREMITAS : Akral hangat +/+, Edema Pretibial (-/-) ,


varises (-)
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
 Inspeksi : Tampak seluruh massa uterus keluar dari introitus
vagina, bentuk lonjong, berukuran seperti telur ayam, warna
merah muda, discharge (-), erosif (+)

 Palpasi : Massa ukuran 7 cm x 4 cm x 3 cm, konsistensi


kenyal, nyeri tekan (-).

 Inspekulo : Tidak dilakukan

 Vaginal touché : Massa dapat dimasukkan, nyeri goyang (-),


massa adneksa (-), nyeri (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
NAMA : Ny. TD JENIS SPESIMEN : Darah
USIA : 81 Tahun TGL. PEMERIKSAAN : 15/08/2016

PARAMETER HASIL SATUAN RANGE NORMAL


WBC 5,7 103/uL 4,8 – 10,8
RBC 3,9 106/uL 4,7 – 6,1
HGB 12,2 g/dL 14 – 18
HCT 44 % 42 – 52
MCV 84 fL 80 – 99
MCH 29 pg 27 – 31
MCHC 35 g/dL 33 – 37
PLT 220 103/uL 150 – 450
RDW-CV - % 11,5 – 14,5
RDW-SD - fL 37 – 54
NEUT % 66,6 % 40 – 74
LYM % 25,5 % 19 – 48
PEMERIKSAAN PENUNJANG
NAMA : Ny. TD JENIS SPESIMEN : Darah
USIA : 81 Tahun TGL. PEMERIKSAAN : 15/08/2016

NO. KIMIA DARAH HASIL NILAI RUJUKAN

1 FAAL GINJAL
 Ureum 30,0 18,0-55,0 mg/dL
 Kreatinin 0,73 0,70-1,30 mg/dl

2 FUNGSI HATI
 SGOT 22 u/l
 SGPT 16 u/l
PEMERIKSAAN PENUNJANG
NAMA : Ny. TD JENIS SPESIMEN : Darah
USIA : 81 Tahun TGL. PEMERIKSAAN : 15/08/2016

NO. KIMIA DARAH HASIL NILAI RUJUKAN


FAAL GINJAL
1
 Kalium 39,8 Ul
 Natrium 138,87 Ul
 Chlorida 102, 29 Ul
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 GDS : 94 mg/dL

 Immunoserologi HbsAg : Non-reaktif


RESUME
Perempuan, usia 81 tahun mengeluh peranakan turun sejak 8 tahun
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya peranakan hanya turun sedikit dan
bisa masuk sendiri bila pasien berbaring. Namun sejak 1 tahun terakhir
peranakan dirasakan turun seluruhnya terutama bila pasien beraktivitas
misalnya berjalan, berdiri, batuk atau sesaat setelah BAB. Flek berupa
lendir bercampur darah (+), nyeri pada perut bagian bawah dan pinggang
(+) berkurang jika berbaring. BAB Biasa dan BAK Lancar. Riwayat sosial :
sering melakukan aktivitas berat. Riwayat hipertensi (+). Multiparitas per
vaginam (+), Menopause (+) sejak 30 tahun lalu.
Pada pemeriksaaan fisik didapatkan keadaan umum compos mentis,
IMT 26.6 (Obesitas I). Tanda vital : Tekanan darah 170/90 mmHg. Pada
status ginekologik inspeksi tampak seluruh massa uterus keluar dari
introitus vagina, bentuk lonjong, warna merah muda, discharge (-), erosif
(+), pada palpasi teraba massa ukuran 7 cm x 4cm x 3cm, konsistensi
kenyal, vaginal touche massa dapat dimasukkan, nyeri goyang (-), massa
adneksa (-), nyeri pada adneksa (-).
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, kimia darah dan elektrolit
dalam batas normal.
DIAGNOSIS
 Prolaps Uteri Grade IV + Hipertensi Grade II

PENATALAKSANAAN
 IVFD RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ IV
 Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam/ IV
 Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam/ IV
 Rawat Inap
FOLLOW UP
Perawatan hari ke-2, 16 Agustus 2016 jam 06:00 WITA
S : Turunnya peranakan dari vagina (+), nyeri perut
bawah dan pinggang (+) jika berjalan, flek- flek
perdarahan pervaginam (-), pusing (+), mual (-),
muntah (-), BAK (+), dan BAB (+)

O : Keadaan umum : Sakit Sedang


TD : 150/90 MmHg P : 20x/ menit
N : 76 x/menit S : 36,8ºC
Konjungtiva anemis -/-

A : Prolaps Uteri grade IV + Hipertensi Grade II


FOLLOW UP
Perawatan hari ke-2, 16 Agustus 2016 jam 06:00 WITA
P :
 IVFD RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ IV
 Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam/ IV
 Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam/ IV
 Rencana Pasang Pesarium
 Konsultasi ahli penyakit dalam
FOLLOW UP
Perawatan hari ke-3, 17 Agustus 2016 jam 06:00 WITA
S : Turunnya peranakan dari vagina (+), nyeri perut
bawah dan pinggang (+) jika berjalan, flek- flek
perdarahan pervaginam (-), pusing (+), mual (-),
muntah (-), BAK (+), dan BAB (+)

O : Keadaan umum : Sakit Sedang


TD : 140/90 MmHg P : 18x/ menit
N : 80 x/menit S : 36,8ºC
Konjungtiva anemis -/-

A : Prolaps Uteri grade IV + Hipertensi Grade II


FOLLOW UP
Perawatan hari ke-3, 17 Agustus 2016 jam 06:00 WITA
P :
 IVFD RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ IV
 Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam/ IV
 Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam/ IV
 Rencana Pasang Pesarium
• R/ ahli penyakit dalam :Amlodipin 10 mg 0-0-1
Valsartan 80 mg 1-0-0
FOLLOW UP
Perawatan hari ke-4, 18 Agustus 2016 jam 06:00 WITA
S : Turunnya peranakan dari vagina (+), nyeri perut
bawah dan pinggang (+) jika berjalan, flek- flek
perdarahan pervaginam (-), pusing (+), mual (-),
muntah (-), BAK (+), dan BAB (+)

O : Keadaan umum : Sakit Sedang


TD : 130/90 MmHg P : 20x/ menit
N : 81 x/menit S : 36,8ºC
Konjungtiva anemis -/-

A : Prolaps Uteri grade IV + Hipertensi Grade II


FOLLOW UP
Perawatan hari ke-4, 18 Agustus 2016 jam 06:00 WITA
P :
 IVFD RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ IV
 Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam/ IV
 Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam/ IV
 Rencana Pasang Pesarium
• R/ ahli penyakit dalam :Amlodipin 10 mg 0-0-1
Valsartan 80 mg 1-0-0
FOLLOW UP
Perawatan hari ke-5, 19 Agustus 2016 jam 06:00 WITA
S : Turunnya peranakan dari vagina (+), nyeri perut
bawah dan pinggang (+) jika berjalan, flek- flek
perdarahan pervaginam (-), pusing (+), mual (-),
muntah (-), BAK (+), dan BAB (+)

O : Keadaan umum : Sakit Sedang


TD : 130/90 MmHg P : 20x/ menit
N : 80 x/menit S : 36,8ºC
Konjungtiva anemis -/-

A : Prolaps Uteri grade IV + Hipertensi Grade II


FOLLOW UP
Perawatan hari ke-5, 19 Agustus 2016 jam 06:00 WITA
P :
 IVFD RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ IV
 Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam/ IV
 Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam/ IV
 Pemasangan Pesarium
• R/ ahli penyakit dalam :Amlodipin 10 mg 0-0-1
Valsartan 80 mg 1-0-0
FOLLOW UP
Perawatan hari ke-6, 20 Agustus 2016 jam 06:00 WITA
S : Turunnya peranakan dari vagina (-), nyeri perut
bawah dan pinggang (-), flek- flek perdarahan
pervaginam (-), pusing (-), mual (-), muntah (-),
BAK (+), dan BAB (+)

O : Keadaan umum : Sakit Sedang


TD : 130/90 MmHg P : 20x/ menit
N : 80 x/menit S : 36,8ºC
Konjungtiva anemis -/-

A : Prolaps Uteri grade IV + Hipertensi Grade II


FOLLOW UP
Perawatan hari ke-6, 20 Agustus 2016 jam 06:00 WITA
P :
 Cefadroxyl tab 500 mg 2 x 1
 Asam mefenamat tab 500 mg 3 x 1
 Neurodex tab 1 x 1
 Amlodipin 10 mg 0-0-1
 Valsartan 80 mg 1-0-0
 Boleh pulang
PEMBAHASAN
Faktor Risiko
 Multiparitas.

 Persalinan pervaginam.

 Usia lanjut.

 Ras.

 Peningkatan tekanan intraabdomen kronis.


PEMBAHASAN
Tabel 01. Klasifikasi berdasarkan Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q)

Stadium Kriteria

Tidak terdapat prolaps. Titik Aa, Ap, Ba, Bp. Terdapat pada titik -3 cm
0
dan titik C dan D terletak di antara –TVL cm dan (-(TVL-2 cm)

Tidak memenuhi kriteria stadium 0, tetapi bagian paling distal dari


I
prolaps terletak >1 cm di atas himen.

II Bagian paling distal terletak ≤1 cm di atas atau dibawah himen.

Bagian paling distal terletak >1 cm di bawah himen tetapi< + (TVL-2


III
cm).

Eversi total dari total panjang saluran genital. Bagian distal dari prolaps
IV
keluar sebanyak (TVL-2cm).
PEMBAHASAN
Tabel 02. Klasifikasi berdasarkan Baden Walker Halfway System

Stadium Kriteria

0 Posisi normal dari seluruh organ

I Organ yang prolaps terletak pada pertengahan menuju himen

II Organ yang prolaps telah mencapai himen

III Organ yang prolaps sebagian telah keluar dari himen

IV Organ telah keluar secara maksimal


PEMBAHASAN
TERAPI MEDIS PADA KASUS
 Antibiotika (Ceftriaxone) : bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi
secara ascending menuju uterus karena adanya erosi pada jaringan
uterus.
 Anti nyeri (NSAID : Ketorolac) : selain digunakan sebagai anti inflamasi
juga memiliki efek anelgesik, pada pasien dibutuhkan untuk meredakan
nyeri perut bawah dan nyeri pinggang. namun penggunaan ketorolac dapat
menimbulkan efek samping berupa ulcer, perdarahan pada gaster karena
meningktakan produksi asam lambung. Oleh karena itu, pasien diberikan
injeksi rantidine 50 mg per 8 jam yang memiliki efek menurunkan produksi
asam lambung.
 Anti-hipertensi (CCB : amlodipin 10 mg dan ARB : valsartan 80 mg sebagai
antihipertensi karena pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol.
PEMBAHASAN
TERAPI PALIATIF
 Pemasangan pessarium dapat menahan uterus di tempatnya selama
dipakai. Oleh karena itu, jika pessarium diangkat maka prolapsus akan
timbul kembali.
 Pemasangan pessarium pada pasien ini diindikasikan karena tidak siapnya
melakukan tindakan operatif seperti Histerektomi vaginal yang merupakan
tindakan operasi pada prolaps uteri tingkat lanjut, dan pada wanita
menopause serta pertimbangan faktor usia pasien yang berusia 81 tahun
terhadap resiko tindakan anastesi maupun tindakan operatif itu sendiri.
PEMBAHASAN
Prognosis pada pasien ini, prognosis quo ad vitam adalah bonam karena
prolaps uteri tidak mengancam nyawa. Untuk prognosis quo ad functionam
adalah dubia, karena penggunaan pessarium dalam jangka panjang tanpa
kontrol dapat menyebabkan vaginitis, perdarahan, ulserasi maupun fistula ke
vesica urinaria dan rectum. Dan prognosis quo ad sanactionam adalah dubia
karena pasien akan mengalami penurunan uterus kembali jika pessarium
dilepaskan.
PATOFISIOLOGI

Penyakit
Persalinan Pervaginam Usia lanjut Ras
tertentu

Defek epitel pipih, otot


polos, atau adventisia. Kadar Kolagen
Penurunan kadar
Kerusakan Estrogen Rendah
Neurologis

Prolaps Uteri Elastisitas Jaringan Pelvis menurun


Tabel 03. Tipe, Mekanisme kerja dan Indikasi berbagai pessarium

Tipe Mekanisme Kerja Indikasi keterangan


Ketebalan, ukuran,
Sistokel, prolapsus
Ring Suportif dan rigiditas
uteri ringan
bervariasi
Semua prolapsus
Donut Suportif kecuali defek posterior
berat
Sistokel, penurunan Mengikuti kurvatura
Lever Suportif
uterus ringan vagina

Dish Suportif Prosidensia berat


Sistokel, prosidensia
Stem Suportif
ringan

Perlu dilepaskan
Cube Mengisi ruang Semua prolapsus
setiap hari

Perlu dilepaskan
Inflantable Mengisi ruang Semua prolapsus
setiap hari
INDIKASI PENGGUNAAN PESSARIUM

 Kehamilan
 Bila penderita belum siap untuk dilakukan operasi
 Sebagai terapi tes, menyatakan bahwa operasi harus
dilakukan
 Penderita menolak untuk dioperasi, lebih memilih terapi
konservatif
 Untuk menghilangkan gejala simptom yang ada, sambil
menunggu waktu operasi dapat dilakukan.
KONTRAINDIKASI PENGGUNAAN PESSARIUM

 Radang pelvis akut atau subakut


 Karsinoma
KOMPLIKASI PENGGUNAAN PESSARIUM

 Penyakit inflamasi akut pelvis


 Nyeri setelah insersi
 Rekuren vaginitis
 Fistula vesikovaginal
TINDAKAN OPERATIF
 VENTROFIKSASI (Usia muda, masih ingin punya anak) :
memendekkan ligamentum rotundum atau mengikat
ligamentum rotundum ke dinding perut.

 OPERASI MANCHESTER : amputasi serviks uteri, dan


penjahitan ligamentum kardinale di depan serviks karena
dengan tindakan ini ligamentum kardinale diperpendek,
sehingga uterus akan terletak dalam posisi anteversifleksi.
TINDAKAN OPERATIF
 HISTEREKTOMI VAGINAL (Prolaps uteri berat, menopause)

 KOLPOKLEISIS (Neugebauer-Le Fort) : Penjahitkan dinding


vagina depan dengan dinding belakang, sehingga lumen
vagina tertutup dan uterus letaknya di atas vagina.
PENCEGAHAN
Pemendekan waktu persalinan, terutama kala pengeluaran dan
jika perlu dilakukan elektif (seperti ekstraksi forceps dengan kepala
sudah di dasar panggul), membuat episiotomi, memperbaiki dan
mereparasi luka atau kerusakan jalan lahir dengan baik, memimpin
persalinan dengan baik agar dihindarkan penderita meneran
sebelum pembukaan lengkap betul,
Mencegah atau mengobati hal-hal yang dapat meningkatkan
tekanan intraabdominal seperti batuk-batuk yang kronik, merokok,
mengangkat benda-benda berat. Selain itu usia produktif dianjurkan
agar penderita jangan terlalu banyak punya anak atau sering
melahirkan.

Anda mungkin juga menyukai