Anda di halaman 1dari 16

A.

Judul : Analisis urin


B. Tujuan : Mengetahui sifat dan kandungan kimiawi urin
C. Dasar Teori
Urin adalah suatu cairan esensial dari hasil metabolism nitrogen dan
sulfur, garam garam anorganik dan pigmen-pigmen. Biasanya berwarna
kekuning-kuningan, meskipun secara normal banyak variasinya mempunyai
bau yang khas untuk spesies yang berbeda. Jumlah urin yang dieksresikan tipa
harinya bervariasi, tergantung pada pakan, konsumsi air, temperature
lingkungan, musim dan faktor-faktor lainnya (Ganong, 2003).
Proses pembentukan urin dalam ginjal meliputi proses penyaringan
(filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat-zat
(augmentasi). Proses tubulus proksimal, dan augmentasi terjais ditubulus
distal. Tiap nefron terdiri dari suatu glomerulus yang dibekali dengan darah
dalam system kapiler arteri sedemikian sehingga terjadi tekanan filtrasi yang
memadai untuk mempengaruhi ultrafiltrasi material berberat molekul rendah
dalam plasma (Roberts, 1993).
Pada filtrasi terjadi proses sebagai berikut: filtrasi darah terjadi
diglomerulus, yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsul
bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endothelium sehingga
memudahkan proses penyaringan. Selain itu, di glomerulus juga terjadi
pengikatan sel-sel darah, keeping darah dan sebagian besar protein plasma
agar tidak ikut dikeluarkan. Hasil proses infiltrasi ini berupa urin peimer
(filtrate glomerulus) yang komposisinya mirip dengan darah, tetapi tidak
mengandung protein. Di daam urin primer dapat ditemukan asam amino,
glukosa, natrium, kalium, ion-ion, dan garam-garam lainnya (Budiyanto,
2013).

Karakteristik urin

Secara umum urin berwarna kuning. Urin yang didiamkan agak lama
akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas yaitu berbau ammonia. Ph urin
berkisar urin akan antara 4,8-7,5 dan akan menjadi lebih asam jika
mengkonsumsi banyak protein serta urin akan menjadi lebih basa akan
mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin yakni 1,002-1,035 gr/mL
(Uliyah, 2008).
Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut. Di
dalam urin terkandung bermacam-macam zat, antara lain (1) zat sisa
pembongkaran protein seperti urea, asam ureat, dan amoniak; (2) zat warna
empedu yang memberikan warna kuning pada urin; (3) garam, terutama NaCl
dan (4) zat-zat yang berlebihan dikonsumsi, misalnya vitamin c, dan obat-
obatan serta kelebihan zat yang diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya
hormone (Ethel, 2003).

Urin yang normal tidak mengandung protein dan glukosa. Jika Urin
mengandung protein berarti telah terjadi kerusakan ginjal pada bagian
glomerulus. jika urin mengandung gula, berarti tubulus ginjal tidak menyerap
kembali gula dengan sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh kerusakan
tubulus ginjal. Dapat pula karena kadar gula dalam darah terlalu tinggi atau
melebihi batas normal sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua gula yang ada pada filtrate glomerulus. Kadar gula yang tinggi
diakibatkan oleh proses pengubahan gula menjadi glikogen terlambat, karena
produksi hormone insulin terhambat. Orang yang demikian menderita
penyakit kencing manis (diabetes melitus). Zat warna makanan juga
dikeluarkan melalui ginjal dan sering member warna pada urin. Bahan
pengawet atau pewarna membuat ginjal bekerja keras sehingga dapat merusak
ginjal. adanya insektisida pada makanan karena pencemaran atau terlalu
banyak mengkonsumsi obat-obatan juga dapat merusak ginjal (Scanlon,
2000).

Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan watna urin, berat jenis
cairan urin dan pH serta suhu urin itu sendiri sedangkan analisis pikmen
empedu. untuk analisis kendungan protein ada banyak sekali metode yang
ditawarkan, mulai dari metode uji millon sampai kuprisulfat dan sodium basa,
yang terakhir dalam analisis secara mikroskop hingga akan diketahui zat-zat
apa saja yang terkandung didalam urin tersebut, misalnya kalsium phospat,
serta tanaman, bahkan bakteri (Team teaching, 2018).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
No Nama alat Kategori Gambar Fungsi
1 Gelas kimia 1 Wadah untuk
melarutkan

2 Gelas ukur 1 Untuk


mengukur
larutan

3 Pipet tetes 1 Untuk


mengambil
larutan dalam
jumlah sedikit
4 Batang 1 Untuk
pengaduk mengaduk
larutan

5 Rak tabung 1 Tempat tabung


reaksi reaksi

6 Tabung reaksi 1 Untuk


mereaksikan
larutan

7 Kertas pH 1 Untuk
mengukur pH

8 Penangas 2 Untuk
memanaskan
larutan
2. Bahan
No Nama bahan Kategori Sifat fisik Sifat kimia
1 Urin Umum - berwarna - larut dalam
kuning air
muda
- memilki
bau yang
khas,
tergantung
kondisi
2 Asam nitrat Khusus - massa jenis - oksidator
(HNO3) 1,502 kuatdan
gr/cm3 asam kuat
- Titik didih - bereaksi
56 0C dengan
- Tidak ammonia
berwarna disulfide
logam perak
3 Perak nitrat Khusus - berupa - larut dalam
padatan air
Kristal - oksidator
- tidak kuat
berwarna - dapat
dan tidak diisolasi dan
berbau beracun
4 Asam Khusus - berbau - dapat larut
klorida tajam dalam alkali
- pada suhu hidroksida,
kamar, HCl klorofrom
berbentuk dan ester
gas - merupakan
oksidator
kuat
5 Barium Khusus - berbentuk - garam
klorida Kristal organic
- tidak - mudah larut
berwarna dalam air
6 Reagen Khusus - berwarna - dapat larut
benediet biru dalam air
- berbentuk
encer
7 Reagen Khusus - massa - mudah larut
biuret molar 103 dalam air
g/mol - apabila
- berwarna bereaksi
biru dengan
protein akan
berubah
warna
8 Ammonium Khusus - berbentuk - mudah larut
sulfat Kristal dalam air
halus - tidak larut
- berwarna dalam
putih aseton,
alcohol,, dan
ester
9 Natrium Khusus - berbentuk - mudah larut
hidroksida Kristal dalam air
- tidak - tidak larut
berbau dalam
benzene
10 Belerang Khusus - berbentuk - tidak larut
Kristal dalam air
- berwarna - larut baik
kuning dalam
karbon
disulfida
11 Aquadest Umum - tidak - pelarut
berasa universal
- tidak - bersifat
berbau polar
E. Pembuatan Larutan
a. HNO3 (0,1 M)
 M HNO3 pekat V1 M1 = V2 M2
10.𝑝.%𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟
𝑀 = V1 . 14,4 = 100 . 0,1
𝑀𝑟
 Volume yang diinginkan 14,4 = 10
10
 Dibuat volume yang akan dambil V1 = 14,4
 Diencerkan sampai volume 100 mL = 0,69 mL

b. HCl encer (0,1 M)


 Dihitung M HCl encer pekat
10 𝑥 1,08 𝑥 37
𝑀 = = 12
36,5
 V1 M1 = V2 M2
V1 . 12 = 100 . 0,1
10
V1 = 12 = 0,83
 Diambil larutan pekat 0,83 mL kemudian diencerkan dalam 100
mL

c. AgNO3 10%
 Diambil 10 gram AgNO3 kemudian diencerkan dalam 100 mL
aquadest

d. BaCl2 1 M
 gram = M x Mr x V
= 1 x 208,34 x 0,1
= 20,834 gr
 Ditimbang sebanyak 20,834 gr
 dilarutkan dalam aquadest diencerkan sampai 100 mL
F. Prosedur Kerja
1. Uji pH
Urin
- mempipet kedalam tabung reaksi
- mencelupkan pH meter kedalam tabung reaksi yang
berisi sampel
- membandingkan pengamatan terhadap sampel urin
orang yang normal dan urin orang yang tidak
normal

pH

2. Uji klorida

1 mL urin
- memasukan kedalam tabung reaksi
- menambahkan beberapa tetes HNO3 encer
- menambahkan 1 mL AgNO3 10%
- mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi

Perubahan yang terjadi

3. Uji sulfat

1 mL urin
- mempasukan kedalam tabung reaksi
- menambahkan beberapa tetes HCl encer
- menambahkan 1 mL BaCl2
- mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi

perubahan yang terjadi


4. Uji protein

2 mL urin
- memasukan kedalam tabung reaksi
- menambahkan 2 mL HNO3 pekat
- mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi

perubahan yang terjadi

5. Uji glukosa

1 mL urin normal dan 1 mL urin patalogis


- memasukan kedalam 2 tabung reaksi
- menambahkan 1-2 mL reagen benedict
- memasukan larutan
- mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi

perubahan yang terjadi

6. Uji bilirubin

2 mL urin
- memasukan kedalam tabung reaksi
- menaburkan sedikit bubuk belerang pada
permukaan urin
- mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi

perubahan yang terjadi


G. Hasil Pengamatan
Sampel
pH Klorida Sulfat Glukosa Protein Bilirubin
urin
Positif Negative
Positif Negtif
Positif ditandai ditandai
ditandai ditandai
ditandai dengan dengan tidak
Normal 6 dengan dengan
dengan warna tenggelamnya
larutan warna
endapan larutannya serbuk
keruh gel putih
biru muda belerang
Positif Positif
Positif Positif
Positif ditandai ditandai
ditandai ditandai
ditandai dengan dengan
Hamil 7 dengan dengan
dengan warna tenggelamnya
larutan endapan
endapan larutannya serbuk
keruh hijau
biru gelap belerang
Positif
Negative Positif
Positif ditandai
Positif ditandai ditandai
ditandai dengan
ditandai dengan dengan
Ginjal 5 dengan warna
dengan tidak tenggelamnya
larutan larutannya
endapan adanya serbuk
keruh biru
endapan belerang
kehijauan
Positif
Positif
Positif Positif ditandai
Positif ditandai
ditandai ditandai dengan
Diabetes ditandai dengan
6 dengan dengan warna
Melitus dengan tenggelamnya
larutan endapan larutannya
endapan serbuk
keruh hijau biru
belerang
kehijauan
H. Pembahasan
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea, garam terlarut, dan materi organik). materi yang terkandung
didalam urin dapat diketahui melalui urinalisis yaitu suatu metode analisis zat-
zat yang memungkinkan terkandung didalam urin. dalam Basoeki (2000),
disebutkan bahwa pada proes urinalisis terdapat banyak cara metode yang
dapat digunakan untuk mendeteksi zat apa saja yang terkandung dalam urin.
analisis urin dapat berupa anlisis fisik, kimiawi, dan analisis secara
mikroskopik.
Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis
cairan urin, dan pH serta suhu urin itu sendiri. sedangkan analisis kimiawi
dapat meliputi analisis glukosa, protein, dan analisis pigmen empedu. untuk
analisis protein ada banyak metode yang ditawarkan, mulai dari metode uji
millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. yang terakhir analisis secara
mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawah mikroskop
sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung didalam urin
tersebut.
Percobaan analisis urin ini bertujuan untuk mengetahui sifat dan
kandungan kimiawi urin. dengan melakukan enam uji yaitu:
1. Uji pH
pada percobaan pertama yaitu uji pH dengan menggunakan
kertas pH dengan membandingkan terhadap sampel urin normal
dan urin patalogis, pada sampel urin ini diambil yaitu sampel urin
normal (bayi), urin orang hamil, urin yang terkena penyakit ginjal,
dan urin yang terkena diabetes melitus. dari hasil percobaan yang
dilakukan didapaktan hasil yaitu sampel urin normal (bayi) adalah
6, sampel urin orang hamil adalah 7, sampel urin orang yag
terkena penyakit ginajl adalah 5, dan sampel urin yang terkena DM
adalah 6. hal ini menunjukan bahwa pada setiap sampel urin yang
telah diuji pH nya berada pada suasana asam yaitu 5-6. pH yang
didapatkan dikarenakan urin mengandung protein tetapi dalam
kadar rendah, untuk sampel orang hamil pH nya adalah 7. pH urin
berkisar antara 4,8 – 7,5. jadi, urin sampel (hasil uji) tersebut
normal. pada ginjal yang tidak normal keseimbangan asam-
basanya tidak terkontrol atau dalam kondisi labil sehingga suasana
asam-basa atau dengan kata lain pH dalam ginjal abnormal tidak
stabil. pada ginjal normal keseimbangan asam-basanya dilakukan
melalui reabsorbsi natrium dan sekersi tubular hydrogen dan ion
ammonium.

Gambar 1. Uji pH

2. Uji klorida
Pada percobaan kedua ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya
klorida dalam urin. hampir semua makanan yang kita konsumsi
mengandung garam atau NaCl.
Hal yang pertama dilakukan yaitu mengisi masing-masing 1
mL sampel pada tabung reaksi. kemudian ditambahkan beberapa
tetes HNO3 encer dan AgNO3 10% sebanyak 1 mL. dari hasil
penambahan larutan ini menghasilkan endapan pada masing-
masing sampel yaitu sampel urin normal (bayi), urin orang hamil,
urin orang yang terkena penyakit ginjal, dan urin orang DM.
adanya endapan ini menunjukan bahwa pada sampel urin tersebut
terkandung adanya korida (Cl). kandunga klorida dalam tubuh
yang berlebihan akan dikeluarkan bersama urin. hal ini ditujukan
agar keseimbangan sel didalam tubuh tetap terjaga atau dalam
keadaan homoestatis. adanya unsure klorida (Cl) dari makanan
yang mengandung garam atau NaCl yang kita konsumsi terurai
menjadi Na+ dan Cl-. kemudian unsure Cl tersebut akan diedarkan
oleh darah keseluruh tubuh dan sisanya bersifat racun akan
dikeluarkan melalui urin, sehingga dapat disimpulkan bahwa
adanya kandungan klorida dalam sampel urin menunjukan bahwa
sampel urin tersebut normal. persamaan reaksi:
NaCl  Na+ + Cl-
AgNO3 + NaCl  AgCl + NaNO3
Gambar 2. Uji Klorida

3. Uji Sulfat
Pada percobaan ketiga yaitu uji sulfat dalam urin. pada uji
sulfat ini, masing-masing sampel sebanyak 1 mL dimasukan
kedalam tabung reaksi kemudian menambahkan beberapa tetes
HCl encer dan BaCl2 sebanyak 1 mL. pada proses penambahan
HCl encer dan BaCl2 menghasilkan larutan menjadi keruh. secara
kimiawi salah satu kandungan zat dalam urin yaitu berupa ion-ion
elektrolit salah satunya sulfat (SO42-). jadi adanya kekeruhan pada
larutan dalam sampel urin tersebut menunjukan bahwa urin
tersebut normal. akan tetapi jika kadar sulfat dalam sampel urin
tersebut berlebih menandakan abnormal.

Gambar 3. Uji Sulfat

4. Uji glukosa
Pada percobaan 4 yaitu uji glukosa dalam urin. pada uji
glukosa ini, masing-masing sampel sebanyak 1 mL dimasukan
kedalam tabung reaksi. kemudian menambahkan reagen benedict
sebanyak 1-2 mL yang selanjutnya dipanaskan. dari hasil
perlakuan didapatkan bahwa pada sampel urin normal (bayi) yaitu
negative, yang ditandai dengan warna gel putih, pada urin orang
hamil yaitu postif, yang ditandai dengan endapan hijau, pada urin
yang terkena penyakit ginjal yaitu negative, yang ditandai dengan
tidak adanya endapan, dan pada urin orang yang terkena penyakit
DM yaitu positif yang ditandai dengan adanya endapan hijau. hal
ini menunjukan bahwa kemampuan ginjal dalam menyaring
glukosa tidak baik.

Gambar 4. Uji Glukosa

5. Uji protein
Pada percobaan 5 yaitu uji protein dalam urin. pada uji protein
ini, masing-masing sampel urin sebanyak 2 mL dtambahkan
dengan 2 mL HNO3 pekat. dari proses penambahan HNO3 pekat
dalam urin menghasilkan adanya perubahan warna pada sampel
yaitu menjadi warna biru. warna biru pada setiap sampel berbeda-
beda. pada urin normal warna yang dihasilkan biru muda, pada
urin orang hamil dihasilkan warna biru gelap, pada urin yang
terkena penyakit ginjal menghasilkan warna biru kehijauan, dan
pada urin DM menghasilkan warna biru tua. warna biru pada
masing-masing sampel urin menunjukan adanya kandungan
albumin dalam urin. albumin merupakan suatu protein yang
memiliki ukuran molekul cukup besar. urin yang megandung
abumin menandakan bahwa filtasi yang dilakukan oleh ginjal tidak
sempurna. adanya albumin dalam urin dapat disebabkan karena
iritasi pada saluran air seni atau kerusakan ginjal, sehingga
kemampuan glomelurus untuk menyaring protein tergangggu.
ekskresi albumin pada urin penderita DM sebesar 30-300
mg/24jam atau sebesar 20-200 mg/menit.
Gambar 5. Uji Protein

6. Uji bilirubin
Pada percobaan 6 yaitu uji bilirubin pada urin. pada uji
bilirubin ini, masing-masing sampel urin sebanyak 2 mL
dimasukan dalam tabung reaksi kemudian masing-masing sampel
ditambakan sedikit bubuk belerang pada permukaan urin. dari hasil
pengamatan diperoleh bahwa pada sampel normal negative,
ditandai dengan tidak tenggelamnya serbuk belerang. sedangkan
pada urin orang hamil, ginjal dan DM postif, ditandai dengan
tenggelamnya serbuk belerang. untuk hasil positif menunjukan
adanya bilirubin dalam urin. apabila dalam urin terdapat bilirubin
yang berlebih maka menunjukan adanya gangguan pada hati
(kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor).

Gambar 6. Uji Bilirubin


I. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pada uji pH, pH yang didapatkan berkisar pada 5-7 dari masing-masing
sampel. hal ini menunjukan bahwa pH urin normal. pada uji klorida
didapatkan pada semua sampel urin positif terdapat klorida dalam urin. hal ini
menunjukan bahwa semua sampel urin normal. pada uji sulfat didapatkan
pada semua sampel urin positif terdapat sulfat dalam urin. hal ini menujukan
bahwa semua sampel urin normal dengan adanya kekeruhan pada larutan.
pada uji glukosa terdapat 2 sampel urin yang positif yaitu pada orang hamil
dan penderita DM. hal ini menunjukan bahwa urin tersebut normal. pada uji
protein semua sampel urin positif. hal ini menunjukan bahwa dalam sampel
urin mengandung albumin. pada uji bilirubin terdapat 3 sampel urin positif
yaitu orang hamil, ginjal, dan DM. hal ini menunjukan bahwa dalam urin
terdapat bilirubin yang menandakan adanay gangguan pada hati atau saluran
empedu.
DAFTAR PUSTAKA

Budianto. 2013. Proses Pembentukan Urin pada Ginjal.


http://budiismail.web.id/materi/sma/biologi/proses-pembentukan-urin-
pada-ginjal/. diakses pada tanggal 8 maret 2018

Ethell, S. 2003. Anotomi dan Psiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

Ganong. 2003. Psiologi Kedokteran. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press

Roberts, M. 1993. Biologi Princeple and Processes. London: 1 stand, Thomas


Nelson and Sons Ltd

Scanlon, Varelie C. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta:


Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai