LINGKARAN
A. Definisi
Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap
sebuah titik tertentu pada sebuah bidang datar. Jarak tersebut disebut jari-jari
(r) lingkaran dan titik tetap disebut titik pusat (P) lingkaran.
B. Persamaan Lingkaran
1. Persamaan lingkaran yang berpusat di O(0,0) dan berjari - jari r
Gambar 4.2 memperlihatkan lingkaran yang
berpusat di O(0,0) (titik asal koordinat) dan berjari -
jari r pada sebuah bidang Cartesius.
Misalkan titik 𝑃(𝑥, 𝑦)adalah sembarang titik
yang terletak pada keliling lingkaran. Titik P’ adalah
proyeksi titik P pada sumbu X sehingga ∆OP′P
merupakan segitiga siku - siku di 𝑃′.
Karena titik 𝑃(𝑥, 𝑦) diambil sembarang, maka persamaan 𝑥 2 +
𝑦 2 = 𝑟 2 berlaku untuk semua titik 𝑃(𝑥, 𝑦)yang terletak pada keliling
lingkaran itu. Dengan demikian , dapat disimpulkan bahwa
Persamaan lingkaran dengan pusat O dan jari - jari r adalah
𝑥2 + 𝑦2 = 𝑟2
= 𝑟2
𝐴2 𝐴2 𝐵2 𝐵2
⇔ L ≡ (𝑥 2 + 𝐴𝑥 + )− + (𝑦 2 + 𝐵𝑦 + )− +𝐶 =0
4 4 4 4
𝐴 2 𝐵 2 𝐴2 𝐵2
⇔ L ≡(𝑥 + 2 ) + (𝑦 + 2 ) = + −𝐶
4 4
𝐴2 𝐵2
Jari - jari r = √ 4 + −𝐶
4
Contoh :
1. Tentukan pusat dan jari - jari lingkaran dari persamaan x2 + y2 - 2x +
8y - 8 = 0
Penyelesaian :
x2 + y2 - 2x + 8y - 8 = 0
Dari persamaan di atas diperoleh :
A = -2, B = 8 dan C = -8
1 1 1 1
Pusat (− 2 𝐴, − 2 𝐵) = (− 2 × − 2, − 2 × 8)
=(1, −4)
Jari - jari = r
1 1 2 2
=√(− 2 𝐴) + (− 2 𝐵) − 𝐶
=√25
=5
𝑟 jika 𝑥 2 + 𝑦 2 < 𝑟 2
𝑃(𝑥, 𝑦) 𝑥
b. 𝑦
𝑃(𝑥, 𝑦)
𝑃(𝑥, 𝑦) terletak pada lingkaran
𝑟
Jika 𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝑟 2
𝑥
O
O
c.
𝑦
𝑃(𝑥, 𝑦)
𝑟
𝑃(𝑥, 𝑦) terletak diluar lingkaran
𝑥
Jika 𝑥 2 + 𝑦 2 > 𝑟 2
Contoh :
Penyelesaian :
a. P(2,3)
22 + 32
4+9
13 < 25
22 + 32 < 25, maka P(2,3) terletak di dalam lingkaran x2 + y2 = 25
b. Q (3,4)
32 + 42
9 + 16
25 = 25
32 + 42 = 25, maka Q(3,4) terletak pada lingkaran x2 + y2 = 25
c. R(3,6)
32 + 62
9 + 36
45 > 25
32 + 62 > 25 maka R(3,6) terletak di luar lingkaran x2 + y2 = 25
a.
b.
(𝑥 − 𝑎)2 + (𝑦 − 𝑏)2 = 𝑟 2
c.
Contoh :
1. Tentukan kedudukan titik P(2, 3 ) terhadap lingkaran L= ( x -1)2 + ( y
- 4)2 = 9
penyelesaian :
( 2 -1)2 + ( 3 - 4)2
( 1 )2 + ( -1)2
2<9
( 2 -1)2 + ( 3 - 4)2 < 9, maka P(2, 3 ) terletak di dalam lingkaran
L= ( x - 1)2 + ( y - 4)2 = 9
( 4 )2 + ( - 4)2
32 > 16
( 1 + 3)2 + ( 1- 5)2 > 16, maka Q(1,1) ) terletak di luar lingkaran
L= ( x + 3)2 + ( y - 5)2 = 16
A Q B g
M
8
𝑎𝑥1 + 𝑏𝑦1 + 𝑐
𝑀𝑄 = 𝑑 = | |
√𝑎2 + 𝑏 2
9
b. Cara 2
Kedudukan garis 𝑔 ≡ 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑛 terhadap lingkaran 𝐿 = 𝑥 2 + 𝑦 2 +
𝐴𝑥 + 𝐵𝑦 + 𝐶 = 0 dapat diketahui dengan mensubtitusikan persamaan
garis g kelingkaran L.
⇒ 𝑥 2 + (𝑚𝑥 + 𝑛)2 + 𝐴𝑥 + 𝐵(𝑚𝑥 + 𝑛) + 𝐶 = 0
⇔ 𝑥 2 + 𝑚2 𝑥 2 + 2𝑚𝑛𝑥 + 𝑛2 + 𝐴𝑥 + 𝐵𝑚𝑥 + 𝐵𝑛 + 𝐶 = 0
Contoh :
𝑦1
Gradien garis OP adalah mOP = 𝑥1
y – y1 = 𝑚𝑔𝑠 (x – x1)
𝑥1
y – y1 = – 𝑦1 (x – x1)
x1x + y1y = r2
𝑚𝑀𝑃 . 𝑚𝑔𝑠 = −1
𝑦1 − 𝑏
. 𝑚𝑔𝑠 = −1
𝑥1 − 𝑎
𝑥1 − 𝑎
𝑚𝑔𝑠 = −
𝑦1 − 𝑏
12
𝑥 −𝑎
Persamaan garis singgung di titik 𝑃(𝑥1 , 𝑦1 ) dengan gradien – 𝑦1 −𝑏
1
adalah
𝑦 − 𝑦1 = 𝑚(𝑥 − 𝑥1 )
𝑥 −𝑎
𝑦 − 𝑦1 =– 𝑦1 −𝑏 (𝑥 − 𝑥1 )
1
(𝑥 − 𝑎)(𝑥1 − 𝑎) + (𝑦 − 𝑏)(𝑦1 − 𝑏) = 𝑟 2
𝑥𝑥1 − 𝑎𝑥 − 𝑎𝑥1 + 𝑎2 + 𝑦𝑦1 − 𝑏𝑦 − 𝑏𝑦1 + 𝑏 2 = 𝑟 2
𝑥𝑥1 + 𝑦𝑦1 − 𝑎(𝑥 + 𝑥1 ) − 𝑏(𝑦 + 𝑦1 ) + (𝑎2 + 𝑏 2 − 𝑟 2 ) = 0
1 1
𝑥𝑥1 + 𝑦𝑦1 + 𝐴(𝑥 + 𝑥1 ) + 𝐵(𝑦 + 𝑦1 ) + 𝐶 = 0
2 2
y = mx ± 𝑟√(1 + 𝑚2 )
(𝑥 − 𝑎)2 + (𝑦 − 𝑏)2 = 𝑟 2
𝑥 2 − 2𝑎𝑥 + 𝑎2 + (𝑚𝑥 + 𝑛)2 − 2𝑏(𝑚𝑥 + 𝑛) + 𝑏 2 − 𝑟 2 = 0
𝑥 2 − 2𝑎𝑥 + 𝑎2 + 𝑚2 𝑥 2 + 2𝑚𝑛𝑥 + 𝑛2 − 2𝑚𝑏𝑥 − 2𝑏𝑛 + 𝑏 2 − 𝑟 2 = 0
(1 + 𝑚)2 𝑥 2 + (2𝑚𝑛 − 2𝑎 − 2𝑚𝑏)𝑥 + (𝑎2 + 𝑏 2 + 𝑛2 − 2𝑏𝑛 − 𝑟 2 ) = 0
Contoh :
1. Tentukan persamaan garis singgung pada x2 + y2 = 25 yang melalui titik
(7,1).
Penyelesaian :
Langkah 1
Titik (7,1) dicek apakah terletak pada lingkaran atau diluar lingkaran
x2 + y2 = 25
x2 + y2 = 72 + 12
49 + 1 = 50 > 25 → titik (7,1) terletak diluar lingkaran.
Langkah 2
Persamaan garis singgung melalui titik (7,1) dimisalkan
𝑦 − 𝑦1 = 𝑚(𝑥 − 𝑥1 )
𝑦 − 1 = 𝑚(𝑥 − 7) ↔ y = mx (1 – 7m), selanjutnya nilai m ditentukan.
Langkah 3
Persamaan y = mx (1 – 7m) disubtitusikan ke dalam persamaan lingkaran,
diperoleh persamaan kuadrat sekutu.
x2 + y2 = 25
x2 + [mx (1 – 7m)]2 = 25
x2 + [m2x2 + 2m(1 – 7m)x + (1-7m)2] - 25 = 0
(1 + m2)x2 + 2m(1 – 7m)x + (49m2 – 14m – 24) = 0
a = (1 + m2) , b = 2m(1 – 7m) , c = 49m2 – 14m – 24
Langkah 4
Diskriminan persamaan kuadrat sekutu dihitung. Agar garis menyinggung
lingkaran maka D = 0.
D = b2 – 4ac
[2m(1 – 7m)]2 – 4(1 + m2)( 49m2 – 14m – 24) = 0
4m2(1 – 14m + 49m2) – 4(49m4 – 14m3 + 25m2 – 14m – 24) = 0
4m2 – 100m2 + 56m + 96 = 0
96m2 – 56m – 96 = 0
12m2 – 7m – 12 = 0
1
(12m – 16)(12m + 9) = 0
2
18
Langkah 5
Subtitusikan nilai m ke persamaan y = mx (1 – 7m) sehingga diperoleh dua
garis singgung.
4 4 3 3
y = 3x (1 – 73) y = - 4x (1 – 7(- 4) )
4 28 3 21
y = 3x (1 – 3 ) y = - 4x (1 + ))
4
3y = 4x + 3 – 28 4y = -3x + 4 + 21
4x – 3y – 25 = 0 3x + 4y – 25 = 0
19
Soal - Soal
1. Lingkaran L ≡ (x – 3)2 + (y – 1)2 = 1 memotong garis y = 1. Persamaan garis
singgung di titik potong lingkaran dan garis y = 1 adalah ...
Soal UN
Penyelesaian :
Lingkaran L ≡ (x – 3)2 + (y – 1)2 = 1 memotong garis y = 1 di titik :
(x – 3)2 + (1 – 1)2 = 1
→ (x – 3)2 + 0 = 1
↔ x2 – 6x + 9 – 1 = 0
↔ x2 – 6x + 8 = 0
→ x = 2 atau x = 4
Jadi titik potongnya adalah (2,1) dan (4,1).
Persamaan L ≡ (x – 3)2 + (y – 1)2 = 1
L ≡ x2 – 6x + 9 + y2 – 2y + 1 – 1 = 0
→ x2 + y2 – 6x – 2y + 9 = 0
Sehingga persamaan garis singgung pada lingkaran L pada titik (2,1) adalah :
1 1
→ 2x + y - 2 ∙6(2 + x) - 2 ∙2(1+y) + 9 = 0
→ 2x + y – 6 – 3x – 1 – y + 9 = 0
→ -x + 2 = 0 → x = 2
Persamaan garis siggung pada lingkaran L pada titik (4,1) :
1 1
→ 4x + y - 2 ∙6(4+x) - 2 ∙2(1+y) + 9 = 0
→ 4x + y – 12 – 3x – 1 – y + 9 = 0
→x–4=0→x=4
1
= 2 √2 − (−2))2 + (−2 − 2)2 )
1
= 2 √32
= 2√2
Pusat lingkaran :
(2−2),(−2+2)
( )=(0,0)
2
𝑥 2 + 𝑦 2 = ( 2√2 )2
↔
𝑥 2 + 𝑦 2 = 4.2
↔
𝑥2 + 𝑦 2= 8
↔
𝑥 2 + 𝑦 2 − 8= 0
↔
4𝑎2 − 32𝑎 + 64 − 8𝑎2 + 16𝑎 − 16 = 0
↔
−4𝑎2 − 16𝑎 + 48 = 0
↔
−𝑎2 − 4𝑎 + 12 = 0
↔
(-a-6) (a-2) =0
21
↔
-a - 6 = 0 , a-2 = 0
-a = 6 , a=2
a = -6
sehingga diperoleh a= -6 dan a=2
16+12+7
=
√25
=5
1
Karena tegak lurus maka m2 = 2
1
Persamaan garis singgung lingkaran dengan (-3,2), r = √20 dan m = 2
adalah :
1 1 2
( y – 2) = 2 (x + 3) ± √20 √(2) + 1 → dikali 2
2y – 4 = ( x + 3) ± 10
x – 2y = -7 ± 10
Untuk yang (+) → x – 2y = 3
Untuk yang (-) → x – 2y = -17
6. Tentukan kedudukan garis 𝑔 ≡ 3𝑥 − 4𝑦 + 5 = 0 terhadap lingkaran 𝐿 ≡
(𝑥 − 3)2 + (𝑦 − 1)2 = 25.
Penyelesaian:
Lingkaran L berpusat di M(3, 1) dengan jari-jari r = 5.
Jarak antara pusat M (3, 1) dengan garis g adalah
3×3−4×1+5
𝑑=| |=2
√32 + (−4)2
Penyelesaian:
⇔ 𝑥 2 + 9𝑥 2 + 18𝑥 + 9 − 2𝑥 − 6𝑥 − 6 = 3
⇔ 10𝑥 2 + 10𝑥 = 0
⇔ 𝑥(𝑥 + 1) = 0
𝑥 = 0atau𝑥 = −1
Dimensi Tiga
Kita tahu bahwa dimensi itu tidak terbatas (dimensi-n). Namun yang
nyata (real) hanya sampai dimensi tiga. Pada dimensi-1 memiliki panjang,
dimensi-2 memiliki panjang dan lebar, sedangkan dimensi-3 memiliki
panjang, lebar dan tinggi. z
Unsur-unsur dalam bangun ruang yaitu titik, garis dan bidang. Ketiganya
merupakan istilah dasar atau pengertian pangkal.
1. Titik
C
24
A l
3. Bidang
2. Bidang frontal, yaitu bidang datar yag sejajar dengan bidang gambar
(bidang ABFE dan DCGH)
3. Bidang orthogonal, yaitu bidang yang tegak lurus terhadap bidang frontal
(bidang ABCD dan EFGH adalah bidang orthogonal horizontal, bidang
ADHE dan BCGF adalah bidang orthogonal vertikal)
5. Garis orthogonal adalah garis yang letaknya tegak lurus pada bisang
frontal (garis BC, AD, EH dan FG)
7. Sudut surut, yaitu sudut pada gambar yang dibentuk oleh garis frontal
horizontal arah ke kanan dengan garis orthogonal arah ke belakang yang
berpotongan (𝜃 adalah sudut surut)
26
Kedudukan titik, garis dan bidang dalam dimensi tiga dibagi dalam
beberapa kelompok, yaitu :
A=B
A B
a. Titik terletak pada garis, yaitu titik yang letaknya tepat pada garis.
Contohnya titik B terletak pada garis g atau garis g melalui titik B
b. Titik tidak terletak pada garis (titik di luar garis), yaitu titik yang tidak
terletak tepat pada garis walaupun garis itu diperpanjang. Titik C
berada di luar h atau garis h tidak melalui titk C
27
a. Titik terletak pada bidang, yaitu titik yang letaknya tepat berada pada
bidang. Titik B terletak pada bidang 𝛼 atau bidang 𝛼 melalui titik B.
b. Titik tidak terletak pada bidang (titik di luar bidang), yaitu titik yang
tidak terletak tepat pada bidang walaupun bidang tersebut diperluas.
Titik D tidak terletak pada bidang 𝛼 atau bidang 𝛼 tidak melalui titik D
28
Kedudukan garis terhadap garis lain terbagi menjadi empat macam, yaitu :
a. Dua garis berimpit, apabila kedua garis itu memiliki dua buah titik
persekutuan dengan sendirinya kedua garis tersebut memiliki semua
titik persekutuan yang sama. Garis g berimpit dengan garis h
b. Dua garis berpotongan, apabila kedua garis itu terletak pada bidang
yang sama dan memiliki satu titik perpotongan atau persekutuan. Titik
persekutuan tersebut dikatakan dengan titik potong. Garis g
berpotongan dengan garis h pada satu titik persekutuan yaitu titik A
c. Dua garis sejajar, apabila keduanya terletak pada sebuah bidang dan
tidak mempunyai satupun titik persekutuan. Garis g sejajar dengan
garis h
29
d. Dua garis saling bersilangan, apabila kedua garis tersebut tidak terletak
pada suatu bidang, sehingga tidak saling berpotongan dan tidak saling
sejajar. Garis g menembus bidang 𝛼, garis g dan garis h bersilangan
karena tidak memiliki titik potong dan titik sejajar
a. Garis terletak pada bidang, yaitu garis yang setidaknya memiliki dua
titik berpotongan dengan bidang. Pada gambar tersebut, garis g
seluruhnya terletak pada bidang 𝛼. Maksudnya semua titik yang
terletak pada garis g, maka semua titik tersebut terletak pada bidang 𝛼.
Sebuah garis g dikatakan terletak pada satu bidang, jika setiap titik
yang terletak pada garis g, maka setiap titik tersebut terletak pada
bidang
30
b. Garis sejajar bidang, yaitu garis yang tidak terletak pada bidang itu dan
tidak memiliki titik perpotongan walaupun garis diperpanjang atau
bidang diperluas. Pada gambar tersebut, garis g tidak terletak pada
bidang 𝛼 dan garis h terletak pada bidang 𝛼. Garis g dan garis h saling
sejajar, sehingga dapat dikatakan garis g sejajar dengan dengan bidang
𝛼. Sebuah garis g dan sebuah bidang dikatakan sejajar jika keduanya
tidak bersekutu pada satu titikpun, walaupun garis-garis tersebut
diperpanjang
a. Dua bidang berimpit, apabila jika setiap titik yang terletak pada bidang
yang satu juga terletak pada bidang yang lain
Definisi :
Jika dari titik A ditarik garis AA’ ( A’ pada bidang 𝛼 ) yang tegak lurus
pada bidang 𝛼 maka A’ dinamakan proyeksi titik A pada bidang 𝛼.
Keterangan :
A’ = Proyeksi
α = Bidang proyeksi
Oleh karena AA’, tegak lurus pada bidang k maka proyeksi ini
dinamakan proyeksi orthogonal yang selanjutnya disingkat proyeksi
proyektor dan semua proyeksinya terletak pada satu garis P’Q’. Garis P’Q’
disebut proyeksi garis PQ pada bidang 𝛼.
AB menunjukkan jarak antara titik A dan garis g oleh panjang ruang garis
AB yang tegak.
34
Jarak antara titik dengan bidang adalah panjang garis tegak lurus dari
titik kebidang atau panjang garis lurus dari titik ke titik proyeksinya pada
bidang.
Jarak antara T dan bidang di tunjukkan oleh garis m yang tegak lurus
bidang α atau panjang ruas garis TT’.
Dua garis yang memiliki jarak memiliki dua kemungkinan yaitu dua
garis yang sejajar dan bersilangan. Jarak dari dua garis yang sejajar
andaikan garis g dan h adalah panjang ruas garis AA’ yang mana A
terletak pada garis g dan A’ terletak pada garis h serta ruas garis AA’
tegak lurus terhadap garis g dan garis h. Secara lebih jelasnya adalah
sebagai berikut :
Dua bidang yang memiliki jarak hanya ada satu kemungkinan, yaitu
bidang α dan bidang β sejajar. Jarak antar keduanya adalah ruas garis AB
yang mana titik A’ terletak pada bidang 𝛽 dan titik A terletak pada bidang
∝ serta ruas garis AA’ tegak lurus terhadap bidang α dan bidang β.
36
Contoh :
Jawab :
a. Jarak dari titik A ke bidang BCGF adalah panjang garis tegak lurus
dari titik A ke bidang BCGF. Jadi jarak dari titik A ke bidang BCGF
adalah panjang AB = 4cm
b. Jarak antar garis AB dan garis DC adalah panjang ruas garis BC
karena BC tegak lurus terhadap garis AB dan garis DC. Jadi, jarak
antara garis AB dan garis DC adalah 3 cm
d. Jarak antara garis AB dan bidang CDHG adalah panjang ruas garis BC
karena garis BC tgak lurus terhadap garis AB dan bidang CDHG. Jadi’
jarak antara garis AB dan bidang CDHG adalah 3 cm
e. Jarak antara bidang ABCD dan bidang EFGH adalah panjang ruas
garis BF karena garis BF tegak lurus terhadap bidang ABCD dan
bidang EFGH. Jadi, jarak antara bidang ABCD dan bidang EFGH
adalah 4 cm.
Sudut antara garis g dan h yang bersilangan dapat ditentukan dengan cara,
yaitu ;
- Membuat garis yang sejajar terhadap salah satu garis (missal g’//g) dan
menyentuh garis lain (garis).
Contoh (Gambar) :
- FB//CG dan BE
Sudut antara garis dan bidang yang tidak sejajar sama dengan sudut
antara garis dan proyeksi garis pada bidang.
A B
- Melalui titik P dibuat garis g yang terletak pada α dan garis h yang
terletak pada β, garis g dan h keduanya tegak lurus garis potong.
Irisan antara bidang dengan bangun ruang adalah sebuah bangun datar
yang dibatasi oleh garis-garis potong antara bidang itu dengan bidng-bidang
sisi dari bangun ruang tersebut, sehingga irisan itu membagi bangun ruang
menjadi dua bagian.
Untuk menggambarkan bidang irisan secara garis besar adalah dengan cara
menggunakan bantuan bidang diagonal bangun ruang dan menggunakan
sumbu afinitasi, serta yang harus diketahui terlebih dahulu adalah tiga titik
yang terletak pada bangun ruang yang dilalui oleh bidang.
Contoh :
Langkah-langkah :
Soal-Soal
1. Panjang rusuk kubus ABCD.EFGH adalah 8 cm. Jarak titik G dan P adalah....
Penyelesaian :
⇔ Panjang AC = 8√2
1 1
PC = 2 (𝐴𝐶) = 2 (8√2) = 4√2
PG = √(𝑃𝐶)2 + (𝐶𝐺)2
=√(4√2)2 + (8)2
=√32 + 64
𝐴𝐶 = √𝐴𝐵 2 + 𝐴𝐷2
= √42 + 32
= √25
= 5 𝑐𝑚
𝐴𝐸 = √𝐴𝐹 2 − 𝐴𝐵 2
2
= √2√5 − 42
= √20 − 16
= 2 𝑐𝑚
=5 ×2
= 10
3. Sebuah kubus ABCD.EFGH dengan panjang sisi 6 cm, dan titik P merupakan
titik potong diagonal EG dan FH. Jarak antara titik B dan titik P adalah...
Soal UN
Penyelesaian :
44
1
Panjang 𝐵𝐹 = 6 𝑐𝑚, 𝐹𝑃 = 3√2 𝑐𝑚 (2 dari diagonal sisi kubus)
Sehingga,
2
𝐵𝑃 = √62 + (3√2)
= √36 + 18
= √54
= 3√6
4. Diketahui T.ABCD limas beraturan. Panjang rusuk alas 12 cm, dan panjang
rusuk tegak 12√2 cm. Jarak A ke TC adalah ...
Soal SPMB/SNMPTN
Penyelesaian :
AC merupakan diagonal bidang dari persegi ABCD yang memiliki panjang sisi
12 cm maka AC = 12√2.
Perhatikan segitiga ACT sama sisi (AC=CT=TA) maka panang CE = 6√2 cm.
Dari segitiga AEC, siku-siku di E berlaku teorema Phytagoras:
AE = √𝐴𝐶 2 − 𝐶𝐸 2
= √(12√2)2 − (6√2)2
45
= √288 − 72
= √216
= 6√6
Jadi, jarak titik A ke garis TC adalah 6√6 cm.
Merupakan limas segitiga beraturan dan panjang AB= 12, jarak titik T ke AD
adalah......
Soal SPMB/SNMPTN
Penyelesaian :
Limas T.ABC beraturan maka, ABC sama sisi jadi, BD=6
Perhatikan segitiga ABD siku-siku di D sehingga :
𝐴𝐷 = √𝐴𝐵 2 − 𝐵𝐷2
= √122 − 62
= √144 − 36
= √108
= 6 √3
2 2
AO = 3 AD = 3 6 √3 = 4 √3
46
TO = √𝐴𝑇 2 − 𝐴𝑂2
2
= √132 − (4 √3)
= √169 − 48
= √121 = 11
Segitiga ICB merupakan segitiga sama kaki maka titik P berada ditengah-
1
tengah IJ sehingga, IP = 2IJ = √6
47
= √20 − 6
= √14
1
Sehingga luas segitiga ICJ = 2IJ × PC
1
= ×2√6 × √14
2
= √84
= 2√21
7. Diketahui limas beraturan T.ABCD dengan panjang rusuk 6 cm. Titik P pada
CT sehingga TP : PC = 2 : 1. Jarak P kebidang BDT adalah ...
Soal SNMPTN
Penyelesaian :
→ PQ = 3√2
8. Diketahui sebuah kubus ABCD.EFGH memiliki panjang rusuk 4cm. Jarak titik
C kebidang AFH adalah…
48
Penyelesaian :
H G
A’ E A’ G
F
E
C’
C’
D C
A C
A B
Jarak C kebidang AFH
2 2 8
𝐶𝐶 ′ = 𝑎√3 = (4)√3 = √3
3 3 3