Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu hal yang menakjubkan dalam penelitian ialah kenyataan bahwa kita dapat

menduga sifat-sifat suatu kumpulan objek penelitian hanya dengan mempelajari dan

mengamati sebagian dart kumpulan itu. Bagian yang diamati itu disebut sampel, sedangkan

kumpulan objek penelitian disebut populasi. Objek penelitian dapat berupa orang, umpi,

organisasi, kelompok, lembaga, buku, kata-kata, surat kabar dan lainlain. Dalam penelitian,

objek penelitian ini disebut satuan analisis (units of analysis) atau unsur-unsur populasi. Bila

kita meneliti seluruh unsur populasi, kita melakukan sensus. Sensus mudah dilakukan bila

jumlah populasi terbatas. Pimpinan fakultas ingin mengetahui reaksi mahasiswa di

fakultasnya terhadap kurikulum yang baru. Ia dapat mewawancarai semua mahasiswa, tanpa

kecuali. Tentu saja, ada kemungkinan beberapa orang tidak sempat diwawancarai karena

sakit, tidak pernah muncul di fakultas, atau menghindari penelitian. Sensus, memang, tidak

selamanya sempurna. Hasil sensus, yang mengungkapkan karakteristik populasi (seperti

rata-rata, ragam, modus, atau range), disebut parameter.

Bila jumlah unsur populasi itu terlalu banyak, padahal kita ingin menghemat biaya dan

waktu, kita harus puas dengan sampel. Karakteristik sampel disebut statistik. Kita sebetulnya

tidak tertarik pada statistik. Kita ingin menduga secara cermat parameter dart statistik.

Metode pendugaan inilah yang dikenal sebagai teori sampling. Ini berarti sampel harus

mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional. Sampel seperti itu

dikatakan sampel tak bias (unibased sample) atau sampel yang representatif. Sebaliknya

1
sampel bias adalah sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur

populasi untuk dipilih. Memang, sampel mungkin menunjukkan karakteristik yang

menyimpang dari karakteristik populasi. Penyimpangan dari karakteristik populasi disebut

galat sampling (sampling error). Jadi, galat sampling adalah perbedaan antara hasil yang

diperoleh dari sampel dengan hasil yang didapat dari sensus (Neter, Wasserman, Whitmore,

1979: 195). Statistik dapat membantu kita menentukan sampling error hanya bila kita

menggunakan sampel tak bias. Sampel tak bias adalah sampel yang ditarik berdasarkan

probabilitas (probability sampling). Dalam sampel probabilitas, setiap unsur populasi

mempunyai nilai kemungkinan tertentu untuk dipilih.

Karena sampel ini mengasumsikan kerandoman (randomness), maka sampel probabilitas

lazim juga disebut sebagai sampel random. Bila kita mengambil sampel tertentu berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita memperoleh sampel pertimbangan (judgemental

sampling), disebut juga sampel non-probabilitas. Untuk kedua jenis sampling ini, ada

beberapa alternatif teknik penelitian sampel. Teknik penarikan sampel sering disebut rencana

sampling atau rancangan sampling (sampling design).

Dalam suatu penelitian, seringkali tidak mungkin untuk melakukan pengamatan pada

semua elemen populasi. Karena itu, perlu dilakukan pengambilan sampel yang akan

digunakan untuk menaksir parameter populasi. Jika sampel mewakili populasi, maka

taksiran parameter yang didapat semakin baik. Suatu taksiran parameter dikatakan baik, jika

merupakan taksiran yang tak bias dan variansi taksirannya paling kecil diantara taksiran

yang tak bias lainnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan sampel yang mewakili populasi

diperlukan suatu teknik pengambilan sampel yang tepat sesuai dengan keadaan populasi.

2
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada

populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian

yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya

lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal

peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah

meneliti sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi.

Setiap satuan dari populasi yang merupakan sasaran akhir pengambilan sampel disebut

sebagai unsur sampling (sampling element). Suatu unit sampling dapat berupa unsur

sampling tunggal atau suatu kumpulan unsur. Suatu kerangka sampling (sampling frame)

adalah daftar lengkap semua unit tempat pengambilan sampel. Rancangan sampel ada dua

macam yaitu probabilitas dan nonprobabilitas, kali ini akan dibahas tentang “pengambilan

sampel probabilitas dan sample size”

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian dan apa saja ruang lingkup dari probabilitas sampling?

2. Pengertian dan apa saja ruang lingkup dari sample size?

3. Bagaimana pengaplikasian probabilitas dan sample size?

C. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Secara umum penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

memperluas wawasan teknik pengambilan sample, terutama probabilitas sampling dan

3
sample size serta diharapkan bisa menjadi bahan referensi dalam aplikasi ilmu ini pada

saat melakukan penelitian.

b. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan apa saja ruang lingkup dari teknik pengambilan sample menggunakan

probability sample dan sample size

2. Mampu mengaplikasikan kedua teknik sample tersebut

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PROBABILITAS SAMPLE

1. PENGERTIAN

Teknik sampling probabilitas (probability) merupakan teknik yang memberikan

peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel. Selain itu probability sampling merupakan pemilihan sampel

tidak dilakukan secara subjektif, dalam arti sampel yang terpilih tidak didasarkan

semata-mata pada keinginan si peneliti sehingga setiap anggota populasi memiliki

kesempatan yang sama (acak) untuk terpilih sebagai sampel. Dengan demikian

diharapkan sampel yang terpilih dapat digunakan untuk menduga karakteristik populasi

secara objektif. Teknik Probabilitas ini bertujuan mendapatkan data seakurat mungkin

agar diketahui jarak pasti dari kondisi ideal.

5
2. TEKNIK TEKNIK PENGAMBILAN SAMPLE PROBABILITAS

Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau

random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom

samping/nonprobability sampling. Yang dimaksud dengan random sampling adalah cara

pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada

setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan

dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan

25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan

nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak

mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi

dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang

lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).

6
Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang berbeda.

Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan

populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka seharusnya sampel

representatif dan diambil secara acak. Namun jika peneliti tidak mempunyai kemauan

melakukan generalisasi hasil penelitian maka sampel bisa diambil secara tidak acak.

Sampel tidak acak biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti

tentang ukuran populasi dan informasi lengkap tentang setiap elemen populasi.

Contohnya, jika yang diteliti populasinya adalah konsumen teh botol, kemungkinan

besar peneliti tidak mengetahui dengan pasti berapa jumlah konsumennya, dan juga

karakteristik konsumen. Karena dia tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat,

bisakah dia mengatakan bahwa 200 konsumen sebagai sampel dikatakan

“representatif”?. Kemudian, bisakah peneliti memilih sampel secara acak, jika tidak ada

informasi yang cukup lengkap tentang diri konsumen?. Dalam situasi yang demikian,

pengambilan sampel dengan cara acak tidak dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain

kecuali sampel diambil dengan cara tidak acak atau nonprobability sampling, namun

dengan konsekuensi hasil penelitiannya tersebut tidak bisa digeneralisasikan. Jika

ternyata dari 200 konsumen teh botol tadi merasa kurang puas, maka peneliti tidak bisa

mengatakan bahwa sebagian besar konsumen teh botol merasa kurang puas terhadap the

botol.

Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdapat beberapa teknik yang lebih

spesifik lagi. Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple

random sampling, stratified random sampling, cluster sampling, systematic

sampling, dan area sampling. Pada nonprobability sampling dikenal beberapa teknik,

7
antara lain adalah convenience sampling, purposive sampling, quota sampling,

snowball sampling

Penentuan sampel merupakan langkah penting dalam penelitian kuantitatif,

konsep dasar dari penentuan sampel adalah bahwa agregasi dari orang, rumah tangga

atau organisasi yang sangat besar dapat dikaji secara efektif dan efisien serta akurat

melalui pengkajian yang terinci dan hati-hati pada sebagian agregasi yang terpilih.

Agregasi (Keseluruhan) disebut populasi atau universe yang terdiri dari unit total

informasi yang ingin diketahui. Dari populasi yang ingin dikaji kemudian ditentukan

sampelnya, melalui prosedur sampling yang sesuai dengan karakteristik populasinya.

Penelitian bidang sosial dan Pendidikan banyak dilakukan dengan menggunakan

sampel (Sampling Methods), hal ini tidak hanya karena alasan biaya dan waktu, tapi juga

untuk menghindari kekeliruan akibat pengumpulan, pemrosesan dan penganalisaan data

dari agregasi yang sangat besar. Dengan penarikan sampel maka estimasi dapat

dilakukan serta hipotesis dapat diuji yang hasilnya dapat berlaku terhadap populasi

darimana sampel itu diambil. Pengkajian terhadap sampel pada dasarnya dimaksudkan

untuk menemukan generalisasi atas populasi atau karakteristik populasi (Parameter),

sehingga dapat dilakukan penyimpulan (inferensi) tentang universe, oleh karena itu

penarikan sampel jangan sampai bias dan harus menggambarkan seluruh unsur dalam

populasi secara proporsional, hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan

kesempatan yang sama pada seluruh elmen dalam populasi.

Adapun langkah-langkah dalam penentuan sampel adalah :

a. Mendefinisikan populasi yang akan dijadikan obyek penelitian

b. Menentukan prosedur sampling

8
c. Menentukan besarnya sampel

Pendefinisian populasi merupakan langkah pertama yang sangat penting, dari sini

dapat tergambar bagaimana keadaan populasi, sub-sub unit populasi, karakteristik umum

populasi serta keluasan dari populasi tersebut. Dalam hubungan ini perlu dibedakan

antara populasi target (Target/actual population) dan populasi terjangkau (Accessible

population), populasi target adalah populasi yang ingin digeneralisasi oleh peneliti,

sedangkan populasi terjangkau adalah populasi yang dapat digeneralisasi oleh peneliti,

target populasi merupakan pilihan ideal dan populasi terjangkau merupakan pilihan yang

realistis. Sesudah diperoleh gambaran tersebut kemudian ditentukan prosedur apa yang

akan diambil dalam penentuan sampel, sesudah langkah ini baru kemudian ditentukan

besarnya sampel yang akan dijadikan obyek penelitian. Sebagai Contoh akan

dikemukakan berikut ini:

 Masalah penelitian yang akan dikaji : Akibat pemanfaatan media elektronik

terhadap prestasi belajar Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Kuningan.

 Populasi Target : Seluruh Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Kuningan

 Populasi Terjangkau : Seluruh Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kuningan

Kabupaten Kuningan

 Kerangka Sampel : Daftar Nama siswa yang tercatat pada Dinas Pendidikan

Kecamatan Kuningan

 Sampel : Lima belas persen Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kuningan

Kabupaten Kuningan

 Masalah penelitian yang akan dikaji : Hubungan antara Motivasi Berprestasi

dengan Kinerja Guru di Kabupaten Kuningan.

9
 Populasi Target : Seluruh Guru di Kabupaten Kuningan

 Populasi Terjangkau : Seluruh Guru SMU di Kabupaten Kuningan

 Kerangka Sampel : Daftar Guru SMU yang tercatat pada Dinas Pendidikan

Kabupaten Kuningan

 Sampel : Dua puluh persen Guru SMU di Kabupaten Kuningan

Penentuan prosedur sampling (Sampling Method) yang akan dipergunakan pada

dasarnya sebagian besar tergantung pada ada tidaknya kerangka sampel (Sampling

Frame : daftar unit-unit analisis dari populasi yang akan diambil sampelnya)) yang

lengkap dan akurat, jika tidak demikian maka diperlukan pembaruan daftar tersebut agar

sampel dapat benar-benar menjadi representasi dari populasi

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah bahwa semakin

sempit (sedikit) peneliti mendefinisikan (membatasi) populasi semakin efisien dalam

waktu dan dana, namun semakin terbatas kemampuan melakukan generalisasi, untuk itu

peneliti harus mencari jalan yang efisien dalam waktu dan dana serta kemampuan

generalisasi yang lebih luas, dan untuk menghindari kekeliruan pembaca, maka peneliti

perlu menggambarkan populasi dan sampel secara rinci, sehingga orang yang membaca

hasil penelitian dapat menentukan daya terap (Aplicability) penemuan hasil penelitian

terhadap situasi yang berbeda.

Sebagaimana diketahui bahwa terdapat banyak metode pengambilan sampel yang

dapat dilakukan dengan caranya sendiri-sendiri, namun dalam prakteknya cara

pengambilan sampel campuran (Multistage sampling) banyak juga dipergunakan dalam

penelitian, karena masing-masing cara terkadang diperlukan dalam tahap-tahap

tertentu. Untuk tujuan-tujuan penyimpulan (inference) persyaratan yang paling penting

10
adalah perlunya sampel diambil secara random (Probability samples), dimana setiap

elemen populasi punya kesempatan yang sama (Fair Chance) untuk terpilih menjadi

sampel (Nonzero probability of selection), sifat random bermakna penggunaan metode

probabilitas yang tidak bias dalam memilih sampel.

a. Simple Random Sampling

Pengambilan sampel acak sederhana adalah cara pengambilan sampel dimana

setiap unsur yang membentuk populasi diberi kesempatan yang sama untuk terpilih

menjadi sampel, cara ini akan sangat mudah apabila telah terdapat daptar lengkap unsur-

unsur populasi. Prosedur yang cukup akurat untuk pengambilan sampel secara acak

adalah dengan menggunakan tabel angka acak (Table of random numbers), disamping itu

dapat pula dilakukan dengan cara mengundi.

Pengambilan sampel acak yang dilakukan sesuai prosedur sama sekali bukan

jaminan bahwa suatu sampel akan menjadi representasi sempurna dari populasi, karena

bisa saja terjadi pengambilan sampel secara random dalam kenyataannya menghasilkan

suatu sampel yang unik, akan tetapi perlunya pengambilan sampel secara acak harus

dipahami dalam konteks proses kemungkinan, apabila sampel acak diambil dari suatu

populasi secara berulang-ulang, maka secara umum seluruh sampel tersebut akan mampu

memberikan estimasi yang lebih akurat terhadap populasi, demikian juga variabilitas atau

kekeliruan dapat diestimasi dan uji signifikansi statistik juga menunjukan probabilitas

hasil dengan mempertimbangkan kekeliruan pengambilan sampel (Sampling Error).

11
b. Pengambilan Sampel secara Sistimatis

Systematic Sampling merupakan Alternatif lain pengambilan sampel yang sangat

bermanfaat untuk pengambilan sampel dari populasi yang sangat besar. Pengambilan

sampel secara sistematis adalah suatu metode dimana hanya unsur pertama dari sampel

yang dipilih secara acak, sedang unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis

menurut suatu pola tertentu. Sebagai contoh Kepala Dinas Pendidikan ingin mengetahui

bagaimana Motivasi Kerja Kepala Sekolah di Kabupaten Kuningan yang berjumlah 1000

orang dan akan mengambil sempel 100 orang Kepala sekolah, kemudian Nama-nama

Kepala Sekolah disusun secara alpabetis, lalu dipilih sampel per sepuluh Kepala Sekolah,

untuk itu disusun nomor dari 1 sampai 10, lalu diundi untuk memilih satu angka, jika

angka lima yang keluar, maka sampelnya adalah nomor 5, 15, 25, 35, dan seterusnya

sampai diperoleh jumlah sampel yang dikehendaki.

Dalam pengambilan sampel secara sistematis dikenal dua istilah yaitu interval

pengambilan sampel (Sampling intervals), yaitu perbandingan antara populasi dengan

sampel yang diinginkan, dan proporsi pengambilan sampel (sampling Fraction/Sampling

Ratio) yaitu perbandingan antara ukuran sampel dengan populasi. Dari contoh di atas

Sampling intervalnya adalah 1000 : 100 = 10, dan sampling rationya adalah 100 : 1000 =

0,1. Contoh tersebut juga dapat disebut sebagai Systematic Sampling with random start,

12
dimana awal penentuan sampel dilakukan secara acak, baru sesudah itu dilakukan

langkah-langkah sistematis sesuai dengan prosedurnya. Cara pengambilan sampel seperti

ini menurut Jack R. Fraenkel dan Norman E Wallen bisa dikategorikan sebagai random

sampling jika daftar populasi disusun secara random dan sampel diambil dari daftar

tersebut.

c. Pengambilan Sampel berstrata (Stratified Sampling)

Pengambilan sampel berstrata merupakan teknik pengambilan sampel dimana populasi

dikelompokan dalam strata tertentu, kemudian diambil sampel secara random dengan

proporsi yang seimbang sesuai dengan posisinya dalam populasi. Sebagai contoh :

seorang Kepala Sekolah ingin mengetahui tanggapan Siswa tentang pelaksanaan program

Keterampilan. Jumlah Siswa sebanyak 2000 orang dengan komposisi kelas 3 sebanyak

600 siswa, kelas 2 sebanyak 400 siswa dan kelas 1 sebanyak 1000 siswa, besarnya

sampel yang akan diambil adalah 200 orang, jika stratanya berdasarkan Kelas maka

langkah yang harus dilakukan adalah :

 Tetapkan proporsi strata dari populasi hasilnya kelas 3 sebesar 30%, Kelas 2 sebesar

20% dan kelas 1 sebesar 50%.

 Hitung besarnya sampel untuk masing-masing strata, hasilnya kelas 3 sebanyak 60

siswa, kelas 2 sebanyak 40 siswa dan kelas 1 sebanyak 100 siswa

 Kemudian pilih anggota sampel untuk masing-masing strata secara acak (random

sample)

Cara lain penentuan sampel berstrata adalah menentukan dulu proporsi sampel atas

populasi, dalam kasus di atas proporsinya adalah 10 % kemudian proporsi ini dikalikan

13
jumlah siswa pada tiap strata dan hasilnya akan sama dengan cara diatas. Sesudah

langkah tersebut dilakukan baru instrumen penelitian disebarkan kepada anggota sampel

yang sudah terpilih. Apabila jumlah sampel disamakan untuk tiap strata, cara itu disebut

penarikan sampel strata tidak proporsional (Disproportional Stratified Sampling),

sedangkan jika disesuaikan dengan proporsi strata dalam populasi disebut pengambilan

sampel strata proporsional (Proportional Stratified Sampling).

d. Pengambilan sampel Kelompok (Cluster Sampling)

Cluster Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana pemilihannya

mengacu pada kelompok bukan pada individu. Cara seperti ini baik sekali untuk

dilakukan apabila tidak terdapat atau sulit menentukan/menemukan kerangka sampel,

meski dapat juga dilakukan pada populasi yang kerangka sampelnya sudah ada.

Sebagai contoh : Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan ingin

mengetahui bagaimana Sikap Guru SLTP terhadap Kebijakan Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS), besarnya sampel adalah 300 orang, kemudian ditentukan Clusternya,

misalnya sekolah, Jumlah SLTP sebanyak 66 Sekolah dengan rata-rata jumlah Guru 50

orang, maka jumlah cluster yang diambil adalah 300 : 50 = 6, kemudian dipilih secara

acak enam Sekolah dan dari enam sekolah ini dipilih secara acak 50 orang Guru sebagai

anggota sampel.

Pengambilan sampel dengan cara yang sudah disebutkan di atas umumnya

dilakukan pada populasi yang bersifat terbatas (Finit), sementara itu untuk Populasi yang

jumlah dan identitas anggota populasinya tidak diketahui (Infinit) pengambilan sampel

14
biasanya dilakukan secara tidak acak (Non random Sampling). Adapun yang termasuk

pada cara ini adalah :

1. Quota Sampling : yaitu penarikan sampel yang hanya menekankan pada jumlah

sampel yang harus dipenuhi.

2. Purposive Sampling : pengambilan sampel hanya pada individu yang didasarkan pada

pertimbangan dan karakteristik tertentu.

3. Accidental Sampling : pengambilan sampel dengan jalan mengambil individu siapa

saja yang dapat dijangkau atau ditemui.

B. SAMPLE SIZE

1. Pengertian Sample

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili seluruh karakteristik dari

populasi. Sebuah populasi dengan kuantitas besar dapat diambil sebagian dengan

kualitas sampel yang mewakili sama persis dengan kualitas dari populasi dengan kata

representatif. jumlah dari sampel tidak selalu besar dan juga tidak selalu kecil, hal ini

bergantung pada pada keterwakilan karakter dari sampel. Sebagai contoh pada penelitian

15
mengenai golongan darah, tentu saja tidak perlu memasukkan seluruh darah dari

seseorang ke dalam laboratorium karena 2 ml darah sudah cukup untuk digunakan untuk

mengetahui golongan darah yang ada di bagian kaki, kepala atau tangan dari pasien.

Pada beberapa bentuk penelitian kemungkinan jumlah harus terpenuhi sehingga

ada aturan baku mengenai sampel minum yang harus diambil dalam sebuah penelitian.

Hal ini dilakukan dengan pertimbangan kualitas dari sampel yang diambil. Sebagai

contoh sebuah penelitian mengenai daya beli di kabupaten Gowa. mengambil lima orang

sampel sebagai wakil dari populasi tidak cukup untuk mewakili seluruh populasi. Selain

dari kualitas, pada sebuah penelitian yang membutuhkan statistik inferensi, jumlah

sampel minimal harus disesuaikan dengan jenis analisis statistik yang digunakan

terutama untuk distribusi data dari sampel.

2. Tujuan Pengambilan Sample

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, pengambilan sampel pada sebuah

penelitian hanya dilakukan jika sampel adalah sebuah keharusan. Dasar yang digunakan

dalam pengambilan sampel diakibatkan oleh alasan bersifat konstruktif, destruktif, atau

alasan yang bersifat teknis sehingga sampel adalah satu-satunya solusi. Adapun alasan

yang bekenaan dengan pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

 Percobaan yang bersifat merusak

Percobaan yang bersifat merusak membutuhkan sebuah sampel dan diambil seminimal

mungkin agar dapat menekan resiko selama percobaan dilaksanakan. Hal yang paling

baik digunakan sebagai contoh dalam kasus ini adalah uji glukosa darah seseorang atau

daya tahan hewan ternak di kabupaten Sleman terhadap kadar besi dalam air. Dalam

16
kasus ini pengujian darah digunakan seminimal mungkin selama kadar glukosa dalam

dalam dapat diketahui karena tentu saja sangat berbahaya jika mengambil sebagian darah

dari pasien.

Pada kasus hewan ternak, kemungkinan mengambil satu ekor hewan ternak tidak

mewakili populasi karena adanya perbedaan dari setiap individu dari masing-masing

hewan. Masalah ini dapat ditangani dengan cara mengelompokkan hewan tersebut

berdasarkan makanan pokok yang diberikan oleh peternak, berdasarkan ketinggian dan

lokasi peternakan atau berdasarkan jenis hewan yang diternakkan. Sampel yang

digunakan kemudian dicukupkan sampai seluruh karakteristik dari populasi.

 Masalah Teknis Penelitian

Pada sebuah penelitian yang bersifat psikologi jumlah sampel besar akan menghasilkan

data yang lebih variatif dan lebih lengkap dibandingkan dengan jumlah sampel sedikit.

Semakin banyak sampel yang digunakan semakin baik namun ada beberapa

pertimbangan yang harus dilakukan peneliti untuk mengakhiri jumlah sampel yang

digunakan. Hal ini terkait masalah teknis penelitian yakni terkait masalah dana, waktu

dan keakuratan data. Peneliti harus pandai melihat kondisi data yang diambil, pada saat

data sudah jenuh atau tidak menunjukkan perubahan sama sekali sebaiknya pengumpulan

data dihentikan karena hanya akan menghabiskan waktu, dan biaya. Pada kasus tertentu

beberapa peneliti bahkan bermasalah pada proses memasukkan data karena jumlah

sampel yang berlebih.

Hal yang paling penting diperhatikan dalam kasus teknis adalah data penelitian.

Penghentian dilakukan ketika data yang dikumpulkan sudah jenuh dan tidak

menunjukkan perubahan atau bisa jadi tidak ada jenis statistik inferensi yang sesuai

17
dengan jumlah data yang sangat besar sehingga pengambilan data yang besar menjadi

sia-sia. Sebagai contoh berdasarkan pengalaman penulis, pada pengukuran dan analisis

kualitas item soal dengan menggunakan RASH model, Analisis data yang terdistribusi

mulai dari rantang 100 sampai dengan 1000 masih menunjukkan perubahan nilai dari

setiap item namun jika sampel yang digunakan lebih dari 1000 misalnya 1500 atau 2000

responden, hasil analisis kualitas soal tidak menunjukkan perbedaan yang berarti

sehingga pengambilan kelebihan 500 responden menjadi sia-sia.

3. Syarat Pengambilan Sample

Sampel harus memiliki seluruh kriteria dari populasi oleh karean pertimbangan

pengambilan sampel harus memiliki dua kriteria yakni:

a. Presisi

Presisi dari sampel adalah pertimbangan mengenai estimasi yang mungkin muncul

dalam pengambilan data yang diakibatkan oleh sampel. Salah satu cara untuk

estimasi data ini adalah melihat standar deviasi dari data yang ada. Sampel yang

digunakan harus baik dari segi kualitas dan kuantitas. Sebagai contoh rata-rata

penghasilan di perumahan A adalah Rp 25.500.000 yang didapatkan dari dua orang

sampel dengan penghasilan sampel X sebanyak Rp 50.000.000 dan sampel Y

sebanyak 1.000.000. Kesimpulan rata-rata dari perumahan berdasarkan operasi

matematis sudah benar namun pada kajian statistik dan kesimpulan tentu saja tidak

benar. Penambahan julah sampel adalah salah satu cara untuk mengurangi kesalahan

analisis data.

b. Akurasi

18
Akurasi mengacu kepada sifat dan karakter dari sampel yang digunakan. Sebuah

populasi yang homogen hanya terdapat pada kasus yang bersifat teoritik. Sifat dan

karater dari sampel yang diambil terkadang tidak sesuai dengan keadaan populasi

karena pengaruh banyak hal. Peneliti harus memiliki kemampuan untuk mengetahui

secara detail karakter dari setiap sampel yang digunakan dan disesuaikan dengan

karakter dari populasi.

Beberapa kasus mungkin saja mengurangi akurasi dari pengambilan sampel seperti

kasus penelitian terhadap pengaruh jam belajar di luar jam sekolah di kabupaten A.

Sebuah sekolah khusus seperti proyek pemerintah atau boarding school tentu saja

tidak boleh dimasukkan karena adanya karakter yang berbeda dari populasi secara

keseluruhan.

4. Ukuran Sample

Pada dasarnya tidak ada aturan baku mengenai pengambilan ukuran dari sampel

selama sampel sudah mewakili karakteristik dari populasi. Namun dalam penelitian yang

bersifat psikologi seperti pada penelitian pendidikan, Semakin besar jumlah akan

menghasilkan data yang lebih stabil. Selain dari karakteristik peneliti juga harus

mempertimbangkan jumlah data yang dibutuhkan untuk keperluan analisis Statistik.

Sebagai contoh jika penelitian yang dilakukan bertujuan untuk membandingkan dua bua

grouph dengan satu variabel pembanding, analisis yang dilakukan untuk data yang

terdistribusi normal adalah untuk distribusi t mengharuskan minimal jumlah data terdiri

dari 30 data karena kurang dari itu tidak menghasilkan analisis yang baik dan tidak lebih

dari 60 data.

19
Beberapa ahli memberikan gambaran mengenai jumlah sampel yang berbeda-

beda namun pertimbangan jenis dan bidang penelitian sebaiknya dijadikan acuan untuk

memilih ukuran sampel. Sebagai gambaran pendapat beberapa ahli mengenai jumlah

sampel

Gay dan Diehl (1992) pada kajian penelitian untuk kelas bisni dan manajemen

memberikan sara ukuran sampel minimal:

 Penelitian deskriptif, jumlah sampel minimum adalah 10% dari populasi

 Penelitian korelasi, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek

 Penelitian kausal perbandingan, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek per group

 Penelitian eksperimental, jumlah sampel minimum adalah 15 subjek per group

Frankel dan Wallen (1993) pada kajian penelitian evaluasi pendidikan menyarankan

 Penelitian deskriptif jumlah sampel minimum adalah 100 sampel

 Penelitian jumlah sampel minimum adalah 50 sampel

 Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30 sampel untuk setiap group

 Penelitian eksperimental sebanyak 30 atau 15 per group

Roscoe, Ukuran sampel penelitian dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu :

 Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan

penelitian

 Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya),

ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat

 Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel

sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian

20
 Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat,

penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai

dengan 20

 Isaac dan Michael memberikan gambaran mengenai metode pengambilan sampel

disesuaikan dengan taraf signifikansi dari penelitian yakni 1%, 5%, dan 10%. Jumlah

sampel sampel selanjutnya dihitung dengan persamaan

Keterangan:
s : Jumlah Sampel
x2 : Nilai tabel untuk Chi Square
P = Q = 0.5
d = Taraf Siginifikansi
Berdasarkan Slovin,ukuran sampel dapat ditentukan dengan

rumus :

keterangan :
S : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
e = taraf Siginifikansi

Pertimbangan pengambilan sampel dikembalikan oleh peneliti dengan asumsi terpenuhi


karakteristik dari populasi, disesuaikan dengan jenis statistik yang digunakan dan
menggunakan jumlah sampel jenuh paling sedikit.

21
5. Menentukan Besarnya Sampel (Sample Size)

Besarnya sampel sebaiknya sebanyak mungkin; semakin besar sampel yang

diambil umumnya akan semakin representatif dari populasinya dan hasil penelitian lebih

dapat digeneralisasikan. Masalah besarnya sampel merupakan hal yang sulit untuk

dijawab sebab terkadang dipengaruhi oleh dana yang tersedia untuk melakukan

penelitian. Namun demikian hal yang penting untuk diperhatikan adalah terdapatnya

alasan yang logis untuk pemilihan teknik sampling serta besarnya sampel dilihat dari

sudut metodologi Penelitian.

Dilihat dari substansi tujuan penarikan sampel yakni untuk memperoleh

representasi populasi yang tepat, maka besarnya sampel yang akan diambil perlu

mempertimbangkan karakteristik populasi serta kemampuan estimasi. Pertimbangan

karakteristik populasi akan menentukan teknik pengambilan sampel, ini dimaksudkan

untuk mengurangi atau menghilangkan bias, sementara kemampuan estimasi berkaitan

dengan presisi dalam mengestimasi populasi dari sampel serta bagaimana sampel dapat

digeneralisasikan atas populasinya, upaya untuk mencapai presisi yang lebih baik

memerlukan penambahan sampel, seberapa besar sampel serta penambahannya akan

tergantung pada variasi dalam kelompok, tingkat kesalahan yang ditoleransi serta

tingkat kepercayaan.

Menurut Pamela L. Alreck dan Robert B. Seetle dalam bukunya The Survey

Research Handbook untuk Populasi yang besar, sampel minimum kira-kira 100

responden dan sampel maksimumnya adalah 1000 responden atau 10% dengan kisaran

angka minimum dan maksimum, secara lebih rinci Jack E. Fraenkel dan Norman E.

22
Wallen menyatakan (meskipun bukan ketentuan mutlak) bahwa minimum sampel adalah

100 untuk studi deskriptif, 50 untuk studi korelasional, 30 per kelompok untuk studi

kausal komparatif. L.R Gay dalam bukunya Educational Research menyatakan bahwa

untuk riset deskriptif besarnya sampel 10% dari populasi, riset korelasi 30 subjek, riset

kausal komparatif 30 subjek per kelompok, dan riset eksperimental 50 subjek per

kelompok. Sementara itu Krejcie dan Morgan menyusun ukuran besarnya sampel dalam

bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1

Besarnya Sampel menurut besarnya Populasi

Populasi Sampel Populasi Sampel Populasi Sampel


5 5 220 140 1200 291
10 10 230 144 1300 297
15 14 240 148 1400 302
20 19 250 152 1500 306
25 24 260 155 1600 310
30 28 270 159 1700 313
35 32 280 162 1800 317
40 36 290 165 1900 320
45 40 300 169 2000 322
50 44 320 175 2200 327
55 48 340 181 2400 331
60 52 360 186 2600 335
65 56 380 191 2800 338
70 59 400 192 3000 341
75 63 420 196 3500 346
80 66 440 201 4000 351
85 70 460 205 4500 354
90 73 480 210 5000 357
95 76 484 214 6000 361
100 80 500 217 7000 364
110 86 550 226 8000 367
120 92 600 234 9000 368
130 97 650 242 10000 370
140 103 700 248 15000 375

23
150 108 750 254 20000 377
160 113 800 260 30000 379
170 118 850 265 40000 380
180 123 900 269 50000 381
190 127 950 274 75000 382
200 132 1000 278 100000 382
210 136 1100 285 1000000 384
Dikutif dari Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Sumanto 1995)

6. Kesalahan Pengambilan Sampel (Sampling Error)

Secara umum peneliti harus dapat memperoleh besarnya sampel minimum yang

diperlukan agar dapat merepresentasikan populasi secara akurat, namun disadari bahwa

sampel bukanlah populasi sehingga kemungkinan melakukan kesalahan dapat saja terjadi.

Oleh karena itu peneliti harus memandang hasil dari sampel bukanlah hasil yang pasti, tapi

sebatas estimasi. Kesalahan pengambilan sampel terjadi apabila sampel yang diproleh

tidak/kurang akurat dalam merepresentasikan populasi, masalahnya berapa besar kesalahan

sampling yang ditoleransi agar generalisasi dari suatu penelitian sampel dapat diandalkan.

Sebagaimana telah diketahui bahwa besarnya sampel yang diperlukan agar dapat

merepresentasikan populasi tidak hanya tergantung pada ukuran besarnya populasi tapi juga

pada heterogenitas variansi variabel dalam populasi. Semakin besar populasi, semakin besar

sampel yang diperlukan, demikian juga semakin heterogen variabel dalam populasi semakin

besar sampel yang diperlukan dalam penelitian.

Teori pengambilan sampel (Sampling Theory) menyatakan bahwa jika banyak sampel

(dengan jumlah tertentu) diambil dari suatu populasi, maka sebagian besar Mean sampel akan

berada dekat dengan Mean populasi , dan hanya sedikit saja yang berada jauh dari mean

populasi , hal ini berarti bahwa jika sampel diambil secara tepat, maka penyimpulan atas sampel

akan mendekati (akibat sampling error) penyimpulan atas populasi.

24
Dari suatu populasi dapat digambarkan suatu distribusi sampel Mean (Sampling

distribution), dan menurut Teorema batas pusat (Central limit Theorem) mean-mean dari sampel

akan berdistribusi normal diseputar mean populasi serta mean dari mean semua sampel akan

sama dengan nilai mean populasi. Namun demikian kemungkinan melakukan kekeliruan tetap

saja ada, dan untuk menghitung/mengetahui kekeliruan tersebut pertama-tama perlu dilihat dulu

bagaimana variasi dalam suatu populasi, akan tetapi karena variasi populasi secara empirik tidak

diketahui, maka yang dapat digunakan adalah nilai variasi sampel, adapun ukuran-ukuran untuk

mengetahui variasi suatu data penelitian yang biasa dipergunakan adalah Mean Deviasi , Varians

, dan Standar Deviasi yaitu akar pangkat dua dari Variance .

Sebelum mengetahui nilai kesalahan pengambilan sampel terlebih dahulu perlu diketahui

Standard Error, dan ukuran variasi Standard Deviasi merupakan ukuran yang baik untuk

mengetahui rata-rata penyimpangan, adapun rumus perhitungan Standard Error adalah Standar

Deviasi dibagi akar pangkat dua jumlah sampel ( SD : N (jumlah sampel) ),standar deviasi

(SD) yang digunakan dalam rumus tersebut mestinya SD populasi, tapi karena yang diteliti

adalah sampel, maka SD sampel yang dipergunakan dengan asumsi SD sampel sama dengan SD

populasi. Standar Error merupakan estimasi terbaik bagi Sampling Error; semakin kecil Standar

deviasi,dan semakin besar jumlah sampel maka semakin kecil Standard Error, yang berarti

semakin kecil Sampling error, karena Kesalahan penarikan sampel merupakan perkalian antara

Standard error dengan nilai z pada tingkat kepercayaan tertentu ( 95% = 1,96; 99% = 2,58).

BAB III

KESIMPULAN

25
1. random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang
sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada
100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai
kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel.kumpulan objek penelitian
disebut populasi.
2. nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak
mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi
dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang
lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).
3. Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple random sampling,
stratified random sampling, cluster sampling, systematic sampling, dan area
sampling.
4. Pada non probability sampling dikenal beberapa teknik, antara lain adalah convenience
sampling, purposive sampling, quota sampling, snowball sampling

DAFTAR PUSTAKA

26
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Statistik Pendidikan. Rajawali Pers : Jakarta

Sudjana. 2005. Metoda StatistikEdisi Ke 6. Tarsito : Bandung

Sugiyonno,DR. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung

Agung, I Gusti Ngurah. 1998. Metode Penelitian Sosial 1 & 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Cochran, William. G. 1991. Teknik Pengambilan Sampel-Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.

Fuchran, Arief. A. 2007. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Malang: Pustaka Pelajar

27

Anda mungkin juga menyukai