PENDAHULUAN
1
2
menurunkan kematian ibu dan anak dengan meningkatkan penyediaan pelayanan kelahiran oleh tenaga
kesehatan trampil. 102/100.000 KH pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2010).
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung
kematian ibu adalah faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas seperti perdarahan, pre eklamsia/eklamsia, infeksi, persalinan macet dan abortus.
Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu
hamil seperti empat terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat
jarak kelahiran) menurut SDKI 2002 sebanyak 22,5%, maupun yang mempersulit proses
penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti tiga terlambat (terlambat
mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan
terlambat dalam penanganan kegawat daruratan). Faktor berpengaruh lainnya adalah ibu hamil
yang menderita penyakit menular seperti malaria, HIV/AIDS, tuberkulosis, sifilis, penyakit
tidak menular seperti hipertensi, diabetes mellitus, gangguan jiwa, maupun yang mengalami
kekurangan gizi (Kemenkes RI, 2010)
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap pelayanan
antenatal adalah cakupan K1- kontak pertama dan K4 – kontak empat
kali dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, sesuai standar. Secara
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan
dari 307/100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2002 menjadi 228/100.000 KH
pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Namun demikian, masih diperlukan upaya keras
untuk mencapai target RPJMN 2010-2014 yaitu 118/100.000 KH pada tahun 2014
dan Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals), yaitu AKI
3
nasional angka cakupan pelayanan antenatal saat ini sudah tinggi, K1 mencapai
94,24% dan K4 84,36% (data Kementrian Kesehatan tahun 2009). Walaupun
demikian, masih terdapat disparitas antar provinsi dan antar kabupaten/kota yang
variasinya cukup besar. Selain adanya kesenjangan, juga ditemukan ibu hamil yang
tidak menerima pelayanan dimana seharusnya diberikan pada saat kontak dengan
tenaga kesehatan (missed opportunity) (Kemenkes RI, 2010)
Di Propinsi Jawa Tengah AKI tahun 2009 adalah 117,02 per 100.000
kelahiran hidup dan AKB 10,37 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian
tertinggi di Propinsi Jawa Tengah adalah Kabupaten Cilacap, Kabupaten
Banyumas, Kabupaten Kebumen dan disusul kabupaten lain (Profil dinas kesehatan
Propinsi Jawa Tengah, 2010). AKI tahun 2010 sebesar 114,42 per
100.000 kelahiran hidup dan tahun 2011 AKI Jawa Tengah sebesar 116 per
kelahiran hidup dan AKB sebesar 10,34 per 1000 KH. Kabupaten Kebumen merupakan
salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah, terbagi 54 kecamatan dengan jumlah
desa 460 desa, jumlah bidan di desa sebanyak 493 bidan, sarana pelayanan kesehatan
pemerintah meliputi 1 Rumah Sakit Umum Daerah, 35 Puskesmas, 7 Puskesmas rawat inap,
74 Puskesmas Pembantu, dan 32 Polindes atau PKD. Sedangkan dari swasta terdiri 9 RSU, 2
RSIA. Kasus kematian bayi di Kabupaten Kebumen pada tahun 2008 adalah sebesar 142 kasus,
tahun 2009 berjumlah 205 kasus, sedangkan tahun 2010 berjumlah 231 kasus. Untuk kasus
kematian ibu pada tahun 2008 berjumlah 17 kasus, tahun 2009 berjumlah 15 kasus, tahun 2010
berjumlah 14 kasus dan tahun 2011 berjumlah 9 kasus. Dari data tersebut kasus kematian bayi
Kabupaten Kebumen mengalami peningkatan. Untuk cakupan tahun 2008 (K1) 89% dari target
95%, (K4) 82% dari target 90%, Linakes sebesar 84% dari target 85%,
cakupan tahun 2009 (K1) 96,02% dari target 95%, (K4) 92,42% dari target 90%,
Linakes 93,84% dari target 90%, untuk cakupan tahun 2010 cakupan (K1) 99,48% dari target
95%, (K4) 95,02% dari target 95% dan cakupan Linakes sebesar 96,18% dari target 90%.
Tahun 2011 (K1) 94%, (K4) 96,6%, Linakes 98,5% (Profil dinas kesehatan Kabupaten
Kebumen, 2008-2011)
4
Puskesmas Sempor II adalah salah satu Puskesmas yang ada di wilayah
Kabupaten Kebumen mempunyai wilayah kerja 7 desa, pencapaian program KIA
100.00
tahun 2008, kunjungan antenatal (K1) 84,9%, (K4) 55,1% dan Linakes 80,9%.
Tahun 2009 (K1) 101,4%, (K4) 84,1%, Linakes 94,8%. Tahun 2010 (K1) 95,5%,
(K4) 75,8%, Linakes 86,7%. Tahun 2011 (K1) 96,7%, K4 80,3% dan Linakes
90,4%, dari data tersebut menunjukkan bahwa selama empat tahun berturut-turut
pencapaian K4 di Puskesmas Sempor II belum mencapai target. Data kematian ibu
untuk Puskesmas Sempor II dalam kurun waktu 4 tahun terakhir (2008-2011)
tidak ada kematian, kematian bayi pada tahun 2008 terdapat 5 kasus, tahun 2009
terdapat 11 kasus, tahun 2010 terdapat 7 kasus dan tahun 2011 sebanyak 4 kasus
dengan penyebab kematian karena BBLR, Asfiksia dan IUFD (Profil Dinas
kesehatan Kabupaten Kebumen, 2008-2011)
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka pelayanan antenatal
di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta dan praktik perorangan/kelompok
perlu dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu,dan raba. Sebagian besar
mencakup upaya
pengetahuan promotif,
manusia preventif,
diperoleh melaluisekaligus
mata dankuratif
telingadan rehabilitatif,2007).
(Notoatmodjo, yang
meliputi pelayanan
Pengetahuan atau kognitif
KIA, Gizi,
merupakan
pengendalian
domain penyakit
yang sangat
menular
penting
(imunisasi,
untuk
HIV/AIDS, TB,
terbentuknya malaria,seseorang
tindakan penyakit menular
(Over seksual), penanganan
Behaviour). penyakit
Pengetahuan kronis
seseorang
serta beberapa
dipengaruhi olehprogram
pendidikan,
lokalmass
danmedia/informasi,
spesifik lainnyasosial
sesuai
budaya
dengan
dankebutuhan
ekonomi,
program (Kemenkes
lingkungan, RI, 2010)
pengalaman dan usia (Notoatmodjo, 2007).
Upaya akselerasi penurunan AKI diantaranya adalah dengan peran serta
masyarakat dengan kegiatan KIE berupa penyuluhan tentang kesehatan ibu kepada
berbagai sasaran termasuk ibu hamil, suami dan mertua, memanfaatkan media cetak
dan elektronik untuk kampanye tentang kesehatan ibu (Depkes RI, 1997). Dalam
Salah satu tool (alat) program kesehatan yang diharapkan turut berperan
konvensi hak-hak anak, semua anak sejak dari dalam kandungan mempunyai hak
dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kehamilan, persalinan dan
atas kelangsungan hidup, perkembangan dan mendapat perlindungan. Pemantauan
nifas dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu hamil, keluarga dan
intensif pada ibu hamil untuk kesehatan ibu hamil dan persiapan persalinan. Hal ini
masyarakat adalah melalui buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA), yang
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien melalui pemberdayaan masyarakat,
merupakan kumpulan materi standar penyuluhan, informasi serta catatan tentang
kemitraan petugas kesehatan dengan masyarakat serta mewujudkan kesadaran,
gizi, kesehatan ibu dan anak. Manfaat buku KIA diantaranya adalah sebagai alat
kemandirian keluarga untuk menjaga kesehatan ibu dan anak (Depkes RI, 2009)
komunikasi dan penyuluhan bagi ibu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2009)
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang
Dalam Niaty (2010) menurut hasil survei cepat tahun 2004 tentang
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
penggunaan buku KIA di NTB dan hasil penelitian yang dilakukan oleh
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
Kusumayati (2008) tentang pengaruh pemanfaatan buku KIA di Padang Pariaman
dan Tanah Datar Sumatera Barat, mengungkapkan bahwa tidak semua ibu mau/bisa
membaca buku KIA, sehingga ibu-ibu hamil sulit memahami/mengerti isi dari buku
KIA, sementara diketahui bersama bahwa pemanfaatan buku KIA memiliki potensi
untuk meningkatkan perilaku perawatan diri ibu dan memanfaatkan pelayanan
5
perorangan atau per kasus yang diberikan pada waktu ibu datang memeriksakan
kandungan atau memeriksakan bayi atau balita. Penyuluhan seperti diatas baik
untuk menangani kasus per kasus, namun masih memiliki beberapa kelemahan
antara lain:
1. Pengetahuan yang diperoleh terbatas pada masalah kesehatan yang alami.
Universitas Indonesia
6
4. Ada interaksi antara petugas kesehatan dan ibu pada saat penyuluhan
dilaksanakan.
5. Dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.
6. Evaluasi petugas dan ibu dalam menjalankan penyuluhan.
Dengan kegiatan ini diharapkan akan muncul kelompok para ibu yang
benar-benar memahami kesehatan diri dan bayinya, mampu menyiapkan diri
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
belajar untuk meningkatkan pengetahuan tentang perilaku positif ibu hamil yang
dibuktikan dengan meningkatnya kunjungan pemeriksaan ke KIA serta
pencapaiaan persalinan oleh tenaga kesehatan. (Depkes RI dan JICA, 2008)
Penelitian ini belum pernah dilakukan di Kabupaten Kebumen khususnya di
wilayah kerja Puskesmas Sempor II. Berdasarkan hal tersebut maka penulis
bermaksud untuk meneliti mengenai “pengaruh kelas ibu hamil terhadap
peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu hamil mengenai Kesehatan Ibu
dan Anak di wilayah Puskesmas Sempor II Kabupaten Kebumen tahun 2012”.
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
11 Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni:
a) Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus terlebih dahulu.
b) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulasi atau objek tertentu
c) Evaluation yaitu menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya
stimulasi tersebut terhadap dirinya
d) Trial (mencoba) dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
apa yang dikehendaki oleh stimulus
e) Adoption (adopsi) dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus.
Penyaluran pengetahuan dapat diberikan melalui beberapa jalur (Depkes,
1995) antara lain, yaitu:
a) Dalam lingkungan keluarga
b) Dalam lingkungan sekolah
c) Dalam lingkungan masyarakat.
Universitas Indonesia
20
c) Aplikasi/penerapan (application):
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada
situasi yang lain.
d) Analisis (analysis):
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e) Sintesis (synthesis):
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
f) Evaluasi (evaluation):
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya di
dasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang
berlaku dimasyarakat.
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
batin dalam bentuk sikap subyek tersebut terhadap obyek yang telah diketahuinya
itu.
Pada akhirnya stimulus yaitu obyek yang telah diketahui dan disadari
sepenuhnya tersebut akan menyebabkan timbulnya respon lebih jauh lagi yaitu
berupa tindakan tanpa mengetahui makna dari stimulus yang diterima, dengan kata
lain tindakan / praktek seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan dan sikap
(Notoatmodjo, 1993)
Menurut Guilbert. J.J ada 3 tingkatan keterampilan yaitu: 1) peniruan, 2)
pengawasan, dan 3) otomatisme. Sementara itu Gibson, dkk (1991) mengatakan
bahwa keterampilan adalah kecakapan yang berhubungan dengan tugas yang
dimiliki dan digunakan oleh seseorang pada waktu yang tepat, selain itu
keterampilan juga merupakan variabel individu yang mempengaruhi prestasi kerja.
Pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan sekaligus meningkatkan
keterampilan para pekerja, pelatihan sering dipakai sebagai solusi atas persoalan
kinerja dari para pekerja. Variabel pengetahuan merupakan faktor internal petugas
yang dapat berubah dengan pelatihan (Notoatmodjo, 1992)
Pengetahuan ibu hamil yang telah mengikuti kelas ibu hamil diharapkan
dapat meningkat, dengan meningkatnya pengetahuan maka keterampilannyapun
dapat meningkat, dan pada gilirannya akan dapat merubah perilaku ibu pada saat
merawat bayinya.
Universitas Indonesia
25
20 tahun) dan terlalu tua (lebih dari 35 tahun) berisiko lebih besar mengalami
perdarahan sebelum lahir.
2.4.2 Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya yang meningkatkan kualitas sumber daya
manusia menuju kualitas yang mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok
masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku
pendidikan. Dari batasan ini tersirat bahwa unsur-unsur pendidikan yaitu: 1) Input
adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidikan
(pelaku pendidikan), 2) Proses adalah upaya yang dicanangkan untuk
mempengaruhi orang lain, 3) Output adalah melakukan apa yang diharapkan atau
perilaku (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan pendidikan menurut Notoatmodjo
(2005) adalah merupakan suatu upaya seseorang untuk belajar dengan harapan
dapat diaplikasikannya dalam bentuk tindakan nyata.
Wanita yang berpendidikan akan lebih mudah untuk mendapatkan
pelayanan profesional dibandingkan wanita tidak berpendidikan karena mereka
menyadari secara penuh manfaat dari pelayanan tersebut (Royston dan Amstrong
dalam Koblinsky, 1997). Koblinsky dkk (1997) mengatakan bahwa wanita yang
terdidik akan semakin terbuka dan pantang menyerah dalam meningkatkan
ketepatan dan mutu kesehatan. Lebih jauh lagi Jacobson dalam Koblinsky
mengatakan terdapat banyak alasan mengapa wanita tidak mampu memanfaatkan
pelayanan yang secara teoritis aksesibel bagi mereka, antara lain adalah kurangnya
akses terhadap pendidikan dalam hal pentingnya pemeriksaan kehamilan.
Pendidikan juga akan meningkatkan akses pelayanan, yaitu dengan meningkatkan
kemampuan mereka dalam menyerap konsep-konsep kesehatan
yang baru (Thaddeus & Maine dalam Koblinsky, 1997).
Pendidikan merupakan hal yang mendasar seseorang dalam cara berfikir
dalam memutuskan suatu masalah. Tingkat pendidikan ibu berhubungan dengan
derajat kesehatannya, meningkatnya tingkat pendidikan ibu merupakan peluang
meningkatnya pengetahuan dan kesadaran ibu terhadap kesehatan, (Notoatmodjo,
2007)
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
2.4.3 Pekerjaan
Keadaan hamil tidak merubah pola bekerja ibu sehari-hari, kadang ibu
adalah sebagai tumpuan hidup pada keluarga miskin, di Kalimantan Selatan ibu
hamil masih bekerja keras sampai hamil tua dan kembali bekerja setelah masa nifas
(Depkes RI, 2004).
Konsep yang berbeda justru diungkapkan oleh Pusat Penelitian Kesehatan
dalam Adawiyah (2001) bahwa ibu hamil yang bekerja merupakan sebab-sebab
mendasar yang mempengaruhi frekuensi pemeriksaan kehamilan, sehubungan
dengan ada tidaknya waktu luang yang dimiliki untuk memanfaatkan pemeriksaan
kehamilan, maka diharapkan ibu yang tidak bekerja/ibu rumah tangga lebih banyak
yang memeriksakan kehamilannya secara lengkap. Sejalan dengan pernyataan
Romlah (2009) mengatakan terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan
dengan perilaku ibu dalam merencanakan persalinan dan pencegahan komplikasi
yang mempunyai peluang sebesar 9 kali untuk berperilaku positif dibandingkan
dengan ibu yang tidak bekerja. Menurut penelitian yang telah dilakukan Niaty
(2010) menyatakan, dapat dibuktikan adanya hubungan yang bermakna antara
status pekerjaan dengan pemilihan penolong persalinan . dimana ibu yang bekerja
memiliki peluang 1,73 kali untuk memilih penolong persalinan
dengan tenaga kesehatan dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
2.4.4 Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik lahir hidup
maupun meninggal. Ibu dengan paritas tinggi (lebih dari 4 kali) mempunyai risiko
lebih besar untuk mengalami perdarahan dan kehamilan yang terlalu sering
menyebabkan risiko sakit dan kematian pada ibu hamil dan juga anaknya (Depkes
RI, 2008)
Jumlah kelahiran yang dialami oleh ibu baik kelahiran hidup maupun
kelahiran mati dengan kehamilan cukup bulan secara spontan melalui jalan lahir
(Sastrawinata, 1993). Riwayat persalinan terdahulu terbagi atas:
1. Primipara, yaitu wanita yang telah melahirkan 1 kali, seorang anak yang cukup
besar untuk hidup di dunia luar
Universitas Indonesia
28
2. Multipara, yaitu wanita yang telah melahirkan 2 kali sampai 4 kali lebih dari
seorang anak yang cukup besar untuk hidup di dunia luar
3. Grande multipara, yaitu wanita yang telah melahirkan 5 kali atau lebih, lebih
dari 5 orang anak cukup besar untuk hidup di dunia luar.
Hasil penelitian Kusumayati (2008) tentang pengaruh pemanfaatan buku KIA di
Sumatera Barat, dimana paritas merupakan salah satu faktor yang akan
mempengaruhi pengetahuan ibu dan perilaku positif dalam pemanfaatan
pelayanan kesehatan.
Dari sejumlah penelitian yang dilakukan telah terbukti bahwa kehamilan
kedua dan ketiga merupakan kehamilan yang paling aman. Sedangkan risiko
komplikasi kehamilan dan persalinan yang serius akan meningkat secara bermakna
setelah kehamilan ketiga dan seterusnya. Terkait potensi resiko yang dihadapi,
maka ibu yang menjalani kehamilan keempat atau lebih harus memeriksakan
kehamilannya secara teratur (Royston dan Amstrong dalam Koblinsky, 1997).
Paritas merupakan faktor resiko penting komplikasi obstetric, dimana ibu hamil
dengan paritas tinggi cenderung mengalami placenta previa, mengakibatkan
pertumbuhan endometrium yang kurang sempurna (Manuaba,
1989).
suatu perubahan perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu
perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena
setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan
dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara
lain:
a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap
masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya.
Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh
pengertian akan menerima perilaku tersebut.
b) Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum
menerima perubahan, untuk memengaruhi apakah perilaku yang sudah atau
akan diadopsi itumempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat,
apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
Universitas Indonesia
32
b. Kelompok Kecil
Yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode yang cocok
untuk kelompok ini antara lain:
1) Diskusi kelompok
2) Curah pendapat (Brain Storming)
3) Bola Salju
4) Kelompok-kelompok kecil
5) Role Play (Memainkan Peranan)
6) Permainan simulasi
Universitas Indonesia
33
media cetak antara lain, tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak
tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana, dapat mengungkit
rasa keindahan, mempermudah pemahaman, dan meningkatkan gairah
belajar. Sedangkan kelemahan media cetak antara lain tidak dapat
menstimulir efek suara dan efek gerak, dan mudah terlipat.
Universitas Indonesia
34
2) Media elektronika, yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat
dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu
elektronika. Adapun macam-macamnya adalah TV, radio, film, video film,
kaset, CD, VCD, dan sebagainya. Kelebihan dari media elektronika antara
lain sudah dikenal masyarakat, mengikutsertakan semua panca indra, lebih
mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak,
bertatap muka, penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif lebih besar,
sebagai alat diskusi, dan dapat diulang-ulang. Sedangkan kelemahan media
elektronika adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik, perlu alat
canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu
berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan, dan perlu
terampil dalam pengoperasian.
3) Media luar gedung, yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang
secara umum melalui media cetak dan elektronik secara statis, misalnya
papan reklame, spanduk, pameran, banner, dan TV layar lebar. Kelebihan
dari media luar ruang antara lain sebagai informasi umum dan hiburan,
mengikutsertakan panca indra, lebih mudah dipahami, lebih menarik karena
ada suara dan gambar bergerak, bertatap muka, penyajian dapat
dikendalikan, jangkauan relatif lebih besar, dapat menjadi tempat bertanya
lebih detai, dan lain-lain. Sedangkan kelemahan media luar ruang antara lain
biaya lebih tinggi, sedikit rumit, ada yang memerlukan listrik, ada yang
memerlukan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan
matang, dan sebagainya.
Universitas Indonesia
35
2.7 Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan dari pengirim kepada
penerima pesan untuk mencapai tujuan tertentu. Komunikasi disini lebih
menekankan pada aspek mempengaruhi orang lain agar maksud dan tujuan
pengiriman pesan dapat terwujud dalam waktu yang relatif singkat (Depkes,
2009)
dapat dilakukan dengan lisan, tulisan, gambar, poster, grafik atau berupa
tindakan lainnya.
c) Tahap pengiriman
Pada tahap ini terjadi suatu proses pengiriman atau transmitting gagasan atau
ide dalam bentuk pesan yang disimbolkan melalui saluran dan media
komunikasi yang tersedia. Media komunikasi dapat berbentuk telepon, tatap
muka, papan pengumuman, poster, buku dansebagainya.
d) Tahap penerimaan
Setelah proses pengiriman melalui media komunikasi, maka isi pesan diterima
oleh orang lain melalui proses mendengarkan, melihat atau mengamati. Bila
informasi atau pesan berbentuk komunikasi lisan maka seringkali mengalami
kegagalan, hal ini biasanya disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya,
kesehatan pendenganran, konsentrasi, kegaduhan, serta faktor lain yang
memungkinkan hilangnya atau kaburnya pesan yang diterima oleh orang
lain/komunikan
e) Tahap decoding
Menurut Santrock (2011) memori atau ingatan adalah penyimpanan informasi
di setiap waktu. Memori melewati tiga proses yaitu pengodean/perekaman,
penyimpanan dan pemanggilan kembali. Perekaman merupakan pencatatan
informasi melalui reseptor indera dan simpul syaraf/memasukkan informasi
kedalam memori. Pada tahap ini pengulangan informasi dapat meningkatkan
lamanya informasi tinggal dalam memori. Proses kedua yaitu penyimpanan
informasi yang diterima melibatkan tiga jenis memori dengan kerangka waktu
yang berbeda: memori sensoris (memory sensory), memori jangka pendek
(short-term memory) dan memori jangka panjang (long-term memory).
Sensory memory berlangsung selama hitungan satu detik sampai beberapa
detik. Pada short term memory (STM) informasi disimpan selama 30 detik,
kecuali informasi tersebut diulang atau kalau tidak diproses lebih lanjut, karena
jika diproses informasi bisa disimpan lebih lama. Pada long-term memory
(LTM) adalah jenis memori yang menyimpan banyak sekali informasi untuk
periode waktu yang lama dalam cara yang relatif permanen. Menurut Atkinson
dan Shiffrin dalam Santrock (2011) menegaskan bahwa
Universitas Indonesia
37
isi pesan harus jelas sehingga dapat dimengerti oleh seseorang yang memiliki sudut
pandang dan pengalaman yang berbeda.
Perbedaan bahasa satu dengan lainnya merupakan sumber utama perbedaan
persepsi. Untuk itu digunakan bahasa yang mudah, sederhana dan mudah
dimengerti, bila perlu konsep diolang beberapa kali terutama hal-hal pokok dan
penting sehingga isi pesan menjadi lebih jelas dan dipahami.
Kegaduhan atau kebisingan merupakan salah satu faktor yang
mengganggu, bahkan membingungkan pemahaman pesan dalam proses
komunikasi lisan. Komunikasi juga dapat dipengaruhi oleh reaksi emosional
seperti: sedang marah, sedih, gembira, malu, gelisah sangat berpengaruh terhadap
isi pesan yang disampaikan oleh komunikator. Seorang ibu hamil yang merasa
obsesi karena takut melahirkan, maka dia akan mengalami kehilangan kemampuan
untuk menafsirkan pesan bidan/tenaga kesehatan sehingga orang yang
bersangkutan memberikan reaksi defensif (bertahan) bahkan mungkin juga
akan agresif atau menyerang.
Universitas Indonesia
39
Keturunan
Perilaku
Pemberdayaan
Komunikasi masyarakat Training
(Penyuluhan) (Pemberdayaan Sosial)
Pendidikan Kesehatan
(Promosi Kesehatan)
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP , HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
Satu bulan
Sebelum: Sesudah: Sesudah
intervensi:
Pengetahuan dan Pengetahuan dan
keterampilan ibu keterampilan ibu Pengetahuan dan
hamil mengenai hamil mengenai keterampilan ibu
KIA KIA hamil mengenai
KIA
40
41
3.2 Hipotesis
1 Ada pengaruh intervensi kelas ibu hamil terhadap pengetahuan dan
keterampilan ibu hamil sebelum dan sesudah intervensi pada ibu hamil di
wilayah Puskesmas Sempor II
2 Ada perbedaan pengaruh intervensi kelas ibu hamil terhadap peningkatan
pengetahuan dan keterampilan ibu hamil sebelum dan sesudah intervensi
3 Ada perbedaan pengaruh intervensi kelas ibu hamil terhadap peningkatan
satu
Universitas Indonesia
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Sumber
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Umur ibu hamil Umur ibu hamil pada saat Wawancara Kuesioner 1 = < 20 tahun Interval Wignjosastro,
pengisian kuesioner, 2 = 20-35 tahun dkk (2002)
berdasar ulang tahunnya 3 = > 35 tahun
yang terakhir
2. Umur Kehamilan Usia kehamilan ibu saat ini Wawancara Kuesioner 1 = 20-24 minggu Interval
yang diukur dalam minggu (Trimester II)
2 = 25-32 minggu
(Trimester III)
3. Tingkat Pendidikan formal yang Wawancara Kuesioner Tingkat pendidikan Ordinal UU No. 2
Pendidikan pernah ditempuh oleh ibu dengan kriteria: Sisdiknas
hamil 1 = Rendah, bila 2003
≤SMP
2 = Tinggi, bila >
SMP
Universitas Indonesia
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Sumber
4. Status bekerja ibu Kegiatan yang dilakukan Wawancara Kuesioner Kriteria: Ordinal BPS 2001
ibu untuk menghasilkan 1 = Bekerja
uang 2 = Tidak bekerja
5. Jumlah Kehamilan Jumlah ibu mengalami Wawancara Kuesioner Kriteria: Kontinyu
/Paritas kehamilan sampai saat ini 1 = Hamil ke-1
2 = Hamil >1
6. Pengetahuan ibu Tingkat pengetahuan ibu Wawancara Kuesioner Nilai rata-rata Skor Kontinyu Depkes RI,
hamil mengenai hamil untuk mengenal dan Pengetahuan: 2009
KIA mengetahui hal-hal yang 0 = Skor jawaban
berkaitan dengan salah
Kesehatan Ibu dan Anak. 1= Skor Jawaban
Diukur dari skor jawaban benar
responden terhadap 30
pertanyaan tertutup
dengan poin jawaban
berjumlah 56 poin
Universitas Indonesia