TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Epilepsi adalah kejang yang menyerang seseorang yang tampak sehat atau
sebagai suatu ekserbasi dalam kondisi sakit kronis sebagai akibat oleh disfungsi
otak sesaat dimanifestasikan sebagai fenomena motorik, sensorik, otonomik, atau
psikis yang abnormal. Epilepsi merupakan akibat dari gangguan otak kronis dengan
serangan kejang spontan yang berulang (Nurarif AH dan Kusuma H, 2013).
Epilepsi menurut World Health Organization (WHO) merupakan gangguan
kronik otak yang menunjukkan gejala-gejala berupa serangan-serangan yang
berulang-ulang yang terjadi akibat adanya ketidaknormalan kerja sementara
sebagian atau seluruh jaringan otak karena cetusan listrik pada neuron (sel saraf)
peka rangsang yang berlebihan, yang dapat menimbulkan kelainan motorik,
sensorik, otonom atau psikis yang timbul tiba-tiba dan sesaat disebabkan lepasnya
muatan listrik abnormal sel-sel (Gofir A dan Wibowo S, 2006).
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi internasional terhadap kejang (Smeltzer & Bare.(2012):
Kejang parsial (kejang yang dimuati setempat)
1. Kejang parsial sederhana (gejala,-gejala dasar, umumnya tanpa
gangguan kesadaran)
a. Dengan gejala-gejala motorik
b. Dengan gejala-gejala sensorik khusus atau somatosensori
c. Dengan gejala-gejala otonomik
d. Bentuk-bentuk campuran
2. Kejang parsial kompleks (dengan gejala komplek, umumnya dengan
gangguan kesadaran)
a. Dengan hanya gangguan kesadaran
b. Dengan gejala-gejala kognitif
c. Dengan gejala-gejala afektif
d. Dengan gejala-gejala psikosensori
e. Dengan gejala-gejala psikomotor (automatis)
f. Bentuk-bentuk tambahan
3. Kejang parsial sekunder menyeluruh
Kejang umum (simetrik bilateral, tanpa awitan lokal)
a. Kejang tonik-klonik
b. Kejang tonik
c. Kejang klonik
d. Tidak ada kejang
e. Kejang atonik
f. Kejang mioklonik (epilepsy bilateral yang luas)
g. Spasme kelumpuhan
Gambar 2. Fase Tonik dan Fase Klonik pada Epilepsi
Epilepsi Umum
1. Idiopatik
a. Benign neonatal familial convulsions, benign neonatal convulsions
b. Benign myoclonic epilepsy in infancy
c. Childhood absence epilepsy
d. Juvenile absence epilepsy
e. Juvenile myoclonic epilepsy (impulsive petit mal)
f. Epilepsy with grand mal seizures upon awakening
g. Other generalized idiopathic epilepsies
2. Epilepsi Umum Kriptogenik atau Simtomatik
a. West’s syndrome (infantile spasms)
b. Lennox gastaut syndrome
c. Epilepsy with myoclonic astatic seizures
d. Epilepsy with myoclonic absences
3. Simtomatik
a. Etiologi non spesifik
b. Early myoclonic encephalopathy
c. Specific disease states presenting with seizures
2.3 Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan epilepsi antara lain (Mansjoer
Arif,2010):
1) Idiopatik; sebagian besar epilepsy pada anak adalah epilepsi idiopatik
2) Faktor herediter; adalah beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertai
bangkitan kejang seperti sklerotis tuberosa, neurofibromatosis, angiomatosis
ensefalotrigeminal. Fenilketonuria, hipoparatiroidisme, hipoglikimia.
3) Faktor genetic; pada kejang deman dan breath holding spells
4) Kelainan congenital otak; atrofi, porensefasi, agenesis, korpus kalosum
5) Gangguan metabolic; hipoglikimia, hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia
6) Infeksi; radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya
toksolakmosis
7) Trauma; kontosio serebri, hematoma subraknoid, hematema subdural
8) Neoplasma otakadan selaputnya
9) Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen
10) Keracunan; timbal(Pb), kamper (kapur barus), fenotiazin, air
11) Lain-lain; penyakit darah , gangguan keseimbangan hormon, degenerasi
serebral, dan lain-lain
3 Patofisiologi
Idiopatik, herediter, Ketidakseimbangan aliran
trauma kelahiran, infeksi Sistem saraf listrik pada sel saraf
perinatal, meningitis, dll
Epilepsi
Penyakit kronik
Ansietas Pengobatan,
keperawatan terbatas
Kurang pengetahuan Psikomotor
penatalaksanaan kejang
Grandmal
HDR
1. Kaji tingkat kecemasan klien dan reaksi fisik terhadap kecemasan (misalnya
takikardi, takipnea, dan ekspresi nonverbal dari kecemasan).
R/ kecemasan merupakan faktor risiko pada penyakit jantung seseorang.
2. Gunakan empati untuk menginterpretasikan gejala kecemasan secara normal.
R/ interaksi perawat dengan klien termasuk kualitas hidup mereka. Berikan
dukungan sosial dan psikologi depat menurunkan gejala dan masalah terkait
kecemasan.
3. Jelaskan semua aktivitas, prosedur, dan isu tentang klien; gunakan cara
nonmedis, ketenangan, dan bicara lembut.
R/ komunikasi efektif dari perawat kepada klien atau keluarganya dapat
membantu dalam menurunkan tingkat kecemasan
4. Berikan pilihan tentang harapan sebelum dan selama prosedur medis yang
berbahaya
R/ penggunaan music, story-telling, dan distraksi dapat membantu
menurunkan kecemasan.
5. Berikan sentuhan terapeutik dan tehnik sentuhan penyembuhan
R/ sentuhan penyembuhan (healing touch) mungkin dapat digunakan sebagai
intervensi keperawatan dalam menurunkan tingkat kecemasan.
6. Berikan pijatan untuk menurunkan kecemasan
R/ pijatan dan aromaterapi signifikan dalam menurunkan kecemasan.