Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DIFTERI

DISUSUN OLEH :

1. CITRA DEWI M 183.0027


2. MIEKE IZZATUL M 183.0061
3. NOVITA PATMASARI 183.0070
4. SITI FATIMAH 183.0091
5. ZHAKIYAH SARASWATI 183.0110

PROGRAM STUDI PROFESI NERSSTIKES HANG TUAH


SURABAYA
BEKERJASAMA DENGAN
UNIT PKRSRUMKITAL Dr. RAMELAN
SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan acara penyuluhan (SAP) Difteri telah dikonsulkan dan telah


dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Rabu, 15 Mei 2019
Tempat : Ruang Tunggu Klinik Anak Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya
Sasaran : Pasien dan Keluarga

Surabaya, 15 Mei 2019

Kasubdep Rawat Jalan


Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Pembimbing Institusi

Budi Kartono, S.Kep.,Ns Iis Fatimawati, S.Kep Ns., M.Kes


Letkol Laut (K) NRP 12981/P NIP.03067/NIDN.0705048203

Mengetahui,

Ka Unit PKRS
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

Dra. Mila Abdulah, M.M.Apt


Kolonel Laut (K/W) NRP.11682/P
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIFTERI

Topik : Keperawatan Anak


Subtopik : Difteri
Sasaran : Mahasiswa Ners Stikes Hang Tuah Surabaya
Tempat :
Hari/Tanggal :
Waktu : 1 x 30menit
A. Latar Belakang

Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious


disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium
diphtheriae, yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama
bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/ tenggorokan) dan
laring. Penularan difteri dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara
yang tercemar oleh karier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk
dan bersin penderita.
Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di bawah 15 tahun.
Dilaporkan 10% kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan
kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan
penyebab umum dari kematian bayi dan anak - anak muda. Penyakit ini juga
dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh
karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam
menunjang kesehatan kita.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan selama 30
menit, diharapkan peserta dapat mengerti dan memahami tentang difteri
2. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan selama 30 menit,
diharapkan peserta mampu menjelaskan :
a. Menjelaskan dan memahami pengertian difteri
b. Menjelaskan dan memahami penyebab difteri
c. Menjelaskan dan memahami gejala klinis difteri
d. Menjelaskan dan memahami penatalaksanaan difteri
e. Menjelaskan dan memahami pencegahan difteri
f. Menjelaskan dan memahami komplikasi difteri
C. Sasaran
Sasaran dalam penyuluhan difteri adalah pasien dan keluaga pasien
di klinik anak RSAL Dr.Ramelan Surabaya
D. Materi
(terlampir)
E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi tanya jawab
F. Media
Leaflet
PPT
G. Organisasi

Penyaji : Citra Dewi M


Moderator : Mieke Izzatul M
Fasilitator : Novita P, Siti Fatimah
Observer : Zhakiyah S
H. Setting Tempat
Penyuluhan dilakukan di Klinik Anak RSAL Dr. Ramelan Surabaya dengan
setting :

Pintu
mc
penyaji

pes pes pes pes pes pes


erta erta erta erta erta erta

pes pes pes pes pes pes fasilit


fasilit ator
ator erta erta erta erta erta erta

pes pes pes pes pes pes


erta erta erta erta erta erta

observer

Jadwal Kegiatan
No Tahap Waktu Kegiatan Respon Metode
1 Orientasi 7 menit  Mengucapkan  Menjawab salam Ceramah
salam dan  Bersedia mengikuti
berkenalan kegiatan
 Menjelaskan  Mendengarkan dan
kontrak waktu memperhatikan
 Menjelaskan
tujuan
penyuluhan
2 Kerja 10 menit  Menjelaskan  Mendengarkan dan Ceramah
pengertian memperhatikan
difteri
 Menjelaskan informasi yang
penyebab difteri dijelaskan
 Menjelaskan
tanda dan gejala
difteri
 Menjelaskan
penetalaksanaan
medis difteri
 Menjelaskan
pencegahan
difteri
 Menjelaskan
komplikasi
difteri
3 Evaluasi 10 menit  Memberikan  Menjawab perrtanyaan Ceramah dan
kesempatan untuk  Memperhatikan tanya jawab
bertanya  Mendengarkan
 Peserta  Penyaji menjawab
Menyimpulkan pertanyaan
materi yang telah
disampaikan
 Peserta
mengajukan
pertanyaan
4 Terminasi 3 menit  Memberi salam  Menjawab salam
penutup
I. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Menyiapkan SAP
b. Menyiapkan materi dan media
c. Kontrak waktu dengan sasaran
d. Menyiapkan tempat
e. Menyiapkan pertanyaan
2. Evaluasi proses
a. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama pendidikan
kesehatan berlangsung
b. Sasaran aktif bertanya bila adahal yang belum dimengerti
c. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
d. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat pendidikan kesehatan
berlangsung
e. Tanya jawab berjalan dengan baik
3. Evaluasi hasil
a. Peserta dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai
pengertian Difteri
b. Peserta dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai
penyebab Difteri
c. Peserta mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai
tanda dan gejala Difteri
d. Peserta mampu memahami menjelaskan kembali mengenai
penatalaksanaan medis Difteri
e. Peserta mampu memahami menjelaskan kembali mengenai
pencegahan Difteri
f. Peserta dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai
komplikasi Difteri
Materi Difteri

a. Pengertian Difteri

Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil
toksik (racun) Corynebacterium diphteriae. (Iwansain, 2008).
Difteri adalah infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh
Corynebacterium diphteriae dengan bentuk basil batang gram positif
(Jauhari,nurudin, 2008).
Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil
racun Corynebacterium diphteriae. (Fuadi, Hasan, 2008). Jadi kesimpulannya
difteri adalah penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman
Corynebacterium diphteriae

b. Penyebab Difteri

Penyebabnya adalah Corynebacterium diphteriae. Bakteri ini ditularkan


melalui percikan ludah yang berasal dari batuk penderita atau benda maupun
makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Biasanya bakteri ini
berkembangbiak pada atau disekitar selaput lender mulut atau tenggorokan dan
menyebabkan peradangan. Pewarnaan sediaan langsung dapat dialkuakan
dengan biru metilen atau biru toluidin. Basil ini dapat ditemukan dengan
sediaan langsung dari lesi.
Menurut Staf Ilmu Kesehatan Anak FKUI dalam buku kuliah ilmu
kesehatan anak, sifat bakteri Corynebacterium diphteriae :
1. Gram positif
2. Aerob
3. Polimorf
4. Tidak bergerak
5. Tidak berspora
Disamping itu bakeri ini dapat mati pada pemanasan 60º C selama 10
menit, tahan beberapa minggu dalam es, air, susu dan lendir yang telah
mengering.Terdapat tiga jenis basil yaitu bentuk gravis, mitis, dan intermedius
atas dasar perbedaan bentuk koloni dalam biakan agar darah yang
mengandung kalium telurit.
Basil Difteria mempunyai sifat:
1. Mambentuk psedomembran yang sukar dianggkat, mudah berdarah, dan
berwarna putih keabu-abuan yang meliputi daerah yang terkena.terdiri
dari fibrin, leukosit, jaringan nekrotik dan kuman.
2. Mengeluarkan eksotoksin yang sangat ganas dan dapat meracuni jaringan
setelah beberapa jam diserap dan memberikan gambaran perubahan
jaringan yang khas terutama pada otot jantung, ginjal dan jaringan saraf.
Menurut tingkat keparahannya, Staff Ilmu Kesehatan Anak FKUI
membagi penyakit ini menjadi 3 tingkat yaitu :

1. Infeksi ringan bila pseudomembran hanya terdapat pada mukosa hidung


dengan gejala hanya nyeri menelan.

2. Infeksi sedang bila pseudomembran telah menyaring sampai faring


(dinding belakang rongga mulut), sampai menimbulkan pembengkakan
pada laring.

3. Infeksi berat bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan gejala
komplikasi seperti miokarditis (radang otot jantung), paralysis
(kelemahan anggota gerak) dan nefritis (radang ginjal).

Menurut bagian ilmu kesehatan anak FKUI, penyakit ini juga dibedakan
menurut lokasi gejala yang dirasakan pasien :

1. Difteri hidung

Gejala paling ringan dan paling jarang (2%). Mula-mula tampak pilek,
kemudian secret yang keluar tercampur darah sedikit yang berasal dari
pseudomembran. Penyebaran pseudomembran dapat mencapai faring
dan laring.
2. Difteri faring dan tonsil ( Difteri Fausial ).

Difteri jenis ini merupakan difteri paling berat karena bisa mengancam
nyawa penderita akibat gagal nafas. Paling sering dijumpai ( 75%).
Gejala mungkin ringan tanpa pembentukan pseudomembran. Dapat
sembuh sendiri dan memberikan imunitas pada penderita.Pada kondisi
yang lebih berat diawali dengan radang tenggorokan dengan
peningkatan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi, pseudomembran
awalnya hanya berupa bercak putih keabu-abuan yang cepat meluas ke
nasofaring atau ke laring, nafas berbau, dan ada pembengkakan regional
leher tampak seperti leher sapi (bull’s neck). Dapat terjadi sakit
menelan, dan suara serak serta stridor inspirasi walaupun belum terjadi
sumbatan laring.

3. Difteri laring dan trakea

Lebih sering merupakan penjalaran difteri faring dan tonsil, daripada


yang primer. Gejala gangguan nafas berupa suara serak dan stridor
inspirasi jelas dan bila lebih berat timbul sesak nafas hebat, sianosis, dan
tampak retraksi suprasternal serta epigastrium. Ada bull’s neck, laring
tampak kemerahan dan sembab, banyak sekret, dan permukaan ditutupi
oleh pseudomembran. Bila anak terlihat sesak dan payah sekali perlu
dilakukan trakeostomi sebagai pertolongan pertama.

4. Difteri kutaneus dan vaginal

Dengan gejala berupa luka mirip sariawan pada kulit dan vagina dengan
pembentukan membrane diatasnya. Namun tidak seperti sariawan yang
sangat nyeri, pada difteri, luka yang terjadi justru tidak terasa apa-apa.
Difteri dapat pula timbul pada daerah konjungtiva dan umbilikus.

5. Diphtheria Kulit, Konjungtiva, Telinga

Diphtheria kulit berupa tukak di kulit, tepi jelas dan terdapat membran
pada dasarnya. Kelainan cenderung menahun. Diphtheria pada mata
dengan lesi pada konjungtiva berupa kemerahan, edema dan membran
pada konjungtiva palpebra. Pada telinga berupa otitis eksterna dengan
sekret purulen dan berbau.

c. Tanda dan Gejala


Masa inkubasi dari bakteri Corynabacterium Diptheria umumnya 2-5 hari
(range 1-10 hari), pada difteri kutan adalah 7 hari sesudah infeksi primer pada
kulit. Tanda dan gejala pasien dengan difteri:
a) Demam, suhu tubuh meningkat sekitar 38 derjat Celcius,
b) Batuk dan pilek yang ringan.
c) Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan
d) Mual, muntah , sakit kepala.
e) Adanya pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu
abuan kotor.
f) Kaku leher
(Sudoyo Aru,2009)
d. Patofisiologi

Basil hidup dan berkembangbiak pada traktus respiratorius bagian atas


terutama bila terdapat peradangan kronis pada tonsil, sinus, dan lain-lain.Selain
itu dapat juga pada vulva, kulit, mata, walaupun jarang terjadi. Pada tempat-
tempat tersebut basil membentuk pseudomembran dan melepaskan
eksotoksin.Pseudomembran timbul lokal kemudian menjalar kefaring, tonsil,
laring, dan saluran nafas atas. Kelenjar getah bening sekitarnya akan
membengkak dan mengandung toksin. Eksotoksin bila mengenai otot jantung
akan menyebabkan miokarditis toksik atau jika mengenai jaringan saraf perifer
sehingga timbul paralysis terutama otot-otot pernafasan. Toksin juga dapat
menimbulkan nekrosis fokal pada hati dan ginjal, yang dapat menimbulkan
nefritis interstitialis. Kematian pasien difteria pada umumnya disebabkan oleh
terjadinya sumbatan jalan nafas akibat pseudomembran pada laring dan trakea,
gagal jantung karena miokardititis, atau gagal nafas akibat terjadinya
bronkopneumonia.
Penularan penyakit difteria adalah melalui udara (droplet infection), tetapi
dapat juga melalui perantaraan alat atau benda yang terkontaminasi oleh kuman
difteria.Penyakit dapat mengenai bayi tapi kebayakan pada anak usia balita.
Penyakit Difteria dapat berat atau ringan bergantung dari virulensi, banyaknya
basil, dan daya tahan tubuh anak. Bila ringan hanya berupa keluhan sakit
menelan dan akan sembuh sendiri serta dapat menimbulkan kekebalan pada
anak jika daya tahan tubuhnya baik. Tetapi kebanyakan pasien datang berobat
sering dalam keadaan berat seperti telah adanya bullneck atau sudah stridor atau
dispnea. Pasien difteria selalu dirawat dirumah sakit karena mempunyai resiko
terjadi komplikasi seperti mioarditis atau sumbatan jalan nafas (Ngastiyah,
1997).

Menurut Iwansain,2008 dalam http://www.iwansain.wordpress.com


secara sederhana pathofisiologi difteri yaitu :

1. Kuman difteri masuk dan berkembang biak pada saluran nafas atas, dan
dapat juga pada vulva, kulit, mata.
2. Kuman membentuk pseudomembran dan melepaskan eksotoksin.
Pseudomembran timbul lokal dan menjalar dari faring, laring, dan
saluran nafas atas. Kelenjar getah bening akan tampak membengkak dan
mengandung toksin.
3. Bila eksotoksin mengenai otot jantung akan mengakibatkan terjadinya
miokarditis dan timbul paralysis otot-otot pernafasan bila mengenai
jaringan saraf.
4. Sumbatan pada jalan nafas sering terjadi akibat dari pseudomembran
pada laring dan trakea dan dapat menyebabkan kondisi yang fatal.

e. Pemeriksaan Penunjang

1. Bakteriologik, preparat apusan kuman difteri dari bahan asupan mukosa


hidung dan tenggorokan (nasofaringeal swap)
2. Darah rutin: cek darah lengkap dan albumin
3. Urin lengkap
4. Enzim CPK, segera saat masuk RS
5. Ureum dan kreatinin
6. EKG
7. Pemeriksaan
8. Tes schick

(Hidayat,2006)

f. Penatalaksanaan
1. Memperhatikan intake makanan dan cairan
2. Pastikan kemudahan depekasi
3. Pemberian antitusid untuk mengurangi batuk
4. Aspirasi secret secara periodic
5. Berikan oksigen dan trakeostomi
6. Pemberian serum anti difteri (SAD)
7. Antibiotik
8. Kortikostiroid
(Hidayat,2006)
g. Pencegahan Difteri

1. Memberikan kekebalan pada anak-anak dengan cara:


a. Imunisasi DPT/HB untuk anak bayi. Imunisasi di berikan sebanyak 3
kali yaitu pada saat usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
b. Imunisasi DT untuk anak usia sekolah dasar (usia kurang dari 7 tahun).
Imunisasi ini di berikan satu kali.
c. Imunisasi dengan vaksin Td dewasa untuk usia 7 tahun ke atas.
2. Hindari kontak dengan penderita langsung difteri.
3. Jaga kebersihan diri.
4. Menjaga stamina tubuh dengan makan makanan yang bergizi dan
berolahraga, cuci tangan sebelum makan.
5. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur.
6. Bila mempunyai keluhan sakit saat menelan segera memeriksakan ke Unit
Pelayanan Kesehatan terdekat.

h. Komplikasi

Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf,


ginjal ataupun organ lainnya:
1. Miokarditis bisa menyebabkan gagal jantung
2. Kelumpuhan saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan
menjadi tidak terkoordinasi dan gejala lainnya (timbul dalam waktu
3-7 minggu)
3. Kerusakan saraf yang berat bisa menyebabkan kelumpuhan
4. Kerusakan ginjal (nefritis).
Daftar Pustaka

Stephen S. tetanus edited by.Behrman, dkk. Dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson
Hal.1004-07. Edisi 15-Jakarta : EGC, 2000.
Merdjani, A., dkk. 2003. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.Badan Penerbit
IDAI, Jakarta.
Dr. Rusepno Hasan, dkk. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jilid II. Hal 568-72.. Cetakan kesebelas Jakarta:
2005.
Hidayat, A. A. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. I. Jakarta : Internal
Publishing
ABSENSI EDUKASI KLINIK RAWAT JALAN UNIT PKRS
RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA

Hari / Tanggal : Rabu, 15 Mei 2019


Klinik : Anak
Materi : Difteri
Waktu : 30 Menit

NO NAMA PESERTA ALAMAT TANDA


TANGAN
1

10

11

12

13

14

15
16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

30

31

32

33

34

35

36

37
LEMBAR OBSERVASI
PENYULUHAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

Tema : Difteri
Hari / Tanggal : Rabu, 15 Mei 2019
Tempat : Klinik Anak Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
Persiapan :
Alat 1.LCD
2.Leaflet
3.Posisi Audience
Pelaksanaan
Organisasi Pemateri : Citra Dewi M. S.Kep
Moderator : Mieke Izzatul M. S.Kep
Fasilitator :
1. Novita P. S.Kep
2. Siti Fatimah S.Kep

Waktu Mulai : 09.00 WIB


Penjelasan : 30 Menit
Peserta Jumlah Peserta … Orang
Penyajian Penyampaian :
Kendala :
Solusi :
Diskusi Proses diskusi :

Daftar pertanyaan 1.
2.
3.
Jawaban 1.
Fasilitator

Masukan/
Tambahan

Surabaya, 15 Mei 2019


Observer

Zhakiyah S. S.Kep

Anda mungkin juga menyukai