Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN “ILMIAH” PADA ANAK


USIA SEKOLAH 2-5 TAHUN DI RUANG ANAK D1
RUMKITAL DR. RAMELAN
SURABAYA

Oleh:
Kelompok 4F
1. Citra Dewi Meilasari (1830027)
2. Mieke Izzatul M (1830061)
3. Novita Patmasari (1830070)
4. Siti Fatimah (1830091)
5. Zhakiyah Saraswati (1830110)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU HANG TUAH SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL
TERAPI BERMAIN “ILMIAH” PADA ANAK
USIA SEKOLAH 2-5 TAHUN DI RUANG ANAK D1
RUMKITAL DR. RAMELAN
SURABAYA

Mengetahui,

Surabaya, Mei 2019

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

( ) ( )
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah
agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah anak usia
sekolah (7-13 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak pada usia
pre school dapat memainkan sesuatu dengan daya ingin tahu, oleh karena itu
bermain dengan ilmiah menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak
dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat.
Sebagai perawat yang bertugas di ruang inap anak, seringkali mengalami
hambatan dan kesulitan dalam merawat anak-anak, dikarenakan anak-anak sulit
untuk diajak kerjasama dalam pengobatan ataupun perawatan, berbeda dengan
pasien dewasa. Karakteristik anak-anak berbeda-beda untuk masing-masing usia,
oleh karena itu perawat harus benar-benar sabar namun tegas dalam merawat
anak-anak yang dirawat di rumah sakit. Anak-anak masih sangat bergantung
dengan orang tua mereka sehingga perawat perlu melibatkan orang tua dan
keluarga di dalam merawat anak. Diperlukan suatu cara bagaimana perawatan dan
pengobatan pada anak-anak bisa diberikan dengan lancar tanpa menyakiti anak
atau membuat anak stress atau setidaknya meminimalkannya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti terapi bermain dapat meminimalkan dampak hospitalisasi
pada anak sehingga dapat mempercepat proses kesembuhan anak.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak.
2. Meningkatkan perkembangan mental, imajinasi dan kreativitas anak
usia sekolah.
3. Dapat menerapkan waktu yang tepat untuk melakukan permainan sehingga
anak tidak kehilangan waktu bermain.

1.3 Manfaat
1. Bagi anak-anak
a. Membuang energi ekstra.
b. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh seperti tulang otot
dan organ-organ.
c. Aktivitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan anak.
d. Anak belajar mengontrol diri.
e. Berkembangnya berbagai keterampilan yang akan berguna sepanjang
hidupnya.
f. Meningkatkan daya kreativitas.
g. Mendapatkan kesempatan untuk menemukan arti dari benda-benda yang
ada disekitar anak.
h. Cara untuk mengatasi kemarahan kekawatiran iri hati dan kedukaan.
i. Kesempatan untuk belajar bergaul dengan orang atau anak lainnya.
j. Kesempatan untuk menjadi pihak yang kalah ataupun yang menang dalam
bermain.
k. Kesempatan untuk belajar mengikuti aturan aturan.
l. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
2. Bagi perawat
1. Mengatasi hospitalisasi pada anak
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif
3. Meningkatkan efektifitas dan efisien kerja
4. Menjalin hubungan yang saling percaya
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bermain


Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua
yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak
menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena
beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan jiwa anak.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela
untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil
akhir (Suhendi, 2001). Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat
melakukan atau mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap
pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku
dewasa (Aziz A, 2005). Jadi kesimpulannya bermain adalah cara untuk
memperoleh kesenangan agar anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran,
tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

2.2 Kategori Bermain


1. Bermain bebas : Bermain bebas berarti anak bermain tanpa aturan dan
tuntutan. Anak bisa mempertahankan minatnya dan mengembangkan sendiri
kegiatannya.
2. Bermain terstruktur : Bermain terstruktur direncanakan dan dipandu oleh
orang dewasa. Kategori ini membatasi dan meminimalkan daya cipta anak.
Kedua kategori bermain ini sangat pentingnya dan bila dilakukan secara
seimbang akan memberikan kontribusi untuk mencerdaskan anak.

2.3 Variasi Dan Keseimbangan Dalam Aktivitas Bermain


Anak memerlukan alat permainan yang bervariasi sehingga bila bosan
permainan yang satu, dia dapat memilih permainan yang lainnya. Bermain harus
seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan pasif, yang
biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif, kesenangan diperoleh dari apa
yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasir kesenangan didapat
dari orang lain.
1. Bermain aktif
a. Bermain mengamati atau menyelidiki : perhatian pertama anak pada alat
bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut. anak memperhatikan
alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada bunyi, mencium, meraba,
menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruktif : Pada anak umur 3 tahun misalnya menyusun balok
menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain drama : Misalnya main sandiwara boneka dan dokter-dokteran
dengan temannya.
d. bermain bola tali dan sebagainya
2. Bermain pasif : Dalam hal ini anak merupakan pasif, antara lain dengan
melihat dan mendengarkan. Bermain pasif ini adalah ideal Apabila anak
sudah lelah bermain dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan
dan keletihannya. Contoh bermain pasif adalah sebagai berikut :
a. Melihat gambar-gambar di buku atau majalah.
b. Mendengarkan cerita atau musik.
c. Menonton televisi dan lain-lain

2.4 Ciri-Ciri Bermain


a. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
b. Selalu ada timbal balik interaksi
c. Selalu dinamis
d. Ada aturan tertentu
e. Menuntut ruangan tertentu

2.5 Klasifikasi Bermain Menurut Isi


a. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara
memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat
bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya,
dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air
atau pasir.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu
dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai
sepeda.
d. Dramatic play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

2.6 Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial


a. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang
lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak pre school.
b. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak
ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre
school. Contoh : bermain balok
c. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang
sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas,
anak bermain sesukanya.
d. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia
sekolah Adolesen.
2.7 Berdasarkan Kelompok Usia Anak
a. Bayi usia 0-3 bulan. Seperti yang disinggung pada uraian sebelumnya
karakteristik khas permainan bagi usia bayi adalah adanya interaksi social
yang menyenangkan antara bayi dan orang tua dan atau orang dewasa
sekitarnya. Selain itu, perasaan senang juga menjadi cirri khas dan
permainan untuk bayi usia ini. Alat permainan yang biasa digunakan
misalnya mainan gantung yang berwarna terang dan bunyi music yang
menarik.
b. Bayi usia 4-6 bulan. Untuk menstimulasi penglihatan dapat dilakukan
permainan seperti mengajak bayi menonton TV, member mainan yang
mudah dipeganggnya dan berwarna terang, serrta dapat pula dengan cara
member cermin dan meletakkan bayi di depannya sehingga memungkinkan
bayi dapat melihat bayangan di cermin.stimulasi pendengaran dapat
dilakukan dengan cara selalu membiasakan memanggil namaya. Untuk
stimulasi taktil berikan mainan yang dapat digenggamnya lembut dan lentur,
atau pada saat memandikan biar bayi bermain air di dalam bak mandi. Bayi
usia 7-9 bulan. Untuk stimulasi penglihatan dapat dilakukan dengan
memberikan mainan yang berwarna terang atau berikan kepadanya kertas
dan alat tulis biarkan ia mencoret-coret sesuai keinginannya.
c. Anak usia pre school (2-5 tahun). Anak usia pre school kegiatan belajar
menunjukan karakteristik yang khas yaitu banyak bergerak, tidak bias diam,
dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk dapat
mandiri.jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia pre school
adalah solitary play dan parallel play. Sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangannya, anak usia prasekolah mempunyai kemampuan motorik
kasar dan halus yang lebih matang daripada anak usia pre school anak sudah
lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan
berhubungan social dengan temannya semakin meningkat. Oleh karena itu
jenis permainan yang sesuai adalah associative play, dramatic play, dan skill
play.
d. Anak usia sekolah (6-12 tahun). Karakteristik permainan untuk anak usia
sekolah dibedakan menurut jenis kelaminnya. Anak laki-laki tepat jika
diberikan mainan jenis mekanik yang akan menstimulasi kemampuan
kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki-laki misalnya mobil-
mobilan. Anak perempuan lebih tepat diberikan permainan yang dapt
menstimulasi untuk mengembangkan perasaan, pikiran, dan sikapnya dalam
menjalankan peran sebagai seorang perempuan, misalnya alat untuk
memasak dan boneka.
e. Anak usia remaja (13-18 tahun). Melihat karakteristik ank remaja demikian,
mereka perlu mengisi kegiatan yang konstruktif, misalnya dengan
melakukan permainan berbagai macam olahraga, mendengar, dan atau
bermain music serta melakukan kegiatan organisasi remaja yang positif
serta kelompok basket, sepak bola, karang taruna dan lain-lain.prinsipnya,
kegiatan bermain bagi anak remaja tidak hanya sekedar mencari kesenagan
dan meningkatkan perkembangan fisiemosional, tetapi juga lebih kearah
menyalurkan minat. Bakat, aspirasi, serta membantu remaja untuk
menemukan identitas pribadinya. Untuk itu alat permainan yang tepat bias
berupa berbagai macam alat olahraga, alat musik, dan alat gambar atau
lukis.

2.8 Fungsi Bermain


Anak dapat melangsungkan perkembangannya:
a. Perkembangan Sensorik Motorik
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,
misalnya meraih pensil.
b. Perkembangan Kognitif
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).
c. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas mencoba ide baru misalnya menyusun balok.
d. Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari
belajar dalam kelompok.
e. Kesadaran Diri (Self Awareness)
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah laku
terhadap orang lain.
f. Perkembangan Moral
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan
kejujuran
g. Terapi
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak
enak, misalnya: marah, takut, benci.
h. Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat
mengatakan secara verbal, misalnya : melukis, menggambar, bermain peran.

2.9 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
b. Status kesehatan, anak sakit  perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan  lokasi, negara, kultur
e. Alat permainan  senang dapat menggunakan
f. Intelegensia dan status sosial ekonomi

2.10 Tahap Perkembangan Bermain


a. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
c. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
2.11 Bermain Di Rumah Sakit
1. Tujuan
a. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
b. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat
c. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
d. Meningkatkan hubungan antara pasien (anak keluarga) dan perawat karena
dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai kesempatan
untuk membina hubungan yang baik dan menyenangkan dengan anak dan
keluarganya. Bermain merupakan alat komunikasi yang elektif antara
perawat dan pasien.
e. Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri.
Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri
pada anak.
f. Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa
senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan
perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri. Pada beberapa
anak yang belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran secara
verbal dan atau pada anak yang kurang dapat mengekspresikannya,
permainan menggambar, mewarnai, atau melukis akan membantunya
mengekspresikan perasaan tersebut.
g. Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan anak
untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
h. Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk
berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada anak
dan keluarganya.
2. Prinsip
a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana. Pilih jenis permainan yang
tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang ada pada anak
dan/atau yang tersedia diruangan. Kalaupun akan membuat suatu alat
permainan, pilih yang sederhana, supaya tidak melelahkan anak (misalnya,
menggambar/mewarnai, bermain boneka dan membaca buku cerita
b. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
c. Kelompok umur sama. Apabila permainan dilakukan khusus di kamar
bermain secara berkelompok dirumah, permainan harus dilakukan pada
kelompok umur yang sama. Misalnya, permainan mewarnai pada
kelompok usia prasekolah.
d. Melibatkan keluarga/orangtua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk
tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak
walaupun sedang dirawat dirumah sakit termasuk dalam aktivitas bermain
anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila
permainan diinisiasi oleh perawat orang tua harus terlibat secara aktif dan
mendampingi anak dari awal permainan sampai mengevaluasi permainan
anak bersama dengan perawat dan orang tua anak lainnya.
3. Upaya Perawatan Dalam Pelaksanaan Bermain
1. Lakukan saat tindakan keperawatan
2. Sengaja mencari kesempatan khusus

2.12 Alat Permainan Edukatif


Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat
perkembangannya dan yang berguna untuk perkembangan aspek fisik, bahasa,
kognitif, dan social anak (soetjningsih, 1995). Agar orang tua dapat memberikan
alat permainan yang edukatif pada anaknya, syarat – syarat berikut ini yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Keamanan Alat permainan untuk anak dibawah umur 2 tahun hendaknya
tidak terlalu kecil, cat tidak beracun, tidak ada bagian yang tajam, dan tidak
mudah pecah, karena pada usia ini anak kadang – kadang suka memasukkan
benda kedalam mulut.
b. Ukuran dan berat Prinsipnya, mainan tidak membahayakan dan sesuai dengan
usia anak. Apabila mainan terlalu besar atau berat, anak akan sukar
menjangkau atau memindahkannya. Sebaliknya, bila terlalu kecil, mainan
akan mudah tertelan.
c. Desain APE sebaiknya mempunyai desain yang sederhana dalam hal ukuran,
susunan, ukuran dan warna serta jelas maksud dan tujuannya. Selain itu, APE
hendaknya tidak terlalu rumit untuk menghindari kebingungan anak.
d. Fungsi yang jelas APE sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk
menstimuli perkembangan anak.
e. Variasi APE APE sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat
dibongkar pasang), namun tidak terlalu sulit agar anak tidak frustasi dan tidak
terlalu mudah, karena anak akan cepat bosan.
f. Universal APE sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua budaya
dan bangsa. Jadi, dalam menggunakannya, APE mempunyai prinsip yang bisa
dimengerti oleh semua orang.
g. Tidak mudah rusak, mudah didapat dan terjangkau oleh masyarakat luas
Karena APE berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan anak, maka
setiap lapisan masyarakat, baik yang dengan tingkat social ekonomi tinggi
maupun rendah, hendaknya dapat menyediakannya. APE bias didesain sendiri
asal memenuhi persyaratan.
Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang
atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus.
Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong,
tali, dll. Motorik halus: gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat
yang benar.Contoh alat permainan: buku bergambar, buku cerita, majalah, radio,
tape, TV, dll.
Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan: buku bergambar, buku cerita, puzzle,
boneka, pensil warna, radio, dll.
Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan: alat
permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dll.
2.13 Menggunakan Bermain Dalam Prosedur Di Rumah Sakit
1. Bermain bahasa
a. Sebutkan kata kerja yang ditemukan di rumah sakit dan apa yang mereka
lakukan kenali gambar dan kata mengenai peralatan di rumah sakit.
b. Sebutkan peralatan yang ditemukan di rumah sakit.
c. Minta anak menggambar ”bagian tubuh saya yang sakit”, “perawat saya”,
“dokter saya”, “teman sekamar saya”, dan “kamar saya”.
d. Minta anak menulis: “sesuatu yang saya suka dan tidak suka di rumah
sakit”, “nasihat untuk dokter atau perawat”.
2. Ilmiah
a. Pelajari tentang sistem tubuh. Sebutkan, urutkan berdasarkan abjad, buat
sebuah gambar, dan buat organ dari lilin mainan.
b. Pelajari nutrisi secara umum dan alasan untuk diet khusus.
c. Definisikan bagaimana cara kerja obat, traksi dan gips, serta bagaimana
kesembuhan itu memerlukan waktu.
3. Matematika
a. Gunakan materi rumah sakit untuk mendiskusikan sistem matrix dan
membuat anak semakin mengenal berat, panjang, dan volume badan. Ukur
secara rutin dalam satuan yang tepat.
b. Gunakan situasi rumah sakit (misal jika setiap perawat bekerja 8 jam
per shift, berapa banyak perawat yang kamu perlukan dalam satu hari?.
4. Ilmu sosial berapa jumlah pekerjaan yang ada di rumah sakit? anak yang lebih
tua usianya dapat menjelaskan dengan detil tentang keahlian dan pendidikan
yang diperlukan untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut.
5. Geografi
a. Buat peta tentang unit atau rumah sakit.
b. Buat gambar tentang apa yang dilihat dari jendela rumah sakit.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TERAPI BERMAIN “ILMIAH”

Hari / Tanggal : Jumat, 24 Mei 2019


Waktu : 09.00 WIB
Pokok Bahasan : Terapi Bermain “Ilmiah”
Sub Pokok Bahasan : Menyebutkan organ tubuh
Sasaran : Anak Usia Sekolah 2-5 tahun di ruang anak D1
Tempat : Ruang Anak D1 Rumkital dr. Ramelan Surabaya

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman
bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diajak bermain selama 15 menit, anak diharapkan:
a. Gerakan motorik halusnya lebih terarah
b. Berkembang kognitifnya
c. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang
dirawat di ruang yang sama
d. Kejenuhan selama dirawat di rumah sakit berkurang

III. Sasaran
Keluarga pasien dan pasien (anak) di Ruang Anak D1

IV. Metode
a. Mendengarkan Penjelasan tentang macam-macam organ tubuh

V. Media dan Alat Peraga


a. Gambar Organ Tubuh
VI. Pengorganisasian
Pembawa Acara : Mieke Izzatul Mahmudah
Pemandu terapi : Citra Dewi Meilasari
Fasilitator : Novita Patmasari dan Siti Fatimah
Dokumentasi : Zhakiyah Saraswati

VII. Strategi Pelaksanaan


No. Waktu Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari terapi 3. Memperhatikan
bermain
4. Kontrak waktu anak dan orang tua 4. Memperhatikan
2. 20 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan 1. Memperhatikan
terapi bermain ilmiah kepada anak
2. Memberikan kesempatan kepada
anak untuk bertanya jika belum 2. Bertanya
jelas
3. Fasilitator mendampingi anak dan 3. Antusias
memberikan motivasi kepada anak
4. Memberikan pujian terhadap anak 4. Mendengarkan
yang mampu menjawab pertanyaan
dan memotivasi yg belum dapat
menjawab pertanyaan.
3. 5 menit Terminasi:
1. Memberikan motivasi dan pujian 1. Memperhatikan
kepada seluruh anak yang telah
mengikuti program terapi bermain
2. Mengucapkan terima kasih kepada 2. Mendengarkan
anak dan orang tua
3. Mengucapkan salam penutup 3. Menjawab salam

VIII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Sarana disiapkan pagi hari sebelum acara dimulai
b. Media dipersiapkan 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan
c. Kontrak dengan keluarga pasien/anak yang akan diberi terapi bermain
dilakukan 1 hari sebelum dan pagi hari sebelum kegiatan dilaksanakan
2. Evaluasi Proses
a. Praktikkan memandu terapi bermain dari awal hingga akhir kegiatan
b. Respon anak baik selama proses bermain berlangsung
c. Anak tampak aktif selama proses bermain berlangsung
d. Anak mau dan dapat mewarnai gambar dengan baik didampingi oleh
praktikkan
e. Keluarga ikut membantu anak selama pelaksanaan proses bermain
f. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan
baik
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan bermain dimulai tepat pada waktu yang telah ditentukan
b. Anak dapat melakukan pemilihan warna sesuai dengan yang disukainya
c. Anak mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir
d. Pasien atau anak ikut berpartisipasi aktif dalam terapi bermain dan dapat
menyelesaikan proses mewarnai hingga selesai.
Daftar Pustaka

Dra. Mayawati Lilis. 2012. Permainan dan Bermain 1 (Untuk Anak). Jakarta:
PRENADA.
Adriana Dian. 2011. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada
Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai