TINJAUAN PUSTAKA
Guillain Barre Syndrome adalah penyakit tidak menular yang terjadi pada
sistem imun tubuh yang menyerang bagian perifer sistem saraf penderita. Penyakit
ini dapat menyerang semua golongan usia dan jenis kelamin, dengan
kemungkinan yang sama besar sindrom ini hanya terjadi pada satu per seratus ribu
orang, beberapa hari sesudah penderita menunjukkan gejala infeksi virus pada
Guillain Barre Syndrom (GBS) adalah penyakit langka di mana sistem kekebalan
seseorang menyerang sistem syaraf tepi dan menyebabkan kelemahan otot bahkan
apabila parah bisa terjadi kelumpuhan. Hal ini terjadi karena susunan syaraf tepi
yang menghubungkan otak dan sumsum belakang dengan seluruh bagian tubuh
rusak. Kerusakan sistem syaraf tepi menyebabkan sistem ini sulit menghantarkan
rangsang sehingga ada penurunan respon sistem otot terhadap kerja sistem syaraf
(Rahayu, 2012).
penggerak bola mata sehingga penderita melihat satu objek menjadi dua yang
penderita per 100.000 penduduk dibawah umur 18 tahun dalam 1 tahun. Penderita
Tanda gejala yang biasa ditemuikan pada Guillain Barre Syndrome menurut
neurologi lainnya, penyakit ini menyerang pada bagian sistem saraf perifer yang
menyebabkan kelumpuhan terjadi secara simetris lebih dari satu anggota gerak
jarang yang asimetris. Kelumpuhan dapat ringan dan terbatas pada kedua tungkai
saja dan dapat pula terjadi paralisis total keempat anggota gerak terjadi secara
cepat, dalam waktu kurang dari 72 jam, keadaan inni disebut sebagai ascending
paralysis. Pasien Guillain Barre Syndrome berada pada kondisi kritis karena
mengalami depresi pada otot-otot pernapasan dan harus dirawatdi ruang intensif,
1. Kelumpuhan
lower motor newron. Pada sebagian besar kelumpuhan di mulai dari kedua
atas dan saraf kranialis kadang-kadang juga bisa ke empat anggota di kenai
2. Gangguan sensibilitas
Parastesia biasanya lebih jelas pada bagian distal eksremitas, muka juga
3. Saraf kranialis
Yang paling sering di kenal adalah nervus VI. kelumpuhan otot sering di
mulai pada satu sisi tapi kemudian segera menjadi bilateral sehingga bisa di
temukan berat antara kedua sisi. Semua saraf kranialis bisa di kenai kecuali
nervus I dan nervus VIII. Diplopia bisa terjadi akibat terkena nervus IV atau
nervus III. bila nervus IX dan nervus X terkena akan menyebabkan gangguan
sukar menelan (disfagia) dan pada kasus yang berat menyebabkan pernapasan
tersebut berupa sinus takikardi atau lebih jarang sinus bradikardi, muka jadi
dua minggu.
5. Kegagalan pernapasan
6. Papiledema
dengan pasti di duga karena penindian kadar protein dalam otot yang
berkurang
akan berisiko sangat besar bagi dewasa dan usia lanjut. GBS dapat dipicu oleh
(Cardoba, 2017).
2.4 Etiologi
Etiologi tidak diketahui, tetapi respon alergi atau respon autoimun sangat
dari virus. Akan tetapi tidak ada virus yang terisolasi sejauh ini. GBS sering sekali
berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi kasus GBS yang
berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80%, yaitu 1 sampai 4 minggu
sebelum gejala neurologi timbul seperti infeksi saluran pernafasan atas atau
infeksi gastrointestinal. Pada beberapa keadaan hal ini dapat terjadi setelah
vaksinasi atau pembedahan. Hal ini juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus
primer, reaksi imun dan beberapa proses lain atau sebuah kombinasi proses. Salah
yang menyerang saraf perifer. Mielin adalah substansi yang ada disekitar atau
yang menyelimuti akson-akson saraf dan berperan penting pada transmisi Impuls
1. Infeksi
Hal ini sejalan dengan penelitian Muid (2014), dilaporkan bahwa penyakit
2. Vaksinasi
3. Pembedahan
diklasifikasikan, yaitu:
titer antibodi gangliosida (GM1, GD1a, GD1b). Pada varian ini ditemukan
GBS dengan paralisis asenden simetris. Varian ini dibedakan dengan GBS
Cina terutama pada anak dan dewasa muda selama musim panas. Kasus
Prognosisnya cukup baik melalui pemulihan yang cepat pada sebagian besar
kasus. Pada kasus yang berat pemulihan dapat berlangsung selama bertahun-
ventilator yang tinggi dan pemulihan yang lambat dan tidak memuaskan, dan
tampak prominen pada trunkus dan gait, tetapi tidak prominan pada
akan membaik secara gradual dan komplit dalam beberapa minggu atau bulan.
2.6 Patofisiologi
dalam selaput (nodus ranvier) tempat kontak langsung antara membran sel akson
Gerakan ion masuk dan keluar akson dapat terjadi dengan cepat pada
nodus ranvier, sehingga impuls saraf sepanjang serabut bermielin dapat melompat
dari satu nodus ke nodus lain (konduksi saltatori) dengan cukup kuat. Kehilangan
selaput mielin pada Guillain Barre Syndrome membuat konduksi saltatori tidak
Konduksi salsatorik tidak terjadi dan tidak ada transmisi impuls syaraf
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Penurunan Gangguan fungsi Gangguan saraf perifer dan
Gangguan saraf Disfungsi autoimun Perubahan
perifer dan fungsi perfusi jaringan saraf kranial neuromuskular
serebral III,IV,V,VI,VII,VII
neuromuskular Kurang beraksinya sistem Aliran darah ke I, IX dan X Parastesia (kesemutan) dan
saraf simpatis dan Penurunan ginjal menurun kelemahan otot kaki, yang
Paralisis lengkap, parasimpatis, perubahan tingkat Paralisis pada dapat berkembang ke
otot pernapasan sensori kesadaran Hipoperfusi okular, wajah dan ekstremitas atas, batang
terkena ginjal otot orofaring, tubuh dan otot wajah
Gangguan frekuensi kesulitan berbicara
jantung dan ritme, Resiko Penurunan dan menelan Kelemahan fisik umum,
Insufisiensi
perubahan tekanan cedera produksi urin paralisis otot wajah
pernapasan
Gangguan
Penurunan curah jantung Uremia pemenuhan nutrisi Penurunan tonus otot
Pola nafas tidak
dan cairan seluruh tubuh, perubahan
efektif
Gangguan estetika wajah
COP menurun
eliminasi urin Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Gangguan
Gangguan perfusi kebutuhan mobilitas fisik
jaringan
2.8 Penatalaksanaan
setelah gejala pertama, kondisi cenderung semakin buruk selama dua minggu,
pemulihan dimulai biasanya berlangsung selama enam sampai dua belas bulan,
meskipun sebagian orang bisa memakan waktu selama tiga tahun. Tidak ada obat
untuk sindrom ini, tapi ada dua jenis perawatan yang mempercepat pemulihan dan
1. Plasmapheresis
lebih plasma untuk menebus apa yang telah dibapus. Tidak jelas mengapa
2. Immunoglobulin intravena
Mengandung antibodi sehat dari donor darah. Dalam dosisi tinggi dapat
2.9 Pencegahan
Salah satu jalan untuk mencegah Guillain Barre Syndrome adalah dengan
meningkatkan daya tahan tubuh saat tidak sakit dengan cara mengonsumsi protein
hewani dari daging dan ikan, nabati dari tempe dan tahu disertai sayur dan buah,
sehingga diharapkan kita jarang sakit influenza, karena daya tahan tubuh tinggi.
Selain itu perlu juga menjaga kebersihan tubuh dengan mandi dan cuci tangan bila
mau makan untuk menghindari infeksi kuman, virus atau bakteri yang
penyakit dan perkembangan gejala-gejala klinik. Tidak ada satu pemeriksaan pun
normal pada awalnya, dengan kenaikan pada minggu ke-4 sampai ke-6.
dan pada pasien Guillain Barre Syndrome kecepatan konduksi akan menurun.
Sekitar 25% orang dengan penyakit ini mempunyai antibodi baik terhadap
Barre Syndrome terduga sehingga dapat ditetapkan nilai dasar untuk perbandingan
dan jumlah sel darah putih yang normal, dengan peningkatan protein nyata
Fibrilasi (getaran yang berulang dari unit motorik yang sama) umumnya
laboratoris meliputi kadar hemoglobin, jumlah lekosit, laju endap darah dan cairan
2.11 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal napas, aspirasi makanan atau
trombosis vena dalam, paralisa permanen pada bagian tubuh tertentu, dan
2.11.1 Pengkajian
1. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering muncul adalah adanya kelemahan, baik
4. Psiko-sosio-spiritual
status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Mekanisme koping klien juga
penting dikaji untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
kesehatan saat ini. Apakah klien merasa cemas dan timbul ketakutan akan
kecacatan, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal,
dan timbul pandangan terhadap dirinya yang salah.Selain itu, perlu juga dikaji
dampak perawatan terhadap status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan
6. Pengkajian refleks
poriesteum derajat refleks pada respons normal. Pada gerakan Involunter tidak
8. Pemeriksaan fisik
a) B1 (Breathing)
c) B3 (Brain)
a) Tingkat kesadaran
b) Fungsi serebri
klien dan tingkah lakunya, gaya bicara dan ekspresi wajah klien, serta
perubahan.
normal.
proses mengunyah
6) Saraf VIII : tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
9) Saraf XII : lidah asimetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
d) Sistem motorik
e) Pemeriksaan refleks
dan dystonia.
g) Sistem sensorik
Gejala yang ditemukan yaitu parestesia dan kelemahan otot kaki,
dan suhu.
d. B4 (Bladder)
e. B5 (Bowel)
nutrisi.
f. B6 (Bone)
tidak jelas, perubahan peran keluarga dan status sosioekonomi yang tidak
jelas
kesehatan
2.11.3 Perencanaan
komplikasi.
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan progresif cepat otot-otot
pernapasan dan ancaman gagal pernapasan
Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria hasil
Setelah dilakukan 1. Kaji fungsi paru, 1. Menjadi bahan parameter
asuhan keperawatn adanya bunyi napas monitoring serangan gagal
selama 3x24 jam tambahan, perubahan napas dan menjadi data
dengan diberikan irama dan kedalaman, dasar intervensi
tindakan pola napas penggunaan otot-otot selanjutnya
kembali efektif aksesoris 2. Tanda dan gejala adanya
dengan kriteria hasil 2. Evaluasi keluhan kesulitan bernapas saat
: sesak npas baik verbal bicara, pernapasan
1. Secara subyektif maupun non verbal dangkal dan ireguler,
sesak nafas (-) 3. Beri ventilasi menggunakan otot-otot
berkurang sampai mekanik aksesoris, takikardia dan
tidak ada 4. Lakukan pemeriksaan perubahan pola napas
2. Frekuensi napas kapasitas vital 3. Ventilasi mekanik
16-20 x/menit pernapasan digunakan pengkajian
3. Tidak 5. Kolaborasi pemberian sesuai kapasitas vital,
menggunakan humidifikasi dengan 3 klien memperlihatkan
otot bantu napas liter/menit perkembangan ke arah
4. Gerakan dada kemunduran yang
normal mengindikasi ke arah
memburuknya kekuatan
otot-otot pernapasan.
4. Kapasitas vital klien
dipantau lebih sering
dengan interval yang
teratur dalam penambahan
percepatan penambahan
dan kualitas pernapasan,
sehingga pernapasan yang
tidak efektif dapat
diantisipasi. Penurunan
kapasitas vital karena
kelemahan otot-otot yang
digunakan saat menelan,
sehinggan hal ini
menyebabkan kesulitan
saat batuk dan menelan
dan adanya indikasi
memburuknya fungsi
pernapasan
5. Membantu pemenuhan
oksigen yang sangat
diperlukan tubuh dengan
kondisi laju metabolisme
sedang meningkat
Banyak klien syndorm guillain barre mengalami pemulihan yang sempurna dalam
beberapa minggu atau bulan. Klien yang pernah mengalami paralisis total atau
lama mungkin membutuhkan beberpa tipe rehabilitas yang dilakukan terus setelah
keluar dari rumah sakit. Program yang luas akan bergantung pada pengkajian
yang dibutuhkan dibuat oleh anggota tim kesehatan. Alternatif program yang
komperhensif bagi klien jika dikurangi adalah penting dan dukungan sosial
dibatasi untuk program di rumah terhadap terapi fisik dan okupasi. Fase
akut dan perkembangan yang dramatik dari gejala-gejala yang ada tidak dapat