Anda di halaman 1dari 25

Menurut survei WHO, angka mortalitas peritonitis

mencapai 5,9 juta per tahun dengan angka


kematian 9661 ribu orang meninggal.

Di Indonesia jumlah penderita peritonitis


berjumlah sekitar 7 % dari jumlah penduduk atau
sekitar 179.000 orang (Depkes, 2008).

Di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 jumlah


kasus peritonitis dilaporkan sebanyak 5.980 dan
177 diantaranya menyebabkan kematian
RUMUSAN
MASALAH
1
• Bagaimana anatomi dari organ peritoneum ?

2
• Apa definisi peritonitis ?

3
• Bagaimana etiologi pada peritonitis ?

4
• Bagaimana klasifikasi dari peritonitis ?

5
• Bagaimana manifestasi klinis pada peritonitis ?

6
• Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada peritonitis ?

7
• Bagaimana penatalaksanaaan pada peritonitis ?

8
• Bagaimana komplikasi pada peritonitis ?

9
• Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan peritonitis ?
 Peritonitis adalah peradangan pada
peritoneum suatu membrane yang
melapisi rongga abdomen.
Menurut Nugroho (2016), Saluran pencernaan di tubuh manusia
dimulai dari rongga mulut, esofagus, lambung, usus halus
hingga anus. Sistem pencernaan meliputi :

Rongga mulut Usus halus Usus besar

Rektum :
Defekasi,
Esofagus Empedu
Feeces, dan
Flatus

Lambung Pankreas
Infeksi bakteri

Sumber eksternal seperti


cedera atau trauma

Penyakit gastrointestinal

Proses bedah abdominal dan


dialisis peritoneal.
KLASIFIKASI

•Peritonitis bacterial primer


1

•Peritonitis bacterial akut


2 sekunder (supurative)

•Peritonitis Tersier
3
 Nyeri terutama diatas daerah darah putih dan takikardia
yang meradang  Rasa sakit pada daerah
 Peningkatan kecepatan abdomen
denyut jantung akibat  Dehidrasi
hipovolemia karena  Lemas
perpindahan cairan kedalam
peritonium  Nyeri tekan pada daerah
 Mual dan muntah abdomen
 Abdomen yang kaku  Bising usus berkurang atau
menghilang
 Ileus paralitik (paralisis saluran  Nafas dangkal
cerna akibat respon
neurogenik atau otot  Tekanan darah menurun
terhadap trauma atau  Nadi kecil dan cepat
peradangan) muncul pada  Berkeringat dingin
awal peritonitis.  Pekak hati menghilang
 Tanda-tanda umum
peradangan misalnya
demam, peningkatan sel
 Pemeriksaan darah lengkap :  Pemeriksaan foto abdominal,
sel darah putih meningkat dapat menyatakan distensi
kadang-kadang lebih dari usus ileum. Bila perforasi visera
20.000/mm3. Sel darah merah sebagai etiologi, udara bebas
mungkin meningkat akan ditemukan pada
menunjukkan abdomen.
hemokonsentrasi.  Foto dada, dapat
 Albumin serum, mungkin menyatakan peninggian
menurun karena perpindahan diafragma.
cairan.  Parasentesis, contoh cairan
 Amylase serum biasanya peritoneal dapat
meningkat. mengandung darah,
 Elektrolit serum, hipokalemia pus/eksudat, amilase,
mungkin ada. empedu, dan kreatinin
 Kultur, organisme penyebab
mungkin teridentifikasi dari
darah, eksudat/sekret atau
cairan asites.
 Septikemia dan syock septic
 Syok hipovelmia
 Sepsis intra abdomen
 Abses residual intraoeritoneal
 Eviserasi luka
 Obstruksi usus
 Oliguri
Anamnesis :
Identitas klien meliputi nama, usia
(kebanyakan terjadi pada usia tua) jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, dan Dx Medis
Keluhan Pasien :
Pasien peritonitis mengalami nyeri
kesakitan dibagian kanan
Riwayat penyakit saat ini :
Pasien peritonitis datang dengan gejala
nyeri abdomen, demam tinggi,
hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga
hipotensi bahkan syok.
Riwayat penyakit dahulu :
1. perforasi appendiksitis
2. ulkus peptikum
3. duodenum
Breathing (B1):
Pola nafas irregular (RR> 20x/menit), dispnea,
retraksi otot bantu pernafasan serta
menggunakan otot bantu pernafasan.adanya
peningkatan tekanan intraabdomen
membuat usaha pernafasan menjadi sulit
Blood (B2):
Pasien mengalami takikardi karena mediator
inflamasi dan hipovelemia vaskular karena
anoreksia dan vomit. Didapatkan irama
jantung irregular akibat pasien syok
(neurogenik, hipovolemik atau septik), akral :
dingin, banyak berkeringat dan pucat.
Brain (B3) :
Pasien dengan peritonitis tidak
mengalami gangguan pada otak
namun hanya mengalami penurunan
kesadaran

Bladder (B4) :
Terjadi penurunan produksi urine.pasien
biasanya mengalami penuruna
kemampuan untuk berkemih
Bowel (B5) :
Pasien akan mengalami anoreksia dan
nausea. Vomitus atau muntah dapat muncul
akibat proses patologis organ visceral (seperti
obstruksi) atau secara sekunder akibat iritasi
peritoneal. Selain itu terjadi distensi abdomen,
bising usus menurun, dan gerakan peristaltic
usus turun (<12x/menit).
Bone (B6) :
Penderita peritonitis mengalami letih, sulit
berjalan, nyeri perut dengan aktivitas
1. Nyeri berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
rongga abdomen
2. Hipertermi berhubungan dengan proses
peradangan
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik usus
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perpindahan cairan dari ekstraseluler, intraseluler ke
area peritonium.
5. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan penurunan peristaltic
6. Resiko tinggi infeksi berhubunga
7. n dengan peradangan
1) Nyeri berhubungan nyeri pada kondisi
dengan akumulasi sebelumnya.
cairan dalam rongga  Ajarkan teknik distraksi
abdomen dan relaksasi
 Tujuan : setelah  Rasional : mengontrol
dilakukan perawatan keluhan nyeri
selama 3 x 24 jam nyeri  Berikan tindakan
hilang / terkontrol kenyamanan
 Kriteria hasil : pasien
menyatakan nyeri  Rasional : memberikan
terkontrol / hilang keuntungan emosional,
mengurangi nyeri
 Intervensi :
 Kolaborasi pemberian
 Kaji skala nyeri analgetik
 Rasional :  Rasional :
membandingkan skala menghilangkan nyeri
2). Hipertermi berhubungan infeksi akut.
dengan proses  Berikan kompres hangat
peradangan  Rasional : kompres hangat
 Tujuan : setelah dilakukan berfungsi untuk
perawatan 3x24 jam, menvasodilatasi pembuluh
diharapkan hipertermia darah sehingga
 pasien dapat teratasi membantu mengurangi
 Kriteria hasil : suhu dalam demam
batas normal (370 C), Tidak  Kolaborasi pemberian
mengalami antipiretik
 komplikasi  Rasional : obat antipiretik
 Intervensi : untuk mengurangi demam
 Pantau suhu tubuh pasien
 Rasional : peningkatan
suhu diatas 38ᵒC
menunjukkan penyakit
3). Konstipasi berhubungan fungsi defekasi hilang.
dengan penurunan  Anjurkan pasien untuk
peristaltik usus melakukan pergerakan
 Tujuan : setelah sesuai kemampuan
dilakukan perawatan 3 x  Rasional: Menstimulasi
24 jam, diharapkan tidak perstaltik yang
terjadi perubahan pola memfasilitasi
eliminasi klien. terbentuknya flatus.
 Kriteria hasil : pola BAB  Jelaskan kepada pasien
normal (1 – 2 x / hari), untuk menghindari
Mengeluarkan feses makanan yang
tanpa mengejan mengandung gas
 Intervensi :  Rasional : menurunkan
 Kaji adanya distensi usus distres gastrik dan
 Rasional : Distensi dan distensi abdomen
hilangnya peristaltik usus
menandakan bahwa
4). Kekurangan volume cairan  Pantau masukan dan haluran
berhubungan dengan  Rasional : menentukan
perpindahan cairan dari balance cairan.
ekstraseluler, intraseluler ke  Kolaborasi pengawasan hasil
area peritonium. laboratorium, elektrolit dan
 Tujuan : setelah dilakukan GDA
perawatan selama 3x24 jam,  Rasonal : menentukan
diharapkan volume cairan kebutuhan penggantian dan
adekuat. keefektifan terapi.
 Kriteria :
 Kolaborasi berikan cairan
 TTV stabil parental
 Turgor kulit baik  Rasional : mempertahankan
 Mukosa lembab penggantian cairan untuk
 Menunjukkan perubahan memperbaiki kehilangan
keseimbangan cairan. cairan.
 Intervensi :
 Observasi TTV
 Rasional : indikator
keadekuatan volume sirkulasi
5). Gangguan kebutuhan  Rasional : menunjukkan
nutrisi kurang dari keefektifan terapi.
kebutuhan tubuh  Berikan kebersihan oral
berhubungan dengan  Rasional : mulut yang
penurunan peristaltik bersih dapat
usus. meningkatkan rasa
 Tujuan : setelah makanan
dilakukan perawatan  Kolaborasi rujuk dengan
selama 3x24 jam, ahli gizi
diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien adekuat.  Rasonal : menentukan
 Kriteria hasil :
program diet yang tepat
 Menunjukkan peningkatan
berat badan
 Menunjukkan peningkatan
nafsu makan.
 Intervensi :
 Timbang berat badan
tiap 2 hari sekali
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai