Proposal Mall Jane
Proposal Mall Jane
i
3.1.1. Kondisi Fisik Kota Semarang ...................................................................... 32
3.1.2. Kondisi Non Fisik Kota Semarang ............................................................... 35
3.2. Kebijakan Tata Ruang Wilayah Kota Semarang .................................................... 37
3.2.1. Rencana Pengembangan Wilayah Kota Semarang ...................................... 37
3.2.2. Pembagian Wilayah Kota Semarang ............................................................ 38
3.2.3. Potensi Kota Semarang ................................................................................ 41
3.3. Perkembangan Shopping Mall di Kota Semarang .................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 45
ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Tujuan dan Sasaran
1.2.1. Tujuan
Tujuan dari penulisan Sinopsis ini adalah untuk mendapatkan landasan konseptual
perencanaan dan perancangan bangunan Shopping Mall di Kota Semarang dengan karakter Semi
Street Mall sebagai fasilitas untuk mewadahi kegiatan berbelanja dan rekreasi bagi masyarakat
Semarang.
1.2.2. Sasaran
1.3. Manfaat
1.3.1. Subjektif
Untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir di Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang dan sebagai acuan untuk melanjutkan ke
dalam proses penyusunan LP3A dan Studio Grafis Tugas Akhir yang merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari proses pembuatan Tugas Akhir.
1.3.2. Objektif
Diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan baik bagi
mahasiswa yang akan menempuh Tugas Akhir maupun bagi mahasiswa arsitektur lainnya dan
masyarakat umum yang membutuhkan, yang selanjutnya diharapkan dapat berguna sebagai
pedoman dalam perancangan bangunan Shopping Mall di Semarang dengan karakter semi street
mall yang sesuai dengan disiplin ilmu arsitektur
Lingkup pembahasan menitik beratkan pada berbagai hal yang berkaitan dengan
perencanaan dan perancangan bangunan Shopping Mall di Semarang ditinjau dari disiplin ilmu
arsitektur. Hal-hal diluar ilmu arsitektur akan dibahas seperlunya sepanjang masih berkaitan dan
mendukung masalah utama.
2
penyusunan program dan konsep dasar perencanaan dan perancangan. Adapun Metode yang
dipakai dalam penyusunan penulisan ini antara lain :
1.6. SistematikaPembahasan
Kerangka bahasan laporan perencanaan dan perancangan Tugas Akhir dengan judul
Shopping Mall di Kota Semarang adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat, metode penulisan dan sistematika
bahasan yang mengungkapkan permasalahan secara garis besar serta alur pikir dalam menyusun
Landasan Program Perencanaan dan Perancangan (LP3A).
Membahas mengenai literatur tentang tinjauan umum shopping mall, tinjauan penekanan
desain dan studi banding shopping mall yang sudah ada.
Membahas tentang tinjauan Kota Semarang berupa data – data fisik dan nonfisik, seperti
letak geografi, luas wilayah, kondisi topografi, iklim, demografi, serta kebijakan tata ruang
wilayah di Kota Semarang. Selain itu terdapat juga pembahasan mengenai perkembangan
Shopping Mall di Kota Semarang
3
1.7. Alur Pikir
AKTUALITA
Pembangunan pusat perbelanjaan di kota Semarang belum merata karena masih berpusat di pusat Kota
Semarang.
Maraknya bangunan-bangunan pusat perbelanjaan di Kota Semarang yang menawarkan konsep yang
hamper sama, sehingga masyarakat membutuhkan alternatif lain untuk sarana belanja, hiburan, sekaligus
tempat rekreasi
URGENSI
Dibutuhkan sebuah wadah untuk tempat berbelanja, hiburan dan rekreasi bagi warga Kota Semarang yang
lengkap dan terletak di satu tempat
Dibutuhkan sebuah inovasi untuk bangunan perbelanjaan dengan memberikan karakter yang berbeda yaitu
dengan karakter Semi street mall yang cukup lengkap untuk memenuhi gaya hidup dan kebutuhan hiburan
bagi warga Semarang.
ORIGINALITAS
Merencanakan dan mendesain suatu mall dengan karakter semi street dengan fasilitas open plaza yang dapat
digunakan sebagai tempat hang-out dan mengadakan kegiatan hiburan sebagai salah satu alternative refrhesing
baru di kota Semarang
F
Tujuan
Tujuan dari penulisan Sinopsis ini adalah untuk mendapatkan landasan konseptual perencanaan dan perancangan E
bangunan Shopping Mall di Kota Semarang dengan karakter Semi Street Mall sebagai fasilitas untuk mewadahi
kegiatan berbelanja, hiburan dan rekreasi bagi masyarakat Semarang. E
Sasaran
Tersusunnya usulan langkah-langkah pokok proses (dasar) perencanaan dan perancangan Shopping Mall di Kota D
Semarang melalui aspek-aspek panduan perancangan (design guide lines aspect) dan alur pikir proses
penyusunan LP3A
B
Ruang Lingkup
Lingkup pembahasan menitik beratkan pada berbagai hal yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan
A
bangunan Shopping Mall di Semarang ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur. Hal-hal diluar ilmu arsitektur akan
dibahas seperlunya sepanjang masih berkaitan dan mendukung masalah utama.
C
K
Analisa
Analisa antara tinjauan pustaka dan data untuk memperoleh pendekatan aspek fungsional ,kontekstual
,teknis dan kinerja program perencanaan dan citra (konsep) perancangan bangunan Shopping Mall di
Kota Semarang
Konsep Dasar dan Program Perencanaan dan Perancangan Shopping Mall di Kota Semarang
TINJAUAN PUSTAKA
Secara Tradisional pengertian Mall adalah area memanjang yang tebentuk oleh deretan
pepohonan dan dipergunakan masyarakat umum untuk berjalan kaki. Sekarang mall merupakan
bentuk jalan atau plasa dikawasan pusat bisnin yang berorientasi pada pedestrian area sebagai
ruang transit
Shopping mall merupakan pusat perbelanjaan yang berintikan satu dan beberapa
department store besar sebagai daya Tarik retail-retail kecil dan rumah makan dengan tipologi
bangunan seperti toko yang menghadap ke koridor utama mall atau pedestrian yang merupakan
unsur utama dari sebuah shopping mall dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai ruang
komunal bagi terselenggaranya interaksi antar pengunjung dan pedagang
Sedangkan menurut James S. Hornbeck (1962) yaitu suatu kegiatan yang bertujuan
untuk mencari, kemudian membeli barang-barang yang dipajang dan ditawarkan. Namun untuk
pengertian shopping mall yang lebih tepat dalam konteks pusat perbelanjaan adalah kegiatan
seseorang yang berusaha mencari, melihat, menemukan, membandingkan harga barang dan
membelinya, dan implikasi dari semua kegiatan dan pengalaman pencarian tersebut merupakan
suatu unsur yang penting.
Bentuk mall yang mula-mula mucul adalah bentuk mall terbuka yang banyak terdapat di
negara-negara Eropa pada abad ke 16. Untuk menaungi pedestrian maka dipakai deretan
pepohonan yang ditanam di sepanjang mall dengan bentuk terbuka akan menghadapi masalah
karena kondisi cuaca, maka timbul suatu gagasan untuk membuat mall tertutup. Sedangkan
bahan penutupnya digunakan bahan penutup yang tembus cahaya (transparan) yang ditempatkan
sepanjang mall. Sehingga selain berfungsi sebagai penutup juga berfungsi sebagai tingkap
cahaya (sky light). Dengan demikian pengunjung lebih terlindung dari kondisi cuaca yang
kurang menguntungkan, namun tetap merasakan suasana luar ruangan.
Pemakaian konsep mall pada pusat perbelanjaan sebenarnya untuk menciptakan tingkat
kenyamanan suasana pebelanjaan, sehingga menarik konsumen untuk dating. Melihat hal
tersebut maka dapat dikatakan bahwa shopping mall pada dasarnya merupakan salah satu bentuk
pusat perbelanjaan (shopping centre) yaitu kegiatan perdagangan eceran berupa kompleks
5
pertokoan yang terdiri dari petak-petak pertokoan yang disewakan atau dijual oleh pihak
investor, dan didalamnya para pedagang eceran (retailer) tidak terikat satu sama lain
a. Street Mall
Street mall atau yang disebut juga dengan pedestrian mall merupakan tahap awal
terbentunya mall. Ide awal dari terbentunya street mall adalah menciptakan area traffic free zone,
merenvasi jalan menjadi area pedestrian. Karakter street mall terbentuk dari adanya node
(tujuan). Kedua node inilah yang membentuk jaringan pedestrian ways. Pada koridor jalan
pedestrian ways berkembang serial vision dengan tumbuhnya took-toko retail. Serial vision pada
street mall mengutamakan kontuniuitas visual dan berbentuk visual hal ini mempertegas karakter
street mall
b. Semi Mall
Semi mall atau disebut juga transit mall merupakan pengembang dari Street mall, dengan
karakter pembentuk yang sama yaitu nodes, pedestrian ways, dan serial vision. Pada
perkembangannya pedestrian mall muncul fungsi-fungsi baru, seperti berkumpul dengan
komunitas, ruang pameran dan rekreasi. Maka muncul semi mall yang berkonsep menyediakan
area urban, menggabungkan antara pedestrian mall dan plaza. Semi mall berlokasi pada jalan-
jalan primer dan pusat perdagangan di pusat kota.
Fasilitas pada semi mall:
- Ruang pameran
- Ruang komunal
- Parkir
c. Enclosed shopping mall
Merupakan bangunan yang lengkap dimana pengunjung dan penjual yang terlindung dalam
suatu bangunan yang tertutup sehingga memungkinkan untuk berinteraksi social, pameran dan
pertunjukan lainnya. System penghawaan dilakukan secara mekanis yang lazim dinamakan
dengan EMAC (Enclosed Mall Air Conditioner). Mall semacam ini yang paling banyak di
terapkan di daerah tropis.
Gambar 2.1. Koridor tambahan Gambar 2.2. Koridor tambahan tak berhubungan
berhubungan dengan magnet primer dengan magnet primer
7
3. Dengan semakin sempit dan tingginya harga lahan, maka parkir pada suatu shopping mall dapat
dibuat dengan parkir bertingkat (double decked) atau basement, di samping pakir secara
konvensional
4. Mall dapat berupa satu lantai, dua lantai atau lebih. Setiap lantai Mall harus menghindari
kemiingan yang curam untuk menjaga agar tidak terjadi kecelakaan pada pengunjung
Gambar 2.4. Mall dan retail satu lantai dengan parkir rata samping
Sumber :De Chiara (1981)
Gambar 2.5. Mall dan retail dalam dua lantai dengan parkir rata tiap lantai
Sumber : De Chiara (1981)
Gambar 2.6. Mall dan retail menjadi 3 lantai dengan parker basement
Sumber : De Chiara (1981)
8
2.2.2. Klasifikasi Shopping Mall
Menurut De chiara (1981) diklarifikasi pusat perbelanjaan dengan lingkup pelayanan sebagai
berikut :
Shopping Mall dapat digambarkan sebagai suatu kota yang dilengkapi dengan elemen-
elemen pembuk utama seperti path, node, edges, district dan landmark yang bertindak sebagai
penghubungnya. (Rubenstein, 1992)
Path, rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan untuk melakukan pergerakan secara
umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, pedestrian saluran dan sebagainya
9
Node, titik dimana oang memiliki pilihan untuk memasuki dsitricts yang berbeda. Sebuah
titik konsentrasi dimana transformasi memecah, path menyebar dan tempat mengumpulnya
karakter fisik.
Edges, elemen yang berupa jalur memanjangtetapi tidak berupa pathyang merupakan batas
antara 2 jenis fase kegiatan. Pinggiran dari sebuah districts atau batas-batas districts antara
district yang satu dengan district yang lainnya. Edges berupa dinding, pantai hutan kota,
sungai dan lain-lain.
District, kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi. Distrik yang ada dipusat kota
berupa daerah komersial yang didominasi oleh kegiatan ekonomi. Daerah ini masih
merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan-hiburan dan lapangan pekerjaan. Hal ini
ditunjang oleh adanya sentralisasi sistem transportasi dan sebagian penduduk kota masih
tinggal pada bagian dalam kota-kotanya (innersection)
Landmark, titik pedoman obyek fisik. Berupa fisik natural yaitu gunung, bukit dan fisik
buatan seperti menara, gedung, sculpture, kubah dan lain-lain sehingga orang bisa dengan
mudah mengorientasikan diri dalam suatu kota atau kawasan.
a. Atrium Atrium
Merupakan ruang kosong (void) yang secara horisontal diapit oleh lapisanlapisan
lantai di lantai kedua atau lebih sisi-sisinya, dengan ketinggian dua lapis lantai atau lebih
yang mendapat terang alami siang hari dan menjadi pusat orientasi bangunan. Beach
Mall di Gianyar 17
b. Magnet primer
Magnet merupakan transformasi dari ‟node‟ kota, yang berfungsi sebagai titik
konsentrasi, dapat juga sebagai landmark. Perwujudannya dapat berupa crowd atau
plaza. Penempatan magnet primer atau anchor mall terletak pada setiap pengakhiran
koridor sedangkan pada plaza ditekankan di lantai atas dan basement dalam hubungan
vertikal. Magnet mall dalam istilah lain juga disebut generator.
c. Magnet Sekunder
Toko merupakan salah satu bagian terpenting dari Mall yang dapat dianggap sebagai
‟distrik‟ pada pusat perbelanjaan. Penempatan toko erat kaitannya dengan magnet
primer (crowd dan ruang publik terbuka) sebagai daya tarik utama dalam pusat
perbelanjaan tersebut.
d. Koridor
Merupakan ruang yang digunakan untuk berjalan kaki. Koridor terbagi menjadi dua
macam, antara lain :
10
1) Koridor Utama yang merupakan orientasi dari toko-toko yang ada di sepanjang toko-
toko tersebut dengan lebar sekitar 15 meter untuk koridor oudor.
2) Koridor Tambahan (Sekunder) yang merupakan koridor yang terletak pada sepanjang
koridor utama dengan lebar minimal untuk koridor sekunder adalah 6 meter untuk
koridor outdoor.
e. Street Furniture
Merupakan elemen desain yang melengkapi keberadaan suatu jalan, yang
berintegrasi dengan pohon, antara lain berupa lampu jalan, patung, desain grafik, kolam,
tempat duduk, pot taman, tempat sampah dan lain-lain.
Komponen utama dari shopping mall adalah anchor tenant yang berfungsi sebagai
magnet. Dikonsentrasikan pada sebuah jalur utama yang menghadap dua atau lebih magnet
pertokoan dapat menjadi poros massa, dan dalam ukuran besar dapat berkembang menjadi
sebuah atrium. Jalur tersebut menjadi jalur sirkulasi utama, karena menghubungkan dua titik
magnet atau anchor yang membentuk sirkulasi utama. Penempatan komponen utama
berdasarkan proses evolusi shopping center yaitu :
11
2.2.5. Karakteristik Zona Penjualan Shopping Mall
Menurut Parnes (1948) zona penjualan dalam mall dibagi dalam dua area penjualan
barang-barang yaitu :
Keuntungan dalam Shopping Mall begantung pada besa dimensi penjualannya. Maka dai
itu dalam merencanakan suatu Mall, perlu mengetaui berapa perbandingan antara area lantai
penjualan dengan area service dan area penjualannya, Menurut Louis Parnes (1948) pusat
pebelanjaan dibagi atas beberapa area :
1. Gross Floor Area, yaitu jumlah total area dalam pusat pebelanjaan (tidak temasuk area
parkir)
2. Productive Area, yaitu total area yang digunakan untuk pengoprasian usaha pertokoan yang
ada (tidak termasuk tangga, elevator, koridor, lavatory dan sebagainya). perbelanjaan yang
tediri dari :
a. Selling Area, yaitu area yang berhubungan langsung dengan proses perbelanjaan
(diantaranya retail, depatemen store, supermarket dan foodcourt)
12
b. Area penjualan (sales area), adalah area penghubung langsung dengan keseluruhan
proses (termasuk tangga, elevator koridor, lavatory dan sebagainya)
c. Non-selling area, yaitu area yang berhubungan tidak langsung dengan proses
perbelanjaan (diantaranya ruang pengelola, ruang peneimaan barang, ruang istirahat ,
ruang pelengkap dan ruang penunjang)
d. Non-produktive Area yaitu Gross Floor Area (total lantai keseluruhan) dikurangi
Productive Area (termasuk di dalamnya adalah termasuk tangga, elevator koridor,
lavatory dan sebagainya)
Perbandingan yang sudah lazim dan sering digunakan adalah sebagai berikut :
Luas area penjualan (sales area) dengan luasan keseluruhan (gross floor) adalah 50%
sampai 70%. Apabila rasio area penjualan adalah 50% maka pembagian area lainnya dapat
dilakukan adalah :
Non-Produktive area = 18 %
Non-selling area = 32 %
Penentuan Fasilitas yang akan disediakan pada Shopping Mall merupaka mgabungan
antara fasilitas yang biasanya tedapat pada Shopping Mall dengan menambahkan fasilitas lain
beupa taman. Menurut Louis Pakes (1948), fasilitas yang terdapat pada Shopping Mall yaitu :
1. Zona Pengunjung
Meliputi tangga, pintu masuk, lift, eskalator,dll yang ditunjukan untuk pengunjung,
serta ruang istirahat, ruang pemeriksaan, ruang baca, ruang menulis, ruang pameran,
restauran dan fasilitas lain yang dapat memberikan kenyamanan untuk pengunjung. Jalur
barang benar-benar dilarang di zona pelanggan dan hanya dibatasi jalur kayawan.
2. Zona Barang
Zona Barang termasuk ruang untuk menerima, penandaan, persediaan, pengiriman,
dll dan fasilitas transportasi dibutuhkan untuk memindahkan barang. Zona barang ditutup
untuk jalur pengunjung dan hanya dapat diakses oleh sebagian karyawan.
3. Zona Karyawan
Zona Karyawan meliputi kantor, ruang pemeriksaan, toilet, dapu, workshop dan
sarana transsportasi bagi karyawan saja. Zona Kayawan tetutup bagi pelanggan.
13
4. Zona Penjualan
Zona Penjualan dimana tiga unsur bertemu dan terlibat dalam melakukan bisnis,
dikelilingi oleh tiga zona, yang lalu lintas garis bepotongan di pada titik-titik pintu masuk
dan keluar. Sebuah analisi yang cermat dai pegerakan lalu lintas yang dibutuhkan untuk
lokasi cerdas dai daeah zona aktual dan mengatur kegiatan dalam diri mereka, tetapi konsep
dasar dari tiga zona operasinal dan zona umum keempat merupakan bantuan besar dalam
menganalis masalah lalu lintas toko. Pentingnya skema ini hubungan timbal balik akan
menjadi jelas saat kita melanjutkan untuk mempelajari bagian yang berbeda dari toko.
2.2.8. Dimensi Mall
Menurut Beddington (1982) hal yang perlu diperhatikan bahwa mall jangan terlalu
panjang karena dapat melelahkan pengunjung.panjang ideal sebuah pedestrian mall berkisar
antara 200-250 meter, setelah itu harus ada suatu ruang untuk istirahat dan pause point dan suatu
fokal poin yang menarik agar pengunjung tidak kehilangan seleranya.
Tipologi pusat perbelanjaan menurut komposisi dan bentuk, diantaranya adalah sistem
cluster, loop dan linear. Pusat perbelanjaanyang berhasil dalam tata letak pada umumnya
memiliki bentuk yang sederhana, yaitu bentuk I, T dan L (Edger, 1976)
Gambar 2.11.
Sumber : (Edger, 1976)
2. Pusat perbelanjaan berbentuk huruf T
Gambar 2.12.
Sumbe : (Edger, 1976)
14
3. Pusat Perbelanjaan berbentuk hutuf L
Gambar 2.13.
Sumber : (Edger, 1976)
Pelaku yang melakukan kegiatan dalam Shopping Mall dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Berdasarkan pengelompokan pelaku pada Shopping Mall di atas, maka aktivitas yang
ada di dalam mall dapat dibagi menjadi :
15
2. Kelompok Aktivitas Pengelola, merupakan kelompok aktivitas yang mendukung fungsi mall
sebagai bangunan komersil. Dalam kata lain, kelompok aktivitas inilah yang
mengorganisasikan fungsi-fungsi yang terkait dalam mall.
3. Kelompok Aktivitas Pelengkap, merupakan kelompok aktivitas yang mendukung fungsi
utama mall yang bersifat pelengkap.
4. Kelompok Aktivitas Pelayanan, merupakan kelompok aktivitas yang berfungsi sebagai
servis atau pelayanan kepada individu-individu dalam mall.
5. Kelompok Aktivitas Penunjang, merupakan kelompok aktivitas yang berfungsi mendukung
aktivitas yang ada. Kelompok aktivitas ini antara lain mencakup aktivitas parkir, mekanikal
elektrikal, bongkar muat barang dan pemeliharaan.
2.3.3. Pengelolaan dan Kepemilikan Shopping Mall
1. Sistem pengelolaan
Sebagai bangunan komersial, sistem manajemen yang digunakan dalam pengelolaan
shopping mall harus benar-benar baik, karena berhasil tidaknya usaha Shopping Mall tersebut
sedikit banyaknya tergantung oleh manajemen atau pengelolaan yang dilakukan. Secara umum
manajemen Shopping Mall meliputi :
Divisi Accounting, yaitu divisi yang mengatur keuangan perusahaan termasuk bertanggung
jawab terhadap pengembalian modal perusahaan.
Divisi Operasional, yaitu divisi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan
perawatan bangunantermasuk juga masalah parkir dan keamanan bangunan
Divisi Promosi, yaitu divisi yang bertanggung jawab mengenalkan Shopping Mall tersebut
kepada masyarakat, secara tidak langsung mempengaruhi keuntungan penyewa.
Divisi Merketing, yaitu divisi yang bertanggung jawab terhadap terisinya toko yang
disediakan, dengan melakukan pendekatan kepada pengusaha secara langsung.
2. Sistem Kepemilikan
Ruang atau unit toko yang ada pada Shopping Mall dapat dipergunakan melalui sistem
kontrak/sewa. Siapapun berhak menyewa apabila memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Adapun sewa Shopping Mall adalah sewa ruang beserta fasilitas yang disediakan seperti listrik,
AC dan sebagainya.
2.3.4.Jenis Penjualan Shopping Mall
1. Demand (permintaan), yaitu yang menjual kebutuhan sehari-hari yang juga merupakan
kebutuhan pokok.
16
2. Semi Demand (setengah permintaan), yaitu yang menjual barang-barang untuk kebutuhan
tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
3. Impuls (barang yang menarik), yaitu yang menjual barang-barang mewah yang
menggerakkan hati konsumen pada waktu tertentu untuk membelinya.
4. Drugery, yaitu yang menjual barang-barang higienis seperti sabun, parfum dan lainlain.
2.3.5. Lokasi Shopping Mall
Lokasi pusat perbelanjaan menunjukkan fungsi dari kemudahan akses dan kedekatan
jarak dengan sarana dan fasilitas. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan lokasi pusat perbelanjaan, yaitu ukuran dari area pusat perbelanjaan, populasi,
jumlah kekuatan pembeli, penjualan potensial, dan situasi pusat perbelanjaan. Jenis lokasi dan
jalan dapat dilihat dari :
Lokasi yang strategis. Letak pusat pebelanjaan yang baik adalah dengan memperhatikan
letaknya yang strategis, karena letak pusat perbelanjaan tersebut mempengaruhi tingkat
keramaian pengunjung dan mempengaruhi tingkat sewa yang diinginkan. Letak pusat
perbelanjaan yang strategis adalah lokasi yang memiliki akses jalan yang memadai dan
tersedianya transportasi yang mudah dan memadai.
Kualitas lingkungan sekitar pusat perbelanjaan Lingkungan adalah suatu area yang berada di
sekitar pusat perbelanjaan, biasanya dikaitkan dengan tata ruang , atau kondisi penduduk
sekitar pusat perbelanjaan.
Jarak dengan pusat bisnis, permukiman, perkantoran, rekreasi, dan transportasi. Jarak adalah
satuan ukur yang memisahkan antara lokasi yang satu dengan lokasi yang lain. Jarak
memiliki pengaruh yang sangat penting dalam menarik calon tenant untuk ke pusat
perbelanjaan tersebut. Tingkat keramaian pusat perbelanjaan juga memiliki beberapa aspek
pendukung, misalnya semakin dekat dengan pusat bisnis maka tingkat hunian dari tenant
akan semakin tinggi, terlebih jika didukung dengan akses transportasi yang mudah dan
berada dekat daerah pemukiman yang padat.
Alternatif akses jalan dalam pencapaian dan lalu lintas yang tidak macet. Kemudahan dalam
pencapaian menuju pusat perbelanjaan menjadi salah satu faktor penting dari pengelola pusat
pebelanjaan dalam menarik perhatian pengunjung. Karena jika akses suatu pusat pebelanjaan
sulit dicapai, secara otomatis masyarakat akan enggan untuk mengunjungi pusat
perbelanjaan tersebut
Ketersediaan jaringan utilitas yang memadai sesuai jenis pusat perbelanjaan yang
direncanakan.
Kondisi geologi dan hidrologi tanah untuk analisis jenis pondasi yang digunakan.
17
2.4. Tinjauan Semi Street Mall
Mall dengan konsep semi street mall adalah sebuah mall yang terletak pada kawasan
residential di pinggiran kota, lebih mengutamakan tujuannya sebagai area jalan-jalan, refreshing,
dimana aktivitas makan lebih mendominasi disamping aktivitas berbelanja, dengan menerapkan
konsep ruang terbuka pada jalur pedestrian.
Semi street mall menghadirkan ruang terbuka pada pedestrian ways untuk menghadirkan
visual contunity pada retail komersial yang ada dan kegiatan rekreasi. Jalan-jalan dan makan
merupakanaktivitas utama dalam sebuah mall dengan konsep semi street mall, maka retail-retail
seperti restoran, café dan fast food lebih mendominasi daripada retail-retail untuk berbelanja.
Aktivitas dalam mall dengan konsep semi street mall mengarah pada gaya hidup yang
berkembang saat ini, dari aktivitas berkumpul, window shopping dan rekreasi.
Pada sebuah mall dengan konsep semi street mall biasanya terdapat sebuah plaza,
dimana tempat tersebut cukup nyaman untuk sekedar duduk-duduk atau mengadakan acara
pertunjukan, seperti konser, festival, pameran, dll. Aktivitas-aktivitas seperti itu sangat baik
untuk membantu mengangkut suasana semi street mall.
2.4.2. Fungsi, Tujuan dan Sasaran Mall dengan Konsep Semi Street Mall
a. Fungsi
Fungsi mall dengan konsep semi street mall adalah :
1. Pusat berbelanja, jalan-jalan dan makan, sekaligus refreshing
2. Tempat mengadakan pertunjukan untuk menghibur pengunjung
3. Wadah/tempat untuk melayani masyarakat kota yang ingin melepas penat dan mencari
alternatif baru dari bentuk mall yang ada pada umumnya.
4. Tempat bagi para pengusaha untuk membuka peluang pasar baru.
b. Tujuan
Menjadikan sebuah ruang terbuka yang aman dan nyaman sehingga dapat menciptakan sebuah
aternatif ruang komersial yang terbuka
c. Sasaran
Sasaran pengguna bangunan mall dengan konsep semi street mall ini adalah :
1. Pemilik, merupakan pihak swasta yang berbadan hokum
2. Pengelola, merupakan badan usaha yang berdiri sendiri dan bertanggung jawab kepada
pemiliknya
3. Penyewa
18
- Departemen store
- Pengusaha restaurant, café dan food court
- Pengusaha Cineplex
- Perbankan
4. Pengunjung, baik yang berasal dari dalam kota maupun luar kota.
2.4.3. Fasilitas
Mall ini menjadi sebuah tempat untuk memperbaiki kualitas dan kuanttas kegiatan kota.
Mall biasanya menjadikan sejumlah pusat pameran antara lain :
a. Konser music
b. Pameran
c. Fashion show
d. Festival seni dan kerjinan
e. Dan even-event lain.
Elemen-elemen pembentukan area semi street mall dapat mengacu pada elemen-
elemen pembentuk sebuah pedestrian mall. Elemen pendukung pedestrian mall menurut
Rubenstein 1992, meliputi :
a. Paving
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan paving adalah skala, pola, warna,
tekstur, dan daya serap air. Material paving meliputi : beton, batu bata, batu dan aspal.
Konsep desain paving untuk suatu kawasan perdagangan adalah dalam menentukan ukuran,
pola, warna an tekstur. Pemilihan ukuran, warna dan tekstur yang tepat akan mendukung
keberhasilan sebuah desain suatu jalur pedestrian kawasan perdagangan maupun plaza
b. Tanaman peneduh
Tanaman peneduh berfungsi untuk memberi kesan lebih luas pada area pejalan kaki,
menjadi media bagi udara dan air untuk dapat mencapai akar tanaman serta dapat
19
memudahkan perawatan pada area di sekelilingnya. Tanaman peneduh juga dapat menambah
daya Tarik dalam skala, pola, warna dan tekstur pada lingkungan urban.
c. Lampu/penerangan
Ada beberapa tipe lampu yang merupakan elemen pendukung perancangan kota,
yaitu (chiarra 1997)
- lampu tingkat renah
=ketinggian di bawah pandangan mata
=pola terbatas dengan kemampuan daya kerja yang rendah
-lampu mall dan lintas pejalan kaki
=mempunyai ketinggian 1-1,5m
=serbaguna, pola pencahayaan dan kemampuan daya kerja cukup
-lampu dengan maksut khusus
=rata-rata mempunyai ketinggian 2-3 m
=digunakan untuk daerah rekreasi, komersial besar dan jalan raya
- lampu dengan tiang tinggi
=rata-rata mempunyai ketinggian 6-10m
=digunakan untuk daerah yang luas, parkir, rekreasi dan jalan laying
d. Sign
Sign diperlukan untuk menunjukkan identitas toko atau kantor, rambu lalu lintas,
identitas daerah, perdagangan dan member informasi atau aktivitas
e. Sculpture
Sculpture dibuat untuk mempercantik jalur pedestrian atau menarik perhatian mata
(vocal point), biasanya diletakkan di tengah atau depan plaza. Sculpture biasanya berbentuk
patung, air mancur atau abstrak.
f. Fountains
fountains itu dan kolam sering menjadi daya Tarik utama pada semua mall atau
plaza. Air merupakan sebuah elemen alami yang memiliki keunikan tersendiri terutama pada
saat diaplikasikan dalam bentuk fontains. Efek suara yang terbentuk oleh aliran air memberi
kesan menyegarkan dan efek refleksi cahaya dan pemukaan air akan menghadirkan estetika
ruang yang berbeda.
g. Bollards
Bollards adalah balok (barn) yang berfungsi sebagai barrier (pembatas) jalur
pedestrian dengan jalur kendaraan. Biasanya dikombinasikan dengan lampu jalan.
h. Bangku
Bangku digunakan untuk mengantisipasi pengguna jalur pedestrian yang ingin
beristirahat atau menikmati suasana sekitar. Bangku dapat dibuat dari kayu, besi, beton atau
20
batu. Bangku yang nyaman adalah yang memiliki tinggi dari 15 hingga 18 inchi (38-46 cm)
dari permukaan lantai. Dibutuhkannya tempat duduk atau sitting group di sepanjang jalur
pejalan kaki erat kaitannya dengan kemampuan maksimal orang untuk berjalan kaki,
sehingga perlu disediakan tempat istirahat berupa sitting group. Pada rentang jalan sepanjang
400 m, setiap 30-45m perlu diberi tempat beristirahat untuk duduk-duduk.
i. Tempat pohin dan pot
Banyak jenis tempat pohon dan pot yang dibuat untuk menanam pepohonan dan
bunga. Pot untuk pohon harus memiliki kedalaman minimal 1 m dan air dapat mengalirkan
dengan baik. Tempat tanaman ini dapat dibuat dengan berbagai material seperti kayu, beton,
dan batu. Pot-pot tanaman ini dapat diletakkan dimana saja. Untuk menambah daya Tarik
dan warna pada area public. Pot juga dapat di disain untuk dapat dipindahkan sewaktu waktu
pada saat ada event kushus
j. Telephone
Telephone umum disediakan bagi pengguna jalur pedestrian jika sewaktu-waktu ini
berkomunikasi. Desain yang kreatif diharapkan mampu mempercantik jalur pedestrian.
k. Kios, shelter dan kanopi
Kios dapat memberi petunjuk jalan dan menjadikan jalur tersebut menjadi hidup,
tidak monoton. Shelter dibangun untuk melindungi terhadap cuaca, angina, sinar matahari,
dan hujan. Kanopi digunakan untuk mempercantik wajah bangunan dan dapat memberi
perlindungan terhadap cuaca.
l. Jam dan tempat sampah
Penempatan jam sebagai focus atau landmark, sedangkan tempat sampah untuk
menjaga kebersihan jalur pedestrian sehingga pengguna pedestrian merasa nyaman
21
2.5. Studi Banding Bangunan Sejenis
2.5.1. The Park Mall Solo
Mall yang berada di Kabupaten Sukoharjo ini dibuka sejak tanggal 31 Oktober 2013.
The Park Mall Solo Baru dibangun oleh PT. Tristar Land Development di lahan seluas 16 ha.
The Park Mall Solo Baru merupakan pusat perbelanjaan yang bernuansa mall dengan
mengusung tema the green shopping atmosphere, dimana bangunan komersial ini terdiri atas 4
lantai dengan luas bangunan 55.000m² dan tempat parker seluas 22.000m².
22
Gambar 2.16. Perspektif Interior The Park Mall Solo
Sumber : Google
The Park Mall Solo Baru menghadirkan suasana bernuansa komersial yang berpadu
dengan kawasan hijau terbuka. Dengan konsepnya green superblock yang dilengkapi dengan
23
taman hijau di area depan dan beberapa spot untuk bersantai ini diharapkan dapat
memberikan kenyamanan bagi pengunjung
24
Gambar 2.19. Fasilitas Parking Area Parkir The Park Solo Mall
Sumber : Dokumentasi Pribadi
The Park Mall Solo Baru menyediakan berbagai pilihan ruang usaha, baik berupa kios
dengan berbagai macam ukuran. Total tenant yang mengisi ruang usaha di The Park Park
Mall adalah 150 tenant dan tiga anchor tenant seperti Lottemart, Metro, dan XXI dengan luas
bangunan 55.000 m2. The Park Mall Solo Baru memberikan fasilitas keamanan 24 jam,
cleaning service, listrik, air bersih, AC sentral, yang akan mendukung kenyamanan dan
kemajuan usaha. Manajemen juga membantu dalam pemasaran produk dari tenant yang ada
dengan paket-paket promosi dan exhibition secara rutin.
25
Tenant
1. Lower Ground
Century Healtcare, Potik Seis, Guardian, Lottemart, Mr. Chuan, Tokio Bowl,
TongTji Tea House.
2. Ground Floor
ADA Fashion, Breadtalk, BRI Hybrid Lounge, C&F, Charles adn Keith, Cinema
XXI, Donini, Et Cetera, Everbest, Excelso, H&M, House Of Beer.
3. First Floor
Karin N Co, Bateeq, Batik Keris, Colorbox, Converse, D’Cost, Elegance Jewelery,
manzone, Imperial Kitchen, Inul Vizta, Lasona, Optik Melawai.
4. Second Floor
Asuransi Astra Garda Oto, Fun World, Asia Waffle, Jonny Andrean, Ocean
Reflexology, Natasha Skin Care, Oxa, Teh Blanche Beauty Lounge, Kidz Station,
Bakoel Es Krim, Kedai Bu Momoh
27
Ciwalk XXI, Ciwalk ThePremier, Fitness First
28
Gambar 2. 24. Retail Menghadap ke Koridor
c. Pada bangunan Cihampelas Walk menerapkan dua macam koridor, yaitu bersifat
terbuka dan bersifat tertutup penuh
- Semi tertutup, dengan perlindungan terhadap cuaca berupa skylight kaca di
sepanjang koridor, menggunakan penghawaan alami pada siang hari. Jalur
sirkuasi antara dua deret retail pada kedua sisi
29
d. Terdapat plaza pada bagian depan bangunan
Gambar 2. 27. Plasa Cihampelas Walk Mall berada di Depan Bangunan Utama
sumber : Google dalam Handita
30
Gambar 2. 29 Skywalk Menghubungkan Antar Massa Bangunan
Sumber : Google dalam Handita
31
BAB III
TINJAUAN LOKASI
a. Kondisi Geografis
Kota Semarang merupakan Ibukota Propensi Jawa Tengah dan salah satu kota besar di
Indonesia. Kota Semarang merupakan tempat terjadinya perkembangan perekonomian yang
tumbuh begitu pesat, sehingga Kota Semarang merupakan indikator kuat bagi daerah-daerah
lain di Propinsi Jawa Tengah untuk mengikuti pekembangan Kota Semarang. Secara geografis,
Semarang terletak antaa garis 6°50’ - 7°50’ Ls dan garis 109°50’ - 110°35’ BT.
Kota Semaang memiliki batas-batas sebagai beikut :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang
Sebelah Timur : Kabupaten Demak
Sebelah Barat : Kabupaten Kendal
Kota Semarang memiliki luas wilayah sebesar 373,70 km2 dan merupakan 1,15% dari
luas total luas daratan Provinsi Jawa Tengah dengan batas wilayah sebelah barat adalah
Kabupaten Kendal, sebelah timur dengan Kabupaten Demak, sebelah selatan dengan Kabupaten
Semarang dan sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai mencapai 13,6
32
kilometer. Secara administrasi Kota Semarang terbagi atas 16 Kecamatan, secara rinci luas
masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Luas Wilayah Kota Semarang
No Kecamatan Jumlah Kelurahan Luas (km2)
1. Mijen 14 57,55
2. Gunungpati 16 54,11
3. Banyumanik 11 25,69
4. Gajahmungkur 8 9,07
5. Semarang selatan 10 5,93
6. Candisari 7 6,54
7. Tembalang 12 44,20
8. Pedurungan 12 20,72
9. Genuk 13 27,39
10. Gayamsari 7 6,18
11. Semarang Timur 10 7,70
12. Semarang Utara 9 10,97
13. Semarang Tengah 15 6,14
14. Semarang Barat 16 21,74
15. Tugu 7 31,78
16. Ngaliyan 10 37,99
TOTAL 177 373,70
Sumber : Kota Semarang dalam Angka 2016 (Semarang, 2016)
b. Kondisi Topografis
Secara topografis Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, daerah rendah dan
pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan
dan tonjolan. Daerah pantai 65,22% wilayah adalah daatan dengan kemiringan 15-40%. Kondisi
lereng Kota Semaang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu :
Lereng I (0-2%)
Meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang
Utara dan Tugu serta sebagian wilayah Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan mijen.
Lereng II (2-5%)
Meliputi Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur,
Gunungpati dan Ngaliyan
Lerang III (15-40%)
33
Meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan Gunungpati, sebagian
wilayah kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan sebagian wilayah Kecamatan
Banyumanik, serta Kecamatan Candisari
Lereng IV (>50%)
Meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah tenggara) dan
sebagianwilayah Kecamatan Gunungpati, terutama di sekitar Kali Garang dan Kali
Kripik.
Kota Bawah yang sebagian tanahnya memiliki tediri dari pasir dan lempung.
Pemanfaatan lahan lebih banyak digunakan untuk jalan, permikiman atau perumahan,
bangunan, halaman, kawasan industri, tambak, empang dan pesawahan. Kota Bawah sebagai
pusat kegiatan pemeintahan, pedagangan, perindustrian, pendidikan dan kebudayaan, angkutan
dan transportasi dan perikanan. Berbeda dengan daerah perbukitan atau Kota Atas yang struktur
geolohinya sebagian besar terdiri dari batuan beku. Wilayah Kota Semarang berada pada
ketinggian antara 0 sampain dengan 348,00 meter dpl (di atas permukaan air laut). Secara
topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah
yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian
0,75 mdpl. Kota bawah merupakan pantai dan daratan rendah mempunyai ketinggian 0,75 mdpl.
Kota bawah merupakan pantai dan daratan rendah yang memiliki kemiringan antara 0% sampai
5%, sedangkan bagian selatanmerupakan daerah daratan tinggi dengan kemiringan bervaiasi
antara 5% - 40%.
Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang membentuk suatu kota
yang mempunyai ci khas yaitu terdiri dari daerah perbukitan, daratan rendah dan daerah pantai.
Dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan tanah
berkisar antara 0% - 40% (curam) dan ketinggian antara 0,75 – 348,00 mdpl.
c. Kondisi Klimatologis
Secara klimatologi, Kota Semarang seperti kondisi umum di Indonesia, mempunyai
iklim tropis basah yang dipengaruhi oleh angin monsun barat dan monsun timur. Dari nulan
November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut (NW) menciptakan musim
hujan dengan membawa banyak uap air dan hujan. Sifat periode ini adalah curah hujan sering
dan berat, kelembaban relatif tinggi dan mendung. Lebih dari 80% daari curah hujan tahunan
turun di periode ini. Dari Juni hingga oktober, langit bertiup dari Selatan Tenggara (SE)
menciptakan musim kemarau karena membawa sedikit uap air. Sifat periode ini adalah sedikit
cuah hujan, kelembaban lebih rendah dan jarang mendung.
Curah hujan di Kota Semarang empunyai sebaran yang tidak meratasepanjang tahun,
dengan total curah hujan rata-rata 9.891 mm per tahun. Ini menunjukkan curah hujan khas pola
34
Indonesia, khususnya di Jawa, yang mengikuti pola angin muson SENW yang umum. Suhu
minimum rata-rata yang diukur di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 29,9°C
pada September, ke 24,6°C pada bulan Mei dan suhu maksimum rata-rata berubah-ubah dari
29,9°C ke 32,9°C. Kelembabab relatif bulanan rata-rata berubah-ubah dari minimum 61% pada
bulan September ke maksimum 83% pada bulan Januari. Kecepatan angin bulanan rata-rata di
Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 215km/hari pada bulan Agustus sampai
286km/hari pada bulan Januari. Lamanya sinar matahari yang menunjukkan rasio sebenarnya
sampai lamanya sinar matahari maksimum hari, bervariasi dari 46% pada bulan Deseber sampai
98% pada bulan Agustus.
a. Kependudukan
Berdasarkan registrasi penduduk tahun 2016, jumlah penduduk Kota Semarang tercatat
sebesar 1,602,717 jiwa dengan pertumbuhan dalam 5 tahun terakhir yaitu :
Tabel 3.2 Jumlah penduduk Kota Semarang 5 Tahun Terakhir
No Tahun Jumlah Penduduk
1 2012 1.559.198
2 2013 1,572,105
3 2014 1,584,906
4 2015 1,595,187
5 2016 1,602,717
Sumber : (Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2017)
Dari tabel jumlah penduduk Kota Semarang 5 tahun terakhir, pertumbuhan penduduk
mengalami peningkatan dengan persentase yang tidak tetap. Maka untuk mengetanhui jumlah
penduduk pada tahun 2028 mendatang dapat diproyeksikan dengan menggunakan presentase
pertumbuhan rata-rata pertahun yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.3 Prosentase Kenaikan Jumlah Penduduk Kota Semarang 5 tahun terakhir
Melihat tabel dengan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya, maka
kemungkinan jumlah penduduki kota Semarang pada tahun 2028 juga akan meningkat dengan
perhitungan sebagai berikut :
Pπ = PQ (1+r)n
Pπ = 1.602.717 (1+1,29%)12
Pπ = 1.602.717 (1,0129)12
Pπ = 1.869.199 jiwa
Keterangan :
Jadi proyeksi jumlah penduduk Kota Semarang pada tahun 2028 mendatang
diperkirakan 1.744.730 jiwa. Dengan melihat proyeksi jumlah penduduk Semarang
yangcenderung terus meningkat, maka kebutuhan hidup akan semakin meningkat pula.
Meingkatnya kebutuhan hidup suatu penduduk kota perlu diimbangi dengan pengembangan
36
fasilitas-fasilitas komersial yang baru di bidang perdagangan dan jasa. Hal ini berguna untuk
memenuhi kebutuhan penduduk Kota Semarang di masa yang akan datang.
b. Perekonomian
Peran daerah dalam mendukung perekonomian nasional cukup besar, namun sejalan
dengan perkembangan perekonomian nasional, peran tersebut menjadi kurang optimal.
Fenomena perekonomian saat ini cenderung menuntut adanya ruang aktif dari para eksekutif
untuk lebih banyak menggali potensi perekonomian daerahnya, serta memainkan peranan yang
lebih besar dalam merangsang aktivitas ekonomi daerah.
Pertumbuhan ekonomi disamping dapat berdampak pada pendapatan perkapita, pada
akhirnya juga akan berpengaruh pada pendapatan daerah. Faktor-faktor perekonomian yang
mendukung pengembangan bangunan komersial barun di kota semarang antara lain yaitu
meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Semarang. Kemampuan ekonomi
suatu daerah antara lain dapat terlihat dari perkembangan produktivitas sektor-sektor pembentuk
PDRB.
1. Wilayah pengembangan I, dengan kegiatan utama sebagai pusat kota meliputi sebagian
Kodya Semarang dan sebagian Kecataman Genuk dengan karakteristik kegiatan perkotaan
(urban) serta menjadi pusat kota dan extensi pusat kota. Berfungsi sebagai pelayanan umum
(Central Bussuness District) yang meliputi perbelanjaan, transportasi regional/lokal,
pergudangan dan perumahan dengan kepadatan tinggi. Wilayah ini dibagi menjadi tiga
bagian wilayah kota yaitu :
BWK I
BWK II
BWK III
2. Wilayah Pengembangan II, dengan kegiatan utama sebagai daerah industri. Terbagi atas
wilayah Tugu dengan sub pusat pengembangan Mangkang Kulon, Tugurejo dan Ngaliyan
serta wilayah Genuk dengan sub pusat pengembangan Genuksari. Terdiri dari dua bagian
wilayah kota, yaitu :
BWK IV
BWK X
37
3. Wilayah Pengembangan III, dengan kegiatan utama jasa-jasa dan permukiman kepadatan
sedang. Meliputi sebagian wilayah Genuk dan perluasan Kecamatan Bangetayu, Ketileng,
Tembalang, Banyumanik, Rowosari, Menteseh dan Gedawang. Terdiri dari tiga bagian
wilayah kota, yaitu :
BWK V
BWK VI
BWK VII
4. Wilayah Pengembangan IV, dengan kegiatan utama agraris. Meliputi : Kecamatan
Gunungpati, Mijen dan sebagian wilayah Kecamatan Tugu bagian selatan dengan sub
pengembangan Mijen, Cangkiran dan Kedungmundu serta sebagian wilayah kecamatan
Tugu bagian selatan dan Ngaliyan. Wilayah ini terbagi atas dua bagian wilayah kota, yaitu :
BWK VIII
BWK IX
3.2.2. Pembagian Wilayah Kota Semarang
Kota Semarang terbagi menjadi sepuluh Bagian Wilayah Kota (BWK) yang masing-masing
memiliki potensi yang berbeda. Potensi masing-masing BWK Semarang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.4 Pembagian Wilayah Kota dan Potensi Bagian Wilayah Kota (BWK) Semarang
38
No BWK KECAMATAN POTENSI
I Semarang Tengah, Wilayah sentral/pusat Kota Semarang
Semarang Timur, Memiliki konektivitas tinggi terhadap wilayah lain
Semarang Selatan Kondisi tanah baik untuk daerah terbangun Pusat
kegiatan pelayanan kota.
Terdapat kawasan Kota Lama sebagai kawasan
bangunan konservasi
2 II Gajah Mungkur Lokasi strategis dalam menghubungkan pusat kota
dengan daerah pinggiran kota
Pusat pendidikan tinggi skala regional
Kawasan olahraga rekeasi skala regional
3 III Semarang Barat Pusatkegiatan transportasi (bandara A.Yani,
pelabuhan laut Tanjung Mas, stasiun kereta api
Tawang dan Poncol)
Kawasan rekreasi skala regional (PRPP, Museum
Ronngowarsito, Pantai Marina)
4 IV Genuk Lereng landai, sesuai untuk kegiatan
permukiman dan perkotaan lain
Pengembangan daerah industri
Dekat dengan pelabuhan laut dan terminal induk
Terdapat lahan tambak, potensi pengembangan
perikanan darat.
5 V Gayamsari, Lereng relatif landai
Pedurungan Cocok untuk dikembangkan pemukiman,
pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa.
Aksesibilitas tinggi
Dilalui jalur transportasi regional
Berpotensi didirikan terminal
6 VI Tembalang Pusat kegiatan pendidikan skala regional
Pengembangan kegiatan permukiman
Topografi berbukit (potensi view)
Dilewati jalan arteri primer dan arteri sekunder
Dekat dengan pusat pengembangan Pedurungan
dan Peterongan
7 VII Banyumanik Pintu gerbang Kota Semarang dari aah Selatan
39
Dilalui jalan arteri primer dan arteri sekunder
yang merupakan jalur utama Kota Semarang
Dekat pusat pendidikan Kecamatan Tembalang
Sub terminal Banyumanik menimbulkan potensi
kutub pertumbuhan BWK VII bagian selatan
Adanya kawasan rekreasi panorama Kota
Semarang bawah
Topografi berbukit dan iklim sangat potensial
sebagai pengembangan kawasan permukiman
8 VIII Gunung Pati Sebagai wilayah penyangga kaitannya
dengan perlindungan lingkungan
Wilayah desa-kota dengan kegiatan utama
pertanian, berpotensi sebagai kawsan
produksi bahan pangan
Adanya pendidikan skala regional
Berpotensi sebagai kawasan islan untuk
suplai air tanah
9 IX Mijen Potensi sebagai wilayah tangkapan dan
simpul distribusi hasil pertanian
Sebagai wilayah cadangan pengembangan
Kota Semarang
Sesuai untuk kegiatan pertanian
Pengembangan argo bisnis dan argo
industri
Potensial sebagi kawasan islan untuk suplai
kebutuhan air tanah
Potensi pengembangan pariwisata argo
10 X Ngalian, Tugu Pintu gerbang Kota Semarang dai arah
Barat
Potensi perkembangan kegiatan insdustri
Berperan dalam menghubungkan Kota
Semarang dengan Boja sebagai hiterland
Tabel Potensi Wilayah Kota Semarang
Sumber : (Pemerintah Kota Semarang, 2015)
40
3.2.3. Potensi Kota Semarang
Kota Semarang dalam lingkup regional Jawa Tengah merupakan ibukota yang memiliki
kompleksitas peran yang strategis, dalam fungsi administrasi, kegiatan sosial ekonomi dan
politik. Sebagai pusat kegiatan perekonomian dan distribusi barang, pertumbuhan bidang
perdagangan dan jasa berimplikasi pada meningkatnya kegiatan-kegiatan lain yang menunjang
fungsi perekonomian kota. Beberapa potensi kota yang sekaligus merupakan faktor-faktor
strategis yang mendukung pembangunan daerah adalah:
Di Kota Semarang terdapat beberapa pusat perbelanjaan (pasar modern) yang tersebar di
beberapa wilayah, yang terdapat pada tabel berikut :
41
NO NAMA ALAMAT LUAS
1 Plasa Simpang Lima Semarang Jl. Ahmad Yani No.1 Semarang 13.069 m2
2 Mall Ciputra Simpang Lima Jl. Simpang Lima No. 1 Semarang 20.600 m2
Semarang
3 Mall Paragon City Semarang Jl. Pemuda No. 118 Semarang 52.000 m2
4 DP Mall Semarang Jl. Pemuda No. 150 Semarang 29.000 m2
5 Java Supermall Semarang Jl. Letjen MT Haryono No. 992-994 24.000 m2
Semarang
6 Sri Ratu Pemuda Semarang Jl. Pemuda No. 29-33 Semarang 17.300 m2
7 Sri Ratu Peterongan Jl. MT. Haryono No. 922—944 5.350 m2
Semarang
8 ADA Setiabudi Semarang Jl. Dr. Setiabudi No. 221-225 2.746 m2
Semarang
9 ADA Siliwangi Semarang Jl. MGR Sugiyopranoto No. 58-60 1.600 m2
Semarang
10 ADA Majapahit Semarang Jl. Brigjen Sudiarto No. 325 Semarang 2.380 m2
11 Transmart Semarang Jl. Setiabudi no 127 Srondol Kulon 10.200 m2
Banyumanik Semarang
Jumlah 155.723 m2
Tabel Pusat Perbelanjaan Kota Semarang
Sumber : (Pemerintah Kota Semarang, 2015)
42
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
TA Mba Dita
http://mall.theparksolo.com/tenant-directory.html?k=&floor=55&cat=0&caritenan=1
43
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?q=kota+metropolitan+terbesar+di+indonesia&oq=kota+metropolit
an+t&aqs=chrome.2.69i57j0l5.4668j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8
44