Anda di halaman 1dari 86

PET UNJUK PE NYU SU NAN

Rencana Aksi Daerah


untuk
Tuberkulosis

KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2017
KATA PENGANTAR

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menjadi


tantangan global. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai
beban TB terbesar diantara 5 negara yaitu India, China, Nigeria, dan Pakistan.
Program Penanggulangan TB nasional terus melakukan intensifikasi,
akselerasi, ekstensifikasi dan inovasi program untuk mempercepat pencapaian
target eliminasi TB tahun 2035.
Program penanggulangan TB kedepan akan sangat membutuhkan sumber
pendanaan dalam negeri, khususnya dari Pemerintah Daerah sesuai dengan
semangat desentralisasi yang diamanatkan dalam UU no 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Kementerian Kesehatan telah menyusun
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB tahun 2016-2019 yang perlu
diikuti dan dijabarkan menjadi Rencana Aksi Daerah bagi Provinsi dan
Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
Petunjuk penyusunan ini digunakan sebagai panduan bagi pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam menyusun Rencana Aksi
Daerah Penanggulangan TB. Petunjuk Penyusunan ini memuat tentang latar
belakang dan alasan pentingnya RAD penanggulangan TB, pendekatan serta
langkah-langkah dalam penyusunannya, sehingga dapat mempermudah bagi
tim penyusun baik di tingkat provinsi maupun di Kabupaten/Kota.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Tim Penyusun yang dengan segala upaya telah berhasil menyusun
Petunjuk Penyusunan RAD Penanggulangan TB ini.

Jakarta, November 2017


Direktur Jendral P2PL

dr. H. Mohamad Subuh, MPPM

Petunjuk Penyusunan RAD untuk TB


TIM PENYUSUN

Pengarah : dr. H. Mohamad Subuh, MPPM


Penanggung jawab : dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes.
Koordinator : dr. Asik, MPPM
Editor : dr. Yullita Evarini Yuzwar, MARS
Nurjannah, SKM, M.Kes.
Budiarti Setyaningsih, SKM, MKM
dr. Carmelia Basri, M.Epid.
Kontributor:
Bawa Wuryaningtyas, SKM, MM Subdit TB Zamhir Islami, SSTP Kemendagri
Endang Lukitosari, dr., MPH Subdit TB Eduard Sigalingging, Drs., M.Si. KOMLI TB
Harsana, SE Subdit TB Erlina Burhan, Dr., Sp.P(K) KOMLI TB
Helmi Suryani Nasution, SKM Subdit TB Muhammad Noor Farid, S.Si., PhD KOMLI TB
Indri Rizkiyani, SKM Subdit TB Muntajid Billah, Drs. KOMLI TB
Irfan Ediyanto, dr. Subdit TB Pandu Riono, dr., MPH, PhD KOMLI TB
Kasman, SKM Subdit TB Samijono, Drs. KOMLI TB
Mat Izi, SKM, MPH Subdit TB Soedarsono, dr., Dr., Sp.P(K) KOMLI TB
Munziarti, SKM Subdit TB Sudijanto Kamso, Prof, Dr., MPH, PhD KOMLI TB
Novayanti Tangirerung, dr. Subdit TB
Nurul Badriyah, SKM Subdit TB Agnes Gebhard, MD KNCV
Ratna Diliana Sagala, SKM, MPH Subdit TB Aking Pribadi KNCV
Regina Tambunan, SKM Subdit TB Benyamin Sihombing, dr. WHO
Retno Kusumadewi, dr., MPH Subdit TB Betty Nababan, dr. M.Epid. FHI 360
Rina Handayani, dr., M.Kes. Subdit TB Bey Sonata KNCV
Rizka Nur Fadila, SKM Subdit TB Endang Nuraini KNCV
Rudy Hutagalung, B.Sc. Subdit TB Fainal Wirawan KNCV
Silvia Dini, SKM Subdit TB Farid Husni KNCV
Sity Kunarisasi, dr., MARS Subdit TB John Sugiharto KNCV
Suhardini, SKM, MKM Subdit TB Joko Siswanto KNCV
Sulistyo, SKM, M.Epid. Subdit TB Junida Sinulingga KNCV
Totok Haryanto, SKM, M.Kes. Subdit TB Merry Syamsuri, dr. FHI 360
Mikyal Faralina, SKM WHO
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Miladi Kurniasari, dr., MA FHI 360
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Mubarno Budidayanto KNCV
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Regina Loprang, dr. WHO
Dinas Kesehatan Provinsi Papua Reza Putra KNCV
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Utara Rini Palupy, SKM, MKM FHI 360
Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Rudi Triyana KNCV
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Setiawan Jatilaksono, dr. WHO
Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya Singgih Pribadi KNCV
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember Trishanty Rondonuwu KNCV
Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika Wera Damianus KNCV
Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung Yan Marey KNCV
Dinas Kesehatan Kota Bandung Yoana Anandita, SKM WHO
Dinas Kesehatan Kota Jayapura
Dinas Kesehatan Kota Medan Aisyiyah
Dinas Kesehatan Kota Semarang LKNU
Dinas Kesehatan Kota Surakarta POP TB

Petunjuk Penyusunan RAD untuk TB


DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Tim Penyusun
Daftar Isi

I. Pendahuluan:
1. Latar Belakang
2. Urgensi dan nilai strategis RAD penanggulangan TB
3. Landasan hukum dan kebijakan penyusunan RAD
penanggulangan TB
4. Maksud, tujuan, dan fungsi RAD penanggulangan TB

II. Pendekatan dalam Penyusunan RAD Penanggulangan TB

III. Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penanggulangan TB


1. Kerangka dokumen RAD penanggulangan TB
2. Persiapan
3. Proses penyusuan
a. Menyusun pendahuluan
b. Melakukan dan menyusun analisis situasi
c. Merumuskan indikator dan target
d. Merumuskan isu strategis dan kesenjangan
e. Merumuskan strategi, kegiatan, dan luaran
f. Pembiayaan
4. Penetapan RAD dalam kebijakan daerah
5. Integrasi RAD dalam perencanaan daerah

Petunjuk Penyusunan RAD untuk TB


Lampiran
Lampiran 1: Silabus Petunjuk Teknis Penyusunan RAD
Penanggulangan TB
Lampiran 2: Pedoman Pengisian Tools Perhitungan Indikator dan
Target TB Tahun 2016-2020
Lampiran 3: Tools Perhitungan Target TB di Provinsi dan
Kabupaten/Kota Tahun 2016-2020
Lampiran 4: Matriks Kegiatan Pusat, Provinsi, dan Kabupaten
Lampiran 5: Insiden dan Target Penemuan Kasus TB Tahun 2017-2020
Lampiran 6: Indikator Utama dan Operasional
dalam Stranas TB Tahun 2016-2020
Lampiran 7: Definisi Operasional Indikator Utama dan Operasional
dalam Stranas TB 2016-2020

Petunjuk Penyusunan RAD untuk TB


I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menjadi
tantangan global. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai
beban TB terbesar di antara 5 negara yaitu India, China, Nigeria, dan Pakistan.
Selain itu terdapat tantangan yang perlu menjadi perhatian yaitu meningkatnya
kasus TB-MDR, TB-HIV, TB dengan DM, TB pada anak dan masyarakat
rentan lainnya. Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang cukup besar
dengan beban prevalensi 660/100.000 penduduk. Program Penanggulangan
TB nasional terus melakukan intensifikasi, akselerasi, ekstensifikasi dan
inovasi program untuk menghadapi situasi tersebut.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 4
menyatakan “Setiap orang berhak atas kesehatan.” Pasal 9 yang menyatakan
“Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, di mana
pelaksanaannya meliputi upaya kesehatan perseorangan, upaya kesehatan
masyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan”, serta pasal 18
menyatakan bahwa “Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan
mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.”
Program Penanggulangan TB dari tahun ke tahun menunjukkan hasil cukup
baik, hal ini terlihat dari peningkatan indikator penemuan kasus/case detection
rate (CDR) dari angka CDR pada 2003 hanya 37,6% menjadi 77% pada 2015.
Angka keberhasilan pengobatan/success rate pada 2015 mencapai 89,7% yang
melampaui target MDGs sebesar 85%. Dalam rangka menyongsong
pelaksanaan Sustainable Development Goals (SDGs), yang salah satu
tujuannya adalah menjamin kesehatan yang baik dan sejahtera telah disusun
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB 2015-2019. Rencana aksi
nasional perlu diikuti dan dijabarkan sesuai dengan kondisi daerah masih
masing menjadi Rencana Aksi Daerah.
Program penanggulangan TB ke depan akan sangat membutuhkan sumber
pendanaan baik dari pemerintah pusat terutama daerah, sesuai dengan
semangat desentralisasi. Untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari
seluruh pemangku kebijakan diperlukan upaya atau proses yang strategis dan

1  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


terencana. Advokasi dilakukan untuk memastikan komitmen, kepemimpinan,
koordinasi yang lebih baik serta investasi besar dari pemerintah disemua
tingkat, mulai tingkat pusat sampai dengan tingkat kabupaten/kota, dengan
keterlibatan penuh Kementerian Kesehatan dan Kementerian kunci lainnya,
termasuk Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
Sosial, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat serta kementerian-kementerian lainnya.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pasal 9
(3) yang menyebutkan tentang urusan pemerintahan konkuren terbagi menjadi
kewenangan pemerintah pusat dan daerah yang menyangkut kepentingan
mayarakat, pemerintah daerah wajib mendorong partisipsi masyarakat
sekurang-kurangnya dalam hal penyusunan peraturan daerah dan kebijakan
daerah yang mengatur perencanaan, pengganggaran, pelaksanaan dan
monitoring dan evaluasi pembangunan daerah. Penanggulangan TB termasuk
salah satu Standar Pelayanan Minimal dan wajib dipenuhi oleh pemerintah
daerah.
Petunjuk Pelaksanaan penyusunan RAD TB ini diharapkan menjadi acuan
bagi pemerintah daerah bersama dengan pihak terkait lainnya dalam
menyusun RAD Penanggulangan TB dalam rangka memberikan arah
kebijakan dan strategi untuk mengintegrasikan serta mensinkronisasi Program
Penanggulangan TB Nasional dan daerah.

2. Urgensi dan nilai strategis RAD penanggulangan TB


Sesuai dengan komitmen global, pemerintah Indonesia telah menetapkan arah
(road map) untuk menuju elimnasi TB di Indonesia pada 2035. Peluncuran
Strategi TOSS-TB (Temukan, Obati Sampai Sembuh-TB) pada 2016 meliputi:
 Penyusunan Peta Jalan Eliminasi TB
 Penemuan Intensif, Aktif, dan Masif
 Kemitraan dan mobilisasi sosial

2  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


Target program penanggulangan TB menuju Eliminasi TB 2035 ditetapkan
sebagai berikut:

Tahun 2020 Tahun 2025 Tahun 2030 Tahun 2035

 20% penurunan  50% penurunan  80% penurunan  90% penurunan


insiden TB insiden TB insiden TB insiden TB
 40% penurunan  70% penurunan  90% penurunan  95% penurunan
kematian TB kematian TB kematian TB kematian TB
dibandingkan dibandingkan tahun dibandingkan tahun dibandingkan
tahun 2014 2014 2014 tahun 2014

Sebagai sebuah rencana aksi yang berkelanjutan dalam rangka


Penanggulangan TB menuju eliminasi TB 2035, penyusunan RAD
Penanggulangan TB memiliki nilai strategis sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan pelayanan publik, termasuk di dalamnya pelayanan
kesehatan merupakan tugas utama Pemerintah Daerah. Penanggulangan
TB merupakan salah satu pelayanan kesehatan dasar yang mana telah
ditetapkan menjadi Standar Pelayanan Minimal yang wajib dipenuhi
oleh pemerintah daerah.
2. Strategi Penanggulangan TB dalam RAD Penanggulangan TB lebih
banyak mengarah pada promosi, pencegahan dan perbaikan kualitas
layanan.
3. Penyusunan RAD Penanggulangan TB yang tepat dan jaminan
penganggaran yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
merupakan hal-hal yang akan mendorong pemerintah daerah untuk lebih
bersemangat melakukan Penanggulangan TB, terutama upaya promosi,
pencegahan dan peningkatan kualitas layanan.
4. RAD Penanggulangan TB merupakan rencana aksi yang diintegrasikan
dan terinternalisasi dalam setiap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
masing-masing OPD terkait langsung maupun tidak langsung dengan
kemitraan dari lembaga nonpemerintah terkait yang perannya
memberikan berbagai input apabila terjadi penyimpangan dalam
pelaksanaan RAD Penanggulangan TB.

3  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


3. Landasan hukum dan kebijakan penyusunan RAD penanggulangan
TB

1. UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yakni Pasal 9


Ayat 3
2. UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa terkait Perencanaan Keuangan
Desa
3. Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN bidang
Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 67 Tahun 2016 tentang
Penanggulangan TB
5. Stranas tentang penanggulangan TB dan RAN TB
6. RPJMD bidang Kesehatan
7. Renstra Dinas Kesehatan khusus penyakit menular, terutama TB
8. Peraturan dan kebijakan daerah lain yang terkait

4. Maksud, tujuan, dan fungsi RAD penanggulangan TB


RAD Penanggulangan TB merupakan suatu dokumen kebijakan daerah yang
disusun untuk menjadi pedoman pelaksanaan komitmen Pemerintah Daerah
dalam menanggulangi TB. Secara praktis, RAD Penanggulangan TB disusun
untuk menjadi dasar dan pedoman bagi OPD dan aparatur Pemerintah Daerah
dalam mendorong upaya Penanggulangan TB.
RAD Penanggulangan TB bertujuan untuk:
1. Memberikan acuan dan pedoman bagi pemerintah daerah dan pihak terkait
lainnya untuk meningkatkan komitmen dan kepemimpinan dalam upaya
Penanggulangan TB.
2. Memberikan acuan dalam membuat perencanaan dan penganggaran
terkait Penanggulangan TB
3. Memberikan acuan dalam menyusun regulasi terkait Penanggulangan TB
4. Memberikan acuan untuk melakukan koordinasi perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan agar dicapai sinergi dalam
upaya bersama meningkatkan Penanggulangan TB.

4  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


RAD Penanggulangan TB berfungsi sebagai:
1. Pedoman bagi OPD terkait dalam upaya menuju eliminasi TB 2035.
2. Pedoman untuk menjembatani koordinasi dan integrasi program-program
pelayanan publik yang terkait dengan upaya menuju eliminasi TB 2035.
3. Pedoman untuk mensinergikan berbagai upaya Penanggulangan TB antar
OPD dan pihak terkait lainnya.
4. Dokumen bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan
untuk memantau pelaksanaan program Penanggulangan TB di daerah.

Pemerintah Daerah diharapkan mengintegrasikan RAD Penanggulangan TB


ke dalam RPJMD, Renstra, dan Renja OPD terkait.

5  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


II. PENDEKATAN PENYUSUNAN RAD
PENANGGULANGAN TB
Penyusunan RAD Penanggulangan TB dilakukan melalui empat pendekatan
sebagai berikut.

Pendekatan Teknokratis
Pendekatan teknokratis dilaksanakan dengan menggunakan metode dan
kerangka berpikir ilmiah oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang
secara fungsional terkait dengan Penanggulangan TB. Dokumen RAD
Penanggulangan TB pada dasarnya merupakan hasil dari pemikiran strategis
yang kualitasnya sangat ditentukan oleh program dan kegiatan yang diusulkan
untuk tujuan dan sasaran Penanggulangan TB. RAD Penanggulangan TB
sangat erat kaitannya dengan kompetensi dalam a) menyusun, b)
mengorganisasikan, c) mengimplementasikan, d) mengendalikan, dan e)
mengevaluasi capaian program dan kegiatan. Pendekatan teknokratis
bermakna bila RAD Penanggulangan TB memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Hasil kajian menyeluruh tentang visi dan misi pembangunan jangka
menengah dan pembangunan tahunan yang berkaitan dengan
Penanggulangan penyakit menular, khususnya TB
2. Indikator kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik
terkait dengan TB
3. Hasil kajian pencapaian target Penanggulangan TB
4. Hasil kajian mutu layanan TB baik promotif, preventif kuratif dan
rehabilitatif terkait dengan akreditasi, SPM dan JKN
5. Rumusan tujuan, strategi, dan kegiatan utama
6. Pertimbangan atas kendala ketersediaan sumber daya dan dana (kendala
fiskal daerah)
7. Prakiraan pendanaan program dan kegiatan
8. Kejelasan siapa bertanggung jawab untuk mencapai tujuan, sasaran dan
hasil, serta waktu penyelesaian, termasuk kajian kemajuan pencapaian
sasaran

6  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


Pendekatan Partisipatif
Pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan para pemangku
kepentingan terhadap Penanggulangan TB. Pelibatan para pemangku
kepentingan ini dimaksudkan untuk mendapatkan atau menampung aspirasi
sekaligus menciptakan rasa memiliki terhadap rencana program maupun
kegiatan yang disusun bersama. Pendekatan partisipatif dicirikan oleh hal-hal
sebagai berikut:
1. Identifikasi pemangku kepentingan yang relevan untuk dilibatkan dalam
proses pengambilan keputusan di setiap tahapan penyusunan RAD
Penanggulangan TB
2. Kesetaraan antara para pemangku kepentingan dari unsur pemerintah
dan nonpemerintah dalam pengambilan keputusan pada setiap tahapan
RAD Penanggulangan TB
3. Transparansi dan akuntabilitas dalam proses penyusunan, penetapan,
pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi
4. Keterwakilan yang memadai dari seluruh segmen masyarakat, terutama
pasien dan kelompok penyedia layanan
5. Pelaksanaan musyawarah yang berkualitas
6. Konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan penting pengambilan
keputusan seperti: identifikasi masalah dan penetapan isu prioritas,
kebijakan dan program serta strategi pelaksanaan

Pendekatan Politis
Pendekatan politis merupakan proses dialogis antar pihak-pihak yang
berkepentingan dengan para pengambil kebijakan untuk menentukan arah dan
prioritas RAD Penanggulangan TB. Pendekatan ini meliputi kegiatan sebagai
berikut:
1. Konsultasi dengan Kepala Daerah untuk penerjemahan yang tepat,
sistematis atas visi dan misi, dan program Kepala Daerah ke dalam
tujuan, strategi, kebijakan, dan program pembangunan daerah
2. Keterlibatan aktif DPRD dalam proses penyusunan RAD
Penanggulangan TB
3. Pembahasan terhadap Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang
RAD Penanggulangan TB yang akan mengikat setelah ditetapkan

7  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


Pendekatan Sinergis
TB merupakan permasalahan yang kompleks, lintas sektor dan wilayah. Untuk
menjamin efektivitas dan efisiensi, penyusunan RAD Penanggulangan TB
harus memperhatikan sinergi atau harmoni ketersambungan dengan dokumen
lain yang terkait seperti:
1. RPJMN
2. Stranas dan RAN TB
3. RPJMD maupun RPJPD
4. RKPD
5. SPM
6. Akreditasi
7. JKN
8. Penanganan masalah dengan pendekatan holistik dan pendekatan sistem
9. Komitmen pemerintah terhadap tujuan-tujuan pembangunan seperti
pemenuhan hak asasi manusia, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal,
dan sebagainya.

8  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


III. PENYUSUNAN RAD PENANGGULANGAN TB

1. Kerangka Dokumen RAD Penanggulangan TB


Secara administratif RAD Penanggulangan TB adalah sebuah dokumen yang
memuat program aksi daerah untuk mempercepat pencapaian eliminasi TB,
sebagai bagian dari komitmen pemerintah yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 untuk
mencapai eliminasi TB 2035 dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB.
Pada prinsipnya rencana aksi tersebut merupakan komitmen pemerintah
daerah dalam Penanggulangan TB dan berisikan langkah-langkah konkrit dan
terukur yang telah disepakati oleh para pemangku kepentingan di daerah.
Format dokumen RAD di bawah ini telah menyesuaikan dengan format
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB.

Kerangka Dokumen

Rencana Aksi Daerah untuk Penanggulangan TB


Provinsi/Kabupaten/Kota ……
Tahun 20 ……. s.d. 20 …… Menuju Eliminasi TB 2035

Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Bagan
Daftar Singkatan

1. Pendahuluan
1.1. Latar belakang
1.2. Maksud, tujuan dan fungsi Rencana Aksi Daerah Penanggulangn TB
1.3. Landasan hukum dan kebijakan Rencana Aksi Daerah Penanggulangan TB
1.4. Proses penyusunan Rencana Aksi Daerah Pengendalian TB

9  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


2. Analisis situasi
2.1. Situasi umum daerah
2.1.1. Geografi dan demografi
2.1.2. Tata pemerintahan
2.1.3. Epidemiologi TB
2.1.4. Dampak sosial ekonomi pada pasien TB dan keluarga
2.2. Pengendalian TB dalam kebijakan pembangunan daerah
2.2.1. Program pengendalian TB dalam RPJMD
2.2.2. Program pengendaian TB dalam Renstra Dinas Kesehatan
2.2.3. Program pengendalian TB dalam Renja tahun berjalan
2.2.4. Kebijakan anggaran terkait program pengendalian TB
2.2.5. Kebijakan terkait TB lainnya (jika ada)
3. Indikator dan Target Kinerja
3.1. Indikator untuk strategi
3.2. Target pengendalian TB
4. Isu-isu strategis
5. Strategi, Kegiatan dan Luaran
5.1. Strategi
5.2. Kegiatan utama dan luaran
6. Pembiayaan
6.1. Proyeksi biaya
6.2. Pembiayaan (pemerintah, swasta/donor/CSR dan masyarakat)

Daftar Pustaka
Lampiran

Langkah-langkah dan Proses Penyusunan RAD TB


Secara ringkas langkah-langkah dan proses penyusunan RAD
Penanggulangan TB digambarkan sebagai berikut:

10  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


Persiapan:
Melakukan Analisa
a. Diskusi persiapan situasi Menyepakati
b. Pembentukan tim Indikator dan target
Penyusun RAD

Merumuskan
Merumuskan Merumuskan Isu
Strategi, kegiatan
Pembiayaan Strategis
dan luaran

Integrasi dalam
Penetapan dengan perencanaan dan
kebijakan daerah penganggaran
daerah

2. Persiapan
Kualitas perencanaan dipengaruhi oleh kematangan persiapan. Legitimasinya
ditentukan oleh seberapa jauh keterlibatan para pemangku kepentingan.
Tahapan persiapan perumusan RAD Penanggulangan TB meliputi diskusi
persiapan dan pembentukan tim penyusun RAD Penanggulangan TB.

a. Diskusi Persiapan
Diskusi persiapan adalah diskusi terbatas yang berfungsi sebagai
sarana komunikasi dan koordinasi antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan terkait, dalam
rangka mempersiapkan langkah teknis penyusunan RAD
Penanggulangan TB.

Diskusi ini bertujuan untuk sosialisasi Rencana Aksi Nasional (RAN)


dan kepentingan penerjemahan RAN menjadi RAD Penanggulangan
TB, membangun persamaan persepsi, komitmen bersama, serta
identifikasi awal isu–isu terkait dengan TB. Sosialisasi RAN TB
merupakan tahap sosialisasi tentang urgensi penyusunan program aksi

11  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


untuk percepatan eliminasi TB.

Luaran diskusi persiapan antara lain: 


1. Pemahaman terhadap RAN TB dan pentingya penyusunan RAD


Penanggulangan TB
2. Kesepakatan/komitmen untuk menyusun RAD TB secara
komprehensif lintas sektor
3. Jadwal dan tahapan proses penyusunan RAD Penanggulangan TB
4. Usulan komposisi Tim Penyusun RAD Penanggulangan TB 

5. Usulan awal isu prioritas dalam RAD Penanggulangan TB

Alur Proses:

Diskusi dengan
Koordinasi dengan Penyampaian hasil
pemangku
Prov dan KemenKes diskusi ke pimpinan
kepentingan

1. Pemerintah Daerah dalam hal ini diwakili Dinas Kesehatan dan


Bappeda kabupaten/kota berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kementerian Kesehatan RI untuk pelaksanaan diskusi
persiapan seperti jadwal, agenda, fasilitator, dll.
2. Pimpinan Daerah mengundang unsur OPD, Perwakilan DPRD,
perwakilan masyarakat (LSM, tokoh masyarakat, akademisi)
untuk menyusun kesepakatan bersama mengenai pokok-pokok
yang perlu dilakukan dalam penyusunan RAD Penanggulangan
TB, baik yang menyangkut proses penyusunan, substansi utama,
maupun rancangan sementara agenda penyusunan dokumen RAD
Penanggulangan TB.

Catatan: Proses tersebut di atas sifatnya dinamis tergantung dari situasi dan kondisi
lokal. Alur proses dapat disesuaikan dengan situasi aktual di masing-masing daerah.

12  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


b. Pembentukan Tim Penyusun RAD Penanggulangan TB
Mengingat RAD Penanggulangan TB merupakan rencana daerah yang
mencakup seluruh bidang perencanaan Penanggulangan TB di daerah,
maka tim penyusun sebaiknya juga melibatkan unsur para pemangku
kepentingan seperti:
1. Perguruan tinggi
2. Asosiasi/organisasi profesi
3. LSM, Forum atau aliansi yang ada di Daerah
4. OPD yang terkait dengan pelaksanaan RAD Penanggulangan
TB.

Tugas Tim Penyusun RAD Penanggulangan TB antara lain:


1. Mengkoordinasikan persiapan penyusunan RAD Penanggulangan
TB bersama para pemangku kepentingan terkait di daerah;
2. Melakukan inventarisasi berbagai hambatan dan tantangan serta
faktor-faktor pendukung untuk penyusunan RAD
Penanggulangan TB secara komprehensif;
3. Menyusun draf/rancangan awal RAD Penanggulangan TB
4. Melakukan analisis situasi dan pemutakhiran data terkait dengan
TB
5. Menyusun dokumen akhir RAD Penanggulangan TB dengan
mempertimbangkan masukan-masukan dari para pemangku
kepentingan
6. Mengorganisasikan dan memfasilitasi proses-proses penyusunan
RAD Penanggulangan TB 


13  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


Alur Proses:

Identifikasi pemangku Kajian kapasitas Memilih calon


kepentingan potensial pemangku kepentingan anggota tim

Pengukuhan tim dengan Konsultasi dan


Surat permintaan
SK Kepala Daerah/ persetujuan Pimpinan
kesediaan
Surat Tugas daerah

1. Dinas Kesehatan mengidentifikasi dan menyusun daftar perguruan


tinggi, asosiasi/organisasi
profesi, organisasi masyarakat sipil,
organisasi pasien, tokoh agama, media massa, OPD-OPD terkait
yang memiliki kepentingan dalam Penanggulangan TB dengan
matriks sebagai berikut:

No Lembaga Kepentingan Kompetensi Potensi Keterangan


terhadap TB peran serta

2. Dinkes melakukan kajian pengalaman dari institusi atau individu


yang terdaftar dan selanjutnya menentukan individu atau institusi
yang cocok untuk dilibatkan sebagai tim penyusun, dan juga
menentukan keterlibatan masing-masing dalam keseluruhan proses
penyusunan RAD Penanggulangan TB.
3. Dinkes menentukan pilihan calon-calon anggota kelompok
kerja/tim penyusun RAD Penanggulangan TB dan calon
individu/kelompok mitra diskusi yang dinilai potensial
berdasarkan hasil kajian identifikasi para pemangku kepentingan
4. Dinkes berkonsultasi dan permohonan persetujuan kepala daerah
terhadap calon yang diusulkan
5. Dinkes menyusun dan mengirim surat permintaan kesediaan pada
calon individu/ kelompok untuk dapat berperan serta dalam

14  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


diskusi-diskusi terfokus yang akan dilaksanakan selama proses
penyusunan dokumen RAD Penanggulangan TB
6. Dinkes mengajukan Susunan Tim RAD Penanggulangan TB yang
sudah terbentuk kepada Kepala daerah untuk ditetapkan oleh
Kepala Daerah melalui SK Tim Penyusun RAD Penanggulangan
TB

c. Audiensi dan advokasi awal kepada pimpinan daerah


Audiensi dilakukan oleh Dinas Kesehatan bersama Bappeda. Apabila
memungkinkan audiensi juga didampingi oleh staf Dinas Kesehatan
Provinsi. Skenario audiensi dan advokasi awal adalah sebagai
berikut:

1. Kepala Dinas menyampaikan pengantar dan memperkenalkan tim


Dinkes Provinsi.
2. Kepala Dinas dan Bappeda menyampaikan gambaran singkat
tentang upaya penanggulangan TB serta rencana tindak lanjut
pertemuan provinsi tentang RAN dan RAD. Kadinkes/Bappeda
juga menyerahkan draf SK/Surat Tugas tim penyusun RAD dan
memohon persetujuan kepala Daerah.
3. Kepala Daerah menyampaikan tanggapan

Catatan: Kegiatan maupun jadwal dalam tahapan persiapan bersifat fleksibel,


menyesuaikan dengan kondisi dan situasi lokal. Beberapa tahapan bisa digabung,
atau ditambahkan kegiatan lainnya yang relefan bila dibutuhkan. Yang paling penting
dalam tahapan ini adalah komitmen dan kesediaan Pimpinan Daerah dan jajaranya,
serta pihak-pihak yang terkait untuk bersedia dan terlibat dalam proses penyusunan
RAD.

3. Proses penyusunan
a. Menyusun pendahuluan
Pendahuluan merupakan bagian awal dari dokumen RAD
Penanggulangan TB yang berisi tentang latar belakang, tujuan,
landasan kebijakan serta gambaran umum proses penyusunannya.
Bagian pendahuluan ini disiapkan dan ditulis oleh tim penyusun.

15  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


Beberapa poin penting yang perlu diuraikan dalam bagian
pendahuluan antara lain:

Latar belakang
1. Besaran kasus TB di daerah
2. RPJMN terkait dengan TB
3. RAN TB terkait dengan komitmen politik
4. UU 23 tahun 2014 terkait dengan peran dan tanggung jawab
Pemda dalam urusan kesehatan, khsususnya TB
Maksud, tujuan, dan fungsi
1. Menegaskan komitmen pemda dalam Penanggulangan TB
2. Menyediakan arah bagi perencanaan Penanggulangan TB yang
terintegrasi, terarah dan terukur
Landasan hukum dan kebijakan
1. UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
2. UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
3. Pepres No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN
4. Stranas dan RAN TB
5. RPJMD
6. Renstra Dinas Kesehatan
7. Peraturan dan kebijakan daerah lainnya yang relevan
Tahapan penyusunan RAD Penanggulangan TB
1. Persiapan
2. Analisis situasi
3. Menentukan indikator dan target kinerja Penanggulangan TB dan
target
4. Merumuskan strategi, kegiatan dan Luaran
5. Merumuskan rencana pembiayaan

16  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


6. Penetapan RAD dengan Kebijakan Daerah
7. Integrasi dalam Renstra dan Renja OPD

Alur Proses:

Diskusi tim untuk


Kajian dokumen Penulisan draf awal
penyempurnaan

1. Tim penyusun melakukan kajian atas beberapa dokumen terkait


seperti Stranas dan RAN TB, serta RPJMN sebagai referensi dalam
penulisan latar belakang
2. Rumusan tujuan penyusunan RAD Penanggulangan TB mengacu
pada Sub Bab Maksud, Tujuan dan Fungsi RAD Penangguangan
TB
3. Rumusan tujuan bisa dimodifikasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan daerah
4. Penjelasan tahapan penyusunan RAD Penanggulangan TB
mengacu pada petunjuk teknis dan disesuaikan dengan realitas di
daerah
5. Tim penyusun membuat draf/rancangan awal bagian pendahuluan
6. Kajian draf awal oleh tim penyusun secara keseluruhan

b. Melakukan dan menyusun analisis situasi


Analisis situasi dimaksudkan untuk:
1. Menjelaskan situasi umum daerah yang meliputi:
a. Letak geografis dan demografi kabupaten/kota
b. Tata pemerintahan
c. Epidemiologi TB
d. Dampak sosial ekonomi pada pasien TB dan keluarga

17  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


2. Menganalisis upaya Penanggulangan TB dalam kebijakan daerah
a. Program Penanggulangan TB dalam RPJMD
b. Program Penanggulangan TB dalam Renstra Dinas Kesehatan
c. Program Penanggulangan TB dalam Renja berjalan Dinas
Kesehatan
d. Kebijakan daerah tentang anggaran Penanggulangan TB (tren
dan alokasi)
e. Kebijakan daerah lainnya terkait TB jika ada

Alur Proses:

Pembahasan dengan
Kajian dokumen Penulisan draf Kajian dan perbaikan
pemangku kepentingan

1. Tim penyusun RAD mengkaji dokumen kabupaten/kota seperti


kabupaten/kota dalam angka/profil daerah, RPJPD, RPJMD dan
profil kesehatan untuk menjelaskan situai umum daerah,
khususnya terkait dengan letak geografis, demografi, tata
pemerintahan, sosial ekonomi dan epidemiologi TB. Untuk bagian
tersebut di atas cukup mengutip dari dokumen yang telah ada serta
memperbaharui datanya.
2. Untuk menjelaskan epidemiologi TB, Tim penyusun RAD
mengacu pada Stranas Penanggulangan TB dan disesuaikan
dengan kondisi daerah, kemudian melakukan diskusi intensif
bersama para pemangku kepentingan terkait untuk menyamakan
persepsi. Bagian ini memuat:
a. Prevalensi TB dan perkiraan beban daerah
b. Trend kasus TB di daerah 5 tahun terakhir
c. Implikasi strategis

18  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


d. Notifikasi kasus dan kematian akibat TB
e. TB pada anak
f. TB BTA negatif dan ekstra paru
g. TB HIV
h. TB Resisten Obat
i. Populasi rentan
3. Untuk menjelaskan dampak ekonomi pada pasien TB mengacu
pada Strategi Nasional Penanggulangan TB dan disesuaikan
dengan kondisi daerah. Tim penyusun RAD Penanggulangan TB
perlu melakukan diskusi untuk menyamakan pemahaman serta
melakukan penyesuaian dengan situasi daerah.
4. Untuk menjelaskan program Penanggulangan TB dalam kebijakan
daerah, Tim penyusun perlu menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1) RPJMD:
a. Visi dan misi daerah dan lakukan analisis keterkaitannya
dengan kesehatan, khususnya terkait dengan penyakit
menular, lebih khusus terkait TB
b. Apakah sektor kesehatan menjadi program prioritas?
c. Apakah program kesehatan yang disebut mencangkup
penyakit menular, dan lebih khusus TB
d. Apa saja Indikator Kinerja Utama (IKU) sektor kesehatan,
apakah mencangkup penyakit menular, khususnya TB
e. Apakah program Penanggulangan TB masuk dalam
indikasi program/kegiatan
2) Rencana Strategis Dinas Kesehatan:
a. Visi dan misi Dinas Kesehatan dan menganalisis
keterkaitannya dengan dengan penyakit menular,
khususnya TB.
b. Apa isu strategis: apakah ada keterkaitannya dengan
penyakit menular, khususnya TB

19  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


c. Apakah Penanggulangan penyakit menular, khusunya TB
menjadi program prioritas
d. Apakah indikator kinerja yang akan dicapai oleh Dinas
Kesehatan, adakah indikator tentang TB
e. Apakah program prioritas Dinas Kesehatan, apakah
Penanggulangan TB masuk dalam prioritas
3) Rencana Kerja Dinas Kesehatan tahun berjalan
a. Apa program prioritas dalam renja, apakah
Penanggulangan penyakit menular menjadi program
prioritas, apakah termasuk TB
b. Apa saja kegiatan Penanggulangan TB (promotif,
preventif, kuratif)
5. Tim penyusun RAD mengkaji dokumen APBD dan melakukan
analisis. Beberapa poin analisis anggaran sebagai berikut:
1) Tren pendapatan, belanja dan realisasinya serta SiLPA (Sisa
Lebih Penggunaan Anggaran 5 tahun terakhir
2) Alokasi untuk program Penanggulangan TB dibandingkan
dengan program Penanggulangan penyakit menular, kesehatan
dan total
3) Analisis anggaran dituangkan dalam table di bawah ini.

Provinsi:

Kabupaten:

Tanggal:

APBD (juta Rupiah)

Tahun 2012 2013 2014 2015 2016

Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi RKA

20  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


Pendapatan

Belanja

Silpa

Realisasi Belanja (juta Rupiah)

Tahun 2012 2013 2014 2015 2016

Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi RKA

APBD

Urusan Kesehatan

Dinas Kesehatan

Sie PMTM

Program TB

Rasio/Perbandingan

Tahun 2012 2013 2014 2015 2016

Belanja/Pendapatan

Urusan
Kesehatan/APBD

Dinkes/APBD

PMTM/APBD

PMTM/Dinkes

TB/APBD

TB/Dinkes

TB/PMTM

Catatan: Penjelasan Letak Geografis, Demografis dan Tata Pemerintahan


sedapat mungkin dikaitkan degan TB. Epidemiologi berisi tentang
gambaran masalah TB (TB sensitif dan TB RO), capaian program TB,

21  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


tantangan dalam program TB, Pembiayaan penanggulangan TB, SDM,
logistik, Dampak sosial ekonomi pada pasien berisi tentang dampak dan
kerugian untuk pasien, keluarga, masyarakat dan pemerintah daerah.

c. Merumuskan indikator dan target

Tujuan Penetapan Indikator dalam RAD untuk memperoleh informasi


kinerja yang penting dan diperlukan dalam menyelenggarakan manajemen
kinerja secara baik dan memperoleh ukuran keberhasilan dari pencapaian
suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi.

Alur Proses:

FGD dengan pemangku


Kajian indikator dari Penyepakatan dan
kepentingan untuk
Subdit TB Penulisan indikator dan target
penyamaan persepsi

1. Tim penyusun RAD Penanggulangan TB mengkaji indikator


Penanggulangan TB yang telah ditetapkan oleh Subdit.
2. Tim penyusun melakukan pemutakhiran data dengan
menggunakan template penghitungan target sebagaimana
Lampiran 3: Tools Penghitungan Target TB di Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang terdiri dari:
a. Sheet 1: Silabus Petunjuk Petunjuk Teknis
b. Sheet 2: Perhitungan Indikator
c. Sheet 3: Target TB di Provinsi dan Kabupaten tahun 2016-2020

3. Tim penyusun mengadakan diskusi kelompok terarah (FGD)


bersama para pemangku kepentingan lokal dan ahli untuk
menyamakan persepsi dan mendiskusikan target selama 5 tahun
mendatang.

22  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


4. Tim penyusun menganalisis kesenjangan dengan membandingkan
baseline data dengan target yang akan dicapai. Apabila target dari
Subdit dianggap kurang sesuai dengan kondisi lokal, maka Tim
penyusun merumuskan target daerah disandingkan dengan target
dari Subdit.
5. Tim penyusun menuliskan narasi bagian indikator, target RAD
Penanggulangan TB dan Kesenjangannya.

d. Merumuskan isu strategis dan kesenjangan


Isu strategis dalam Penanggulangan TB adalah suatu kebijakan yang
mendasar yang diperlukan atau tantangan kritis terkait dengan
Penanggulangan TB yang memiliki pengaruh penting untuk mencapai
suatu kondisi ideal terkait dengan Penanggulangan TB. Kementerian
Kesehatan dalam Strategi Nasional dan Rencana Aksi Nasional
Penanggulangan TB telah merumuskan isu-isu strategis dalam
Penanggulangan TB. Isu Strategis dalam RAD Penanggulangan TB
harus mengacu pada dua dokumen tersebut dan disesuaikan dengan
kondisi daerah.

Alur Proses:

23  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


1. Isu strategis diidentifikasi dari isu dalam Stranas dan RAN
serta ditambah dengan isu riil yang ada di daerah. Tim
penyusun RAD Penanggulangan TB melakukan kompilasi isu
dan kemudian membandingkannya dengan data-data terkini
terkait isu tsb. Misalnya isu tentang penemuan kasus, data
terakhir saat ini di daerah berapa jumlah kasusnya dan berapa
perkiraannya.
2. Isu strategis dalam Starnas adalah sebagai berikut:
a. DOTS dasar yang lemah dan meningkatnya resistensi
b. Cakupan penemuan kasus TB yang rendah, hanya 32%
yang mampu dijangkau program
c. Pendekatan yang terlalu sentralistis dan global
d. Sebagian besar kabupaten/kota belum mempunyai
komitmen politis yang ditandai dengan adanya peraturan
daerah dan peningkatan anggaran untuk P2TB
1) Lemahnya aspek manajemen program
2) Perencanaan dan evaluasi program
3) Jejaring layanan, sistem kesehatan
4) SDM yang kurang memadai baik kualitas dan
kuantitas
5) Logistik (stock out/overstock)
6) Pemanfaatan informasi strategis yang belum mampu
menjawab masalah manajemen
e. Tingginya donor dependence kesempatan/eligibilitas
donor yang berkurang
f. Banyak mitra pemain tetapi kurang terintegrasi menjadi
kekuatan yang sinergis
g. Penguatan Kemitraan yang sinergis “TB is everybody’s
business.”
3. Tim penyusun mengundang ahli dan pihak terkait, misalnya
organisasi profesi, organisasi sipil masyarakat (civil society

24  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


organization/CSO) untuk melakukan FGD terhadap isu yang
telah diidentifikasi untuk mendapatkan tanggapan yang
substantif terkait dengan isu-isu yang telah diidentifikasi dan
kemudian menentukan isu strategis TB di daerah untuk
ditetapkan dalam RAD Penanggulangan TB.

e. Merumuskan strategi, kegiatan, dan luaran

Bagian ini merupakan inti dari RAD Penanggulangan TB, dan agar ada
rasa memiliki, tanggung jawab, serta partisipasi dari pihak-pihak yang
berkepentingan, maka proses penyusunan strategi, kegiatan dan luaran
dilakukan secara partisipatif.

Kementerian Kesehatan telah merumuskan enam strategi dalam


penanggulangan TB sebagai berikut:
1. Penguatan Kepemimpinan Program TB di Kabupaten/Kota
2. Peningkatan Akses Layanan TB yang Bermutu dengan “TOSS-
TB”
3. Pengendalian Faktor Risiko
4. Peningkatan Kemitraan TB melalui Forum Komite Ahli Gerdunas
TB
5. Peningkatan Kemandirian Masyarakat dalam Pengendalian TB
6. Penguatan Manajemen Program melalui Penguatan Sistem
Kesehatan Kepemimpinan Daerah dalam program TB

Menu kegiatan per strategi, baik untuk provinsi dan kabupaten/kota


sebagaimana juga telah disediakan dalam Lampiran 4 untuk provinsi dan
Lampiran 5 untuk kabupaten/kota. Dalam menentukan kegiatan dalam
RAD, masing-masing daerah harus mengacu pada analisis situasi lokal.
Menu kegiatan yang ada dalam lampiran, tidak harus dipilih semua, dan
masih terbuka untuk memasukkan kegiatan lain yang relefan dan belum
ada dalam menu kegiatan. Untuk memudahkan pemilihan kegiatan yang
sesuai dengan analisis situasi daerah, Tim penyusun perlu untuk
menyiapkan rancangan awal kerangka logis RAD.

25  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


Alur Proses:

Diskusi penyempurnaan
Penyiapan Loka karya dengan
kerangka kegiatan oleh
matriks kegiatan pemangku kepentingan
tim penyusun

Penulisan narasi

1. Tim penyusun menyiapkan matrik kegitan seperti di bawah ini

Kerangka Logis RAD penanggulangan TB

Pelaksana Tahun
Anali-
Isu Sumber
sis Strategi Kegiatan
strategis Pendu- pendanaan
Situasi Utama ‘17 ‘18 ‘19 ‘20
kung

Mengacu Sesuai Mengacu Dipilih dari OPD atau OPD Tergantung


pada isu dengan pada menu yang organisasi dan kondisi
strategis hasil strategi telah yang organis daerah.
analisis yang telah disediakan menjadi asi yang Sumber-
situasi ditentu-kan dalam penanggu diharap sumber nya
daerah lampiran, ng jawab kan bisa APBN,
dan utama men- APBD I,
didasrkan dukung APBD II,
pada analisis Mitra, CSR
situasi dll.
daerah

Catatan: Untuk memudahkan proses pengisian kerangka logis RAD, silahkan


lihat contoh kerangka logis dalam Lampiran 4 untuk Provinsi dan Lampiran 5
untuk kabupaten/kota.

2. Dokumen yang dibutuhkan dan perlu disiapkan sebagai referensi


adalah
a. Anggaran TB Tahun berjalan
b. APBD provinsi

26  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


c. APBD kabupaten/kota
d. APBN (dekon)
e. dana hibah (GF TB, CTB, Aisyiyah, dll)
f. Usulan untuk Anggaran Tahun yang akan datang
g. Standar satuan biaya masukan provinsi, kabupaten/kota 2016
3. Tim penyusun menyiapkan draf kegiatan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Pengisian kegiatan utama dan kegiatan pendukung
b. Menentukan volume kegiatan per tahun
c. Menghitung unit cost kegiatan
d. Menghitung jumlah biaya berdasarkan volume dan unit cost
kegiatan
e. Mengidentifikasi sumber pembiayaan
4. Pengisian kegiatan Utama dan Kegiatan pendukung harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Identifikasi kesenjangan capaian (analisis situasi) antara
baseline dan target serta tantangan yang dihadapi
b. Berdasarkan kesenjangan tersebut, memilih menu kegiatan
dalam strategi 1-6 yang sesuai dengan target yang akan dicapai
di tahun-tahun berikutnya, sebagimana dalam lampiran
c. Pertimbangkan kebutuhan program TB dan kemampuan
sumber daya (manusia dan pembiayaan)
d. Identifikasi para pemangku kepentingan yang akan terlibat
dalam penanggulangan TB (OPD lain atau CSO/mitra)
e. Tahun berjalan, diisi kegiatan yg sudah terencana dari berbagai
sumber pembiayaan dan melihat peluang untuk APBD
Perubahan atau yang bisa diintegrasikan dengan kegiatan di
lintas program maupun lintas sektor

27  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


f. Tahun berikutnya, diisi usulan kegiatan yang sudah tersusun
dari berbagai sumber pembiayaan dan inovasi kegiatan yang
belum diusulkan
g. Tahun-tahun selanjutnya, diisi dengan kegiatan yang
merupakan lanjutan dari kegiatan tahun berjalan atau kegiatan
baru
5. Tim penyusun RAD Penanggulangan TB menyelenggarakan loka
karya dengan melibatkan OPD terkait, organisasi profesi,
perguruan tinggi (ahli), LSM, organisasi pasien. Peserta sekitar 40
orang, maksimal 50 orang. Agenda yang dibahas sekurang
kurangnya:
a. Paparan tentang gambaran TB di kabupaten/kota
b. Paparan tentang RAN TB
c. Diskusi Peran dan tanggung jawab para pihak dalam
Penanggulangan TB
d. Paparan tentang pentingnya RAD Penanggulangan TB dan
tahapan proses dengan narasumber dari Pemprov (Biro Kesra)
e. Paparan dan diskusi hasil analisis situasi TB Paparan dan
dikusi isu strategis, indikator, target dan strategi
f. Diskusi kelompok untuk membahas secara mendalam kegiatan
strategis, tujuan, dan sumber pendanaan
g. Disksusi pleno untuk penajaman dan penyempurnaan matriks
kegitan

Tim penyusun kemudian menulis narasi bagian ini berdasarkan


matriks kegiatan.

f. Pembiayaan
Bagian ini menguraikan tentang perkiraan anggaran untuk
melaksanakan RAD selama 5 tahun sesuai dengan matrik kegitan dan
juga identifikasi sumber-sumber potensial untuk membiayan kegiatan

28  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


dalam RAD Penanggulangan TB. Sumber-sumber potensial untuk
membiayai RAD Penanggulangan TB antara lain:
1. APBD
2. APBD Provinsi
3. APBN
4. Dana CSR
5. Mitra pembangunan
6. Masyarakat
7. Sumber lain

Alur Proses:

Penyusunan draf Diskusi dengan


Konsultasi/
pembiayan dengan pihak yang potensial
Advokasi ke TAPD
bagian perencanaan mendukung pembiayaan

Penulisan draf akhir Konsultasi/


pembiayan Advokasi ke Banggar

1. Tim penyusun RAD Penanggulangan TB bersama-sama bagian


perencanaan membahas dan menyusun rencana pembiayaan untuk
menghasilkan draf awal pembiayaan. Penghitungan anggaran
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengikuti satuan biaya yang berlaku di provinsi dan
kabupaten/kota tahun berjalan.
b. Unit cost untuk tahun-tahun selanjutnya akan dihitung
berdasarkan inflasi pada daerah masing-masing. Diisi pada
bagian kiri atas matriks.

29  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


2. Tim penyusun RAD Penanggulangan TB mengundang pihak-
pihak yang potensial mendukung pembiayaan untuk membahas
dan menyepakati komitmen bersama untuk pembiayaan RAD
Penanggulangan TB
3. Tim penyusun melakukan konsultasi/advokasi ke TAPD dan
Banggar untuk mendapakan dukungan
4. Penulisan draf akhir pembiayan RAD Penanggulangan TB

Catatan: Kegiatan pertemuan untuk menggalang pendanaan dari CSR dipandang


perlu, terutama di daerah dengan potensi CSR yang tinggi. Kegiatan ini dirancang
dalam bentuk pertemuan antara kepala daerah dengan para direktur perusahaan
swasta yang tergabung dalam Forum CSR Kabupaten. Tim RAD sebelumnya harus
menyiapkan list kegiatan yang sudah diidentifikasi yang potensial akan dibiayai
oleh dari CSR, juga disertai deskripsi masing-masing kegiatan untuk memberikan
pemahaman kepada para direktur perusahaan swasta. kemudian kepala daerah
mempersilakanmengajak para direktur untuk membangun daerah dengan cara
mengambil satu atau lebih kegiatan yang disiapkan. Dengan demikian diharapkan
para direktur akan menyalurkan CSR-nya dalam bentuk menyelenggarakan
kegiatan dalam RAD atau mendukung CSO dalam melaksanakan kegiatan dalam
RAD.

4. Penetapan RAD dalam kebijakan daerah


Penetapan RAD Penanggulangan TB dengan kebijakan daerah sangat penting
agar program dan kegiatan dalam RAD Penanggulangan TB dapat
diintegrasikan atau diadopsi dalam Renstra Dinas dan Rencana Kerja OPD
terkait sehingga akan mendapatkan dukungan pendanaan dalam APBD. RAD
Penanggulangan TB diharapkan dapat ditetapkan dengan Peraturan Kepala
Daerah. Penetapan RAD Penanggulangan TB dalam Perkada merupakan
bentuk konkrit komitmen dan kepemimpinan daerah dalam Penanggulangan
TB.

30  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


Alur Proses:

Pembahasan
Rancangan oleh SKPD Tim Penyusun Perkada
Bagian Hukum

Pembahasan oleh
Penyelarasan oleh SKPD Penyelarasan oleh Sekda
Tim Penyusun

Pengundangan dalam
Disetujui Kepala Daerah
Lembaran Daerah

1. Dinas kesehatan bersama tim penyusun RAD Penanggulangan TB


menyiapkan rancangan awal Perkada
2. Koordinasi dengan bagian hukum untuk mendapatkan komitmen
dukungan
3. Perbaikan rancangan awal dengan melibatkan OPD yang terkait
lainnya
4. Konsultasi dengan Sekda untuk penyelarasan
5. Advokasi kepada Kepala Daerah untuk persetujuan
6. Setelah disetujui oleh kepada daerah, Perkada akan disahkan oleh
bagian hukum

Catatan: Draf Perkada dalam lampiran 5 dapat digunakan sebagai rujukan awal bagi
daerah dalam merumuskan Perkada.

31  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


5. Integrasi RAD Penanggulangan TB dalam dokumen perencanaan
daerah
Setelah RAD Penanggulangan TB ditetapkan dalam kebijakan daerah, maka
dokumen tersebut telah secara sah dapat menjadi rujukan program
Penanggulangan TB
Alur Proses:

Pertemuan penyusunan
rekomendasi untuk Advokasi ke Kadis Advokasi ke TAPD dan Banggar
Renstra/Renja

1. Tim mengkaji Renstra OPD yang masih berlaku dan menyusun


rekomendasi bagian dari RAD agar diakomodasi dalam Renstra perubahan
yang akan disusun. Bagi daerah yang akan melaksanakan Pilkada tahun
2017, Tim memilah program dalam RAD yang menjadi tanggung jawab
OPD dan menyusun rekomendasi untuk masing-masing OPD agar
mengakomodasikannya dalam Renstra yang akan datang. Untuk Renja
tahun berjalan, kajian dan penyusunan rekomendasi ditujukan agar
program dan kegiatan dalam RAD dapat diakomosi dalam APBD
perubahan dan penyusunan Renja tahun yang akan datang.
2. Agar mendapatkan dukungan dari kepala OPD terkait, tim perlu
melakukan advokasi kepada kepala Dinas.
3. Dengan dukungan Kepala Dinas, tim melanjutkan advokasi kepada
4. TAPD dan banggar untuk mendapatkan dukungan komitmen.

32  Petunjuk Penyusunan RAD untuk Tuberkulosis


LAMPIRAN
Lampiran 1: Silabus Petunjuk Teknis Penyusunan RAD Penanggulangan TB

Tujuan Pokok Bahasan/ Metode Bahan-bahan Yang terlibat Waktu Catatan


Kisi-kisi

Pengantar

Memberikan penjelasan 1. Besaran kasus dan 1. Review UU No 23 Tahun Tim penysusn 1 minggu
umum tentang pentingnya dampak TB dokumen 2014
program pengendalian TB 2. Amanat UU No 2. Penulisan
yang berbasis di 23/tahun 2014 tentang draf oleh
Kabupaten/Kota pemerintahan daerah, tim
khususnya terkait penysusn
dengan urusan
konkuren wajib

1. Pendahuluan

1. Menjelaskan alasan 1. Alasan pentingnya 1. Review 1. Stranas dan 1. Tim 1 minggu Tim penyusun menyiapkan
pentingnya /latar penyusunan RAD TB dokumen RAN TB penyusun draf awal dan kemudian di-
belakang penyusunan 2. Tujuan penyusunan 2. Penulisan 2. RPJMN RAD review dan input untuk
RAD TB RAD TB draf awal 3. Renstra Kab/Kota penyempurnaan oleh tim
2. Menjelaskan tujuan 3. Landasan hukum dan oleh tim Kementerian 2. Tim asistensi nasional
penyusunan RAD TB kebijakan penyusunan penyusun 4. Peraturan asistensi
3. Menjelaskan landasan RAD TB 3. Review oleh perundangan/ provinsi/
hukum dan kebijakan 4. tahapan proses tim asistensi kebijakan Nasional
penyusunan RAD TB penyusunan Rad TB 4. Penulisan terkait
4. Menjelaskan tahapan akhir 5. RPJMD
proses penyusunan RAD 6. Renstra Dinas
TB
2. Analisis situasi dan kesenjangan Program

1. Menjelaskan situasi 1. Letak Geografis 1. Review 1. Kabupaten/ 1. Tim 1 minggu Tim penyusun menyiapkan
umum daerah Kab/Kota dokumen Kota dalam penyusun draf awal dan kemudian di-
2. Demografi 2. Penulisan angka RAD review dan input untuk
3. Tata pemerintahan draf awal 2. Profil daerah Kab/Kota penyempurnaan oleh tim
4. Ekonomi 3. Review oleh 3. Profil 2. Tim asistensi nasional
5. Epidemiologi TB tim asistensi kesehatan asistensi
6. Dampak ekonomi pada 4. Penulisan 4. Studi tentang Provinsi/N
pasien TB dan keluarga akhir dampak asional
7. Sistem Asuransi ekonomi TB
Kesehatan Daerah (Jika dari tim
ada) asistensi
5. Asuransi
daerah jika
ada

2. Menganalisa upaya 1. Program pengendalian 1. Review 1. RPJMD 1. Tim 1 minggu Tim penyusun menyiapkan
pengendalian TB dalam TB dalam RPJMD dokumen 2. Renstra DKK penyusun draf awal dan kemudian di-
kebijakan daeah 2. Program pengendalian 2. Penulisan 3. Renja DKK RAD review dan input untuk
TB dalam Renstra DKK draf awal 2016 Kab/Kota penyempurnaan oleh tim
3. Program pengendalian 3. Review oleh 4. APBD/RKA/DP 2. Tim asistensi asistensi nasional.
TB dalam Renja tim asistensi A provinsi/nas
berjalan DKK 4. FGD dengan 5. Kebijakan lain ional Draf kemudian dibahas dalam
4. Kebijakan daerah pemangku tentang TB FGD dengan pemangku
tentang anggaran kepentingan kepentingan untuk
pengendalian TB(tren penajaman analisa
dan alokasi)
5. Kebijakan daerah
lainnya terkait TB jika
ada

3. Merumuskan isu Isu-isu strategis terkait TB 1. Pemutakhir 1. Stranas dan 1. Tim 2 minggu Tim penyusun meriew
strategis dan dan kesenjangan program: an data oleh RAN TB penyusun dokumen terkait dan
kesenjangan program tim identifikasi isu. Isu strategis
1. Penemuan kasus penyusun 2. Profil RAD disaring dan disesuaikan
dan kesehatan Kab/Kota dengan kondisi daerah
2. Pengobatan identifikasi Kab/Kota 2. Tim melalui FGD dengan
3. TB-HIV isu 3. Renstra DKK asistensi melibatkan CSO, PO,
4. Manajemen Terpadu 2. FGD dengan provinsi/ Organisasi profesi dan
Pengendalian TB RO pemangku nasional ahli/akademisi
5. Pengendalian TB di kepentingan 3. CSO dan
Penjara untuk PO
6. Laboratorium menentuka 4. Organsasi
7. Paduan Layanan n isu profesi
Pemerintah, Swasta strategis 5. Akademisi
dan Masyarakat (Public 3. Penulisan /ahli
Private Mix/ PPM) draf awal
8. Komunikasi, Informasi, 4. Review
dan Edukasi
9. Pengendalian Infeksi
10. Kualitas layanan di
fasyankes
11. Riset Operasional TB

3. Merumuskan target dan indikator kinerja pengendalian TB

1. Merumuskan dan 1. Penjelasan/definisi 1. Review Stranas dan RANTB Pemangku 1 minggu


menetapkan indikator indikator indikator kepentingan
dampak dan hasil dalam 2. Cara merumuskan/ dalam terkait TB:
pengendalian TB 5 tahun menentukan indikator Stranas dan - Dinas
mendatang 3. Perbedaan indikatr RAN oleh terkait
dampak dan indikator tim - Asosiasi
hasil penyusun Profesi
4. Hubungan logis antara 2. Penyesuaia - Penderita
indikator hasil dan n indikator TB, ex
indikator dampak dan target pasien dll
di daerah - Komunitas
2. Merumuskan target 1. Penjelasan/definisi melalui FGD : LSM,
pengendalian TB 5 tahun indikator dengan CSO,
mendatang Perguruan
2. Cara pemangku Tinggi,
merumuskan/menentu kepentingan pemerhati
kan target
5. Traget pengendalian
TB 5 tahun mendatang

4. Strategi, kegiatan, dan luaran

1. Merumuskan strategi 1. Strategi 1. Lokakarya 1. Stranas TB Pemangku 1 bulan Kerangka logis untuk
umum pengendalian TB 2. Tujuan untuk 2. Renstra DKK kepentingan menentukan strategi, tujuan
5 tahun mendatang 3. Kegiatan strategis dan menyusun Profil terkait TB dan kegiatan diproses melalui
luaran kerangka kesehatan lokakarya dengan pemangku
2. Merumuskan tujuan logis kepentingan dan hasilnya
pengendalian TB 5 tahun 2. FGD untuk disempurnakan oleh tim
mendatang penyempur penyusun. Setelah log frame
naan disempurnakan perlu di FGD
3. Penulisan kan lagi agar subsatansinya
3. Merumuskan kegiatan
oleh tim benar-benar realistis dan bisa
strategis dan luaran
penyusu diterima. Narasi lengkap
pengendalian TB 5 tahun
4. Peer review kemudian disusun oleh tim
mendatang
penyusun.

5. Pembiayaan

1. Menyusun rencana biaya 1. Proyeksi Biaya 1. Tim Tim penysusun


program pengendalian 2. Potensi sumber penyusun dan tim
TB 5 tahun pembiayan membuat asistensi
2. Identifikasi sumber- (pemerintah, draf provinsi/nasion
sumber pembiayaan swasta/donor/CSR dan 2. Konsultasi al
3. Menyusun rencana masyarakat) dan
pembiayaan 3. Rencana pembiayan advokasi
4. Kesenjangan dengan
Pembiayaan TAPD
6. Legalisasi

Mengesahkan RAD dalam Pentingnya payung 1. Penyusunan Draf lengkap RAD Kadinkes, Ka
bentuk Perkada sebagai kebijakan RAD untuk draf dan draf Perkada Bappeda, CSO
acuan perencanaan dan menjamin pelaksanaan perkada
penganggaran program program pengendalian TB oleh tim
pengendalian TB penyusun
2. Konsultasi
ke bagian
hukum
3. Audiensi
dan loby

7. Integrasi RAD dalam Rensra dan Renja Dinas terkait

Mengintegrasikan RAD Akomodasi RAD dalam 1. FGD dengan RAD Tim Untuk Renstra hanya mungkin
dalam dokumen resmi Renstra dan Renja Dinas penyususn, untuk daerah yang akan
perencanaan dan terkait SKPD terkait Pilkada di 2017.
penganggaran daerah 2. Advokasi ke dan TAPD
TAPD
3. Advokasi ke
Banggar
Lampiran 2: Pedoman Pengisian Tools Perhitungan Indikator
dan Target TB Tahun 2016-2020

Pedoman Pengisian Tools Perhitungan Indikator


dan Target Program TB Tahun 2016-2020
bagi Provinsi dan Kabupaten/Kota

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

2017
A. Data yang Dibutuhkan

Data yang diperlukan sebelum melakukan pengisian tools adalah:


1. Jumlah fasyankes yang memiliki laboratorium mikroskopis tahun 2016
2. Jumlah kasus TB resisten obat yang memulai pengobatan di tahun 2014
dan 2015
3. Jumlah penduduk per kabupaten/kota tahun 2016-2020
4. Target jumlah semua kasus TB yang ditemukan dan diobati di provinsi
dan kabupaten/kota tahun 2016-2020

B. Langkah-langkah Pengisian

Langkah-langkah mengisi tools perhitungan indikator dan target program TB


tahun 2016-2020 yaitu:
1. Menurunkan target penemuan semua kasus TB yang ada di provinsi hingga
ke kabupaten/kota
a. Pada kolom V, Y, AB, AE di sheet “1. Perhitungan Indikator” file
“tools penghitungan target TB di provinsi dan kab kota 2016-2020”,
target penemuan kasus provinsi sudah ditentukan. Provinsi dan
kab/kota harus berdiskusi untuk menurunkan target per kab/kota
berdasarkan: trend penemuan kasus, jumlah fasyankes yang terlibat,
rencana penempatan TCM, jumlah wasor yang tersedia, jumlah LSM
yang terlibat, data TB HIV, pendanaan APBD provinsi atau
kabupaten/kota, jumlah SDM yang tersedia
b. Setiap kabupaten/kota dapat melakukan exercise/latihan untuk melihat
kemungkinan jumlah semua kasus TB yang dapat ditemukan
berdasarkan jumlah dan jenis fasyankes yang akan dilibatkan dengan
menggunakan file “tools penemuan kasus TB di kab kota 2016-
2020.xlsx”.
1) Identifikasi seluruh faskes yang ada di wilayah kerja setiap kab/kota
(Puskesmas, RS pemerintah, BBKPM/BKPM, Klinik Pemerintah,
Lapas/Rutan, RS swasta dan Klinik & DPM swasta).
2) Tentukan faskes mana saja yang akan dijadikan target
(mendiagnosis dan melaporkan penemuan kasus TB) pada tahun
2017-2020 beserta dengan estimasi jumlah kasus yang ditemukan
(sesuaikan dengan rencana PPM yang sudah atau akan dilakukan dan
variabel- variabel yang sudah disebutkan sebelumnya)
2. Setelah kabupaten/kota melakukan exercise penghitungan target
berdasarkan jumlah fasyankes
a. Gabungkan data jumlah semua kasus tersebut dari semua
kabupaten/kota
b. Bandingkan total seluruh target TB dari semua kabupaten/kota yang
didapat dari file “tools penemuan kasus TB di kab kota 2016-
2020.xlsx” dengan target kasus TB di provinsi yang ada di file “tools
penghitungan target TB di provinsi dan kab kota 2016-2020.xlsx” sheet
“1. Perhitungan Indikator” pada kolom V-AG.
3. Setelah data jumlah semua kasus TB di provinsi cocok dengan jumlah kasus
TB di semua kab/kota, isilah data pada sel kuning di file “tools
penghitungan target TB di provinsi dan kab kota 2016- 2020.xlsx” sheet
“Perhitungan Indikator” terisi, semua indikator akan terhitung.
4. Rangkuman daftar indikator dan target TB di provinsi dan kabupaten/kota
dapat dilihat pada sheet "2. Target provinsi dan kab kota”.

C. Petunjuk Pengisian Tools Perhitungan Penemuan Kasus


TB di Kabupaten/Kota

Masing-masing kabupaten/kota mengisi file tools perhitungan penemuan


kasus TB di kabupaten/kota. File ini bertujuan untuk membantu menghitung
jumlah semua kasus TB berdasarkan kepemilikan dan jenis fasyankes.
Fasyankes berdasarkan kepemilikan dibagi dua yaitu fasyankes pemerintah
dan swasta. Fasyankes berdasarkan jenis fasyankes dibagi menjadi
puskesmas, RS, BBKPM/BKPM, klinik, dokter praktik mandiri (DPM). Ada
6 sheet pada file ini yaitu sheet puskesmas, RS pemerintah, BBKPM BKPM,
klinik pemerintah, lapas rutan, RS swasta, klinik dan DPM swasta, dan rekap
total.

Data yang diisi di masing-masing sheet adalah sel yang berwarna kuning
saja.

1. Puskesmas
Puskesmas termasuk fasyankes milik pemerintah. Isilah sel yang
berwarna kuning saja.

Tabel “Target kab/kota”


Isilah target “Persentase kasus TB yang mengetahui status HIV”,
“Proporsi kasus TB anak”, dan “Cakupan anak < 5 tahun yang mendapat
pengobatan pencegahan PP INH” berdasarkan target yang ada di file
“tools penghitungan target TB di provinsi dan kab kota 2016-2020”.

Tabel “Jumlah semua kasus TB (absolut)”


Kolom “nama fasyankes”: diisi dengan nama fasyankes yang ada di
wilayah kabupaten/kota, baik yang DOTS maupun non DOTS. Baik
yang sudah melaporkan kasus maupun yang belum.
Kolom “baseline 2012 dan 2016”: diisi dengan jumlah semua kasus TB
dari masing-masing fasyankes yang ada yang dilaporkan di tahun 2012-
2016.
Untuk faskes yang tidak melaporkan kasus di tahun 2012-2016, target
penemuan kasus langsung diisi pada sel berwarna hijau pada kolom
target di tahun yang diinginkan.
Misalnya:
Pada tahun 2012 dan 2016, tidak ada jumlah kasus TB yang ditemukan
di salah satu fasyankes. Pada tahun 2017, diperkirakan ada 10 kasus TB
di tahun 2017. Caranya adalah dengan menuliskan angka 10 pada kolom
target di tahun 2017 (kolom F).
Tabel “Persentase peningkatan kasus per tahun”
Kolom “2017-2020”: diisi dengan persentase seberapa besar
peningkatan kasus per tahun. Misalnya: 10% maka jika pada tahun 2016
terdapat 100 kasus TB maka pada tahun 2017 akan ada 110 kasus TB.
Untuk puskesmas yang tidak melaporkan kasus di tahun 2012-2016,
agar target dapat dihitung, target penemuan kasus langsung diisi pada sel
berwarna hijau pada kolom target di tahun yang diinginkan.

2. RS pemerintah
RS pemerintah termasuk fasyankes milik pemerintah.
RS pemerintah termasuk RS milik kementerian, pemda
provinsi/kab/kota, TNI, POLRI, perguruan tinggi negeri.
Isilah sel yang berwarna kuning saja.

Tabel “Jumlah semua kasus TB (absolut)”


Kolom “nama fasyankes”: diisi dengan nama fasyankes yang ada di
wilayah kabupaten/kota,
baik yang DOTS maupun non DOTS. Baik yang sudah melaporkan
kasus maupun yang belum. Diproritaskan fasyankes yang akan
dilibatkan pertama kali adalah fasyankes yang sudah bekerja sama
dengan BPJS.
Kolom “baseline 2012-2016”: diisi dengan jumlah semua kasus TB dari
masing-masing fasyankes yang ada yang dilaporkan di tahun 2012 dan
2016
Untuk faskes yang tidak melaporkan kasus di tahun 2016 dan 2002,
target penemuan kasus langsung diisi pada sel berwarna hijau pada
kolom target di tahun yang diinginkan.
Misalnya:
Pada tahun 2012 dan 2016, tidak ada jumlah kasus TB yang ditemukan
di salah satu fasyankes. Pada tahun 2017, diperkirakan ada 10 kasus TB
di tahun 2017. Caranya adalah dengan menuliskan angka 10 pada kolom
target di tahun 2017 (kolom F).
Tabel “Persentase peningkatan kasus per tahun

Kolom “2017-2020”: diisi dengan persentase seberapa besar


peningkatan kasus per tahun. Misalnya: 10% maka jika pada tahun 2016
terdapat 100 kasus TB maka pada tahun 2017 akan ada 110 kasus TB.

3. BBKPM BKPM
BBKPM/BKPM termasuk fasyankes milik pemerintah. Isilah sel yang
berwarna kuning saja.

Tabel “Jumlah semua kasus TB (absolut)”


Kolom “nama fasyankes”: diisi dengan nama fasyankes yang ada di
wilayah kabupaten/kota, baik yang DOTS maupun non DOTS. Baik
yang sudah melaporkan kasus maupun yang belum. Diproritaskan
fasyankes yang akan dilibatkan pertama kali adalah fasyankes yang
sudah bekerja sama dengan BPJS.
Kolom “baseline 2012 dan 2016”: diisi dengan jumlah semua kasus TB
dari masing-masing fasyankes yang ada yang dilaporkan di tahun 2012
dan 2016
Untuk faskes yang tidak melaporkan kasus di tahun 2016 dan 2002,
target penemuan kasus langsung diisi pada sel berwarna hijau pada
kolom target di tahun yang diinginkan.
Misalnya:
Pada tahun 2012 dan 2016, tidak ada jumlah kasus TB yang ditemukan
di salah satu fasyankes. Pada tahun 2017, diperkirakan ada 10 kasus TB
di tahun 2017. Caranya adalah dengan menuliskan angka 10 pada kolom
target di tahun 2017 (kolom F).

Tabel “Persentase peningkatan kasus per tahun”


Kolom “2017-2020”: diisi dengan persentase seberapa besar
peningkatan kasus per tahun. Misalnya: 10% maka jika pada tahun 2016
terdapat 100 kasus TB maka pada tahun 2017 akan ada 110 kasus TB.

4. Klinik pemerintah
Klinik pemerintah termasuk fasyankes milik pemerintah.
Klinik pemerintah termasuk RS milik kementerian, pemda
provinsi/kab/kota, TNI, POLRI, perguruan tinggi negeri.
Isilah sel yang berwarna kuning saja.

Tabel “Jumlah semua kasus TB (absolut)”


Kolom “nama fasyankes”: diisi dengan nama fasyankes yang ada di
wilayah kabupaten/kota, baik yang DOTS maupun non DOTS. Baik
yang sudah melaporkan kasus maupun yang belum. Diproritaskan
fasyankes yang akan dilibatkan pertama kali adalah fasyankes yang
sudah bekerja sama dengan BPJS.
Kolom “baseline 2012 dan 2016”: diisi dengan jumlah semua kasus TB
dari masing-masing fasyankes yang ada yang dilaporkan di tahun 2012
dan 2016
Untuk faskes yang tidak melaporkan kasus di tahun 2016 dan 2002,
target penemuan kasus langsung diisi pada sel berwarna hijau pada
kolom target di tahun yang diinginkan.
Misalnya:
Pada tahun 2012 dan 2016, tidak ada jumlah kasus TB yang ditemukan
di salah satu fasyankes. Pada tahun 2017, diperkirakan ada 10 kasus TB
di tahun 2017. Caranya adalah dengan menuliskan angka 10 pada kolom
target di tahun 2017 (kolom F).

Tabel “Persentase peningkatan kasus per tahun”


Kolom “2017-2020”: diisi dengan persentase seberapa besar
peningkatan kasus per tahun. Misalnya: 10% maka jika pada tahun 2016
terdapat 100 kasus TB maka pada tahun 2017 akan ada 110 kasus TB.

5. Lapas rutan
Lapas/rutan termasuk fasyankes milik pemerintah. Isilah sel yang
berwarna kuning saja.

Tabel “Jumlah semua kasus TB (absolut)”


Kolom “nama fasyankes”: diisi dengan nama fasyankes yang ada di
wilayah kabupaten/kota, baik yang DOTS maupun non DOTS. Baik
yang sudah melaporkan kasus maupun yang belum. Kolom “baseline
2012 dan 2016”: diisi dengan jumlah semua kasus TB dari masing-
masing fasyankes yang ada yang dilaporkan di tahun 2012 dan 2016
Untuk faskes yang tidak melaporkan kasus di tahun 2016 dan 2002,
target penemuan kasus langsung diisi pada sel berwarna hijau pada
kolom target di tahun yang diinginkan.
Misalnya:
Pada tahun 2012 dan 2016, tidak ada jumlah kasus TB yang ditemukan
di salah satu fasyankes. Pada tahun 2017, diperkirakan ada 10 kasus TB
di tahun 2017. Caranya adalah dengan menuliskan angka 10 pada kolom
target di tahun 2017 (kolom F).

Tabel “Persentase peningkatan kasus per tahun”


Kolom “2017-2020”: diisi dengan persentase seberapa besar
peningkatan kasus per tahun. Misalnya: 10% maka jika pada tahun 2016
terdapat 100 kasus TB maka pada tahun 2017 akan ada 110 kasus TB.

6. RS swasta
RS swasta termasuk fasyankes milik swasta.
RS swasta termasuk RS milik BUMN, organisasi non profit, perusahaan,
swasta/perorangan, perguruan tinggi swasta.
Isilah sel yang berwarna kuning saja.

Tabel “Jumlah semua kasus TB (absolut)”


Kolom “nama fasyankes”: diisi dengan nama fasyankes yang ada di
wilayah kabupaten/kota, baik yang DOTS maupun non DOTS. Baik
yang sudah melaporkan kasus maupun yang belum. Diproritaskan
fasyankes yang akan dilibatkan pertama kali adalah fasyankes yang
sudah bekerja sama dengan BPJS.
Kolom “baseline 2012 dan 2016”: diisi dengan jumlah semua kasus TB
dari masing-masing fasyankes yang ada yang dilaporkan di tahun 2012
dan 2016
Untuk faskes yang tidak melaporkan kasus di tahun 2016 dan 2002,
target penemuan kasus langsung diisi pada sel berwarna hijau pada
kolom target di tahun yang diinginkan.
Misalnya:
Pada tahun 2012 dan 2016, tidak ada jumlah kasus TB yang ditemukan
di salah satu fasyankes. Pada tahun 2017, diperkirakan ada 10 kasus TB
di tahun 2017. Caranya adalah dengan menuliskan angka 10 pada kolom
target di tahun 2017 (kolom F).

Tabel “Persentase peningkatan kasus per tahun”


Kolom “2017-2020”: diisi dengan persentase seberapa besar
peningkatan kasus per tahun. Misalnya: 10% maka jika pada tahun 2016
terdapat 100 kasus TB maka pada tahun 2017 akan ada 110 kasus TB.

7. Klinik dan DPM swasta


Klinik swasta termasuk fasyankes milik swasta.
Klinik swasta termasuk klinik milik BUMN, organisasi non profit,
perusahaan, swasta/perorangan, perguruan tinggi swasta.
DPM swasta termasuk fasyankes milik swasta. Isilah sel yang
berwarna kuning saja.

Tabel “Jumlah fasyankes”


Tabel ini merupakan data mengenai jumlah fasyankes.
Kolom baseline (2012, 2016, rata-rata): diisi dengan jumlah klinik
swasta dan DPM yang sudah melaporkan kasus TB di tahun 2012 dan
2016. Data yang diisi adalah jumlah fasyankes (jumlah agregat).
Kolom target: diisi dengan target jumlah fasyankes yang akan
melaporkan kasus TB di tahun 2017-2020. Diproritaskan fasyankes yang
akan dilibatkan pertama kali adalah fasyankes yang sudah bekerja sama
dengan BPJS.

Tabel “Jumlah rata-rata kasus TB yang ditemukan per fasyankes per


tahun”
Tabel ini merupakan data mengenai rata-rata jumlah kasus TB yang
ditemukan per fasyankes per tahun.
Kolom baseline (2012, 2016, rata-rata): diisi dengan rata-rata jumlah
kasus TB yang ditemukan per fasyankes per tahun di klinik swasta dan
DPM yang sudah melaporkan kasus TB di tahun 2012 dan 2016. Data
yang diisi adalah jumlah fasyankes (jumlah agregat).
Kolom target: diisi dengan target jumlah fasyankes yang akan
melaporkan kasus TB di tahun 2017-2020. Diproritaskan fasyankes yang
akan dilibatkan pertama kali adalah fasyankes yang sudah bekerja sama
dengan BPJS.

Tabel “Total semua kasus TB”


Tabel ini merupakan data total semua kasus TB yang ada di klinik
swasta dan DPM. Data ini merupakan perkalian antara jumlah fasyankes
dengan rata-rata jumlah kasus yang ditemukan per fasyankes per tahun.
Kolom baseline (2012, 2016, rata-rata): terisi otomatis Kolom target:
terisi otomatis.

8. Rekap total
Sheet ini merupakan rekapitulasi dari total jumlah kasus TB yang ada di
masing-masing sheet yaitu puskesmas, RS pemerintah, BBKPM BKPM,
klinik pemerintah, lapas rutan, RS swasta, klinik dan DPM swasta.

Baris “Target Penemuan Kasus”


Isilah sel yang berwarna kuning sesuai dengan target jumlah kasus TB
di tahun 2017-2020.

Baris “Selisih total per fasyankes dengan target penemuan kasus”


Akan terisi otomatis. Jika nilainya ≥0 maka target penemuan sudah
sesuai. Akan tetapi, bila hasilnya <0 (negatif), maka target perkiraan
penemuan kasus di fasyankes pada sheet sebelumnya perlu dinaikkan.

D. Petunjuk Pengisian Tools Perhitungan Indikator


dan Target Program TB Tahun 2016-2020

1. Petunjuk
Sheet “petunjuk” berisi infomasi mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan
oleh pengguna sebelum melakukan entry data pada sel yang berwarna kuning
yang ada di sheet “1. Perhitungan Indikator”. Indikator dan target yang
digunakan dalam tools ini bersumber dari STRANAS TB Tahun 2016-2020.

2. Perhitungan Indikator
Sheet yang berisi data yang harus diisi oleh pengguna adalah:
1. Jumlah fasyankes mikroskopis tahun 2015
Fasyankes mikroskopis termasuk puskesmas (PRM, PPM), rumah
sakit, klinik yang mampu melaksanakan pembacaan slide TB secara
mikroskopis.
2. Jumlah kasus TB resistan obat yang memulai pengobatan tahun 2014
dan 2015
Data ini dibutuhkan untuk menghitung target jumlah pasien TB
resistan obat yang sembuh dan pengobatan lengkap pada tahun 2016
dan 2017.
3. Jumlah semua kasus TB yang ditemukan dan diobati

Sheet ini berisi rumus cara atau asumsi yang digunakan menghitung target
TB. Data yang tersedia yaitu:
1. Kategori kabupaten/kota berdasarkan jenis kegiatan
Berdasarkan jenis kegiatan yang dilaksanakan di kabupaten/kota, ada
dua kategori kabupaten/kota yaitu esensial dan komprehensif.
Perbedaan kegiatan TB di kabupaten/kota esensial dan komprehensif

Kabupaten/ Intervensi dan kegiatan


kota

- Pelayanan diagnosis dan pengobatan TB sesuai pedoman nasional


- Pengembangan algoritma diagnosis TB baru di mana TCM tersedia
- Perluasan TCM (penempatan di RS rujukan)
- Pelayanan PMDT di RS dan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
- PITC untuk pasien TB dari fasyankes TB ke sentral pelayanan HIV
Esensial (243
- Paket lapas/rutan komprehensif (TB HIV) yang menjangkau
dari 514 60% dari penghuni lapas/rutan
kab/kota) - Keterlibatan masyarakat untuk kampanye TB, penemuan kasus,
dan dukungan pengobatan melalui UKBM
- Notifikasi wajib lapor – hanya kegiatan advokasi (penguatan
melalui mekanisme pendanaan)
- Akreditasi fasyankes sesuai dengan standar pelayanan minimal
(indicator TB)
- Pelatihan TB terintegrasi melalui tim pelatih provinsi

Paket kegiatan di kabupaten/kota esensial ditambah:

- Paket kabupaten/kota komprehensif


Pelibatan komunitas untuk kampanye TB, penemuan kasus,
dan dukungan pengobatan melalui CSO dan UKBM (sebagai
bagian dari paket kegiatan di kabupaten/kota
komprehensif)
- Implementasi Peta Jalan Urban TB Control
Kompre-
- Percepatan perluasan TCM ke tingkat puskesmas (fasyankes
hensif
dengan beban TB yang tinggi)
(271 dari 514
kab/kota)
- Relokasi pengobatan penemuan kasus berbasis
mikroskopis ke tingkat kabupaten/kota dengan
menggunakan sistem transportasi sputum
- Percepatan pengembangan algoritma diagnosis yang baru
- Desentralisasi layanan PMDT ke tingkat puskesmas dengan
dukungan komunitas
- Intensifikasi intervensi penemuan kasus untuk PSP dan
populasi berisiko/kelompok risiko tinggi (skrining fasyankes:
rawat jalan, KIA, DM, gizi, manula, dll; skrining aktif di populasi
miskin perkotaan dan manula di setting komunitas dan
penjangkuan; mobile clinic untuk skrining TB yang terintegrasi
dengan mobile clinic rumah sakit paru di area berisiko tinggi;
pelacakan kontak IPT melalui kunjungan rumah)
- PITC untuk pasien TB HIV yang terintegrasi ke dalam semua
pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan diagnosis TB
- Paket lapas/rutan komprehensif (TB HIV) yang
menjangkau 80% penghuni lapas/rutan
- Memasukkan TB anak (skrining, diagnosis, pengobatan) ke dalam
pelayanan anak yang terkait (KIA dan gizi, imunisasi, gizi)
- Penguatan notifikasi wajib lapor melalui keterkaitan jejaring
rumah sakit TB, standar pelayanan minimal dan skema
akreditasi (kerja sama dengan organisasi profesi)
- Pelatihan TB terintegrasi melalui tim pelatih kab/kota dan e-
learning

Penentuan kabupaten/kota yang melaksanakan kegiatan esensial dan


komprehensif berdasarkan scoring.
Skoring kabupaten/kota ditentukan berdasarkan variable: insiden TB
(jumlah absolut), ketersediaan layanan HIV, proporsi urban, keberadaan
rumah sakit rujukan dan BP4/BBKPM/BKPM.
a. Insiden TB (jumlah absolut)
4 = ≥ 5000
3 = ≥ 2000 dan < 5000
2 = ≥ 500 dan < 2000
1= < 500
b. Ketersediaan layanan HIV
4 = layanan HIV komprehensif
2 = layanan HIV minimal
0 = tidak ada layanan ada support dana untuk TB-HIV
c. Proporsi urban
4 = 100% urban
3 = >= 80% dan <100% urban
2 = >= 50% dan <80% urban
1 = <50% urban
d. Keberadaan rumah sakit rujukan dan BP4/BBKPM/BKPM
4 = memiliki
0 = tidak memiliki
Berdasarkan hal tersebut, masing-masing kabupaten/kota mendapatkan
total scoring tertentu. Kabupaten/kota yang masuk dalam kategori
komprehensif adalah kabupaten/kota yang total scoring >=8 dan atau
kabupaten/kota yang ada di strata 1 dan 2 untuk insiden TB yang tetapi
total scoring <8.
2. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk TB per provinsi dan kabupaten/kota tahun 2016-2020
berdasarkan buku yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
yaitu Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota masing-masing provinsi
2010-2020.
3. Perkiraan insiden TB dalam jumlah absolut
Perkiraan insiden TB tahun 2017-2020 di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota dialokasikan berdasarkan insiden TB di tingkat nasional.
Masing-masing kabupaten/kota diberikan scoring berdasarkan data
jumlah populasi, proporsi daerah pedesaan/perkotaan, luas lantai per
jumlah anggota keluarga, dan tingkat pendidikan. Variabel ini
merupakan variable faktor risiko TB yang tersedia di semua
kabupaten/kota. Sumber data variabel-variabel tersebut diambil dari data
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh BPS.
Besarnya hubungan asosisasi TB dengan faktor risikonya diambil dari
hasil perhitungan Survei Prevalensi TB tahun 2013-2014.
4. Perkiraan insiden TB per 100.000 penduduk
Perkiraan insiden TB per 100.000 penduduk merupakan perkiraan
insiden TB dalam jumlah absolut yang dinyatakan dalam 100.000
penduduk.
Rumus:

Perkiraan insiden TB dalam jumlah absolut


Perkiraan insiden TB per
= x 100.000
100.000 penduduk
Jumlah penduduk

5. Indikator 2.2 (jumlah semua kasus TB yang ditemukan dan diobati)


Data jumlah semua kasus TB yang ditemukan dan diobati merupakan
target jumlah semua kasus TB yang akan dijangkau oleh program TB.
Jumlah semua kasus TB yang ditemukan dan diobati di provinsi sudah
ditetapkan sesuai dengan angka yang tercantum pada tools perhitungan
target TB tahun 2016-2020. Distribusi jumlah semua kasus TB di
kabupaten/kota dapat ditentukan berdasarkan: trend notifikasi atau
penemuan kasus, data layanan (DOTS dan non DOTS, faskes yang
sudah melaporkan kasus, faskes yang mampu entry SITT), penempatan
TCM (yang sudah ada dan rencana penempatan 2017-2020), data jumlah
wasor, jumlah LSM yang terlibat, jumlah komunitas yang terlibat,
jumlah DPM yang akan terlibat, jumlah kasus HIV, jumlah pendanaan
(APBD I, APBD II, dll), dll.
Karena jumlah semua kasus TB yang ditemukan dan diobati di provinsi
sudah ditetapkan, jumlah semua kasus TB di provinsi minimal sama
dengan total jumlah semua kasus TB kabupaten/kota. Informasi
mengenai apakah total target penemuan kasus seluruh kabupaten/kota
kurang/sama/lebih dari target penemuan kasus di provinsi dapat dilihat
pada kolom “cek”. Jika pada kolom “cek” muncul informasi “ok”, target
penemuan kasus TB di masing-masing kabupaten/kota dapat digunakan.
Selanjutnya target tersebut digunakan untuk menghitung target
penemuan kasus TB di tingkat fasyankes. Jika pada kolom “cek” muncul
informasi “perbaiki”, target penemuan kasus TB di kabupaten/kota perlu
ditingkatkan sampai kolom “cek” menampilkan informasi “ok”.
Target untuk indikator ini telah ditetapkan dalam STRANAS TB
Tahun 2016-2020.
6. Indikator 1 (Cakupan penemuan semua kasus TB (case detection
rate/CDR)
Rumus:
Jumlah semua kasus TB yang ditemukan
Case detection rate = x 100.000
Insiden TB dalam jumlah absolut

Target untuk indikator ini telah ditetapkan dalam STRANAS TB


Tahun 2016-2020.

7. Indikator 2 (angka notifikasi semua kasus TB (case


notification rate/CNR) per 100.000 penduduk)
Rumus:

Jumlah semua kasus TB yang ditemukan


100.00
Case notification rate = x
Jumlah penduduk yang ada di suatu 0
wilayah tertentu

Target untuk indikator ini telah ditetapkan dalam STRANAS TB


Tahun 2016-2020.

8. Indikator 3 (angka keberhasilan pengobatan kasus TB semua kasus)


Rumus:
Jumlah semua kasus TB yang
sembuh dan pengobatan lengkap
Angka keberhasilan
= x 100%
pengobatan
Jumlah semua kasus TB yang
diobati dan dilaporkan

Target untuk indikator ini telah ditetapkan dalam STRANAS TB


Tahun 2016-2020.

9. Jumlah semua kasus TB yang sembuh dan pengobatan lengkap


Jumlah semua kasus TB yang sembuh dan pengobatan lengkap
digunakan sebagai numerator (pembilang) dalam menghitung indikator
3 (angka keberhasilan pengobatan kasus TB semua kasus).
Rumus:

Total kasus TB yang


Angka keberhasilan Jumlah semua kasus TB yang
sembuh dan pengobatan = x
pengobatan diobati dan dilaporkan
lengkap

10. Perkiraan Kasus TB Paru Baru


Data ini merupakan perkiraan berapa banyak jumlah kasus TB paru
dengan riwayat pengobatan baru.
Rumus:

Perkiraan Kasus TB % kasus TB paru baru di Jumlah semua kasus TB yang


= x
Paru Baru antara semua kasus ditemukan & diobati

Besar persentase kasus TB paru baru di antara semua kasus


yang digunakan pada tools ini adalah sebesar 91%. Angka ini
didapat dari trend angka nasional selama 3 tahun terakhir.
Data perkiraan kasus TB paru baru ini digunakan untuk
menghitung perkiraan kasus TB MDR/RR.
11. Perkiraan Kasus TB Paru Pengobatan Ulang
Data ini merupakan perkiraan berapa banyak jumlah kasus TB paru
dengan riwayat pengobatan ulang.
Rumus:

Perkiraan kasus TB % kasus TB paru baru


Jumlah semua kasus TB yang
paru pengobatan = pengobatan ulang di x
ditemukan & diobati
ulang antara semua kasus

Berdasarkan trend angka nasional selama 3 tahun terakhir, angka ini


berkisar sekitar 3%. Angka ini dianggap terlalu rendah karena
berdasarkan hasil SPTB 2013-2014, proporsi pengobatan ulang adalah
14.1%. Meskipun perkiraan proporsi pengobatan ulang sebesar 14.1%,
angka yang digunakan pada tools ini adalah sebesar 5%. Angka ini
digunakan agar tidak terlalu rendah tetapi juga tidak terlalu tinggi.
Data perkiraan kasus TB paru baru ini digunakan untuk menghitung
perkiraan kasus TB MDR/RR.
12. Perkiraan kasus TB MDR/RR
Perkiraan kasus TB MDR/RR merupakan penjumlahan dari perkiraan
kasus TB paru baru dan TB paru pengobatan ulang. Perkiraan kasus TB
MDR/RR di antara kasus TB paru baru adalah sebesar 2.8% sedangkan
perkiraan kasus TB MDR/RR di antara kasus TB paru pengobatan ulang
adalah sebesar 16%.
13. Indikator 2.3 (persentase kasus pengobatan ulang TB yang diperiksa
uji kepekaan obat dengan tes cepat molukuler atau metode
konvensional)
Rumus:

Kasus pengobatan ulang TB yang


Persentase kasus pengobatan diperiksa uji kepekaan obat dengan
ulang TB yang diperiksa uji TCM atau metode konvensional
= x 100%
kepekaan obat dengan TCM
atau metode konvensional
Kasus pengobatan ulang TB

Target untuk indikator ini telah ditetapkan dalam STRANAS TB


Tahun 2016-2020.

14. Perkiraan jumlah kasus pengobatan ulang TB yang diperiksa uji


kepekaan obat dengan tes cepat molukuler atau metode konvensional
Angka ini adalah numerator atau penyebut dari indikator 2.3 (persentase
kasus pengobatan ulang TB yang diperiksa uji kepekaan obat dengan tes
cepat molukuler atau metode konvensional).
Rumus:

Perkiraan jumlah kasus Persentase kasus


pengobatan ulang TB yang pengobatan ulang TB yang Kasus
diperiksa uji kepekaan obat = diperiksa uji kepekaan obat x pengobatan ulang
dengan tes cepat molekuler dengan TCM atau metode TB
atau metode konvensional konvensional
15. Indikator 4 (cakupan penemuan kasus TB resistan obat)
Rumus:

Jumlah kasus TB resistan obat


Cakupan penemuan yang terkonfirmasi
kasus TB resistan = x 100%
obat
Perkiraan kasus TB-MDR/RR

Target untuk indikator ini telah ditetapkan dalam STRANAS TB


Tahun 2016-2020.

16. Jumlah kasus TB resistan obat yang terkonfirmasi (confirmed)


Angka ini adalah numerator atau penyebut dari indikator 4 (cakupan
penemuan kasus TB resistan obat).
Rumus:

Jumlah kasus TB Perkiraan kasus


Cakupan penemuan
resistan obat yang = x TB-MDR/RR Kasus
kasus TB resistan obat
terkonfirmasi pengobatan ulang TB

17. Indikator 2.4 (persentase kasus TB resistan obat yang memulai


pengobatan lini kedua)
Rumus:
Persentase kasus TB Jumlah kasus TB resistan obat yang
resistan obat yang memulai pengobatan lini kedua
= x 100%
memulai pengobatan
lini kedua Jumlah kasus TB resistan obat yang terkonfirmasi

Target untuk indikator ini telah ditetapkan dalam STRANAS TB


Tahun 2016-2020.

18. Perkiraan jumlah kasus TB resistan obat yang memulai pengobatan lini
kedua
Angka ini adalah numerator atau penyebut dari indikator 2.4
(persentase kasus TB resistan obat yang memulai pengobatan lini
kedua).
Rumus:

Perkiraan jumlah
Persentase kasus TB resistan Jumlah kasus TB
kasus TB resistan
= obat yang memulai x resistan obat yang
obat yang
pengobatan lini kedua terkonfirmasi
terkonfirmasi
19. Indikator 5 (angka keberhasilan pengobatan kasus TB resistan obat)
Rumus:
Jumlah kasus TB resistan obat yang
Angka keberhasilan sembuh dan pengobatan lengkap
pengobatan pasien = x 100%
TB resistan obat Jumlah kasus TB resistan obat yang
memulai pengobatan lini kedua

Target untuk indikator ini telah ditetapkan dalam STRANAS TB


Tahun 2016-2020.

20. Jumlah kasus TB resistan obat yang sembuh dan PL


Angka ini adalah numerator atau penyebut dari indikator 5 (angka
keberhasilan pengobatan kasus TB resistan obat).
Rumus:

Jumlah kasus TB resistan Angka keberhasilan Jumlah kasus TB resistan


obat yang sembuh dan = pengobatan pasien TB x obat yang memulai
pengobatan lengkap resistan obat pengobatan lini kedua

21. Indikator 6 (persentase kasus TB yang mengetahui status HIV)


Rumus:
Jumlah kasus TB yang mengetahui status HIV
Persentase kasus TB yang
= x 100%
mengetahui status HIV
Jumlah kasus TB yang ditemukan

Target untuk indikator ini telah ditetapkan dalam STRANAS TB


Tahun 2016-2020.

22. Perkiraan jumlah kasus TB yang mengetahui status HIV


Angka ini adalah numerator atau penyebut dari indikator 6 (persentase
kasus TB yang mengetahui status HIV).
Rumus:

Jumlah kasus TB yang Persentase kasus TB yang Jumlah kasus TB


= x
mengetahui status HIV mengetahui status HIV yang ditemukan

23. Perkiraan persentase kasus TB yang HIV Positif


Berdasarkan data nasional 3 tahun terakhir, persentase kasus TB dengan
HIV positif di antara kasus TB yang mengetahui status HIV adalah
sebesar 8%.
24. Perkiraan Jumlah kasus TB yang HIV Positif
Angka ini merupakan jumlah kasus TB dengan HIV positif.
25. Indikator 2.5 (persentase kasus TB-HIV yang mendapatkan ARV
selama pengobatan TB)
Rumus:
Kasus TB-HIV yang mendapatkan ARV
% kasus TB-HIV yang selama pengobatan TB
mendapatkan ARV selama = x 100%
pengobatan TB
Kasus TB-HIV

Target untuk indikator ini telah ditetapkan dalam STRANAS TB


Tahun 2016-2020.

26. Kasus TB-HIV yang mendapatkan ARV selama pengobatan TB


Angka ini adalah numerator atau penyebut dari indikator 2.5 (persentase
kasus TB-HIV yang mendapatkan ARV selama pengobatan TB).
27. Perkiraan Kasus TB Anak
Perkiraan kasus TB anak sekitar 12% dari perkiraan kasus TB (insiden).
Alasan penggunaan angka 12 % sebagai cut off point perhitungan
cakupan TB anak diambil dari Burden of childhood tuberculosis in 22
high-burden countries: a mathematical modelling Study, Dodd et al,
Lancet 2014. Grafik Proporsi insiden TB pada anak di antara 22 negara
dengan beban TB dapat dilihat pada lampiran 2.
28. Indikator 2.9 (cakupan penemuan kasus TB anak)
Rumus:
Jumlah penemuan kasus TB anak
Cakupan penemuan kasus TB anak = x 100%
Perkiraan kasus TB anak

Target untuk indikator ini telah ditetapkan dalam STRANAS TB


Tahun 2016-2020.

29. Jumlah Penemuan Kasus TB Anak


Angka ini adalah numerator atau penyebut dari indikator 2.9 (cakupan
penemuan kasus TB anak).
Rumus:

Jumlah penemuan Cakupan penemuan


= x Perkiraan kasus TB anak
kasus TB Anak kasus TB anak
30. Perkiraan jumlah anak < 5 tahun yang memenuhi syarat diberikan
pengobatan pencegahan PP INH
Rumus:

Jumlah anak < 5 tahun yang memenuhi syarat diberikan pengobatan pencegahan TB =
Jumlah semua kasus TB x proporsi kasus TB terkonfirmasi bakteriologis di antara semua kasus
(62%) x jumlah kasus TB terkonfirmasi bakteriologis yang memiliki anak (30%) x jumlah anak
< 5 tahun dalam satu rumah tangga (1) x jumlah anak < 5 tahun yang tidak sakit TB (90%)

Proporsi kasus TB terkonfirmasi bakteriologis di antara semua kasus =


62% (data surveilans TB)
Jumlah kasus TB terkonfirmasi bakteriologis yang memiliki anak = 30%
(data BKKBN tahun 2013)
Jumlah anak < 5 tahun dalam satu rumah tangga = 1 (penelitian dr. Rina
Triasih, Sp.A berjudul "A Prospective Evaluation of the Symptom-Based
Screening Approach to the Management of Children Who Are Contacts
of Tuberculosis Cases")
Jumlah anak < 5 tahun yang tidak sakit TB= 90% (diperkirakan dari
anak usia < 5 tahun yang kontak dengan kasus TB, 10% akan sakit dan
90% tidak sakit)
31. Indikator 3.1 (cakupan anak < 5 tahun yang mendapat pengobatan
pencegahan PP INH)
Rumus:

Jumlah anak < 5 tahun yang mendapat


Cakupan anak pengobatan pencegahan PP INH
< 5 tahun yang
= x 100%
mendapat PP
INH Perkiraan jumlah anak < 5 tahun yang memenuhi
syarat diberikan pengobatan pencegahan TB

Target untuk indikator ini telah ditetapkan dalam STRANAS TB


Tahun 2016-2020.

32. Jumlah anak < 5 tahun yang mendapat pengobatan pencegahan PP INH
Angka ini adalah numerator atau penyebut dari indikator 3.1 (cakupan
anak < 5 tahun yang mendapatkan pengobatan pencegahan PP INH).
Rumus:

Jumlah anak < 5 tahun


Cakupan anak Perkiraan jumlah anak < 5 tahun
yang mendapat
= < 5 tahun yang x yang memenuhi syarat diberikan
pengobatan
mendapat PP INH pengobatan pencegahan TB
pencegahan PP INH

33. Indikator 5.1 (persentase kasus TB yang ditemukan dan dirujuk oleh
masyarakat atau organisasi kemasyarakatan (active case finding))
Rumus:

Persentase kasus TB yang Jumlah kasus TB yang ditemukan dan


ditemukan & dirujuk oleh dirujuk oleh masyarakat atau organisasi
masyarakat atau organisasi = kemasyarakatan (active case finding) x 100%
kemasyarakatan
(active case finding) Total kasus TB yang ditemukan

Target untuk indikator ini telah ditetapkan dalam STRANAS TB Tahun


2016-2020.

34. Jumlah kasus TB yang ditemukan dan dirujuk oleh masyarakat atau
organisasi kemasyarakatan (active case finding)
Angka ini adalah numerator atau penyebut dari indikator 5.1 (persentase
kasus TB yang ditemukan dan dirujuk oleh masyarakat atau organisasi
kemasyarakatan (active case finding).
Rumus:

Jumlah kasus TB yang


Persentase kasus TB yang ditemukan Total kasus
ditemukan dan dirujuk oleh
dan dirujuk oleh masyarakat atau TB yang
masyarakat atau organisasi = x
organisasi kemasyarakatan ditemukan
kemasyarakatan
(active case finding) TB
(active case finding)

35. Indikator 2.6 (persentase laboratorium mikroskopik yang mengikuti uji


silang)
Rumus:

Jumlah laboratorium mikroskopis


Persentase laboratorium yang mengikuti uji silang
mikroskopik yang = x 100%
mengikuti uji silang
Jumlah laboratorium mikroskopis yang ada

Target untuk indikator ini telah ditetapkan dalam STRANAS TB Tahun


2016-2020.

36. Jumlah laboratorium mikroskopis yang mengikuti uji silang


Angka ini adalah numerator atau penyebut dari indikator 2.6 (persentase
laboratorium mikroskopik yang mengikuti uji silang).
Rumus:

Jumlah laboratorium Persentase laboratorium


Jumlah laboratorium
mikroskopis yang = mikroskopik yang mengikuti x
mikroskopis yang ada
mengikuti uji silang uji silang
37. Indikator 2.7 (persentase laboratorium mikroskopis yang mengikuti uji
silang dengan hasil baik)
Rumus:

Jumlah laboratorium mikroskopis yang


Persentase laboratorium mengikuti uji silang dengan hasil baik
mikroskopis yang
= x 100%
mengikuti uji silang
dengan hasil baik Jumlah laboratorium mikroskopis yang
mengikuti uji silang

Target untuk indikator ini telah ditetapkan dalam STRANAS TB Tahun


2016-2020.

38. Jumlah laboratorium mikroskopis yang mengikuti uji silang dengan


hasil baik
Angka ini adalah numerator atau penyebut dari indikator 2.7
(persentase laboratorium mikroskopik yang mengikuti uji silang
dengan hasil baik).
Rumus:

Jumlah laboratorium Persentase laboratorium


Jumlah laboratorium
mikroskopis yang = mikroskopik yang mengikuti x
mikroskopis yang ada
mengikuti uji silang uji silang

3. Target Provinsi dan Kabupaten/Kota

Sheet ini hanya berisi daftar dari seluruh target indikator yang ada
di provinsi dan kabupaten/kota sehingga tidak bercampur lagi
dengan data lain yang digunakan untuk menghitung rumus
indikator.

E. Petunjuk Pengisian Tools Perhitungan Indikator dan


Target Program TB Tahun 2016-2020

1. Petunjuk
Sheet “petunjuk” berisi infomasi mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan
oleh pengguna sebelum melakukan entry data pada sel yang berwarna kuning
yang ada di sheet-sheet selanjutnya yaitu Puskesmas, RS pemerintah,
BBKPM BKPM, Klinik pemerintah, Lapas rutan, RS swasta, Klinik dan DPM
swasta, dan Rekap total. Pembagian sheet ini berdasarkan jenis fasyankes dan
kepemilikan.
2. Puskesmas
Tabel “Target kab/kota”
Data yang perlu diisi pada table ini adalah persentase kasus TB yang
mengetahui status HIV, proporsi kasus TB anak, dan cakupan anak < 5 tahun
yang mendapat pengobatan pencegahan PP INH. Target untuk masing-
masing indikator diisi sesuai dengan target yang ditentukan di masing-
masing kabupaten/kota yang ada di file "tools penghitungan target TB di
provinsi dan kab kota 2016-2020".

Tabel “Jumlah semua kasus TB (absolut)”


Tabel ini merupakan jumlah semua kasus TB di tahun 2012-2016 yang
dijadikan sebagai baseline. Data ini diisi per fasyankes. Nama-nama
fasyankes yang dimasukkan adalah nama-nama seluruh fasyankes yang saat
ini teribat dalam program TB dan fasyankes yang akan terlibat dalam program
TB tahun 2016-2020.
Jika tidak ada kasus yang ditemukan di satu atau beberapa tahun baseline
(2012-2016), isilah data tersebut dengan angka 0 atau nol.
Kolom “r/tahun” merupakan pertumbuhan kasus per tahun. Angka ini dapat
digunakan untuk membantu pengguna dalam menentukan target peningkatan
kasus TB per tahun yang ada di table “Persentase peningkatan kasus per
tahun”. Persentase peningkatan kasus per tahun tidak harus sama dengan
r/tahun. Angka persentase peningkatan kasus per tahun tergantung dari target
yang akan dicapai oleh kabupaten/kota dan pertimbangan lainnya.
Rumus untuk menghitung R/tahun dihitung untuk 4 tahun (2012-2016). Jika
ada fasyankes yang datanya tersedia tidak sampai 4 tahun, rumus r/tahun
harus diperbaiki secara manual.

Tabel “Persentase peningkatan kasus per tahun”


Data ini diisi dengan persentase peningkatan kasus per tahun yang ada di
tahun 2017-2020. Kolom “Rata-rata” merupakan rata-rata persentase
peningkatan kasus per tahun.

Kasus TB MDR/RR
Data yang diisi merupakan jumlah kasus TB MDR/RR yang diobati di tahun
2014 dan 2015. Data ini digunakan untuk menghitung target jumlah kasus TB
MDR/RR yang sembuh dan pengobatan lengkap.
Tabel “Target TB tahun 2016-2020”
Tabel ini merupakan target TB di tingkat fasyankes tahun 2016-2020.
Target jumlah semua kasus TB di tahun 2016 harus diisi. Target jumlah
semua kasus TB di tahun 2017-2020 akan otomatis terisi jika data yang ada
di sel berwarna kuning yang ada di table “Jumlah semua kasus TB (absolut)”
dan “Persentase peningkatan kasus per tahun” terisi. Jika ada fasyankes yang
belum terlibat sebelumnya tetapi akan terlibat di tahun 2017-2020, isilah
jumlah semua kasus TB yang ada di kolom “T-W” (sel berwarna hijau) sesuai
dengan tahun di mana fasyankes tersebut direncanakan akan terlibat.
Target untuk seluruh indikator TB yang lain yang ada di fasyankes akan
terisi otomatis jika seluruh sel berwarna kuning terisi.
Asumsi dan rumus perhitungan masing-masing target indikator sama dengan
asumsi dan rumus yang digunakan pada saat menghitung target indikator
kabupaten/kota di tingkat provinsi.

3. RS pemerintah
Penjelasan sama dengan sheet “Puskesmas”.

4. BBKPM BKPM
Penjelasan sama dengan sheet “Puskesmas”.

5. Klinik pemerintah
Penjelasan sama dengan sheet “Puskesmas”.

6. Lapas rutan
Penjelasan sama dengan sheet “Puskesmas”.

7. RS swasta
Penjelasan sama dengan sheet “Puskesmas”.

8. Klinik dan DPM swasta


Penjelasan sama dengan sheet “Puskesmas”. Hanya saja pada sheet
“Puskesmas”, target dihitung di masing-masing puskesmas sedangkan pada
sheet “Klinik dan DPM swasta”, target yang dihitung adalah total agregat dari
klinik dan DPM swasta yang akan dilibatkan.
9. Rekap total
Sheet ini menampilkan target indikator-indikator TB yang ada di fasyankes
berdasarkan jenis dan kemepilikan fasyankes tahun 2016-2020.
Data yang perlu diisi pada sheet ini adalah data target dari masing-masing
indikator. Selisih antara total target TB di seluruh fasyankes dengan total
target kabupaten/kota yang didapatkan dari file "tools penghitungan target TB
di provinsi dan kab kota 2016-2020”dapat dilihat pada baris ke-19 yaitu
“Selisih total per fasyankes dengan target di kab/kota”. Baris ini harus bernilai
≥0. Bila hasilnya <0 (negatif), maka target di fasyankes pada sheet
sebelumnya perlu dinaikkan. Jika >=0 maka target di fasyankes sudah sesuai.

Lampiran

Matriks insiden TB dan TB anak di antara 22 negara dengan beban TB yang


tinggi tahun 2010.
Lampiran 3: Tools Perhitungan Target TB di Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2016-2020

Lembar kerja selengkapnya terdapat di kandar kilas (flash disk) yang dibagikan beserta buku Petunjuk Penyusunan ini.
Lampiran 4: Matriks Kegiatan Pusat, Provinsi, dan Kabupaten

Kegiatan selengkapnya dapat dilihat di kandar kilas (flash disk) yang dibagikan beserta buku Petunjuk Penyusunan ini.
Lampiran 5: Insiden dan Target Penemuan Kasus TB Tahun 2017-2020

Perkiraan insiden kasus TB di tingkat kabupaten/kota

Daftar selengkapnya dapat dilihat di kandar kilas (flash disk) yang dibagikan
beserta buku Petunjuk Penyusunan ini.
Perkiraan insiden kasus TB di tingkat provinsi

Daftar selengkapnya dapat dilihat di kandar kilas (flash disk) yang dibagikan
beserta buku Petunjuk Penyusunan ini.
Estimasi insiden kasus TB di Indonesia tahun 2017
Lampiran 6: Indikator Utama dan Operasional dalam Stranas TB Tahun 2016-2020

Estimasi penurunan insiden berdasarkan target setiap tahun

Target indikator utama


Target indikator operasional
Lampiran 7: Definisi Operasional Indikator Utama dan Operasional dalam Stranas TB 2016-2020

Target dan definisi operasional indikator utama


Target dan definisi operasional indikator operasional

DO selengkapnya terdapat di kandar kilas (flash disk) yang dibagikan beserta buku Petunjuk Penyusunan ini.
The Global Health Bureau, Office of Health, Infectious Disease and Nutrition (HIDN), US
Agency for International Development (USAID), secara finansial mendukung pembuatan
petunjuk penyusunan ini melalui Challenge TB berdasarkan ketentuan Perjanjian No. AID-
OAA-A-14-00029.

Petunjuk penyusunan ini terwujud atas dukungan rakyat Amerika melalui USAID. Isi menjadi
tanggung jawab Challenge TB dan tidak mencerminkan visi USAID atau Pemerintah Amerika
Serikat.

Anda mungkin juga menyukai